You are on page 1of 10

BAB 55 .

LUKA BAKAR LISTRIK DAN KIMIA


Christopher J.Pannucci

TRAUMA LISTRIK

I. Latar Belakang
A. Jumlah kejadian trauma listrik yakni kurang dari 5% dari seluruh trauma bakar yang
masuk pada fasilitas kesehatan pusat trauma bakar
B. Pasien trauma listrik biasanya merupakan laki-laki dengan usia muda. Trauma
didapatkan pada saat bekerja
C. Total luas permukaan tubuh (TBSA) t idak diperlukan untuk melihat prognosis pasien
dan tidak mempresentasikan kuantitas kerusakan dari kerusakan jaringan dalam.
II. Mekanisme Cedera
A. Termal: dapat menghasilkan suhu hingga lebih dari 100 derajat
B. Elektroproresi : gaya listrik mendorong air ke dalam membrane lipid akan
menyebabkan rupturnya sel
C. Penilaian luka masuk dan luka keluar biasanya tidak berguna
D. Seringkali sulit untuk menentukan jenis dan tingkat keparahan kerusakan pada luka
masuk dan luka keluar
E. Resistensi jaringan berdasarkan dari yang paling kuat = tulang, lemak, tendon,
kulit, otot, pembuluh darah, saraf.
(Tulang yang memanas akibat berada pada suhu tinggi akan menyebabkan trauma
bakar pada struktur disekitarnya.
III. Keparahan Cedera
A. Tingkat keparahan cedera ditentukan berdasarkan tegangan listrik (voltase), jenis arus,
dan resistansi
B. Luka bakar tegangan tinggi dianggap pada trauma yang melibatkan tegangan >1000
volt
C. Arus bolak-balik menyebabkan kontraksi otot tetanik dan munculnya fenomena “not-
let-go”. Hal ini terjadi karena kontraksi simultan dari otot fleksor pada lengan bawah
yang lebih kuat dan otot ekstensor pada lengan bawah yang lebih lemah
D. Hukum Ohm: Arus = Tegangan/Resistansi
IV. Etiologi
A. Semua etiologi harus dipertimbangkan sebelum menentukan rencana penatalaksanaan
terapi
B. Aliran arus yang melalui jaringan dapat menyebabkan luka bakar pada luka
masuk/keluar dan luka bakar pada jaringan yang lebih dalam
1. Arus akan lebih mudah berjalan di sepanjang organ yang memiliki resistansi
rendah.
2. Saraf dan pembuluh darah memiliki resistensi yang rendah. Tulang memiliki
resistensi yang tinggi.
3. Arus akan melewati jaringan lunak, lalu kontak dengan tulang yang memiliki
resistansi tinggi, dan berjalan di sepanjang tulang sampai keluar ke tanah
C. Cedera vaskuler pada arteri yang memberikan nutrisi
1. Kerusakan terjadi pada tunika intima dan media
2. Thrombosis
D. Efek pada jantung
1. Aritmia – monitoring ekg selarang kurang dari 24 jam
2. Spasme arteri coroner
3. Infark dan cedera myokard
E. Efek pada sistem gastrointestinal
1. Cedera pada organ padat
2. Peforasi usus akut
3. Perforasi usus lambat
4. Batu empedu post myoglobinuria
F. Arkus listrik memiliki suhu yang sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan luka
bakar kilat.
G. Percikan listrik dapat membakar pakaian atau bangunan disekitar korban sehingga
dapat menimbulkan luka bakar api sekunder
V. Monitoring Awal
A. Pengelolaan jalan napas : pasien dipasangkan C-collar hingga dipastikan c-spine aman
B. Pernapasan dan ventilasi : oksigen 100%
C. Sirkulasi dan status jantung :
1. Monitoring jantung
2. Penggunaan IV kateter besar
3. Evaluasi perfusi perifer
4. EKG
5. Monitoring selama 12 jam jika :
a. Ada gelombang ektopik atau disaritmia
b. Penurunan kesadaran
c. Henti jantung
d. Gangguan nadi dan ritme jantung
D. Disabilitas, deficit neurologis, dan deformitas luas
1. Evaluasi tingkat kesadaran
2. Catat jika ada deficit neurologis
3. Catat jika ada deformitas luas
