You are on page 1of 16

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR TAMBANG PADA PT X DIDESA

KARYAMUKTI KECAMATAN DAMPELAS KABUPATEN DONGGALA


Moh Fachrudin Djirimu1), Harly Hamad2)
Mahasiswa1), Dosen Pembimbing2)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno HattaKm. 9 Telp. (0451) 428618 Fax: (0451) 428618
e-mail1):djijeremy4@gmail.com

ABSTRACT

Mining planning is an activity carried out to support the operational and


production processes of mining activities, mining activities carried out in the
area to be planned are fictitious but it is necessary to study a mine planning
review process by taking a geological approach both from resources and
disaster vulnerability. The planning process uses integrated analysis based
on theoretical basis and basic planning analysis , Karyamukti Village is a
village that is administratively located in Donggala regency.
In the research, the method used is a method using a geological approach,
both in terms of the potential of rock minerals to the stage of disaster analysis
and applying some basic theory of calculation as a basis for analysis in
carrying out an integrated plan and guaranteeing a safety factor in terms of
geology and planning engineering.
In this study, geological mapping activities were made and developed so that
the results of rock potential in the form of potential granodiorite rock minerals
were found which then became the basis for planning with the results of road
planning which was divided into 3 road segments with a total length of 2.5
with the form of road pavement in the form of embankment roads. The results
of the analysis of supporting infrastructure were found in the form of an
infrastructure plan site with the availability of infrastructure, namely: Post
Guard, rock crusher machine, car repair shop, office, electricity transmission
network, pipeline network area, waste dump area, reserve area. For special
infrastructure needs the author plans a jetty pier with dimensions of 100X25
M2 with supporting equipment in the form of a rotary pool area and a reserve
area in the planned jetty pier area.
Keywords: Infrastructure Planning, Mining, Karyamukti

PENDAHULUAN
Perencanaan (Planing) adalah penetuan 2. Kawasan Pemukiman
persyaratan teknik untuk mencapai tujuan
3. Kawasan Pelabuhan
dan sasaran kegiatan yang sangat penting
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
serta urutan teknis pelaksanaannya.oleh
bentuk perencanaan infrastuktur tambang
sebab itu perencanaan merupakn
pada area yang berpotensi.dalam hal ini
gagasan pada suatu awal kegiatan apa
peneliti mengambil contoh kasus area
dan mengapa harus dikerjakan,oleh
yang dianggap berpotesi tambang yaitu
siapa,kapan dan dimana apa dan
berada pada desa karyamukti kecamatan
bagaimana melaksanakannya.(Prof
dampelas kabupaten donggala provinsi
Partanto Prodjosumanto 2008)
sulawesi tengah. peneliti mengambil
Infrastruktur merupakan sebuah
acuan berdasrkan peta geologi pada
kelengkapan dalam mempermudah
daerah penelitian dimana pada area
kegiatan.Infrastukt umumnya mencakup
pemetaan terdapat satuan batuan
perencanaan Konstruksi dalam melakukan
granodiorit yang dianggap memiliki
sebuah kegiatan baik kegiatan Produksi
prospek sebagai bahan galian batu yang
maupun kegitan Non Produksi dalam
memiliki prospek sebagai bahan baku
kaitan yang lebih erat kegiatan
konstruksi.
Perencanna Infrastuktur mencakup
Sarana dan prasarana.
Aspek perencanaan infrastuktur tambang
mencakup bagian dalam kegiatan
produksi tambang dalam mempermudah
TINJAUAN PUSTAKA
kegiatan penambangan.perencanaan
Geologi daerah penelitain penelitian
infrastuktur tambang umumnya mencakup
termasuk dalam daerah karyamukti
sarana dan prasarana tambang yaitu
kecamatan dampelas kabupaten donggala
1. Jalan Angkut Tambang
provinsi sulawesi tengah secara geografis
daerah ini terletak pada 11957’00” - penanggalan kalium / argon telah
11959’30” bujur timur dan 0008’00” - dilakukan oleh gulf oil company terhadap

