Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
In this research, the method used is the STORET method. The method used
refers to the Decree of the Minister of Environment No. 113 of 2003. In
principle, the STORET method is to compare data on water quality with water
quality standards which are adjusted according to their designation to
determine the status of water quality. The method for determining the water
quality status of the STORET method uses the value system of the US-EPA
(Environmental Protection Agency) by classifying water quality into four
classes. This research was conducted on 2 segments of the Poboya river and
the parameters of river water quality used included: temperature, pH, COD,
Nitrit, Fosfat. Water quality data obtained in both segments (temperature, pH,
COD, NO3-N, PO4.) Were then analyzed for each segment using the
STORET method so that the water quality status of the poboya river
calculated using the STORET method was known to have a moderate
polluted status.
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang untuk memelihara fungsi air agar
memenuhi hajat hidup orang banyak kualitasnya tetap pada kondisi
sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap alamiahnya. Pelestarian kualitas air
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan dilakukan pada sumber air yang terdapat
manusia serta makhluk hidup lainnya. di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air kualitas air pada sumber air di luar hutan
sehingga dapat dimanfaatkan secara lindung dilakukan dengan upaya
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu pengendalian pencemaran air, yaitu upaya
air yang diinginkan, maka perlu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas
pelestarian dan atau pengendalian. air memenuhi baku mutu air. Sungai
Pelestarian kualitas air merupakan upaya Poboya merupakan salah satu sungai
yang bermuara ke Teluk Palu. Sungai ini poboya tercemar, sehingga jika dilakukan
mempunyai berbagai manfaat bagi terus Menerus secara berlebihan dapat
penduduk kota Palu, bahkan sangat menyebabkan kualitas air sungai poboya
Penting untuk berbagai kebutuhan menjadi bertambah buruk. Oleh karena itu
masyarakat di kota Palu. Sungai Poboya perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut
telah mengalami penurunan kualitas mutu untuk mengetahui mutu air poboya.
air yang disebabkan oleh buangan limbah, Sungai poboya belum diketahui status
baik itu dari limbah domestik maupun mutu airnya, sehingga untuk mengetahui
limbah pertambangan. Pada hulu Kali bagaimana kondisi di daerah tersebut,
Poboya terdapat permukiman dan area peneliti menggunakan metode storet yang
pertambangan. Bantaran sungai poboya kemudian hasilnya dibandingkan
digunakan oleh masyarakat sekitar Berdasarkan Keputusan Menteri
sebagai MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
dengan secara langsung membuang tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
limbah ke badan air . Kondisi tersebut Air . Parameter yang digunakan dalam
wajib diperhatikan karena dapat penelitian ini adalah suhu, pH, COD, Nitrit,
menimbulkan bahwa kualitas sungai dan Fosfat.
2. Kelas B: baik, skor = -1 s/d -10
cemar ringan
TINJAUAN PUSTAKA
3. Kelas C: sedang, skor = -11 s/d -
Status Mutu Air 30 cemar sedang
4. Kelas D: buruk, skor ≥ -31 cemar
Dengan metoda STORET ini dapat berat
diketahui parameter yang akan di uji
antara lain meliputi Suhu, COD, pH, Awalnya Storet dikembangkan untuk
Nitrogen Dan Fosfat yang telah menilai mutu air untuk “specific use”
memenuhi atau melampaui baku mutu misal peruntukan air minum. Namun
air berdasarkan Penentuan sistem belakangan metode tersebut juga
nilai Dari Canter 1977. STORET dapat dipakai untuk menilai “overall
adalah singkatan dari Storage dan use” air. Penentuan status mutu air
Retrieval yang dikembangkan oleh Dapat menggunakan time series data
Enviromental Protection Agency (EPA) (Wei, 2006).
sebagai pangkalan data kualitas air,
biologi, dan fisik untuk digunakan oleh Prosedur Penggunaan
berbagai institusi. Secara prinsip Penentuan status mutu air dengan
metoda STORET adalah menggunakan metode STORET dilakukan
membandingkan antara data kualitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
air dengan baku mutu air yang 1. Lakukan pengumpulan data
disesuaikan dengan peruntukannya kualitas air secara periodik
sehingga membentuk data dari
guna menentukan status mutu air.
waktu ke waktu (time series data).
