You are on page 1of 17

MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Oleh:

Vanessa Meiliana Putri


2007036573

JURUSAN D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar belakang.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
1. Bahan Pencemar Lingkungan.................................................................6
Industri Pulp dan Kertas...................................................................................6
Proses Pembuatan Pulp...................................................................................6
Proses pembuatan kertas.................................................................................7
Proses Produksi Pulp dan Kertas...................................................................7
2 Limbah Pulp dan Kertas......................................................................................9
3 Penanggulangan Pencemaran Limbah Industri................................................9
a Penanggulangan secara Non Teknis...............................................................9
b Penanggulangan secara Teknis.....................................................................10
4 Aerasi..................................................................................................................11
Membuat air kontak dengan udara..................................................................11
Memasukkan udara atau oksigen kedalam air................................................11
5 Arang Aktif.........................................................................................................12
6 Filtrasi.................................................................................................................13
Mekanisme penyaringan/filtrasi...............................................................................14
a. Penyaringan/pengayakan secara mekanik (straining).................................14
b. Pengendapan..................................................................................................14
c. Adsorpsi...........................................................................................................14
d. Aktifitas biologi..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan industri saat ini tidak hanya meningkatkan


kesejahteraan masyarakat saja, namun juga dapat menimbulkan
eksternalitas negatif. Hal ini disebabkan karena selain menghasilkan
produk sebagai hasil akhir proses produksi, kegiatan juga
menghasilkan limbah sebagai sisa proses produksi.

Limbah industri akan berdampak negative bagi lingkungan jika


tidak diolah dengan tepat karena akan menimbulkan pencemaran
lingkungan yang melewati daya dukung lingkungan dapat menurunkan
kualitas lingkungan dan selanjutnya dapat membahayakan kehidupan
dan kesehatan mahluk hidup.

Industri pulp dan kertas adalah salah satu jenis industri di


Indonesia yang berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas
untuk memenuhi kebutuhan kertas dalam negeri dan kebutuhan ekspor.
Industri pulp dan kertas adalah industri yang menghasilkan bubur kertas
(pulp) dan kertas yang menggunakan kayu sebagai bahan utama
proses produksi. Sebagai bahan penunjang dalam proses produksi juga
digunakan senyawa kimia sebagai pelarut ataupun pemutih seperti
H2SO3. Larutan H2SO3 digunakan dalam proses pembentukan bubur
kertas dari kayu lapis (Vesilind dan Peirce 1994).

Limbah Industri pulp dan kertas terdiri dari tiga fase yaitu fase
cair, padat dan gas. Limbah cair adalah air limbah yang dihasilkan
dari proses pembuatan pulp dan kertas yang menggunakan air
sebagai pelarut bahan kimia atau untuk proses pencucian.
Sementara limbah padat berasal dari sisa atau resi pengolahan
limbah cair serta sisa kayu (chips) dari proses pengolahan kayu. Limbah

3
gas berupa fly ash dihasilkan pada proses boiler.

Setiap fase limbah tersebut diolah diminimalisasi


konsentrasinya dengan berbagai metode pengolahan limbah.
Banyaknya kebutuhan air dalam proses, maka industri ini akan
menghasilkan limbah cair yang cukup besar pula. Limbah cair yang
dikeluarkan dari industri pulp dan kertas akan mengandung
kontaminasi dari bahan baku produksi (kayu) dan bahan-bahan kimia
pembantu proses serta hasil dalam proses produksi.

Dalam menjalankan proses produksinya perusahaan ini


menghasilkan limbah dengan kadar pencemaran yang masih diatas
ambang batas buangan limbah industri pulp dan kertas. Pencemaran air
oleh industri pulp dan kertas dapat merugikan di bidang ekonomi dan
sosial, seperti adanya bahan-bahan pengotor pada perairan, sehingga
menyebabkan perairan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
perikanan, tempat rekreasi maupun untuk pemanfaatan yang lain.
Di samping itu juga dapat menghilangkan atau menurunkan
sumber-sumber kehidupan seperti pada nelayan dan sanitasi lingkungan
khusus di badan air. Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah
cair pulp dan kertas adalah sisa bahan kimia yang dipakai pada proses
pulping. Pulp yang dihasilkan dari proses semacam ini hanya 40% dari
total berat masa kayu, sedangkan sekitar 60 % dikeluarkan sebagai limbah
bahan organik terlarut atau air limbah (Fiedler et al. 1990). Beberapa
bahan kimia yang digunakan pada proses pulp adalah NaCl, Na2SO4,
Na2CO3, Na2S, Sulfur, NaOH dan CaCO3.
Banyaknya bahan kimia yang digunakan pada saat proses pulp
sehingga banyak pula sisa bahan kimia yang terdapat dalam limbah
cairnya. Bila limbah cair tersebut langsung dibuang kebadan air, tentu
merusak ekosistem yang ada di badan tersebut. Dengan demikian perlu
teknologi tepat guna untuk mengurangi bahan pencemar dari industri pulp
dan kertas