00011’00’’ lintang utara. berdasarkan dua contoh granodiorit.(Sukamto 1973).

peta geologi regional nana suratman dkk Dasar Perencanna Geometri Jalan
(1979) batuan penyusun utama daerah
Perencanaan geometrik jalan merupakan
penelitian disusun oleh batuan metamorf.
bagian dari perencanaan jalan yang dititik
kompleks batuan metamorf merupakan
beratkan pada perencanaan bentuk fisik
batuan tertua pada daerah penelitian,
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
tersingkap hanya pada pematang timur
dari jalan yaitu memberikan pelayanan
yang merupakan intinya. kompleks itu
yang optimum pada arus lalulintas dan
terdiri dari sekis amphibolit, sekis, genes
sebagai akses ke rumah-rumah. tujuan
dan pualam. selain kompleks metamorf
dari perencanaan geometrik jalan adalah
pada daerah penelitian juga di jumpai
menghasilkan infrastrukur yang aman,
formasi tinombo. batuan ini menindih
efisiensi pelayanan arus lalulintas dan
kompleks batuan metamorf secara tidak
memaksimalkan ratio tingkat
selaras. di dalamnya terkandung
penggunaan/biaya pelaksanaan. ruang,
romabakan yang berasal dari batuan
bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik,
metamorf. endapan itu terdiri terutama
jika dapat memberikan rasa aman dan
dari serpih, batupasir, konglomerat,
nyaman kepada pemakai jalan.
batugamping, rijang radiolaria dan batuan
Dasar dari perencanaan
gunung api, yang diendapkan di dalam
geometrik jalan adalah sifat gerakan,
lingkungan laut. di dekat intrusi terdapat
ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
sabak dan batuan terkersikkan.
mengendalikan gerak kendaraannya dan
batuanbeku,intrusi-intrusi ini kemungkinan
karakteristik arus lalulintas. hal-hal
merupakan hasil aktivitas dari batuan
tersebut haruslah menjadi bahan
volkanik di dalam formasi tinombo. intrusi-
pertimbangan perencana sehingga
intrusi kecil selebar kurang dari 50 m yang
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta
umumnya terdiri dari diorit, porfiri diorit,
ruang gerak kendaraan yang memenuhi
mikrodiorit menerobos formasi tinombo
tingkat kenyamanan dan keamanan yang
sebelum endapan molasa, dan tersebar
diharapkan.dasar perencanaan jalan:
luas di seluruh daerah. semuanya tak
terpetakan. granit dan granodiorit yang -Memebrikan ruang manuver yang

telah terpetakan tercirikan oleh fenokris cukup,jarak pandang serta koefisien

feldspar kalium sepanjang hingga 8 cm. gesek kendaraan.