E. Paparan dan kontrol lingkungan
1. Hentikan proses pembakaran dan lepaskan pakaian korban
2. Hindari hipotermia
F. Analisis fungsi ginjal dan mioglobin urin
VI. Resusitasi Cairan
A. Evaluasi TBSA menunjukkan estimasi keparahan luka bakar yang tidak adekuat
B. Tidak seperti cedera termal, cedera listrik sering terjadi jauh ke dalam kulit sehingga
tidak terlihat kasat mata. Dengan demikian, pemberian resusitasi cairan standar (formula
Parkland) menyebabkan pemberikan cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
resusitasi pasien.
C. Rumus Parkland dapat digunakan untuk memberikan perkiraan volume minimum. Jika
tidak ada kepekatan urin, output urin minimum yang dapat ditoleransi adalah 0,5
mL/kg/jam.
D. Kepekatan urin dapat disebabkan dari mioglobin (karena adanya rabdomyolisis)
dan/atau hemoglobin bebas (dari sel darah merah yang rusak)
1. Pada kondisi mioglobinuria, dipstick urin akan positif mengandung darah. Namun,
pada pemeriksaan mikroskop tidak akan menunjukkan adanya sel darah merah.
2. *Tujua penatalaksanaan yakni output urin untuk rhabdomyolysis dan
mioglobinuria adalah 2 mL/kg/jam atau sekitar 75 hingga 100 cc/jam.
a. Insufisiensi resusitasi volume yang tidak memadai dapat menjadi predisposisi
nekrosis tubulus akut yang diinduksi mioglobin
b. Selain resusitasi cairan yang memadai, ekskresi mioglobin dapat ditingkatkan
dengan menggunakan manitol (12,5 g/jam diuresis osmotik) dan/atau alkalinisasi
urin dengan 50 mEq/L dari bikarbonat.
c. Pemantauan kadar mioglobin urin setiap 6 jam sampai muncul penurunan
kadarnya.
VII. Sindrom Kompartemen yang Dapat Terjadi Setelah Cedera Tegangan Tinggi pada
Ekstremitas
A. Arus listrik mengalir di sepanjang tulang, yang memiliki hambatan tinggi.
B. Tulang berfungsi sebagai konduktor dan "membakar" jaringan yang berdekatan dari
dalam ke superfisial.
C. *Pada ekstremitas superior, fleksor digitorum profundus dan fleksor pollicis
longus akan menjadi organ yang mengalami cedera paling parah (paling dekat
dengan tulang)
D. Resusitasi cairan yang terlalu agresif dapat memperburuk edema jaringan yang
akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, dan memperburuk tekanan
kompartemen yang meningkat dan biasanya terjadi dalam 48 jam setelah cedera
E. Sindrom kompartemen :
1. Perhatian khusus secara klinis terhadap peningkatan tekanan kompartemen harus
dilakukan untuk mengevaluasi tekanan kompartemen atau pada saat pasien menuju
ke ruang operasi
2. Tanda/gejala 6 “P” meliputi nyeri tidak proporsional, parestesia, pucat, paralisis,
denyut nadi menurun, dan poikilotermia
3. Peningkatan tekanan kompartemen dapat digunakan sebagai tambahan untuk
diagnosis klinis, atau bila: pasien tidak dapat berpartisipasi dalam pemeriksaan
klinis
a. *Tekanan absolut 30 mmHg
b. Tekanan dalam 20 mmHg dari tekanan darah diastolik juga menjadi diagnostic
pada sindrom kompartemen.
4. Tekanan kompartemen dapat diukur menggunakan monitor tekanan intra-
kompartemen Stryker atau transduser tekanan saluran arteri.
F. Sindrom kompartemen ekstremitas atas diberikan penatalaksanaan dengan
pembedahan yang melepaskan volar dan kompartemen ekstensor, gumpalan bergerak,
terowongan karpal, kanal Guyon, dan sembilan kompartemen pada tangan
G. Sindrom kompartemen ekstremitas bawah diberikan penatalaksanaan dengan
fasciotomi kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial, dan posterior dalam

