You are on page 1of 244

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348945167

Kewirausahaan dan UMKM

Book · March 2020

CITATIONS READS

4 5,744

11 authors, including:

Agung Purnomo Annisa Ilmi Faried


Binus University Universitas Pembangunan Panca Budi
61 PUBLICATIONS   159 CITATIONS    17 PUBLICATIONS   91 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Didin Hadi Saputra Janner Simarmata


University of Nahdlatul Wathan Mataram State University of Medan
18 PUBLICATIONS   25 CITATIONS    97 PUBLICATIONS   487 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Engineering and technology View project

Article View project

All content following this page was uploaded by Agung Purnomo on 01 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEWIRAUSAHAAN DAN
UMKM

Penulis:
Puji Hastuti, Agus Nurofik, Agung Purnomo, Abdurrozzaq Hasibuan,
Handy Aribowo, Annisa Ilmi Faried, Tasnim, Andriasan Sudarso,
Irwan Kurniawan Soetijono, Didin Hadi Saputra, Janner Simarmata

Penerbit Yayasan Kita Menulis


UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Perlindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram
yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
KEWIRAUSAHAAN DAN
UMKM

Penulis:
Puji Hastuti, Agus Nurofik, Agung Purnomo, Abdurrozzaq Hasibuan,
Handy Aribowo, Annisa Ilmi Faried, Tasnim, Andriasan Sudarso,
Irwan Kurniawan Soetijono, Didin Hadi Saputra, Janner Simarmata

Penerbit Yayasan Kita Menulis


KEWIRAUSAHAAN DAN UMKM
Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2020

Penulis:
Puji Hastuti, Agus Nurofik, Agung Purnomo,
Abdurrozzaq Hasibuan, Handy Aribowo, Annisa Ilmi Faried,
Tasnim, Andriasan Sudarso, Irwan Kurniawan Soetijono,
Didin Hadi Saputra, Janner Simarmata

Editor: Alex Rikki


Desain Cover: Janner Simarmata

Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
Kontak WA: +62 858-3552-3449

Puji Hastuti, dkk.


Kewirausahaan dan UMKM
Yayasan Kita Menulis, 2020
xvi; 226 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-7645-41-2
Cetakan 1, Maret 2020
I. Kewirausahaan dan UMKM
II. Yayasan Kita Menulis

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa
Ijin tertulis dari penerbit maupun penulis
Kata Pengantar

Alhamdulillah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya


buku Kewirausahaan dan UMKM ini dapat diselesaikan sesuai dengan
deadline yang sudah ditentukan.

Pengerjaan buku ini kami (penulis) lakukan secara berkolaborasi lintas


Perguruan Tinggi dan lintas displin ilmu, yang ditulis selama 1 (satu)
bulan. Penulis berharap dengan hadirnya buku Kewirausahaan dan
UMKM ini, semoga bisa menjadi sebagai alternatif buku referensi bagi
mahasiswa untuk mendukung literasi menulis dan membaca.

Buku ini terdiri dari 10 (sepuluh) bab, yaitu:


Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual
Bab 10 Digitalisasi UMKM

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan buku ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga buku ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca

Medan, Februari 2020

Penulis
vi Kewirausahaan dan UMKM
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... v


Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xv

Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan


1.1 Pengertian Kewirausahaan ......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat kewirausahaan .......................................................... 5
1.3 Karakteristik Wirausaha.............................................................................. 6
1.3.1 Definisi Karakter ................................................................................ 6
1.3.2 Proses Pembentukan Karakter .......................................................... 6
1.3.3 Ciri-Ciri Karakter Wirausaha ............................................................ 10
1.3.4 Pentingnya Karakter .......................................................................... 12
1.3.5 Dimensi-Dimensi Kewirausahaan .................................................... 13
1.4 Perilaku Konsumen ..................................................................................... 14
1.4.1 Definisi Perilaku Konsumen............................................................. 14
1.4.2 Teori Psikologis Yang Memengaruhi Konsumen .......................... 15
1.4.3 Tipe-Tipe Perilaku Konsumen ......................................................... 16

Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0


2.1 Pendahuluan................................................................................................. 19
2.1.1 Informasi Kewirausahaan.................................................................. 20
2.1.2 Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli ............................... 20
2.1.3 Pengertian Kewirausahaan dan Ciri-Cirinya ................................... 21
2.1.4 Era Dunia Saat ini .............................................................................. 23
2.1.5 Era Analisis......................................................................................... 24
2.2 Kewirausahaan di Era Informasi ................................................................ 24
2.2.1 Transformasi Digital .......................................................................... 26
2.2.2 Kecepatan............................................................................................ 27
2.2.3 Sumber Daya Manusia....................................................................... 27
2.2.4 Masyarakat Yang Senantiasa Berubah ............................................. 28
2.2.5 Persaingan Semakin Tinggi ............................................................... 28
2.2.6 Zero-Surveillance ............................................................................... 28
viii Kewirausahaan dan UMKM

Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan


3.1 Pendahuluan................................................................................................. 31
3.2 Kriteria Pendidik Kewirausahaan............................................................... 32
3.3 Proses Pengembangan Pola Pikir Wirausaha dengan Pendidikan
Kewirausahaan................................................................................................... 33
3.4 Metode Pengajaran Kewirausahaan........................................................... 34
3.5 Kolaborasi Ekosistem Kewirausahaan ..................................................... 36
3.6 Manfaat Berwirausaha ............................................................................... 37
3.7 Prinsip Pendidikan Kewirausahaan ........................................................... 39
3.8 Kondisi dan Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia ............................. 40
3.9 Peran Kewirausahaan bagi Indonesia ........................................................ 43
3.10 Langkah menjadi Wirausahawan............................................................. 44
3.11 Kesimpulan ................................................................................................ 45

Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce


4.1 Proses Kewirausahaan ................................................................................ 47
4.1.1 Manfaat Kewirausahaan .................................................................... 51
4.1.2 Pengembangan Diri ........................................................................... 56
4.2 Pengertian Electronic Commerce (E-Commerce) .................................... 67
4.2.1 Jenis-Jenis E-Commerce ................................................................... 72
4.2.2 Komponen E-Commerce .................................................................. 74
4.2.3 Keamanan E-Commerce ................................................................... 75
4.2.4 Dampak E-Commerce Terhadap Praktik Bisnis ............................. 80
4.2.5 Pengembangan Sistem E-Commerce ............................................... 81

Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan


5.1 Pendahuluan................................................................................................. 85
5.2 Risiko............................................................................................................ 86
5.2.1 Pengertian Risiko ............................................................................... 86
5.2.2 Komponen Risiko .............................................................................. 86
5.2.3 Tipe Risiko ......................................................................................... 87
5.2.4 Suatu Ketidakpastian dalam Risiko ............................................... 88
5.3 Manajemen Risiko ..................................................................................... 89
5.3.1 Pengertian Manajemen Risiko .......................................................... 89
5.3.2 Unsur Manajemen Risiko.................................................................. 89
5.3.3 Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko .......................................... 89
5.4 Risiko Dalam Kewirausahawanan ............................................................. 90
5.4.1 Risiko di Lingkungan Bisnis ............................................................. 90
5.4.2 Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA) ..... 94
Daftar Isi ix

5.5 Penanganan Risiko Dalam Kewirausahawanan........................................ 95


5.5.1 Pengelolaan Risiko............................................................................. 95
5.5.2 Penanganan Terhadap Dampak Risiko ............................................ 96

Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru


6.1 Pendahuluan................................................................................................. 99
6.2 Pembentukan Karakter Wirausaha............................................................. 100
6.3 Menemukan Peluang Usaha ....................................................................... 107
6.4 Asal Muasal Gagasan dan Penciptaan Ide Baru........................................ 109
6.5 Trend Usaha Yang Memiliki Prospek Baik .............................................. 110

Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan


7.1 Pendahuluan................................................................................................. 113
7.2 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Farmokologi ............... 114
7.2.1 Wirausaha Penjual Obat .................................................................... 114
7.2.2 Home industri Obat Herbal ............................................................... 115
7.2.3 Wirausaha Kotak Pertolongan Pertama ........................................... 115
7.2.4 Wirausaha Penyediaan kapas ............................................................ 116
7.2.5 Wirausaha Stiker Pelabelan Obat ..................................................... 116
7.2.6 Wirausaha Pembuatan Perban, Kain Kasa dan Plester ................... 116
7.3 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Medis ......................................... 117
7.3.1 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan atau Rumah Sakit ......... 117
7.3.2 Wirausaha Pembukaan Klinik Bersalin ........................................... 117
7.3.3 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan Gigi ............................... 117
7.3.4 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan Mata .............................. 118
7.3.5 Wirausaha Pembukaan Klinik Terapi Pijat ...................................... 118
7.3.6 Wirausaha Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan Kulit ................ 119
7.4 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Promosi Kesehatan ................... 120
7.4.1 Wirausaha Pengembangan Program Kesehatan di Media Televisi120
7.4.2 Wirausaha Pengembangan Program Kesehatan di Media Radio... 120
7.4.3 Wirausaha Penyediaan Program Kesehatan pada Iklan-Iklan di
Media Cetak ................................................................................................. 120
7.4.4 Wirausaha Pengembangan Majalah dan Jurnal Kesehatan ............ 121
7.4.5 Wirausaha Penyediaan Buku-Buku Kesehatan ............................... 121
7.4.6 Wirausaha Pengembangan Aplikasi Media Kesehatan online ....... 122
7.5 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Teknologi Laboratorium Medis ..... 122
7.5.1 Penyedian Jasa Laboratorium Medis................................................ 122
7.5.2 Penyedian Jasa Pemberian Kode Medis........................................... 122
7.5.3 Penyedian Jasa Bank Darah .............................................................. 123
x Kewirausahaan dan UMKM

7.6 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Teknologi Elektro Medis.......... 123


7.6.1 Wirausaha Pabrikan Tempat Tidur atau Furniture Rumah Sakit ... 123
7.6.2 Wirausaha Penyediaan Kursi Roda .................................................. 123
7.6.3 Wirausaha Pabrikan Alat-Alat Medis dan Kalibrasi Alat Medis ... 124
7.6.4 Wirausaha Pembuatan Kasur untuk Pasien Rawat Inap ................. 124
7.7 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Kesehatan Lingkungan ............. 124
7.7.1 Penyediaan Jasa Recycle Sampah Medis......................................... 124
7.7.2 Penyediaan Jasa Pengelolaan Limbah Medis .................................. 125
7.7.3 Penyedia Jasa Kebersihan di Unit Pelayanan Kesehatan................ 125
7.8 Konsep Kewirausahaan Dalam Bidang Ilmu Keperawatan..................... 125
7.8.1 Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan Anak .................................. 126
7.8.2 Penyediaan Layanan Perawatan bagi Kelompok Lansia ................ 126
7.9 Dampak Aplikasi Kewirausahaan Dalam Bidang Kesehatan.................. 127
7.9.1 Pengaruh Perkembangan Teknologi................................................. 127
7.9.2 Balansing antara Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ............... 127
7.9.3 Komitmen terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan .................... 128
7.9.4 Etika Pengelolaan Wirausaha bidang Kesehatan............................. 128
7.10 Keberhasilan Aplikasi Kewirausaha Dalam Kesehatan ......................... 129

Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan


8.1 Pendahuluan................................................................................................. 131
8.1.1 Definisi Kewirausahaan................................................................ 133
8.1.2 Definisi Pemasaran ...................................................................... 134
8.1.3 Definisi dan Sifat Pemasaran Kewirausahaan ............................ 135
8.1.4 Spiral Kesuksesan ......................................................................... 136
8.1.5 Kewirausahaan sebagai Aspek Kuantitatif Pemasaran ............. 138
8.1.6 Kewirausahaan sebagai Aspek Kualitatif Pemasaran ................ 140
8.2 Karakteristik Pemasaran Kewirausahaan .................................................. 141
8.2.1 Proaktif ........................................................................................... 141
8.2.2 Fokus Peluang ............................................................................... 142
8.2.3 Inovasi ............................................................................................ 143
8.2.4 Intensitas Pelanggan...................................................................... 145
8.2.5 Penciptaan nilai ............................................................................. 146
8.2.6 Peningkatan Sumberdaya ............................................................. 147
8.2.7 Pengambilan Risiko Terkalkulasi ................................................ 147
8.3 Interpretasi Pemasaran Kewirausahaan ..................................................... 149
8.3.1 Orientasi pelanggan versus orientasi inovasi .............................. 149
8.3.2 Strategi Top-down versus Bottom-up ......................................... 150
8.3.3 Produk, Harga, Promosi dan Tempat versus Pemasaran
Daftar Isi xi

Interaktif dan dari mulut ke mulut ......................................................... 152


8.3.4 Riset Pasar versus Networking..................................................... 154

Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual


9.1 Pendahuluan................................................................................................. 155
9.2 Pengertian UMKM ..................................................................................... 157
9.3 UMKM dan Ekonomi Kreatif ................................................................... 160
9.3.1 Perekonomian Global Menuju Ekonomi Kreatif ............................ 160
9.3.2 Pilar Utama Model Pengembangan Ekonomi Kreatif .................... 161
9.3.3 Perkembangan ekonomi kreatif ........................................................ 163
9.4 Hak Kekayaan Intelektual .......................................................................... 165
9.4.1 Pengertian HKI................................................................................... 165
9.4.2 Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual ............................................. 166
9.4.3 Jenis-Jenis Hak Kekayaan Intelektual .............................................. 168
9.5 Aspek Hukum Kekayaan Intelektual ........................................................ 174
9.6 Kesimpulan .................................................................................................. 175

Bab 10 Digitalisasi UMKM


10.1 Sosialisasi Program ................................................................................... 181
10.2 Pendampingan .......................................................................................... 187
10.3 Ekonomi Kreatif ........................................................................................ 194
10.4 Media Sosial .............................................................................................. 198
10.5 Corporate Social Responsibility CRM .................................................... 202
10.6 Website online ........................................................................................... 204

Daftar Pustaka ................................................................................................... 207


Biodata Penulis .................................................................................................. 219
Daftar Gambar

Gambar 2.1: Indonesia Digital 2019 ..............................................................25


Gambar 3.1: Proses Pengembangan Pola Pikir Wirausaha dengan
Pendidikan Kewirausahaan........................................................33
Gambar 3.2: Model Kolaborasi Ekosistem Kewirausahaan ........................37
Gambar 3.3: 6 Manfaat Berwirausaha ...........................................................38
Gambar 3.4: Alasan Jumlah Pengusaha di Indonesia Rendah .....................41
Gambar 3.5: Mengapa Kewirausahaan Penting bagi Indonesia ? ................43
Gambar 3.6: Panduan Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses ................44
Gambar 4.1: Proses Kewirausahaan ...............................................................50
Gambar 6.1: Proses Pembentukan Karakter Wirausaha Menurut Bygrave101
Gambar 10.1: Digital Ekonomi Indonesia ......................................................180
Gambar 10.2: Sosialisasi UMKM Online .....................................................182
Gambar 10.3: Capaian Pertumbuhan UMKM ..............................................183
Gambar 10.4: Grafis Jaringan E-Commerce ..................................................184
Gambar 10.5: Nominator UMKM Terbaik ...................................................184
Gambar 10.6: Proses Tahapan Pendampingan UMKM ...............................186
Gambar 10.7: Jaringan Teknologi Keuangan ................................................187
Gambar 10.8: Pendampingan Pajak UMKM .................................................188
Gambar 10.9: Jaringan E-Commerce dalam UMKM ..................................190
Gambar 10.10: Pendampingan Pemasaran Digital UMKM ........................191
Gambar 10.11: CSR dan CRM UMKM.........................................................191
Gambar 10.12: Koneksivitas Digital UMKM ...............................................193
Gambar 10.13: UMK Digital ..........................................................................195
Gambar 10.14: Produk UMKM Digital .........................................................196
Gambar 10.15: Diferensiasi Produk UMKM .................................................197
Gambar 10.16: Jaringan Media Sosial UMKM .............................................199
Gambar 10.17: Jejaring Digital Marketing UMKM ......................................200
Gambar 10.18: Media Sosial dalam Genggaman ..........................................201
Gambar 10.19: CSR dan CRM dalam Genggaman ......................................203
Gambar 10.20: CRM Link dan Match ...........................................................204
Gambar 10.21: UMKM Go Online ................................................................205
xiv Kewirausahaan dan UMKM
Daftar Tabel

Tabel 3.1: Metode Pengajaran Kewirausahaan ............................................35


Tabel 3.2: Program Kewirausahaan Pemerintah RI......................................42
Tabel 4.1: Ciri wirausaha dan watak wirausaha ............................................53
Tabel 5.1: Wabah Kesehatan di Dunia...........................................................94
Tabel 5.2: Perisitiwa yang Berdampak VUCA Pada Sektor Ekonomi Makro
Negara............................................................................................. 95
Tabel 5.3: Penanganan Terhadap Dampak Risiko di Sektor Bisnis Makanan
dan Minuman.................................................................................. 97
Tabel 5.4: Penanganan Terhadap Dampak Risiko di Sektor Bisnis Makanan
dan Minuman.................................................................................. 98
Tabel 9.1: Perbedaan Antara Paten Biasa dan Paten Sederhana ..................173
xvi Kewirausahaan dan UMKM
Bab 1
Konsep Dasar Kewirausahaan

1.1 Pengertian Kewirausahaan


Secara harfiah Wira artinya berani sedangkan Usaha adalah daya upaya.
Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang
lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau
kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) dalam Soedrajat
2011 menyebutkan Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan
peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan
kehidupannya., "An entrepreneur is one who creates a new business in the face
of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on
those opportunities".
Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber
daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil
keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih
sukses/meningkatkan pendapatan.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja, 1980 dalam Soedrajat 2011
menyebutkan wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata
2 Kewirausahaan dan UMKM

lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif
yang tinggi dalam hidupnya. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan,
baik karyawan swasta maupun pemerintahan.
Sedangkan Prawirokusumo, 1997 dalam Soedrajat 2011 menguraikan
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk
menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya.
Proses kewirausahaan juga meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha
sebagaimana ditulis Suryana, (2001). Kewirausahaan esensinya adalah
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber
daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Zimmerer dalam Soedrajat (2011) menyebutkan nilai tambah dapat diciptakan
melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving
existing products or services)
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan
jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit
(finding different ways of providing more goods and services with
fewer resources).

Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko
atau ketidakpastian. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 3

Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :


1. Memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru
2. Memperkenalkan metoda produksi baru,
3. Membuka pasar yang baru (new market)
4. Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
atau
5. Menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
1. Beberapa pengertian kewirausahan sebagaimana disebutkan dalam
Afif (2011): 1. Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk m enciptakan atau melaksanakan perusahaan pada
saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan
jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya (Harvey Leibenstein, 1968).
2. Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar
(Israel Kirzner, 1979)
3. Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan,
dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide
inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang
dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian (Entrepreneurship
Center at Miami University of Ohio)
4. Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa
seorang wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya (Peter F. Drucker)
5. Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha).

Dari berbagai pengertian, kesimpulan yang bisa ditarik adalah kewirausahaan


dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang
muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan
4 Kewirausahaan dan UMKM

pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan


selalu diharuskan menghadapi risiko atau peluang yang muncul, serta sering
dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Wirausahawan adalah
orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor
produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang
yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam
kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak
digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan
fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya.
Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang
berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan,
memikul risiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta
menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Wirausaha adalah
seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam
menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas
merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya.
Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya
dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu
aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha
dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau
kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu - ke waktu, hari demi hari,
minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan
kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan
berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha
adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah
melakukan inovasi atau kombinasi-kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi
(Hendro, 2011).
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 5

1.2 Tujuan dan Manfaat kewirausahaan


1. Untuk memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib
sendiri.

Dengan memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi
pebisnis untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan berusaha
memenangkan hidup mereka dan memungkinkan mereka untuk
memanfaatkan bisnis untuk mewujudkan cita-cita
2. Untuk memberi peluang untuk melakukan perubahan

Semakin banyak pebisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat


menangkap peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut
mereka sangat penting. Seperti, penyediaan perumahan yang sederhana, sehat
dan layak pakai untuk keluarga atau mendirikan program daur ulang limbah
untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.

Banyak sekali yang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan kadang


membosankan, kurang menantang dan tidak ada daya Tarik. Hal ini tentu tidak
berlaku bagi wirausaha. Bisnis-bisnis yang mereka miliki merupakan alat
aktualisasi diri. Keberhasilan yang mereka dapat merupakan sesuatu yang
ditentukan oleh kreativitas, inovasi, sikap antusias dan visi mereka sendiri.
Seseorang yang mempunyai usahanya sendiri pada dasarnya memberikan
kekuasaan kepadanya, kebangkitan spiritual dan membuat dia mampu
mengikuti minat atau hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin.

Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausaga,
namun keuntungan yang didapat dari berwirausaha merupakan sumber
motivasi yang penting bagi seseorang untuk membuat usaha sendiri.
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan dapat
pengakuan atas usahanya.

Pengusaha kecil atau pemilik usaha kecil sering kali merupakan warga
masyarakat yang paling dihormati dan dipercaya
6 Kewirausahaan dan UMKM

6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu disukai dan


menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya.

Bagi seseorang yang memiliki usaha kecil bahwa kegiatan usaha mereka
sesungguhnya bukanlah kerja, tetapi mereka menyalurkan hobi atau
kegemaran mereka menjadi pekerjaan, sehingga mereka senang
melakukannya.

1.3 Karakteristik Wirausaha


1.3.1 Definisi Karakter
Karakteristik seorang wirausaha pada umumnya dapat dilihat pada saat
berkomunikasi dalam rangka mengumumkan informasi maupun pada waktu
menjalankan usaha dan menjalin hubungan dengan para relasi bisnis. Untuk
itu, dalam menjalin hubungan bisnis dengan seseorang kita harus mengetahui
karakteristiknya. Karena tanpa kita perhatikan karakternya bisa-bisa kita akan
rugi sendiri apabila menjalin hubungan bisnis dengan orang yang berkarakter
tidak baik.
Karakteristik adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak, perilaku, tabiat,
sikap seseorang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir
dan batin. Karakteristik seorang wirausaha yang baik akan membawa ke arah
kebenaran, keselamatan, serta menaikkan derajat dan martabatnya.

1.3.2 Proses Pembentukan Karakter


Karakter adalah situasi pribadi seseorang yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan. Untuk membangun karakter yang kuat, dibutuhkan
motivasi dan komitmen yang tinggi agar tantangan yang dihadapi selama
dalam proses mengelola usaha tidak menjadikan mentalnya lemah, yang dapat
berimplikasi pada macetnya usaha yang dijalankan.
Beberapa situasi pribadi yang sangat penting untuk diperbaiki adalah:
Motivasi, Berkomitmen Tinggi, Pekerja Keras, Kreatif dan Inovatif, Berani
Mengambil Risiko, Mampu Membuat Keputusan yang Tepat, Pantang
Menyerah, Jujur dan Bertanggungjawab, Didukung oleh Keluarga dan Gemar
Berbagi.
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 7

Di atas semua itu, tentunya kebulatan tekad seorang calon pengusaha menjadi
faktor pendorong yang utama untuk dimiliki. Kebulatan tekad untuk merubah
keadaan menjadi lebih baik dan berpindah dari zona nyaman ke zona yang
penuh tantangan dan peluang meskipun berisiko, serta membutuhkan
keberanian untuk menjalaninya. Wirausahawan yang unggul yang mampu
menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan
berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan
proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan (Sahir et al.,
2020).
Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan menurut
Zimmerer, and Scarborough, (1998); Kuratko & Hoodgets, (2007) dalam Afif,
(2011) sebagai berikut:
1. Desire for responsibility

Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil


usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya
sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk
mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah
memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk
menanggung risiko usaha seperti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya
muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.
2. Tolerance for ambiguity

Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau tidak mau harus berhubungan dengan
orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok
barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus
mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder.
Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hal yang biasa. Kemampuan
untuk menerima keberagaman merupakan suatu ciri khas wirausaha guna
menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3. Vision

Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan
yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan
motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wi-rausaha akan menerjemahkan ke
dalam tujuan, kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha
8 Kewirausahaan dan UMKM

yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas,
sehingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4. Tolerance for failurer

Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya
dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi
kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang
cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan
kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.
5. Internal locus of control

Di dalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang


dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri.
Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat
dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun
moral dalam kehidupan keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan
dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6. Continuous Improvement

Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman


sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus.
Pengusaha selalu mencari hal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga,
keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa
konsekuensi menguntungkan dimasa depan.
7. Preference for moderate risk.

Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas


risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi risiko dapat digolongkan ke dalam 3
macam sifat mengambil risiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan
risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko
sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghindari risiko) Pada
umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko
yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan
pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang
apabila mengalami kegagalan ditanggung sendiri. Wirausaha akan melihat
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 9

sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan


perubahan lingkungan.
8. Confidence in their ability to success.

Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan


diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk
melakukan banyak hal dengan balk dan sukses. Mereka cenderung untuk
optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan
kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu
menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan
bisnis.
9. Desire for immediate feedback.

Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menuntut wirausaha


untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan
berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk
mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan.
Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir
cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan
untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi
secara terus-menerus.
10. High energy level

Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam


melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha
memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan
orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk
bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan
mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.
11. Future orientation

Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu melihat


peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha
memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan
besok, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin.
Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan
guna meningkatkan kinerja usaha.
10 Kewirausahaan dan UMKM

12. Skill at organizing

Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi


sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berwujud maupun
sumber ekonomi tidak berwujud untuk mendapat manfaat maksimal.
Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi balk orang maupun
barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki kemampuan portofolio
sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.
13. High Commitment

Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar


berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan
diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-citanya. Langkah terakhir
seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas pendorong kewirausahaan
adalah “work, work, work.“
14 Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha
untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin
berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan
modal dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan
dengan kolega seperti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku
wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan
kompentensi wirausaha yang unggul

1.3.3 Ciri-Ciri Karakter Wirausaha


Menurut Mc Graith & Mac Milaca (2000) dalam Kasali (2010) karakteristik
dasar yang dimiliki calon wirausaha ada 7 yaitu : Action Oriented, Berpikir
simpel, Mereka selalu mencari peluang baru, Mengejar peluang dengan
disiplin tinggi, Hanya mengambil peluang yang terbaik, Fokus pada eksekusi,
Memfokuskan energi pada bisnis yang digeluti. Sedangkan tingkah laku
kewirausahaan yang ditemukan oleh Prof. Iman S Sukardi, dalam penelitian-
penelitian terhadap wirausaha berhasil di seluruh dunia antara lain:
1. Sifat Instrumental

Dia dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada
dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 11

2. Sifat Prestatif

Dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan
dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
3. Sifat Keluwesan Bergaul

Dia selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi
hubungan antar manusia. Dia aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan
mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka yang
ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4. Sifat Kerja Keras

Dia selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum
pekerjaan selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada
dengan perbuatan nyata untuk mencapai tujuan.
5. Sifat Keyakinan Diri

Dia selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak,
bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam
berbagai situasi dengan optimisme untuk berhasil.
6. Sifat Pengambilan Risiko

Dia selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap


kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Dia akan melangkah
bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat Swa Kendali

Dia dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan
kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu
menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya
menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8. Sifat Inovatif

Dia selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-


cara baru yang lebih bermanfaat. Dia terbuka terhadap gagasan, pandangan,
dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
12 Kewirausahaan dan UMKM

Dia tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk
mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan
orang lain untuk peningkatan kinerja. Dia cenderung melakukan sesuatu
dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk dalam sifat
inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui
penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9. Sifat Kemandirian

Dia selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.


Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha. Dia
mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan
pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapat tujuan. Dia lebih senang bekerja
sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya.
Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan
kata hatinya. Dia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapat
kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.

1.3.4 Pentingnya Karakter


Seperti apakah karakteristik wirausaha ini? Seorang wirausaha harus memiliki
potensi dan motivasi untuk maju dalam segala situasi dan kondisi, serta
mampu mengatasi masalah yang timbul tanpa mengharapkan bantuan dari
pihak lain. Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang
dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan
dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang
wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses.
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia
tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil
risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya risiko yang
di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi
risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk
terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus
nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan balik bagi kelancaran
kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tinggi karena ada hasil yang
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai
sumber daya.
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 13

Seorang wirausaha sekurang-kurangnya memiliki 12 (dua belas) karakteristik


yaitu (1) motif berprestasi, (2) selalu perspektif, (3) berdaya cipta tinggi, (4)
memiliki perilaku inovatif tinggi, (5) memiliki komitmen dalam pekerjaan, (6)
memiliki etos kerja dan tanggung jawab, (7) mandiri atau tidak tergantung
pada orang lain, (8) berani menghadapi risiko, (9) selalu mencari peluang, (10)
memiliki jiwa kepemimpinan, (11) memiliki kemampuan manajerial dan (12)
memiliki kemampuan personal ( Suharyono, 2017).

1.3.5 Dimensi-Dimensi Kewirausahaan


Dimensi–dimensi kewirausahaan menurut Direktorat Tenaga Kependidikan
(2010) sebagai berikut :
1. Kualitas Dasar Kewirausahaan

Kualitas dasar kewirausaahaan meliputi kualitas daya pikir, daya hati/qolbu


dan daya fisik. Kualitas daya pikir memiliki dimensi sebagai berikut : berpikir
kreatif, berpikir inovatif, berpikir asli ( baru/ orisinil, berpikir divergen, berpikir
mengembangakan, pionir berpikir, berpikir menciptakan produk dan layanan
baru, memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain,
berpikir sebab akibat, berpikir lateral, berpikir sistem, berpikir sebagai perubah
(agen perubahan, berpikir ke depan (berpikir futuristic) berintuisi tinggi,
berpikir maksimal, terampil mengambil keputusan, berpikir positif dan
versalitas berpikir sangat tinggi.
Kulitas dasar daya hati / qolbu kewirausahaan memiliki dimensi : prakarsa /
inisiatif tinggi, ada keberanian moral untuk mengenalkan hal-hal baru,
proaktif, tidak hanya aktif apalagi hanya reaktif, berani mengambil risiko,
berani berbeda, pro perubahan dan bukan pro kemapanan, kemauan motivasi
dan spirit untuk maju sangat kuat, memiliki tanggung jawab moral yang sangat
tinggi, hubungan interpersonal bagus, berintegritas tinggi, gigih, tekun, sabar
dan pantang menyerah, bekerja keras, berkomitmen tinggi, memiliki
kemampuan memobilisasi orang lain, melakukan apa saja yang terbaik,
melakukan perbaikan secara terus-menerus, mau memetik pelajaran dari
kesalahan, dari kesuksesan dan dari praktek-praktek yang baik, membangun
team work yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah, percaya diri,
pencipta peluang, memliki daya saing tinggi, tetapi mendasarkan pada nilai
solidaritas, agresif / ofensif, sangat humanistic dan hangat pergaulan, terarah
pada tujuan akhir, bukan tujuan sesaat, luwes dalam pergaulan, selalu
menginginkan tantangan baru, selalu membangun keindahan cita rasa melalui
14 Kewirausahaan dan UMKM

seni (music, suara, tari, lukis), bersikap mandiri akan tetapi supel, tidak suka
mencari kambing hitam, selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai
tambah sumber daya, terbuka umpan balik, selalu ingin mencari perubahan
yang lebih baik ( meningkatkan / mengembangkan ), tidak pernah merasa
puas, terus-menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan
selanjutnya dan keinginan menciptakan sesuatu yang baru.
Adapun kualitas daya fisik memiliki karakteristik / dimensi sebagai berikut
menjaga kesehatan secara teratur, memelihara ketahanan / dimensi tubuh
dengan baik, memiliki energy yang tinggi dan keterampilan tubuh
dimanfaatkan demi kesehatan dan kebahagiaan hidup.
2. Kualitas Instrumental Kewirausahaan

Kualitas instrumental kewirausahaan meliputi penguasaaan disiplin ilmu, baik


mono disiplin ilmu (ekonomi, matematika, manajemen dan sebagainya), antar
disiplin ilmu (manajemen perusahaan, ekonomi pertanian, psikologi industri
dan sebagainya) maupun lintas disiplin ilmu kewirausahaan (lingkungan
hidup, kependudukan dan sebagainya).

1.4 Perilaku Konsumen


1.4.1 Definisi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang
produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku
konsumen diperlihatkan dalam tahap sebelum pembelian, pembelian, dan
setelah pembelian. Tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan
pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Tahap pembelian, konsumen
akan melakukan pembelian produk, dan tahap setelah pembelian, konsumen
melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan
akhirnya membuang produk setelah digunakan. Kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 15

1.4.2 Teori Psikologis Yang Memengaruhi Konsumen


Beberapa teori perilaku konsumen sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro.

Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh


kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah
dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan
marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk yang lain.
2. Teori Psikologis.

Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang


dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak
dapat diamati secara langsung
3. Teori Antropologis.

Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok


masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-
kelas sosial dan sebagainya.
4. Proses Keputusan Pembelian

Konsumen bisa seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran


yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai
initiator, influencer, buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih
memahami konsumen sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam
kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut
geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk
tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam
menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan
16 Kewirausahaan dan UMKM

keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak,
sesuai dengan peran masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang
mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu
yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria
yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3)
Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang
akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang
melakukan transaksi pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang
mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.

1.4.3 Tipe-Tipe Perilaku Konsumen


1. Model Pengambilan Keputusan Konsumen.

Model-model pengambilan keputusan telah dikembangkan oleh beberapa ahli


untuk memahami bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan
pembelian. Model-model pengambilan keputusan kontemporer ini
menekankan kepada aktor yang berperan pada pengambilan keputusan yaitu
konsumen, serta lebih mempertimbangkan aspek psikologi dan sosial individu.
2. Konsumerisme

Konsumerisme adalah suatu gerakan sosial yang dilakukan oleh berbagai


pihak yang bertujuan untuk meningkatkan posisi konsumen dalam berinteraksi
dengan pihak penjual, baik sebelum, pada saat, dan setelah konsumsi
dilakukan. Konsumen perlu mengetahui hak-haknya secara jelas sehingga
apabila terjadi ketidaksesuaian yang dirasakan pada tiga fase tersebut,
konsumen akan dapat mengidentifikasi letak ketidaksesuaiannya, di mana
karena sumber permasalahan dapat berasal dari kecerobohan konsumen itu
sendiri. Perkembangan teknologi informasi dan era perdagangan bebas
memunculkan masalah konsumerisme baru yang harus diwaspadai oleh
berbagai pihak sehingga dapat mencegah dampak yang merusak bagi
konsumen
3. Model dan Penelitian terhadap Perilaku Konsumen

Dalam usaha untuk lebih memahami perilaku konsumen, seorang pemasar


akan melakukan penelitian yang terkait dengan konsumen dan produk yang
dipasarkan. Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk mengumpulkan
Bab 1 Konsep Dasar Kewirausahaan 17

informasi mengenai karakteristik perilaku konsumen sehingga seorang


pemasar akan dapat lebih mengenal siapa konsumennya, dan bagaimana
perilaku mereka dalam mencari, menggunakan, dan membuang produk.
Perilaku konsumen sangat kompleks dan melibatkan banyak variabel dalam
analisis sehingga diperlukan model-model perilaku konsumen untuk
menyederhanakan gambaran dan keterkaitan antar variabel tersebut dalam
perilaku konsumen. Dengan berpedoman kepada model-model perilaku
konsumen yang telah ada maka penelitian akan lebih mudah dilakukan karena
variabel-variabel terkait sudah teridentifikasi di dalam model-model tersebut.
4. Lembaga Perlindungan Konsumen

Tidak pahamnya konsumen mengenai hak dan kewajibannya sebagai seorang


konsumen yang menggunakan barang dan atau jasa yang disediakan oleh
pelaku bisnis, sering kali menimbulkan permasalahan yang merugikan
konsumen. Kerugian dapat berupa kerugian fisik (kesehatan dan keselamatan)
maupun kerugian nonfisik yaitu uang. Sering kali konsumen hanya pasrah
setelah menerima perlakuan yang merugikan mereka, yang disebabkan karena
mereka tidak tahu bagaimana dan kepada siapa harus mengadukan
permasalahannya.
Perlindungan konsumen ini tertuang dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999
yang dikenal dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), di
mana secara jelas diuraikan berbagai hal mengenai hak dan kewajiban
konsumen dan pelaku bisnis serta pihak-pihak yang terkait dalam program
Perlindungan Konsumen. Salah satu lembaga yang bergerak dalam
perlindungan konsumen ini adalah Yayasan lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) yang tujuan utamanya adalah untuk membantu konsumen Indonesia
agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa.
5. Globalisasi dan Perubahan Perilaku Konsumen

Globalisasi menghilangkan batas-batas negara untuk mengonsumsi suatu


produk atau jasa. Teknologi informasi akan memudahkan konsumen untuk
memperoleh informasi yang terkait dengan perilaku konsumsi, produk, dan
gaya hidup di negara lain dan akan memengaruhi perilaku konsumsinya
sendiri. Teknologi informasi juga memengaruhi pelaku bisnis dalam hal
penyebaran informasi dan melakukan komunikasi dengan konsumen.
18 Kewirausahaan dan UMKM
Bab 2
Kewirausahaan di Era Revolusi
4.0

2.1 Pendahuluan
Kehadiran Industri 4.0 secara otomatis sudah mengikuti kita dalam kehidupan
sehari – hari. Dunia wirausaha dan bisnis khususnya industri dan manufaktur di
banyak negara tengah mempersiapkan diri guna menghadapi datangnya era
revolusi industri 4.0. (Industry 4.0). Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan
antara dunia online serta internet dengan lini produksi pada suatu industri. Sejak
tahun 2011 dunia internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0, yang
ditandai dengan meningkatnya interaksi, konektivitas, dan batas antara manusia,
mesin, robot serta sumber daya lainnya yang kian konvergen via komunikasi
dan teknologi informasi di jaman sekarang. Perkembangan Teknologi telah
menyediakan berbagai kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan berbagai
aktivitasnya (Feriyansyah, Iqbal dan Simarmata, 2019).
Inovasi menunjukkan adanya keinginan dari perusahaan untuk dilibatkan dalam
suatu kegiatan yang mendukung lahirnya ide ide baru, suatu kebaruan,
percobaan maupun suatu proses kreatif yang dapat menciptakan suatu produk,
layanan maupun teknologi baru. Pada saat perusahaan berhasil menghadapi
suatu perubahan dan mencapai suatu tujuan sesuai dengan keinginan pelanggan
dengan cara menyediakan penawaran pasar yang memiliki kualitas yang lebih
tinggi namun dengan harga yang lebih rendah, maka pada saat itu perusahaan
tersebut memiliki “keunggulan diferensial“ atas pesaing pesaingnya (Saputra et
al., 2019).
20 Kewirausahaan dan UMKM

2.1.1 Informasi Kewirausahaan


Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan kewirausahaan? Secara umum,
pengertian kewirausahaan adalah suatu proses dalam melakukan atau
menciptakan sesuatu yang baru dengan cara kreatif dan penuh inovasi yang
memberikan manfaat bagi orang lain dan bernilai tambah. Ada juga yang
menjelaskan definisi kewirausahaan adalah suatu sikap mental seseorang yang
memiliki kreativitas, aktif, bercipta daya untuk membuat sesuatu yang unik dan
baru dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Kewirausahaan memiliki proses
yang dinamis untuk menciptakan sesuatu yang disertai tenggang waktu, modal,
sumber daya dan juga risiko.
Secara bahasa dalam Wikipedia, arti kewirausahaan adalah suatu proses untuk
mengembangkan, mengindentifikasi, dan mewujudkan visi dan misi dalam
kehidupan. Kata “Kewirausahaan” berasal dari kata wira dan usaha. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, Wira berarti; pejuang, berani dan berwatak agung,
berbudi luhur. Sedangkan kata Usaha berarti; bekerja, berbuat amal, berbuat
sesuatu.

2.1.2 Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa arti kewirausahaan, maka kita dapat merujuk pada
pendapat para ahli berikut ini:
1. Drs. Joko Untoro

Menurut Drs. Joko Untoro, pengertian kewirausahaan adalah suatu keberanian


untuk melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
dilakukan oleh seseorang, berdasarkan kemampuan dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain.
2. Eddy Soeryanto Soegoto

Menurut Eddy Soeryanto Soegoto, pengertian kewirausahaan adalah usaha


kreatif yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang
baru, memiliki nilai tambah, memberikan manfaat, menciptakan lapangan kerja
dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0 21

3. Ahmad Sanusi

Menurut Ahmad Sanusi, definisi kewirausahaan adalah suatu nilai yang


diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
4. Soeharto Prawiro

Menurut Soeharto Prawiro, pengertian kewirausahaan adalah suatu nilai yang


dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.
5. Peter Drucker

Menurut Peter Drucker, pengertian kewirausahaan adalah kemampuan untuk


menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain.
6. Zimmerer

Menurut Zimmerer, pengertian kewirausahaan adalah sebuah proses penerapan


kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan bisnis
7. Siswanto Sudomo

Menurut Siswanto Sudomo, pengertian kewirausahaan adalah segala sesuatu


yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki sifat
pekerja keras dan mau berkorban, memusatkan segala daya dan berani
mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya.

2.1.3 Pengertian Kewirausahaan dan Ciri-Cirinya


Seseorang yang ingin memulai bisnis tentu harus memiliki jiwa kewirausahaan.
Tanpa jiwa kewirausahaan bisa jadi bisnis yang sedang dirintis berhenti di
tengah jalan karena penyebab yang sederhana, seperti ketidakmampuan
mengatasi kepercayaan diri untuk menjalankan bisnis.
Bagaimana seorang pebisnis bisa dikatakan memiliki jiwa kewirausahaan?
Mengacu pada pengertian kewirausahaan, adapun beberapa ciri-ciri
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
22 Kewirausahaan dan UMKM

1. Mempunyai Keberanian dan Daya Kreasi yang Tinggi

Pebisnis yang sukses adalah seseorang yang memiliki keberanian yang tinggi
untuk berkreasi. Karena memiliki kreativitas saja tidak cukup untuk menuju
kesuksesan berbisnis. Orang yang memiliki keberanian untuk memulai tidak
akan takut dengan resiko kegagalan yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tapi
bukan berarti harus berani saja tanpa adanya pertimbangan dan perencanaan
yang mumpuni. Jiwa kewirausahaan tercipta karena timbulnya kepercayaan diri
untuk mewujudkan mimpi dan keinginan untuk hidup lebbih baik dan lebih
besar.
2. Mempunyai Semangat Tinggi dan Kemauan Keras

Tidak hanya daya kreativitas saja, seorang wirausahawan yang ingin


membangun bisnis harus memiliki semangat tinggi dan kemauan keras.
Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa apa yang akan
dikerjakan akan membawa pada keberhasilan. Adanya kemauan yang keras
membuat seseorang bertekad kuat untuk mewujudkan apa yang diinginkannya.
3. Mempunyai Daya Analisis yang Baik

Seorang wirausaha harus memiliki daya analisis terhadap apa yang sedang
dikerjakannya. Misal saja memperhitungkan untung rugi, persaingan, nilai jual
barang atau jasa dan kemampuan analisis pasar lainnya. Hal ini penting dimiliki
dalam diri seorang wirausahawan yang sedang menggeluti bisnis, karena
betujuan untuk meminimalisir kerugian.
4. Berjiwa Pemimpin dan Tidak Berperilaku Konsumtif

Pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan, baik untuk dirinya sendiri maupun
bawahannya. Dalam artian mampu memimpin atau mengendalikan dirinya
sendiri dan anggotanya dalam pengambilan keputusan. Seorang pemimpin tidak
seharusnya memiliki perilaku konsumtif, karena pengeluaran harus lebih kecil
daripada pemasukan. Dengan jiwa seperti ini, bisnis yang sedang Anda bangun
akan semakin berkembang dengan terus memanfaatkan keuntungan sebagai
modal untuk bisnis yang lebih besar.
5. Membuat Keputusan dan Melaksanakannya

Pebisnis yang hebat adalah yang mampu membuat keputusan dengan cepat dan
tepat untuk menghasilkan sesuatu. Pebisnis yang memiliki jiwa kewirausahaan
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0 23

adalah yang memiliki perhitungan dalam setiap keputusannya dalan


melaksanakan keputusan tersebut sesuai yang sudah disepakati bersama timnya.
Melaksanakan keputusan dengan cepat meminimalisir hilangnya peluang.
6. Memiliki Pengabdian yang Besar Terhadap Bisnisnya

Jiwa wirausaha dimiliki oleh seseorang yang bisa mengabdikan diriya terhadap
pekerjaannya. Pebisnis yang sedang memulai bisnisnya harus
mengesampingkan kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda demi
pekerjaanya.
Meskipun banyak orang mengatakan bahwa bisnis adalah tidak memiliki waktu
yang mengikat, namun perlu diketahui bahwa untuk menekuni bisnis justru
membutuhkan waktu lebih untuk belajar, memahami dan menjalankan bisnis
dengan baik.
Tidak hanya untuk dirinya sendiri, pebisnis harus menerapkan jiwa
wirausahanya terhadap pelanggan dan calon pelanggan. Untuk menjadi seorang
wirausaha yang dapat dikatakan handal dan profesional jika ia melakukan hal-
hal berikut ini:
• Sangat mengenal dan meyakini produknya
• Mampu menerima kritik dan saran yang baik dengan tidak berdebat
dengan pelanggan maupun calon pelanggan
• Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan anggotanya
maupun pelanggan
• Bersikap yang santun, jujur dan berani mengambil keputusan
• Bertanggung jawab jika saja terjadi sesuatu terhadap produk atau jasa
dalam bisnisnya yang merugikan pelanggan.

2.1.4 Era Dunia Saat ini


Dunia bisnis dan wirausaha khususnya industri dan manufaktur di banyak
negara sudah mempersiapkan dan menerapkan era revolusi industri 4.0.
(industry 4.0). Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan antara dunia online serta
internet dengan lini produksi pada suatu industri (Yudianto, 2019).
Sejak tahun 2011 dunia internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0,
yang ditandai dengan meningkatnya interaksi, konektivitas, dan batas antara
manusia, mesin, serta sumber daya lainnya yang semakin konvergensi via
24 Kewirausahaan dan UMKM

komunikasi dan teknologi informasi ditampilkan. Tapi Anda tetap membuat diri
Anda mengetahui rahasia sejumlah besar informasi - termasuk apa yang Anda
ingin ketahui dengan beberapa klik.

2.1.5 Era Analisis


Revolusi industri 4.0 merupakan fase revolusi teknologi yang mengubah cara
beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan
transformasi dari pengalaman hidup yang sebelumnya. Prinsip dasar revolusi
industri 4.0 adalah menggabungkan mesin, alur kerja, dan sistem dengan
menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi. Hal ini
bertujuan untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Perkembangan
teknologi yang pesat akan mendorong perubahan bisnis masyarakat, dan
peningkatan kebutuhan akan mendorong berubahnya dan terciptanya peluang
bisnis dan pekerjaan baru.
Perubahan dan peluang bisnis yang baru didorong dengan perkembangan
penggunaan internet. Di mana peluang ini juga disadari oleh para pelaku bisnis
untuk memanfaatkan internet dalam proses berbisnis. Penggunaan internet
dalam proses berbisnis akan terus mengalami perkembangan. Mulai dari
pertukaran informasi secara elektronik ke aplikasi strategi bisnis, pemasaran,
penjualan, hingga pelayanan pelanggan. Internet juga akan mendukung
komunikasi dan kerja sama global antara pembisnis, konsumen, penjual, dan
rekan bisnis yang lainnya. Selain itu, internet juga memungkinkan orang dari
suatu organisasi atau lokasi yang berbeda dapat bekerja sama sebagai satu tim
virtual untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan memelihara
produk atau pelayanan

2.2 Kewirausahaan di Era Informasi


Beberapa waktu yang lalu saya ke pasar, mendengar keluhan dari ibu-ibu bahwa
harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal, teman-teman pemilik usaha kecil
menengah mengeluhkan bisnis semakin lesu dikarenakan daya beli masyarakat
turun. Fenomena seperti ini akan selalu muncul di tengah persaingan usaha yang
semakin ketat serta perekonomian yang belum stabil. Jika dilihat dari kacamata
seorang wirausaha yang kreatif maka tantangan ataupun hambatan bukanlah
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0 25

menjadi hal yang menyurutkan semangat dalam berwirausaha, bahkan masalah


dapat diubah menjadi peluang.
Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam memulai ataupun mengembangkan
bisnis adalah menggunakan teknologi informasi sebagai alat. Teknologi
informasi sudah menjadi senjata (alat) dalam proses bisnis perusahaan yang
dapat membuat aliran informasi berjalan secara cepat secara internal maupun
eskternal. Teknologi informasi memiliki banyak peranan dalam membantu
manusia dan memecahkan masalah. Membantu Manusia dalam : meningkatkan
produktivitas, meningkatkan efektivitas, meningkatkan efisiensi, meningkatkan
mutu, meningkatkan kreativitas, Problem solving (pemecahan masalah). Sejak
era tahun 1970-an sudah diprediksi bahwa yang akan menguasai dunia adalah
yang memiliki sumber daya manusia dan Informasi, hal ini dapat terlihat
sekarang di mana perusahaan yang unggul adalah perusahaan yang
menggunakan teknologi informasi sebagai alat untuk berkompetisi.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan teknologi
informasi terbesar. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1: Indonesia Digital 2019 (Websindo, 2019)


Dengan jumlah populasi pengguna internet yang semakin besar maka ini
merupakan peluang besar bagi wirausaha menggunakan teknologi informasi
sebagai alternative bisnisnya. Segala bisnis yang selama ini memakan biaya
besar dalam hal investasi tempat dapat dipangkas menggunakan teknologi
informasi. Perusahaan/ usaha banyak terlibat dalam aktivitas-aktivitas bisnis
secara elektronik (e-commerce atau e-bisnis), khususnya dengan memanfaatkan
26 Kewirausahaan dan UMKM

internet sebagai media, pasar, maupun infrastruktur penunjang. E-commerce


menyediakan kesempatan bagi usaha/ perusahaan untuk memperluas seluruh
dunia pada biaya kecil. E-commerce adalah hanya didefinisikan sebagai
pembelian, penjualan, dan bertukar produk, jasa, dan informasi melalui jaringan
komputer, terutama internet. E-commerce tidak hanya membawa perubahaan
kepada pengusaha/ produsen tetapi ini juga membawa perubahaan bagi
konsumen dalam hal gaya berbelanja. Bisnis dibangun dalam bentuk aplikasi
ataupun pemasaran yang menggunakan media sosial menjadi alternatif bisnis.
Online advertising telah meningkatkan keuntungan banyak dengan
memungkinkan perusahaan/usaha untuk mencapai jumlah konsumen yang luas
dengan harga lebih murah.
Penggunaan teknologi informasi dapat menurunkan biaya yang cukup besar
dalam memulai usaha dan bisnis. Hal ini akan mendorong berbagai alternatif
bisnis, sebagai contoh jika saya mempunyai barang bekas yang sudah tidak
terpakai dengan mudah saya dapat menjualnya dengan memasukkan di media
sosial maupun website penjualan online seperti kaskus FJB, tokopedia,
bukalapak, OLX dan sebagainya. Jadi peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan
adalah menjual barang atau jasa menggunakan website pribadi atau
menggunakan website penjualan seperti disebutkan di atas. Alternatif bisnis
lainnya adalah membuat aplikasi yang dapat digunakan untuk menjual barang
maupun jasa. Kunci dalam berbisnis ini adalah wirausaha dituntut untuk mau
belajar agar dapat memanfaatkan teknologi informasi.
Era digital telah dimulai, yang berarti era perdagangan bebas pun juga telah
dimulai. Pastinya akan banyak peluang dan tentu saja banyak juga tantangan
bisnis yang akan dihadapi di era ini. Kebebasan dan kecepatan informasi
merupakan salah satu faktor penyebabnya. Peluang merupakan sebuah berita
baik bagi pemilik bisnis. Namun, lain halnya jika yang datang merupakan
tantangan bisnis. Apabila ini yang terjadi maka seorang pemilik bisnis harus
mempunyai strategi dalam menghadapinya. Akan tetapi, sebelum mencari
strategi, Anda terlebih dahulu harus mengetahui apa saja jenis tantangan bisnis
yang akan dihadapi pada era digital ini.

2.2.1 Transformasi Digital


Transformasi digital yang setiap hari makin maju dan canggih memang
memiliki banyak sekali manfaat untuk perkembangan dunia bisnis saat ini.
Teknologi dapat menghemat waktu, tenaga, serta biaya dengan hasil yang cukup
maksimal. Namun, transformasi ini bisa menjadi sebuah tantangan yang cukup
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0 27

berarti apabila bisnis yang dijalankan tidak dapat mengikutinya. Apalagi,


adanya ketakutan untuk mengubah cara-cara lama akan menimbulkan
kekhawatiran apabila transformasi yang dilakukan tidak sesuai dengan yang
diharapkan atau justru gagal. Hal ini perlu disikapi dengan rasa optimis yang
tinggi dan pantang menyerah. Sebuah bisnis harus bisa menyesuaikan diri
dengan teknologi yang terus berkembang. Pemilik bisnis akan dituntut untuk
terus belajar dan belajar. Memang terdengarnya akan menguras waktu dan
tenaga, namun apabila berhasil nantinya akan sangat mempermudah jalannya
bisnis (Desra, 2020).

2.2.2 Kecepatan
Layaknya teknologi yang menuntut pemilik bisnis untuk adaptif, masyarakat
saat ini pun menuntut produk dan layanan yang serba cepat serta praktis. Dan
jika pemilik bisnis tidak dapat memenuhi keinginan ini, konsekuensinya bisnis
akan ditinggalkan oleh konsumen secara perlahan. Pemilik bisnis dapat
mengatasinya dengan berkolaborasi dengan teknologi yang ada saat ini. Bisnis
yang dipadukan dengan teknologi dapat melaju lebih pesat karena mengikuti
perkembangan pasar. Salah satu pemanfaatan teknologi adalah otomatisasi
dalam mengelola sumber daya perusahaan, seperti penggunaan aplikasi berbasis
cloud dalam mengelola karyawan, aplikasi keuangan, dan juga aplikasi
pengarsipan.

2.2.3 Sumber Daya Manusia


Teknologi sudah diadopsi dalam bisnis, namun masih ada beberapa pekerjaan
rumah lagi yang harus diselesaikan, yakni membuat sumber daya manusia yang
dipekerjakan juga adaptif terhadap teknologi tersebut. Jangan sampai biaya
besar yang dikeluarkan untuk pembaharuan teknologi malah tidak dapat
dioptimalkan karena orang-orang yang terlibat tidak mampu untuk
menggunakannya. Sebuah bisnis yang ingin berjalan secara profesional dan
berkembang butuh untuk merekrut sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan yang mencukupi. Selain itu, pemilik bisnis juga sebaiknya
memberikan pelatihan tambahan serta melakukan upgrade keilmuan secara
berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
28 Kewirausahaan dan UMKM

2.2.4 Masyarakat Yang Senantiasa Berubah


Selain menginginkan hal secara cepat dan praktis, tantangan dari masyarakat
saat ini adalah karena mereka senantiasa berubah, baik dari segi selera,
keinginan dan kebutuhan. Masyarakat saat ini mudah sekali merasa bosan
dengan satu hal dan mempunyai keinginan yang cukup kompleks. Mereka pun
lebih pintar dalam memilih mana produk yang sesuai dengan mereka, dan mana
yang tidak. Ini menjadi tantangan karena menuntut pemilik bisnis untuk lebih
sering memutar otak dan berinovasi dalam menciptakan produk serta jasa.
Pemilik bisnis juga dituntut untuk berpikir out of the box agar dapat
menghasilkan sesuatu yang unik dan tidak biasa. Namun, tantangan ini justru
bisa bermanfaat di masa depan. Usaha-usaha yang dilakukan pemilik bisnis
untuk terus berinovasi akan meningkatkan pengetahuan mengenai pasar serta
produk. Dan tentu saja hal ini mampu memberikan keuntungan yang lebih
maksimal kedepannya.

2.2.5 Persaingan Semakin Tinggi


Lagi-lagi teknologi mempunyai pengaruh dalam hal ini. Teknologi canggih
mampu mengintegrasi saluran bisnis sehingga dapat dilakukan tanpa batasan
ruang dan waktu. Efeknya, sebuah bisnis bisa menjalin kerja sama dengan bisnis
lain dibelahan dunia mana saja. Dan tentu saja, sebuah bisnis juga mendapatkan
kompetitor dari berbagai bisnis lain dibelahan dunia mana saja pula. Jika tidak
dibarengi dengan inovasi yang terus menerus, maka bisnis akan tertinggal dari
kompetitor. Selain itu, tantangan lain yang kerap ditemui ketika berhubungan
dengan kompetitor adalah bagaimana caranya untuk bersaing secara sehat.
Karena pada dasarnya hal tersebut memang sangat penting untuk diterapkan.
Jika mampu bersaing dengan sehat, maka akan terbentuk iklim yang baik dalam
bisnis.

2.2.6 Zero-Surveillance
Bisnis saat ini bisa dilakukan dan dikontrol dari jarak yang cukup jauh
menggunakan website, e-mail, dan fitur chatting. Permasalahan yang kerap
terjadi dengan metode komunikasi jarak jauh ini adalah hilangnya sosok
pemimpin atau bisa disebut zero-surveillance. Pemilik bisnis kerap
berkomunikasi dengan karyawannya hanya mengenai hal-hal yang
berhubungan bisnis. Padahal karyawan membutuhkan keakraban dengan
Bab 2 Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0 29

pemimpinnya untuk menjalin komunikasi yang baik dan menambah semangat


untuk bekerja.
Namun dengan konsep zero-surveillance sebenarnya menjadi peluang dalam
mengembangkan bisnis di era digital. Pegawai pada perusahaan lebih leluasa
dalam mengembangkan kreativitas dan peran penting tidak hanya dipegang oleh
pemimpin namun semua unit karyawan sehingga kinerja perusahaan dapat lebih
produktif. Itulah beberapa informasi tentang tantangan bisnis di era digital yang
perlu diwaspadai. Untuk meminimalisirnya perlu dilakukan usaha tambahan
dan tekad pantang menyerah. Selain meminimalisasi tantangan tersebut, perlu
juga diperhatikan cara untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan dalam
pengelolaan bisnis. Jangan lupa untuk menggunakan software khusus untuk
pengelolaan bisnis khususnya pengelolaan keuangan. Gunakan software
akuntansi online Jurnal yang telah dirancang sedemikian rupa untuk
mempermudah Anda dalam mengatur keuangan bisnis. Jurnal memiliki fitur
mobile yang dapat menampilkan ringkasan bisnis Anda secara periodik. Dengan
begitu, akan lebih mudah bagi Anda dalam memonitor keuangan bisnis kapan
dan di mana saja.
30 Kewirausahaan dan UMKM
Bab 3
Pendidikan Kewirausahaan

3.1 Pendahuluan
Pendidikan kewirausahaan dapat dimaknai sebagai suatu skema pelatihan untuk
mengembangkan orang agar berwirausaha atau untuk mengorganisir,
membiayai dan atau mengelola suatu perusahaan (TESDA, 2010). Juga,
pendidikan kewirausahaan sebagai kumpulan ajaran formal yang
menginformasikan, melatih, dan mendidik siapa pun yang tertarik untuk
berpartisipasi dalam pengembangan sosial ekonomi melalui proyek untuk
mempromosikan kesadaran kewirausahaan, penciptaan bisnis, atau
pengembangan usaha kecil (Salzano, Bahri and Haftendorn, 2006).
Tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah untuk membangun sikap,
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa dalam bertindak kewirausahaan.
Kompetensi utama pendidikan kewirausahaan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi peluang yang tersedia untuk kegiatan pribadi, profesional dan
atau bisnis, termasuk perspektif gambaran yang lebih besar yang menyediakan
konteks di mana orang hidup dan bekerja. Seperti pemahaman yang luas tentang
pekerjaan ekonomi, tantangan, dan peluang yang dihadapi pengusaha atau
organisasi. Siswa juga harus menyadari posisi etis organisasi, dan bagaimana
mereka dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, misalnya melalui perdagangan
yang adil atau perusahaan sosial. Juga, meliputi keterampilan khusus seperti
manajemen proyek proaktif, representasi dan negosiasi yang efektif, bekerja
baik sebagai individu maupun secara kolaboratif dalam sebuah tim, menilai dan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan seseorang, serta menilai dan
mengambil resiko (Fraunhofer, 2014).
32 Kewirausahaan dan UMKM

3.2 Kriteria Pendidik Kewirausahaan


Entrepreneurship 2020 Unit – European Commission (2014) menjelaskan
beberapa kriteria ideal untuk menjadi seorang pendidik atau guru atau dosen
kewirausahaan yang profesional sebagaimana diuraikan berikut.
1. Semangat dan Tim

Pendidik kewirausahaan harus memiliki semangat dan hasrat untuk mengajar.


Pendidik kewirausahaan mampu menginspirasi, berpikiran terbuka dan percaya
diri, fleksibel dan bertanggung jawab. Tetapi juga, dari waktu ke waktu mampu
merubah aturan. Pendidik kewirausahaan bersedia tulus mendengarkan dengan
baik, dapat memanfaatkan dan menjual ide-ide dan dapat bekerja berorientasi
pada siswa dan tindakan. Pendidik kewirausahaan adalah pemain tim dan
memiliki jaringan yang baik.
2. Pengalaman Nyata dan Ekonomi

Pendidik kewirausahaan fokus pada pengalaman kehidupan nyata. Pendidik


kewirausahaan berusaha untuk menutup kesenjangan antara pendidikan dan
ekonomi dengan melibatkan para ahli eksternal dalam pengajaran mereka.
Mereka selalu merujuk pada aspek ekonomi dari suatu topik dan mata pelajaran
yang terkait dengan wirausaha dan bisnis memainkan peran cukup penting di
kelas mereka dengan lintas disiplin ilmu.
3. Fleksibel dan Adaftif

Pendidik kewirausahaan mampu mengikuti rencana studi yang fleksibel dan


mudah beradaptasi. Pendidik kewirausahaan lebih suka belajar interdisipliner,
berbasis proyek, menggunakan materi pelatihan alih-alih buku teks. Pendidik
kewirausahaan menekankan kepada proses serta interaksi kelompok. Pendidik
kewirausahaan memahami ruang kelas kadang-kadang sebagai ruang perbedaan
pendapat dengan memberikan ruang bagi keragaman pendapat, jawaban, dan
solusi serta refleksi tentang proses pembelajaran.
4. Pelatih dan Pembelajaran Individu

Pendidik kewirausahaan lebih prioritas sebagai pelatih, daripada seseorang


sebagai pengajar. Mereka mendukung proses pembelajaran individu siswa dan
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 33

pengembangan kompetensi pribadi. Pemikiran saat ini tentang pengajaran


kewirausahaan didasarkan pada sejumlah tema yang berulang.

3.3 Proses Pengembangan Pola Pikir


Wirausaha dengan Pendidikan
Kewirausahaan
Hasil riset Ndou et al. (2018) memaparkan program pembelajaran pendidikan
kewirausahaan yang bertujuan untuk mengembangkan pola pikir
kewirausahaan dapat disusun dalam fase-fase berikut yang sesuai dengan tahap
pengembangan usaha wirausaha sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3.1:
Proses Perubahan Mindset dengan Pendidikan Kewirausahaan dan ulasan
berikut.

Gambar 3.1: Proses Pengembangan Pola Pikir Wirausaha dengan Pendidikan


Kewirausahaan (Ndou et al., 2018)
1. Inspirasi (Inspiration)

Fase inspirasi ini berfokus untuk menghasilkan kesadaran kewirausahaan yang


terhubung dengan kewirausahaan berbasis teknologi. Serta, kelengkapan dan
34 Kewirausahaan dan UMKM

keakraban yang dibutuhkan untuk memulai dan menangani kegiatan


kewirausahaan berbasis teknologi.
2. Keterlibatan (Engagement)

Langkah keterlibatan ini dikonsentrasikan pada membangun suatu kelompok


sasaran dengan kemampuan, kompetensi, dan keterampilan kewirausahaan
spesifik. Kemudian, dilakukan upaya berupa menguji, merasakan, dan
melakukan pada prospek baru dan memanfaatkannya dalam keunggulan
kewirausahaan dengan cara yang orisinal dan inovatif.
3. Eksploitasi (Exploitation)

Upaya eksploitasi berguna untuk menumbuhkan kemampuan kewirausahaan.


Tahap ketiga dari proses ini bertujuan untuk mengambil keuntungan dari
peluang wirausaha yang muncul. Caranya dengan menempatkan para peserta
dalam kondisi dunia nyata untuk menyelesaikan masalah-masalah spesifik
dengan mengemukakan ide, merencanakan, dan mengelola upaya baru.
4. Keberlanjutan (Sustainment)

Tahap keempat berupa menyediakan target dengan teknik, instrumen, sumber


daya, kenalan, dan bakat. Ini dilakukan agar dapat bertahan dalam pertumbuhan
dan mampu menghasilkan nilai kewirausahaan melalui upaya baru.