1.Menjamin perencanaan yang ekonomis 3. kemudian diulangi ; hingga lima
tempat (d2, d3, d4, d5).
2.Memberikan keseragaman geometri Menentukan rata-rata dalam air (d) pada
3.Jalan sehubung dengan Jenis Medan daerah penampang I
Pengukuran dan Perhitungan Debit d= menghitung luas penampang
Sungai basah dengan menggunakan rumus :
Debit suatu sungai/saluran pada A= I x d
prinsipnya diketahui dengan melakukan m , dimana
pengukuran kecepatan aliran dan A= luas
penampang sungai/salura (Natalia,2013). penampang basah (m2)
Rumus umum untuk menghitung debit I= lebar saluran (meter)
adalah: d=
Q=AxV kedalaman air rata-rata (meter)
Dimana: Kualitas Air Sungai
Q = debit (m3/s) Dalam upaya pengendalian
A = luas penampang basah (m2) pencemaran lingkungan khususnya
V = kecepatan aliran rata-rata pencemaran terhadap air sungai sesuai
(m/s) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
a) Pengukuran kecepatan aliran harus Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
dipilih pada bagian alur yang lurus, air dan pengendalian pencemaran air
dan memenuhi salah satu syarat pada bagian ketiga (klasifikasi dan kriteria
berikut. mutu air), Pasal 8 disebutkan bahwa
- bagian alur yang lurus paling klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
sedikit tiga kali lebar aliran atau kelas.
- lintasan pelampung pada bagian 1. Kelas satu, air yang peruntukannya
alur yang lurus paling sedikit dapat digunakan untuk air baku air
memerlukan waktu tempuh minum, dan atau peruntukan lain
lintasan 40 detik. yang mempersyaratkan mutu air
b) Adanya fasilitas untuk melemparkan yang sama dengan kegunaan
pelampung, misalnya jembatan. tersebut.
c) Lintasan pelampung paling sedikir 2. Kelas dua, air yang peruntukannya
mencakup tiga titik dan di setiap titik dapat digunakan untuk
lintasan paling sedikit dilakukan dua prasarana/sarana rekreasi air,
kali pengukuran. pembudidayaan ikan air tawar,
f) Kecepatan aliran dapat dihitung peternakan, air untuk mengairi
dengan rumus: pertanaman, dan atau peruntukkan
V = D/t lain yang mempersyaratkan mutu air
Dimana: yang sama dengan kegunaan
V = kecepatan aliran air sungai tersebut.
(m/detik) 3. Kelas tiga, air yang peruntukannya
D = jarak antara daerah dapat digunakan untuk
penampang I dengan II (meter) pembudidayaan ikan air tawar,
t = waktu yang diperlukan untuk peternakan, air untuk mengairi
menempuh jarak (detik) pertanaman, dan atau peruntukan
Menentukan luas penampang basah lain yang mempersyaratkan air yang
saluran (A) sama dengan kegunaan tersebut.
1. Menentukan lebar saluran (I) 4. Kelas empat, air yang peruntukannya
pada daerah penampang. dapat digunakan untuk mengairi
2. Mengukur kedalaman air (d1) pertanaman dan atau peruntukan lain
pada daerah penampang I yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan pencemaran substansi yang
tersebut. menghabiskan oksigen, bahkan
Menurut Chapman (1996) ditinjau sering kali bercampur dengan efek
dari tingkat pencemaran Badan Air beracun; kadang – kadang penipisan
diklasifikasikan menjadi 6 kelas sebagai oksigen secara keseluruhan;
berikut: kekeruhan yang berasal dari lumpur
1. Kualitas Kelas I : tidak tercemar jenuh; lapisan endapan anoksik yang
hingga sangat sedikit tercemar luas, padat dihuni oleh larva cacing
Bagian badan air dengan oksigen darah merah atau endapan, cacing
yang alami dan hampir selalu jenuh tabung; ikan umumnya tidak
serta air dengan unsur hara yang dijumpai, kecuali pada daerah
sangat sedikit; mengandung sedikit tertentu.
bakteria; cukup dihuni koloni, 6. Kualitas Kelas IV: tercemar dengan
umumnya alga, lumut, cacing pipih, sangat berlebihan Bagian badan air
dan serangga, serta tempat bertelur dengan bahan pencemar organik dan
famili salmon pada dasar badan air. lumpur yang mengonsumsi oksigen
2. Kualitas Kelas I – II : tercemar ringan secara berlebihan; periode dengan
Bagian badan air dengan sedikit konsentrasi oksigen sangat minim
masukan unsur hara organik maupun yang berkepanjangan; umumnya
inorganik namun tanpa penipisan dihuni oleh koloni bakteri, flagellata,
oksigen; cukup dihuni oleh berbagai dan siliata bergerak; tidak ada ikan
spesies namun didominasi oleh famili sama sekali; tidak ada kehidupan
salmon biologis akibat adanya masukan
3. Kualitas Kelas II : tercemar sedang bahan beracun yang parah.
Bagian badan air dengan cukup
bahan pencemar namun persediaan Parameter Kualitas Air
oksigen masih baik; sangat banyak Beberapa karakteristik atau
varietas dan populasi spesies indikator kualitas air yang disarankan
individu jenis alga, siput, udang untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan
karang dan larva serangga; terdapat sumberdaya air untuk berbagai keperluan,
banyak tumbuhan makrofitik berpijak; antara lain parameter fisika dan kimia
terdapat banyak hasil ikan. (Effendi, 2003). Parameter fisik yaitu suhu
4. Kualitas Kelas II – III : tercemar kritis sedangkan parameter kimia yaitu COD,
Bagian badan air dengan masukan pH, Nitrogen (N) dan Phospat (P).
bahan organik, substansi pemakan Parameter kualitas air selanjutnya akan
oksigen yang mampu menyebabkan dianalisis menggunakan alat yang sesuai
penipisan oksigen hingga kritis ; untuk pengujian pada masing-masing
kematian ikan mungkin terjadi pada parameter.
periode – periode kekurangan Tabel 2.2 Baku Mutu Air Kelas I
oksigen yang berlangsung singkat; Parameter Satuan Baku mutu
peningkatan jumlah organisme Kelas I
makro; spesies tertentu cenderung
menghasilkan besar – besaran; alga Suhu 0
C Deviasi 3
umumnya menutupi area secara luas;
umumnya terdapat banyak hasil ikan. pH - 6-9
5. Kualitas Kelas III – IV: sangat COD mg/L 25
tercemar berat
Bagian badan air dengan kondisi
hampir seluruhnya terlarang untuk Nitrat mg/L 10
dihuni akibat pencemaran bahan
organik yang sangat parah,
Fosfat mg/L 0.2

