You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Dispepsia
1. Pengertian
Dispepsia adalah sebuah gangguan fungsi pencernaan dimana penderita
biasanya akan merasakan mual, nyeri ulu hati, dan mungkin begah perut.
Biasanya akan semakin terasa jika penderita kekenyangan dan akan diperberat
ketika penderita mengkonsumsi makanan yang berbumbu, berlemak dan
mengandung kafein (Williams & Wilkins, 2011).
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.
Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh
terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali menyerang individu usia
produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016)
2. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan factor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan
dispepsia adalah:
a. Bakteri
Helicobacter pylori. Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir
sendiri adalah untuk melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi
asam lambung. Infeksi yang diakibatkan bakteri helicobacter menyebakan
peradangan pada dinding lambung.
b. Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu orang yang
merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
c. Stres
Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.
Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat
lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
d. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) misalnya aspirin, ibuproven yang terlalu sering dapat menyebabkan
penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis.
e. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan kafein seperti kopi dapat
meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi
iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.
f. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
g. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti kopi dan
mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam lambung
berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi
dinding lambung
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, zat-zat seperti nikotin dan
alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan akan
berkurang sehingga lambung akan kosong sehingga dapat menyebabkan erosi
pada lambung akibat gesekan-gesekan antara dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medula oblongata membawa implus muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Longo & Fauzi, 2014).
4. WOC Dispepsia

Dispepsia organik Dispepsia fungsional

Stress Nikotin, alkohol

Merangsang saraf simpatis Respon mukosa lambung


nervus ke vagus

Rasa Panas Pada Vasodilatasi mukosa gaster


Produksi HCL
Daerah Dada dilambung meningkat
HCL kontak dengan
mukosa gaster
MK : Pola Napas Mual MK : Nausea
Tidak Efektif
Muntah MK : Defisit Nutrisi MK : Nyeri Akut

MK : Hipovolemia Perubahan pada status


kesehatan
MK : Intoleransi MK : Risiko Ketidakseimbangan
Aktivitas Lemas Elektrolit

MK : Ansietas MK : Defisit
Pengetahuan
5. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang sering muncul menurut (Muttaqin & Sari, 2011)
yaitu sebagai berikut :
a. Rasa nyeri ulu hati
b. Mual muntah
c. Perut kembung
d. Rasa lebih cepat kenyang
e. Perut terasa begah
f. Rasa panas pada daerah dada atau epigastrium
g. Nafsu makan menurun
h. Aktifitas dibantu
i. Lemas
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Longo & Fauzi (2014), berbagai penyakit dapat menimbulkan keluhan,
sama halnya dengan sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit di saluran, maka perlu dipastikan penyakitnya.
Untuk menentukan penyakit maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti, pankreatitis kronik, diabetes
milutus. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnostik suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi
Sesuai dengan definisi bahwa dispepsia fungsional gambaran endoskopiny
normal atau sangan tidak spessifik
d. USG
Merupakan pemeriksaan yang tidak invasif, akhir-akhir ini banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap
saatdan pada kondisi klien yang beratpun daapat dimanfaatkan.
7. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain,
pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus
(Longo & Fauzi, 2014).
II. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang dikeluhkan pasien biasanya nyeri di perut bagian atas,
mual ketika makan, dan lemas saat beraktifitas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang dengan keadaan sadar, dan menahan nyeri, mual serta
lemas. Klien juga akan diperiksa tanda-tanda vitalnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau tidak. apakah
klien pulang dengan keadaan sehat atau masih sakit. apakah klien memiliki
riwayat penyakit kronis atau tidak.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang
diderita klien saat ini.
e. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum: sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygine.
2) Data sistemik
a) Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap apakah
mengalami perubahan seperti mati rasa atau baal, peraba.
b) Sistem penglihatan : lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak
mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, reflek, pupil.
c) Sistem pernafasan : frekuensi nafas bagaimana, apakah klien batuk, bunyi
nafas, sumbatan jalan nafas, apakah klien sesak nafas karena menahan
nyeri
d) Sistem kardiovaskuler : tekanan darah apakah normal atau tidak, denyut
nadi normal atau tidak, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler,
terdapat edema atau tidak.
e) Sistem saraf pusat : apakah kesadaran menurun atau tidak, bicara lancar
atau terbata-bata, orientasi waktu tempat orang apakah baik atau tidak.
f) sistem gastrointestinal : nafsu makan menurun atau tidak, porsi makan
berkurang atau tidak, apakah pasien mengeluh mual dan susah menelan
makanan, apakah pasien kesulitan dalam mengunyah, apakah perut terasa
kembung atau tidak.
g) Sistem muskoloskeletal : apakah klien mengalami masalah pada rentang
gerak, keseimbangan dan cara jalan klien terganggu atau tidak,
kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari apakah dibantu atau tidak,
tangan dan kaki mengalami kelemahan atau tidak, akral teraba dingi atau
hangat.
h) Sistem integumen: warna kulit sianosis atau tidak , turgor kulit elastis atau
tidak.
i) Sistem perkemihan : urin ( bagaimana warna, jumlah, dan pancaran )
2. Diagnosa Keperawatan
No Kode SDKI
1. D.0077 Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1. Agen pencedera fisik
2. Agen pencedera fisiologis
3. Agen pencedera kimiawi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
mingkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
- 1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Proses berpikir
terganggu
4. Berfokus pada diri
sendiri
5. Diaforesis
6. Nafsu makan
berubah
7. Menarik diri
Kondisi Klinis Terkait :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
2. D.0076 Neusea
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi :
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah
Penyebab :
1. Gangguan biokimiawi
2. Gangguan pada esofagus
3. Distensi lambung
4. Iritasi lambung
5. Gangguan pankreas
6. Peregangan kapsul limpa
7. Peningkatan tekanan intraabdominal
8. Peningkatan tekanan intrakranial
9. Peningkatan tekanan intraoebital
10. Mabuk perjalanan
11. Kehamilan
12. Rasa makanan/minuman yang tidak enak
13. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
14. Efek agen farmakologis
15. Efek toksin
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh mual -
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak berminat
makan