TRAUMA KIMIA

I. Pendekatan Umum Terhadap Tatalaksana Luka Bakar Kimia


A. Lindungi diri Anda dengan alat pelindung diri: selalu pertimbangkan bahwa bahan
kimia masih ada dan harus dinetralisir atau ditempa
B. Pakaian yang jenuh dengan bahan kimia harus dilepas. Bedak apa saja yang ada
pada kulit harus disikat.
C. Dengan beberapa pengecualian (lihat di bawah), semua luka bakar kimia harus
diirigasi dengan air sebanyak-banyaknya. Hal ini mengencerkan zat kimia, tetapi
perlu diingat bahwa air tidak menetralkan bahan kimia dan mendinginkan area yang
terbakar.
D. Netralisasi luka bakar kimia umumnya menjadi kontraindikasi karena netralisasi
dapat menghasilkan panas dan menyebabkan luka bakar lebih lanjut
E. Irigasi air juga menjadi kontraindikasi atau tidak efektif dalam beberapa kasus
1. Kontraindikasi dengan unsur natrium, kalium, dan litium karena akan
menimbulkan presipitasi ledakan.
2. Kapur kering harus disikat, jangan diirigasi
3. Fenol tidak larut dalam air dan harus dibersihkan dari kulit dengan spons
polyethylene glycolsoaked
II. Jenis Luka Bakar Kimia (Tabel 55-1)
A. Basa-mekanisme cedera zat ini yakni melalui nekrosis likuifaktif dan denaturasi
protein
1. Pembersih oven, toilet dan saluran pembuangan, pupuk, semen basah
2. Cedera alkali akan meluas ke jaringan lebih dalam sampai sumbernya dihilangkan
atau diencerkan
B. Asam - merusak jaringan melalui nekrosis koagulasi dan presipitasi protein
1. Cedera asam biasanya akan sembuh sendiri dan terbatas pada daerah paparan.
2. Asam biasanya ditemukan pada pembersih rumah tangga dan penghilang karat.
C. Senyawa organik - menyebabkan kerusakan melalui berbagai mekanisme
1. Fenol dan minyak bumi
2. Kerusakan kulit karena aksi pelarut lemak (aksi pelarut membran sel)
3. Penyerapan sistematis dengan efek toksik pada hati dan ginjal
D. Jika ragu tentang jenis luka bakar, periksa label pada kaleng atau botol. Kantor
pengendalian racun di sekitar anda mungkin bisa menjadi sumber yang bermanfaat.

Tabel 55-1 . Luka Bakar Kimia


Luka Bakar Asam Mekanisme Penampilan Tekstur
Sulfur Reaksi eksotermik, Abu-abu, kuning, Bentuk eskar lunak
Nitrit dehidrasi seluler, presipitasi cokelat, atau hitam sampai kasar dan
HCl protein bergantung pada tergantung pada
TCA durasi paparan durasi paparan zat
Phenol
Hidrofluorat Sama dengan zat asam lain Eritema dengan Nyeri, eskar kasar
ditambah dengan likuefaksi nekrosis sentralis
dan dekalsifikasi
Luka Bakar Basa
KOH Reaksi eksotermik, Eritema dengan bula Eskar yang nyeri dan
NaOH dehidrasi hipogrospik licin dengan
Lime seluler dengan saponifikasi gambaran seperti
dari lemak dan presipitasi sabun
protein
Amonia Seperti pada basa lainnya, Abu-abu, kuning, Bentuk eskar lunak
dengan edema laring dan cokelat, dan hitam dan sampai kasar dan
paru sering menjadi luka tergantung pada
yang dalam durasi paparan zat
Fosforus Efek termal, meleleh pada Abu-abu atau biru Seperti terjadi
suhu badan, terbakar pada kehijauan yang penekanan, dan eskar
34oC, efek asam dari zat menyala pada gelap kasar
H2PO4

