You are on page 1of 34

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF NIFAS DAN MENYUSUI

PADA NY “Y” P1001 Ab000 POST PARTUM HARI KE – 7 DENGAN


NYERI LUKA JAHITAN PERINEUM
DI PMB Hj. RIRIN RESTATININGRUM
MALANG, 21 OKTOBER 2021

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis

Disusun Oleh:
Nindita Rizkya Wisanto
P17310183009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Fisiologis Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui pada Ny “Y” P1001
Ab000 Post Partum Hari Ke – 7 dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum
Di PMB Hj. Ririn Restatiningrum Ini Telah Disusun Oleh:

Mahasiswa

Nindita Rizkya Wisanto


NIM. P17310181003

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Tarsikah, S.SiT., M.Keb Bd. Hj. Ririn Restatiningrum, SST., M.AP


NIP. 19750126 200501 2 002 NIP. 19710414 200604 2 020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan “Asuhan Kebidanan Komprehensif Nifas dan Menyusui Pada Ny “Y”
P1001 Ab000 Postpartum Hari ke – 7 dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum”.
Dalam keberhasilan penyusunan laporan tugas ini di PMB Hj. Ririn
Restatiningrum, SST., M.AP penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ibu Herawati Mansur, S.ST, M.Pd, M.Psi Selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Malang
2. Ibu Dr. Heny Astutik, S. Kep., Ns., M. Kes, Selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Malang
3. Ibu Tarsikah, S.SiT., M.Keb Selaku Pembimbing Institusi Kebidanan
Malang
4. Ibu Bidan Hj. Ririn Restatiningrum, SST., M.AP, Selaku Pembimbing
Klinik
5. Serta orangtua yang mendukung secara materiil dan moral

Penulis menyadari dengan keterbatasan pemahaman penyusunan terkait


tugas Asuhan Kebidanan Kehamilan, untuk itu dengan senang hati penulis
menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan tugas di masa selanjutnya.
Harapan penyusun semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan
khususnya bagi pembaca.

Malang, 21 Oktober 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas merupakan masa setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu, atau masa setelah melahirkan bayi yaitu masa
pulihnya kembali. Mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam
pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas
harus terseleggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
(kemenkes, 2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indikator penting dalam mengukur derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia
masih tinggi, yaitu sebesar 305/100.000 kelahiran hidup (KH). Sedangkan AKB
menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 adalah 24/1.000
KH, dimana kematian bayi baru lahir menyumbang jumlah terbesar kematian
bayi. Adapun target SDGs 2030 untuk AKI 70/100.000 KH dan AKB 12/1.000
KH.
Sistim Registrasi Sampel dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes, 2016) menunjukkan data penyebab kematian ibu
adalah gangguan hipertensi (33,07%), perdarahan obstetri (27,03%),
komplikasi non obstetri (15,7%), komplikasi obstetri lainnya (12,04%), infeksi
pada kehamilan (6,06%) dan lain-lain (4,81%).
Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Timur berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2019 sebesar 520/100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana
sekitar 522/100.000 kelahiran hidup. Hal ini juga didukung adanya kunjungan
nifas ke fasilitas kesehatan yang membaik yaitu 95,5%.
Masa nifas juga merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, sekitar terjadi
60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 25% dari keamtian ibu
pada masa nifas yang terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan.
Masa nifas juga merupakan hal penting untuk diperhatikan guna
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai
pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara,
para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada
periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh
ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan
atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua
intervensi yang sesuai bagi suatu negara dapat dengan serta merta dijalankan
dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di negara lain.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk membahas mengenai
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “Y” P1001 Ab000 Postpartum
Hari ke – 7 dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum” di PMB Hj. Ririn
Restatiningrum, SST., M.Ap”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif
Ibu Nifas dan Menyusui sesuai manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada ibu nifas
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi diagnosa aktual pada ibu nifas
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas
4. Mahasiswa mampu menyusun kebutuhan segera pada ibu nifas
5. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada ibu nifas
6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada ibu nifas
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu nifas
1.3 Metode Pengumpulan
1. Studi kepustakaan
2. Studi kasus
3. Anamnesa
4. Studi dokumentasi
5. Diskusi
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Diagnosis/Masalah Aktual
3.3 Identifikasi Diagnosa Diagnosis/Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera dan Kolaborasi
3.5 Peremcanaan
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui


2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genial baru pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Elly, 2018).
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Dalam masa nifas, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit.
Berikut adalah tujuan sari perawatan masa nifas antara lain (Susilo, 2017) :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b) Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d) Mempercepat involusi alat kandungan.
2.1.3 Tahapan Masa Nifas Berdasarkan Periode Waktu
1) Intermediate Post Partum
Terjadi plasenta lahir hingga 24 jam
 Rentan terjadi perdarahan karena atonia uteri
 Bidan perlu melakukan pemantauan secara continue: kontraksi uterus,
lochea, kandug kemih, tekanan darah dan suhu secara teratur
2) Early Post Partum
Berlangsung selama 24 jam - 1 minggu, bidan harus:
 Memastikan involusi uterus dalam keadaan normal
 Tidak ada perdarahan
 Lochea tidak berbau busuk
 Tidak demam
 Ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan
 Ibu dapat menyusui dengan baik
3) Late Post Partum
Berlangsung 1 – 6 minggu
 Tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari
 Konseling keluarga berencana
4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan seha
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.
2.1.4 Asuhan Pada Saat Kunjungan Masa Nifas
Komponen-komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada ibu
selama masa nifas.
Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4
kali, yaitu:
a. 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
b. 6 hari setelah persalinan
c. 2 minggu setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan
a) Kunjungan I (6-8 jam postpartum)
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
Menjaga bayi agar tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
b) Kunjungan II (6 hari postpartum)
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
Memastikan ibu dapat beristirahat dengan cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui
Memberikan konseling perawatan bayi baru lahir
c) Kunjungan III (2 minggu postpartum)
Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari postpartum
d) Kunjungan IV (6 minggu postpartum)
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami pada masa nifas
Memberikan konseling KB secara dini.
2.1.5 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
1) Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
TFU sesuai dengan proses involusi yaitu:
 Setelah bayi lahir : setinggi pusat
 Setelah plasenta lahir : 2 jari dibawah pusat
 1 minggu postpartum : pertengahan pusat-sympisis
 2 minggu postpartum : tidak teraba
 6 minggu postpartum : normal (Elly, 2018).
2) Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan kelaur
bersama dnegan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lochea. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai reaksi basal/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokhea mempunyai bau yang amis atau anyir
meskipun tidak erlalu menyengat dan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokhea ini mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Perbedaan masing-masing lochea dapat dilihat sebagai berikut:
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah/kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir
merah
Sanguilenta 7-14 Kuning Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
Alba >14 hari putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
Sumber: (Yuliana dan Hakim 2020)
3) Perubahan pada serviks
Serviks agak menganga seperti corong, lembek, kendur, dan terlukai
segera setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk cincin. Warna
servik merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti
sebelum hamil (Elly, 2018).
4) Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses meahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
dalam proses kelahiran tersebut, kedua organ ini dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol (Elly, 2018).
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, atihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut
dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian (Yuliana dan
Hakim 2020).
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal
(Yuliana dan Hakim 2020). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan ibu
mengalami heartburn dan konstipasi dalam beberapa hari pertama.
Kemungkinan terjadi hal ini disebabkan karena kurangnya keseimbangan
cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi
dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena adanya luka
episiotomi (Elly, 2018).
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih megalami odema, kongesti, dan hipotonik.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“diuresi”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman oto-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi pulih kembali ke
ukuran normal. Pada sebagian kecil kasus uterus menjadi retrofleksi
karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita
mengeluh kandungannya turun. Setelah melahirkan karena ligamen, fasia,
dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding
perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan atau senam
nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari post partum (Elly, 2018).
5) Perubahan Sistem Endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada tahap kala
III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan meningkatkan sekresi 12
oksitosin, sehingga dapat membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin.
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada ibu
yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi sehingga
memberikan umpan balik negatif, yaitu pematangan folikel dalam
ovarium yang ditekan.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat, diperkirakan bahwa
tingkat kenaikan hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
4) Hormon plasenta Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke 7 postpartum. Enzyme insulinasi berlawanan efek
diabetogenik pada saat Penurunan hormon Human Placenta Lactogen
(HPL), estrogen dan kortisol, serta placenta kehamilan, sehingga Kadar
estrogen dan progesteron juga menurun secara bermakna setelah
plasenta lahir, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu
postpartum. Penurunan kadar estrogen 13 berkaitan dengan dieresis
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada
wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen mulai meningkat pada
minggu ke 2 setelah melahirkan dan lebih tinggi dari ibu yang menyusui
pada postpartum hari ke 17.
6) Perubahan Tanda Vital
a. Suhu Badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50-380C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Biasanya hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwrna merah karena
banyaknya ASI (Elly, 2018).
b. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 x/menit atau 50-60
x/menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada sistole dan
10 mmHg pada distole, tekanan darah normal sistolik 90-120 dan
diastolik 60-80 mmHg (Heryani, R. 2012). selama beberapa jam
setelah melahirkan ibu dapat mengalami hipotensi orthostatic
(penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera
setelah berdiri (Maryunani. A. 2009).
d. Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
x/menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran napas contohnya penyakit asma (Elly, 2018).
7) Perubahan Sitem Kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai
kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke-3 postpartum.
8) Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi karena
perubahan tugas dan peran tanggung jawab menjadi orang tua. Berikut
adalah tahapan adaptasi psikologis menurut Reva Rubin yaitu:
1) Fase Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
 Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
 Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
 Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
 Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal.
2) Fase Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
 Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
 Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK, BAB dan daya tahan tubuh.
 Ibu berusaha untuk menguasai ketrampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
 Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan
pribadi.
3) Fase Letting Go
 Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu
dalam kebebasan dan hubungan sosial.
2.1.6 Perubahan Patofisiologi Masa Nifas
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena pengaruh
hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mammae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabka oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang ditempati
implantasi plasenta pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempati implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu
2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan kehamilan dan perlu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas


2.2.1 Pengkajian
Hari/Tanggal :…
Waktu :…
Tempat :…
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Untuk menetapkan identitas pasti pasien karena
mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat dan
nomor telepon yang berbeda (Manuaba, 2012).
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa
usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-
30 tahun (Romauli, 2011).
Agama : Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga
sebelum dan pada saat persalinan (Sulistyawati, 2011).
Pendidikan : Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai
teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan
sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap
pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada
proses persalinan (Sulistyawati, 2011).
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien
dan pengaruh suatu pekerjaan terhadap kesehatan
pasien
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal, sehingga mudah
untuk melakukan pemantauan dan kunjungan rumah.
2) Alasan Datang
Untuk mengetahui ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan
3) Keluhan Utama
Apa yang dirasakan atau dikeluhkan ibu
4) Riwayat Kesehatan Ibu
 Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh ibu
sebelumnya, seperti penyakit menular TBC, penyakit malaria
atau penyakit menurun seperti jantung, asma, ginjal, diabetes
melitus, dan tekanan darah tinggi.
 Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini seperti
penyakit menular TBC, penyakit malaria atau penyakit menurun
seperti jantung, asma, ginjal, diabetes melitus, dan tekanan
darah tinggi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui latar belakang keluarga, terutama anggota
keluarga yang mempunyai penyakit menular yang tinggal
serumah.
5) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui lamanya haid, banyaknya, keluhan di waktu haid
dan siklus untuk acuan pemberian asuhan KB
6) Riwayat Pernikahan
Untuk mengetahui usia pertama kali menikah dan lamanya menikah
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui kehamilan yang keberapa, usia kehamilan,
penolong persalinan, apakah ada penyulit yang dialami, anak yang
dilahirkan, jenis kelamin anak, berat badan anak, panjang badan
anak, usia bayi, lamanya masa nifas, menyusui bayi dengan ASI
serta masalah lainnya
8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas sekarang
Untuk mengetahui kehamilan yang keberapa, usia kehamilan,
penolong persalinan, apakah ada penyulit yang dialami, anak yang
dilahirkan, jenis kelamin anak, berat badan anak, panjang badan
anak, usia bayi, lamanya masa nifas, menyusui bayi dengan ASI
serta masalah lainnya
9) Riwayat KB
Untuk mengetahui alat kontrasepsiyang dipakai ibu sebelumnya,
keluhan selama menggunakan KB, jenis KB yang digunakan dan
rencana menggunakan alat kontrasepsi selanjutnya.
10) Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dari lahir sampai sebelum
menikah
11) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola
aktivitas seharinya, pola kebersihan diri, dan kebiasaan sehari-hari
yang ibu lakukan.
12) Data Psikologi, Sosial, Budaya
 Psikologi, untuk mengetahui keadaan sikap ibu terhadap
kelahiran bayinya
 Sosial, untuk mengetahui hubungan ibu dengan keluarga atau
suami
 Budaya, untuk mengetahui kebiasaan atau adat yang
mempengaruhi masa nifas ibu
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Pada Ibu
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik/cukup, Kesadaran penderita sangat penting
dinilai, dengan melakukan anamnesis. Kesadaran dinilai baik jika dapat
menjawab semua pertanyaan (penderita sadar akan menunjukkan tidak
ada kelainan psikologis) (Bobak, 2018).
Kesadaran : Mengetahui bagaimana kesadaran umum pasien
apakah composmentis/ apatis/ koma
Tekanan Darah : Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg
atau lebih, atau diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat
berlanjut jika tidak ditangani dengan tepat.
Nadi : Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi
diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya
suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
Pernafasan : Pernapasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.
Suhu : Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu
bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang
selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam
postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
>38ºC adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Rambut : berwarna hitam, bersih, tidak rontok
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwana putih
Mulut : stomatitis atau tidak, ada caries gigi atau
tidak
leher : pemeriksaan kelenjar tiroid,vena jugularis,
kelenjar limfe
Payudara : kebersihan, putting susu menonjol atau tidak
Abdomen : tampak striae lividae atau striae albican
Genetalia : luka jahitan atau tidak, adanya infeksi/tidak,
lokhea
Ekstremitas : pemeriksaan oedema dan varises
b. Palpasi
Kepala : perabaan benjolan pada kepala
Leher :perabaan pembesaran kelenjar tiroid, vena
jugularis, kelenjar limfe
Payudara : perabaan apakah ada benjolan abnormal dan
memeriksa colostrum
Abdomen : memeriksa kandung kemih, TFU, kontraksi
terus, diastasi rectus abdominalis
Genetalia : melakukan vulva hygiene, merawat luka
jahitan
Ekstremitas : oedema, varises, tanda houman
c. Perkusi
Pemeriksaan reflek patella
2.2.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Dx : P … Ab… Postpartum Hari ke- Dengan Nifas Normal
Ds : data berasal dari pasien yang mendukung diagnosa masalah
Do : data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa
masalah
2.2.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Untuk mengidentifikasi diagnosis yang sudah diidentifikasi atau
masalah yang bisa saja timbul
2.2.4 Antisipasi Tindakan Segera
Menentukan tindakan yang harus diambil dengan data pendukung
melalui data subyektif dan obyektif
2.2.5 Intervensi
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang suda dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya.
2.2.6 Implementasi
Dilakukan atas dasar intervensi yang telah dibuat. Pemberian asuhan
dapat dilakukan oleh bidan, klien/keluarga atau tim kesehatan lainnya
namun tanggung jawab utama tetap pada bidan untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Asuhan yang dilakukan secara efisien yaitu hemat
waktu, hemat biaya, dan mutu meningkat.
2.2.7 Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui keberhasilan intervensi dari asuhan
yang telah diberikan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Hari : Kamis
Tanggal : 21 Oktober 2021
Pukul : 17.10 WIB
Tempat : PMB Hj. Ririn Restatiningrum, SST., M.Ap
Oleh : Nindita Rizkya Wisanto

