You are on page 1of 5

UTS AGAMA DAN MASYARAKAT KEPULAUAN.

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAN MALUKU


FALKUTAS TEOLOGI
JURUSAN FILSAFAT KEILAHIAN
2021

NAMA : HENDRIKA TRESIA TAIHUTTU


KELAS : AGAMA DAN MASYARAKAT KEPULAUAN C
NPM : 12175201200055
1. Berikanlah penjelasan anda sebagai anggota kelompok mengenai topik yang dibahas
di dalam kelompok anda.

Jawaban :

Topik yang kami bahas adalah


"Religiusitas Manusia Maluku dari Perspektif Protestan" topik ini dijelaskan
bagaimana Agama yang benar-benar menolong manusia secara praktis, menggugat
cara hidup beragama yang masih ada sebagian masyarakat yang terjebak dalam
paradigma ideologisme yang naif, dimana gaya hidup beragama dalam protestan
terlihat dalam pribadi dan gaya hidup Yesus. Dalam topik ini juga menjelaskan
perlunya Religiusitas bagi Manusia Maluku.

2. Apa saja isu-isu atau pokok-pokok pikiran yang anda ketahui dalam materi kelompok.

Jawaban :

Pokok-pokok pikiran dalam materi ini adalah :


- Aspek pribadi yesus yang menerangkan Religiusitas itu bergantung pada
personalitas atau jati diri seorang umat beragama. Kepribadian Yesus menjadi
contoh nyata dalam kehidupan dan tingkah laku Manusia Maluku. Agama
dibuat menjadi suatu kelompok sosial dan dilembagakan dalam sebuah
organisasi dengan perangkat dan sistem berorganisasi.
- Religiusitas bersumber pada agama dan budaya. Kedua sumber menjadi
sumber etika agama, Religiusitas bertolak dari ajaran, dogma dan/atau doktrin
agama, tetapi religiusitas bukanlah sebuah doktrinisasi atau dogmatisme.
Sumber ajaran agama merupakan peta kognitif (ontologi] dari bagaimana
agama-agama pada awalnya menyikapi problem-problem kemanusiaan yang
riil.
- Indonesia Sebagai negara demokrasi, agama dan negara merupakan dua hal
yang berbeda namun saling melengkapi. dialog agama dengan politik
terabaikan dalam proses-proses bersama. Ironisnya kekerasan yang di lakukan
atas nama agama, atau pembodohan umat melalui doktrinasi yang radikal.
agama terus dijadikan komoditas politik tanpa ada sebuah klarifikasi secara
teologis dan iman tentang hal ini.
- Spirit Siwalima dijadikan sebagai sebuah falsafat kebudayaan dan ciri
Religiusitas manusia maluku
Siwalima merupakan bentuk pengakuan tentang perbedaan dan penerimaan
'hidop basudara'. Semangat yang terkandung di dalamnya ialah cinta kasih,
saling pengertian, solidaritas, semangat bertolong-tolongan (masohi, maren,
maano, sosoki, budati). Siwalima dibangun di atas fondasi trust sebagai modal
sosial dan beragama masyarakat Maluku. trust itu, sebuah ungkapan seperti
'sampe jua' (cukup sudah jangan bertengkar lagi) menjadi sebuah akta yang
melegitimasi berhentinya suatu pertikaian. Bersamaan dengan hal itu terjadi
lah penerimaan satu sama lain, dan penerimaan itu dilembagakan dalam ikatan
persaudaraan seperti tampak pada relasi Pela. Semua itu melukiskan bahwa
religiusitas manusia Maluku itu pertama-tama dibangun untuk menata
hubungan antarmanusia atau antar sesama dan dengan alam semesta sebagai
wujud keintiman hubungan dengan Tuhan, Sang Pencipta dan Maha
Segalanya.
- Religiusitas yang fungsional, kontekstual dan kreatif akan selalu hidup di
dalam perubahan sosial yang multidimensional. Artinya beragama adalah
sebuah gaya hidup yang kreatif dan inovatif. Sebuah gaya hidup yang
dialektis, ketika ada kemampuan untuk selalu membaca teks-teks suci dengan
perspektif yang lebih kontekstual, dan mendialogkan teks-teks itu untuk
membentuk perilaku individu dan umat beragama.