III. Jenis Luka Bakar Kimia Khusus


A. Asam Hidrofluorat (HF) adalah asam kuat dan korosif yang biasa digunakan sebagai
penghilang karat, pada etsa kaca, dan untuk membersihkan semikonduktor
1. HF adalah asam lemah tetapi memiliki ion fluoride yang toksik.
2. HF dapat menyebabkan nyeri hebat dan nekrosis lokal.
3. Jika terjadi paparan HF maka harus diperlakukan dengan irigasi air sebanyak-
banyaknya.
4. *Ion fluoride dapat dinetralkan dengan gel kalsium topikal (1 amp kalsium
glukonat dalam 100 g jeli pelumas)
5. Jika gejalanya menetap, pertimbangkan infus kalsium intra-arterial (10 mL
kalsium glukonat yang diencerkan dalam 80 mL saline, diinfuskan selama 4 jam)
dan/atau injeksi subeschar dari pengenceraan (10%) larutan kalsium glukonat
6. *Ion fluoride dapat mengikat kalsium serum bebas. Pastikan untuk memeriksa
kalsium serum dan ganti dengan kalsium IV sesuai kebutuhan.
B. Fenol - umumnya digunakan sebagai desinfektan dan pelarut kimia
1. Fenol adalah alkohol asam yang memiliki tingkat kelarutan air yang rendah
2. Fenol menyebabkan gangguan dan denaturasi protein sehingga akan menimbulkan
nekrosis koagulasi.
3. Fenol sering dikaitkan dengan aritmia jantung dan toksisitas hepar: sehingga
fungsi jantung dan hepar harus dipantau ketat
4. Fenol dieleminasi oleh ginjal
5. Fenol menyebabkan demielinasi sel neuron dan memiliki efek anestesi lokal.
Sehingga, nyeri bukan menjadi gejala klinis yang khas sebagai indikator cedera
6. *Pengobatan paparan fenol yakni termasuk irigasi air sebanyak-banyaknya dan
pembersihan zat dengan 30% polietilen glikol atau etil alkohol
7. Pemeriksaan EKG harus dilakukan
C. Tar digunakan dalam industri paving dan atap sebagai pelapis tahan air yang bersifat
tahan lama
1. Tar dapat dipanaskan hingga 260 °C (∼500 °F) sebelum pemakaian. Selain cedera
termal, tar akan mengeras saat mendingin dan akan mengikat rambut dan kulit.
2. Tar harus didinginkan dengan irigasi air yang banyak untuk menghentikan proses
pembakaran.
3. Pembersih tar membuat promosi pembentukan misel untuk memutuskan ikatan
tar-kulit.
a. Campuran surfaktan steril (De-Solv-it atau Shur-Clens) memungkinkan tar
untuk dibersihkan dalam waktu yang cepat.
b. Wet Dressing menggunakan polisorbat (Tween 80) atau krim Neomisin
selama 6 jam sebelum penghapusan tar juga bisamenjadi tatalaksana yang
efektif.
D. Fosfor putih digunakan dalam pembuatan bahan peledak militer, kembang api, dan
metamfetamin
1. Ledakan yang menggunakan bahan fosfor putih akan menyemburkan partikel
kimia pada kulit.
2. Partikel ini akan mengeluarkan asap saat terkena udara
3. Partikel yang terlihat jelas harus segera disingkirkan. Kulit harus diirigasi dengan
1% sampai 3% larutan tembaga sulfat.
4. Tembaga sulfat akan menodai partikel hitam untuk identifikasi
5. Tembaga sulfat juga akan mencegah percikan yang menyala ketika partikel
terendam air
6. Setelah irigasi tembaga sulfat, area yang terbuka harus ditempatkan di bak air dan
fosfor putih harus segera dihilangkan
E. Amonia anhidrat adalah basa yang digunakan dalam pupuk
1. Paparan ammonia anhidrat ke kulit diobati dengan irigasi dan perawatan luka
lokal
2. Paparan amonia anhidrat dikaitkan denganterjadinya edema jalan napas cepat,
edema paru, dan pneumonia: Sehingga perlu dipertimbangkan intubasi segera
untuk melindungi jalan napas
F. Metamfetamin
1. Takikardia (lebih besar dampaknya walaupun telah diperkirakan berdasarkan
ukuran luka bakar yang sama)
2. Hipertermia
3. Gelisah
4. Paranoid
IV. Cedera pada Mata
A. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan lensa Morgan
B. Kelopak mata mungkin perlu dibuka paksa karena biasa mengalami edema atau
spasme
C. Gunakan analgesik mata topikal
D. Konsultasikan dengan dokter mata
E. Trauma listrik dapat menyebabkan katarak dengan respon lambat oleh karena itu
sebaiknya diidentifikasi lebih awal.
F. Dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
G. Dapat terjadi abrasi kornea jika kornea tidak dilindungi dan/atau dilumasi