Cara untuk menentukan status mutu 2. Bandingkan data hasil
air adalah dengan menggunakan pengukuran dari masing-masing
sistem nilai dari Environmental parameter air dengan nilai baku
Protection Agency dengan mutu yang sesuai dengan kelas
mengklasifikasikan mutu air dalam air.
empat kelas, yaitu: 3. Jika hasil pengukuran memenuhi
1. Kelas A: baik sekali, skor = 0 nilai baku mutu air (hasil
memenuhi baku mutu
Pengukuran < bakumutu) maka Debit suatu sungai/saluran pada
diberi skor 0. prinsipnya diketahui dengan melakukan
4. Jika hasil pengukuran tidak pengukuran kecepatan aliran dan
memenuhi nilai baku mutu air penampang sungai/salura (Natalia,2013).
(hasil pengukuran > baku mutu), Rumus umum untuk menghitung debit
maka diberi skor: adalah:
Q=AxV
Tabel 2.1 Penentuan sistem nilai untuk Dimana:
menentukan status mutu air Q = debit (m3/s)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran rata-rata
(m/s)
Biolo a) Pengukuran kecepatan aliran harus
contoh1) Fisika Kimia gi dipilih pada bagian alur yang lurus,
Maksimum -1 -2 -3 dan memenuhi salah satu syarat
<10 Minimum -1 -2 -3 berikut.
Rata-Rata -3 -6 -9 - bagian alur yang lurus paling
Maksimum -2 -4 -6 sedikit tiga kali lebar aliran atau
≥10 Minimum -2 -4 -6 - lintasan pelampung pada bagian
alur yang lurus paling sedikit
Rata-Rata -6 -12 -18
memerlukan waktu tempuh
Sumber: Canter (1977)
lintasan 40 detik.
Catatan: 1) jumlah parameter yang
b) Adanya fasilitas untuk melemparkan
digunakan untuk penentuan status mutu
pelampung, misalnya jembatan.
air.
c) Lintasan pelampung paling sedikir
5. Jumlah negatif dari seluruh
mencakup tiga titik dan di setiap titik
parameter dihitung dan
lintasan paling sedikit dilakukan dua
ditentukan status mutunya dari
kali pengukuran.
jumlah skor yang didapat
f) Kecepatan aliran dapat dihitung
dengan menggunakan sistem
dengan rumus:
nilai.
V = D/t
Data Time series Dimana:
V = kecepatan aliran air sungai
Wei (2006) mengatakan bahwa (m/detik)
Time series adalah serangkaian D = jarak antara daerah
pengamatan terhadap suatu variabel yang penampang I dengan II (meter)
diambil dari waktu ke waktu dan dicatat t = waktu yang diperlukan untuk
secara berurutan menurut urutan waktu menempuh jarak (detik)
kejadiannya dengan interval waktu yang Menentukan luas penampang basah
tetap. Dari suatu data time series akan saluran (A)
dapat diketahui pola perkembangan suatu 1. Menentukan lebar saluran (I)
peristiwa, kejadian atau variabel. Jika pada daerah penampang.
perkembangan suatu peristiwa mengikuti 2. Mengukur kedalaman air (d1)
suatu pola yang teratur, maka pada daerah penampang I
berdasarkan pola perkembangan tersebut 3. kemudian diulangi ; hingga lima
akan dapat diramalkan peristiwa yang tempat (d2, d3, d4, d5).
bakal terjadi dimasa yang akan datang. Menentukan rata-rata dalam air (d) pada
daerah penampang I
Pengukuran dan Perhitungan Debit d= menghitung luas penampang
Sungai basah dengan menggunakan rumus :
A= I x d 1. Kualitas Kelas I : tidak tercemar
m , dimana hingga sangat sedikit tercemar
A= luas Bagian badan air dengan oksigen
penampang basah (m2) yang alami dan hampir selalu jenuh
I= lebar saluran (meter) serta air dengan unsur hara yang
d= sangat sedikit; mengandung sedikit
kedalaman air rata-rata (meter) bakteria; cukup dihuni koloni,
Kualitas Air Sungai umumnya alga, lumut, cacing pipih,
Dalam upaya pengendalian dan serangga, serta tempat bertelur
pencemaran lingkungan khususnya famili salmon pada dasar badan air.