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bahan Pencemar Lingkungan


Pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan
bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke dalam
lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap
lingkungan (saeni M,S, 1989). Menurut Odum (1971), pencemaran
adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada udara, tanah dan air.

Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan


manusia atau spesies-spesies yang berguna, proses-proses industri,
tempat tinggal dan peninggalan budaya atau dapat merusak sumber bahan
mentah meliputi pencemaran kimiawi yang dapat berupa bahanbahan
organic, mineral, zat-zat beracun, pencemaran biologis yang dapat
disebabkan oleh berkembang biaknya organisme makro yang berbahaya
atau gabungan dari kedua bahan pencemaran tersebut.Sedangkan yang
disebut zat pencemaran adalah zat yang mempunyai pengaruh penurunan
nilai lingkungan. Kontaminasi tidak digolongkan zat sebagai pencemar
bila tidak menimbulkan penurunan kualitas lingkungan (saeni M.S 1989)
Industri Pulp dan Kertas
Secara garis besar sumber pencemaran yang dihasilkan oleh industri
pulp dan kertas ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu dari proses
pembuatan kertas. Sedang proses pembuatan pulp dan proses
pembuatan kertas tersebut adalah sebagai berikut :
Proses Pembuatan Pulp.
Bahan baku pembuatan pulp adalah kayu, sedangakan kertas
bekas hanya dikenakan proses penghancuran saja bersama air dengan
menggunakan pengaduk yang dilengkapi dengan pisau. Pada pembuatan

5
pulp, kayu dengan panjang kurang lebih 1,5-2,0m ditumpuk pada tempat
penampungan kayu selama sekitar 30 hari untuk proses pengeringan
dan oksidasi getah kayu secara alami. Selanjutnya kayu dibawa ke unit
pembuatan serpihan kayu (chip) yang dilakukan secara mekanik
kemudian dibawa ke unit pulping. Secara garis besar proses pembuatan
pulp adalah sebagai berikut:
a. Persiapan bahan baku yang meliputi pengulitan, penyerpihan dan
penimbunan.

b. Pembuatan pulp yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu


pemasakan, penyaringan, pencucian, pemutihan (jika diperlukan) dan
pembersihan.

c. Pemulihan bahan kimia.

d. Pembuatan lembaran pulp dimesin pengering (jika pulp akan


dibawa keluar dari pabrik)
Proses pembuatan kertas

Proses pembuatan kertas secara garis besar terdiri dari:

a. Persiapan bahan baku. Tahap ini hanya dilakukan pada pabrik


kertas yang tidak memproduksi pulp sendiri yang meliputi tahapan
pembuburan lembaran pulp,
b.  pembersihan dan penghalusan pulp, pelarutan bahan serta
pencampuran bahan ambahan pembantu proses.
c. Pembentukan lembaran kertas dimesin kertas.

d. Pengeringan kertas.

Proses Produksi Pulp dan Kertas


Proses pembuatan kertas dapat dibagi menjadi tiga tahap
utama yaitu pembuatan pulp (pulping), persiapan stok dan pembuatan kertas.
Proses Pulping diawali dengan pemotongan kayu gelondongan menjadi potongan

6
kayu kecil atau chip pada mesin pemotong (chipper). Selanjutnya chip atau
potongan kayu tersebut dimasak (digesting) pada boiler. Proses digesting
adalah proses penghancuran chips dengan mengunakan panas yang dikontrol
pada temperatur tertentu. Pada proses ini dihasilkan polutan berupa fly ash atau
partikel debu. Proses pemasakan ini dilakukan secara kontinu agar dihasilkan
kualitas pulp yang lebih baik dan seragam (Lesmono2005).