3.1 Pengkajian Data


3.1.1 Data Subjektif
a. Identitas
Nama Ibu : Ny “Y” Nama Suami : Tn “W”
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Sudimoro RT. 07 RW. 02 Bululawang, Kab. Malang

1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisinya setelah melahirkan 7 hari
yang lalu.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada bekas jahitan jalan lahir.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : ibu mengatakan datangnya haid tidak teratur
(maju mundur ± 28 hari)
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : Hari ke 1-2 ganti pembalut 2 kali sehari
Hari ke 3-5 ganti pembalut 5 kali sehari
Sifatnya : ibu mengatakan darah haid yang keluar cair
dan berwarna merah segar, jika hari pertama berwarna coklat kehitaman.
HPHT kehamilan terakhir : 15 – 1 – 2021
HPL kehamilan terakhir : 22 – 10 – 2021
4. Riwayat Pernikahan
Pernikahan Ke :1
Usia Pertama Kali Menikah : 25 thn
Lama Pernikahan : 1 tahun
Status : Sah
5. Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas sekarang
1) Kehamilan
Trimester I : Ibu mengatakan pada awal trimester mengalami
mual muntah ibu juga mengkonsumsi vitamin penambah darah, kalk,
dna vit. C dari bidan yang diminum 1x1 dalam sehari
Trimester II : Ibu mengatakan mengalami konstipasi. Ibu juga
diberi vitamin penambah darah dan kalk dari bidan dan memberikan
KIE makan makanan berserat, makan sayur dan buah, banyak minum
air putih agar saat buang air besar ibu tidak kesulitan dan pola istirahat
juga harus cukup.
Trimester III : Ibu mengatakan mengalami flu dan kram perut
bagian bawah. Ibu diberi obat paracetamol dari bidan, KIE ibu tentang
pola istirahat, dan tanda-tanda persalinan serta pemberian obat dan
vitamin.
2) Persalinan
Ibu mengatakan melahirkan anak pertama secara normal pervaginam
ditolong oleh bidan pada hari Kamis 14 Oktober 2021 pukul 05.20
WIB, usia kehamilan 38 minggu 3 hari, berat badan lahir bayi 2800 gr,
panjang badan 49 cm, lingkar kepala 31 cm, berjenis kelamin
perempuan dan bayi segera menangis dan seluruh tubuh kemerahan.
3) Nifas
Ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah
melahirkan seperti perdarahan setelah melahirkan, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala, penglihatan kabur dan setelah melahirkan ibu
mampu menyusui bayinya dan bayi aktif menyusu. Ibu mengeluh nyeri
dibagian vagina.
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya
dan berencana ingin menggunakan IUD.
8. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat asam lambung. Saat ini ibu tidak
pernah dan tidak sedang menderita penyakit jantung, asma, darah tinggi
(hipertensi), penyakit kuning (hepatitis), kencing manis (diabetes), batuk
lama (TBC), Covid-19, ginjal, penyakit kelamin/infeksi menular seksual
(IMS) dan HIV/AIDS.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya yakni mertua dan suami mempunyai
penyakit maag, dan saat ini tidak sedang menderita penyakit jantung, asma,
penyakit kuning (hepatitis), darah tinggi (hipertensi) kencing manis
(diabetes), batuk lama (TBC), Covid-19, ginjal, penyakit kelamin/infeksi
menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Dan tidak ada keturunan kembar.
10. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan pada waktu masih bayi sudah di imunisasi, pada saat SD
juga di imunisasi lengkap. Jadi status TT ibu saat ini T5.
11. Pola Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 2 kali lipat dari porsi