3.4 Metode Pengajaran Kewirausahaan


Kajian Esmi, Marzoughi and Torkzadeh (2015) memaparkan sekitar 29 jenis
metode pengajaran untuk pendidikan kewirausahaan sebagaimana tampak pada
Tabel 3.1: Metode Pengajaran Kewirausahaan. Ada tiga kelompok metode
pembelajaran kewirausahaan yaitu metode pembelajaran langsung, metode
pembelajaran interaktif, dan metode pembelajaran operasional praktek. Metode
pengajaran kewirausahaan dapat membantu pengajar atau instruktur untuk
memilih metode pengajaran kewirausahaan yang paling sesuai di kelas dan
memastikan bahwa proses pengajaran berada di jalur yang benar. Polanya
mencakup semua metode pengajaran yang efektif dari sistem pendidikan
kewirausahaan. Peserta didik dapat berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 35

kewirausahaan yang lebih menantang, dan mendapatkan beberapa wawasan


dalam menemukan peluang kewirausahaan. Selain itu, metode pengajaran
kewirausahaan membantu siswa untuk memulai dan mengelola bisnis mereka
dengan sukses.
Tabel 3.1: Metode Pengajaran Kewirausahaan (Esmi, Marzoughi and
Torkzadeh, 2015)
Metode Elemen
Pembelajaran
Metode 1. Mengundang tamu pengusaha (Inviting guest
Pembelajaran entrepreneurs)
Langsung (Direct 2. Pendampingan (Mentoring)
teaching-learning 3. Pidato resmi (Official speech)
methods) 4. Seminars
5. Menonton dan merekam video (Video
watching and recording)
6. Pelatihan kegiatan ekstrakurikuler (Training in
extracurricular activities)
7. Pelatihan pada pembelajaran khusus (Training
in specialized lessons)
8. Pendampingan UMKM (Small businesses
mentoring)
9. Les wirausaha (Entrepreneurship tutoring)
Metode 10. Pembelajaran berorientasi proses (Process-
Pembelajaran oriented learning)
Interaktif 11. Belajar dari kesalahan (Learning from
(Interactive mistakes)
teaching-learning 12. Wawancara pengusaha (Interviewing
methods) entrepreneurs)
13. Pembelajaran bilateral (Bilateral learning)
14. Diskusi kelompok (Group discussion)
15. Membangun jaringan relasi (Networking)
16. Diskusi (Discussion)
17. Pembelajaran berorientasi masalah (Problem-
oriented learning)
18. Belajar aktif (Active learning)
Metode 19. Bermain peran (Role-playing)
Pembelajaran 20. Pelatihan (Training workshops)
36 Kewirausahaan dan UMKM

Operasional 21. Kunjungan perusahaan (Site visiting)


Praktek 22. Kelas praktek (Class practice)
(Practical- 23. Proyek penelitian (Research projects)
operational 24. Magang (Internship)
teaching-learning 25. Perencanaan bisnis (Business planning)
methods) 26. Memulai bisnis (Starting business)
27. Mempelajari lingkungan (Studying nature)
28. Proyek investasi (Investment projects)
29. Pengalaman praktek (Practical experience)

3.5 Kolaborasi Ekosistem Kewirausahaan


Proses pengembangan suatu wirausaha yang berbasis kepada penguatan potensi
lingkungan perlu dibangun dengan kolaborasi antar stakeholder ekosistem
kewirausahaan yang dapat dilihat pada Gambar 3.2: Model Kolaborasi
Ekosistem Kewirausahaan berupa sinergi Academic, Business, Community,
Government and Media (ABCGM) yang biasa disebut sebagai pentahelix.
Dalam model kolaborasi kewirausahaan tersebut tampak bahwa proses kerja
sama dimulai dari membangun hubungan antara siswa dengan elemen-elemen
pada ekosistem ABCGM atau pentahelix. Berdasarkan korelasi yang terbangun,
maka tahapan selanjutnya adalah implementasi kerja sama antara siswa dengan
segenap elemen pada suatu ekosistem ABCGM. Selanjutnya, siswa melakukan
upaya untuk mendorong transaksi bisnis hasil kolaborasi siswa dengan elemen
ABCGM (Dirjen PDM, 2019).
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 37

Gambar 3.2: Model Kolaborasi Ekosistem Kewirausahaan (Dirjen PDM,


2019)

3.6 Manfaat Berwirausaha


Ada beberapa manfaat kewirausahaan untuk siswa seperti terlihat pada Gambar
3.3: 6 Manfaat Berwirausaha yaitu dapat pemasukan sendiri, lebih banyak
waktu untuk ibadah, ada waktu untuk keluarga, ada waktu untuk hobi,
wirausaha demi komunitas, dan bisa belajar lebih banyak (UMG, 2018).
38 Kewirausahaan dan UMKM

Gambar 3.3: 6 Manfaat Berwirausaha (UMG, 2018)


Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 39

3.7 Prinsip Pendidikan Kewirausahaan


Entrepreneurship 2020 Unit – European Commission (2014) menyebutkan
beberapa prinsip dalam pendidikan kewirausahaan sebagaimana dijelaskan
berikut.
1. Membangun pribadi

Pendidikan kewirausahaan lebih dari sekadar persiapan tentang cara


menjalankan bisnis. Pendidikan kewirausahaan mengenai bagaimana
mengembangkan sikap kewirausahaan, keterampilan dan pengetahuan.
Bagaimana membangun siswa untuk mengubah ide menjadi tindakan
wirausaha.
2. Pelaku

Pendidik kewirausahaan tidak bisa mengajarkan bagaimana menjadi wirausaha


tanpa menjadi wirausaha.
3. Kompetensi

Kompetensi wirausaha memerlukan metode aktif untuk melibatkan siswa guna


mengeksplorasi kreativitas dan inovasi siswa.
4. Praktek

Kompetensi dan keterampilan wirausaha dapat diperoleh atau dibangun hanya


melalui pengalaman belajar dengan praktek langsung secara nyata.
5. Pelajaran

Keterampilan kewirausahaan dapat diajarkan pada semua mata pelajaran atau


pada suatu mata pelajaran tunggal yang terpisah.
6. Intrapreneur

Pendidikan kewirausahaan harus fokus pada intrapreneur sebagai seorang


pengusaha. Ini mengingat kenyataan bahwa sebagian besar siswa akan
menggunakan keterampilan kewirausahaan di perusahaan atau lembaga publik.
40 Kewirausahaan dan UMKM

7. Pengembangan Pembelajaran

Untuk meningkatkan daya tarik nyata suatu pendidikan kewirausahaan, ada


kebutuhan untuk mengembangkan pembelajaran yang terkait dengan
kewirausahaan, dan metode penilaian serta prosedur penjaminan kualitas terkait
untuk semua tingkat pada sistem pendidikan. Ini harus dirancang untuk
membantu para pendidik maju dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kewirausahaan.
8. Promosi

Agenda pendidikan kewirausahaan harus dipromosikan di luar lembaga


pendidikan guru kepada dunia bisnis dan masyarakat luas.
9. Kerjasama

Pendidik kewirausahaan dan sekolah tidak akan dapat mewujudkan ambisi dan
tujuan pendidikan kewirausahan tanpa kerja sama dan kemitraan dengan kolega,
bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya.

3.8 Kondisi dan Pendidikan


Kewirausahaan di Indonesia
Kewirausahaan di Indonesia harus diakui masih cukup rendah jika
dikomparasikan dengan bangsa-bangsa lain. Menteri Perdagangan Enggartiasto
Lukita era Kabinet Kerja mengatakan bahwa tingkat kewirausahaan Indonesia
masih rendah. Karena, Indonesia harus puas menduduki rangking 94 dari 137
negara berdasarkan hasil survei Global Entrepreneurship Monitor. Posisi ini
masih di bawah bangsa-bangsa ASEAN lainnya yaitu Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina yang telah menduduki peringkat 27, 58, 71, dan 84
(GEM, 2018; Zuraya, 2018).
Penyebab pertama rendahnya pada tingkat kewirausahaan adalah sistem
pendidikan Indoensia yang kurang mendukung siswa guna tumbuh dan
berkembang menjadi seorang pengusaha. Status pengusaha saat ini masih
dianggap sebelah mata tidak menjanjikan oleh masyarakat umum.
Berwirausaha masih dianggap sebagai sebuah profesi yang tidak menjanjikan.
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 41

Karena butuh waktu lama guna dapat menjadi seorang sukses (GEM, 2018;
Zuraya, 2018).
Penyebab kedua atas rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia yaitu minimnya
individu berketerampilan sangat tinggi di Indonesia. Ini terjadi karena
kurikulum pendidikan Indonesia cenderung hanya fokus kepada keterampilan
teknis, seperti menghafal, membaca, dan berhitung. Namun belum
membiasakan individu guna berpikir analitis, kritis, dan mampu memecahkan
masalah (Lidwina, Joshua and Pretty, 2019).

Gambar 3.4: Alasan Jumlah Pengusaha di Indonesia Rendah (Lidwina,


Joshua and Pretty, 2019)
Pemerintah telah berusaha guna meningkatkan mutu segenap sumberdaya
manusia yang lebih produktif dan kreatif. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memaparkan tentang suatu tujuan
pendidikan nasional berupa mempersiapkan insan Indonesia guna memiliki
kemampuan hidup sebagai seorang warganegara dan seorang pribadi yang
afektif, inovatif, kreatif, dan produktif, serta mampu berkontribusi terhadap
kehidupan bermasyarakat, bernegara, berbangsa, dan peradaban dunia. Tujuan
pendidikan akan lebih tercapai ketika peserta didik memiliki jiwa dan
ketrampilan kewirausahaan (Dirjen PDM, 2019).
Program kewirausahaan Pemerintah RI ditujukan sebagai salah satu tindakan
nyata memberikan bekal cukup kepada siswa agar mereka memahami konsep
kewirausahaan, siap memanfaatkan peluang, berkarakter wirausaha, dan
42 Kewirausahaan dan UMKM

memiliki pengalaman nyata berwirausaha, serta terbentuknya lingkungan


akademik sekolah yang berwawasan nyata kewirausahaan (Dirjen PDM, 2019).
Pendidikan kewirausahaan di Indonesia berkembang cukup signifikan.
Pemerintah RI menjalankan beragam kebijakan yang mendukung untuk tumbuh
kembangnya kewirausahaan. Beberapa program pemerintah RI melalui
kementerian untuk mendorong pertumbuhan kewirausahaan dapat dilihat pada
Tabel 3.2: Program Kewirausahaan Pemerintah RI.
Tabel 3.2: Program Kewirausahaan Pemerintah RI
Kementerian Program Kewirausahaan
Kementerian Riset 1. Mata kuliah kewirausahaan
Teknologi - Badan 2. Program Kewirausahaan Mahasiswa (PMW)
Riset Inovasi 3. Program Kreativitas Mahasiswa
Nasional Kewirausahaan (PKMK)
(Kemenristek 4. Pusat Pengembangan Kewirausahaan dan
BRIN) (Dirjen Produktivitas Nasional (P2KPN)
Belmawa, 2019) 5. Program Sinergi Business Intellectual and
Government (BIG)
6. Program Co-op
7. Program Iptek bagi Inovasi dan Kreativitas
8. Program Perusahaan Calon Pemula Berbasis
Teknologi (CPPBT)
9. Program Perusahaan Pemula Berbasis
Teknologi (PPBT)
10. Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia
(PKMI)
11. Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia
(KBMI)
Kementerian 12. Program Bantuan Pengembangan
Pendidikan dan Pembelajaran Kewirausahaan SMK
Kebudayaan 13. Mata pelajaran Produk Kreatif dan
(BKLM, 2018; Kewirausahaan (PKK)
Dirjen PDM, 14. Teaching Factory
2019) 15. SMK Pencetak Wirausaha (SPW)
16. Bantuan Program Kewirausahaan SMA
Kementerian 17. Pelatihan kewirausahaan
Koperasi dan 18. Pelatihan vokasi
Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 43

UMKM (Rahayu, 19. Magang


2019; UKM 20. Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN)
Indonesia, 2019) 21. Gerakan Mahasiswa Pengusaha (GMP)
22. Wirausaha Pemula
Kementerian 23. Creative Business Incubator (CBI)
Perindustrian 24. Program Wira Usaha Baru (WUB) Santri
(Gro, 2019) 25. Industry link and match
Kementerian 26. Permodalan Nasional Madani (PNM) program
Pemberdayaan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera
Perempuan dan (Mekaar)
Perlindungan
Anak (PPPA)
(Purnamasari,
2020)

3.9 Peran Kewirausahaan bagi Indonesia


Kewirausahaan yang dibangun oleh pendidikan kewirausahaan baik formal
maupun informal sesungguhnya memberi peran urgensi bagi bangsa dan negara
Indonesia. Beberapa peran penting kewirausahaan bagi Indonesia yaitu
menciptakan lapangan kerja baru, serap tenaga kerja, tingkatkan penerimaan
pajak, dorong inovasi dan kemandirian masyarakat, serta indikator keunggulan
dan data saing negara. Peran ini dapat dilihat secara visual pada Gambar 3.9:
Mengapa Kewirausahaan Penting bagi Indonesia? (Lidwina, Joshua and Pretty,
2019).

Gambar 3.5: Mengapa Kewirausahaan Penting bagi Indonesia? (Lidwina,


Joshua and Pretty, 2019)
44 Kewirausahaan dan UMKM

3.10 Langkah menjadi Wirausahawan


Prana (2017) telah menyusun sepuluh langkah sederhana tahapan-tahapan untuk
menjadi wirausahawan yang profesional dan sukses sebagaimana tampil pada
Gambar 3.6: 10 Panduan Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses.

Gambar 3.6: Panduan Langkah Menjadi Wirausahawan Sukses


Bab 3 Pendidikan Kewirausahaan 45

3.11 Kesimpulan
Pendidikan kewirausahaan adalah skema ajaran untuk mengembangkan orang
agar berwirausaha. Kriteria pendidik kewirausahaan di antaranya: semangat dan
tim, pengalaman nyata dan ekonomi, fleksibel dan adaptif, serta pelatih dan
pembelajaran individu. Proses pengembangan pola pikir wirausaha dengan
pendidikan kewirausahaan yaitu: inspirasi, keterlibatan, eksploitasi, dan
keberlanjutan. Ada tiga kelompok metode pembelajaran kewirausahaan, di
antaranya: metode pembelajaran langsung, metode pembelajaran interaktif, dan
metode pembelajaran operasional praktek. Model kolaborasi ekosistem
kewirausahaan dengan sinergi Academic, Business, Community, Government
and Media (ABCGM) atau pentahelix. Manfaat berwirausaha yaitu dapat
pemasukan sendiri, lebih banyak waktu untuk ibadah, ada waktu untuk
keluarga, ada waktu untuk hobi, wirausaha demi komunitas, dan bisa belajar
lebih banyak. Prinsip pendidikan kewirausahaan, di antaranya: membangun
pribadi, pelaku, kompetensi, praktek, pelajaran, intrapreneur, pengembangan
pembelajaran, promosi, dan kerjasama. Kewirausahaan di Indonesia masih
rendah karena pendidikan dan ketrampilan. Peran penting kewirausahaan bagi
Indonesia yaitu menciptakan lapangan kerja baru, serap tenaga kerja, tingkatkan
penerimaan pajak, dorong inovasi dan kemandirian masyarakat, serta indikator
keunggulan dan data saing negara. Ada sepuluh langkah untuk menjadi
wirausahawan sukses.
46 Kewirausahaan dan UMKM
Bab 4
Kewirausahaan dan E-
Commerce

4.1 Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan, diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan.
Dari tantangan tersebut, timbul gagasan, kemauan dan dorongan untuk
berinisiatif, yang tidak lain adalah dengan berpikir kreatif dan bertindak
inovatif, sehingga tantangan tersebut, dapat diatasi dan diselesaikan. Jika tidak
ada tantangan, maka seorang wirausaha tidak akan kreatif dan begitu juga
sebaliknya, tidak akan ada daya kreatif wirausaha, jika tidak ada tantangan.
Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu kemungkinan untuk berhasil atau
tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausaha adalah seseorang yang berani
menghadapi risiko dan menyukai tantangan.
Memang pada awalnya, ide kreatif dan inovatif wirausaha, bermula dari proses
imitasi (peniruan) dan duplikasi, tetapi kemudian berkembang menjadi proses
pengembangan dan pada akhirnya, berujung pada proses penciptaan sesuatu
yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses penciptaan sesuatu yang baru
dan berbeda itulah, yang disebut sebagai Tahap Kewirausahaan. Tahap inovasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun
lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif
berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman.
Sedangkan, faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah peluang,
model/peran dan aktivitas.
Menurut Carol Noore dalam Suryana (2009), proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan dan
48 Kewirausahaan dan UMKM

sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian


locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator,
sumber daya dan kebijakan pemerintah, sedangkan faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok.
Sama seperti pada tahap perintisan, pertumbuhan kewirausahaan sangat
bergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing,
pelanggan, pemasok, dan lembaga‐lembaga keuangan yang akan membantu
pendanaan. Faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi,
kepemimpinan dan kemampuan manajerial, sedangkan faktor yang berasal
dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya dan strategi.
Proses kewirausahaan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Proses inovasi.

Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah keinginan


berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung risiko, faktor
pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari diri
seseorang akan mendorong mencari pemicu ke arah memulai usaha.
Sedangkan faktor-faktor environment mendorong inovasi adalah adanya
peluang, pengalaman dan kreativitas.
2. Proses pemicu.

Faktor personal yang memicu seseorang untuk terjun ke dunia bisnis adalah:
a Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.
b Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain.
c Dorongan karena faktor usia.
d Keberanian menanggung risiko.
e Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.

Faktor-faktor environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah :


a Adanya persaingan dalam dunia kehidupan.
b Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan.
c Mengikuti latihan-latihan atau inkubator bisnis.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 49

d Kebijaksanaan pemerintah.

Faktor-faktor sociological sebagai pemicu serta pelaksanaan bisnis adalah :


a Adanya hubungan‐hubungan atau relasi‐relasi dengan orang lain.
b Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha.
c Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha.
d Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan.
e Adanya pengalaman‐pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya.

3. Proses pelaksanaan.

Faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah:


a Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total.
b Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama.
c Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
d Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.
4. Proses pertumbuhan.

Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi antara lain :


a Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua
rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.
b Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.
c Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah membudaya.
d Adanya produk yang dibanggakan, atau keistimewaan yang dimiliki.

Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan


pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut :
a Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan.
b Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu.
c Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas
keuangan.
d Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa
dimanfaatkan.
50 Kewirausahaan dan UMKM

e Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan


bidang ekonomi yang menguntungkan.

Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan


pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut :
a Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan.
b Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu.
c Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas
keuangan.
d Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa
dimanfaatkan.
e Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan
bidang ekonomi yang menguntungkan.

Gambar 4.1: Proses Kewirausahaan (Bygrave dalam Alma, 2011)


Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 51

4.1.1 Manfaat Kewirausahaan


Wirausaha memiliki beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh seorang
wirausahawan dalam rangka usahanya antara lain: (1). Membuka lapangan
kerja baru, (2). Sebagai generator pembangunan lingkungan, (3). Sebagai
contoh pribadi unggul, terpuji, jujur, berani dan tidak merugikan orang lain,
(4). Menghormati hukum danperaturan yang berlaku, (5). Mendidik karyawan
jadi orang mandiri, disiplin, jujurdan tekun, dan (6). Memelihara keserasian
lingkungan, baik dalam pergaulan maupundalam kepemimpinan.
Dua darma bakti manfaat wirausaha terhadap pembangunan bangsa adalah:
(1). Sebagai pengusaha, memberikan darma baktinya melancarkan proses
produksi, distribusi dan konsumsi. Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, (2). Sebagai pejuang bangsa
dalam bidangekonomi, meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi
ketergantungan pada bangsalain. Keuntungan dan kelemahan menjadi
wirausaha (1). Pendapatan yang tidak pasti, (2). Bekerja keras dengan waktu
tak terbatas, (3). Kualitas kehidupannya rendah sebelum mereka berhasil, (4).
Tanggung jawabnya besar, banyak keputusan yang harus diambil walau belum
menguasai permasalahan.
Keuntungan menjadi wirausaha adalah: (1). Terbuka peluang untuk mencapai
tujuan, (2). Terbuka peluang mendemonstrasikan potensi secara penuh, (3).
Terbuka peluang memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, (4).
Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha konkrit, dan (5).
Terbuka peluang untuk menjadi bos.
Menurut Ilik (2010), terdapat keuntungan dan kerugian ketika seseorang
mengambil pilihan menjadi seorang wirausahawa di antaranya:
1. Otonomi; Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat
wirausaha memposisikan seseorang menjadi “bos” yang memiliki
kehendak terhadap kontrol bisnisnya. Hal ini juga didukung dengan
pendapat Robert T. Kiyosaki yang menyatakan bahwa pada dasarnya
perspektif menjadi seorang wirausaha adalah pilihan karena mencari
sebuah kebebasan.
2. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi; Peluang untuk
mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan
sangat memotivasi wirausaha.
52 Kewirausahaan dan UMKM

3. Kontrol finansial (Pengawasan keuangan); Bebas dalam mengelola


keuangan, dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
4. Memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan
kesejahteraan dan menciptakan kesempatan kerja; Hal ini
dikarenakan target entrepreneur adalah masyarakat kelas menengah
dan bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam proses
trickling down effect.

Selain terbuka peluang dalam mencapai tujuan, mendemonstrasikan potensi


secara penuh dan memperoleh manfaat serta keuntungan secara maksimal,
menjadi wirausaha adalah salah satu pilihan yang sangat menantang. Setiap
wirausahawan ditantang untuk mempertaruhkan segenap waktu, pikiran,
tenaga, dan energinya untuk kepentingan usaha dan bisnisnya.
Mempertaruhkan segenap waktu, pikiran, tenaga dan energinya untuk
kepentingan bisnis adalah simetris dengan mempertaruhkan reputasinya,
karena kesuksesan dalam pertaruhan segenap waktu, pikiran, tenaga dan energi
dalam bisnis akan mengangkat reputasi seorang pebisnis. Reputasi pebisnis
adalah hal penting dalam membangun usaha bisnisnya. Karena reputasi
pebisnis dapat dijadikan sebagai jaminan dalam menuangkan langkah-langkah
bisnis. Contoh, Aburizal Bakri, adalah salah seorang pebisnis senior yang tak
dapat dianggap enteng atas kebesaran nama dan reputasinya. Contoh lain
seperti, Eka Cipta Wijaya, Prayogo Pangestu, Bob Sadino, Yusuf Kalla, dan
Setiawan Djodi, belakangan muncul pebisnis baru seperti Helmi Yahya dan
Ratih Sanggarwati.
Seorang Wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-
kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima hal yaitu: (1). Pengenalan
barang dan jasa baru, (2). Metode produksi baru, (3) Sumber bahan mentah
baru, (4). Pasar baru, dan (5). Organisasi industri baru.
Wirausahawan adalah orang yang kreatif, inovatif, mandiri, mau menerima
risiko, mampu menangkap peluang yang ada, mampu menciptakan dan
mengoperasikan ide baru. Jiwa kewirausahaan (interpreneurship) adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (creatif new
and different) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru
dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang
(thinking new thing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 53

kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing


new thing).
Seorang wirausahawan memiliki ciri dan watak atau karakter yang khas
dibanding dengan watak dari seorang yang bukan wirausahawan. Ciri adalah
tanda khas yang membedakan dengan bukan wirausahawan, sedangkan watak
adalah sikap batin yang memengaruhi tingkah laku, tabiat, budi pekerti dari
wirausahawan.
Adapun ciri dan watak wirausahawan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1: Ciri wirausaha dan watak wirausaha
Ciri
Watak Wirausahawan
Wirausahawan
Berorientasi tugas Kebutuhan akan prestasi, Berorientasi keuntungan,
dan hasil Ketekunan dan ketabahan, Tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energetic, dan inisiatif
Pengambilan Kemampuan mengambil risiko, Suka pada tantangan
risiko
Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimpin, Dapat bergaul
dengan orang lain. Menanggapi saran-saran dan kritik
Keorisinilan Inovatif dan kreatif, Fleksibel, Punya banyak sumber,
Serba bisa, Mengetahui banyak
Wirausahawan sebagai orang yang kreatif memiliki karakteristik :
1. Keterbukaan untuk menerima masukan dari pihak luar
2. Mencari sebanyak mungkin informasi dan dianalisis menjadi sumber
inspirasi
3. Selalu berupaya untuk mereproduksi dari ide barunya
4. Bersedia melakukan evaluasi atas apa yang sudah dilakukan
5. Berupaya untuk mengembangkan diri secara maksimal

Cara berfikir kreatif seorang wirausahawan adalah :


1. Memiliki pemikiran bahwa semuanya pasti bisa melakukan sesuatu
2. yang bisa dilakukan orang lain.
3. Mengembangkan pemikiran untuk selalu membuka ide baru dari
yang sudah lazim dipikirkan oleh kebanyakan orang
54 Kewirausahaan dan UMKM

4. Membiasakan untuk banyak bertanya mengapa hal ini terjadi


5. Menjadi lebih ingin tahu dari yang sudah lazim
6. Tidak akan terjebak dari kebiasaan lama yang salah
7. Memanfaatkan waktu secara maksimal untuk selalu berpikir kreatif
dan inovatif
8. Mengambil keputusan secara positif
9. Melihat masalah berdasar sudut pandang yang laindari sudah
biasanya

Ciri dan karakter wirausahawan sebagaimana yang dikemukakan oleh


Suryana, A.S. (2007) yang diuraikan berikut ini.
1. Percaya diri; Karakter yang masuk dalam ciri percaya diri adalah
optimis, mandiri, jujur berintegritas, matang seimbang, berfokus pada
diri, dan bertekad kuat. Dengan karakter-karakter tersebut, seorang
wirausahawan percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan tertentu
yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran yang hendak
dicapainya. Ia juga tidak akan gorah menghadapi gangguan di tengah
perjalanan untuk mencapai tujuan. Memiliki harga diri yang tinggi
dan tidak mudah menyerah pada kegagalan. Pada saat mengalami
kegagalan, ia menerimanya sebagai hambatan sementara dan
sekaligus sebagai sumber belajar untuk menentukan upaya yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Berani Mengambil Risiko; Ciri berani mengambil risiko meliputi
karakter pengambil risiko yang moderat dan dapat diperhitungkan,
mampu belajar dari kegagalan, toleran terhadap ketidakpastian,
menyukai tantangan dan agresif. Dengan karakter tersebut, seorang
wirausahawan menyadari bahwa tidak semua faktor yang
memengaruhi tercapainya hasil berada dalam pengendaliannya.
Karena itu, dalam setiap usaha untuk mencapai keberhasilan, padanya
melekat kemungkinan untuk gagal yang sering disebut sebagai suatu
resiko. Nilai risiko bagi seorang wirausahawan dapat diperhitungkan
atau diperkirakan secara intuitif. Bila nilai kerugian dari risiko terlalu
kecil, bagi seorang wirausahawan tidak menarik untuk diambil,
karena kurang menantang. Sebaliknya bila kemungkinan untuk
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 55

berhasil terlalu kecil, ia pun tidak akan nekad untuk menghadapinya.


Seorang wirausahawan hanya akan mengambil pilihan dengan risiko
yang wajar dan realistis.
3. Kreatif-Inovatif; Energik, banyak akal (resourcefull), pengetahuan
dan keterampilan luas (versatile), berdayacipta dan imajinatif dan
luwes (fleksibel) adalah karakter yang menjadi ciri kreatif dan
inovatifnya seorang wirausahawan. Tidak menyukai kerutinan
maupun kemapanan yang menyebabkan seorang wirausahawan selalu
kreatif menemukan hal-hal baru (inovatif). Ia tidak menyukai jalan
buntu dan akan menghadapi segala situasi dan kondisi dengan sikap
felksibel, serta selalu berupaya menemukan sumber-sumber alternatif
sesuai dengan dasar wawasannya yang luas.
4. Berorientasi Tugas dan Hasil; Karakter wirausahawan yang
termasuk dalam ciri berorientasi tugas dan hasil meliputi butuh
prestasi (need for Achievement/n-Ach), tekun dan teliti, berorientasi
pada sasaran, efektif dan produktif, serta berorientasi laba. Seorang
wirausahawan bila memiliki ide/gagasan senantiasa merasa perlu
segera menentukan tindakan-tindakan untuk mewujudkannya. Begitu
ia telah memulai tindakan, perhatiannya semata-mata tertuju kepada
hasil yang hendak dicapainya. Dengan motivasi untuk berprestasi
yang tinggi dan persediaan energi yang cukup ia berupaya untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkannya.
5. Kepemimpinan; Ciri kepemimpinan pada seorang wirausahawan
dapat dilihat dari berbagai karakter yang dimilikinya, yaitu:
pengambil keputusan yang cepat dan sistematis, berinisiatif dan
proaktif, dinamis, tanggap terhadap kritikan dan saran, kepribadian
yang menarik dan mudah bergaul, kooperatif, bertanggungjawab,
sadar pengaruh/kekuasaan serta berorientasi pada pelayanan. Seorang
wirausahawan yang memiliki karakter tersebut dapat dilihat dari
kemampuannya bergaul dan membangun jejaring yang memiliki
prospek yang saling menguntungkan. Terhadap saran dan kritikan
dari pemangku kepentingan (stakeholders) serta pihak-pihak lain
ditanggapi secara positif, bahkan dijadikan sebagai salah satu sumber
56 Kewirausahaan dan UMKM

informasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan gagasan


dalam rangka perbaikan dan perwujudannya.
6. Sadar Arus Waktu; Seorang wirausahawan harus sadar arus waktu
yang ditandai dengan adanya karakter berupa memanfaatkan waktu
dengan efisien, terarah ke masa depan, perspektif, menjalani waktu
kronos dan menghayati waktu kairos. Dengan karakter tersebut,
seorang wirausahawan dapat menggunakan kesempatan yang ada
(kairos) sebaik mungkin, karena ia sadar bahwa waktu memiliki
kurun obyektif (kronos) yang sama bagi setiap orang, tidak ada orang
yang memiliki lebih dari 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu dan
52 minggu dalam per tahun.

4.1.2 Pengembangan Diri


Untuk dapat menumbuhkan dan mengoptimalkan jiwa, watak atau karakter
wirausaha maka perlu upaya pengembangan diri. Salah satu arti dari
pengembangan diri adalah sebuah proses untuk merubah, membentuk dan
mewujudkan dari kebiasaan yang jelek menjadi kebiasaan yang baik.
Pengembangan diri meliputi pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau
kemampuan seseorang.
Adapun kunci untuk pengembangan diri seseorang adalah :
1. Knowledge (Ilmu Pengetahuan); Pengembangan diri seseorang
harus didukung dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
kompetensi yang dikembangkan. Ilmu pengetahuan berkembang
sangat cepat, tetapi pada sisi lain dengan adanya teknologi informasi,
seseorang akan lebih mudah untuk dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan.
2. Attitude and Behavior (Sikap dan Kebiasaan); Sikap dan
kebiasaan adalah suatu kecenderungan pikiran dan perasaan yang
permanen dan susah dirubah. Sikap dan kebiasaan positip sebagai
modal utama untuk mengembangkan diri seseorang yang menjadi
dasar pengembangan kompetensi individu.
3. Managerial Skill (Kemampuan Manajerial); Keterempilan
manajerial atau keterampilan mengelola sesuatu diperlukan untuk
mendukung pengembangan diri seseorang. Keterampilan manajerial
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 57

meliputi kemampuan seseorang untuk membuat perencanaan,


mengorganisar, mengarahkan dan mengawasi.
4. Immediate Result (Produktivitas); Produktivitas perbandingan
antara hasil yang dapat diraih berupa output dibanding dengan
pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan atau input. Produktivitas
seseorang dinilai berdasarkan seberapa besar seseorang menghasilkan
karya yang bermakna untuk kehidupan.
5. Networking (Jejaring); Untuk dapat mengimplementasikan
pengembangan diri seseorang maka perlu memperbanyak jejaring.
Revolusi Industri 4.0 yang dicirikan optimalisasi pemanfaatan
teknologi informasi internet memudahkan seseorang untuk
membangun jejaring. Seseorang yang memiliki keterbatasan tempat
sedara fisik atau keterbatasan kemampuan membuat produk dan
keterbatasan memiliki modal tunai, akan dapat melakukan aktivitas
bisnis secara maksimal karena kemampuan mengembangkan diri
untuk dapat memanfaatkan marketplace.

Motif Berprestasi Tinggi


Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha
karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).
Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003). Motif berprestasi
ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang
terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah
kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow
(1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan
kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik
(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan
harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-
actualiazation needs).
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan
sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003).
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang
timbul pada dirinya.
58 Kewirausahaan dan UMKM

2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat


keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-
fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.

Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin ”movere” yang berarti to move
atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991), sedangkan Suriasumantri
berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan
berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi
energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif
sama dengan drive. Beck (1990), berdasarkan pendekatan regulatoris,
menyatakan ”drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu
mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991) ada dua
lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik
mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti
kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar
tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain.
Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan
dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang
berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976). Namun,
Travers (1982) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi
berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam
motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila
dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi
berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan).
Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini
adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang
mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang
diharapkan.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 59

Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa
dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha.
Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang
berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan
pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan
maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003).
Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta
berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat
terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang
tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan
membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada.
Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang
baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru
(thinking new thing), oleh karena itu menurutnya kewirausahaan adalah
berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama
dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana
(2003) dengan judul buku “Entrepreneurship And The New Venture
Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan
berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang
asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan (inovation is the ability to apply creative solutions to those
problems ang opportunities to enhance or to enrich people’s live).
“Sometimes creativity involves generating something from nothing.
However, creativity is more likely to result in colaborating on the
present, in putting old things together in the new ways, or in taking
something away to create something simpler or better”.
Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara
baru.
60 Kewirausahaan dan UMKM

3. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih


baik.

Menurut Zimmerer (1996), “creativity ideas often arise when entrepreuneurs


look at something old and think something new or different”. Ide-ide
kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan
berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah
nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from
nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah
barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying
creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities that
people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya
cipta) setelah itu melahirkan inovasi.
Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang
dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha.
Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis
sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di
bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship
(kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan
yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah
untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alas an untuk mengatakan hal
itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya
harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini
merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja
dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan,
yakni daya imajinasi kreatif.
Karena manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang, antara
lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk
berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dengan berpikir, ia dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal? Di manakah aku saat
ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan
kepada dunia ini?
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 61

Menelusuri sejarah pribadi di masa lalu dapat memberikan gambaran


mengenai kekuatan dan kelemahan seseorang. Di dalamnya terdapat sejumlah
pengalaman hidup: hambatan dan kesulitan yang pernah kita hadapi dan
bagaimana kita mengatasinya, kegagalan dan keberhasilan, kesenangan dan
keperihan, dan lain sebagainya. Namun, karena semuanya sudah berlalu, maka
tidak banyak lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah semua itu. Kita harus
menerimanya dan memberinya makna yang tepat serta meletakkannya dalam
suatu perspektif masa kini dan masa depan (Harefa: Sukses Tanpa Gelar,
Gramedia Pustaka Utama, 1998).
Masa kini menceritakan situasi nyata di mana kita berada, apa yang telah kita
miliki, apa yang belum kita miliki, apa yang kita nikmati dan apa yang belum
dapat kita nikmati, apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dan apa
yang menjadi hak asasi kita sebagai manusia, dan lain sebagainya. Dengan
menyadari keberadaan kita saat ini, kita dapat bersyukur atau mengeluh, kita
dapat berpuas diri atau menentukan sasaran berikutnya, dan seterusnya. Masa
depan memberikan harapan, paling tidak demikianlah seharusnya bagi mereka
yang beriman berkepercayaan. Bila kita memiliki masa lalu yang tidak
menyenangkan, dan masih berada pada situasi dan kondisi yang belum sesuai
dengan cita-cita atau impian kita, maka adalah wajar jika kita mengharapkan
masa depan yang lebih baik, lebih cerah, lebih menyenangkan. Sebab selama
masih ada hari esok, segala kemungkinan masih tetap terbuka lebar (terlepas
dari pesimisme atau optimisme mengenai hal itu).
Jelas bahwa masa lalu, masa kini, dan masa depan bertalian langsung dengan
daya imajinasi kita. Dan di dalam masa-masa itulah segala hambatan
(obstacle), kesulitan (hardship), dan kesenangan atau suka cita (very rewarding
life) bercampur baur jadi satu. Sehingga, jika Poppy King mengatakan bahwa
ketiga hal itulah yang dihadapi oleh seorang wirausaha dalam bidang apapun,
maka bukankah itu berarti bahwa kewirausahaan adalah untuk semua orang?
Siapakah manusia di muka bumi ini yang tidak pernah menghadapi hambatan
dan kesulitan untuk mencapai cita-cita dan impiannya?
Alasan kedua yang membuat kewirausahaan itu pada dasarnya untuk semua
orang adalah karena hal itu dapat dipelajari. Peter F. Drucker, misalnya, pernah
menulis dalam Innovation and Entrepreneurship bahwa, “Setiap orang yang
memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dapat belajar menjadi
wirausaha, dan berperilaku seperti wirausaha. Sebab (atau maka)
kewirausahaan lebih merupakan perilaku daripada gejala kepribadian, yang
dasarnya terletak pada konsep dan teori, bukan pada intuisi”. Dan perilaku,
62 Kewirausahaan dan UMKM

konsep, dan teori merupakan hal-hal yang dapat dipelajari oleh siapapun juga.
Sepanjang kita bersedia membuka hati dan pikiran untuk belajar, maka
kesempatan untuk menjadi wirausaha tetap terbuka. Sepanjang kita sadar
bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan,
yang tidak selalu berarti dimulai dan berakhir di sekolah atau universitas
tertentu, tetapi dapat dilakukan seumur hidup, di mana saja dan kapan saja
maka belajar berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja, meski tak harus
berarti menjadi wirausaha “besar”.
Alasan yang ketiga adalah karena fakta sejarah menunjukkan kepada kita
bahwa para wirausaha yang paling berhasil sekalipun pada dasarnya adalah
manusia biasa. Sabeer Bathia, seorang digital entrepreneur yang meluncurkan
hotmail.com tanggal 4 Juli 1996, baru menyadari hal ini setelah ia berguru
kepada orang-orang seperti Steve Jobs, penemu komputer pribadi (Apple).
Dan kesadaran itu membuatnya cukup percaya diri ketika menetapkan harga
penemuannya senilai 400 juta dollar AS kepada Bill Gates, pemilik Microsoft,
yang juga manusia biasa.
Alasan keempat adalah karena setelah mempelajari kiat-kiat sukses puluhan
wirausaha kecil, menengah dan besar, dalam konteks local nasional-regional
sampai internasional-global-dunia, maka sampai pada kesimpulan bahwa kiat-
kiat sukses mereka sangatlah sederhana.
Dalam buku Berwirausaha Dari No l telah dapat disampaikan bahwa mereka:
1. Digerakkan oleh ide dan impian,
2. Lebih mengandalkan kreativitas,
3. Menunjukkan keberanian,
4. Percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,
5. Melihat masalah sebagai peluang,
6. Memilih usaha sesuai hobi dan minat,
7. Mulai dengan modal seadanya,
8. Senang mencoba hal baru,
9. Selalu bangkit dari kegagalan, dan
10. Tak mengandalkan gelar akademis.

Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-
orang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat
(belajar) melakukannya.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 63

Alasan kelima adalah karena kewirausahaan mengarahkan orang kepada


kepemimpinan. Dan kepemimpinan adalah untuk semua orang (Harefa :
Berguru Pada Matahari, Gramedia Pustaka Utama, 1998; juga Harefa:
Menjadi Manusia Pembelajar, Kompas, 2000). Dengan lima alasan sederhana
di atas, dapat menegaskan bahwa kewirausahaan adalah untuk semua orang.
Mandiri atau Tidak Ketergantungan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk
menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam
menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai
kemampuan kreatif di dalam mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama
didalam menciptakan peluang usaha di dalam dirinya, dia dapat mandiri
menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain,
seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya,
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di
awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang
menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak
didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani
mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh
sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya
risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian
menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha
untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu
harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi
kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003).
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai
utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko
akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang
wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi
pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita,
64 Kewirausahaan dan UMKM

dalam Suryana, 2003). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-
usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan
daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang
menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan
risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar
diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.
Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan,
dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :
1. Daya tarik setiap alternatif
2. Kesediaan untuk rugi
3. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.

Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk


mengambil risiko antara lain :
1. Keyakinan pada diri sendiri
2. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan memperoleh keuntungan.
3. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.

Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya,


semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin
besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan memengaruhi hasil dan
keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa
yang menurut orang lain sebagai risiko. Oleh karena itu, pengambil risiko
ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana, 2003).
Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik
pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai
tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif
tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang
mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha,
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 65

termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan


pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
Anugerah Pekerti, mantan Direktur Utama Lembaga Manajemen PPM,
mendefinisikan kewirausahaan sebagai tanggapan terhadap peluang usaha
yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa
organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif. Howard H.
Stevenson, mantan Presiden Harvard Business School yang memahami
kewirausahaan sebagai suatu pola tingkah laku manajerial (menyeluruh) yang
terpadu dalam upaya pemanfaatan peluang-peluang yang tersedia tanpa
mengabaikan sumber daya yang dimilikinya. Saya mendukung pendapat
Drucker bahwa pemanfaatan peluang merupakan definisi yang tepat untuk
kewirausahaan dan bahwa seorang wirausaha harus mengalokasikan sumber
daya dari bidang-bidang yang memberi hasil rendah atau menurun ke bidang-
bidang yang memberi hasil tinggi atau meningkat.
Joseph Schumpeter mengatakan bahwa wirausaha adalah innovator produksi.
Dan mengatakan bahwa wirausaha adalah seorang peniru, seperti pendapat
William H. Sahlman, juga tak ada salahnya. Tetapi saya pribadi lebih suka
pada pandangan Jose Carlos Jarillo-Mossi yang mengatakan bahwa wirausaha
itu adalah seseorang yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang-
peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan
merupakan suatu hal yang dapat dicapai.
Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu,
lebih menonjol. Debgan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia
selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih
dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa
baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses
produksi maupun prmasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu
yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia
selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan
saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah
kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki
kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang
pemimpin harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor.
66 Kewirausahaan dan UMKM

Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama


lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu:
Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang
perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya
dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya
secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya,
wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas,
inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi risiko lazim disebut Innovative
Entrepreneur.
Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang
wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan
usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia,
mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi
perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan managerial
yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan
keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.
Untuk menuju terwujudnya wawasan kewirausahaan, maka salah satu
kuncinya adalah menciptakan “perusahaan” (lembaga) yang dinamis dan
fleksibel, manajer bervisi ke depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.
1. Organisasi perusahaan harus dinamis dan fleksibel; Pengembangan
organisasi perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan
yang jelas. Ada delapan roh oganisasi (perusahaan) agar sukses dan
panjang umur :
a roh kesucian dan kesehatan
b roh kebaikan dan kemurahan
c roh cinta dan suka cita
d roh keunggulan dan kesempurnaan
2. Peran manajer sangat menentukan; Manajer harus memiliki visi ke
depan agar mampu mengarahkan dan meningkatkan kinerja
perusahaan. Sekurang-kurangnya ada 8 kompetensi manajer bervisi
ke depan, ialah: kemampuan strategi, kemampuan sintesis,
kemampuan organisasi, kemampuan komunikasi, kemampuan
negosiasi, kemampuan presentasi, dinamika, dan ketangguhan.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 67

3. Penciptaan lingkungan kerja yang kondusif; Ada delapan persyaratan


kualitas kehidupan lingkungan kerja disebut kondusif, ialah :
a Upah yang layak dan pantas bagi pekerjaan yang dilakukan
dengan baik
b Kondisi kerja yang aman dan sehat
c Kesempatan untuk belajar dan menggunakan keterampilan-
keterampilan baru
d Kesempatan untuk mengembangkan dan memajukan karir
e Integrasi sosial ke dalam organisasi
f Perlindungan terhadap hak-hak individu
g Keseimbangan antara tuntutan kerja dan bukan kerja
h Rasa bangga terhadap kerja itu sendiri dan terhadap organisasi.

4.2 Pengertian Electronic Commerce (E-


Commerce)
Huruf “E” disini mengacu pada kata “Electronic”, tapi lebih banyak digunakan
dalam konteks Internet. Dari namanya, sudah bisa menebak kalau ini berkaitan
dengan kegiatan yang bersifat komersial. Tidak salah memang, karena istilah
e-commerce yang akan dibahas memang mengacu pada kegiatan komersial di
Internet. Contoh paling umum dari kegiatan e-commerce tentu saja adalah
aktivitas transaksi perdagangan melalui sarana internet (Saputra et al., 2019).
Dengan memanfaatkan e-commerce, para penjual (merchant) dapat
menjajakan produknya secara lintas negara karena memang sifat Internet
sendiri yang tidak mengenal batasan geografis. Transaksi dapat berlangsung
secara real time dari sudut mana saja di dunia asalkan terhubung dengan
jaringan Internet. Umumnya transaksi melalui sarana e-commerce dilakukan
melalui sarana suatu situs Web yang dalam hal ini berlaku sebagai semacam
etalase bagi produk yang akan dijual. Dari situs Web ini, para pembeli
(customer) dapat melihat bentuk dan spesifikasi produk bersangkutan lengkap
dengan harga yang dipatok.
Berikutnya, apabila si calon pembeli tertarik, maka ia dapat melakukan
transaksi pembelian di situs tersebut dengan sarana kartu kredit. Berbeda
68 Kewirausahaan dan UMKM

dengan transaksi kartu kredit pada umumnya yang menggunakan peralatan


khusus, transaksi kartu kredit di Internet cukup dilakukan dengan memasukkan
nomor kartu kredit beserta waktu kadaluwarsanya pada formulir yang
disediakan. Di tahap selanjutnya, program di server e-commerce akan
melakukan verifikasi terhadap nomor kartu kredit yang diinputkan. Apabila
nomor kartu yang dimasukkan valid, maka transaksi dianggap sah dan barang
yang dipesan akan dikirimkan ke alamat pembeli. Tentu saja sebelumnya saat
mengisi formulir pemesanan, calon pembeli telah mengisikan alamat lengkap
kemana barang yang akan dibelinya harus dikirimkan. Harga barang yang
dibeli kemudian akan dimasukkan dalam rekening tagihan dari kartu kredit
yang digunakan.
Ada banyak definisi untuk e-commerce, tapi umumnya, e-commerce merujuk
pada semua bentuk transaksi komersial yang menyangkut organisasi dan
individu yang didasarkan pada pemrosesan dan transmisi data yang
digitalisasikan, termasuk teks, suara dan gambar. Termasuk juga pengaruh
bahwa pertukaran informasi komersial secara elektronik yang mungkin terjadi
antara institusi pendukungnya dan aktifitas komersial pemerintah. Ini termasuk
antara lain manajemen organisasi, negosiasi dan kontrak komersial, legal dan
kerangka regulasi, penyusunan perjanjian keuangan, dan pajak satu sama lain.
Sasaran e-commerce adalah menciptakan lingkungan komersial yang baru
dalam segala bentuknya di abad elektronik. Di mana beberapa tahap yang
umumnya terdapat diantara penjual dan pembeli dalam transaksi komersial
dapat diintegrasikan sekaligus dan otomatis secara elektronik. Jadi dapat
meminimalkan biaya transaksi.
Definisi yang terhitung masih luas memberikan gambaran di mana e-
commerce menyangkut juga transfer dana elektronik dan transaksi kartu kredit,
ditambah dengan infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang aktivitasnya.
Definisi yang lebih sempit dikaitkan dengan transaksi elektronik business-to-
business dan business-to consumer di mana transaksi yang terjadi menyangkut
beberapa jenis pembayaran elektronik.
Berikut ini beberapa definisi mengenai Electronic Commerce yang mungkin
dapat membuka gambaran lebih jauh mengenai apa yang dimaksud dengan
Electronic Commerce.
Pada saat Internet memberdayakan seluruh penduduk dan
mendemokratisasikan kehidupan sosial (societies), itu juga akan mengubah
paradigma ekonomi klasik. Model baru interaksi komersial berkembang
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 69

sewaktu kalangan bisnis dan kustomer/pelanggan berpartisipasi dalam suatu


pasar elektronik dan mencapai manfaat bersama. Global Information
Infrastructure (GII) secara potensial telah mengubah dengan cepat bidang
komersial dan bidang-bidang lainnya dengan mengurangi biaya secara
dramatis dan memberi suatu sarana baru untuk melakukan transaksi komersial.
Internet bakal mengubah pemasaran retail secara revolusioner. Komersialisasi
di Internet bakal mencapai 10 milyar dollar sampai akhir abad ini. (U.S.
Executive Office of the President, 1997).
Elektronic Commerce adalah transaksi komersial dari jasa dalam format
elektronik, (Transatlantic Business Dialogue Electronic Commerce White
Paper, 1997). Electronic Commerce merujuk secara umum kepada semua
bentuk transaksi yang berkaitan dengan aktifitas komersial, baik organisasi
maupun individual, yang berdasarkan pada pemrosesan dan transmisi data
yang digitalisasikan, termasuk teks, suara, dan gambar, (OECD, 1997).
Electronic Commerce berkaitan dengan melakukan bisnis secara elektronik. E-
commerce didasarkan pada pemrosesan elektronik dan transmisi data,
termasuk teks, bunyi dan video. E-commerce mencakup segala macam
aktifitas termasuk perdagangan elektronik baik barang ataupun jasa,
pengiriman secara online dari isi digital, transfer dana secara elektronik,
electronic share trading, electronic bil of landing, commercial auctions,
kolaborasi desain dan rekayasa, online sourcing, public procurement, direct
consumer marketing, dan layanan purna jual. Termasuk juga produk
(consumer good, peralatan medis) atau jasa (layanan informasi, keuangan dan
hukum); aktifitas tradisional (kesehatan, pendidikan) dan aktivitas-aktivitas
baru (virtual malls), (European Commission, 1997).
Electronic Commerce adalah melakukan aktifitas bisnis yang diarahkan pada
pertukaran nilai melalui jaringan telekomunikasi, (European Information
Technology Observatory, 1997).
Elektonik commerce, yang saat ini baru diterapkan secara terbatas pada
beberapa perusahaan saja, adalah memasuki suatu era baru di mana beberapa
orang yang tidak spesifik misalnya pelanggan umum terkait dalam suatu
jaringan. Sebagai tambahan, isinya tidak hanya berupa transaksi data untuk
menempatkan atau menerima order yang sederhana namun juga menyangkut
kegiatan komersial umum seperti publikasi, iklan, negosiasi, kontrak dan fund
settlements, (Ministry of Int'l. Trade and Industry, Japan, 1996).
70 Kewirausahaan dan UMKM

Menurut Chaffey (2004), E-Commerce adalah aktivitas penjualan dan


pembelian barang atau jasa melalui fasilitas internet. Turban, et al., (2004)
menyatakan bahwa E-Commerce adalah proses pembelian, penjualan, transfer,
atau pertukaran produk, layanan, dan/atau informasi melalui jaringan
komputer, termasuk internet. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Turban, et
al, (2004) E-Commerce meliputi perspektif: (a) communications, (b)
commercial (trading), (c) business process, (d) service, (d) learning, (e)
collaborative, dan (f) community.
Sementara itu, Kalakota dan Whinston (1997) mengelompokkan E-Commerce
menjadi beberapa perspektif, yaitu:
1. Perspektif Komunikasi (A Communications Perspective). Hal ini
terkait dengan pengiriman informasi, barang atau pelayanan jasa, di
mana pembayarannya melalui media elektronik.
2. Perspektif Proses Bisnis (A Business Process Prospective). Perspektif
ini meliputi aplikasi teknologi melalui otomatisasi transaksi bisnis
dan aliran kerjanya.
3. Perspektif Layanan (A Service Perspective). Perspektif ini mencakup
kemampuan untuk memangkas biaya yang diiringi dengan
peningkatan kecepatan dan kualitas dari layanan pengiriman.
4. Perspektif Online (An Online Perspective). Hal yang termasuk di
dalam perspektif ini adalah segala macam bentuk pembelian dan
penjualan produk dan informasi secara online.

Secara umum Electronic Commerce (e-Commerce) dapat didefinisikan


sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa
(trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Media
elektronik yang umumnya digunakan adalah media internet. Penggunaan
internet dipilih oleh kebanyakan orang karena kemudahan yang dimiliki oleh
jaringan internet, yaitu:
1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread
network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik,
yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.
2. Menggunakan data elektronik sebagai media penyampaian pesan/data
sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 71

secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog
maupun digital.

Di dalam E-Commerce, para pihak yang melakukan kegiatan


perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik
(public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media
internet. Berbeda dengan transaksi biasa, E-Commerce memiliki karakteristik
yang sangat khusus, di antaranya:
a Transaksi tanpa batas; Sebelum internet ada, terkadang ketika akan
membeli barang yang menjadi penghalang adalah letak geografis.
Apalagi jika ingin bertransaksi dengan jumlah besar, maka
geografislah yang menjadi alasan utama penghalang untuk
melakukan ini. Setelah internet hadir maka banyak orang tertolong
dengan aplikasi E-Commerce, apalagi sekarang ini E-Commerce
sudah banyak dimanfaatkan tidak terkecuali para pengusaha kecil dan
menengah. Dengan internet pengusaha tersebut dapat memasarkan
produknya secara internasional dan tidak terhalang letak geografis
serta tidak terhalang waktu (dapat bertransaksi secara online selama
24 jam nonstop)
b Transaksi anonim; Para penjual dan pembeli tidak diharuskan
bertemu muka dalam bertransaksi. Penjual tidak memerlukan nama
dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi
oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan, yang biasanya
dengan kartu kredit.
c Produk digital dan non digital; Produk-produk digital seperti software
komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat
dipasarkan melalui internet dengan cara di-download, pada
perkembangan selanjutnya barang-barang yang ditawarkan meliputi
barangbarang kehidupan hidup lainnya.
d Produk barang tak berwujud; Banyak perusahaan yang bergerak di
bidang e-Commerce dengan menawarkan barang tak berwujud
seperti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.

Menurut pemerintah UK untuk menjelaskan batasan e-commerce untuk


industri, e-commerce adalah pertukaran informasi melalui jaringan elektronik,
72 Kewirausahaan dan UMKM

pada setiap tahapan dalam supply chain (rantai pasokan), apakah di dalam
organisasi, antar bisnis, antara bisnis dan consumers (pelanggan), atau antara
publik dengan private sector, apakah berbayar atau tidak. Dalam definisi ini, e-
commerce tidak dibatasi pada pembelian dan penjualan produk, tetapi juga
termasuk aktivitas pra-penjualan dan pascapenjualan di dalam supply chain
(rantai pasokan).
Tidak bisa dipungkiri lagi, E-Commerce telah mengubah paradigma proses
pengembangan, pemasaran, penjualan, pemesanan, pengiriman, pelayanan,
dan pembayaran dan sebagainya. Pendekatan pemasaran produk dan jasa
berganti dari offline menjadi menjadi online dan lebih interaktif. Keberadaan
transaksi elektronik secara online dengan internet ini kemudian melahirkan
komunikasi global antar para pelaku bisnis secara virtual.

4.2.1 Jenis-Jenis E-Commerce


E-Commerce didefinisikan sebagai penggunaan Internet dan Web untuk
transaksi bisnis. E-Commerce berbeda dari E-Bussines, E-Bussines mengacu
pada transaksi dan proses di dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, suatu
sistem pengendalian persediaan perusahaan on-line adalah suatu komponen E-
Business dan bukan bagian dari e-commerce. Sistem pengendalian persediaan
tidak secara langsung menghasilkan pendapatan untuk perusahaan. Ada lima
jenis utama E-Commerce: Business-to-Business (B2B), Business-to-
Consumer (B2C), Consumer-to-Consumer (C2C), Peer-to-Peer (P2P), dan
Mobile Commerce (m-commerce).
1. Business-To-Business (B2B): Merupakan sebuah transaksi di mana
pembeli dan penjualnya berbentuk organisasi ataupun perusahaan.
Adapun kegiatan-kegiatannya merupakan pembelian dan pengadaan,
supplier management, inventory management, channel management,
kegiatan penjualan, serta layanan. Dalam transaksi B2B, baik penjual
maupun pembeli adalah organisasi bisnis. Kebanyakan dari e-
commerce adalah jenis ini.

Manfaat potensi dari B2B internet-based meliputi:


• Menurunkan pengadaan biaya-biaya administratif,
• Biaya murah untuk mengakses ke penyalur global,
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 73

• Menurunkan investasi stok dalam kaitannya dengan


ketransparanan harga dan mengurangi waktu tanggap (response
times),
• Kualitas produk yang lebih baik dengan kerjasama yang
ditingkatkan antara pembeli dan penjual, terutama selama disain
produk dan pengembangan.
2. Business-to-Consumer (B2C): Dalam tipe ini penjualnya adalah
organisasi atau perusahaan sedangkan pembelinya adalah individual.
Transaksi B2C meliputi pertukaran produk fisik atau produk digital,
dan biasanya lebih kecil dibandingkan transaksi B2B. Penjual adalah
perusahaan dan pembeli adalah perorangan. B2C disebut juga e-
tailing.
3. Consumer-to-Business (C2B): Pada tipe C2B konsumen
memberitahukan kebutuhan atas produk atau jasa tertentu, dan para
pemasok bersaing untuk menyediakan produk atau jasa tersebut ke
konsumen, Contohnya di Priceline.com, di mana pelanggan
menyebutkan produk dan harga yang diinginkan, dan Priceline
mencoba untuk menemukan pemasok yang memenuhi kebutuhan
tersebut.
4. Consumer-to-Consumer (C2C): Dalam C2C, seorang menjual
produk ke orang lain. Istilah ini dapat digunakan untuk menjelaskan
orang-orang yang menjual produk dan jasa ke satu sama lain.
5. Intrabusiness (Intraorganizational) Commerce: Dalam situasi ini
perusahaan menggunakan EC secara internal untuk memperbaiki
operasinya, Kondisi khusus dalam hal ini disebut juga sebagai EC
B2E (business-to-its-employees).
6. Government-to-Citizens (G2C): Dalam kondisi ini sebuah entitas
(unit) pemerintah menyediakan layanan kepada pelanggannya
melalui teknologi EC. Unit-unit pemerintah dapat melakukan bisnis
dengan berbagai unit pemerintah lainnya serta dengan berbagai
perusahaan (G2B).
7. Perdagangan Mobile (mobile commerce-m-commerce): Ketika e-
commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel, seperti dengan
74 Kewirausahaan dan UMKM

menggunakan telepon seluler untuk mengakses internet dan


berbelanja, maka hal ini disebut m-commerce.
8. Collaborative Commerce: Collaborative commerce adalah saat
individu atau group melakukan komunikasi atau berkolaborasi secara
online, maka dapat dikatakan bahwa mereka terlibat collaborative
commerce.

4.2.2 Komponen E-Commerce


Dibandingkan dengan perdagangan biasa atau tradisional, pada e-commerce
terdapat mekanisme tertentu yang unik dan berbeda. Dalam mekanisme pasar
e-commerce terdapat beberapa komponen yang terlibat, yakni
a Customer: Costumer merupakan para pengguna Internet yang dapat
dijadikan sebagai target pasar yang potensial untuk diberikan
penawaran berupa produk, jasa, atau informasi oleh para penjual.
b Penjual: Penjual merupakan pihak yang menawarkan produk, jasa,
atau informasi kepada para customer baik individu maupun
organisasi. Proses penjualan dapat dilakukan secara langsung melalui
website yang dimiliki oleh penjual tersebut atau melalui marketplace.
c Produk: Salah satu perbedaan antara e-commerce dengan traditional
commerce terletak pada produk yang dijual. Pada dunia maya,
penjual dapat menjual produk digital. Produk digital yang dapat
dikirimkan secara langsung melalui Internet.
d Infrastruktur: Infrastruktur pasar yang menggunakan media
elektronik meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan juga sistem
jaringannya.
e Front end: Front end merupakan aplikasi web yang dapat
berinteraksi dengan pengguna secara langsung. Beberapa proses
bisnis pada front endini antara lain: portal penjual, katalog elektronik,
shopping cart, mesin pencari dan payment gateway.
f Back end: Back end merupakan aplikasi yang secara tidak langsung
mendukung aplikasi front end. Semua aktivitas yang berkaitan
dengan pemesanan barang, manajemen inventori, proses pembayaran,
packaging, dan pengiriman barang termasuk dalam bisnis proses back
end.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 75

g Intermediary: Intermediary merupakan pihak ketiga yang


menjembatani antara produsen dengan konsumen. Online
intermediary membantu mempertemukan pembeli dan penjual,
menyediakan infrastruktur, serta membantu penjual dan pembeli
dalam menyelesaikan proses transaksi. Intermediary tidak hanya
perusahaan atau organisasi tetapi dapat juga individu. Contoh
intermediary misalnya broker dan distributor.
h Partner bisnis lain: Partner bisnis merupakan pihak selain
intermediary yang melakukan kolaborasi dengan produsen.
i Support services: Ada banyak support services yang saat ini beredar
di dunia maya mulai dari sertifikasi dan trust service, yang menjamin
keamanan sampai pada knowledge provider.