Pada proses pulping secara kimia dengan basa, proses kraft,


menggunakan natrium hidroksida dan natrium sulfit untuk memecahkan ikatan
serat selulosa dengan senyawa organik lainnya dengan pemanasan 150 - 200°C.
Pulp yang dihasilkan dari proses semacam ini hanya 40% dari total berat masa
kayu. Sedangkan sekitar 60% dikeluarkan sebagai limbah bahan organik
terlarut atau air limbah (Fielder et al. 1990). Beberapa jenis bahan kimia yang
digunakan pada proses pulping PT. Indah Kiat Pulp dan Kertas Karawang,
Riau berikut adalah penggunaan bahan kimia per-ton pulp: NaCl sebanyak
77.055 kg, Na2SO4; 9.83 kg, Na2CO3, 0.286 kg, Na2S; 0.003 kg, sulfur; 1.682
kg, NaOH; 7.476 kg dan CaCO3; 59.192 kg.

Persiapan stok adalah proses penghubung antara proses pembuatan


pulp dan proses pembuatan kertas. Pulp serat pendek disaring kemudian
dibersihkan dan dihaluskan. Sementara pulp serat panjang hanya dihaluskan
saja. Selanjutnya kedua jenis pulp tersebut dicampur pada wadah
pencampur. Kemudian dibersihkan dengan menggunakan bahan kimia seperti
anti-foam dan anti septik. Setelah proses pembersihan selesai dilanjutkan
dengan proses penyaringan setelah itu stok siap diproses menjadi kertas.
Sebelum dimasukkan ke dalam mesin kertas, pulp dilarutkan ke dalam air
sehingga membentuk larutan kental (slurry) agar dapat dipompa menuju mesin
kertas. Hasil olahan dari mesin kertas adalah kertas dalam bentuk
lembaran.

Pada proses berikutnya, lembaran kertas akan melalui mesin press dan
unit pengering dengan menggunakan uap. Selanjutnya kertas akan digulung

7
pada mesin calender sehingga menghasilkan gulungan kertas. Setelah itu
kertas dapat diolah sesuai dengan kebutuhannya.
2 Limbah Pulp dan Kertas

Secara umum dapat dikatankan bahwa bahan mentah dalam industri pulp dan
kertas, akan diolah hingga menjadi produk yang diinginkan dan menghasilkan
bahan residu atau sisa dari proses produksi, yang selanjutnya disebut limbah
industri pulp dan kertas. Limbah industri pulp dan kertas terdiri dari t iga fase
yaitu limbah padat, cair dan partikel debu (fly ash). Ketiga jenis limbah tersebut
harus dikelola dengan cara yang tepat. Pengelolaan limbah bertujuan untuk
mengurangi kadar zat yang berlebihan, sehingga bahan yang dibuang ke
lingkungan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah cair diolah
agar dihasilkan air buangan yang memenuhi standart yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Pengelolaan limbah berupa partikel atau debu bertujuan agar
dapat mengurangi kadar debu di dalam emis gas yang dikeluarkan dari proses
produksi. Limbah padat dikelola dengan cara applikasi pada tanah.
3 Penanggulangan Pencemaran Limbah Industri

Karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan


sangat merugikan manusia, maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran
lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali menurut wardana
(1995) usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada
dua macam cara utama, yaitu penanggulangan secara non teknis, dan
penanggulangan secara teknis. Melalui kedua cara penanggulangan tersebut
diharapkan pencemaran lingkungan akan jauh berkurang dan kualitas hidup
manusia dapat lebih baik.
a Penanggulangan secara Non Teknis

Menurut Wardana (1995) yang disebut penanggulangan non teknis disini, yaitu
suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan
dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat direncanakan,
mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Peraturan

8
perundangan yang dimaksud hendaknya dapat memberikan gambaran secara
jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu
tempat yang antara lain :

(1) Penyajian informasi lingkungan (PIL),

(2) Analisis mengani dampak lingkungan (AMDAL),

(3) Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi

(4) Pengaturan dan pengawasan kegiatan,

(5) Menanamkan perilaku disiplin.


b Penanggulangan secara Teknis

Menurut Wardana (1995) apabila suatu kegiatan berdasarkan kajian


AMDAL (analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ternyata dapat diduga
bahwa kemungkinan akan timbul pencemaran lingkungan, maka langkah
berikutnya adalah memikirkan penanggulangannya secara teknis. Banyak
macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara teknis.
Adapun criteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang
akan digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor
berikut :

(1) Mengutamakan keselamatan lingkungan.

(2) Teknologinya telah dikuasai.