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Merasa asam di 1. Saliva meningkat
mulut 2. Pucat
2. Sensasi panas/dingin 3. Diaforesis
3. Sering menelan 4. Takikardia pupil
dilatasi
Kondisi Klinis Terkait :
1. Meningitis
2. Labirinitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis diabetik
5. Tumor intraabdomen
6. Neuroma akustik
7. Tumor otak
8. Kanker
9. Glaukoma
3. D.0080 Ansietas
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek tang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi
sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis.toksin, polutan,
dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif :
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejalan dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif :
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit
autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
3. Perencanaan
SLKI SIKI
L.08066 : Tingkat Nyeri I.08238 : Manajemen Nyeri
Definisi : Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional Mengidentifikasi mengelola
yang berkaitan dengan kerusakan pengalaman sensorik atau emosional
jaringan aktual atau fungsional, yang berkaitan dengan kerusakan
dengan onset mendadak atau lambat jaringan atau fungsional dengan onset
dan berintensitas ringan hingga berat mendadak atau lambat dengan
dan konstan. berintensitas ringan hingga berat dan
Tujuan : konstan.
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
keperawatan, diharapkan tingkat nyeri Observasi
klien dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, kualitas nyeri,
hasil sebagi berikut : karakteristik, durasi, frekuensi
1. Kemampuan menuntaskan nyeri
aktivitas dari skala 1 (menurun) 2. Identifikasi skala nyeri
menjadi skala 5 (meningkat) 3. Identifikasi nyeri secara non
2. Keluhan nyeri dari skala 1 verbal
(meningkat) menjadi skala 5 4. Identifikasi faktor yang
(menurun) memperberat dan memper ringan
3. Meringis dari skala 1 (meningkat) nyeri
menjadi skala 5 (menurun) 5. Identifikasi pengetahuan dan
4. Sikap protektif dari skala 1 keyakinan tentang nyeri
(meningkat) menjadi skala 5 6. Identifikasi pengaruh budaya
(menurun) terhadap respon nyeri
5. Gelisah dari skala 1 (meningkat) 7. Identifikasi pengaruh nyeri
menjadi skala 5 (menurun) terhadap kualitas hidup
6. Kesulitan tidur dari skala 1 8. Monitor keberhasilan terapi
(meningkat) menjadi skala 5 komplementer yang sudah
(menurun) diberikan
7. Menarik diri dari skala 1 9. Monitor efek samping
(meningkat) menjadi skala 5 penggunaan analgesik
(menurun) Terapiutik
8. Berfokus pada diri sendiri dari 1. Fasilitasi istirahat dan tidur
skala 1 (meningkat) menjadi skala 2. Berikan teknik non farmakologis
5 (menurun) untuk mengurangi rasa nyeri
9. Diaforesis dari skala 1 3. Kontrol lingkungan yang
(meningkat) menjadi skala 5 memperberat rasa nyeri
(menurun) 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
10. Perasaan depresi (tertekan) dari nyeri dalam pemilihan strategi
skala 1 (meningkat) menjadi skala meredakan nyeri
5 (menurun) Edukasi
11. Perasaan takut mengalami cedera 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
berulang dari skala 1 (meningkat) pemicu nyeri
menjadi skala 5 (menurun) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
12. Anoreksia dari skala 1 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
(meningkat) menjadi skala 5 mandiri
(menurun) 4. Anjurkan menggunakan analgetik
13. Perineum terasa tertekan dari secara tepat
skala 1 (meningkat) menjadi skala 5. Ajarkan teknik non farmakologi
5 (menurun) untuk mengurangi rasa nyeri
14. Uterus teraba membulat dari skala Kolaborasi
1 (meningkat) menjadi skala 5 1. Kolaborasi pemberian analgetik
(menurun) jika perlu
15. Ketegangan otot dari skala 1
(meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
16. Pupil dilatasu dari skala 1
(meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
17. Muntah dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
18. Mual dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
19. Frekuensi nadi dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
20. Pola napas dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
21. Tekanan darah dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
22. Proses berfikir dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
23. Fokus dari skala 1 (memburuk)
menjadi skala 5 (membaik)
24. Fungsi berkemih dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
25. Perilaku dari skala 1 (memburuk)
menjadi skala 5 (membaik)
26. Nafsu makan dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
27. Pola tidur dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)