pencemaran terhadap air sungai sesuai 2. Kualitas Kelas I – II : tercemar ringan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Bagian badan air dengan sedikit
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas masukan unsur hara organik maupun
air dan pengendalian pencemaran air inorganik namun tanpa penipisan
pada bagian ketiga (klasifikasi dan kriteria oksigen; cukup dihuni oleh berbagai
mutu air), Pasal 8 disebutkan bahwa spesies namun didominasi oleh famili
klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 salmon
kelas. 3. Kualitas Kelas II : tercemar sedang
1. Kelas satu, air yang peruntukannya Bagian badan air dengan cukup
dapat digunakan untuk air baku air bahan pencemar namun persediaan
minum, dan atau peruntukan lain oksigen masih baik; sangat banyak
yang mempersyaratkan mutu air varietas dan populasi spesies
yang sama dengan kegunaan individu jenis alga, siput, udang
tersebut. karang dan larva serangga; terdapat
2. Kelas dua, air yang peruntukannya banyak tumbuhan makrofitik berpijak;
dapat digunakan untuk terdapat banyak hasil ikan.
prasarana/sarana rekreasi air, 4. Kualitas Kelas II – III : tercemar kritis
pembudidayaan ikan air tawar, Bagian badan air dengan masukan
peternakan, air untuk mengairi bahan organik, substansi pemakan
pertanaman, dan atau peruntukkan oksigen yang mampu menyebabkan
lain yang mempersyaratkan mutu air penipisan oksigen hingga kritis ;
yang sama dengan kegunaan kematian ikan mungkin terjadi pada
tersebut. periode – periode kekurangan
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya oksigen yang berlangsung singkat;
dapat digunakan untuk peningkatan jumlah organisme
pembudidayaan ikan air tawar, makro; spesies tertentu cenderung
peternakan, air untuk mengairi menghasilkan besar – besaran; alga
pertanaman, dan atau peruntukan umumnya menutupi area secara luas;
lain yang mempersyaratkan air yang umumnya terdapat banyak hasil ikan.
sama dengan kegunaan tersebut. 5. Kualitas Kelas III – IV: sangat
4. Kelas empat, air yang peruntukannya tercemar berat
dapat digunakan untuk mengairi Bagian badan air dengan kondisi
pertanaman dan atau peruntukan lain hampir seluruhnya terlarang untuk
yang mempersyaratkan mutu air dihuni akibat pencemaran bahan
yang sama dengan kegunaan organik yang sangat parah,
tersebut. pencemaran substansi yang
Menurut Chapman (1996) ditinjau menghabiskan oksigen, bahkan
dari tingkat pencemaran Badan Air sering kali bercampur dengan efek
diklasifikasikan menjadi 6 kelas sebagai beracun; kadang – kadang penipisan
berikut: oksigen secara keseluruhan;
kekeruhan yang berasal dari lumpur
jenuh; lapisan endapan anoksik yang Pada tahap ini dilakukan
luas, padat dihuni oleh larva cacing penentuan posisi pengamatan
darah merah atau endapan, cacing menggunakan GPS dan Kompas Geologi
tabung; ikan umumnya tidak kemudian di plot pada peta topografi,
dijumpai, kecuali pada daerah pengamatan dan pengumpulan data-data
tertentu. geomorfologi, deskripsi singkapan,
6. Kualitas Kelas IV: tercemar dengan deskripsi litologi, dan pengambilan sampel
sangat berlebihan Bagian badan air batuan, mengambil foto singkapan dan
dengan bahan pencemar organik dan foto hand specimen dan mencatat hasil
lumpur yang mengonsumsi oksigen pengamatan dalam buku catatan
secara berlebihan; periode dengan lapangan.