(3) Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan


(Wardana, 1995)

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh beberapa cara dalam hal


penanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :

(1) Mengubah proses,

(2) Mengganti sumber energi,

9
(3) Mengelola limbah

(4) Menambah alat bantu.

Keempat macam cara penanggulangan secara teknis tersebut diatas


dapat berdiri sendiri-sendiri, atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan
bersama- sama, tergantung dari hasil kajian dan kondisi di lapangan (Wardana,
1995)
4 Aerasi

Aerasi adalah proses pemasukan udara ke dalam air (AWWA,1984),


contoh yang sangat sederhana dan umum dapat dilihat pada air terjun atau
aliran air yang turbulen. Turbulensi tersebut akan membawa atau membuat air
kontak dengan udara dan melarutkannya kedalam air. Proses aerasi tersebut
dapat menghilangkan unsur-unsur pencemar atau mineral yang tidak diinginkan
keberadaannya dalam air. Untuk meningkatkan kelarutan oksigen atau udara
kedalam air pada prinsifnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Membuat air kontak dengan udara

Pada proses ini air diaduk sedemikian rupa atau diturbulensikan


sehingga butir-butir air terangkat ke udara dan permukaannya dapat kontak
dengan udara. Semakin banyak butiran yang dibentuk semakin luas permukaan
yang dapat dikontak dengan udara. Contoh buatan adalah pengadukan air
secara mekanis dengan putaran pengaduk yang cukup cepat (rpm) atau
membuat air terpancurkan (dibuatkan naik keatas dan dijatuhkan bebas).
Memasukkan udara atau oksigen kedalam air

Udara secara kontimu dimasukan kedalam air dengan tekanan melalui


material yangporous atau nosel. Macam-macam bentuk aerasi yaitu; (1) air
dikontakan ke udara, (2) udara masuk ke air, (3) kombinasi aerator. Keberadaan
air limbah di alam dapat mempengaruhi keadaan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung diantaranya menurut Djabu (1990) adalah:

1. Pengaruh air limbah terhadap Kesehatan

10
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi
media tempat berkembangnya mikroorganisme patogen larva nyamuk ataupun
serangga lainnya yang menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-
penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kholera, typhus
abdominalis, dicentri baciler dan sebagainya. Bahan kimia juga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan baik melalui minuman maupun makanan.
Jenis bahan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain
Cadmium, Pb, Merkuri, Chrom, Cobalt, Cyanida, Hidrokarbon, Minyak dan
lemak, nikel, Arsen, seng dan Tembaga.

2. Pengaruh air limbah terhadap lingkungan

Pencemaran badan-badan air menimbulkan masalah teknis,


biologis, bakteriologis dan estetika dengan berbagai tingkat
tergantung keadaan pencemarnya. Flora dan fauna aquatis akan
mempengaruhi pencemaran tanah yang makin meluas baik oleh kotoran padat
maupun cairan penyebab masyarakat dapat terkena infeksi dan infestasi cacing.
Depkes (1975) pencemaran oleh zat kimia makin hebat lebih-lebih dengan
ditemukanya zat-zat sintetis tiap tahun untuk penggunaan domestik, pertanian
dan industi zat-zat beracun dapat menggagu ekosistem apabila berkumpul
pada organisme aquatis yang dimakan manusia.

3. Pengaruh limbah terhadap sosial ekonomi

Lingkungan hidup manusia sangat mempengaruhi bukan hanya


kesehatan fisik saja tetapi juga kesehatan mental dan sosial pada manusia.
Kesehatan lingkungan yang buruk menyebabkan perasaan yang tidak nyaman
dan tidak menyenangkan. Sebagai akibatnya kesehatan manusia terganggu dan
menjadi kurang produktif.
5 Arang Aktif

Arang aktif atau karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian

11
rupa sehingga mempunyai daya serap yang tinggi. Bahan dasar yang digunakan
untuk pembuatan karbon aktif yaitu sekam padi, bagasse, serbuk gergaji,
tempurung kelapa dan lain-lain. Karbon aktif terdiri dari lempengan-lempengan
datar yang atom C-nya terikat secara kuat dalam satu sisi heksagon.
Lempengan- lempengan ini bertumpuk membentuk kristal dengan sisa
hidrokarbon yang tertinggal di permukaannya. Dengan menghilangkan
hidrokarbon, permukaannya menjadi aktif. Aktivitas dapat mengubah daya
serap yang rendah menjadi tinggi. Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi
menjadi dua tingkatan proses yaitu karbonisasi (pengarangan) dan aktivitas
karbon.

