You are on page 1of 21
‘Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 KEBIJAKAN PENELITIAN DAN RANGKUMAN HASIL PENELITIAN BB PADI DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL Hasil Sembiring Balai Besar Penelitian Tanaman Padi PENDAHULUAN Kebutuhan beras dalam negeri masih terus meningkat seiring dengan peningkatan jumiah penduduk dan tingkat konsumsi yang masih tinggi. Kebutuhan beras nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor. Namun karena jumlah penduduk yang besar (lebih dari 200 juta orang) dan terus bertambah serta tersebar di ribuan pulau, maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan ketahanan pangan rentan, sehingga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Agar persediaan beras dalam negeri aman, pada tahun 2007 secara nasional Pemerintah mengupayakan tambahan peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton pada tahun 2007, dan pada tahun 2008-2009 berikutnya diharapkan terjadi peningkatan produksi sebesar 5% per tahun. Keberhasilan peningkatan produksi padi dari 20,2 juta ton pada tahun 1971 menjadi lebih dari 54 juta ton pada tahun 2006 lebih banyak disumbang oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan peningkatan luas panen. Peningkatan produktivitas memberikan kontribusi sekitar 56,1% terhadap peningkatan produksi padi, sedangkan peningkatan luas panen dan interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing hanya 26,3% dan 17,5%. Hal tersebut menunjukkan besamya peran inovasi teknologi padi menunjang peningkatan produksi. Upaya perluasan areal sawah di samping membutuhkan waktu, juga memerlukan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan biaya riset. Dalam jangka pendek inovasi teknologi lebih realistis dibanding upaya perluasan baku sawah dalam upaya peningkatan produksi beras. Penelitian tanaman padi nasional di bawah Badan Litbang Pertanian mempunyai misi utama menghasilkan dan merekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) tanaman padi yang tinggi, strategis, dan- unggul untuk pembangunan nasional sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna. Dalam hal ini, penelitian tanaman padi mendukung upaya peningkatan produksi beras nasional agar tercapai swasembada beras lestari. Misi tersebut saat ini dijalankan oleh 54 orang peneliti dengan jenjang pendidikan S3, S2, dan S1 berturut-turut, sejumlah 18 orang, 21 orang, dan 15 orang. Dalam melakukan pekerjaannya, peneliti tersebut didukung oleh 48 orang litkayasa dan 321 orang tenaga ‘Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... 39 ‘Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 administrasi, dilengkapi 4 kebun percobaan, 3 laboratorium terakreditasi, 1 unit pengelola benih sumber berbasis ISO 9001-2000, dan dengan dukungan dana operasional penelitian rata-rata RpS milyar per tahun. KINERJA PENELITIAN TANAMAN PADI Penelitian tanaman padi Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai teknologi terobosan, terutama varietas unggul berdaya hasil tinggi, komponen teknologi budidaya dan sistem budidaya terintegrasi yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi dan keamanan hasil produksi padi nasional di masa datang dengan proses produksi yang ramah lingkungan akan menjamin keberlanjutan fungsi agro-ekosistem padi sawah. Varietas Unggul Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dar/atau ketahanannya tethadap cekaman biotik dan abiotik. Sejak dimulainya penelitian padi tahun 1943 sampai dengan 2006 telah dilepas 189 varietas. Dalam periode 2000-2006, Badan Litbang Pertanian telah melepas 59 varietas unggul padi, 43 varietas di antaranya untuk lahan sawah irigasi (termasuk 6 varietas unggul hibrida = VUH, dan 4 varietas unggul tipe baru = WTB), 5 varietas padi gogo, dan 9 varietas padi pasang surut. Berdasarkan dinamika masalah dan kendala produksi serta tuntutan konsumen, varietas-varietas unggul tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu varietas yang diperuntukan bagi peningkatan produktivitas yang melebihi ambang potensi hasil yang sudah melandai (VUH dan VUTB) dan varietas unggul spesifik (VUS) yang diperuntukan bagi pencapaian stabilitas hasil (tahan/toleran cekaman biotik atau abiotik), dan peningkatan kualitas hasil (mutu rasa dan mutu gizi) serta umur genjah. Varletas unggul produktivitas tinggi Padi hibrida Maro, Rokan, Hipa-3, Hipa-4, Hipa-5 Ceva, dan Hipa-6 Jete yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada IR64 di daerah bukan endemik hama dan penyakit. Beberapa galur padi hibrida generasi berikutnya seperti H6, H17, H25, H29, H30, H43, H51, H53, H57, dan 73 mampu berproduksi 7-12 Vha (lebih tinggi 20% dari IR64) dan memilliki tingkat ketahanan yang lebih baik tethadap beberapa hama penyakit utama seperti wereng cokelat atau penyakit hawar daun bakteri. Gilirang, Cimelati, dan Ciapus dilepas sebagai padi semi VUTB, dan Fatmawati dilepas sebagai VUTB. Dibandingkan dengan VUB, keunggulan VUTB antara lain mempunyai jumlah anakan lebih sedikit (6-12 anakan) tetapi semuanya produktif, 40 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... ‘Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 batang kokoh, daun tegak dan tebal, jumlah gabah >250 butir per malai, dan potensi hasil 10-15 Vha, Rasio gabah/jerami VUTB >0,5 sehingga efisien dalam penggunaan hara. Varietas unggul hasil stabil Cekaman biotik dan abiotik mempengaruhi stabilitas hasil. Varietas tahan cekaman biotik telah berhasil dirakit antara lain varietas tahan hama wereng cokelat dengan rasa nasi yang disukai kebanyakan konsumen (Memberamo, ‘Widas, Ciherang, Cimelati), varietas tahan virus tungro (Tukad Petanu, Tukad Unda, ‘Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo) dan varietas tahan penyakit hawar daun bakteri (Angke dan Code). Beberapa VUS padilahan pasang suruttoleran keracunan besi dan aluminium (lahan sulfat masam) telah dilepas dengan nama Punggur, Indragiri, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, dan Mendawak. Varietas-varietas unggul ini telah menambah pilihan bagi petani di agroekosistem tahan rawa pasang surut. Lima varietas padi gogo toleran tanah masam (keracunan Al), kekeringan, dan naungan telah dilepas pula dengan nama Danau Gaung, Batutegi, Silugonggo, Situ Patenggang, dan Situ Bagendit. Varietas unggul mutu cita rasa Pada umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai tekstur nasi pulen, sebagian kecil konsumen terutama di Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan menyukai beras dengan tekstur