Sumber: PP Nomor 82 Tahun 2001


Tentang Pengelolaan air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pengamatan Geologi Secara
Megaskopis Daerah Penelitian
Pada tahap ini dilakukan
penentuan posisi pengamatan
menggunakan GPS dan Kompas Geologi
kemudian di plot pada peta topografi,
pengamatan dan pengumpulan data-data
geomorfologi, deskripsi singkapan,
deskripsi litologi, dan pengambilan sampel
batuan, mengambil foto singkapan dan
foto hand specimen dan mencatat hasil
pengamatan dalam buku catatan
lapangan.
a. Observasi geomorfologi
Pengamatan difokuskan pada
aspek – aspek geomorfologi seperti
morfografi meliputi morfologi dari
daerah penelitian berupa dataran dan
perbukitan, morfometri,
morfostruktur aktif dan pasif, dan
morfoasosiasi
b. Observasi Singkapan
Pengamatan dilakukan dengan
plot posisi singkapan dan nomor stasiun
pada peta lintasan, kemudian
mengamati dimensi dan arah singkapan,
keadaan singkapan dan batuan,
tingkat pelapukan dan sketsa dengan
mengacu pada peta topografi dan
keadaan real dilapangan, mengambil foto
keadaan singkapanjarak jauh dan
jarak dekat, dan kemudian data dari
singkapan di catat pada buku catatan
lapangan.
c. Deskripsi Litologi
Deskripsi litologi berisi data-data
hasil pengamatan batuan secara
megaskopis, seperti warna (segar dan
lapuk), tekstur, struktur (primer dan
sekunder), pengamatan komposisi
mineral dengan batuan loupe,
kekompakan, tingkat porositas dan
permeabilitas, menentukan nama batuan
di lapangan menggunakan klasifikasi
batuan yang telah ditentukan, dan terkahir
mengambil dokumentasi foto litologi dilakukan dengan menentukan titik dan
secara hand specimen. lokasi pengambilan sampel batuan,
d. Sampling teknik simple random sampling dengan
Sampling adalah pengambilan jarak sampling pada daerah penelitian
contoh batuan dengan ukuran hand berkisar sekitar 250 meter hingga 1
specimen (segengam telapak kilometer.
tangan) untuk selanjutnya diperlukan
dalam analisis petrografi.Sampling