makan biasa/waktu hamil dengan menu, nasi, sayur, telur, ayam,
kadang-kadang daging, dan buah. Ibu minum 8-9 gelas/hari. Ibu
mengatakan tidak ada keluhan.
2) Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 hari sekali dan BAK 6-7 kali sehari. Ibu
mengatakan tidak ada keluhan.
3) Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 3 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas
setiap 3 hari sekali, mengganti celana dalam 1 hari 2 kali, dan ganti
pembalut 3-4 kali sehari.
4) Aktivitas
Ibu mengatakan jarang melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya
saat ini dibantu oleh adiknya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
5) Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam pukul 22.00 wib biasanya ibu bangun
pukul 05.30 wib. Tidur siang biasanya pukul 14.30 – 15.30 wib. Ibu
mengatakan tidak ada keluhan.
6) Pemberian ASI
Ibu mengatakan pada saat bayi lahir melakukan IMD selama 1 jam
pertama ASI ibu keluar dan bayi menyusu aktif hingga saat ini. Ibu
mengatakan tidak selalu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali namun
setiap bayinya merasa kurang/rewel atau setiap bayi ingin. Ibu
mengatakan hingga payudaranya terasa kosong.
12. Riwayat Psikologi, Sosial dan Budaya
1) Psikologi : Ibu mengatakan sudah bisa merawat bayinya sendiri dan
memahami kebutuhan bayi sehingga ibu paham kapan bayi butuh
disusui dan siap terjaga untuk memberikan ASI on demand.
2) Sosial : ibu mengatakan saudara dekat baik dari ibu dan suami
selalu memberikan dukungan seperti membantu merawat bayi dan
mengerjakan urusan rumah tangga. Banyak dari tetangga-tetangga yang
ikut bahagia dan menjenguk ibu serta bayi saat dirumah, tetapi tetap
membatasi orang berkunjung dengan menerapkan protokol kesehatan.
3) Budaya : ibu mengatakan masih harus minum jamu bersalin dalam
bentuk bubuk bukan rempah-rempah yang direbus. Dimana jamu
tersebut dikonsumsi ibu saat hari ketiga pasca salin dan berhenti
konsumsi di hari ke 20 masa nifas. Dan ibu mengatakan tidak minum
obat selain obat dari bidan.
3.1.2 Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 82 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,5℃
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Rambut hitam dan bersih, tidak rontok, kulit kepala sehat.
Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, dan polip.
Mulut : bibir tidak pecah-pecah, tidak terdapat stomatitis, dan
tampak caries gigi.
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe maupun pembesaran vena jugularis.
Payudara : bersih, puting susu menonjol, hiperpigmentasi aerola.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tampak linea nigra
Genetalia : Tidak ada oedem, terdapat jahitan, luka jahitan tampak
masih sedikit basah, tidak terdapat pus, tidak ada bau busuk
dari daerah luka dan pengeluaran lokea sanguilenta.
Anus : tidak ada oedem dan tidak hemoroid.
2) Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe, maupun tidak teraba pembesaran vena
jugularis.
Payudara : tidak ada pembengkakan atau benjolan, tidak ada nyeri
tekan, ASI keluar
Abdomen : kandung kemih kosong, TFU berada di pertengahan pusat-
sympisis, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.
Ekstremitas : tidak ada odema, tidak ada homan sign
3) Auskultasai
Dada : tidak ada ronchi, dan tidak ada wheezing.
4) Perkusi
Reflek patella : (+)/(+)