nasi pera. Varietas Ciherang, Cigeulis, Cibogo memiliki mutu yang disukai oleh umumnya konsumen beras di Indonesia di samping produksinya yang lebih tinggi dari IR64. Varietas Batang Lembang dan Batang Piaman dilepas untuk memenuhi permintaan konsumen akan beras dengan tekstur nasi pera. Varietas unggul mutu gizl Pertimbangan konsumen dalam memilih beras, di samping cita rasa juga kandungan gizi dan aspek kesehatan. Beras merah telah lama dikenal dan dipercaya memiliki nilai-nilai kesehatan yang dapat memberikan rasa tenang dan damai. Warna merah pada beras adalah zat warna antosianin yang merupakan Komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol pada tumbuhan yang mempunyai kemampuan antioksidan dan antikanker. Beras merah lebih kaya vitamin B kompleks, terutama kandungan asam folatnya lebih tinggi dibanding beras putih. Hal ini membuat beras merah unggul dalam memperlambat proses penurunan aya ingat dan dapat menyingkirkan sumbatan pembuluh darah pemicu serangan stroke dan jantung koroner. Aek Sibundong adalah VUB beras merah turunan hasil persilangan tiga tetua, yaltu Way Apo bury, Widas, dan Sitali. Keunggulan VUB ini adalah mempunyai potensi hasil tinggi (8 Vha), umur genjah (110-120 hari), tahan wereng cokelat biotipe 2 dan 3 serta tahan penyakit HDB strain IV, memiliki rasa nasi enak Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi, 41 ‘Apresiasi Hasil Peneliian Padi 2007 dengan tekstur nasi pulen, di samping kandungan vitamin B kompleks, terutama kandungan asam folat tinggi. Varietas unggul sawah dataran ting! Varietas Sarinah cocok untuk sawah dataran sedang sampai tinggi, hasil rata- rata 6,98 Vha. Potensi produksi dan kualitasnya menyerupai Ciherang, yang sangat digemari petani namun hanya cocok di tanam di dataran rendah. Varietas unggul umur genjah Salah satu cara agar terhindar dari kekeringan, sebagai dampak dari anomali iklim El-Nino adalah memanfaatkan periode musim hujan yang pendek dengan varietas umur genjah. Dalam keadaan musim yang normal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan indeks pertanaman padi. Varietas yang telah dilepas akhir-akhir ini diperuntukkan bagi daerah yang masa tanamnya pendek adalah Silugonggo, Dodokan, dan Ciujung. Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT adalah suatu pendekatan inovatif dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi melalui perbaikan sister/pendekatan dalam perakitan paket teknologi padi, dengan mengintegrasikan komponen teknologi yang bersifat sinergis, dilaksanakan secara partisipatif oleh petani, serta penerapannya pada lokasi spesifik. Pendekatan PTT disintesa dari hasil penelitian pemupukan jangka panjang (Mega Project) dan pembelajaran dari pengalaman intensifikasi padi sawah irigasi selama ini (P3T, PMI, dan Primatani). Replikasi PTT didahului dengan pemahaman potensi dan kendala bersama dengan petani melalui participatory rural appraisal (PRA) dimana petani telah terlibat aktif sejak awal pelaksanaan. PTT padi sawah irigast PTT sawah irigasi dikembangkan dari integrasi komponen teknologi: (1) bibit muda (10-15 HSS) dari benih bermutu baik, ditanam kurang dari 3 batang/lubang, (2) varietas moderen, (3) perbaikan aerasi tanah dengan irigasi berselang, (4) penggunaan pupuk organik, (5) pengelolaan hara spesifik lokasi melalui perbaikan fisiensi pemupukan N dengan menggunakan BWD, penggunaan pupuk P dan K berdasarkan status hara dengan analisis tanah. Berdasarkan pengalaman pengembangan PTT pada tarap penelitian, pengkajian dan implementasi, komponen PTT padi sawah yang dianjurkan untuk diintegrasikan meliputi: 1, Varietas padi unggul atau varietas padi bernilai ekonomi tinggi. 2. Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu vigor benih tinggi. 3. Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT. 140/4/2007. 42 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... ‘Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 4. Penggunaan kompos bahan organik sebagai pembenah tanah, selain pengembalian jerami padi ke lahan sawah sebagai sumber pupuk. 5. Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melak + Pengaturan tanam sistem legowo, tegel, maupun sistem tebar benih langsung (tabela) + Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat, dan serempak + Penanaman bibit umur muda, 1-3 bibit per lubang tanam + Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang + Pengendafian gulma. 6. Pengendalian hama dan penyakit dengan PHT. 7. Penggunaan alat perontok gabah mekanis maupun mesin. Peningkatan produksi padi dengan menerapkan model PTT di tingkat penelitian, tingkat pengkajian, dan tingkat petani masing-masing mencapai 37%, 27%, dan 16%. Hasil analisis usahatani padi petani kooperator dan nonkooperator pada MT 2002/03 dan MT 2003 disajikan pada Tabel 1. Kenaikan biaya produksi umumnya disebabkan oleh: (1) penggunaan bahan organik yang cukup mahal, (2) petani belum terbiasa menggunakannya, dan (3) tambahan biaya tenaga kerja untuk beberapa kegiatan budidaya seperti tanam jajar legowo dan panen. Namun di semua kabupaten dan musim tanam, kenaikan biaya produksi meningkatkan keuntungan karena produktivitas meningkat. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan model PTT berkisar antara Rp309.000 (Kabupaten Ogan Komering Ulu ‘Sumatera Selatan MT 2002/03) hingga Rp2.294.800/ha (Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara MT 2003). Besarnya keragaman keuntungan terkait dengan kondisi infrastruktur dan lingkungan biofisik yang beragam. Di beberapa kabupaten terjadipenurunan biaya produksi dengan diterapkannya model PTT, karena lebih efisien menggunakan input, yaitu Kabupaten Madina (Sumatera Utara) selama satu musim, Padang Pariaman (Sumatera Barat) selama dua musim, Lampung Tengah (Lampung) untuk tiga musim, dan Bima (NTB) selama dua musim tanam. Meskipun penghematan biaya produksi tidak besar, berkisar antara Rp17.800 (Madina, Sumatera Utara) dan Rp263.700/a (Bima, NTB), tetapi berdampak terhadap peningkatan produktivitas dan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh petani kooperator dan nonkooperator PTT berkisar antara Rp599.600 (Lombok Barat, NTB) dan Rp5.307.000/ha (Madina, Sumatera Utara). Di Kabupaten Bima NTB, penghematan penggunaan benih dari biasanya >50 kg/ha menjadi hanya 15 kg/ha sangat dirasakan manfaatnya oleh petani, antara lain: (1) ketersediaan benih lebih terjamin karena jumlah pemakaian lebih sedikit; (2) mudah membuat pesemaian karena ukuran petakan relatif tidak luas, (3) kualitas bibit menjadi lebih baik karena tumbuh tidak terlalu rapat (cukup hara dan sinar matahari), (4) mudah dan ringan membawa bibit ke lapangan pada saat tanam karena jumlahnya lebih sedikit. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi 43 ‘Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 PTT padi lahan kering Berbeda dengan lahan sawah yang tingkat kesuburannya relatif seragam, Jahan kering tingkat kesuburannya relatif rendah dan sangat_bervariasi Kandungan bahan organik yang relatif rendah serta sulit untuk dipertahankan ‘Tabel 1. Perbandingan perubahan finansial usahatani padi antara petani kooperator dengan petani nonkooperator PTT pada MT 2002/03 dan MT 2003 Ni ne Panpeher —penbahan Perbahan _—kelayakan Ksbupston eae priate, haiped)—aurtungen dopa eocore) =H) (RPOOGMA)—_takrciog (Roma gabon) Mensdeiing Natal Madina) = MTO3 - 78 +308 +5070 Dot Serdang Mr 0200, + 655 Fiat + 16355 a Mro03 +1918 +195 +2208 * Asahen voz + m2 +204 + 24648 120 Sook mro2n +3703 +104 + 10059 28 ros +3903 +09 © + 705 ae Padang Paviaman Mr o203 + 510 +059 + 7240 M03 - 818 +04 + 7438 Rokan Hus ros + 0678 +170 + 1.1665 si (Ogen Komaring Ulu mar02103 + 7089 +o7e + m0 %6 roa + 50 +127 + 10880 a Lampung Tengah ros = 670 +12 14225 wro3 + 33 41m +1266 maro2 - m5 +12 +483 Lombok Barat roe : +005 + S08 Pievang M0210 + 599 +176 + 19304 207 M03 + 3998 +173 + 17072 2 Bone ra2ies + 482 +10 + 12600 as Bima roo 21244 +100 + saa Mr03: + 2837 40m + BMS Boonegoro Moz + 2879 +105 + e680 a roa + 2780 +1or + B40 25 Somes wer o2103 + 5192 +10 + 298 «8 mrs + m2 +040 + ea08 508 Bitar wr 02109 + 2609 +44 + 1.0080 318 ros + woo +135 + 12126 22 Keorowang +10 +449 7 Subang = 952 o Majstengia 38 +025 uningan = 838 +098 44. Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 dalam jangka panjang, menyebabkan kesuburan lahan mudah sekali merosot dan petani meninggalkannya menjadi lahan tidur/kritis. Bila lahan berlereng dan tidak dilakukan tindakan konservasi yang memadai, maka lahan mudah sekali terdegradasi, baik dalam tingkat kesuburan kimiawi maupun fisiknya. Selain itu suplai air juga tidak konsisten, karena tergantung dari curah hujan. Dengan mempertimbangkan kondisi lahan kering seperti diuraikan di atas, komponen utama model pengembangan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) padi gogo yang dapat diterapkan adalah: (a) penambahan bahan ‘organik tanah, (b) pemupukan berimbang berdasarkan status kesuburan tanah, dan (c) usaha efisiensi pemupukan dengan cara tanam legowo dan cara pupuk dengan larikan serta waktu pemupukan yang tepat, memberikan hasil panen rata-rata 5,1 ha (Tabel 2). PTT padi lahan sawah tadah hujan Komponen yang bersifat pokok (compulsory) pada demplot PTT padi sawah tadah hujan adalah (1) cara tanam dengan gogo rancah/walik jerami, (2) penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang toleran kekeringan dan tahan penyakit, (3) teknologi pemupukan K untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit dan pemberian P berdasarkan status P tanah, (4) pemberian pupuk N berdasarkan BWD, (5) pemakaian bahan organik, dan (6) pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam, herbisida, dan “dangir’, ‘Teknologi suplemen yang dapat dipertimbangkan adalah tanam menggunakan “dry seeder”, pengendalian hama dan penyakit terpadu terutama untuk penggerek batang dan penyakit bercak cercospora dan perontokan gabah menggunakan thresher. Teknologi PTT lahan sawah tadah hujan dapat memberikan hasil panen rata-rata 6,72 t/ha atau 24,48% lebih tinggi dari cara petani (Tabel 3). ‘Tabel 2. Hasil penelitian/pengkajian model PTT padi gogo selama tiga tahun, Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Hasil gabah kering giling (via GKG) Varietas ———— 2002/2003 2003/2004 2004/2005 ‘Rataata Situ Patenggang 424 552 4q7 484 Limboto 443 5,97 5,32 5,05 Batutegt 4,69 6.20 5,39 552 Rata-rata 4,45 5,99 5.16 514 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. 4 ‘Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 ‘abel 3. Hasil padi gogorancah (Vha GKG) dengan pendekatan model PTT di Desa Kemiti dan Desa Bergolo, Blora, Jawa Tengah, MH 2006/2007 ‘Desa Kemi Desa Bergolo Varies ir Non-PTT PIT Non.PTT Dryseeder Manual) Manual Drysceder Manual Manual Mekong 7318 5 668 : iherang a) 519 599 683 aa ‘cbogo 5s 697 546 ese 516 Cigeuts a) : 588 556 : Singit ea ar : 668 : trang 6m oar : eat 626 : Situ Patenggang on ras 5 : 613 : Umboto sas 825, : 526 629 : Tulad Pen sar 83 67 806 - tutes a ea 2 708 635 : ata (Uha GKG) seg 533 sat 708 an Keunungan (Rp 000?) oss 10257 5.9685 9020 6 S984 BC rato as tat 176 158 13a Sistem Integrasi Padi Ternak Dalam model PTT dianjurkan penggunaan bahan organik yang merupakan salah satu komponen utama teknologi untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dalam kaitan ini telah dikembangkan Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT). Limbah padi berupa jerami diproses menjadi pakan teak, sedangkan kotoran ternak yang diolah menjadi kompos dikembalikan ke tanah untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. SIPT di Sukamandi dapat menyerap 150 t jerami/tahun untuk pemeliharaan 25 ekor sapi. Dari jumlah jerami tersebut dihasilkan pupuk organik 72,4 Vtahun. Dengan pemberian pakan jerami permentasi 6-8 kg/ekor/hari ditambah konsentrat 3-4 kg/ekor/hari mampu meningkatkan berat badan sapi 0,6- 0,7 kg/ekor/hari. Pemakaian bahan kompos pupuk kandang meningkatkan hasil padi 0,5-1,0 Vha. SIPT juga memberikan nilai tambah biogas untuk keperluan rumah tangga 3-4 bulan dalam sekali proses, bila digunakan untuk memasak 1 jam per hari. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Terintegrasi dalam PTT Berdasarkan kompilasi data Statistik Pertanian IV (SPIV) yang dilaporkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, urutan 5 besar masalah hama penyakit 46 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... ‘Apresiasi Has Penelitian Padi 2007 dilihat dari rata-rata luas serangan per tahun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah tikus (124.000 ha), penggerek batang (80.127 ha), wereng cokelat (28.222 ha), penyakit tungro (12.078 ha), dan blas (9.778 ha) (Soetarto et al., 2001). Kelima hama dan penyakit tersebut perlu mendapatkan prioritas penanganan di samping hama/penyakit potensial lain seperti keong emas. Dari pengalaman pengendalian hama-penyakit selama ini, pengendalian tidak pernah berhasil dengan baik bila hanya dilakukan dengan mengandalkan satu komponen teknologi pengendalian saja sepertiinsektisida atau varietas tahan atau hanya mengandalkan agen hayati. Dengan adanya UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pengendalian hama dilakukan dengan pendekatan PHT. Paket pengendalian hama terpadu untuk hama tikus dengan komponen utama menggunakan tanaman perangkap pagar plastik dan bubu perangkap, PHT wereng cokelat dengan pergiliran varietas tahan, PHT penggerek batang padi dengan pengaturan waktu tanam, PHT tungro dengan strategi escape maupun eradikasi virus helper, PHT keong emas dengan teknik budidaya dan penggunaan insektisida nabati. Ambang kendall hama dan penyakit Efisiensi penggunaan pestisida dapat diperbaiki dengan adanya ambang kendall hama dan penyakit. Ambang kendali hama yang telah diketahui adalah untuk wereng coklat, penggerek batang, ulat grayak, kepinding tanah, walang sangit. Sedangkan ambang kendali penyakit telah disusun untuk penyakit tungro, HDB, dan Blas. Perbaikan komponen TBS sebagai teknologi pengendalian tikus sawah, dimulai sejak di pesemaian dipagar plastik dan dilengkapi bubu perangkap, tanaman perangkap dalam TBS dengan varietas padi umur genjah yang ditanam bersamaan dengan waktu tanam petani di sekitarnya dengan dilengkapi bubu perangkap, dan dipasang pada 3 habitat utama tikus (dekat tanggul irigasi, tanggul jalan, tepi perkampungan). Pengembangan bahan nabati untuk rodentisida Minyak yang diekstrak dari biji jarak (Ricinus communis) terbukti mampu membunuh tikus uji dalam laboratorium. Efek lain adalah menurunnya tingkat kesuburan (fertilitas) tikus apabila diberikan dalam dosis rendah. Penggerek batang padl Survei terakhir menunjukkan bahwa penggerek batang padi kuning ‘Scirpohaga incertulas W. merupakan spesies yang dominan (lebih dari 90%) untuk padi sawah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tingkat serangan penggerek batang padi kuning ditentukan oleh populasi ngengat penggerek batang dan waktu tanam. Pertanaman dengan populasi ngengat yang tinggi pada saat persemaian, menyebabkan tingkat serangan penggerek yang tinggi pada saat tanaman stadia vegetatif maupun generatif, Parasitoid Trichogramma ‘Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... 47 ‘Apresiasi Hasil Peneliian Padi 2007 gramatoidae digunakan dalam pengendalian secara biologi, yang dapat memarasit telur penggerek batang padi kuning. Parasitoid ini bukan parasitoid penggerek batang, jika hasil evaluasi lanjut menunjukkan parasitoid ini berpotensi maka dapat menambah jenis atau spesies musuh alami pada penggerek batang. Wereng cokelat Koloni wereng cokelat yang berasal dari Tuban, Jawa Timur termasuk wereng cokelat biotipe 3. Varietas yang telah dilepas oleh BB Padi diuji terhadap koloni wereng tersebut dan ternyata reaksinya agak tahan dengan nilai 5 dan tidak ada yang bereaksi tahan. Hal tersebut disebabkan oleh tetua dari varietas varietas tersebut hanya tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1 (Bph1) dan 2 (Bph2). Kalaupun ada dengan tetua tahan terhadap biotipe 3 (Bph3), mungkin tidak dapat diturunkan dengan sempurna. Semnua padi hibrida yang telah dilepas BB Padi maupun swasta menunjukkan rentan sampai sangat rentan terhadap wereng cokelat biotipe 3 (nilai 7-9). Keong emas Hasil peneliian menunjukkan pengambilan keong emas, pembuatan caren, pemupukan sebelum tanam, aplikasi moluskisida sebelum tanam dapat mengurangi tingkat serangan keong emas. Sebagai bahan nabati buah rerak (Sapindicus rarak) dan Saponin dengan dosis 20 kg/ha efektif di dalam mengendalikan keong. Selain itu rerak cukup aman terhadap fauna air lainnya, misalnya terhadap ikan emas dan siput sawah. Tungro a. Perbaikan ketahanan varietas padi terhadap penyakit tungro Padi hibrida yang telah dilepas adalah rentan terhadap tungro. Hasil perbaikan ketahanan padi hibrida terhadap tungro menunjukkan bahwa sembilan dari 19 galur R introduksi bereaksi agak tahan sampai tahan dengan skor 2-5; 14 dari 26 restorer hasil fest cross yang sudah diuji menunjukkan reaksi agak tahan sampai tahan dengan skor 2-5. Dari program backcross telah diidentifikasi tiga GMJ baru tahan tungro; dari test cross telah diidentifikasi 14 calon R tahan. Dari program perbaikan GMJ diidentifikasi 11 populasi F4 tahan; dari program perbaikan restorer di identifikasi 10 CR tahan. Dari 71 hibrida yang sudah diuji, 24 bereaksi agak tahan sampal tahan dengan skor 2-5, dua di antaranya sudah dilepas sebagai varietas. b. Pengendalian hayat! penyakit tungro Jamur B. bassiana dan M. anisopliae dapat menekan pemencaran imago wereng hijau secara nyata pada 7 HAS. Waktu yang dibutuhkan agar 50% populasi tidak dapat melakukan pemencaran untuk B. bassiana 5,4 hari, sedangkan untuk M. anisopliae 6,3 hari. Bahan nabati sambilata, jamur penyakit serangga Jamur M. anisopliae dangan konsentrasi konidia 1,7 x 10%ml dan insektisida BPMC (Baycarb 500 EC) dapat mengurangt_intensitas serangan tungro. 48 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 ¢. Pemahaman varias! virulensi tungro untuk kesesualan tanam varietas tahan tungro ‘Terdapat variasi efisiensi kemampuan menularkan tungro pada berbagai golongan varietas tahan antarkoloni wereng hijau. Urutan tingkat kemampuan ‘wereng hijau dari tinggi ke rendah adalah koloni NTB, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, D.l. Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sedangkan urutan ketahanan varietas tethadap koloni wereng hijau dari tahan ke peka adalah varietas tahan dengan gen tahan glh4, Glh6, Glhl, dan Glh5. Oleh karena itu, dalam perakitan varietas harus memilih tetua yang sesuai untuk tiap lokasi. Keberadaan tungro pada varietas yang baru dilepas bervariasi, hal tersebut menunjukkan adanya variasi virulensi antarsumber inokulum. Keberadaan tungro dan skor gejala tungro terendah pada varietas Tukad Petanu, sedangkan tertinggi pada varietas Tukad Unda. Urutan ketahanan varietas lainnya adalah varietas Bondoyudo, Kalimas, dan Tukad Balian. Sumber inokulum yang paling virulen adalah sumber inokulum dari Jabar dan Yogyakarta, sedangkan yang paling tidak virulen sumber inokulum dari Jatim. Inokulum Bali dan Jateng virulensinya hampir sama. Dengan demikian varietas Tukad Petanu sesuai untuk seluruh daerah endemis tungro di Jawa, dan Bali, sebaliknya varietas Tukad Balian sesuai untuk daerah Jatim dan Bali. Varietas Bondoyudo tidak sesuai ditanam di Jawa tetapi sesuai_ untuk ditanam di Bali. Kalimas tidak sesuai ditanam di Jawa Barat dan Yogyakarta. Sumber tetua tahan virus Utri Merah, Utri Rajapan, Habiganj, dan ARC dapat digunakan pada hampir semua