METODE PENELITIAN

Kondisi Hidrolis pengukuran harus diketahui terlebih

Kualitas air Poboya didapat dari data dahulu setiap sisi kanan, tengah dan kiri

Pengumpulan yang dilakukan dengan sungai, kemudian dilanjutkan dengan

analisis sampel yang diambil dari mengukur debit sungai menggunakan

beberapa titik mulai pada tanggal 19 rumus yang tercantum pada sub bab 2.3,

Desember 2020 dan dimulai dari jam Berikut rekapan data hidrolis sungai

09.30 WITA sampai dengan tanggal 21 poboya.

Desember 2020. Pengambilan sampel

pada setiap titik, dilakukan dengan Debit tiap segmen


0.7
menggunakan fungsi jarak dan kecepatan 0.6
0.5
rata-rata. Pengambilan sampel dilihat 0.4
0.3
berdasarkan debit sungai. Data hidrolis 0.2
0.1
Sungai Poboya mencakup data 0
sta 1 sta 2 sta 3
kecepatan, kedalaman air, dan debit air.

Data kecepatan Sungai Poboya diperoleh Gambar 4.3 Debit Air Sungai Poboya
dari hari pertama pengukuran sampai
melalui pengukuran dengan Pelampung dengann hari ketiga
Sumber: Hasil Analisa (2020)
Bola Pimpong yang dialiri ke sungai

menggunakan fungsi jarak antara patok 1


Kecepatan Tiap Segmen
ke patok 2 dengan ukuran 3 meter dan
0.8
dirata ratakan, Kedalaman tiap titik 0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
sta 1 sta 2 sta 3
berbanding lurus. Semakin tinggi

kecepatan maka semakin besar debit air

sebaliknya apabila kecepatan menurun

maka semakin turun pula debit air, Faktor

Utama yang mempengaruhi besarnya

Gambar 4.4 Kecepatan Air Sungai debit air diantaranya adalah curah hujan,
Poboya dari hari pertama pengukuran
sampai dengan hari ketiga tutupan lahan, kemiringan lereng, Bentuk
Sumber: Hasil Analisa (2020)
Wilayah DAS dan kerapatan sungai

wilayah DAS . Sebagai contohnya adalah

penurunan debit air yang terjadi pada

stasiun 1. Penurunan debit ini berbanding

lurus dengan penurunan kecepatan.

Kemudian pada stasiun 3 terjadi kenaikan

debit yang disertai dengan kenaikan

Kedalaman Tiap Segmen kecepatan.


34
33
32 Kondisi Kualitas Air Sungai
31
30 Pengumpulan data Kualitas Air dilakukan
29
28 dengan melakukan pengambilan sampel
27
sta 1 sta 2 sta 3 dari 3 Stasiun yaitu Stasiun 1 di hulu
Gambar 4.5 Kedalaman Air Sungai pada kilometer ,Stasiun 2 di kilometer ,
Poboya dari hari pertama pengukuran
sampai dengan hari ketiga dan Stasiun 3 di Hilir dilakukan selama 3
Sumber: Hasil Analisa (2020)
hari berturut-turut. Kegiatan sampling

kualitas air Sungai Poboya yang dilakukan


Berdasarkan grafik debit dan kecepatan
pada tanggal 19 Desember 2020 – 21
Sungai Poboya, dapat dilihat persamaan
Desember 2020 dimulai dari jam 08.00
tren atau fluktuasi antara keduanya yang
WITA. Pengambilan sampel pada setiap Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

titik dilakukan menggunakan fungsi jarak 2001.

dan kecepatan rata-rata. Pengambilan Perhitungan Status Mutu Air dengan

sampel dilihat berdasarkan debit sungai. Metode STORET


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Dalam perhitungan dengan menggunakan
6989.57:2008. Kegiatan sampling metode STORET data harus dalam
dilakukan secara kontinu setiap hari bentuk time series. Time series pada
selama 3 Hari. Kegiatan sampling diambil dasarnya digunakan untuk melakukan
dengan 2 lokasi titik pengambilan sebelah analisis data yang mempertimbangkan
kanan dan kiri sungai air sungai diambil pengaruh waktu. Data-data yang
menggunakan botol Aqua ukuran 450 ml. dikumpulkan secara periodik berdasarkan
Setelah itu, Pengukuran suhu langsung urutan waktu, bisa dalam jam, hari,
dilakukan pada botol aqua yang berisi air minggu, bulan, kuartal dan tahun. Dalam
sampel menggunakan thermometer. penelitian ini, data sampel diambil secara
Sampel selanjutnya dilakukan pengujian time series setiap hari selama 3 hari, Data
laboratorium dengan langkah analisa yang di dapat kemudian dianalisis
untuk masing-masing parameter pH, laboratorium dan di hitung.
COD, NO3-, dan PO43- . Data hasil analisa Dalam menghitung skor untuk tiap
laboratorium tersebut merupakan data parameter digunakan Tabel 2.1
primer yang akan dibandingkan dengan dengan jumlah parameter yang dipakai
baku mutu. Baku mutu yang digunakan <10.
adalah baku mutu stream standard yaitu