4.2.3 Keamanan E-Commerce


Menurut John D. Howard dalam bukunya “An Analysis of Security Incidents
on the Internet‟ menyatakan bahwa, “Keamanan komputer adalah tindakan
pencegahan dari serangan pengguna komputer atau pengakses jaringan yang
tidak bertanggung jawab”. Menurut jenisnya keamanan komputer dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Keamanan Eksternal. Berkaitan dengan fasilitas
komputer dari penyusup dan bencana seperti kebakaran atau bencana alam.
(user) 2. Keamanan Interface. Berkaitan dengan identifikasi pemakai sebelum
pemakai diizinkan mengakses data atau program. 3. Keamanan Internal.
Berkaitan dengan beragam kendali yang dibangun pada perangkat keras dan
perangkat lunak yang menjamin operasi yang handal dan tidak terganggu
untuk menjaga integritas data.
Pilar Keamanan Sistem E-Commerce
Terdapat beberapa pilar keamanan pada sistem E-Commerce :
1. Privacy/Confidentiality

Inti utama aspek privacy atau confidentiality adalah usaha untuk menjaga
informasi dari orang yang tidak berhak mengakses. Privacy lebih ke arah data-
data yang sifatnya privat sedangkan confidentiality biasanya berhubungan
dengan data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu (misalnya
sebagai bagian dari pendaftaran sebuah service) dan hanya diperbolehkan
untuk keperluan tertentu tersebut (Simarmata, Sriadhi dan Rahim, 2020).
76 Kewirausahaan dan UMKM

2. Integrity

Aspek ini menekankan bahwa informasi tidak boleh diubah tanpa seizin
pemilik informasi. Adanya virus, trojan horse, atau pemakai lain yang
mengubah informasi tanpa izin merupakan contoh masalah yang harus
dihadapi. Sebuah email dapat saja “ditangkap” (intercept) di tengah jalan,
diubah isinya (altered, tampered, modified), kemudian diteruskan ke alamat
yang dituju. Dengan kata lain, integritas dari informasi sudah tidak terjaga.
Penggunaan encryption dan digital signature, misalnya, dapat mengatasi
masalah ini.
3. Authentication

Aspek ini berhubungan dengan metode untuk menyatakan bahwa informasi


betul-betul asli, orang yang mengakses atau memberikan informasi adalah
betul-betul orang yang dimaksud atau server yang kita hubungi adalah betul-
betul server yang asli.
4. Availability

Aspek availability atau ketersediaan berhubungan dengan ketersediaan


informasi ketika dibutuhkan. Sistem informasi yang diserang atau dijebol
dapat menghambat atau meniadakan akses ke informasi.
5. Nonrepudiation

Merupakan hal yang bersangkutan dengan pengirim. Pengirim tidak dapat


mengelak bahwa dialah yang mengirim pesan/informasi itu.
6. Pengaturan Access Control (user ID)

Aspek ini berhubungan dengan cara pengaturan akses kepada informasi. Hal
itu biasanya berhubungan dengan masalah authentication dan juga privacy.
Acces control seringkali dilakukan menggunakan kombinasi user id dan
password atau dengan menggunakan mekanisme lainnya.
7. Sistem Cryptography

Dasar teknologi yang dipergunakan dalam pengamanan data untuk E-


Commerce, yakni cryptography. Cryptography sebagai batu bata utama untuk
keamanan E-Commerce, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana membuat
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 77

suatu pesan yang dikirim pengirim dapat disampaikan kepada penerima


dengan aman. Sifat-sifat dalam kriptografi meliputi:
a Kerahasiaan (Confidential) dari pesan dijamin dengan melakukan
enkripsi (penyandian), sehingga pesan yang telah disandikan itu tidak
dapat dibaca oleh orang-orang yang tidak berhak.
b Keutuhan (Integrity) dari pesan, sehingga saat pesan itu dikirimkan
tidak ada yang bisa mengutak-atik ditengah jalan. Sebagai contoh,
dalam suatu transaksi pembayaran, sang pengirim pesan
berkepentingan agar nilai cek digital sebesar Rp. 1.000.000,- tidak
diubah orang lain menjadi Rp. 10.000.000,- ditengah jalan.
c Jaminan atas identitas dan keabsahan (Authenticity) jati diri dari
pihak-pihak yang melakukan transaksi. Sekedar ilustrasi, dari sisi
konsumen, harus ada jaminan bahwa www.ibu-dibyo.co.id adalah
benar-benar ticket office milik Ibu Dibyo di Cikini. Sebaliknya,
seorang pedagang di internet juga perlu mengetahui apakah seorang
konsumen yang sedang berbelanja di website-nya benar-benar
menggunakan kartu kredit miliknya sendiri.
d Transaksi dapat dijadikan barang bukti yang tidak bisa disangkal
(Non Repudiation) jika terjadi sengketa atau perselisihan pada
transaksi elektronik yang telah terjadi.
Dalam criptography, ada dua proses utama :
• Enkripsi (Encryption) : yakni proses untuk mengubah pesan asli
(plain text) menjadi pesan yang tersandikan atau pesan yang
terahasiakan (cipher text).
• Dekripsi (Decryption) : yakni proses mengubah pesan yang
tersandikan (cipher text) kembali menjadi pesan pada bentuk
aslinya (plain text).
8. Keamanan Saluran Komunikasi

Sistem Keamanan Komunikasi (Communications Security) merupakan


perlindungan terhadap informasi ketika dikirim dari sebuah sistem ke sistem
lainnya, terutama informasi yang sangat sensitif seperti detail credit card.
78 Kewirausahaan dan UMKM

9. Keamanan Bagi Clientdan Server Computers (SSL)

Secure Socket Layer (SSL) merupakan suatu protokol yang membuat sebuah
pipa pelindung antara browser cardholder dengan merchant, sehingga
pembajak atau penyerang tidak dapat menyadap atau membajak informasi
yang mengalir pada pipa tersebut. Untuk menjamin keamanannya diperlukan
lembaga resmi yang mengeluarkan digital certificate. Ada beberapa lembaga
seperti ini, di antaranya adalah Verisign dan Thawte. Protocol SSL danTLS
berjalan pada layer dibawah application protocol seperti HTTP, SMTP dan
NNTP, dan di atas layer TCP/Transport Protocol, yang juga merupakan bagian
dari TCP/IP Protocol. Selama SSL dan TLS dapat menambahkan keamanan
keprotocol apa saja yang menggunakan TCP, keduanya terdapat paling sering
pada metode akses HTTPS. HTTPS menyediakan keamanan web pages untuk
aplikasi seperti pada E-Commerce. Protocol SSL dan TLS menggunakan
cryptography public key dan sertifikat public key untuk memastikan identitas
dari pihak yang dimaksud. Sejalan dengan peningkatan jumlah client dan
server yang dapat mendukung TLS atau SSL alami, dan beberapa masih
belum mendukung. Dalam hal ini, pengguna dari server atau client dapat
menggunakan produk stand alone-SSL seperti halnya Stunnel untuk
menyediakan enkripsi SSL. Penggunaan Symmetric-Keyyang digunakan pada
SSL, untuk membungkus data asli misalnya data kartu kredit. Symmetric-
Keyyang dipergunakan pada web browser pada umumnya menggunakan RC4
dan DES (Data Encryption Standard). Teknologi enkripsi berkekuatan tinggi
(Strong Encryption) yang ada sekarang yaitu RSA 1024 bit dan RC4/DES 128
bit. Web browser yang menggunakan teknologi enkripsi berkekuatan tinggi
diantaranya Microsoft Internet Explorer (IE) dan Netscape Communicator
(NC).
10. Mengamankan Transaksi

Keamanan transaksional, bahwa pihak ketiga dapat berkedok sebagai


user/cardholder yang mengirimkan order palsu, bahwa pengiriman yang benar
ternyata tidak dibayar atau merchan telah menerima pembayaran tetapi tidak
mengirimkan barang secara benar, hal ini dapat diatasi dengan adanya gerbang
pembayaran (payment gateway).
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 79

Berikut adalah bagaimana mengamankan transaksi pada bisnis E-Commerce,


yaitu:
• Bagi dengan kehati-hatian. Tidak harus berbagi lebih dari yang
diperlukan, terutama informasi pribadi yang sangat sensitif seperti
jaminan sosial atau nomor kartu kredit atau debit. Penjual
menciptakan bentuk-bentuk checkout online dengan kolom untuk
untuk rincian relevan untuk mengumpulkan data pelanggan. Lewati
pertanyaan yang tidak ditandai ”required” dengan tanda bintang dan
akan secara signifikan meningkatkan anonimitas belanja.
• Verifikasi semua URL. Mem-verifikasi URL sangat penting dalam
memecahkan legitimasi setiap situs yang ditemukan melalui iklan dan
hyperlink. Setiap link yang disajikan dalam email, komentar media
sosial, atau iklan dapat membawa Anda ke situs web palsu. Untuk
membuat keadaan menjadi lebih buruk, situs penipu sering hampir
tidak bisa dibedakan dari situs yang sah. Terlepas dari bagaimana
datang ke sebuah website atau bagaimana website tersebut bersih,
periksa URL dari website tersebut. Tidak perlu memahami semua
bagian dari itu, tapi jika nama domain root (bagian setelah ”www.”)
tidak sesuai dengan konten situs, kemungkinan harus membeli di
tempat lain.
• Tanyakan sebelum membeli. Salah satu cara termudah untuk
menghindari penipuan online adalah pastikan transaksi dengan situs
yang sah. Selain memeriksa URL untuk validitas, proses dua langkah
sederhana ini akan membantu memastikan situs itu asli. Pertama,
periksa bahwa situs memiliki "About us" atau "Contact us", halaman
valid dengan informasi kontak yang terdaftar. Kedua, pastikan
perusahaan memiliki beberapa jenis akun media sosial.
• Gunakan metode pembayaran yang terpisah dari rekening bank
meskipun kartu kredit dan kartu debit dapat digunakan sebagai
metode pembayaran di dalam toko. Penggunaan kartu kredit yang
paling baik digunakan untuk metode pembayaran online. Ketika
Anda membayar melalui kartu kredit, pembayaran secara teknis
80 Kewirausahaan dan UMKM

berasal dari perusahaan kartu kredit sebagai pinjaman, bukan


pembayaran moneter dipotong langsung dari rekening bank.
• Hanya memiliki Satu Identitas Online. Miliki satu alamat email atau
akun sosial media, dan sudah memiliki identitas online. Tidak peduli
seberapa hati-hati berada dalam lingkup e-commerce, cara terbaik
untuk melindungi diri sendiri adalah untuk memantau identitas online
yang aktif.

4.2.4 Dampak E-Commerce Terhadap Praktik Bisnis


Dalam kategori pertama, E-Commerce berdampak pada akselerasi
pertumbuhan direct marketing yang secara tradisional berbasis mail order
(katalog) dan telemarketing. Kemunculan E-Commerce memberikan beberapa
dampak positif bagi aktivitas pemasaran, di antaranya :
• Memudahkan promosi produk dan jasa secara interaktif dan real time
melalui saluran komunikasi langsung via internet.
• Menciptakan saluran distribusi baru yang dapat menjangkau lebih
banyak pelanggan di hampir semua belahan dunia.
• Memberikan penghematan signifikan dalam hal biaya pengiriman
informasi dan produk terdigitalisasi (contohnya: perangkat lunak dan
musik).
• Menekan waktu siklus dan tugas administratif (terutama untuk
pemasaran internasional) mulai dari pesanan hingga pengiriman
produk.
• Layanan pelanggan yang lebih responsif dan memuaskan, karena
pelanggan bisa mendapatkan informasi lebih rinci dan merespon
cepat secara online.
• Memfasilitasi mass customization yang telah diterapkan pada
sejumlah produk seperti komputer (Dell Computer Inc.), kosmetik
(www.reflect.com), mobil, rumah, permata, bingkisan hadiah (gift),
kartu ucapan, bunga, asuransi, jasa perjalanan wisata, buku, CD,
mebel, arloji, T-shirt, dan berbagai macam produk lainnya.
• Memudahkan aplikasi one-to-one atau direct advertising yang lebih
efektif dibandingkan mass advertising.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 81

• Menghemat biaya dan waktu dalam menangani pesanan, karena


sistem pemesanan elektronis memungkinkan pemrosesan yang lebih
cepat dan akurat.
• Menghadirkan pasar maya/virtual (marketspace) sebagai komplemen
pasar tradisional (marketplace).

Dalam hal transformasi organisasi, E-Commerce mengubah karakteristik


pekerjaan, karir, dan kompensasi. E-Commerce menuntut kompetensi,
komitmen, kreativitas, dan fleksibilitas karyawan dalam beradaptasi dengan
setiap perubahan lingkungan yang ramping; bercirikan pemberdayaan dan
desentralisasi wewenang, beranggotakan knowledge based workers; mampu
beradaptasi secara cepat dengan teknologi baru dan perubahan lingkungan
(learning organisation); mampu dan berani bereksperimen dengan produk,
jasa, maupun proses baru; dan mampu mengelola perubahan secara strategik.
Sedangkan dalam hal redefinisi organisasi, E-Commerce memunculkan model
bisnis baru yang berbasis jasa online di marketspace. Hal ini dapat berdampak
pada redefinisi misi organisasi dan cara organisasi menjalankan bisnisnya.
Perubahan ini antara lain meliputi peralihan dari sistem produksi massal
menjadi pemanufakturan just in time (JIT) yang lebih customized, integrasi
berbagai sistem fungsional (seperti produksi, keuangan, pemasaran, dan
sumber daya manusia), baik secara internal maupun dengan mitra bisnis dan
pelanggan; penerapan sistem pembayaran baru, seperti electronic cash;
penguasaan sistem informasi dan teknologi mutakhir; dan penerapan sistem
belajar dan pelatihan online.

4.2.5 Pengembangan Sistem E-Commerce


Untuk pengembangan sistem E-Commerce, terdapat beberapa tahapan yang
dapat dilakukan:
a Pengembangan website sederhana dengan tujuan untuk
memperkenalkan perusahaan dan produk kepada konsumen,
sekaligus meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
b Product cataloging, penyimpanan sebagian besar/seluruh produk
perusahaan dalam basisdata yang terkoneksi pada internet yang
memudahkan perusahaan dalam memelihara data produk yang ada
dan memungkinkan pencarian produk secara interaktif tetapi belum
sampai kepada pembayaran secara online.
82 Kewirausahaan dan UMKM

c Full e-commerce dengan kemampuan product cataloging ditambah


dengan kemampuan untuk menerima pembayaran secara online dan
proses-proses lainnya secara online.

Dua aturan klasik yang ada dalam traditional commerce adalah menawarkan
sesuatu yang bernilai dan menawarkan produk atau layanan dengan harga
pantas. Sedangkan untuk e-Commerce, terdapat beberapa aturan yang perlu
ditambahkan, yaitu penggunaan website yang menyenangkan dari segi
estetika, mudah digunakan dan cepat, memotivasi orang untuk
mengunjunginya, betah, dan kembali memanfaatkannya. Keberadaan website
harus diumumkan agar semakin banyak pengunjungnya sehingga diharapkan
jumlah pembeli juga meningkat.
Di dalam sistem e-Commerce terdapat lima subsistem umum, yaitu:
a Inventory Management System
• Mengelola informasi mengenai produk yang dijual
• Informasi berupa: nama dan deskripsi produk, harga, kuantitas,
dan lain-lain.
• Fitur: katalog produk, informasi rinci dari produk, pencarian
produk secara cepat, pengawasan stok, dan lain-lain.
b Profile Management System
• Mengelola informasi mengenai pelanggan
• Informasi dapat berupa: nama, alamat, nomor telepon, nomor
kartu kredir (opsional), dan lain-lain.
• Fitur: registrasi pelanggan, pengubahan profil pelanggan,
pelacakan kata sandi, pengiriman tanggapan, promosi, dan lain-
lain.
c Ordering Management System
• Menerima dan memroses pemesanan
• Informasi dapat berupa: produk yang dipesan, harga pembelian,
kuantitas produk, tanggal pemesanan dan pengiriman, status
pemesanan, dan lain-lain.
• Terkait erat dengan inventory dan profile
• Fitur: shopping cart, pembayaran, histori pemesanan, dan lain-
lain.
Bab 4 Kewirausahaan dan E-Commerce 83

d Shipping/Delivery Management System


• Mengelola pengiriman produk dan status
• Dua cara penerimaan produk: unduh langsung, jasa agen
pengiriman
• Terkait erat dengan Profile dan Ordering Management System
e Reporting System
• Menghasilkan laporan sesuai dengan yang diinginkan
• Contoh: seberapa tinggi tingkat penjualan dalam suatu periode,
besarnya laba yang dicapai, distribusi laba pada tiap produk,
siapa pelanggan terbaik
• Fitur khusus: membantu peramalan (forecasting), membantu
pembuatan keputusan, membantu penelaahan pola perilaku
pelanggan
84 Kewirausahaan dan UMKM
Bab 5
Berbagai Bentuk Risiko Bisnis
dalam Kewirausahawanan

5.1 Pendahuluan
Semua kegiatan bisnis tidak dapat menghindari yang namanya risiko. Semua
bisnis yang dijalankan di dunia manapun pasti memiliki risiko. Ketika seseorang
memutuskan untuk terjun sebagai entrepreneur, maka harus siap menghadapi
segala macam bentuk risiko. Bahkan yang fatal salah satu risko yang bakal
dihadapi seorang entrepreneur yang baru mulai atau yang telah lama menjadi
entrepreneur adalah risiko kerugian bisnis yang berkibat pada kebangkrutan.
Tidak ada semua bisnis dengan skala apapun yang tidak memiliki risiko. Di
jaman sekarang ini masih banyak pribadi atau kelompok yang enggan
menjalankan usaha sendiri karena takut dengan namanya risiko kerugian. Yang
terpenting salah satu cara untuk dapat menghadapi risiko yang bakal dihadapi di
dalam menjalankan bisnis adalah melalui manajemen risiko (risk management)
tersebut sehingga risiko bisnis yang berpotensi merugikan bisnis dapat
diminimalisir (risk minimize) serta tidak terdampak.
Perkembangan bisnis saat ini bergerak sangat cepat. Jika pengusaha tidak
melakukan antisipasi, maka bukan mustahil bisnis yang dijalankan akan
semakin tertinggal. Perubahan yang terjadi bila tidak segera diantisipasi, maka
dapat berakibat pada sesuatu yang fatal bagi perusahaan. Jika dahulu, perubahan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, namaun saat ini perubahan dapat
berlangsung sangat cepat, bahkan dalam hitungan minggu atau bulan sudah
muncul inovasi baru.
86 Kewirausahaan dan UMKM

Untuk itu mari kita lakukan penanganan terhadap risiko yang bakal dihadapi
ketika kita memutuskan untuk menajdi entrepreneur. Jangan sampai akibat
adanya risiko yang bakal dihadapi, lalu kita mengurungkan diri untuk menjadi
entrepreneur. Untuk itu jangan risiko menajadikan hambatan bagi kita untuk
menajdi seorang entreprenur. Semakin besar skala usaha yang kita jalankan,
semakin besar pula risiko yang akan kita hadapi. Dengan melalui suatu tools
yang tepat, maka risiko dalam bisnis yang kita jalankan dapat kita atasi.

5.2 Risiko
5.2.1 Pengertian Risiko
Ada banyak pengertian tentang risko dari para ahli, seperti Griffin dan Ebert
(1996) mendefinisikan risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian masa
depan. Kemudian Sutarno (2012) mengartikan risiko sebagai suatu keadaan
yang dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Sedangkan Fahmi (2013) mendefinisikan risiko sebagai bentuk
keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan saat ini.
Selain itu ada beragam pengertian risiko dari lembaga maupun peraturan
pemerintah, seperti Bank Indonesia (2003) yang mendefinisikan risiko adalah
potensi timbulnya suatu kerugian akibat terealisasinya suatu kejadian tertentu
yang diperkirakan. Sedangkan Risiko menurut ISO 31000: 2009 adalah dampak
dari ketidakpastian terhadap pencapaian objektif (Sitanggang, Simarmata dan
Luthan, 2019). Sedangkan, pengertian risiko berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 60 Tahun 2008 yaitu kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran instansi pemerintah.

5.2.2 Komponen Risiko


Adapun komponan tentang risiko menurut Hidayat (2015), antara lain:
a. Risiko Inhern (Inhern Risk)

Merupakan risiko yang secara intrinsik lahir karena terjadi suatu aktivitas dan
melekat pada aktivitas itu sendiri
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 87

b. Risiko yang Terkendali (Controlled risk)

Merupakan bagian dari risiko inhern yang dapat dikendalikan melalui aplikasi
atau aktivitas pengendalian tertentu.
c. Risiko Residual (Residual Risk)

Merupakan tingkatan atau besaran risiko yang tetap melekat pada suatu aktivitas
tertentu walaupun aplikasi pengendalian telah ditetapkan.

5.2.3 Tipe Risiko


Dalam rangka memudahkan di dalam pengenalan risiko, maka perlu dilakukan
klasifikasi terhadap tipe dari risiko tersebut. Fahmi (2013) membagi tipe risiko
ke dalam 2 tipe, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative
risk).
Adapun penjelasan dari risiko tersebut adalah sebagai berikut :
a. Risiko murni (pure risk).

Risiko murni merupakan suatu risiko di mana kemungkinan terjadinya


keuntungan tidak ada, akan tetapi kemungkinan kerugian ada. Dalam hal ini
suatu risiko murni dapat dikelompokkan ke dalam 3 tipe risiko, yaitu :
1. Risiko aset fisik. Merupakan suatu risiko yang berakibat pada
timbulnya kerugian pada suatu aset fisikdi perusahaaan. Adapun
contohnya seperti kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus,
dan lain sebagainya.
2. Risiko karyawan. Merupakan risiko yang terjadi karena apa yang
dialami oleh karyawan yang sedang bekerja diperusahaan / organisasi.
Adapun contohnya kecelakaan kerja karyawan yang menyebabkan
aktivitas perusahaan menjadi terganggu.
3. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Adapun contohnya terjadinya perselisihan dengan perusahaan lain
sehingga adanya persoalan seperti ganti kerugian.
88 Kewirausahaan dan UMKM

b. Risiko spekulatif (specullative risk)

Risiko spekulatif merupakan suatu risiko di mana kemungkinan terjadinya


untung ada, serta keungkinan terjadinya kerugian juga ada. Dalam hal ini suatu
risiko spekulatif dapat dikelompokkan ke dalam 3 tipe risiko, yaitu :
1. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan suatu
pergerakan harga di pasar yang bervariasi. Adapun contohnya seperti
terjadi penrunan harga saham yang berpotensi menimbulkan kerugian.
2. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party
(debitur) gagal dalam memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.
Adapun contohnya seperti timbulnya kerdit macet, dan persentase
piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas. Merupakan risiko yang terjadi akibat
ketidakmampuan di dalam memenuhi kebutuhan kas. Adapun
contohnya seperti kepemikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar utang secara tepat, sehinbgga menyebabkan perusahaan
harus menjual aset yang dimilikinya.
4. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada suatu
kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contohnya
seperti terjadinya kerusakan pada komputer karena berbagai hal
termasuk terkena serangan virus.

5.2.4 Suatu Ketidakpastian dalam Risiko


Di suatu risiko, pasti terdapat yang namanya ketidakpastian. Ketidakpastian
yang dihadapi sangat kompleks. Mulai dari ketidakpastian lingkup ekonomi
makro, ketidakstabilan finansial serta kirisi yang melanda.
Adapun karaktersitik dari risiko menurut Djojosoedarso (1999), antara lain:
a merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
b Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan
kerugian.
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 89

5.3 Manajemen Risiko


5.3.1 Pengertian Manajemen Risiko
Pengertian Manajemen Risiko Menurut Kerzner (1995) adalah seperangkat
kebijakan, prosedur yang lengkap yang dimiliki organisasi untuk mengelola,
memonitor dan mengendalikan risiko yang mungkin muncul. Sedangkan
menurut Djojosoedarso (1999), manajemen risiko adalah pelaksanaan
fungsifungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang
dihadapi oleh organisasi, perusahaan, keluarga, dan masyarakat. Kemudian
Fahmi (2014) mendefinisikan manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.

5.3.2 Unsur Manajemen Risiko


Menurut Kountur dalam Hidayat (2015) terdapat tiga unsur yang penting dari
suatu kegiatan yang dianggap masih sebagai risiko, antara lain :
1. Merupakan suatu kejadian
2. Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan
3. Jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian

5.3.3 Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko


Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko dalam rangka mengidentifikasi
potensi risiko yang bakal terjadi dalam rangka meminimalisir kerugian yang
bakal terjadi serta memilih, mengelola, dan memindahkan risiko dalam rangka
mengoptimalkan kinerja bisnis.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan manajemen risiko bagi
perusahaan di lingkungan bisnis menurut Fahmi (2013), antara lain :
a. Perusahaan memiliki ukuran yang kuat sebagai pijakan dalam
mengambil setiap keputusan, sehingga pemegang posisi strategis di
perusahaan menjadi lebih berhati-hati dan selalu menempatkan
ukuran-ukuran di dalam berbagai keputusan.
90 Kewirausahaan dan UMKM

b. Mampu memberi arah bagi perusahaan dalam melihat pengaruh yang


mungkin timbul dalam jangka pendek dan jangka panjang.
c. Mendorong para pemegang posisi strategis di perusahaan dalam
mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan
menghindari dari pengaruh terjadinya suatu kerugian khususnya
kerugian dari segi finansial
d. Memungkinkan suatu perusahaan meraih risiko yang kerugian yang
minim
e. Dengan merancang Konsep manajemen risiko dengan detail, artinya
perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara
berkelanjutan (sustainable).

5.4 Risiko Dalam Kewirausahawanan


Dalam dunia kewirausahawanan, risiko tidak bisa dihindari dan harus dihadapi
oleh seorang wirausahawan. Menurut Kiam dalam Winarto (2002), seorang
wirausahawan harus berani bermain dengan risiko, bahkan sebagai seorang
wirausahawan harus berani mengubah risiko menjadi peluang, adapunb risiko
yang harus diambil oleh para wirausahawan adalah risiko yang telah
diperhitungkan dengan matang. Adapun lingkup risiko dari risiko dalam
kewirausahawanan meliputi banyak aspek lingkungan bisnis

5.4.1 Risiko di Lingkungan Bisnis


Lingkungan bisnis menurut Sutarno (2012) adalah semua kondisi dan kekuatan
yang ada di dalam maupun diluar setiap unit bisnis, yang memengaruhi arah
kebijakan dan dari suatu perusahaan dalam mengelola aktivitas bisnisnya.
Pembagian lingkungan bisnis secara sistematis dapat dikelompokkan ke dalam
dua lingkungan, yaitu :
1. Lingkungan Internal

Merupakan lingkungan dalam dunia bisnis yang berdampak langsung terhadap


bisnis. Adapun faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan internal menurut
Solihin (2009) meliputi :
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 91

a Resource, merupakan sekumpulan aset perusahaan dalam bentuk aset


berwujud (seperti fasilitas pabrik, prosuk, persediaan bahan baku dan
sebagainya), maupun dalam bentuk aset tidak berwujud (seperti citra
merek ataupun reputasi perusahaan)
b Capabilities, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan
untuk mengkoordinasikan sumber daya yang dimiliki dan
memberdayakan sumber daya secara produktif. Adapun unsur-
unsurnya meliputi struktur organisasi, proses organisasi, sistem
pengendalian organisasi, keahlian sumber daya manusia, dan
pengetahuan sumber daya manusia.
2. Lingkungan Eksternal

Merupakan lingkungan dalam dunia bisnis yang tidak berdampak langsung


terhadap bisnis. Menurut Value Based Management dalam Solihin (2009),
bahwa lingkungan eksternal terdiri atas kategori lingkungan umum (terdiri atas
PEST Analysis yang mencakup Political, Economic, Social, and
Technological). serta lingkungan tugas (yang terdiri atas pelanggan, pesaing,
pemasok, tenaga kerja, industri dan keuangan). Lingkungan eksternal bisnis saat
ini menjadi perhatian khusus perusahaan di dalam menjalankan serta menjaga
eksistensi bisnisnya di tengah persaingan yang sangat ketat. Value Based
Management dalam Solihin (2009) menyebut analisis terhadap lingkungan
umum perusahaan terdiri atas PEST Analysis yang mencakup Political,
Economic, Social, and Technological.
Adapun alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah eksternal yang diakronimkan menjadi PESTLE
menurut Burtonshaw-Gunn (2011), antara lain:
• Political (Politik),
• Economic (Ekonomi),
• Social (Sosial),
• Technology (Teknologi),
• Legal (Perundang-undangan)
• Environmental (Lingkungan)

Terkait dengan adanya peristiwa banjir di kota Jakarta maupun bencana lain
seperti gempa bumi ini mengingatkan kepada para wirausahawan bahwa faktor
92 Kewirausahaan dan UMKM

Disaster (Bencana) perlu menjadi perhatian khusus di dalam menjalankan


bisnis. Kemudian terkait dengan adanya wabah virus korona / corona virus
(Covid 19) di yang melanda kota Wuhan di negara Tingkok yang berpengaruh
terhadap jalannya ekonomi di seluruh dunia, maka faktor Health (kesehatan)
menjadi perhatian penting dari para wirausahawan dalam menjalankan
bisnisnya.
Berdasarkan penjelasan yang ada tentang lingkungan eksternal bisnis, maka
dapat disusun faktor-faktor eksternal di lingkungan bisnis yang menjadi "sinyal“
dan indikator bagi para wirausahawan dalam menjalankan bisnsinya yang
meliputi:
a. Political (Politik)

Kondisi politik yang terjadi menjadi alasan bagi wirausahawan untuk menahan
atau melakuka berbagai aktivitas bisnisnya. Kondisi politik yang penuh konflik
dan kegaduhan dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan kondisi di masyarakat.
kita dapat belajar dari peristiwa kerusuhan 1998 yang membuat industri lumpuh,
harga meroket, rasa aman dan lain sebagainya.
b. Economic (Ekonomi)

Kondisi ekonomi yang terjadi berpengaruh terhadap keinginan dan daya beli
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila daya beli
masyarakat lemah, maka imbasnya bisnis yang dijalankan para wirausahawan
ikut lesu.
c. Social (Sosial),

Kondisi sosial di masyarakat dapat berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup


di masyarakat yang menyangkut cara hidup sehat, pemilihan fesyen, cara
bersosialisasi, mengisi waktu liburan dan lain sebagainya.
d. Technology (Teknologi)

Teknologi menjadi kompetisi antar wirausahawan menjadi semakin kompleks,


teknologi juga dapat menjadi ancaman bagi wirausahawan yang tidak adaptif
terhadap terjadinya kemajuan teknologi.
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 93

e. Legal (Perundang-undangan)

Lingkup hukum meliputi fleksibilitas, adaptasi, dan aturan hukum yang


mengatur aktivitas bisnis. Perubahan suatu regulasi dapat memberikan suatu
dampak yang signifikan bagi wirausahawan. Reulasi yang yang dibuat dapat
dengan tidak berpihak kepada kepentingan umum membuat wirausahawan
menjadi bingung dan terpuruk di dalam menjalankan bisnisnya.
f. Environmental (Lingkungan)

Faktor lingkungan bisnis menjadi salah satu faktor menjadikan suasana bisnis
yang dijalani wirausahawan dapat berjalan kondusif. Faktor lingkunagn ini
menyangkut hubungan atau relasi terjalin antara wirausahawan dengan pihak
luar.
g. Health (Kesehatan)

Semenjak terjadinya wabah korona yang melanda kota Wuhan di negara


Tiongkok, dampaknya sangat signifikan baik di lingkup negara Tiongkok
sendiri maupun dengan negara lain seperti berdampak penularan di 24 negara,
dengan korban terinfeksi 14.557 orang serta mengakibatkan 479 orang
meninggal (data hingga 20 Februari 2020). Indonesia sendiri sempat terguncang
dengan peristiwa wabah kesehatan yang mengenai masyarakat Indonesia seperti
wabah flu burung, wabah Sars dan wabah Mers. Adapun wabah kesehatan
melanda di suatu negara serta mengganggu bisnis di suatu negara antara lain :
Tabel 5.1: Wabah Kesehatan di Dunia
Wabah Tahun
Flu Spanyol 1918

Flu Asia 1956-1958

Flu Hongkong 1968

Flu Burung 2003

Sars 2003

Flu Babi 2009


94 Kewirausahaan dan UMKM

Mers 2012

Ncov/Korona 2019

Sumber : Berbagai Sumber , Diolah


h. Disaster (Bencana)

Merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh gejala atau
faktor alam seperti tanah longsor, banjir, kebakaran hutan, gempa bumi, gempa
bumi, tsunami dan lain sebagainya. Dampak dari suatu bencana dapat
berpengaruh terhadap wirausahawan di dalam menajalankan aktivitas bisnis. Di
mana bisnis yang dijalankan harus terhenti hingga menutup bisnisnya jika faktor
bencana dirasakan parah dampaknya.

5.4.2 Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity


(VUCA)
Pertumbuhan teknologi yang cepattelah menyebabkan persaingan yang ketat
dan tingkat percepatan perubahan yang inovatif di pasar. Selain itu kita sedang
berada di era disrupsi, saat ini kita juga memasuki era VUCA, yang merupakan
singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Volatility
berarti merupakan keadaan yang tidak menentu serta rentan terhadap terjadinya
perubahan. Uncertainty merupakan suatu ketidakpastian dan keadaan yang
penuh ddengan kejutan yang dapat terjadi kapan saja. Complexity merupakan
siatuasi yang penuh dengan kerumitan, dan Ambiguity merupakan keadaan
mengambang yang menyebabkan kebingungan untuk membaca arah dengan
jelas.
Era VUCA menggambarkan situasi bisnis di dunia yang mengarah
ketidakpastian dan mudah berubah sehingga perusahaan tidak dapat
menggunakan cara lama lagi di dalam menjalankan bisnisnya VUCA
menimbulkan kecemasan dari para wirausahawan. Menurut Aribowo (2018) Di
tengah era Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. (VUCA) maka
perusahaan harus melakukan inovasi dalam rangka menunjang keberlanjutan
bisnis perusahaan. implementasi dari inovasi dalam rangka menunjang
keberlanjutan bisnis antara lain memperkuat research and development (R & D)
dengan terus melakukan pengembangan digital skills serta mencoba dan
menerapkan prototype teknologi terbaru. dan kemudian memanfaatkan
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 95

kemajuan teknologi sebagai sarana untuk melakukan inovasi seperti mobile


application, internet of things, artificial intelligence.
Di tahun 2020 ini ada serangkaian peristiwa di sektor bisnis secara global yang
secara tidak langsung memengaruhi aktivitas bisnis global :
Tabel 5.2: Perisitiwa yang Berdampak VUCA Pada Sektor Ekonomi Makro
Negara

No. Peristiwa Berdampak Terhadap


Indonesia

1. Perang Dagang Amerika Terdapat dampak besar di


Serikat dan Tiongkok yang sektor perdagangan
belum berakhir
2 Keluarnya negara Inggris Terdampak dampak kecil di
dari Uni Eropa (Brexit) sektor perdagangan

3 Disrupsi Teknologi Terdampak pada di seluruh


sektor bisnis

4 Ncov 19/Virus Korona Terdampak dampak besar di


sektor pariwisata

5.5 Penanganan Risiko Dalam


Kewirausahawanan
5.5.1 Pengelolaan Risiko
Dalam suatu aktivitas bisnis apapun, suatu risiko pasti terjadi dan mustahil untuk
dihindari. Tinggal bagaimana cara kita mengelola dari risiko tersebut. Respon
kita di dalam penanganan risiko harus teridentifikasi serta disesuaikan dengan
tingkat kesulitan dan kesesuaian biaya.
Secara garis besar menurut Supranto dan Hakim (2013) bahwa terdapat 3
kelompok karakter orang terkait dengan adanya risiko, yaitu :
96 Kewirausahaan dan UMKM

a Pencari / pengambil risiko (risk taker)


b Bersikap netral terhadap risiko (risk neutral)
c Penghindar terhadap risiko (risk averter/avoider)

Adapun cara pengelolaan risiko tersebut dapat dilakukan dengan cara :


a. Penghindaran Risiko
Merupakan suatu keputusan untuk tidak melakukan aktivitas bisnis
sama sekali atas bakal terjadinya risiko yang bakal dihadapi.
b. Transfer Risiko
Merupakan suatu keputusan yang diambil dengan tujuan untuk
memindahkan kemungkinan risiko ke pihak lain atau pihak ketiga
c. Pengurangan Risiko
Merupakan keputusan yang diambil dengan tujuan untuk mengurangi
dampak risiko yang terjadi dri suatu aktivitas bisnis.
d. Penundaan Risiko
Merupakan keputusan menunda suatu aktivitas bisnis dalam rangka
penundaan risiko yang bakal dihadapi
e. Penerimaan Risiko
Merupakan suatu keputusan untuk melaksanakan aktivitas bisnis
dengan konsekuensi menerima risiko yang bakal dihadapi.