Menurut Fardiaz (1992) karbon aktif yang sekarang banyak digunakan


untuk pengolahan limbah cair industri dapat berbentuk butiran (granular)
atau berbentuk bubuk (tepung). Karbon aktif berbentuk granular dapat
diaktifkan kembali untuk digunakan selanjutnya, yaitu dengan cara
memanaskan di dalam pembakar ganda, selama reaktivasi terjadi kehilangan
karbon sebanyak kira-kira 5%. Karbon berbentuk granular dapat dicuci
sedangkan yang berbentuk bubuk (amorf) tidak dapat dicuci sehingga sulit
untuk di regenerasi (Sugiharto, 1987).

Penggunaan karbon aktif berbentuk bubuk dapat dilakukan dengan cara


menaburkan bubuk ini ke dalam saluran yang berasal dari pengolahan biologis.
Pengkontakan ini biasanya dilakukan pada bak tertentu, setelah bubuk
tercampur dengan adanya gaya berat akan mengendap dengan membawa
partikel terlarut dan partikel tercampur. Untuk lebih mempercepat
pengendapan dapat juga dibantu dengan penambahan zat pembantu pengendap.
Agar karbon aktif menjadi lebih ekonomis, maka dapat dipergunakan
kembali setelah dipakai dengan cara melakukan oksidasi pada tekanan
tinggi. Pada proses regenerasi ini biasanya akan hancur sebanyak 5-10%,
ukuran partikel 230 mesh serta luas permukaan 1000- 2000 m2/gram dan
mempunyai jari-jari antara 20-30 mikron (Sugiarto,1987)

12
6 Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan adalah proses penjernihan air dimana air yang
diolah dilewatkan melalui substansi yang berporos. Menurut Huisman (1970)
selama dalam proses atau lewat saringan kualitas air akan menjadi baik yaitu
dalam hal (1) kandungan koloidal yang tersuspensi, (2) Menurunnya kandungan
Bakteri dan organisme lain serta (3) perubahan kandungan parameter kimia.
Dalam penggunaanya filtrasi menggunakan bahan-bahan yang stabil seperti
pasir, pecahan batu, gelas dan arang aktif.
Mekanisme penyaringan/filtrasi

Pengurangan partikel kotoran secara keseluruhan dengan proses filtrasi


adalah akibat berbagai penomena dan yang penting yaitu:
a. Penyaringan/pengayakan secara mekanik (straining)

Menyaring kotoran yang melalui celah antara butiran-butiran pasir


tertahan pada permukaan saringan. Saringan dengan ukuran partikel 0,4 mm
akan memberikan ruang celah berdiameter 60 Gm, sehingga tidak dapat
menahan partikel koloidal (0,001 – 0,1 Gm), bakteri (1-10 Gm) atau juga flok
dari besi atau alumunium (20 – 50 Gm).
b. Pengendapan

Dalam proses pengendapan partikel-partikel yang lebih halus dari celah


akan jatuh pada permukaan butiran pasir, seperti halnya pengendapan dalam
bak. Pada tangki pengendapan proses pengendapan terjadi di dasar tangki.
Suatu saringan dengan pore space (ρ) maka setiap satu m3 saringan butiran-
butiran bulat berdiameter (d) akan mempunyai luas permukaan secara kasar 6/d
[1- ρ] m2. Porositas (ρ) 0,4 dan diameter butiran 0,8 mm akan mempunyai luas
area permukaan tidak kurang dari 4500 m 2 per m3 saringan atau luas 5400 m2
per m3 saringan yang tebalnya 1,2 m.

Walaupun hanya sebagian luas permukaan yang efektif tetapi luas area
pengendapan per m2 saringan bisa dikatakan sebesar 300m2. Sehingga surface
loading sebagian hasil perhitungan jumlah air yang akan diolah dengan luas

13
area pengendapan menjadi sangat kecil. Bila Filtrasi rate 5,4 m/jam surface
loading (s) tak lebih dari 0,018 m/jam.
c. Adsorpsi

Sistem Adsorpsi adalah suatu sistem yang memanfaatkan kemampuan


zat padat untuk menyerap suatu zat yang spesifik dan penyerapan itu hanya
terbatas pada permukaan. Hal terjadi karena adanya gaya tarik menarik dari
atom-atom atau molekul-molekul pada lapisan bagian luar zat padat. Sistem
adsorpsi ini terjadi dengan cara mengkontakan larutan/campuran yang hendak
dipisahkan dengan fase yang tidak dapat larut yaitu zat padat yang mempunyai
kemampuan menyerap (adsorben).