3.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual


Dx : P1001 Ab000 Postpartum hari ke 7 dengan nyeri luka jahitan
perineum.
DS : ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama pada tanggal 14
Oktober 2021 pukul 05.20 wib. Ibu mengeluh nyeri pada bekas jahitan jalan
lahir.
Do : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 82 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 ℃
Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Payudara : puting susu menonjol, bersih, hiperpigmentasi aerola.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tampak linea nigra
Genetalia : Tidak ada oedem, terdapat jahitan, luka jahitan tampak
masih sedikit basah, tidak terdapat pus, tidak ada bau busuk dari daerah
luka dan pengeluaran lokea sanguilenta.
2) Palpasi
Payudara : tidak ada pembengkakan atau benjolan, tidak ada nyeri
tekan, ASI keluar.
Abdomen : kandung kemih kosong, TFU berada di pertengahan pusat-
sympisis, kontraksi uterus teraba keras dan bundar/baik.
Ekstremitas : tidak ada odema, tidak ada homan sign
3.3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Dari hasil interpretasi data yang telah dilakukan pada kasus Ny. Y tidak
ditemukan diagnosa potensial karena tidak ada tanda-tanda yang mengarah
terjadinya infeksi pada luka perineum.

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Karena tidak terdapat diagnosa potensial yang dapat menunjang kebutuhan
segera pada kasus Ny. Y maka tidak dilakukan identifikasi tindakan
segera/kolaborasi.

3.5 Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan kepada ibu.
2. Memberi KIE kepada ibu mengenai personal hygiene terutama area
genetalia agar perineum selalu bersih dan luka cepat kering.
3. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang.
4. Anjurkan ibu agar pemberian ASI on demand tetap dilanjutkan.
5. Anjurkan ibu untuk menyusui dengan benar.
6. Anjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat yang telah diberikan.
7. Memberi KIE kepada ibu tentang kontrasepsi IUD.
8. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan/kontrol ulang 1 minggu
lagi atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.