5.5.2 Penanganan Terhadap Dampak Risiko


Terjadinya suatu peristiwa atau kejadian dapat menimbulkan suatu risiko dapat
berdampak yang mengikutinya. Tentunya dampak tersebut harus dilakukan
penanganan agar dampak tersebut tidak berakibat buruk terhadap bisnis yang
dijalankan oleh wirausahawan. Adapun unsur dari penanganan terhadap
dampak risiko dapat di dalam aktivitas bisnis meliputi : Kejadian, Dampak, dan
Penanganan, dan antisipasi agar tidak terulang lagi.
Berikut ini diuraikan penanganan terhadap dampak risiko terhadap aktivitas
bisnis yang dijalankan.
1. Sektor Bisnis Makanan dan minuman (Food and beverage)

Bisnis makanan dan minuman sekarang ini berkembang dengan pesat di


berbagai skala (kecil, sedang, dan besar), faktor permintaan konsumen yang
tinggi disertai gaya hidup dan tingkat pendapatan masyarakat menjadikan
Bab 5 Berbagai Bentuk Risiko Bisnis dalam Kewirausahawanan 97

permintaan terhadap makanan dan minuman menjadi booming di masyarakat.


Tentunya ada risiko yang dapat melanda di sektor makanan dan minuman.
Tabel 5.3: Penanganan Terhadap Dampak Risiko di Sektor Bisnis Makanan
dan Minuman
No. Kejadian Dampak Penanganan Antisipasi
1 Produk Produk 1. Memusnahkan 1. Pengecekan
kadaluarsa tidak laku atau tanggal
dihancurkan kadaluarsa
2. Memperhitungkan
kembali tanggal
kadaluarsa dengan
jumlah
pemesanan.
2 Desain Selera 1. Melakukan 1. Pengawasan dan
kemasan konsumen bundling peningkatan
buruk turun dengan produk terhadap kualitas
lain dari desain
2. Memberikan kemasan
pemotongan 2. Mengikuti tren
harga terkini di
masyarakat.
Sumber : Olahan Penulis

2. Sektor Jasa Pencucian Pakaian / Laundry

Bisnis jasa pencucian pakaian atau lebih dikenal denga nama laundry,
merupakan salah satu sektor bisnis yang mempunyai potensi keuntungan besar.
Akan tetapi di dalam pengelolan bisnis ini, tetap ada risiko yang harus ditangani
agar tidak berdampak.
98 Kewirausahaan dan UMKM

Tabel 5.4: Penanganan Terhadap Dampak Risiko di Sektor Bisnis Makanan


dan Minuman
No. Kejadian Dampak Penanganan Antisipasi
1 Hasil Kompalin 1. Memberikan 1. Melakukan
pencucian dari kompensasi perjanjian dan
buruk konsumen berupa cuci pengecekan
(pakaian gratis atau dengan konsumen
luntur) penggantian tentang adanya
nominal ganti risiko kerusakan /
rugi luntur pada
pakaian
2 Pakaian Komplain 1. Penelusuran / 1. Penghitungan
konsumen dari pencarian ulang terhadap
tertukar konsumen pakaian yang pakaian yang akan
hilang. dicuci
2. Pencatatan
terhadap pakaian
yang dicuci.
Sumber : Olahan Penulis
Bab 6
Memulai Usaha Dari Rumah
Sebagai Peluang Usaha Baru

6.1 Pendahuluan
Zaman yang semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan, ini diperkuat dengan
banyaknya jumlah orang setelah selesai menamatkan kuliah kebingungan dan
berkeluh kesah tentang memilih pekerjaan atau membuka usaha, atau menjadi
pekerja atau menjadi pengusaha. Memulai berwirausaha harus memiliki
kejelian dalam melihat peluang usaha dan mampu bertahan di segala musim
perkembangan dunia usaha. Kreatifitas yang dibangun berdasarkan inovasi
untuk memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan
pekerjaan, untuk menghasilkan suatu produk yang baru serta dapat berguna bagi
orang lain. Keinginan untuk menjadi pengusaha yang sukses tentu menjadi
idaman banyak kalangan, tetapi mereka bingung harus memulai usahanya
darimana. Bahkan banyak orang yang menghentikan cita-citanya untuk menjadi
pengusaha dikarenakan tidak tahu caranya bagaimana memanfaatkan peluang
yang ada ditambah dengan kemampuannya sendiri dalam berwirausaha.
Ciri-ciri peluang usaha disini sangat beragam mulai dari tersedianya tempat
yang stategis untuk usaha, jenis usaha yang sesuai di tempat tersebut, dan
lingkungan yang mendukung untuk berwirausaha. Mulai dari Jenis usaha,
modal, inovasi, krativitas, tempat, bahan baku yang dikembangkan dan masih
banyak lainnya. Jenis usaha itu bermacam-macam dan kita harus tahu usaha apa
yang sesuai dengan lingkungan kita, selanjutnya bagaimana menentukan tempat
100 Kewirausahaan dan UMKM

yang strategis untuk berwirausaha dan menentukan lingkungan yang cocok


untuk berwirausaha.

6.2 Pembentukan Karakter Wirausaha


Mewujudkan perkembangan wirausaha yang kreatif dan inovatif sangat
diperlukan, apalagi saat ini pemerintah konsen dalam mendorong tumbuhnya
wirausaha melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dengan harapan
masyarakat semakin banyak yang menjadi wirausaha, sehingga ekonomi
mereka menjadi mandiri dan tidak akan lagi bergantung pada sistem ekonomi
kapitalis. Pemerintah telah menyediakan modal bagi para pengusaha agar benar-
benar produktif dengan bunga yang kompetitif, hasil keuntungan usaha
disimpan di bank-bank dalam negeri, sehingga perputaran uang semakin lancar,
dengan hal tersebut modal mereka akan bertambah sehingga mampu menembus
pangsa pasar global, yang nantinya menaikkan neraca ekspor-impor dan akan
menambah devisa negara secara signifikan, maka dengan hal tersebut sangatlah
jelas, bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting untuk
menaikkan harkat martabat suatu bangsa dikancah internasional.
Melakukan kegiatan wirausaha dapat dikelola sendiri atau dikelola orang lain.
Apabila dikelola sendiri berarti pengusaha memiliki modal uang dan
kemampuan yang langsung terjun dalam mengelola usahanya sendiri.
Sementara itu, jika dikelola melalui orang lain maka pengusaha cukup menyetor
sejumlah uang dan pengelolaan usahanya diserahkan kepada pihak lain.
Ketergantungan pada orang lain menjadi dilema tersendiri karena semua hal
yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang ingin kita lakukan. Kunci
keberhasilan seorang wirausaha terletak pada bagaimana sikap mandiri dan ide-
idenya yang realistis. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk
bersikap mandiri. Dalam melaksanakan fungsinya seorang wirausaha harus
selalu percaya pada diri sendiri, selalu percaya pada ide dan kemampuan sendiri
dan tidak bisa dipengaruhi oleh pendapat orang lain.
Eddy Soeryanto Soegoto (2015) Entrepreneur adalah orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna
memastikan kesuksesan (Geoffrey G. Meredith et. Al, 1996).
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 101

Gambar 6.1: Proses Pembentukan Karakter Wirausaha Menurut Bygrave


(dalam Buku R. W. Suparyanto, 2013)
Di bawah ini dikemukakan karakteristik wirausaha menurut pendapat Bygrave
(2003), yang terkenal dengan istilah 10 D, yaitu sebagai berikut :
1. Dream (mimpi)

Seorang wirausaha mempunyai visi keinginan terhapad masa depan pribadi dan
bisnisnya serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
2. Decisiveness (ketegasan)

Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat
keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan
mengambil keputusan adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnisnya.
3. Doers (pelaku)

Bahwa seorang wirausaha akan langsung menindaklanjuti keputusan yang


diambilnya. Mereka melaksanakan kegiatan secepat mungkin. Seorang
102 Kewirausahaan dan UMKM

wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya.


Wirausaha selalu beranggapan bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali.
4. Determination (determinasi)

Seorang wirausaha melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian. Rasa


tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dihadapkan pada
halangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat diatasi.
5. Dedication (dedikasi)

Seorang wirausaha di dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mengenal lelah.


Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan
bisnisnya.
6. Devotion (pengabdian)

Wirausaha mencintai apa yang dikerjakannya. Rasa cinta dapat menahan


wirausahawan ketika usaha mereka mendapat kesulitan. Rasa cinta akan produk
atau jasa dapat menyebabkan efektif dalam menjualnya.
7. Details (cermat)

Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor krisis secara rinci. Dia


tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan
usahanya.
8. Destiny (nasib)

Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada
orang lain.
9. Dollars (uang)

Seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasi


utamanya bukan karena uang, uang dianggap sebagai kesuksesan bisnisnya. Ia
berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapatkan laba, bonus
atau hadiah.
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 103

10. Distribute (distribusi)

Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada


orang-orang kepercayaannya, yaitu orang-orang yang kritis dan diajak untuk
mencapai sukses dalam bidang bisnis.
Selain ciri-ciri yang telah dikemukakan di awal, berikut ini akan dijelaskan
secara lebih mendalam mengenai karakterisitik seorang wirausahawan yang
disarikan dari berbagai sumber :
1. Memiliki Kreatifitas Tinggi

Kreativitas memiliki dua aspek penting yakni pada proses dan manusia. Proses
yang berorentasi pada tujuan yang ditetapkan, dan desain untuk mencapai solusi
suatu permasalahan. Sedangkan manusia merupakan sumber daya yang
menentukan solusi dari proses yang dibuat. Proses tetap sama, namun
pendekatan yang digunakan dapat bervariasi. Antara wirausahawan yang satu
dan yang lainnya pastilah melakukan cara atau strategi yang berbeda-beda
dalam membangun bisnisnya. Cara atau strategi inilah yang menentukan hasil
akhir yang dihasilkan. Semakin kreatif orang tersebut menggunakan peluang
yang ada, maka semakin baik pula hasil dari bisnis yang mereka jalankan.
Menurut Teodore Levit (2007), kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru
(thinking new thing), oleh karena itu menurutnya, kewirausahaan adalah
berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan
cara-cara baru. Menurut Zimmerer (2008) mengungkapkan bahwa, ide-ide
kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan
berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah
menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from
nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan
memperkaya kehidupan (inovation is the ability to apply creative solutions to
those problems opportunities to enhance or to enrich people’s live). Rahasia
kewirausahaan terletak dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak
pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih
peluang yang dihadapi tiap Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya
cipta) setelah itu melahirkan inovasi.
104 Kewirausahaan dan UMKM

2. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan


Tanggung Jawab

Untuk memulai menjadi wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam


usahanya dan tekad yang bulat di dalam mencurahkan semua perhatianya pada
usaha yang akan digelutinya, di dalam menjalankan usaha tersebut seorang
wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-
nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-
setengah dalam berusaha, berani menanggung risiko, bekerja keras, dan tidak
takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang
sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat
apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting
sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah: rasional,
disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan
bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi. Di Timur,
orang Jepang menghayati “bushido” (etos para samurai) perpaduan Shintoisme
dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen H. Sinamo (2011) sebagai
“karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido, adalah :
a Gi: Keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan
kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah,
terhormat,
b Yu: Berani, ksatria,
c Jin: Murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama,
d Re: Bersikap santun, bertindak benar,
e Makoto : Tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya,
tanpa pamrih,
f Melyo : Menjaga kehormatan martabat, kemuliaan,
g Chugo : Mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena
mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan
berkualitas.
3. Mandiri atau Tidak Ketergantungan

Kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new
and different) dengan cara berpikir kreatif dan bertindak secara inovatif untuk
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 105

menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan, maka seorang wirausaha


dituntut harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkan ide-
ide yang spektakuler terutama di dalam menciptakan peluang usaha di dalam
dirinya, serta dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus
bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu
menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber
yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa
yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
4. Berani Menghadapi Risiko

Pada abad ke 18 orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur


bernama Richard Cantillon dalam bukunya Hisrich (2005), mengatakan bahwa
wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam
mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan
perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya
karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani
mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif,
dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana,
2003). Keberanian untuk menanggung risiko menjadi nilai kewirausahaan
dalam hal pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.
Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-
tugasnya secara realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah
karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin
berhasil.
Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk
mengambil risiko antara lain:
1. Keyakinan pada diri sendiri
2. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan memperoleh keuntungan.
3. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.
106 Kewirausahaan dan UMKM

Pengambilan risiko berkaitan dengan berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri.


Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka
semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan memengaruhi hasil
dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa
yang menurut orang lain sebagai risiko. Oleh karena itu, pengambil risiko
ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana, 2003).
5. Minat Berprestasi Tinggi

Penggerak utama yang berasal dari dalam maupun di luar diri individu yang
mendorong untuk berbuat dan memperlihatkan tingkat kualitas dari
produktivitas sesuai dengan standar yang ditetapkan di dalam pekerjaan
tersebut. Individu yang memiliki minat berprestasi tinggi lebih cenderung
memiliki visi misi ke depan, realistis, dan sering merasa takut gagal dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, penuh inisiatif, dan berusaha untuk
mengembangkan kreativitas.
Individu yang memiliki minat berprestasi selalu dapat menggunakan waktunya
untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya, memikirkan untuk
meningkatkan prestasi kerjanya, lebih berorientasi pada tugas, dan lebih
menyukai tugas yang memberikan tantangan.
6. Memiliki Inovatif yang Tinggi

Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk menjadi seorang wirausaha yang
handal tidaklah mudah, tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang
karean setiap orang dapat belajar berwirausaha. Bagaimana cara
mengembangkan inovasi?
Cara mengembangkan inovasi dapat dilakukan dengan berbagai metode, yang
pertama bahwa wirausahawan harus mengenali hubungan antara objek, proses,
bahan, teknologi dan manusia. Untuk membantu kreativitas, kita dapat
melakukan cara pandang kita terhadap hubungan kita dengan lingkungan alam
sekitar. Orang yang kreatif akan memiliki hubungan intuisi tertentu untuk dapat
mengembangkan dan mengenali hubungan yang baru. Selain kemampuan
inovasi, wirausahawan juga harus memiliki disiplin, jujur, realistis serta
komitmen yang tinggi. Untuk menjadi wirausahawan sejati tidak ada yang
instan semua membutuhkan proses, kerja keras, kerjasama serta menghasilkan
produk dengan inovasi-inovasi baru yang akan dibutuhkan dalam jangka
panjang bagi orang lain.
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 107

7. Selalu Mencari Peluang

Peluang usaha menjadi hal yang paling urgent sebelum membuka suatu usaha.
Begitu banyak peluang usaha di sekitar kita, namun sayangnya tidak semuanya
memiliki potensi yang menguntungkan untuk jangka panjang.
Beberapa ciri peluang usaha yang memiliki potensi yang besar yaitu :
a Memiliki nilai jual
b Dapat bertahan lama dan bersifat kontiniu
c Bukan hanya usaha musiman
d Modal awal tidak terlalu besar
e Bukan hanya sekedar ambisi tapi sifatnya dapat diwujudkan
f Melakukan rancangan (proyeksi) anggaran yang sewaktu-waktu risiko
perubahan harga

6.3 Menemukan Peluang Usaha


Pertanyaan awal yang sering kita tanyakan sebelum membuka peluang usaha
adalah apakah kebutuhan masyarakat yang selalu digunakan dan selalu dicari
yang berbentuk jasa maupun produk baik makanan, minuman, elektronik,
pakaian, alat kecantikan dan sebagainya saat ini atau masa yang akan datang?
Untuk memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat diperlukan suatu
pengamatan terhadap lingkungan usaha secara keseluruhan, yang meliputi
faktor ekonomi, politik, pasar, persaingan, pemasok, teknologi, sosial dan
geografi. Perkembangan lingkungan usaha senantiasa berubah setiap saat,
bahkan perubahannya cukup pesat dan seiring dengan itu terjadi pula perubahan
kebutuhan masyarakat. Untuk menemukan peluang usaha yang prospektif
seharusnya kita sebagai wirausahawan senantiasa mencari informasi yang
terkait dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sumber
informasi dapat diperoleh dari pasar, media sosial, media massa,
instansi/lembaga pemerintah, atau mungkin melalui wawancara dengan para
konsumen. Jadi, peluang untuk membuka usaha senantiasa ada karena
perubahan-perubahan terus berlangsung baik di tingkat individu, produk
maupun ditingkat masyarakat. Kemampuan kita melihat peluang sangat
tergantung dari informasi yang kita peroleh tentang faktor lingkungan usaha.
108 Kewirausahaan dan UMKM

Dari pertanyaan di atas dengan memanfaatkan potensi diri kita, maka dalam
menemukan peluang usaha yang cocok, kita dapat melihat peluang usaha dari
kehidupan sendiri dengan cara :
1. Ide dari masalah yang sering dialamai

Banyak orang terkendala dalam menghadapi masalah sehingga membutuhkan


tempat curhat yaitu orang lain. Kadang orang yang mereka ajak bicara tidak
paham dengan apa yang mereka katakan. Hal ini membuat mereka merasa
kesulitan dalam menemukan orang yang tepat untuk berbagai ide. Lalu kamu
menjadikan dirimu sebagai motivator bagi orang lain dalam menyelesaikan
masalahnya.
2. Ide dari keahlian

Memiliki keahlian yang cukup serta bisa bermanfaat bagi orang lain, misalnya
saja memiliki keahlian dalam penggunaan komputer sehingga membuka kelas
untuk belajar komputer dengan cepat. Keahlian ini bisa dijadikan sebagai
peluang usaha untuk membantu orang lain.
3. Ide dari hobi

Tanpa kita sadari bahwa sering mengalami masalah dalam melakukan sesuatu
dan saat mencari solusinya Anda mungkin juga sedang mencari ide-ide untuk
memulai usaha Anda. Misalnya saja, memiliki hobi makan sehingga dijadikan
ide untuk membuat masakan berupa cemilan atau makanan yang langsung bisa
dimakan untuk mempermudah para konsumen kemudian dipasarkan melalui
mulut ke mulut atau secara online.
Fakta menunjukkan bahwa masih banyak wirausahawan yang memulai
usahanya dengan melihat keberhasilan orang lain dalam menjalankan usahanya
alias latah atau ikut-ikutan dengan orang lain. Padahal belum tentu orang lain
berhasil dalam suatu lapangan usaha, kita juga dapat berhasil dengan lapangan
usaha yang sama. Mungkin saja orang lain berhasil karena potensi diri yang
dimilikinya cocok dengan lapangan usaha tersebut dan kemampuan dia untuk
mengakses informasi terkait dengan usaha yang dijalankannya. Bisa saja kita
mengikuti orang yang telah berhasil dalam suatu lapangan usaha, namun kita
perlu memiliki nilai lebih dari aspek kualitas yang kita tawarkan kepada
konsumen. Namun kemampuan menawarkan aspek kualitas yang lebih tetap
juga terkait dengan potensi diri yang kita miliki. Olehnya itu, dalam memilih
lapangan usaha yang akan kita geluti, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 109

a Peluang usaha yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok untuk
kita sendiri.
b Peluang usaha yang pada masa lalu menguntungkan, belum tentu pada
saat ini masih menguntungkan, atau potensi peluang usaha yang
menguntungkan saat ini belum tentu menguntungkan di masa yang
akan datang.
c Peluang usaha yang berkembang baik di perkotaan ataupun daerah,
belum tentu dapat berkembang dengan baik pula di daerah lain, dan
sebaliknya.
d Pertimbangan-pertimbangan di atas menjelaskan, dalam memilih
lapangan usaha, kita perlu kembali melihat dan mengkaji kondisi
internal kita dan kondisi eksternal di mana usaha kita jalankan, karena
faktor internal dan eksternal ini akan sangat menentukan kesuksesan
kita dalam menjalankan usaha. Faktor internal yang dimaksud seperti
penguasaan sumberdaya (lahan, bangunan, peralatan dan finansial),
penguasaan teknis atau keterampilan, penguasaan manajemen dan
jejaring sosial yang kita miliki. Sedangkan faktor eksternal seperti
peraturan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran, persaingan,
risiko dan prospek ekonomi baik lokal, regional, nasional maupun
global.

6.4 Asal Muasal Gagasan dan Penciptaan


Ide Baru
Asal mula ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau kegiatan yang berkaitan
dengan usaha yang ingin dijalankan, seperti :
1. Perusahaan yang sudah ada

Kebanyakan produk yang sudah ada di pasar belum memenuhi tingkat


kebutuhan konsumen sehingga diperlukan perbaikan produk ataupun
pengembangan produk tersebut. Selain daripada itu penanganan perusahaan
terhadap produk yang kurang baik juga dapat mendorong terciptanya ide untuk
110 Kewirausahaan dan UMKM

cara menangani produk yang dapat menciptakan produk baru yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
2. Perantara Distribusi

Pendistribusian yang dilakukan dengan cara tidak merata atau tidak sesuai
dengan kebutuhan konsumen, ini dapat menimbulkan ide-ide usaha untuk bisa
menyempurnakan atau menciptakan produk baru agar pendistribusi bisa
terhubung kemana saja.
3. Pengembangan Produk

Pengembangan produk yang terjadi saat ini khususnya pada pengembangan


fashion hijab hari ini dituntut bagi para desainer untuk mampu mengembangkan
berbagai model yang bisa dipakai dengan segala suasana yang dibuat untuk
semua kalangan dari yang muda sampai yang tua.

6.5 Trend Usaha Yang Memiliki Prospek


Baik
Trend menjadi seorang pengusaha saat ini telah berkembang pesat. Kebanyakan
para pengusaha yang membuka usahanya mulai dari usaha paling kecil yang
memiliki prospek yang baik dengan modal yang kecil sesuai dengan hobi yang
dimiliki pastinya memiliki keuntungan yang lumayan banyak. Saat ini bisnis
kecil yang dibuka sagat beraneka ragam mulai dari makanan, kecantikan,
fashion, teknologi, pendidikan dan lain sebagainya.
Usaha yang bisa dijadikan usaha adalah :
1. Makanan Ringan

Untuk menemukan makanan ringan yang disukai banyak orang, terlebih terletak
pada cita rasa, kemasan, kebersihan serta harga yang terjangkau tentu saja
menjadi pertimbangan bagi para pengusaha untuk menjadi ide menarik yang
dapat diminati oleh semua kalangan baik anak-anak hingga orang tua. Bahan
dan nilai jual pun diharapkan sangat rendah. Berbagai varian yang dijualbelikan
seperti roti, kue, keripik dan sebagainya.
Bab 6 Memulai Usaha Dari Rumah Sebagai Peluang Usaha Baru 111

2. Makanan Untuk Sarapan

Biasanya hampir setiap pekerja atau setiap orang yang masuk di pagi hari,
kebanyakan orang belum sempat untuk sarapan terlebih mereka yang tinggal di
kostan yang tidak sempat untuk menyiapkan sarapan. Menu sarapan yang
diperjualbelikan juga beragam mulai dari mie goreng, lontong, nasi soto, roti,
nasi goreng, nasi lemak, bubur ayam, gorengan dan lain sebagainya. Modal
yang dikeluarkan berkisar Rp 3 juta sampai 4 juta ke atas. Modal tersebut bisa
dibelikan perlengkapan atau kebutuhan pokok untuk membuat menu sarapan.
3. Franchaise Minuman

Di beberapa mall banyak orang membuka usaha minuman dengan beragam


minuman yang disajikan mulai dari susu, sirup, sirup dan sebagainya. Modal
yang diperlukan untuk membuka usaha minuman ini tidak begitu besar. Rata-
rata modal yang dikeluarkan berkisar Rp 1 Juta sampai Rp 3 Juta. Harga per cup
nya dijual berkisar Rp 8 ribu sampai Rp 25 rbu. Pangsa pasar yang menjadi
target adalah semua kalangan dari usia muda sampai orang tua untuk membeli
produk minuman ini.
4. Toko Online atau Usaha Dropship

Menjamurnya bisnis online saat ini. Membuat siapa saja dapat berjualan tanpa
harus keluar rumah maupun menyewa tempat berjualan. Mereka bisa menjadi
reseller di mana para produsennya menyediakan sistem dopship. Cara kerja
yang diperlukan sangat mudah hanya memiliki perlengkapan gadget kamu bisa
memposting produk-produk apa saja yang akan diperjual belikan melalui media
sosial yang dimiliki. Keuntungan yang dijanjikan untuk usaha online ini cukup
besar apabila dilakukan dengan serius dan konsisten.
5. Laundry

Memasuki zaman yang serba praktis, tentunya membuka usaha laundry akan
memberikan peluang atau keuntungan yang cukup besar, karena bisnis ini hanya
butuh orang untuk fokus menunggunya, maka kamu dapat memperkerjakan
orang lain dengan gaji sebesar Rp 700ribu sampai 1 Juta perbulan. Modal yang
diperlukan untuk membuka usaha ini berkisar Rp 7,5 juta sampai Rp 12 Juta.
Dengan modal itu peralatan yang digunakan seperti mesin cuci dan kebutuhan
lainnya. Usaha laundry ini bisa dibuka di rumah, dengan harga yang murah dan
112 Kewirausahaan dan UMKM

cepat. Tentu saja banyak pelanggan yang menginginkan pencucian dilakukan


dengan cepat, mudah serta harga terjangkau.
Bila tertarik membuka usaha, kenapa tidak mencoba untuk menjalankannya dari
rumah? Ya, memulai usaha dari rumah bisa sangat bermanfaat, tapi tentu saja
hal ini harus disesuaikan dengan kondisi rumah anda dan sifat dari usaha anda.
Tentu saja penilaian terbaik untuk dua hal ini adalah ditangan anda sebagai sang
calon wirausahawan. Bila keduanya tidak memungkinkan untuk memulai usaha
dari rumah, jangan dipaksakan. Namun, bila usaha memungkinkan untuk
dijalankan dari rumah akan sangat bagus karena akan mendapat berbagai
manfaat. Membuka usaha di rumah memungkinkan kita untuk meluangkan
waktu untuk keluarga. Dengan memulai usaha dari rumah, kita bisa mempunyai
waktu lebih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Oleh karena
itu, kalau ada wanita, memulai usaha dari rumah sangat sesuai yang diinginkan
tetap menunaikan kodrat kewanitaan sebagai ratu rumah tangga sekaligus bisa
bekrja untuk mendapatkan penghasilan. Memulai usaha dari rumah juga
merupakan suatu penghematan cukup berarti, karena dengan memulai usaha
dirumah, berarti mengurangi kebutuhan biaya untuk menyewa atau membeli
tempat usaha. Bila ingin menjalankan usaha dari rumah, jangan lupa
beritahukan dan jalin hubungan baik dengan tetangga dan aparat setempat. Ini
penting untuk keamanan tempat usaha, dan juga supaya warga sekitar tahu
usaha anda, siapa tahu mereka malah bisa jadi pelanggan.
Bab 7
Aplikasi Konsep Kewirausahaan
Bidang Kesehatan

7.1 Pendahuluan
Kewirausaan di bidang kesehatan sudah teridentifasi banyak diterapkan oleh
profesi-profesi kesehatan di Indonesia. Dalam arti bahwa seorang profesi
kesehatan tidak harus tergantung pada penyediaan unit pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tempat bekerjanya. Intitusi
Pendidikan Kesehatan mempunyai tanggungjawab yang besar dengan
meningkatnya angka pengangguran lulusan kesehatan yang semakin
meningkat. Seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia
(2019), bahwa pada bulan Feburari 2019 angka pengangguran yang berasal dari
lulusan sarjana, termasuk lulusan sarjana kesehatan sebanyak 12,3% yaitu
sekitar 839.019 orang sarjana. Demikian dengan lulusan dari program studi
vokasi atau diploma, angka penganggurannya mencapai 4 % atau sekitar
269.976 orang termasuk lulusan dari vokasi kesehatan (BPS, 2019). Dengan
amanah yang telah diberikan kepada Institusi pendidikan kesehatan tersebut,
bahwa institusi pendidikan punya tanggungjawab untuk memampukan
lulusannya agar membuka lapangan pekerjaan sendiri, maka didalam
kurikulumnya terdapat matakuliah tentang kewirausahaan. Itu sebabnya,
beberapa alumni dari insititusi pendidikan kesehatan sudah banyak yang
termotivasi untuk memulai bisnis kesehatan secara mandiri (Sandra, 2014).
Industri-industri besar dan kecil yang bergerak di bidang kesehatan telah
terbangun di Indonesia khususnya. Sebagai contoh industri obat, industri
114 Kewirausahaan dan UMKM

farmasi, industri peralatan medis manufaktur, lembaga penelitian dan industri


kesehatan yang lainnya.
Untuk menjamin keamanan produksi di pasaran, maka negara di dunia termasuk
di Indonesia melakukan pengawasan-pengawasan terhadap industri kesehatan
tersebut. Sebagai contoh di United States telah menjamin kemananan
pemasaran obat yang diatur dalam suatu organisasi yang disebut Food and Drug
Administration (FDA, 2020). Sedangkan di Indonesia, pengawasan pelayanan
kesehatan, peralatan kesehatan dan obat telah diatur dalam Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 10 Tahun 2018 tentang pengawasan di
bidang kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2018b). Perundang-undangan
atau peraturan-peraturan tersebut diberlakukan yaitu untuk menghindari
dampak negatif yang tidak diinginkan seperti munculnya praktek-praktek ilegal
yang tidak bertanggungjawab atas keselamantan masyarakat.
Saat ini, Indonesia atau negara-negara lain di dunia telah mengidentifikasi
beberapa bentuk kewirausahaan dalam Industri kesehatan. Telah ada sekitar
lebih dari lima puluh bentuk kewirausaan di bidang kesehatan. Penerapan
konsep kewirausahaan dalam bidang kesehatan sangat luas sesuai dengan
bidang ilmu kesehatan itu sendiri yaitu meliputi bidang medis, farmakologi,
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu keperawatan. Contoh
bentuk aplikasi kewirausaan bidang farmasi misalnya bisnis ritel farmasi. Untuk
bisnis ini akan melibatkan penjual-penjual obat generik atau merek. Serta
banyak toko farmasi besar yang ikut dalam penjualan perangkat medis tersebut.
Secara detil bentuk aplikasi dari konsep kewirausaan di bidang kesehatan
dijelaskan secara detil di bawah ini.

7.2 Aplikasi Konsep Kewirausahaan


Dalam Bidang Farmokologi
7.2.1 Wirausaha Penjual Obat
Wirausaha dibidang obat-obatan ini sering disebut Ritel-ritel farmakologi.
Bisnis ini sangat berkembang saat ini. Serta memberikan janji keuntungan
materi yang cukup besar. Wirausaha ini jelas harus juga mematuhi Peraturan
Perusahaan Farmasi Retail yaitu dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 115

Republik Indonesia nomor 26 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan


berusaha terintegrasi secara elektronik sektor kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2018c). Peraturan tersebut telah menjelaskan atau memberikan
arah bagi ritel-ritel farmasi dalam pengelolaan obat yang dijualnya. Sumber
daya manusianya, lokasi, peralatan dan prosedurnya juga sudah diterapkan di
dalam undang-undang tersebut.

7.2.2 Home industri Obat Herbal


Saat ini kehidupan masyarakat telah disibukkan dengan kegiatannya sehari-hari.
Meskipun berbagai media sosial telah memberikan pengetahuan tentang hasil-
hasil penelitian herbal dari bahan lokal. Namun beberapa masyarakat tidak bisa
langsung mengadopsi informasi tersebut. Berbagai pola kehidupan masyarakat
saat ini telah menimbulkan dampak yang negatif bagi kesehatan masyarakat.
Pola penyakit semakin bervariasi sehingga bisnis obat herbal rumahan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Tanaman lokal banyak tumbuh di Indonesia,
sehingga bisnis rumahan obat herbal ini sangat memberikan manfaat bagi
profesi farmakologi. Beberapa tanaman lokal yang bisa menjadi bisnis home
industri obat herbal antara lain seperti jahe, asam jawa, sirih, rumput gelong,
kencur, kembang sepatu, adas, kunyit, sambiloto, nenas putih, lidah buaya dan
lain sebagainya (Aristyani et al., 2018).

7.2.3 Wirausaha Kotak Pertolongan Pertama


Pertolongan pertama sangat dibutuhkan bagi setiap individu di dunia dan di
Indonesia guna mencegah keparahan lebih lanjut, misalnya kecelakaan. di
Indonesia sudah terjalin organisasi remaja untuk memberikan pertolongan
pertama yaitu yang dinamakan Palang Merah Remaha (PMR). Organisasi PMR
ini telah melakukan banyak kegiatan yaitu mulai dari pelatihan bagi anggotanya
dan kepada masyarakat. Dengan pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan oleh
PMR telah meningkatkan pengetahuan masyarakat dan peningkatan
keterampilan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama (Febrina et
al., 2017). Sehingga kerja PMR ini juga didukung oleh masyarakat di Indonesia.
Dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan baik bagi anggota PMR itu
sendiri dan juga masyarakat telah mempu melakukan tindakan-tindakan
pertama sebelum korban kecelakaan mendapatkan tolongan dari unit pelayanan
kesehatan. Tentunya, beberapa kotak-kotak yang berisi obat pertolongan sangat
dibutuhkan baik bagi anggota PMR juga bagi keluarga dan instansi-instansi.
Oleh karena itu, pabik maupun home industri yang memproduksi kotak
116 Kewirausahaan dan UMKM

pertolongan pertama ini sangat dibutuhkan juga. Profesi-profesi kesehatan bisa


berfikir kearah bisnis penyediaan kotak pertolongan pertama ini.