konsentrasi oksigen sangat minim a. Observasi geomorfologi
yang berkepanjangan; umumnya Pengamatan difokuskan pada
dihuni oleh koloni bakteri, flagellata, aspek – aspek geomorfologi seperti
dan siliata bergerak; tidak ada ikan morfografi meliputi morfologi dari
sama sekali; tidak ada kehidupan daerah penelitian berupa dataran dan
biologis akibat adanya masukan perbukitan, morfometri,
bahan beracun yang parah. morfostruktur aktif dan pasif, dan
morfoasosiasi
Parameter Kualitas Air b. Observasi Singkapan
Beberapa karakteristik atau Pengamatan dilakukan dengan
indikator kualitas air yang disarankan plot posisi singkapan dan nomor stasiun
untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan pada peta lintasan, kemudian
sumberdaya air untuk berbagai keperluan, mengamati dimensi dan arah singkapan,
antara lain parameter fisika dan kimia keadaan singkapan dan batuan,
(Effendi, 2003). Parameter fisik yaitu suhu tingkat pelapukan dan sketsa dengan
sedangkan parameter kimia yaitu COD, mengacu pada peta topografi dan
pH, Nitrogen (N) dan Phospat (P). keadaan real dilapangan, mengambil foto
Parameter kualitas air selanjutnya akan keadaan singkapanjarak jauh dan
dianalisis menggunakan alat yang sesuai jarak dekat, dan kemudian data dari
untuk pengujian pada masing-masing singkapan di catat pada buku catatan
parameter. lapangan.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Kelas I c. Deskripsi Litologi
Parameter Satuan Baku mutu Deskripsi litologi berisi data-data
Kelas I hasil pengamatan batuan secara
megaskopis, seperti warna (segar dan
Suhu 0
C Deviasi 3 lapuk), tekstur, struktur (primer dan
sekunder), pengamatan komposisi
pH - 6-9 mineral dengan batuan loupe,
COD mg/L 25 kekompakan, tingkat porositas dan
permeabilitas, menentukan nama batuan
di lapangan menggunakan klasifikasi
Nitrat mg/L 10 batuan yang telah ditentukan, dan terkahir
mengambil dokumentasi foto litologi
Fosfat mg/L 0.2 secara hand specimen.
d. Sampling
Sumber: PP Nomor 82 Tahun 2001 Sampling adalah pengambilan
Tentang Pengelolaan air dan contoh batuan dengan ukuran hand
Pengendalian Pencemaran Air. specimen (segengam telapak
Pengamatan Geologi Secara tangan) untuk selanjutnya diperlukan
Megaskopis Daerah Penelitian dalam analisis petrografi.Sampling
dilakukan dengan menentukan titik dan berkisar sekitar 250 meter hingga 1
lokasi pengambilan sampel batuan, kilometer.
teknik simple random sampling dengan
jarak sampling pada daerah penelitian
METODE PENELITIAN
Kualitas air Poboya didapat dari data mengukur debit sungai menggunakan
Pengumpulan yang dilakukan dengan rumus yang tercantum pada sub bab 2.3,
analisis sampel yang diambil dari Berikut rekapan data hidrolis sungai
Sungai Poboya mencakup data Gambar 4.3 Debit Air Sungai Poboya
dari hari pertama pengukuran sampai
kecepatan, kedalaman air, dan debit air. dengann hari ketiga
Sumber: Hasil Analisa (2020)
Data kecepatan Sungai Poboya diperoleh
Berdasarkan grafik debit dan kecepatan kualitas air Sungai Poboya yang dilakukan
tren atau fluktuasi antara keduanya yang Desember 2020 dimulai dari jam 08.00
kecepatan maka semakin besar debit air titik dilakukan menggunakan fungsi jarak
maka semakin turun pula debit air, Faktor sampel dilihat berdasarkan debit sungai.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Perhitungan Status Mutu Air dengan
Deviasi 3
- Nilai Rata-rata - Total Skor Parameter
= 30,5 -3 = (-2)+(0)+(0) = -2
10 mg/L
2. pH = 0,16 0
6-9 = 0,14 0
= 6,19 0 = 0,15 0
= 6,9 0 = 0+0+0 = 0
3. COD = 0,017 0
25 mg/L = 0,011 0
= 28,45 -2 = 0,014 0
= 14,34 0 = 0+0+0 = 0
stasiun 03 endapan
Hasil penelitian hubungan beban
bongkah pasir.
pencemar Suhu, pH, COD, Fosfat dan
2. Dari hasil pengamatan
Nitrat terhadap Aktivitas
Status Mutu air di Sungai
Pertambangan dan masyarakat sekitar
Poboya menggunakan
di Bentaran Sungai Poboya
metode Storet di peroleh
menggunakan metode Storet, dapat di
dari masing- masing
ambil beberapa kesimpulan yaitu
stasiun yaitu: Stasiun 1
sebagai berikut :
Kelas B (Cemar Ringan),
1. Kondisi Geologi Daerah
Stasiun 2 Kelas C (Cemar
Penelitian masuk dalam
Sedang), dan Stasiun 3
Formasi Molasa (QTms)
Kelas B ( Cemar Ringan)
dan Formasi Metamorf
sesuai PP No 82 Tahun Aranio Kalimantan Selatan. Tugas
Akhir. Universitas Lampung.