3.6 Implementasi
Tanggal : 21 Oktober 2021
Jam : 17.20 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan
kepada ibu.
R/ informasi yang tepat dapat membuat ibu mengerti keadaannya dan
membuat ibu merasa tenang dengan menjelaskan asuhan yang diberikan
selama kunjungan nifas agar bidan dan ibu nifas dapat menentukan pola
perawatan masa nifas yang tepat.
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5℃
Pernafasan : 24x/menit
Palpasi abdomen : tinggi fundus uteri normal sesuai dengan involusi
uteri yakni pertengahan pusat-sympisis serta kontraksi uterus baik.
Inspeksi genetalia : alat kelamin ibu tidak tampak bengkak, terdapat
jahitan, jahitan tampak masih sedikit basah, tidak terdapat nanah, tidak
ada bau busuk dari daerah luka dan pengeluaran lochea (sanguilenta).
2. Memberi KIE kepada ibu mengenai personal hygiene terutama area
genetalia agar perineum selalu bersih dan luka cepat kering.
R/ Luka episiotomi meruapakan rusaknya jaringan atau otot-otot perineum,
dimana luka tersebut berada di daerah yang lembab dan rentan akan
masuknya kuman-kuman. Melakukan perawatan luka episiotomi dapat
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
(Marmi, 2012: 141).
Cara perawatan luka perineum sebagai berikut:
Pertama, sebelum menyentuh daerah vagina maupun perineum
tangan harus dalam keadaan bersih, membasuh dari arah depan ke belakang
hingga tidak ada sisasisa kotoran yang menempel di sekitar vagina dan
perineum, setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut,
lalu kenakan pembalut baru dan jangan sekali-kali menaburi daerah
perineum dengan bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu dapat
menyebabkan risiko infeksi.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang.
R/ Makan yang bergizi mampu memulihkan tenaga dan pemenuhan nutrisi
ibu selama proses pemulihan dengan luka persalinan dan tidak hanya itu
pemenuhan gizi yang baik pada ibu akan berdampak positif terhadap
produksi ASI ibu dan makanan yang mengandung serat dapat
memperlancar BAB (Saleha, 2013:31-131). Seperti protein (telur, ikan,
daging, tempe, dan susu). Zat Besi (sayur berwarna hijau, kacang –
kacangan, daging).
4. Menganjurkan ibu agar pemberian ASI on demand tetap dilanjutkan.
R/ dengan sesering mungkin menyusui akan memacu hormon prolaktin
yang akan memperlancar produksi ASI dengan cara Ibu menyusui bayinya
sesering mungkin dan segera setiap bayinya ingin.
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI dengan teknik menyusui yang baik dan
benar.
R/ Bayi akan tampak tenang karena mudah mnghisap ASI, pemenuhan
nutrisi bayi cukup, dan mencegah terjadinya putting susu lecet dan tidak
terasa nyeri (Saleha, 2013:38).
6. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat yang telah diberikan.
R/ Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu dan obat
antibiotik dapat menghambat mikroba atau jenis lain penyebab infeksi,
serta dengan pemberian zat besi pada ibu nifas karena di masa nifas
kebutuhan Fe meningkat akibat kehilangan darah pada saat proses
persalinan (Saleha, 2013:31-132). Paracetamol 500 mg 3x1, Tablet Fe 60
mg 1x1.
7. Memberikan konseling kepada ibu tentang kontrasepsi IUD.
R/ membantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai
bagi dirinya. dengan ber-KB ibu dapat mengatur jarak kehamilan sehingga
alat reproduksi siap untuk kehamilan selanjutnya. Selain itu, pemenuhan
kebutuhan fisik, psikologis, dan social anak lebih optimal.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan/kontrol ulang 1
minggu lagi yakni pada tanggal 28 Oktober 2021 atau apabila sewaktu-
waktu ada keluhan.
R/ untuk membantu memantau kondisi ibu dan bayi.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 21 Oktober 2021
Jam : 17.30 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan
kepada ibu.
Evaluasi : ibu mengerti apa yang telah disampaikan oleh petugas mengenai
pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Memberi KIE kepada ibu mengenai personal hygiene terutama area
genetalia agar perineum selalu bersih dan luka cepat kering.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan serta ibu
bersedia melakukannya dirumah
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan menjaga pola makan memperbanyak
konsumsi protein dan tidak tarak
4. Menganjurkan ibu agar pemberian ASI on demand tetap dilanjutkan.
Evaluasi : ibu mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh
petugas.
5. Menganjurkan ibu memberikan ASI dengan teknik menyusui yang baik dan
benar.
Evaluasi : ibu mampu mempraktikkan pemberian ASI dengan teknik
menyusui yang baik dan benar.
6. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat yang telah diberikan.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia untuk rutin minum obat dan vitamin
dirumah dan menghentikan minum jamu bersalin jika obat dari bidan
masih ada.
7. Memberikan konseling kepada ibu tentang kontrasepsi IUD.
Evaluasi : ibu memahami dan mengerti penjelasan yang disampaikan oleh