Proses ini adalah proses adsorpsi secara fisika, yaitu proses


terkonsentrasinya moleku-molekul adsorbat (zat yang akan diserap) dalam air
(misalnya zat organik/anorganik dan lain-lain) ke permukaan karbon aktif oleh
karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul karbon aktif dengan molekul-
molekul adsorbat yang ada dalam larutan. Adsorpsi adalah peristiwa
paling penting dalam saringan cepat yang berpengaruh terhadap kotoran
koloidal dan molekul disolved. Tenaga adsorpsi hanya mampu bekerja pada
jarak pendek dan tidak lebih dari 0,01 – 1 Gm.

Pada permukaan butiran saringan terdapat lapisan film. Tebalnya


saringan tidak lebih dari 90 mm bila suatu saringan dengan butiran material Ө
0,8 mm porositas 40% dan 0,4 ruang per m 3 saringan dengan luas permukaan
material 4500 m2. d. Proses kimia. Proses kimia terjadi terhadap kotoran-
kotoran yang larut dalam air yang kemudian dihancurkan menjadi bentuk
atau susunan lebih sederhana, kurang berbahaya atau diubah bentuk
menjadi bahan yang tidak larut, yang kemudian bisa terpisah dari air setelah
pengendapan, tersaring atau diadsorpsi. Bila ada oksigen zat-zat organik dapat
didegradasi secara aerobik.
d. Aktifitas biologi

Mikroorganisme yang hidup dipermukaan butiran-butiran saringan terus

14
mempertahankan hidupnya. Maka untuk kelangsungan hidupnya mereka
memerlukan makanan yang diperoleh dari bahan-bahan organik dan nutrisi
yang melewatinya. Makanan diperlukan untuk proses kehidupan serta untuk
pertumbuhannya dengan mengubah kotoran laut dan koloidal menjadi benda
hidup.

Tingkat perbandingannya sebagai berikut: Ammonia→ Nitrat → Nitrit


dan menjadi Air, CO2 dan lain-lain mineral yang keluar lewat effuen. Dengan
terbatasnya jumlah makanan yang dibawa oleh air baku, maka sejumlah
bakteri tertentu dapat hidup dan tumbuh bahkan Sebagian jumlah lagi akan
mati. Sebagian bakteri akan terkuras pada saat backwashing dan sebagian mati
dalam saringan. Sedangkan bahan organik yang dapat dicerna atau dihancurkan
akan diubah bentuk menjadi mineral.

Air baku yang diolah tidak hanya berbahaya dan berguna bagi saringan,
tetapi juga mengandung E.coli dan bakteri pathogen. Sebagian organisme ini
akan dipindah dari air baku kebutiran pasir/saringan melalui proses
straining, sedimentasi dan adsorpsi, serta sebagian bakteri akan lewat dari
penyaringan. Dengan demikian saringan pasir cepat tidak dapat menghasilkan
air yang aman sebagai airminum ditinjau dari segi bakteriologi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. Azrul. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta.
Mutiara sumber Widya

Benfield dan Randall. 1980. Biological Process Design For Waste


Water Treatment. Virginia Polytecnic Institute and State University. New york.

Bajpai, Pratima. (2012). Biotechnology for Pulp and Paper


Processing. New York : Springer

Darpito, Hening. (!999). Kualitas Air Dalam Teknik Penyehatan.Unit


Peminatan Teknik Penyehatan. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1975 .Pembuangan Air


Kotor (Disposal Of Community Waste Water) Terjemahan (Jakarta Depkes R.I)

Djabu. U. 1990. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan


Air Limbah. Jakarta. PUSDIKNAKES.

Djajadiningrat. 1992. Pengendalian Pencemaran Limbah Industri.


Jurusan Teknik Lingkngan. ITB. Bandung.

Fiedler, H., O. Hutzinger, and C.W. Timms.1990 Dioxines; sources of


environmental load and human exposure.Toxicol. Environ. Chem. 29:157-234.

.Herlambang. 2000. Teknologi Pengolahan Air Limbah secara Aerob


(Kajian Asfek Pemilihan Teknologi). Bahan Pelatihan Teknologi Pengolahan
Air Limbah Cair. BPPT. Jakarta.

16
17

You might also like