Contoh Perhitungan Stasiun 1 Standar Baku Mutu Air Kelas I =

Parameter Fisika Deviasi 3

1. Suhu
- Nilai Maksimum - Nilai Minimum

= 31,2 -1 = 14,34 0

- Nilai Minimum - Nilai Rata-rata

= 29,9 0 = 21,3 0

- Nilai Rata-rata - Total Skor Parameter

= 30,5 -3 = (-2)+(0)+(0) = -2

- Total Skor Parameter 4. Nitrat

= (-1)+(0)+(-3) = -4 Standar Baku Mutu Air Kelas I =

10 mg/L

Parameter Kimia - Nilai Maksimum

2. pH = 0,16 0

Standar Baku Mutu Air Kelas I = - Nilai Minimum

6-9 = 0,14 0

- Nilai Maksimum - Nilai Rata-rata

= 6,19 0 = 0,15 0

- Nilai Minimum - Total Skor Parameter

= 6,9 0 = 0+0+0 = 0

- Nilai Rata-rata 5. Fosfat

= 6,5 0 Standar Baku Mutu Air Kelas I =

- Total Skor Parameter 0,2 mg/L

= 0+0+0 = 0 - Nilai Maksimum

3. COD = 0,017 0

Standar Baku Mutu Air Kelas I = - Nilai Minimum

25 mg/L = 0,011 0

- Nilai Maksimum - Nilai Rata-rata

= 28,45 -2 = 0,014 0
- Total Skor Parameter Penentuan Status Mutu Air Sungai

= 0+0+0 = 0 Poboya dengan Metode STORET

1 Stasiun 1 -6 Kelas B Cemar Ringan

2 Stasiun 2 -14 Kelas C Cemar Sedang

3 Stasiun 3 -5 Kelas B Cemar Ringan

- Sumber: hasil perhitungan (2021)

Berdasarkan hasil perhitungan Storet Formasi Molasa (QTms)

diatas maka dapat disimpulkan bahwa dan Formasi Metamorf


Sungai Poboya masuk ke Kelas C yaitu
(KM) dengan jenis litologi
tercemar sedang.
yang dijumpai pada