petugas dan akan mendiskusikan kembali dengan suami.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan/kontrol ulang 1
minggu lagi atau apabila sewaktu-waktu ada keluhan.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjugan ulang 1
minggu lagi.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan telaah diantara tinjauan teori dan kasus untuk
menilai kesenjangan dari teori dan praktik yang telah dilakukan. Asuhan kebidanan
komprehensif ini menerapkan manajemen kebidanan 7 langkah varney yang terdiri
dari pengkajian data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah aktual, identifikasi
dan masalah potensial, identifikasi tindakan segera dan kolaborasi, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Pada tanggal 21 Oktober 2021 telah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
pada ibu nifas Ny “Y” P1001 Ab000 Postpartum hari ke 7 dengan nyeri luka jahitan
perineum di PMB Hj. Ririn Restatiningrum, SST., M.AP. Berdasarkan pengkajian,
ibu melahirkan anak pertama di PMB Hj. Ririn pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul
pukul 05.20 WIB, usia kehamilan 38 minggu, berat badan lahir bayi 2800 gr,
panjang badan 49 cm, lingkar kepala 31 cm, berjenis kelamin perempuan dan diberi
asuhan bayi baru lahir.
Pada pengkajian data subjektif, didapatkan ibu mengalami nyeri pada bekas
jahitan jalan lahir yang masih sedikit basah pada hari ke- 7 hal ini terjadi karena
terputusnya jaringan atau otot-otot perineum akibat tindakan episiotomi maka aliran
darah pada jaringan tersebut terhambat dan mengantarkan respon nyeri ke
hypothalamus dan presesikan ke saraf perifer dan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan
data objektif didapatkan keadaan ibu dengan kondisi baik, dengan tanda-tanda vital
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 24x/menit dan suhu
36,5℃. Ibu tidak terlihat pucat, payudara tampak bersih tidak ada
benjolan/pembengkakan, TFU sesuai dengan proses involusi yakni pertengahan
pusat-sympisis dan kontraksi uterus teraba keras dan bundar/baik, kaki ibu tidak
bengkak, dan tidak ada ditemukannya tanda-tanda terjadinya komplikasi. Pada
pemeriksaan genetalia ibu terdapat luka jahitan perineum yang terlihat sedikit
basah. Pengeluaran lochea terdapat lochea sanguilenta.
Pada asuhan kebidanan ini dapat di interpretasikan diagnosa kebidanan
adalah Ny. “Y” umur 26 tahun P1001 Ab000 Postpartum hari ke 7 dengan nyeri
luka jahitan perineum. Dari hasil interpretasi data yang telah dilakukan pada kasus
Ny. Y tidak ditemukan diagnosa potensial karena tidak ada tanda-tanda yang
mengarah terjadinya infeksi pada luka perineum. Maka tidak dilakukan identifikasi
kebutuhan segera/kolaborasi. Ibu diberikan KIE mengenai personal hygiene
terutama area genetalia agar perineum selalu bersih dan luka cepat kering; anjuran
makan makanan bergizi seimbang; anjurkan ibu menyusui bayinya on demand;
mengkonsumsi obat dan vitamin secara rutin; KIE tentang teknik menyusui yang
baik dan benar; memberi konseling tentang kontrasepsi IUD; dan anjuran untuk
melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.
Hasil pemaparan telah dilakukan sesuai dengan tujuan asuhan ibu nifas dan
mneyusui secara komprehensif untuk mendeteksi dini terhadap kelainan dan tanda
bahaya selama masa nifas tentunya sesuai dnegan kondisi ibu, serta masa nifas
dapat berjalan dengan normal tanpa komplikasi dan hasil evaluasi menyatakan
bahwa ibu mengerti dan memahami semua anjuran yang telah diberikan kepada ibu
dan ibu bersedia melakukannya dirumah.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Asuhan pada Masa Nifas didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian data dapat dilakukan dengan mudah karena pasien sangat
kooperatif
2. Tidak diperlukannya kebutuhan segera
3. Intervensi yang dilakukan telah sesuai yang dibutuhkan
4. Implementasi sesuai dengan intervensi
5. Mengevaluasi kembali data yang sudah diperoleh

5.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan atau melaksanakan asuhan kebdanan ibu nifas dengan
perawatan luka perineum.
2. Bagi institusi
Diharapkan untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan
informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan
luka perineum serta dapat dijadikan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Erlangga.
Cunningham. 2014. Health Development Mother. Jakarta: EGC.
Mansyur, dkk. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang: Selaksa
Media.
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Bandung:
Alfabeta.
Rina Kundre, V. D. (2017). HubunganPerawatan Luka Perineum dengan Perilaku
Personal Hygiene Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. e-Journal Keperawatan (e-Kp)
Verbi Difini. (2013). Hubungan Perawatan luka perineum dengan perilaku personal
hygiene ibu post partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.
JURNAL KEPERAWATAN
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/12/menyusui-bayi.html (dikutip pada, 23
Oktober 2021)

You might also like