L.03030 : Status Nutrisi I.03117 : Manajemen Mual


Definisi : Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk Mengidentifikasi dan mengelola
memnuhi kebutuhan metabolisme perasaan tidak enak pada bagian
Tujuan : tenggorok atau lambung yang dapat
Setelah dilakukan intervensi menyebabkan mual
keperawatan, diharapkan status nutrisi Tindakan :
klien dapat teratasi dengan kriteria Observasi
hasil sebagi berikut : 1. Identifikasi pengalaman mual
1. Porsi makan yang dihabiskan dari 2. Identifikasi isyarat nonverbal
skala 1 (menurun) menjadi skala 5 ketidaknyamanan
(meningkat) 3. Identifikasi dampak mual
2. Kekuatan otot mengunyah dari terhadap kualitas hidup (mis.
skala 1 (menurun) menjadi skala 5 Nafsu makan)
(meningkat) 4. Identifikasi faktor penyebab mual
3. Kekuatan otot menelan dari skala 5. Identifikasi identifikasi
1 (menurun) menjadi skala 5 antiemetik untuk mencegah mual
(meningkat) 6. Monitor mual
4. Serum albumin dari skala 1 7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
(menurun) menjadi skala 5 Terapiutik
(meningkat) 1. Kendalikan faktor lingkungan
5. Verbalisasi keinginan untuk penyebab mual
meningkatkan nutrisi dari skala 1 2. Kurangi atau hilangkan keadaan
(menurun) menjadi skala 5 penyebab mual
(meningkat) 3. Berikan makanan dalam jumlah
6. Pengetahuan tentang pilihan kecil dan menarik
makanan yang sehat dari skala 1 4. Berikan makanan dingin, cairan
(menurun) menjadi skala 5 bening, tidak berbau dan tidak
(meningkat) berwarna, jika perlu
7. Pengetahuan tentang pilihan Edukasi
minuman yang sehat dari skala 1 1. Anjurkan istirahat dan tidur yang
(menurun) menjadi skala 5 cukup
(meningkat) 2. Anjurkan sering membersihkan
8. Pengetahuan tentang standar mulut, kecuali jika merangsang
asupan nutrisi yang tepat dari mual
skala 1 (menurun) menjadi skala 5 3. Anjurkan makanan tinggi
(meningkat) karbohidrat dan rendah lemak
9. Penyiapan dan penyimpanan 4. Ajarkan penggunaan teknik non
makanan yang aman dari skala 1 farmakologi untuk mengatasi
(menurun) menjadi skala 5 mual
(meningkat) Kolaborasi
10. Perasaan cepat kenyang dari skala 1. Kolaborasi pemberian antiemetik,
1 (meningkat) menjadi skala 5 jika perlu
(menurun)
11. Nyeri abdomen dari skala 1
(meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
12. Sariawan dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
13. Rambut rontok dari skala 1
(meningkat) menjadi skala 5
(menurun)
14. Diare dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 5 (menurun)
15. Berat badan dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
16. IMT dari skala 1 (memburuk)
menjadi skala 5 (membaik)
17. Frekuensi makan dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
18. Nafsu makan dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
19. Bising usus dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
20. Membran mukosa dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
L.09093 : Tingkat Ansietas I.09314 : Reduksi Ansietas
Definisi : Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman Minimalkan kondisi individu dan
subyektif terhadap objek yang tidak pengalaman subyektif terhadap objek