Kesimpulan pengamatan stasiun 01

yaitu batuan geneis,


Hasil penelitian hubungan beban
stasiun 02 batuan filit dan
pencemar Suhu, pH, COD, Fosfat dan
stasiun 03 endapan
Nitrat terhadap Aktivitas
bongkah pasir.
Pertambangan dan masyarakat sekitar
2. Dari hasil pengamatan
di Bentaran Sungai Poboya
Status Mutu air di Sungai
menggunakan metode Storet, dapat di
Poboya menggunakan
ambil beberapa kesimpulan yaitu
metode Storet di peroleh
sebagai berikut :
dari masing- masing
1. Kondisi Geologi Daerah
stasiun yaitu: Stasiun 1
Penelitian masuk dalam
Kelas B (Cemar Ringan), Satrio.M. (2016) Model Storet Dan
Beban Pencemaran Untuk Analisis
Stasiun 2 Kelas C (Cemar
Kualitas Air Di Bantaran Sungai
Sedang), dan Stasiun 3
Batu Kambing, Sungai Mali-Mali Dan
Kelas B ( Cemar Ringan) Sungai Riam Kiwa Kecamatan
Aranio Kalimantan Selatan. Tugas
sesuai PP No 82 Tahun
Akhir. Universitas Lampung.
2001 Stasiun 2 tidak sesuai
Lampung.
dengan baku mutu air Chitra.H. (2017) Penentuan Status
Pencemaran Kualitas Air Dengan
kelas I .
Metode Storet Dan Indeks
3. Sumber Utama Beban
Pencemaran. Tugas Akhir. Universitas
Pencemar terdapat di Islam Kuantan singingi. Riau.
Menteri Lingkungan Hidup. (2003).
Stasiun 2 dengan Status
Keputusan Menteri Negara
Mutu air Cemar Sedang
Lingkungan Hidup Nomor 115
yang dimana pada stasiun Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air.
tersebut berada pada
Pemerintah Republik Indonesia.
Pemukiman warga sekitar
(2001). Peraturan Pemerintah No.82
yang sebagian warga Tahun 2001 tentang Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air.
menggunakaan air tersebut
Dian.E.P. (2017) Penentuan Status
untuk sarana air bersih.
Mutu Air Kali Wonokromo dengan
Daftar Pustaka Metode storet dan indeks
pencemar. Tugas Akhir. Institut
Nunik R.J. (2017) Kajian Geologi
Teknologi sepuluh nopember.
Teknik di kawasan pertambangan
Surabaya.
emas poboya, Palu, Sulawesi
Saifi.K.M. (2014) Kajian Penentuan
Tengah. Seminar Nasional Kebumian
Status Mutu Air Di Kali Kloang
Ke-10. Universitas Gajah Mada.
Kabupaten Pamekasan (Metode
Yogyakarta. Desember 2017: 252-254
Storet, Metode Indeks Pencemaran, Surono. (2013). Geologi Sulawesi,
Metode Ccme Wqi, Dan Metode LIPI Press. Jakarta.
Owqi). Tugas Akhir.Universitas Katili, J.A. (1978). Past And Present
Brawijaya. Malang. Geotechtonic Position Of Sulawesi,
Sukamto, R. (1973). Reconnaissance Indonesia, Techtophysics
Geologic Map of Palu Area, Sulawesi Kavalieris, I., Van Leeuwen, Th, M.,
Geological Survey of Wilson, M. (1992). Geological setting
Indonesia. Directorate of and styles of mineralization, north
Mineral Resources, Geol. Res. arm Sulawesi, Indonesia. Journal of
Dev. Cen. Bull.,Bandung. Southeast Asian Earth Sciences
Van Bemmelen, R.W. 1949. Tbe Canter, W. L. 1977. Environmental
geology of Indonesia. General Impact Assessment. Mc. Graw-Hill
geology Indonesia and Company.
acfjacentarcbipelagoes, lA,732. Wei, W. S. 2006. Time Analysis
Government Printing Office, Martinus Univariate and Multivariate Methods.
Nijhoff, The Hague. New York: Addison Wesley
Publishing Company, Inc.
Natalia, Y. 2013. Analisis Daya Chapman, D. 1996. Water Quality
Tampung Beban Pencemaran Kali Assessments 2nd Edition.
Wonokromo Surabaya Cambridge: University Press
menggunakan Metode QUAL2KW. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air:
Tugas Akhir. Teknik Lingkungan, Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Fakultas Teknik Sipil dan Alam dan Lingkungan
Perencanaan. Institut Teknologi
Perairan.Yogyakarta: Kanisius
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Gazali,I., Widiatmono, R.B., dan
Badan Standardisasi Nasional. 2015.
Wirosoedarmo,R. 2013. Evaluasi
SNI 8066:2015 tentang Tata Cara
Dampak Pembuangan Limbah
Pengukuran Debit Aliran Sungai
dan Pelampung
Cair Pabrik Kertas Terhadap
Kualitas Air Sungai Klinter
Kabupaten Nganjuk. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi dan
dan Biosistem, 1(2), hal.1-8. Udara. Yogyakarta: Kanisius
Gambar 2.1 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Yang dimodifikasi oleh Peta Rupa Bumi

Indonesia 2015-32 (Bakosurtanal, 1991).. Batas daerah penelitian ditunjukkan oleh

kotak merah.

You might also like