7.2.4 Wirausaha Penyediaan kapas


Kebutuhan kapas di unit pelayanan kesehatan sangat tinggi, seperti untuk
penghambatan darah setelah disuntik atau proses sterilisasi untuk tabung-tabung
kimia. Di rumah tangga juga sering menyediakan kapas baik itu untuk
perawatan wajah ataupun kapas untuk proses perawatan luka. Oleh karena itu,
wirausaha kapas baik skala rumahan, menengah maupun skala industri besar
sangat direkomendasikan bagi profesi-profesi kesehatan. Bisnis kapas ini bila
dilakukan pada skala rumah tidak membutuhkan investasi modal yang banyak.
Namun demikian, pengusahanya perlu melakukan promosi-promosi ke unit-
unit pelayanan kesehatan atau di supermarket. Mitra dengan klinik-klinik swasta
juga penting dilakukan.

7.2.5 Wirausaha Stiker Pelabelan Obat


Standar operasional prosedur dari apotek atau dokter praktek ketika
memberikan obat ke pasien perlu penjelasan. Penjelasan tidak hanya dilakukan
secara lisan tetapi juga dengan tulisan. Beberapa obat yang diedarkan di pasaran
juga membutuhkan label. Tetapi untuk obat yang diproduksi oleh Pabrik
Farmasi, biasanya sudah mempunyai proses pengemasan tersendiri. Namun
demikin, wirausaha muda kesehatan bisa memulainya dengan penyediaan stiker
pelabelan obat untuk apotek-apetek. Seorang sarjana farmakologi sudah
memahami untuk kode-kode untuk obat keras, obat sedang dan obat dengan
efek ringan.

7.2.6 Wirausaha Pembuatan Perban, Kain Kasa dan Plester


Untuk proses perawatan luka sering dibutuhkan bahan-bahan seperti perban,
kain kasa dan juga plester selain obatnya sendiri. Ini merupakan standar yang
sudah umum dilakukan di unit-unit pelayanan kesehatan maupun di rumah
tangga untuk perawatan luka. Profesi kesehatan juga bisa melakukan bisnis
produksi perban, kain kasa dan plester ini karena kebutuhannya juga sangat
tinggi di unit pelayanan kesehatan dan di masyarakat. Bahan untuk produksi
perban, kain kasa dan plester juga tersedia di pasaran. Sehingga bisnis ini
mempunyai peluang yang tinggi dan menjanjikan keuntungannya.
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 117

7.3 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Medis
7.3.1 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan atau Rumah
Sakit
Pemerintah Indonesia sudah memberikan kesempatan untuk investasi dalam
kesehatan termasuk pendirian klinik kesehatan atau rumah sakit. Izin pendirian
kearah pembangunan industri kesehatan sudah dituangkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 26 Tahun 2018 tentang
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik sektor kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2018c). Dengan ditetapkannya peraturan
kesehatan tersebut, maka masyarakat mempunyai kesempatan yang luas untuk
membuka usaha klinik kesehatan. Tentunya syarat-syarat pendiriannya sesuai
yaitu mulai dari sumber daya manusianya, sarana prasarana dan keuangannya.
Untuk wirausaha klinik kesehatan ini jelas akan membutuhkan modal yang
besar. Bisnis ini akan bisa diterapkan dengan cara berkolaborasi dengan
beberapa investor.

7.3.2 Wirausaha Pembukaan Klinik Bersalin


Di beberapa wilayah Indonesia masih banyak yang belum terjangkau untuk
pelayanan persalinan yaitu khususnya di daerah terisolir. Memang program
penempatan bidan PTT sudah dilakukan dan beberapa tempat terisolirpun juga
sudah ada. Namun demikian, ratio antara bidan dan ibu hamil masih terlalu
besar. Sehingga masih banyak ibu bersalin dengan dukun. Oleh karena itu,
peluang untuk membantu program kesehatan ibu dan anak cukup tinggi yaitu
dengan membuka klinik bersalin. Sekali lagi syarat-syarat yang perlu ada di
dalam klinik bersalin juga harus dipenuhi. Investasi besar ini perlu kolaborasi
dengan beberapa investor karena selain tenaga medis persalinan, perawat bidan,
staf administrasi, sarana parasarana dan keuangan juga harus dipenuhi. Prinsip
keamanan pasien tetap harus dijaga dengan mutu pelayanan.

7.3.3 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan Gigi


Tidak semua dokter gigi dan perawat gigi mempunyai tempat di unit pelayanan
kesehatan yang sudah diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta saat ini.
118 Kewirausahaan dan UMKM

Seperti dilaporkan di dalam hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 bahwa
prevalensi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia sebanyak 57,6%
(Kementerian Kesehatan RI, 2018a). Sementara jumlah tenaga medis gigi yang
terekrut menjadi tenaga kesehatan hanya sebanyak 10,2%. Sehingga ratio antara
tenaga kesehatan medis gigi dan penderita ganggunan gigi dan mulut antara 1 :
6. Itu berarti bahwa kemandirian dari lulusan dokter dan perawat gigi untuk
menyelenggarakan praktek seperti klinik kesehatan gigi sangat dibutuhkan.
Mengingat kesehatan gigi ini sangat penting sebagai salah satu faktor yang
berkontribusi dalam peningkatan status kesehatan bangsa. Masih banyaknya
anak-anak Sekolah Dasar yang perlu pelayanan kesehatan gigi. Pada usia balita
hingga sekolah dasar sering bermasalah dengan giginya. Banyak program yang
bisa dilakukan dengan pembukaan klinik kesehatan gigi ini seperti kunjungan
ke sekolah-sekolah dan masyarakat memberikan informasi kesehatan gigi
disamping pelayanan permanen di suatu tempat. Promosi lokasi praktek juga
perlu dilakukan agar tingkat kunjungan pasien gigi terus meningkat.

7.3.4 Wirausaha Pembukaan Klinik Kesehatan Mata


Peluang untuk penyelenggaran klinik kesehatan mata di Indonesia masih sangat
besar di Indonesia. Prevalensi penyakit gangguan penglihatan dan kebutaan
masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar di Indonesia
tahun 2013 prevalensi kebutaan dan low vision yaitu pada usia diatas 55 tahun
(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan R.I, 2014). Pada kelompok
usia 55-64 tahun angka prevalensi kebutaan dan low vision sebesar 1,1% dan
3,0%. Untuk kelompok 65-74 tahun, prevalensi kebutaan dan low vision sebesar
3,5% dan 7,6%. Prevalensi yang tertinggi untuk kebutaan dan low vision yaitu
pada kelompok usia 75 tahun keatas yaitu sekitar 8,4% dan 11,9%. Ini berarti
bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan mata bagi kelompok lansia masih sangat
tinggi di Indonesia, apalagi di daerah pedesaan. Belum banyak investor-investor
yang membuka layanan kesehatan mata di daerah pedesaan selain pemerintah.
Itu sebabnya wirausaha dalam layanan kesehatan mata cukup menjanjikan.
Banyak hal yang tentunya bisa dilakukan ketika sudah membuka layanan klinik
mata ini antara lain pemberian informasi kesehatan, layanan kesehatan mata itu
sendiri dan penyediaan kacamatanya.

7.3.5 Wirausaha Pembukaan Klinik Terapi Pijat


Saat ini Indonesia mengalami double burden untuk penanganaan penyakit yaitu
penyakit infeksi dan juga penyakit non infeksi seperti penyakit-penyakit kronis.
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 119

Stress merupakan salah satu faktor pemiju terjadinya penyakit kronis tersebut
yaitu seperti hipertensi, jantung koroner dan penyakit gangguan mental.
Prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 6,1%.
Diantaranya yaitu sekitar 9% penderita ganggunan depresi tidak mau minum
obat atau melakukan pengobatan medis (Kementerian Kesehatan RI, 2018a).
Ketegangan-ketegangan syarat dan otot ini juga diakibatkan oleh kesibukan
yang luar biasa masyarakat kita saat ini perlu tempat untuk melakukan
perenggangan syarat dan otot. Cara yang paling jitu yaitu dengan memijat.
Wirausaha klinik terapi pijat ini juga amat menjanjikan sebagai peluang kerja
bagi profesi kesehatan. Tidak banyak orang pijat yang ada di sekitar masyarakat
yang siap untuk membantu mereka ketika terjadi ketegangan-ketegangan otot.
Tempat-tempat terapi pijat ini sangat dibutuhkan. Beberapa tempat yang sudah
ada yaitu seperti di ruang tunggu bandara. Banyak orang yang sedang
menunggu jam penerbangan untuk waktu yang cukup lama bahkan menunggu
waktu yang tidak bisa ditentukan karena delay jam keberangkatan pesawatnya.
Oleh karena itu, ruang tunggu bandara juga menjadi tempat yang strategis untuk
klinik terapi pijat. Namun demikian masih banyak lokasi yang strategis di mana
masyarakat akan membutuhkan untuk menyinggahkan dirinya sejenak setelah
kesibukannya berlalu.

7.3.6 Wirausaha Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan


Kulit
Saat ini performance kulit sangat diidamkan oleh wanita, seperti seorang artis
atau tokoh-tokoh wanita. Pembukaan layanan kesehatan kulit dan kosmetik
biasanya sering dibutuhkan. Namun demikian, penderita-penderita kulit karena
infeksi dermatitis juga masih membutuhkan jasa pelayan kesehatan kulit.
Pemerintah masih membutuhkan kontribusi pihak-pihak investor untuk
membuka layanan kesehatan kulit ini. Seperti diketahui bahwa Indonesia
merupakan daerah tropis yang suhu dan kelembabannya sangat menguntungkan
bagi perkembangan kuman. Masih banyak masyarakat kita yang berkecimpung
dengan bahan-bahan yang berbahaya dan juga tempat-tempat yang
mengandung kuman. Biasaya, unit pelayanan kesehatan kulit ini juga termasuk
penanganan penyakit kelamin. Penyakit kelamin di Indonesia masih cukup
tinggi di Indonesia.
120 Kewirausahaan dan UMKM

7.4 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Promosi Kesehatan
7.4.1 Wirausaha Pengembangan Program Kesehatan di
Media Televisi
Jika Anda seorang dokter, apoteker, pelatih kebugaran atau profesional di
bidang medis, yang ingin memulai bisnis sederhana di industri kesehatan, salah
satu pilihan Anda untuk memulai program kesehatan terkait di televisi. Tidak
diragukan lagi ada banyak orang di luar sana yang akan selalu mendengarkan
program yang berhubungan dengan kesehatan menonton di TV.Yang benar
adalah bahwa jika program ini juga dikemas, Anda tidak akan menemukan
kesulitan untuk mengamankan kesepakatan sponsor yang menguntungkan dari
organisasi perusahaan dan pemangku kepentingan dalam industri kesehatan.

7.4.2 Wirausaha Pengembangan Program Kesehatan di


Media Radio
bisnis lain di sektor kesehatan yang mirip dengan memulai program kesehatan
terkait di televisi adalah untuk memulai kesehatan terkait talk show di radio. Ini
adalah fakta bahwa radio menikmati lebih patronages dari televisi dan juga lebih
murah untuk udara program di radio dibandingkan televisi. Jadi, jika Anda
mempertimbangkan untuk memulai sebuah bisnis sederhana di industri
kesehatan, maka salah satu pilihan Anda untuk memulai talk show kesehatan di
radio. Yang benar adalah bahwa jika program ini juga dikemas, Anda tidak akan
menemukan kesulitan untuk mengamankan kesepakatan sponsor yang
menguntungkan dari organisasi perusahaan dan pemangku kepentingan dalam
industri kesehatan.

7.4.3 Wirausaha Penyediaan Program Kesehatan pada


Iklan-Iklan di Media Cetak
Sangat menarik untuk dicatat bahwa ada banyak orang di luar sana yang
membuat jutaan per tahun melalui blogging. Jika Anda memiliki profesional
medis atau seseorang yang memiliki pengetahuan di sektor kesehatan, salah satu
bisnis yang bisa Anda pertimbangkan awal adalah untuk memulai blog pada
mata pelajaran kesehatan terkait. Yang benar adalah bahwa jika blog Anda
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 121

memiliki isi yang berguna dan bermanfaat, Anda akan menarik banyak lalu
lintas dan jika Anda memiliki banyak lalu lintas di blog Anda, Anda dapat
dengan mudah mengamankan penawaran iklan yang bagus dari para pemangku
kepentingan dan bisnis lainnya di blog Anda. Hanya memastikan bahwa Anda
memperbarui blog Anda secara teratur dan Anda akan terus menarik lalu lintas.

7.4.4 Wirausaha Pengembangan Majalah dan Jurnal


Kesehatan
Bisnis lain yang menarik bahwa seorang pengusaha yang tertarik dalam
membuat uang di sektor kesehatan harus mempertimbangkan awal adalah untuk
memulai penerbitan majalah medis dan jurnal. Sama seperti blogging, jika Anda
memiliki isi yang berguna dan membantu dalam majalah dan majalah Anda
mencapai luas, maka Anda pasti akan menarik penawaran iklan yang bagus dari
para pemangku kepentingan di industri kesehatan dan juga dari industri lainnya.
Hanya memastikan bahwa setiap edisi majalah Anda segar, dan membantu
untuk terus meningkatkan jumlah eksemplar terjual per edisi.

7.4.5 Wirausaha Penyediaan Buku-Buku Kesehatan


Jika Anda memiliki anggota keluarga dan teman-teman yang berada di sekolah
medis atau yang sekarang dokter, Anda cukup akan setuju bahwa mereka
kadang-kadang mengeluh tentang tingginya biaya buku kedokteran. Ironi dari
itu adalah bahwa mereka harus membeli buku-buku kedokteran yang
diperlukan, jika mereka berniat lulus dari sekolah kedokteran. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pasar yang besar untuk buku-buku medis. Jadi, jika
Anda sedang mencari cara yang sejuk membuat uang dari industri kesehatan,
maka salah satu pilihan Anda adalah untuk pergi ke ritel buku kedokteran.
Cukup baik Anda tidak memerlukan izin khusus atau sertifikasi untuk memulai
jenis usaha; karena bisnis ini terbuka untuk semua orang. Hanya memastikan
bahwa Anda posisi toko Anda dekat dengan sebuah perguruan tinggi medis dan
Anda juga ritel baik baru dan bekas buku kedokteran. Hal ini penting karena
mereka yang tidak mampu buku medis baru akan memiliki pilihan untuk
membeli yang digunakan.
122 Kewirausahaan dan UMKM

7.4.6 Wirausaha Pengembangan Aplikasi Media Kesehatan


online
Mengembangkan dan menjual aplikasi perangkat lunak medis terkait adalah
satu lagi bisnis trendi dan menguntungkan yang seorang pengusaha yang
merupakan programmer software berhasil dapat memulai. Ada beberapa
aplikasi perangkat lunak yang dapat Anda kembangkan untuk rumah sakit.
Sebagai soal fakta itu adalah umum hari ini untuk menemukan aplikasi
perangkat lunak yang disesuaikan di rumah sakit. Jadi, jika Anda memulai jenis
bisnis, maka Anda harus all out untuk memasarkan produk Anda ke rumah sakit.
klinik mata, klinik dokter gigi dan laboratorium medis di sekitar Anda.

7.5 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Teknologi Laboratorium Medis
7.5.1 Penyedian Jasa Laboratorium Medis
Jika Anda adalah seorang ilmuwan laboratorium dan Anda melihat ke arah
memulai bisnis di industri kesehatan, maka salah satu terbaik Anda adalah untuk
membuka laboratorium medis dan pusat diagnostik. Hal yang biasa bagi rumah
sakit untuk merujuk pasien untuk pergi melakukan tes medis tertentu di
laboratorium medis dan pusat diagnostik luar. Hal ini memang bisnis yang
berkembang dan menguntungkan untuk terlibat dalam. Hanya memastikan
bahwa Anda menemukan lab medis dan pusat diagnostik dekat dengan rumah
sakit sibuk dan juga jaringan dengan rumah sakit di sekitar Anda. Hal ini penting
karena itu adalah normal untuk rumah sakit untuk merujuk pasien untuk pergi
ke laboratorium medis dan pusat diagnostik untuk melakukan beberapa tes
medis yang mereka tidak bisa lakukan dalam fasilitas medis mereka.

7.5.2 Penyedian Jasa Pemberian Kode Medis


Lain bisnis yang menarik, berkembang dan menguntungkan yang seorang
pengusaha yang tertarik untuk memulai bisnis di industri kesehatan dapat
berhasil memulai adalah bisnis coding medis. Jika Anda baik dengan komputer
dan pemrograman, Anda berhasil dapat memulai bisnis coding medis untuk
rumah sakit, laboratorium medis, pusat diagnostik dan pusat kesehatan, tugas
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 123

dasar Anda hanya bekerja dengan dokter dan direktur medis untuk
mengkodekan dokumen untuk tujuan pengajuan asuransi yang tepat. Anda
mungkin mempertimbangkan untuk mendapatkan beberapa pelatihan di bidang
komputer. Hal ini dimaksudkan agar Anda dapat luas dalam perdagangan yang
ingin Anda menyelidiki.

7.5.3 Penyedian Jasa Bank Darah


Tidak banyak rumah sakit yang menyediakan darah untuk pasien-pasiennya.
Meskipun palang merah remaja digerakkan, tetapi mekanisme nya masih perlu
ditata kembali. Oleh karena wirausaha dibidang penyediaan jasa bank darah
sangat dibutuhkan oleh unit pelayanan kesehatan seperti klinik-klinik swasta
yang masih kurang infrastrukturnya. Sehingga bisnis ini juga sangat
menjanjikan di Indonesia.

7.6 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Teknologi Elektro Medis
7.6.1 Wirausaha Pabrikan Tempat Tidur atau Furniture
Rumah Sakit
Pabrikan dari tempat tidur rumah sakit dan furniture adalah satu lagi bisnis yang
berkembang dan menguntungkan yang seorang pengusaha yang tertarik
memulai bisnis di sektor kesehatan harus mempertimbangkan pembukaan.
Memang ada pasar untuk tempat tidur rumah sakit dan furniture, rumah sakit
yang ada menggantikan rusak atau tempat tidur rumah sakit dan furnitur lama
dengan yang baru dan rumah sakit baru juga membeli tempat tidur rumah sakit
baru dan mebel. Jadi, jika Anda mencari untuk memulai bisnis yang
berkembang dan menguntungkan dalam industri kesehatan, maka salah satu
pilihan Anda adalah untuk pergi ke dalam pembuatan tempat tidur rumah sakit
dan furniture.

7.6.2 Wirausaha Penyediaan Kursi Roda


Usaha ini juga sangat menjanjikan mengingat pasien yang ada di unit pelayanan
kesehatan membutuhkan kursi untuk mobilisasinya. Termasuk ketika pasien
124 Kewirausahaan dan UMKM

pulang ke rumahnya. Yang pasti bahwa yang perlu dicermati adalah sasaran dan
lokasi promosinya. Bisnis ini tidak hanya kursi roda, peralatan lain yang
berkaitan dengan kesusahan pasien untuk mandiri berjalan juga dibutuhkan.

7.6.3 Wirausaha Pabrikan Alat-Alat Medis dan Kalibrasi Alat


Medis
Peralatan medis juga banyak dibutuhkan oleh unit pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas. Juga klinik-klinik swasta yang memberikan jasa
pelayanan kesehatan. Peralatan medis banyak jenisnya mulai dari jarum suntik,
rontgen, stetoskop, dan lain-lain. Sebagai ahli elektro-medis tentunya sudah bisa
mengklaribrasi alat. Sehingga bisnis ini juga memerlukan jasa klaribrasi alat
juga.

7.6.4 Wirausaha Pembuatan Kasur untuk Pasien Rawat Inap


Usaha pembuatan kasur bagi pasien rawat inap sangat maju saat ini. Bisa
dihitung saat ini di Indonesia sudah banyak jumlah rumah sakit, puskesmas
rawat inap dan klinik swasta. Semua unit pelayanan ini membutuhkan
pengadaan kasur pagi pasien rawat inap. Penanaman modal untuk bisnis ini
masih sangat diharapkan di Indonesia, apalagi di luar negeri makin banyak
permintaan. Dengan syarat harus sesuai syarat-syarat yang diminta.

7.7 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Kesehatan Lingkungan
7.7.1 Penyediaan Jasa Recycle Sampah Medis
Semakin meningkatkan jumlah unit pelayanan kesehatan di Indonesia, tentunya
menghasilkan banyak sampah medis. Sampah medis ini tidak boleh mencemari
lingkungan sekitar yang mengakibatkan dampak kepada masyarakat di sekitar
unit pelayanan kesehatan tersebut. Recycle sampah medis ini membutuhkan
penangangan yang spesifik dan tempat yang jauh dari kehidupan manusia.
Sehingga membutuhkan tempat dan tehnik yang harus profesional. Para ahli
kesehatan lingkungan perlu memikirkan bisnis ini karena banyak unit pelayanan
kesehatan swasta yang tidak bisa menanganinya sendiri. Sehingga diperlukan
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 125

seorang jasa pelayanan untuk recycle sampah medis ini. Sehingga bisnis ini juga
memberikan peluang yang sangat besar pagi para profesional kesehatan
lingkungan untuk berwirausaha di bidang recycle sampah medis ini.

7.7.2 Penyediaan Jasa Pengelolaan Limbah Medis


Selain limbah padat atau sampah, unit pelayanan kesehatan juga menghasilkan
limbah atau cairan medis. Cairan atau limbah medis ini sangat membahayakan
bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Limbah ini perlu diolah untuk
menurunkan kadar kimianya sebelum ke badan air atau tanah. Oleh karena itu,
pengelolaan limbah medis ini juga membutuhkan tempat dan tehnik
pengelolaan yang kompleks. Banyak unit pelayanan kesehatan swasta yang
tidak mampu menanganinya sendiri. Oleh karena itu pembukaan jasa
pengelolaan limbah medis ini juga menjadi peluang yang besar bagi ahli
kesehatan lingkungan.

7.7.3 Penyedia Jasa Kebersihan di Unit Pelayanan


Kesehatan
Kebersihan di Unit Pelayanan Kesehatan merupakan syarat mutlak yang harus
dilakukan oleh pengelola unit pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, unit-unit
kesehatan ini membutuhkan para cleaning –cleaning yang siap dengan
keterampilannya. Mereka tidak sanggup memberikan pelatihan atau mencetak
cleaning-cleaning yang siap. Para pengelola unit pelayanan kesehatan
membutuhkan lembaga atau pengedia jasa tenaga kebersihan di unit pelayanan
kesehatan tersebut. Ini berarti bahwa peluang bisnis di bidang ini sangat
menjanjingan keuntungannya. Asalkan mampu menjamin kualitas sumber daya
manusianya yang menjadi tenaga-tenaga kebersihan.

7.8 Konsep Kewirausahaan Dalam


Bidang Ilmu Keperawatan
Berbagai profesi kesehatan sudah melakukan studi-studi yang berkaitan dengan
peluang-peluang bisnis yang bisa berkontribusi dalam pembangunan kesehatan.
Sebagai contoh profesi ners atau perawat mengidentifikasi kewirausahaan
dalam keperawatan. Dalam konsep kewirausahaa dalam bidang Keperawatan
126 Kewirausahaan dan UMKM

ini membutuhkan langkah yang dinamis mengingat perkembangan sosial dan


perubahan pola penyakit yang sudah berubah. Sehingga bentuk bisnis
keperawatan ini meliputi banyak hal, antara lain membangun Penyediaan
pelayanan kesehatan anak atau pelayanan perawatan lansia dan lain sebagainya.
Secara detil dijabarkan bentuk-bentuk bisnis dalam profesi keperawatan berikut
ini.

7.8.1 Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan Anak


Bila dilihat dari Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia pada tahun
2019 yaitu 71,34 tahun (Badan Pusat Statistik, 2020). Ini berarti bahwa bayi
yang baru lahir akan mempunyai lama hidup sampai berusia diatas 71 tahun.
Bila dibandingkan dengan UHH di Indonesia tahun 2010 yaitu 69,81 tahun. Ini
berarti bahwa UHH di Indonesia terus mengalami kenaikan. Untuk menjaga
keberhasilan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia, maka pemerintah
memberikan kesempatan kepada para investor-investor atau para wirausahawan
di bidang kesehatan yang bisa menjamin kesehatan anak bangsa tetap terjaga.
Sehingga peluang bisnis untuk penyediaan jasa pelayanan kesehatan anak ini
sangat besar.

7.8.2 Penyediaan Layanan Perawatan bagi Kelompok Lansia


Pada tahun 2019, tercatat jumlah kelompok lansia (Usia 60 tahun keatas) di
Indonesia sebanyak 9.6% atau sekitar 25 juta orang (Badan Pusat Statistik,
2019). Dari jumlah tersebut, sebagaian besar adalah lansia perempuan yaitu
sekitar 10.10%, dibandingkan lansia laki-laki hanya sebesari 9,10%. Jumlah
yang paling banyak adalah di wilayah pedesaan yaitu sekitar (10,27%).
Sementara jumlah lansia di perkotaan hanyak sebanyak 9,07%. Profil penduduk
lansia tersebut mencerminkan bahwa saat ini pemerintah Indonesia
membutuhkan tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat untuk kelompok 60 tahun keatas. Seorang lansia, dari segi fisiknya
sudah mengalami penurunan fungsi, sehingga untuk melakukan aktivitasnya
sehari-hari membutuhkan bantuan dari orang lain. Sementara, banyak keluarga
yang baik istri dan suaminya bekerja di luar rumah, sehinggi terkadang orang
tuanya yang masuk usia lansia tersebut tinggal sendiri. Maka ketika mengalami
penurunan kesehatan, jelas ini dibutuhkan jasa-jasa yang bisa menolong lansia
tersebut. Banyak keluarga yang rela mengeluarkan uangnya untuk membayar
jasa pertolongan untuk orang tuanya lansia, mengingat mereka tidak bisa secara
maksimal mengurus anggota keluarganya yang sudah lansia. Ini berarti bahwa
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 127

peluang untuk membuka jasa perbantuan kepada kelompok lansia sangat tinggi.
Biasanya yang paling banyak dibutuhkan adalah jasa seorang perawat.

7.9 Dampak Aplikasi Kewirausahaan


Dalam Bidang Kesehatan
Penerapan konsep kewirausahaan dalam bidang kesehatan jelas akan
memengaruhi perkembangan kehidupan sosial dan juga perubahan status
kesehatan masyarakat. Pengaruhnya bisa kearah negatif ataupun positif. Ini
tergantung bagaimana para wirausahawan bisa mengadaptasikan dengan
perubahan-perubahan global. Sekaligus, bagaimana komitmen dari para
wirausahawan di bidang kesehatan dalam menjaga kualitas produk dan jasa
pelayanan kesehatan. Beberapa aspek yang perlu dicermati oleh wirausahan di
bidang kesehatan sebagai berikut:

7.9.1 Pengaruh Perkembangan Teknologi


Globalisasi telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap kegiatan bisnis
di Indonesia. Saat ini sudah banyak wirausaha-wirausaha yang melalui media
online. Media pemasaran online untuk bisnis di bidang kesehatan Ini akan
memberikan peluang keuntungan yang sangat besar bagi wirausahawan. Karena
hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah mempunyai akses ke
internet yaitu melalui mobile phone android. Hanya diperlukan strategi yang
inovasi untuk pengembangan pemasaran bisnis kesehatan melalui media online.
Namun demikian, sudah banyak jasa-jasa untuk pengembangan media
pemasaran secara online. Sehingga meskipun profesional kesehatan tidak
mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam pengembangan media
pemasaran online tetap bisa melakukan yaitu dengan cara kolaborasi dengan
penyedia layanan jasa pengembangan media pamasaran online.

7.9.2 Balansing antara Akses dan Mutu Pelayanan


Kesehatan
Kebutuhan masyarakat di Indonesia saat ini yaitu bagaimana mereka bisa
mudah mencapai unit atau tempat pelayanan kesehatan tersebut. Demikian
dengan produk kesehatan, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan produk
128 Kewirausahaan dan UMKM

kesehatan tersebut dengan mudah dan cepat. Tetapi mereka juga membutuhkan
kualitas yang tinggi. Inilah tantangan yang harus dicermati bagi para
wirausahaan di bidang kesehatan. Jelas ini juga membutuhkan strategi promosi
atau pemasaran sosial tentang produk ataupun jasa pelayanan kesehatan.

7.9.3 Komitmen terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan


Meskipun konsep kewirausahaan pada prinsipnya harus mendapatkan
keuntungan yang semaksimalnya, namun demikian seperti yang tertuang dalam
peraturan kesehatan tentang perizinan usaha di bidang kesehatan perlu
menjamin keselamtan dan keamanan pasien. Peningkatan kualitas pelayanan
jasa kesehatan harus menjadi orientasi bagi wirausaha di bidang kesehatan.
Pihak swasta juga harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk peningkatan
status kesehatan masyarakat di Indonesia.
Dengan menjaga kualitas mutu pelayanan kesehatan yang dilakukannya, maka
para wirausahawan tersebut jelas akan meningkat keuntungannya. Karena
masyarakat akan banyak berkunjung ke unit pelayanan kesehatan tersebut
ataupun bisnis kesehatan yang lain. Masyarakat akan meningkat
kepercayaannya terhadap lembaga atau jasa kesehatan yang telah benar-banar
menjaga kualitas produk atau jasa pelayanan kesehatan.

7.9.4 Etika Pengelolaan Wirausaha bidang Kesehatan


Perkembangan dunia kewirausahaan di bidang kesehatan mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Seperti kita ketahui bahwa Wirausaha seperti pembukaan unit
pelayanan kesehatan seperti klinik kesehatan ataupun rumah sakit banyak
memberikan keuntungan-keuntungan. Namun demikian, tidak boleh
mengesampingkan kode etik yang harus diterapkan bagi semua pelaksana di
unit pelayanan kesehatan swasta tersebut. Semua kode etik dan persyarakat
pendirian unit pelayanan kesehatan swasta telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 Tahun 2014 (Kementerian Kesehatan
RI, 2014). Unit pelayanan jasa kesehatan atau penyediaan produk kesehatan
harus memperhatikan anggota organisasinya. Sebagai contoh memberikan
penggajian atau insentif yang sesuai dengan standar di wilayah tersebut. Yang
biasa disebut dengan upah minimum propinsi atau upah minimum kabupatan.
Kesejahteraan bagi pegawai akan membawa dampak pada peningkatan
kinerjanya. Dengan demikian, pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien yang berkunjung menjadi optimal. Sehingga, harapan untuk
keterjaminan kesembuhan bagi pasien-pasien di klinik dan rumah sakit swasta
Bab 7 Aplikasi Konsep Kewirausahaan Bidang Kesehatan 129

terjaga. Demikian dengan penyedian alat atau produk kesehatan, maka kualias
yang dibuat oleh pegawai akan semakin baik. Yang pada akhirnya jelas akan
membawa keuntungan bagi wirausahawan itu sendiri.