jelas dan spesifik akibat bahaya yang yang tidak jelas dan spesifik akibat
memungkinkan individu melakukan antisipasi bahaya yang
tindakan untuk menghadapi ancaman memungkinkan individu melakukan
Tujuan : tindakan untuk menghadapi ancaman
Setelah dilakukan intervensi Tindakan
keperawatan, diharapkan status nutrisi Observasi
klien dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
hasil sebagi berikut : berubah
1. Verbalisasi kebingungan dari 2. Identifikasi kemampuan
skala 1 (meningkat) menjadi skala mengambil keputusan
5 (menurun) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Verbalisasi khawatir akibat (verbal dan non verbal)
kondisi yang dihadapi dari skala 1 Terapeutik
(meningkat) menjadi skala 5 1. Ciptakan suasana terapiutik untuk
(menurun) menumbuhkan kepercayaan
3. Perilaku gelisah dari skala 1 2. Temani pasien untuk mengurangi
(meningkat) menjadi skala 5 kecemasan
(menurun) 3. Pahami situasi yang membuat
4. Perilaku tegang dari skala 1 ansietas
(meningkat) menjadi skala 5 4. Dengarkan dengan pebuh
(menurun) perhatian
5. Keluhan pusing dari skala 1 5. Gunakan pendekatan yang tenang
(meningkat) menjadi skala 5 dan meyakinkan
(menurun) 6. Tempatkan barang pribadi yang
6. Anoreksia dari skala 1 memberikan kenyamanan
(meningkat) menjadi skala 5 7. Motivasi mengidentifikasi situasi
(menurun) yang memicu kecemasan
7. Palpitasi dari skala 1 (meningkat) 8. Diskusikan perencanaan realistis
menjadi skala 5 (menurun) tentang peristiwa yang akan
8. Frekuensi pernapasan dari skala 1 datang
(meningkat) menjadi skala 5 Edukasi
(menurun) 1. Jelaskan prosedur, termasuk
9. Frekuensi nadi dari skala 1 sensasi yang mungkin dialami
(meningkat) menjadi skala 5 2. Informasikan secara faktual
(menurun) mengenai diagnosis, pengobatan,
10. Tekanan darah dari skala 1 dan prognosis
(meningkat) menjadi skala 5 3. Anjurkan keluarga untuk tetap
(menurun) bersama pasien, jika perlu
11. Diaforesis dari skala 1 4. Anjurkan melakukan kegiatan
(meningkat) menjadi skala 5 yang tidak kompetitif, sesuai
(menurun) kebutuhan
12. Tremor dari skala 1 (meningkat) 5. Anjurkan mengungkapkan
menjadi skala 5 (menurun) perasaan dan persepsi
13. Pucat dari skala 1 (meningkat) 6. Latih kegiatan pengalihan untuk
menjadi skala 5 (menurun) mengurangi ketegangan
14. Konsentrasi dari skala 1 7. Latih penggunaan mekanisme
(memburuk) menjadi skala 5 pertahanan diri yang tepat
(membaik) 8. Latih teknik relaksasi
15. Pola tidur dari skala 1 Kolaborasi
(memburuk) menjadi skala 5 1. Kolaborasi pemberian
(membaik) antiansietas, jika perlu
16. Perasaan keberdayaan dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
17. Kontak mata dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
18. Pola berkemih dari skala 1
(memburuk) menjadi skala 5
(membaik)
19. Orientasi dari skala 1 (memburuk)
menjadi skala 5 (membaik)
DAFTAR PUSTAKA
Longo, L dan Fauzi, S. Anthony. 2014. Harisson Gastroenterologi & Hepatologi.
United State of America : MC Graw Hill Education
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Williams., & Wilkins. (2011). Nursing:Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. jakarta : PT Indeks.

You might also like