3. Jelaskan isu isu itu secara singkat dan jelas. Lalu bagaimana penilaian anda terhadap
isu isu itu dalam konteks pergumulan gereja dalam konteks masyarakat kepulauan.

Jawaban :

- Yesus menjadi contoh bagi manusia dalam menjalani kehidupan beragama, di


mana Yesus menunjukan sikap yang baik dalam berelasi dengan manusia, ini
juga menunjukan bahwa sikap yesus mengandung aspek praksis atau sosial
dan lain-lain. Dalam konteks pergumulan gereja dan masyarakat kepulauan
tentunya hal ini ada dalamnya gereja memegang hal ini dalam pergumulannya
demi menjadikan manusia maluku menjadi manusia yang lebih baik lagi,
manusia yang berelasi dengan sesama antar agama dan lain-lain.
- Agama di anggap sebagai peta kognitif, sebagai rujukan material dan nilai
etika menghasilkan kitab suci dan menata relasi antar sesama. Sumber-sumber
agama ini diperlukan terjemahan sehingga manusia-manusia melakukan
penafsiran terhadap Sumber-sumber agama ini kemudian di teruskan pesan ini
sebagai sebuah nilai yang baru bagi masyarakat masa kini namun ada juga
dijelaskan bahwa Sumber-sumber agama tidak perlu lagi diperdebatkan lagi
melainkan membuat agama dan Religiusitas ini menjadi lebih praktis,
sehingga di masa kini masyarakat akan merasakan atau menikmati agama dan
Religiusitas yang lebih praktis dan lebih baik.
- Agama dan Negara merupakan sebuah bentuk perjumpaan antara dua kutub
positif yang sama-sama dapat membangun kemanusiaan. Gereja dan negara
tidak mesti dimengerti secara dikotomis, melainkan dialektis; yakni ketika
gereja berani untuk melakukan koreksi terhadap kebijakan bernera yang
mengorbankan warga negara. Sebab itu korupsi atau koruptor perlu
digembalakan. Kekerasan perlu dilawan, perdamaian dan cinta kasih perlu
diusahakan. Politisasi agama perlu dicegah, agama perlu ditingkatkan agar
umat tidak dibodoh-bodohi. Itulah tanggung jawab dialektis agama.
Sebaliknya agama mesti berani memberi dukungan kepada pemerintah yang
benar-benar berjuang demi kesejahteraan rakyat dan negara kemana mereka
diutus.
Begitu juga gereja dan pemerintah kepulauan menjadi satu demi dan untuk
jalannya perintah -perintah Tuhan, dalam masyarakat kepulauan memiliki
hubungan yang baik dengan negara, namun masih banyak oknum yang
menyamping dari hal ini, masih ada orang - orang yang berani korupsi, masih
ada kekerasan yang dilakukan dan lain-lain sehingga peran agama juga untuk
memimpin dan mengarahkan mereka ke jalan yang seharusnya.
- Membangun sebuah teologi agama-agama baik individu maupun berkelompok
diharapkan dapat menolong agama-agama untuk tidak melihat perbedaan
agama sebagai masalah, tetapi bagaimana perbedaan-perbedaan itu menolong
agama dalam membangun sebuah tatanan masyarakat yang damai, adil, yang
saling menopang, mendukung, memperjuangkan kebaikan bersama bagi
kemasyarakatan bersama.
Dan prinsip-prinsip ini di tanam dalam hati dan pikiran sehingga dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari
[a] hormat kepada kehidupan;
[b] solid dan keadilan;
[c] toleransi dan kebenaran;
[d] kesamaan hak dan kedudukan;
[e] dialog dan kerjasama kemanusiaan sebagai panggil-
an bukan pilihan.
- mekanisme pengorganisasian lembaga-lembaga keamanan perlu dibangun
yang tidak saja well organized dengan struktur yang njet dan birokratik,
melainkan sebuah mekanisme pengorganisas yang memungkinkan kehidupan
bersama tertata secara fungsional, sehingga peran dan fungsi agama itu
berjalan dengan lebih dinamis,
kreatif dan produktif.
- Dalam konteks pengembangan pemuda lintas agama atau lintas
iman, diperlukan sebuah forum antar agama/iman lintas yang dapat
diposisikan sebagai sebuah forum bersama.

You might also like