lokasi, kecuali untuk ARC tidak dianjurkan untuk digunakan di D.l. Yogyakarta. Hawar Daun Bakteri a. Pengujian plasma nutfah terhadap HDB Hasil pengujian plasma nutfah terhadap HDB menunjukkan ada 7 aksesi yang agak lahan sampai tahan terhadap HDB patotipe I, IV, dan Vill. Ketujuh aksesi tersebut ialah Rembang, Genjah Wewe, Jembar, Keriling, Ketan Garut, Kandu Kuranji dan Gembang, sedangkan Sekemiling hanya bereaksi tahan terhadap otpie Ill dan IV saja dan rentan terhadap patotipe Vill. b. Pemanfaatan bakteri antagonis untuk pengendalian HDB Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan waktu aplikasi bakteri antagonis (biobakterisida) berpengaruh nyala terhadap penyakit hawar daun bakteri. Aplikasi biobakterisida dua kali pada tanaman muda, yaitu pada 15 dan 30 hari setelah tanam (HST) menyebabkan keparahan HDB terendah, sedangkan keparahan tinggi pada pertanaman yang diaplikasi biobakterisida pada 45 dan 60 HST. Efektifitas isolat-isolat bakteri antagonis dalam menekan HDB tidak berbeda, demikian juga dengan bakterisida sintetis Agromicyn. Sembiring: jan dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... 49 ‘Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 ARAH PENELITIAN PADI KE DEPAN Lingkungan strategis permasalahan perpadian nasional pada masa datang akan semakin kompleks, karena terkait dengan kondisi lingkungan biotik maupun abiotik, teknik budidaya, perilaku sosial-budaya masyarakat, dan pasar. Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan padi akan semakin bersifat unik dan spesifik sesuai dengan karakteristik wilayah pengembangannya. Secara nasional masalah utama yang dihadapi adalah adanya senjang antara produksi padi nasional dengan permintaan beras dalam negeri, lebih-lebih bila dikaitkan dengan permasalahan masth rendahnya pendapatan petani padi dibandingkan dengan pendapatan masyarakat di luar sektor pertanian. Dengan kata lain, masalah utama dalam perpadian di Indonesia adalah produksi dan nilai ekonomi produk yang rendah. Rendahnya produksi dapat disebabkan oleh produktivitas dan stabilitas produksi yang masih rendah. Sedangkan nilai ekonomi usahatani padi yang rendah disebabkan oleh efisiensi produksi yang rendah dan tingkat pencapaian kepuasan konsumen dari aspek mutu serta rasa produk kurang terpenuhi, di samping adanya kebijakan khusus pemerintah di bidang harga dasar produk. Sejalan dengan hal di atas, maka garis besar arah penelitian yang akan dilakukan pada masa yang akan datang adalah: 1. Pematahan batas potensi hasil (breaking yield barrier) Pada tahun-tahun terakhir ini, hasil padi per satuan luas yang dipanen oleh sejumiah petani maju di sentra-sentra produksi padi di Indonesia sudah mampu mendekati potensi genetik produktivitas varietas padi yang dicapai oleh para peneliti, Berkaitan dengan hal itu, upaya baru untuk menembus batas atas potensi hasil varietas yang ada (Memberamo, Ciherang, Cigeulis, Cibogo, dll.), telah dan akan terus dilakukan perakitan varietas padi hibrida (VUH) dan padi tipe baru (VUTB). Saat ini telah berhasil dirakit VUH maupun VUTB dengan potensi hasil 15 ~ 20% lebih tinggi dari potenst padi inbrida yang hanya memiliki potensi hasil maksimum 10 Vha. Dalam waktu dekat diharapkan dapat dihasilkan padi hibrida tipe baru dengan potensi hasil 15 Vha dan telah dilengkapi dengan karakter unggul lainnya seperti ketahanan hama wereng cokelat dan penyakit hawar daun bakteri. 2. Peningkatan stabilitas hasil (Increasing yleld stability) Stabilitas hasil yang rendah disebabkan oleh prevalensi cekaman biotik dan intensitas cekaman abiotik yang tinggi. Prevalensi cekaman biotik yang tinggi berhubungan dengan adanya deteriorasi ketahanan VUB, dan dinamika organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tinggi, serta belum tersedianya varietas yang tahan terhadap OPT tertentu, serta masih rendahnya adopsi petani terhadap teknik pengendalian hama terpadu (PHT). Intensitas cekaman abiotik yang tinggi lebih banyak disebabkan oleh semakin seringnya terjadi anomali iklim dan cuaca, serta masih lemahnya akurasi teknik peramalan dan mitigasi anomali iklim, di samping belum tersedianya varietas-varietas yang toleran terhadap 50 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 kondisi lingkungan abiotik tertentu seperti toleran suhu rendah atau suhu tinggi, toleran rendaman dan atau kekeringan, serta berbagai kondisi lahan yang sub optimal (defisiensi atau keracunan hara). 2.1, Antisipas! pemanasan global Pemanasan global menyebabkan terjadinya anomali iklim dengan frekuensi yang semakin sering. El-Nino biasanya berdampak pada musim kering yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, para pemulia tanaman diharapkan dapat menghasilkan dan mengembangkan VUB toleran kekeringan dan “super genjah”, untuk meminimalkan dampak atau menghindari kekeringan. Sebaliknya, untuk menghadapi anomali iklim La-Nina yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi diharapkan dapat dirakit padi yang tahan rendaman. Padi IR64-sub] dan Swarna-sub! yang telah diketahui tahan rendaman selama 12-18 hari akan diuji adaptasinya, dan akan dijadikan tetua dalam program pemuliaan untuk pengembangan varietas padi lahan rawa dan lebak, serta lahan irigasi yang rawan banjir. Peningkatan suhu pada slang hari dan atau malam hari akan berpengaruh terhadap mekanisme fotosisntesis dan respirasi tanaman. Di samping itu, meningkatnya suhu akan menyebabkan siklus hidup serangga semakin pendek. Hasil simulasi peningkatan suhu menunjukkan bahwa serangga dari jenis aphid dan wereng yang kebanyakan menjadi vektor virus, siklus hidupnya akan semakin pendek dengan semakin meningkatnya suhu lingkungan hidupnya. Untuk ‘mengantisipasi kondisi tersebut perlu dirakit varietas yang toleran suhu tinggi dan atau suhu rendah, varietas tahan serangga vektor dan atau varietas yang tahan virus, dengan tetap memperhatikan tingkat keragaman genetik ketahanan tetua, serta cita rasa mutu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. 2.2, Antisipas! kemunculan strain hama dan atau patotipe penyakit baru Rendahnya nilai guna dan umur edar suatu varietas unggul sering berkaitan dengan terjadinya deteriorasi keunggulan ketahanan dan atau toleransi varietas terhadap hama dan penyakit. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya dinamika genetik hama atau penyakit tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Antispasi terhadap peluang munculnya hal tersebut perlu dilakukan dengan membentuk populasi baru bahan pemuliaan yang berlatar belakang genetik luas, disertai dengan pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit yang lebih efisien. Untuk maksud di atas ketersediaan plasma nutfah unggul_mutlak diperlukan. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kegiatan eksplorasi, konservasi, dan karakterisasi plasma nutfah untuk memperoleh aksesi yang tahan/toleran tethadap berbagal kendala biotik dan abiotik perlu ditingkatkan. Demikian pula efisiensi pembentukan populasi dasar bahan pemuliaan perlu ditingkatkan dengan menggunakan berbagai sumber gen unggul, baik melaluiteknik pemutiaan konvensional, maupun melalui teknik pemuliaan presisi (precision breeding atau biotechnology and molecular breeding). Sembiring: Kebijakan Penelit 51 ‘Teknik pemnuliaan yang disebut terakhir sangat diperlukan untuk membentuk populasi tanaman iso-lini untuk menanggulangi kendala biotk yang mudah membentuk strain seperti blas, tungro atau biotipe seperti wereng cokelat, lebih- lebih untuk membentuk populasi tanaman padi yang secara alami tidak memiliki keunggulan sifat yang diinginkan seperti hainya ketahanan terhadap penggerek batang padi. 3. Mengembangkan teknologi Iahan sub optimal Fokus perhatian peneliti dan pihak-pihak lain yang terkait dengan upaya peningkatan produksi padi selama ini sebagian besar diarahkan ke lahan irigasi. Saat ini disadari bahwa kontribusi produksi padi dari tipe agroekosistem tersebut karena satu dan lain hal menjadi semakin menurun. Oleh sebab itu, ekstensifikast dan intensifikasi pertanaman padi di lahan sub-optimal (lahan tadah hujan, Jahan kering, lahan rawa, dan lahan pasang surut) perlu dilakukan. Dalam pengembangan jenis lahan tersebut harus dikembangkan teknologi yang ramah lingkungan, dengan memperhatikan aspek-aspek konservasi tanah dan air untuk menjaga kelestarian sistem produksi. a. Lahan kering Di daerah beriklim basah, jenis tanah yang dominan adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning yang memiliki karakteristik kesuburan tanah relatif rendah, pH rendah, dan keracunan Al. Di daerah beriklim kering, lahan umumnya subur, tetapi kemungkinan kahat hara S, hara mikro, dan kurang air. Selain itu, masalah hama seperti lalat bibit, belalang, walang sangit, dan orong-orong dengan dominasi yang berbeda antarlokasi harus diwaspadai. Blas merupakan penyakit utama pada padi gogo yang hingga saat ini menjadi kendala dalam pengembangan varietas unggul. Kendala-kendala tersebut_menyebabkan rendahnya hasil padi gogo yang hingga saat ini baru mencapai rata-rata 1,5 t GKG/ ha. Dengan inovasi teknologi varietas dan pengelolaan tanaman yang lebih baik, peluiang peningkatan produktivitas padi di lahan kering cukup besar. Berbagai varietas unggul toleran dengan kondisi lahan dan lingkungan seperti tersebut di atas telah berhasil dirakil, sebagai contoh varietas padi gogo Situ Patenggang yang dikembangkan di Blora pada lahan kering dengan tingkat kesuburan sedang mampu memberikan hasil panen sebanyak 6 Via GKG; angka tersebut sudah melampaui angka rata-rata produksi padi nasional (4,54 vha GKG) Dengan tekstur nasi yang pulen dan aromatik, harga jual gabah Situ Patenggang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual gabah varietas-varietas padi yang ditanam sebelumnya (tokal, Ciherang, dil.) b, Lahan pasang surut Pertanaman padi di lahan pasang surut umumnya menghadapi kendala kesuburan lahan yang rendah, pH rendah sampai sangat rendah, keracunan besi, keracunan Al, dan keracunan asam-asam organik. Selain itu, hama dan penyakit yang biasa terdapat di lahan irigasi juga sering muncul, ditambah dengan 52 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. Apresiasi Has Penelitian Padi 2007 prevalensi hama tikus, orong-orong, yang relatif tinggi. Pada kondisi lahan dan lingkungan seperti itu peningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui introduksi varietas unggul baru. Punggur, Indragiri, Siak Raya, Tenggulang, Lambur, Mendawak adalah varietas-varietas yang dirakit khusus untuk dikembangkan di tipe agroekosistem tersebut. Walaupun demikian, teknik budidaya perlu dirakit secara cermat untuk disesuaikan dengan kondisi lahan, air, lingkungan biotik-abiotik, dan kemampuan petani setempat. Sistem tata air mikro (irigasi dan drainase) yang tepat akan sangat menentukan tingkat keberhasilan sistem produksi padi di lahan rawa pasang surut. Model PTT diharapkan mampu ‘meningkatkan produktivitas dan produksi padi di lahan seperti ini. KONTRIBUSI PENELITIAN TANAMAN PADI Kontribusi Aktual Hasil survei pada sentra produksi padi diketahul bahwa 91% sawah ditanami variétas unggul baru, Dari varietas-varietas yang ditanam petani, 75% adalah varietas unggul baru hasil penelitian padi Badan Litbang Pertanian. Sepuluh besar varietas yang diadopsi petani pada tahun 2005 (Tabel 4) adalah _IR64 (31,4%), Ciherang (21,8%), Ciliwung (7,9%), Way Apo Buru (3,3%), IR42 (2,2%), Widas (1,79), Memberamo (16%), Cisadane (1,6%), IR66 (1,1%) dan Cisokan (1,0%). Proporsi adopsi IR64 terus menurun sejak survei adopsi varietas dimulai tahun 2000. Varietas IR64 memiliki hasil lebih rendah 0,81-1 vha (14,3-14,8%) dibandingkan dengan VUB, VUH, maupun VUTB lainnya. Dampak ekonomi Tabel 4. Proporsi adopsi varietas unggul baru padi di sentra produksi padi berdasarkan hasil survei tahun 2006 Peringkat —_Varietas. Tahun pelepasan Proporsi (%) 1 IR64 1986 314 2 Ciherang 2000 21,8 3 Ciliwung 1989 79 4 Way Apo Buru 1998 33 5 IRA2 1988 22 6 Widas 1999 7 7 Memberamo 1995 16 8 Cisadane 1980 16 9 IR66 1995 1 10 Cisokan 1985 10 u Varietas lain : 26.4 Semblring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi... 53 Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 pergeseran adopsi IR64_ke VUB hasil pemuliaan dalam negeri seperti Ciherang dil. Pada periode 2000-2005 dapat dihitung dari luas penyusutan areal tanam IR64 dikalikan dengan selisih hasil panen dan harga gabah, mencapai nilai Rp1,5 triliyun, sama dengan 200 kali lipat dari anggaran operasional penelitian yang diperuntukkan bagi penelitian tanaman padi. Potensi Kontribusi Untuk mengaktualisasikan potensi genetik VUB di lapangan diperlukan dukungan berbagai komponen teknologi budidaya dan proteksi tanaman yang terintegrasi dalam pendekatan PTT. Potensi kontribusi PTT dari setiap satu hektar penerapannya adalah sebagai berikut: (1) kontribusi PTT terhadap peningkatan produksi padi rata-rata dapat meningkatkan hasil 16-37% (rata-rata 1 Vha GKP). (2) efisiensi input dari penghematan penggunaan benih Rp80.000/ha, dan penggunaan pupuk urea Rp47.000/ha, serta (3) penghematan penggunaan air irigasi sebanyak 270 liter air per kg gabah kering panen. DUKUNGAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL Dalam upaya peningkatan produksi beras nasional Badan Litbang Pertanian dapat berperan dalam menyiapkan teknologi dan mempercepat penyebaran teknologi melalui penyediaan benih sumber, pengawalan teknologi penyebaran petunjuk teknis lapang, demonstrasi plot, dan lokakarya serta pelatihan bagi pelatih. Bentuk konkrit dukungan adalah: (1) penciptaan varietas unggul dengan karakter yang diinginkan, (2) penyediaan benih sumber, (3) teknologi on farm berupa Panduan Produksi Benih dan PTT, (4) pendampingan teknologi, (5) percepatan diserninasi melalui demplot dan gelar teknologi, dan (6) percepatan alih teknologi melalui lokakarya dan pelatihan bagi pelatih. Perakitan Varietas Unggul Tuntutan konsumen dan perubahan lingkungan khususnya perkembangan hama-penyakit padi sangat dinamis, sehingga perbaikan karakter VUB perlu terus dilakukan sesuai dengan tuntutan tersebut. Para pemulia tanaman padi dituntut untuk menghasilkan varietas baru yang sesuai dengan preferensi konsumen namun juga tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 3 dan penyakit tungro. Galur-galur harapan yang akan diusulkan untuk dilepas merupakan jawaban terhadap tantangan tersebut. Galur harapan padi tahan wereng cokelat blotipe 3 Dua galur padi inbrida yaitu galur dengan nomor pedigri BP1356-1g-Kn-4 dan BP3448e-4-2 tahan wereng cokelat biotipe 3 dengan hasil 5,8-6 ha GKG. Galur harapan padi hibrida tahan wereng cokelat blotipe 3 Dua galur padi hibrida H27 dan H53 dengan hasil 6,03-6,26 Yha GKG di samping tahan wereng cokelat biotipe 3 juga tahan penyakit hawar daun bakteri 54 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Pa ‘Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 J (HDB) strain IV dan strain VII. Dua galur padi hibrida H70 dan H71 dengan hasil 5,37-5,96 Vha GKG tahan wereng cokelat biotipe 3, namun agak tahan penyakit hawar daun bakteri (HDB) strain IV dan strain Vill dan penyakit tungro. Galur harapan padi tipe baru tahan wereng cokelat biotipe 3 Lima galur padi tipe baru perbaikan karakter Fatmawali adalah galur-galur dengan nomor pedigri BP360E-MR-79-PN-2, BP35SE-MR-45, BP138F-KN-23, BP205D-KN-78-1-8. dan BP23F-PN-11. Ke lima galur tersebut memiliki rentang potensi hasil 8,2-9,7 ha GKG, dengan rentang rata-rata hasil 6,5-7,4 Vha GKG. Tingkat kerontokan kelima galur tersebut sedang, yang berarti lebih mudah. dirontok dibanding Fatmawati. Galur BP360E-MR-79-PN-2 maupun BP205D-KN- 78+1-8 tahan wereng cokelat biotipe 3. Sepuluh galur harapan sedang diuji dalam uji multilokasi, yaitu: BP400G-PN-12-3-6, B11007E-MR-3-2-PN-2-1, B11007E-MR- 3-2-PN-2-2, B10531F-KN-83-3, B10533F-KN-I1-1, B10533F-KN-12-2, B10543E-PN- 17-1, B10528F-KN-29-3 B10528F-KN-29-3, dan B10541F-KN-31-3. Dua belas galur harapan haploid ganda hasil kultur antera telah didapat dan sedang diuji dalam ‘observasi untuk daya hasil dan keseragamannya. Galur harapan padi tahan penyakit tungro dan hawar daun bakteri ‘Tiga galur harapan padi inbrida tahan penyakit tungro, yaitu galur dengan nomor pedigri RUTT 69SG-1B-1-1-3-2-2-1, RUTT 96ST-1B-15-1-2-2-2-1 dan BPT 164C-68-7-3-1. Rentang hasil ketiga galur tersebut adalah 5,2-6,3 tha GKG. Ketiga galur tersebut juga tahan penyakit hawar daun bakteri strain IV, agak tahan wereng cokelat biotipe 3, kecuali_ galur BPT 164C-68-7-3-1 peka terhadap wereng, cokelat, Galur harapan padi rawa toleran keracunan Fe/ Al dan tahan penyakit blas Enam galurharapan padi rawa dengan nomor pedigri:B9833C-KA-14, B9852E- KN-35-KA-66, B5244G-SM-61-2-1, B9858B-KN-55, B10214F-TB-7-2-3, IR61242-3B-B- 2 memiliki rentang potensi hasil 6,25-6,74 Vha GKG dan rata-rata hasil 5,06-5,85 ‘tUha GKG. Di samping memiliki keunggulan toleran terhadap keracunan Fe/Al, galur tertentu ada yang tahan wereng cokelat biotipe 3, penyakit blas, tungro, hawar daun bakteri. Galur harapan padi berkadar besi dan zink tingg! Penelitian biofortifikasi Fe dan Zn menunjukkan, bahwa galur BP9458F-36- 8:B dan BP9458F-19-1-3-B merupakan galur terbaik sebagai galur biofortifikasi berkadar Fe dan Zn tinggi. Penyediaan Benth Sumber Dalam sistem perbenihan padi nasional dikenal empat kelas benih, yakni: BS (benih penjenis), FS (benih dasar), SS (benih pokok), dan ES (benih sebar). Pengendalian mutu benih kelas FS, SS, dan ES menjadi tanggung jawab Balai Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. 55, ‘Apresiasi Hasil Peneltian Padi 2007 Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), sedangkan untuk penyediaan dan pengendalian mutu BS secara formal menjadi tanggung jawab instansi penyelenggara pemuliaan. BS padi yang diproduksi Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BB Padi mengadopsi sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2000 yang didukung oleh laboratorium uji mutu benih yang sudah terakreditasi ISO 17025:2000. Pada musim hujan (MH) 2005/2006 diproduksi BS dari 52 varietas dengan jumlah produksi benih 2.339 kg dan telah terdistribusikan 1.882 kg. Pada musim kemarau (MK) diproduksi BS dari 68 varietas dengan jumlah produksi benih 4.269, kg dan telah didistribusikan 4.888 kg. Diseminasi Untuk mempercepat alur penyebaran informasi hasil penelitian sesuai agroekosistem daerah pengembangan dapat dilakukan melalui kegiatan ekspose, temu lapang, dan visualisasi keragaan tanaman. Hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang telah dicapai perlu dilakukan peningkatan proses transfer teknologi ke pengguna, memastikan teknologi yang diadopsi oleh petani dan sosialisasi dengan lembaga dan instansi terkait. Secara koordinasi diharapkan tercipta suatu jaringan transfer teknologi yang kondusif, tepat, dan akurat dengan umpan balik untuk menentukan arah penelitian yang akan datang. ‘Teknologi yang dihasilkan tidak begitu saja dapat diadopsi oleh pengguna. Hal ini disebabkan antara lain pengguna belum mengetahul dan memahami sepenuhnya tentang keunggulan atau kendala teknologi baru trsebut, Oleh karena itu, penyampaian informasi teknologi baru tersebut perlu dilakukan. Varietas unggul baru, padi hibrida, dan varietas unggul baru lainnya diyakini mampu berproduksi 15-20% lebih tinggi dari varietas unggul biasa. Hasil penelitian pendekatan model PTT di beberapa provinsi penghasil utama padi menunjukkan mampu memberikan hasil 1-2 ha lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya konvensional. Namun kenyataan di lapangan masih banyak hasil penelitian yang belum sampai ke pengguna, khususnya petani. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) padi yang modem, perlu meningkatkan intensitas dan volume penyebarluasan teknologi hasil penelitiannya melalui apresiasi, sosialisasi, dan temu lapang, sehingga diharapkan dapat mempercepat diseminasi hasil penelitian ke pengguna. Diseminasi pengendallan tikus di berbagal agroekosistem Hingga saat ini, tindakan pengendalian tikus telah disusun menjadi rekomendasi Pengendalian Hama Tikus ‘Terpadu (PHTT) dan telah terbukti efektif. mampu mengatasi masalah hama tikus di berbagai agroekosistem. Prinsip dasar PHTT adalah menekan populasi tikus sedini mungkin (pada awal musim tanam dan sebelum terjadi kerusakan tanaman) dengan memanfaatkan berbagal teknologi yang telah diteliti dan dikembangkan di BB Padi, di antaranya permasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linear Trap Barrier System). 56 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. ‘Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 Kegiatan diseminasi dilaksanakan di lingkup nasional dan intemasional. Di dalam negeri aktif dalam kegiatan pendampingan teknologi Primatani, P2BN, gelar teknologi, pelatihan, dan magang. Petunjuk teknis lapang Petunjuk teknis lapang yang telah diterbitkan adalah: (1) Produksi Benih Sumber, (2) Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi, (3) Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida, (4) PTT Lahan Sub optimal (ahan kering, lahan sawah tadah hujan, lahan pasang suru/rawa), dan (5) Pengendalian Hama Penyakit Padi. Pengawalan teknologi Pendamping teknologi mempunyai tugas: (1) sebagai narasumber teknologi padi, (2) membantu menerapkan teknologi padi spesifik lokasi, (3) membantu pemecahan masalah teknologi padi. Pendampingan terutama dimaksudkan untuk membantu petani menerapkan teknologi spesifik lokasi berdasarkan hasil PRA. Sejumlah 128 peneliti padi yang terdiri dari 79 orang peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan 49 peneliti padi di Balit yang terkait dengan padi di lingkup Badan Litbang Pertanian ditugaskan sebagai pengawal teknologi P2BN di 16 provinsi. Demonstrasi plot Pelaksanaan demostrasi plot PTT dijadikan tempat praktek bagi penyuluh dan petani. Petak demonstrasi plot akan dilaksanakan bersama oleh pene! adi dengan dinas pertanian dan direktorat teknis terkait pada laboratoium lapang maupun petak demplot yang dirancang oleh peneliti padi. Lokakarya Lokakarya diadakan untuk para peneliti padi dan widyaiswara pendamping teknologi P2BN dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Balit di lingkup Badan Litbang Pertanian yang terkait dengan perpadian nasional. PENUTUP Penelitian tanaman padi Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan teknologi yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan produksi padi. Hasil penelitian tersebut perlu didiseminasikan kepada pengguna. Penelii senantiasa siap untuk bekerjasama mengawal teknologi agar sampai ke lahan petani bersama-sama dengan para penyuluh pertanian dan pihak yang terkait dalam peningkatan produks! padi. Pada masa yang akan datang tantangan perpadian nasional semakin berat. Kondisi sumberdaya peneliti tanaman padi saat ini sangat mengkhawatirkan. Sekitar 65% dari para peneliti padi yang ada di Badan Litbang Pertanian telah memasuki masa usia pensiun, dan diperkirakan sekitar 5 tahun lagi para peneliti ‘Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi. 57 Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007 senior telah menyelesaikan masa baktinya sebagai pegawai negeri. Kebijakan zero growth dalam penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) termasuk untuk peneliti pada beberapa tahun yang lalu, telah menyisakan para peneliti separuh baya. Oleh sebab itu, upaya percepatan “peningkatan kapasitas sumberdaya peneliti khususnya peneliti padi” perlu diprioritaskan. Karena hanya dengan sumberdaya manusia berkualitas yang cukup, cetak biru (blue print) Pembangunan Pertanian Nasional sesuai dengan konsep Revitalisasi Pertanian, dapat diimplementasikan secara efisien dan penelitian tanaman padi senantiasa dapat menyediakan iptek tanaman padi sesuai tuntutan pembangunan pertanian. DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2007. Renstra 2005-2009 penelitian tanaman Padi. Balai Besar Penenlitian Tanaman Padi. Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian padi: Menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. agi, A.M., L. Las, M. Syam, A.K. Makarim, dan A. Hasanuddin. 2003. Penelitian. padi: Menuju revolusi hijau lestari. Balai Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. Makarim, A.K., D. Pasaribu, Z. Zaini, dan I. Las. 2005. Analisis dan Sintesa Pengembangan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah. Balai Penelitian Tanaman padi, Badan Litbang Pertanian. Las, |., A-K. Makarim, Sumarno, S. Purba, M. Mardiharini, S, Kartaatmadia. 1999. Pola IP Padi 300, konsepsi dan prospek implementasi sistem usaha Pertanian berbasis sumber daya. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 66 p. Oka, LN. 1982. The potential to the integration of plant resistance, agronomic, biological, physical/mechanical techniques and pesticide for pest control in farming systems. Chemrawn II: Pergamon Press. p. 173-184. Sunendar, K. dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan tanaman terpadu: Konsep dan penerapan. Dalam: Makarim (Eds). Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan: Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penel Tanaman Pangan IV. Bogor, 22-24 November 1999. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. p. 75-114, Soetarto, A., Jasis, S.W. G. Subroto, M. Siswanto, dan E. Sudiyanto. 2001. Sistem ‘peramalan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) mendukung sistem produksi padi berkelanjutan. Dalam: Implementasi Kebijakan Strategis untuk Meningkatkan Produksi Padi Berwawasan Agribisnis dan Lingkungan. Las (Eds). Puslibang Tanaman Pangan. 247 p. 58 Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi, ‘Apresiasi Has Penelitian Padi 2007 Suprihatno, B., AA. Daradjat, Satoto, S.E. Baehaki, N. Widiarta, A. Setyono, S.D. Indrasari, O.S. Lesmana, dan H. Sembiring. 2007. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. Widiarta, IN. dan A.A. Daradjat. 2000. Daya tular tungro daerah endemis terhadap varietas tahan. Berita Puslitbangtan 18: 1-2. ‘Sembiring: Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB 59

You might also like