2001 Stasiun 2 tidak sesuai
Lampung.
dengan baku mutu air
Chitra.H. (2017) Penentuan Status
kelas I . Pencemaran Kualitas Air Dengan
Metode Storet Dan Indeks
3. Sumber Utama Beban
Pencemaran. Tugas Akhir. Universitas
Pencemar terdapat di
Islam Kuantan singingi. Riau.
Stasiun 2 dengan Status Menteri Lingkungan Hidup. (2003).
Keputusan Menteri Negara
Mutu air Cemar Sedang
Lingkungan Hidup Nomor 115
yang dimana pada stasiun
Tahun 2003 Tentang Pedoman
tersebut berada pada Penentuan Status Mutu Air.
Pemerintah Republik Indonesia.
Pemukiman warga sekitar
(2001). Peraturan Pemerintah No.82
yang sebagian warga
Tahun 2001 tentang Kualitas dan
menggunakaan air tersebut Pengendalian Pencemaran Air.
Dian.E.P. (2017) Penentuan Status
untuk sarana air bersih.
Mutu Air Kali Wonokromo dengan
Daftar Pustaka
Metode storet dan indeks
Nunik R.J. (2017) Kajian Geologi pencemar. Tugas Akhir. Institut
Teknik di kawasan pertambangan Teknologi sepuluh nopember.
emas poboya, Palu, Sulawesi Surabaya.
Tengah. Seminar Nasional Kebumian Saifi.K.M. (2014) Kajian Penentuan
Ke-10. Universitas Gajah Mada. Status Mutu Air Di Kali Kloang
Yogyakarta. Desember 2017: 252-254 Kabupaten Pamekasan (Metode
Satrio.M. (2016) Model Storet Dan Storet, Metode Indeks Pencemaran,
Beban Pencemaran Untuk Analisis Metode Ccme Wqi, Dan Metode
Kualitas Air Di Bantaran Sungai Owqi). Tugas Akhir.Universitas
Batu Kambing, Sungai Mali-Mali Dan Brawijaya. Malang.
Sungai Riam Kiwa Kecamatan
Sukamto, R. (1973). Reconnaissance Katili, J.A. (1978). Past And Present
Geologic Map of Palu Area, Sulawesi Geotechtonic Position Of Sulawesi,
Geological Survey of Indonesia, Techtophysics
Indonesia. Directorate of Kavalieris, I., Van Leeuwen, Th, M.,
Mineral Resources, Geol. Res. Wilson, M. (1992). Geological setting
Dev. Cen. Bull.,Bandung. and styles of mineralization, north
Van Bemmelen, R.W. 1949. Tbe arm Sulawesi, Indonesia. Journal of
geology of Indonesia. General Southeast Asian Earth Sciences
geology Indonesia and Canter, W. L. 1977. Environmental
acfjacentarcbipelagoes, lA,732. Impact Assessment. Mc. Graw-Hill
Government Printing Office, Martinus Company.
Nijhoff, The Hague. Wei, W. S. 2006. Time Analysis
Surono. (2013). Geologi Sulawesi, Univariate and Multivariate Methods.
LIPI Press. Jakarta. New York: Addison Wesley
Publishing Company, Inc.
Natalia, Y. 2013. Analisis Daya Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air:
Tampung Beban Pencemaran Kali Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Wonokromo Surabaya Alam dan Lingkungan
menggunakan Metode QUAL2KW.
Perairan.Yogyakarta: Kanisius
Tugas Akhir. Teknik Lingkungan,
Gazali,I., Widiatmono, R.B., dan
Fakultas Teknik Sipil dan
Wirosoedarmo,R. 2013. Evaluasi
Perencanaan. Institut Teknologi
Dampak Pembuangan Limbah
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Badan Standardisasi Nasional. 2015.
Cair Pabrik Kertas Terhadap
kotak merah.