Kesimpulan

1. Cedera listrik dapat menyebabkan kerusakan melalui berbagai mekanisme, termasuk luka
bakar kulit dari arcus listrik atau kebakaran pada pakaian, luka bakar jaringan dalam dari
aliran arus di sepanjang tulang, cedera traumatis bersamaan, dan aritmia jantung
2. Rhabdomyolysis diobati dengan resusitasi cairan agresif untuk mempertahankan output urin
100 cc/jam
3. Sindrom kompartemen diobati dengan fasciotomi dekompresi
4. Asam, basa, dan senyawa organik semuanya dapat menyebabkan luka bakar kimia
5. Basa menyebabkan nekrosis likuifaktif dan akan terus terbakar sampai encer
Pertanyaan yang Akan Anda Tanyakan

1. Bagaimana cara mendiagnosis dan terapi sindrom kompartemen?


A. Sindrom kompartemen adalah diagnosis klinis, biasanya dibuat menggunakan 6 "P"
(lihat di atas).
B. Pengukuran tekanan intra-kompartemen adalah pemeriksaan tambahan yang berguna
ketika diagnosis klinis yang ditegakkan kurang jelas atau pasien tidak responsif.
Sindrom kompartemen membutuhkan pelepasan kompartemen pada daerah yang
terkena, biasanya lengan bawah dan/atau tangan.
C. *Diagnosis: Tekanan absolut 30 mmHg atau tekanan dalam 20 mmHg dari
tekanan darah diastolic juga menjadi diagnostik sindrom kompartemen.
2. Bagaimana cara mencegah kerusakan ginjal yang berhubungan dengan rhabdomyolysis?
Target urin output pada pasien dengan rhabdomyolysis adalah 2 mL/kg/jam. Terjadinya
ekskresi mioglobin dapat diterapi dengan penggunaan manitol (diuresis osmotik) dan/atau
alkalinisasi urin dengan 50 mEq/L dari bikarbonat. Kadar mioglobin serum harus dipantau.
3. Mana yang lebih buruk prognosisnya: luka bakar asam atau luka bakar Basa?
Basa. Luka bakar basa akan terus meluas lebih dalam ke jaringan sampai sumbernya
dihilangkan atau diencerkan. Cedera asam biasanya terbatas pada area yang terpapar.
4. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar asam fluorida?
Luka bakar asam harus banyak diirigasi dengan air sebagai agen pengenceran. Jika rasa sakit
berlanjut, ion fluoride dapat dinetralkan dengan gel kalsium topikal. Intervensi tambahan
bisa diberikan seperti kalsium intraarteri atau injeksi sub-eschar dari larutan kalsium
glukonat encer.

Rekomendasi Bahan Bacaan

Arnoldo B, Klein M, Gibran NS. Practice guidelines for the management of electrical injuries. J
Burn Care Res. 2006;27(4):439–447.PMID: 16819345.
Palao R, Monge I, Ruiz M, Barret JP. Chemical burns: pathophysiology and treatment. Burns.
2010;36(3):295–304. PMID: 19864073.

* Menujukkan topic pemeriksaan yang umum dalam pelayanan klinis

You might also like