7.10 Keberhasilan Aplikasi Kewirausaha


Dalam Kesehatan
Seorang wirausaha dalam bidang kesehatan perlu mematuhi nilai-nilai bisnis
yang telah dianut oleh para bisnis pada umumnya untuk kesuksesannya.
Beberapa nilai yang telah dianutnya antara lain kejujuran, kedisipilinan, dan
keberanian. Disamping nilai-nilai tersebut beberapa prinsip pengelolaan yang
baik dan perencanaan yang matang. Kegiatan kewirausahaan harus merupakan
bakat bagi seorang profesi kesehatan, bukan keterpaksaan. Proses pembelajaran
terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Promosi produk-produk
yang dijualnya perlu dilakukan kepada target sasaran yang diharapkan. Dengan
kata lain, pemasaran sosial harus dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
130 Kewirausahaan dan UMKM
Bab 8
Pemasaran Kewirausahaan

8.1 Pendahuluan
Istilah pemasaran kewirausahaan muncul untuk menggambarkan kegiatan
pemasaran usaha baru dan kecil. Dan pemasaran kewirausahaan telah
berkembang dengan penelitian yang bersemangat dan menjanjikan. Dengan
analisis pemasaran dalam usaha baru dan kecil merupakan masalah penting,
mengingat sebagian besar kegiatan ekonomi yang dapat dikaitkan dengan jenis
perusahaan ini, kami berpendapat bahwa pemasaran kewirausahaan lebih dari
itu yang dapat menggambarkan kegiatan pemasaran dengan pola pikir
wirausaha, terlepas dari ukuran atau umur perusahaan. Penelitian pemasaran
kewirausahaan ingin mengeksplorasi gagasan untuk dapat diimplementasikan
terlepas dari ukuran atau umur perusahaan yang berguna memperluas ruang
lingkup lapangan.
Pertama, dimulai dengan pengetahuan praanggapan bahwa kewirausahaan
sering dikonotasikan dengan inovasi dan pengambilan risiko, realitas bisnis
menunjukkan bahwa sebagian besar usaha baru pada kenyataannya tidak terlalu
inovatif, tetapi lebih bersifat meniru. Hanya 6-7% dari semua usaha baru dari
pendiri kohort adalah usaha yang berorientasi teknologi, yaitu didirikan untuk
mengeksploitasi pengetahuan teknologi dari para pendirinya. Wirausaha yang
memiliki bisnis yang kecil juga tidak terlalu berorientasi pada risiko. Bagi
sebagian besar pengusaha, bisnis yang terbaik adalah kotak surat yang
digunakan pelanggan untuk mengirim uang.
Pada kenyataannya, sebagian besar usaha dimulai dengan ide bisnis yang mapan
di pasar yang mapan. Oleh karena itu, untuk memberikan kata sifat
132 Kewirausahaan dan UMKM

“kewirausahaan” pada jenis pemasaran yang berhubungan dengan usaha baru


secara umum mungkin melampaui makna pemasaran kewirausahaan. Kedua,
dengan memberi label perilaku pemasaran semua usaha baru sebagai
“kewirausahaan“, dan diisyaratkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan besar
tidak dilakukan. Namun, ada sejumlah contoh dari perusahaan besar yang
menggunakan pemasaran dengan cara yang inovatif dan kadang-kadang bahkan
berisiko. Kami berpendapat bahwa istilah kewirausahaan mungkin ditafsirkan
sebagai orientasi strategis yang memengaruhi fungsi organisasi pemasaran.
Dengan demikian, kewirausahaan adalah kata sifat yang menggambarkan
pendekatan pemasaran yang mencakup peluang pasar dalam hal penerapan
harga, tempat, promosi, dan taktik produk (4P) yang efektif dengan berani
mengambil risiko, inovatif, dan proaktif.
Kemudian, kami berpendapat bahwa pemasaran dalam usaha baru dan kecil
menghadapi beberapa tantangan yang mungkin dapat diatasi dengan pendekatan
kewirausahaan untuk pemasaran, sementara yang lain mungkin tidak. Akhirnya,
kami menggambarkan konsep pemasaran kewirausahaan dengan menyoroti
kegiatan pemasaran kewirausahaan yang paling penting yang berkaitan dengan
promosi seperti pemasaran gerilya, pemasaran viral, dan pemasaran buzz
(Kraus, S., Harms, R. Dan Fink, M.,2 010).
Salah satu aspek antarmuka antara pemasaran dan kewirausahaan melibatkan
mempelajari cara-cara di mana konsep dan prinsip-prinsip pemasaran dapat
dibuat lebih relevan dalam konteks kewirausahaan. Ide-ide yang disajikan di sini
mengikuti tema menempatkan kewirausahaan ke dalam pemasaran: aspek-
aspek utama dari pemasaran diperiksa dalam konteks usaha kewirausahaan
untuk melihat bagaimana teori pemasaran yang diterima cocok dengan praktik
wirausaha yang sukses. Semakin diakui bahwa pemasaran seperti yang
dipraktikkan oleh pengusaha berbeda dengan konsep yang disajikan dalam buku
teks pemasaran konvensional.
Mengingat asumsi perilaku yang berbeda yang menopang konsep teoritis
pemasaran dan kewirausahaan, mungkin ini seharusnya tidak mengejutkan.
Pemasaran tradisional dipahami sebagai proses yang disengaja dan terencana;
konsep pemasaran mengasumsikan bahwa identifikasi yang cermat terhadap
kebutuhan pelanggan melalui riset pasar formal mendahului pengembangan
terstruktur produk dan layanan baru dalam menanggapi kebutuhan tersebut.
Sebaliknya, perilaku wirausaha dianggap mewakili kegiatan yang jauh lebih
informal dan tidak terencana dengan mengandalkan intuisi dan energi seseorang
untuk mewujudkan sesuatu. Asumsi yang kontras ini memudahkan untuk
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 133

memahami mengapa pemilik usaha kecil, yang terutama, tetapi tidak secara
eksklusif, terkait dengan kewirausahaan, harus memiliki masalah khusus
dengan pemasaran menurut buku teks.
Pemilik atau manajer perusahaan kecil mengklaim memberi pemasaran prioritas
rendah dibandingkan dengan fungsi lain dari bisnis mereka, sering menganggap
pemasaran sebagai sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan besar. Usaha kecil
berbagi masalah pemasaran, khususnya basis pelanggan yang sempit, ruang
lingkup terbatas dan dampak kegiatan pemasaran, upaya variabel dan tidak
terencana, dan ketergantungan yang berlebihan pada kompetensi pemasaran
pemilik atau manajer. Meskipun pendekatan ini jelas rendah, bermasalah,
penelitian menunjukkan bahwa pemasaran sangat penting untuk kelangsungan
hidup dan pengembangan perusahaan kecil, dan kuncinya adalah kompetensi
wirausaha. Mengingat bahwa teori pemasaran dikembangkan sebagian besar
dari studi perusahaan besar, dan bahwa banyak buku teks masih mencerminkan
asal-usul ini dalam konsepnya dan studi kasus yang mereka sajikan, tampaknya
tepat waktu untuk memeriksa proses pemasaran dalam konteks perusahaan kecil
untuk mengembangkan pemahaman kita dari pemasaran kewirausahaan
(Stokes, 2000).

8.1.1 Definisi Kewirausahaan


Upaya untuk mendefinisikan kewirausahaan dapat dibagi menjadi dua kategori
besar:
a. studi kepribadian individu yang berusaha mengidentifikasi ciri-ciri
psikologis dan sosial yang umum di antara pengusaha dibandingkan
dengan non-pengusaha; dan
b. investigasi perilaku ke dalam apa yang dilakukan pengusaha dan
proses yang digunakan untuk melakukan kegiatan.

Meskipun pendekatan sifat pada umumnya yang terjadi pada karakteristik


kewirausahaan, seperti oportunistik, inovatif, proaktif, dan gelisah, pola dasar
pengusaha telah terbukti ilusif. Ada lebih banyak konsensus tentang apa yang
dilakukan pengusaha daripada siapa mereka. Definisi awal kewirausahaan
berfokus pada atribut perilaku, mendefinisikan wirausaha sebagai agen
perubahan, seseorang yang tidak berusaha untuk menyempurnakan, atau
mengoptimalkan cara yang ada dalam melakukan sesuatu, tetapi mencari
metode baru dan pasar baru - cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Aktivitas
134 Kewirausahaan dan UMKM

kewirausahaan adalah kekuatan yang diperlukan dalam ekonomi yang sehat dan
dinamis karena bertindak untuk mengacaukan keseimbangan ekonomi, yang
hanya mengoptimalkan apa yang sudah ada. Seorang wirausahawan sebagai
seseorang yang mencari perubahan, tetapi meresponsnya dengan cara yang
inovatif, memanfaatkannya sebagai peluang. Dia dengan demikian menjadikan
inovasi sebagai bagian penting dari kewirausahaan. Dengan demikian, ia
memusatkan perhatian pada proses manajemen yang terlibat dalam apa yang
dilakukan pengusaha. Yang lain telah mengambil tema kewirausahaan ini
sebagai suatu proses, gaya manajemen yang berorientasi pada tindakan yang
menjadikan inovasi dan perubahan sebagai fokus pemikiran dan perilaku.
Evaluasi kewirausahaan dan pemasaran ini mengadopsi yang kedua dari dua
pendekatan ini. Ini mendefinisikan pemasaran kewirausahaan dalam hal
perilaku dan kegiatan yang khas dari mereka yang terlibat dalam usaha
kewirausahaan (Stokes, 2000).

8.1.2 Definisi Pemasaran


Konsep pemasaran juga memperhatikan perubahan tetapi dengan cara yang
lebih teratur dan terstruktur. Pemasaran sebagai filosofi atau budaya organisasi,
sebagai proses strategis, dan sebagai serangkaian fungsi atau metode taktis, yang
kesemuanya membutuhkan kecerdasan pasar. Pemasaran dapat didefinisikan
dalam hal filosofi organisasi orientasi pasar, dipandu oleh segmentasi,
penargetan dan strategi positioning, dioperasionalkan melalui bauran pemasaran
dan didukung oleh intelijen pasar.
Pengusaha dan pemilik atau manajer usaha kecil cenderung tidak melihat
pemasaran dengan cara ini. Mereka mendefinisikan pemasaran dalam hal taktik
untuk menarik bisnis baru. Mereka kurang sadar akan makna lain, filosofis dan
strategis dari istilah tersebut. Wawancara yang dilaporkan di sini di antara empat
puluh pemilik bisnis menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka
menyamakan pemasaran dengan penjualan dan promosi saja. Definisi
pemasaran yang tidak hanya dipusatkan yang berfokus pada akuisisi dan
promosi pelanggan, sementara mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, dan
aspek-aspek pemasaran non-promosi lainnya seperti pengembangan produk,
penetapan harga dan distribusi, sebagian besar diabaikan. Banyak pemilik
menyarankan bahwa bisnis mereka bergantung pada rekomendasi dari mulut ke
mulut dan karenanya mereka tidak harus melakukan pemasaran apa pun.
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 135

Ini tidak selalu berarti bahwa mereka mengabaikan aspek lain pemasaran, hanya
bahwa mereka tidak mengetahui terminologi. Memang, pandangan sempit
pemilik bisnis tentang pemasaran tidak didukung oleh apa yang sebenarnya
mereka lakukan. Analisis kejadian kritis dari kegiatan mereka menunjukkan
kesadaran pemasaran yang strategis, terutama di bidang-bidang seperti
pemantauan pasar, menargetkan segmen pasar individu dan menekankan
layanan pelanggan dan hubungan. Ketika diminta untuk menentukan peringkat
kegiatan pemasaran mereka yang paling penting, rekomendasi dari pelanggan
adalah yang pertama di semua sektor dan ukuran perusahaan kecil. Namun,
ketergantungan pada rekomendasi ini tidak selalu merupakan indikasi upaya
pemasaran minimal, karena rekomendasi seperti itu sering sulit dimenangkan.
Bagi pengamat luar, terlalu mudah untuk menerima komentar pemilik atau
manajer bahwa mereka tidak punya waktu atau sumber daya untuk pemasaran,
dan pemilik yang lain memang mencurahkan banyak waktu mereka untuk
membangun hubungan dengan pelanggan yang puas dan kemudian
merekomendasikannya kepada orang lain (Stokes, 2000).

8.1.3 Definisi dan Sifat Pemasaran Kewirausahaan


Dari diskusi dalam literatur ada dua perspektif diidentifikasi: Yang pertama
mendefinisikan pemasaran kewirausahaan dengan penekanan pada aspek
kuantitatif perusahaan sebagai pemasaran untuk usaha baru atau kecil. Yang
kedua menyoroti aspek kualitatif pemasaran kewirausahaan dengan
mendefinisikannya sebagai pemasaran dengan spirit kewirausahaan (pemasaran
oleh pengusaha). Kami berpendapat bahwa kedua upaya mendefinisikan
pemasaran kewirausahaan mungkin dua sisi dari mata uang yang sama, karena
karakteristik kualitatif (kekecilan dan kebaruan) tampaknya menjadi konteks
yang mendukung kegiatan pemasaran yang didorong oleh wirausaha, yaitu
inovatif, berorientasi pada risiko dan spirit proaktif. Pemasaran kewirausahaan
adalah aspek yang tumpang tindih antara kewirausahaan dan pemasaran; oleh
karena itu, perilaku yang ditunjukkan oleh individu dan / atau organisasi mana
pun yang berusaha untuk membangun dan mempromosikan ide-ide pasar,
sambil mengembangkan yang baru untuk menciptakan nilai.
Pemasaran kewirausahaan adalah pemasaran perusahaan kecil yang sedang
tumbuh melalui kewirausahaan. Ciri pembeda dari interpretasi baru ini, pada
dasarnya adalah perspektif dalam dan luar yang berorientasi pasar, bisa menjadi
pengembangan kompetensi spesifik perusahaan dengan tindakan
kewirausahaan yang bertujuan untuk melayani permintaan pelanggan laten
136 Kewirausahaan dan UMKM

masa depan akan produk yang belum ada, ini bisa disebut konsep pemasaran
kewirausahaan (Kraus, Harms and Fink, 2010).
Pemasaran kewirausahaan dikonsep sebagai identifikasi proaktif dan eksploitasi
peluang untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan yang
menguntungkan melalui pendekatan inovatif untuk manajemen risiko,
peningkatan sumber daya, dan penciptaan nilai. Bauran Pemasaran
dikembangkan berdasarkan pemahaman pemasar tentang peluang, sedangkan
pengusaha mengembangkan usaha berdasarkan pemahaman bahwa ada
peluang. Pemasaran sebagai filosofi organisasi mengusulkan bahwa penilaian
kebutuhan pasar diperlukan sebelum pengembangan produk atau layanan,
namun, pengusaha sering menyelidiki fase pengembangan dan mencari pasar
yang layak setelahnya. Sementara konteksnya, dan kemungkinan
implementasinya akan berbeda, proses pemikiran di balik kegiatan ini bermula
dari pemahaman yang sama tentang pengakuan peluang (Ferreira, Lord
Ferguson and Pitt, 2019).
Penting untuk dicatat bahwa sinergi antara kewirausahaan dan pemasaran begitu
kuat sehingga banyak penulis mengintegrasikannya istilah dengan cara yang
berbeda, di antaranya yang paling sering digunakan adalah pemasaran
kewirausahaan. Pendekatan ini, bagaimanapun, memiliki kelemahan potensial
pada kenyataan bahwa sebagian besar peneliti ini menganggap bahwa
kewirausahaan terkait dengan usaha kecil atau menengah, saat mengidentifikasi
kewirausahaan dengan wirausaha, yaitu, pemilik perusahaan semacam itu.
Namun demikian, banyak pembahasan telah memperkenalkan argumen bahwa
orientasi kewirausahaan dapat tertanam di perusahaan besar maupun di
perusahaan kecil dan menengah. Dapat dikatakan bahwa pemasaran itu unik
mampu menganalisis (r)evolusi di lingkungan bisnis dan mengantisipasi
kemungkinan baru untuk kegiatan wirausaha (Nikolić et al., 2017).
Menggabungkan definisi pemasaran America Marketing Association (AMA)
dan definisi kewirausahaan, kami mengusulkan definisi baru kewirausahaan
pemasaran: “Pemasaran wirausaha adalah fungsi organisasi dan serangkaian
proses untuk menciptakan, berkomunikasi, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara-cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemangku kepentingannya, dan itulah
ditandai oleh inovasi, pengambilan risiko, proaktif, dan dapat dilakukan tanpa
sumber daya saat ini dikendalikan " (Kraus, Harms and Fink, 2010).
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 137

8.1.4 Spiral Kesuksesan


Model kami didasarkan pada premis bahwa menyadari perubahan diperlukan
untuk pengembangan bisnis, di mana kewirausahaan mengelola
pengembangan, sementara pemasaran mengelola risiko. Dengan kata lain,
pemasaran menentukan tingkat risiko yang dapat diterima yang memfasilitasi
pendakian spiral kesuksesan organisasi. Pemasaran sebagai fungsi organisasi
secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat orientasi kewirausahaan perusahaan.
Namun, prospek jangka panjang dari orientasi kewirausahaan ditentukan oleh
kualitas kegiatan pemasaran. Lebih penting lagi, harus ditekankan bahwa pasar
yang terus berubah bukanlah ancaman, tetapi penggagas pemasaran. Pasar
seperti itu menciptakan peluang yang tidak umum pada periode stabilitas pasar.
Spiral kesuksesan dari sebuah organisasi yang menunjukkan hubungan dinamis
antara kewirausahaan dan pemasaran melibatkan dua parameter yang
menentukan karakteristik temporalnya. Diameter spiral menentukan ukuran
diversifikasi, sedangkan langkah spiral mewakili ukuran frekuensi atau instance
ketika suatu organisasi memasuki siklus perkembangan baru. Spiral kesuksesan
dari organisasi yang berkembang dengan baik ditandai dengan ukuran langkah
yang lebih pendek dan diameter yang lebih luas, yang dapat diartikan sebagai
siklus perkembangan yang sering terjadi dengan tingkat diversifikasi yang lebih
tinggi (misal, bidang operasi bisnis baru). Untuk bertahan hidup dalam
lingkungan yang kompetitif, frekuensi tinggi dan keragaman adalah suatu
keharusan.
Secara khusus, peningkatan perubahan, sebagai dasar dari kegiatan wirausaha
mengarah pada peningkatan risiko yang dihadapi bisnis. Peningkatan risiko
menuntut kegiatan pemasaran yang kuat yang harus menyelesaikan masalah
dengan mengerjakan perbedaan, yaitu dengan menciptakan keunggulan
kompetitif yang menyebabkan penurunan risiko dan peningkatan stabilitas
dinamis sistem. Namun, dalam jangka panjang, kurangnya perubahan
organisasi dapat menyebabkan peningkatan risiko karena dapat mengurangi
keunggulan kompetitif organisasi dan dengan demikian memperkuat persaingan
pasarnya. Kami menekankan paradoks: ketika perubahan organisasi kuat, tetapi
juga ketika tidak, organisasi menghadapi risiko tinggi. Perkembangan yang
merugikan seperti itu membutuhkan masuk dalam siklus baru kegiatan
kewirausahaan dengan cara inovasi yang tidak hanya meningkatkan risiko,
tetapi juga menciptakan keuntungan pasar dari yang lain mengerjakan siklus
perbedaan.
138 Kewirausahaan dan UMKM

Secara umum, pemasaran dan kewirausahaan secara langsung terkait dengan


profitabilitas perusahaan. Pengembangan produk dan layanan baru yang
berhasil mampu mempertahankan pertumbuhan dan mempertahankan
profitabilitas perusahaan sehat dalam jangka panjang. Ini berarti bahwa
pemasaran melakukan peran saluran yang memberikan momentum
kewirausahaan. Diambil bersama-sama, kewirausahaan dan pemasaran
menawarkan kemungkinan untuk mengembangkan solusi unik yang dirancang
untuk memenuhi persyaratan pembeli dalam bisnis berorientasi pada pasar
kewirausahaan (Nikolić et al., 2017).

8.1.5 Kewirausahaan sebagai Aspek Kuantitatif Pemasaran


Pemasaran secara luas dianggap sebagai kunci untuk bertahan hidup,
pengembangan dan keberhasilan usaha baru atau kecil. Meskipun pemasaran
sangat penting bagi perusahaan-perusahaan ini - pemodal ventura bahkan
menilai kepentingan keseluruhannya untuk keberhasilan usaha baru di 6,7 pada
skala 7, di atas semua bidang fungsional lainnya - dipraktekkan dengan cara
yang berbeda dari pedoman buku teks. Sampai tahun 1990-an, secara luas
diasumsikan bahwa usaha baru atau kecil memerlukan versi sederhana dari
praktik pemasaran yang lebih 'canggih' yang dikembangkan untuk perusahaan
besar. Namun, mungkin ada kesenjangan antara pendekatan buku teks standar
dan praktik pemasaran aktual di perusahaan kecil, dan pendekatan khusus untuk
pemasaran diperlukan untuk memperhitungkan tantangan spesifik yang
dihadapi sebagian besar usaha kecil atau baru.
Pertama, tanggung jawab kecil yang mengacu pada sumber daya keuangan dan
manusia yang terbatas, kekuatan pasar yang terbatas, dan basis pelanggan yang
kecil. Dalam usaha kecil (biasanya usaha baru), pemilik-manajer adalah orang
utama untuk semua keputusan dan membentuk semua kegiatannya. Sebagai
konsekuensi untuk pemasaran, ini menyiratkan bahwa pemasaran dapat
dilakukan dengan cara yang relatif tidak canggih, sangat terkait dengan orang
pemilik / manajer dan mungkin harus dijalankan dengan sumber daya yang
terbatas.
Kedua, kewajiban kebaruan menggambarkan kurangnya mapan hubungan
dengan mitra pasar dan kurangnya rutinitas di perusahaan. Sebagai konsekuensi
untuk pemasaran, perusahaan baru dihadapkan dengan kurangnya kepercayaan
pada produk mereka karena rekam jejak yang hilang, perusahaan atau nama
merek yang tidak dikenal dan kurangnya keahlian dan pengalaman dalam
pemasaran.
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 139

Berlawanan dengan latar belakang peran dominan pengusaha dalam Usaha


Kecil dan Menengah (UKM), orientasi manajemen dan terutama sikapnya
terhadap pemasaran sangat penting. Namun, pengusaha mungkin cenderung
meremehkan pentingnya pemasaran. Misalnya, dalam penyelidikan terhadap 68
perusahaan kecil Irlandia, tidak ada pengusaha yang diwawancarai yang
mengklasifikasikan diri mereka sebagai pemasar yang canggih, sedangkan 60
persen bahkan menganggap diri mereka sebagai bukan pemasar, dan 40 persen
sisanya hanya sebagai “pemasar implisit“.
Ketergantungan yang kuat pada pengusaha tunggal mungkin memiliki
konsekuensi yang negatif. Sebuah studi pada 100 startup yang didukung VC dari
Jerman menunjukkan bahwa perencanaan pemasaran yang dilakukan dalam tim
secara signifikan lebih sukses. Istilah pemasaran oleh manajer atau pemilik
UKM sebagian besar dianggap sebagai penjualan. Ini mungkin, khususnya
dalam kasus usaha kecil yang lebih muda, menjadi hasil dari tujuan umum
perusahaan untuk bertahan hidup, karena penjualan awal diperlukan untuk
menjaga perusahaan tetap bertahan.
Tantangan utama untuk pemasaran dalam usaha baru bahwa usaha ini dan
produk mereka tidak diketahui oleh pelanggan mereka, yang mengakibatkan
kurangnya kepercayaan. Tugas utama untuk usaha baru adalah membangun
kepercayaan dan memenangkan pelanggan pertama mereka.
Berkenaan dengan kebutuhan untuk membangun kepercayaan, sebuah studi
pada 311 usaha baru dari Jerman menunjukkan pentingnya proses membangun
merek perusahaan tepat waktu yang mencakup budaya perusahaan, perilaku,
desain dan komunikasi, dan ditujukan tidak hanya untuk eksternal, tetapi juga
kepada pemangku kepentingan internal. Berkenaan dengan akuisisi pelanggan,
jaringan pribadi memainkan peran penting untuk akuisisi pelanggan pertama.
Penggunaan jaringan pribadi dapat menjadi cara yang efektif dan hemat biaya
untuk menangani pelanggan.
UKM berkembang dalam beberapa model tahapan ketika menyangkut perilaku
pemasaran: pada tahap permulaan, aktivitas bisnis sebagian besar akan berfokus
pada produk dan penerimaan pelanggan. Pemasaran dengan demikian
cenderung didominasi oleh reaksi terhadap permintaan pelanggan dan
perubahan pasar. Pemasaran di UKM tampaknya lebih bersifat ad hoc seperti
pada fase awal keberadaan perusahaan. Ketika bisnis berkembang, lebih banyak
eksperimen akan terjadi. Selama bertahun-tahun, perusahaan akan
mengembangkan gaya dan praktik pemasarannya sendiri. Langkah-langkah ini
140 Kewirausahaan dan UMKM

menyiratkan perkembangan dari keadaan pemasaran yang tidak terkendali


menjadi relatif terkendali ketika tumbuh dalam siklus hidup organisasi (Kraus,
Harms and Fink, 2010).

8.1.6 Kewirausahaan sebagai Aspek Kualitatif Pemasaran


Kami berpendapat bahwa pemasaran fungsi organisasi dapat dipengaruhi oleh
tingkat kewirausahaan perusahaan. Untuk membuat konsep kewirausahaan,
kami mendasarkan argumen kami pada orientasi wirausaha dan manajemen
wirausaha. Perusahaan wirausaha adalah perusahaan yang bergerak dalam
inovasi pasar produk, melakukan usaha yang agak berisiko, dan pertama kali
menghasilkan inovasi proaktif.
Dengan meningkatkan fokus dari inovasi pasar produk ke pelaksanaan fungsi
organisasi (lainnya), muncul konseptualisasi manajemen wirausaha.
Manajemen wirausaha menggambarkan proses di mana individu - baik sendiri
atau di dalam organisasi - mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya
yang saat ini mereka kontrol. Konseptualisasi ini menambahkan unsur-unsur
dalam mengejar peluang dan mengabaikan sumber daya yang saat ini
dikendalikan untuk konseptualisasi kewirausahaan kami.
Mengambil contoh promosi, pendekatan konservatif untuk pemasaran mungkin
menggunakan saluran komunikasi klasik (cetak, TV) dengan teks dan gambar
biasa sebagai reaksi terhadap kampanye pesaing, dengan kampanye sendiri
dibayar penuh oleh perusahaan. Sebuah pendekatan kewirausahaan untuk
pemasaran akan menggunakan saluran komunikasi inovatif (misal Internet,
pemasaran seluler) atau menggunakan saluran klasik dengan cara yang inovatif
dengan konten baru, dan akan menjadi yang terdepan dalam persaingan dalam
melakukan hal ini. Selain itu, strategi komunikasi memanfaatkan sumber daya
yang berada di luar perusahaan, seperti dari mulut ke mulut dari pelanggan.
Dalam nada yang sama, fungsi pemasaran lain yang digunakan untuk
menciptakan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola
hubungan pelanggan dapat berupa konservatif atau wirausaha. Contoh ini
menunjukkan bahwa konservatif dan/atau pemasaran kewirausahaan
dimungkinkan untuk perusahaan kecil dan besar. Perusahaan kecil dengan
pendekatan pemasaran konservatif mungkin beriklan di surat kabar lokal
dengan iklan biasa, sementara perusahaan besar yang menggunakan pemasaran
kewirausahaan mungkin meluncurkan kampanye iklan viral yang canggih
(Kraus, Harms and Fink, 2010).
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 141

8.2 Karakteristik Pemasaran


Kewirausahaan
Karakteristik pemasaran kewirausahaan sebagai orientasi organisasi yang
memiliki tujuh dimensi mendasar. Empat dimensi ini adalah pro-keaktifan,
berfokus pada peluang, pengambilan risiko dan berorientasi inovasi dibangun
langsung pada penelitian yang meneliti orientasi kewirausahaan perusahaan.
Oleh karena itu, kegiatan wirausaha akan menghasilkan hasil ekonomi makro
yang positif dan dapat menyebabkan peningkatan kinerja di organisasi yang
sudah mapan, pasar yang memiliki cukup kebebasan dalam proses pemasaran
kewirausahaan dapat digunakan secara strategis untuk menciptakan nilai unggul
bagi pelanggan dan pemilik perusahaan. Praktik pemasaran kewirausahaan
diharapkan memengaruhi hasil keuangan dan non-keuangan.

8.2.1 Proaktif
Proaktif mengacu pada bagaimana perusahaan berhubungan dengan peluang
pasar dengan mengambil inisiatif di pasar. Proaktif adalah keadaan pikiran dan
kehendak sebagian besar didorong oleh kesadaran seseorang, untuk
mempertahankan visi, untuk memenuhi misi, untuk mencapai tujuan yang
menantang dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Perusahaan kecil untuk
aktif dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang bisnis, mereka harus
proaktif. Dimensi proaktif membuat perusahaan untuk mengadopsi pemindaian
lingkungan yang berkelanjutan dan bertindak di muka terhadap perubahan
untuk melayani pelanggan dan pasar dengan lebih baik. Ini membayangkan
masa depan di mana satu perangkat parameter strategis untuk memengaruhi,
berdampak dan menciptakan kembali lingkungan di mana untuk beroperasi
sesuai dengan visi itu.
Proaktifitas mencerminkan keinginan wirausaha untuk mendominasi kompetisi
melalui kombinasi gerakan proaktif dan agresif, misal. memperkenalkan produk
atau layanan baru di depan persaingan dan bertindak untuk mengantisipasi
permintaan di masa depan untuk menciptakan perubahan dan membentuk
lingkungan. Proaktivitas pada dasarnya berorientasi pada pencapaian,
menekankan pada pengambilan inisiatif, mengantisipasi, menciptakan
perubahan, memprediksi evolusi menuju situasi kritis dan persiapan awal
sebelum terjadinya ketidakpastian atau risiko yang akan datang. Proaktifitas
mengungkapkan diri melalui tindakan dalam perumusan “keyakinan yang
142 Kewirausahaan dan UMKM

dinyatakan“ dan implantasi keyakinan ini. Kecenderungan pro-aktif memberi


perusahaan kemampuan untuk mengantisipasi perubahan atau kebutuhan di
pasar dan menjadi yang pertama untuk menindaklanjutinya dan keuntungan
penggerak pertama diterjemahkan menjadi kinerja yang unggul. Oleh karena itu
perusahaan proaktif dapat menciptakan keuntungan firstmover, menargetkan
premium dan segmen pasar dan skim pasar di depan pesaing. Ini melibatkan dua
tindakan pemasaran terkait; pro-activeness terdiri pertama dari praktik-praktik
di mana perusahaan mengantisipasi situasi-situasi yang menantang dan kedua,
dari tindakan yang diambil untuk mengelola peristiwa-peristiwa itu. Dari
perspektif kewirausahaan, pro-aktivitas menggambarkan tindakan pemasaran
yang melaluinya perusahaan mengubah kondisi eksternal untuk mengurangi
ketidakpastian dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan. bahwa proaktif
mencerminkan keinginan wirausaha untuk mendominasi persaingan melalui
kombinasi langkah proaktif dan agresif, yang mencakup memperkenalkan
produk atau layanan baru di depan kompetisi dan bertindak sebagai antisipasi
terhadap tuntutan masa depan untuk menciptakan perubahan dan membentuk
lingkungan, untuk mengungguli pesaing (Stephen, Ireneus and Muses, 2019).

8.2.2 Fokus Peluang


Pemasaran kewirausahaan menekankan pada mengejar peluang tanpa
memandang sumber daya yang tersedia. Pengakuan dan pengejaran peluang
adalah kegiatan pemasaran yang penting untuk kesuksesan perusahaan. Potensi
pasar dievaluasi oleh tingkat kecocokan yang berkaitan dengan kemampuan dan
sumber daya perusahaan. Adalah kecenderungan perusahaan untuk
mengidentifikasi peluang "tepat" yang menentukan kesuksesan. Meskipun
peluang dapat terjadi secara acak, pemasar wirausaha memiliki kecenderungan
untuk secara proaktif memindai peluang baru. Inovasi dan kreativitas adalah alat
penting yang memungkinkan perusahaan wirausaha untuk mengubah peluang
menjadi kenyataan.
Fokus peluang perusahaan adalah kemampuan untuk memilih peluang yang
tepat yang menentukan kesuksesan. Menganggap bahwa peluang dipandang
sebagai fenomena objektif yang ada secara independen dari wirausahawan dan
karenanya berada dalam aliran pengalaman di luar wirausahawan yang
menunggu penemuan dan eksploitasi. Pengetahuan pasar organisasi
menentukan apakah inovasi diterapkan pada waktu yang tepat, dalam keadaan
yang kurang ideal. Pengetahuan pasar berfungsi sebagai kendala, mencegah
perusahaan menyia-nyiakan sumber daya secara sia-sia.
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 143

Peluang yang membutuhkan komitmen sumber daya yang besar mungkin tidak
dapat dicapai oleh perusahaan yang dioperasikan oleh pemilik yang lebih kecil.
Namun, untuk perusahaan wirausaha, pengakuan dan pengejaran kesempatan
lebih dekat selaras dengan persepsi individu pengusaha. Dengan demikian,
ketika orang lain melihat masalah, pengusaha lebih cenderung melihat potensi.
Diduga bahwa kemampuan pengenalan peluang perusahaan memiliki dampak
positif pada kinerja berdasarkan pada premis berikut. Pertama, pengakuan
Peluang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencari solusi inovatif
untuk masalah pelanggan, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan
pelanggan, volume penjualan dan akhirnya kinerja perusahaan.
Kedua, untuk mengidentifikasi peluang baru, perusahaan terus mencari
kebutuhan pasar baru atau untuk menciptakan kebutuhan pasar baru atau untuk
menciptakan kesesuaian baru antara penawaran dan permintaan. Akibatnya,
kebutuhan pasar akan lebih baik dilayani dan volume penjualan perusahaan
akan ditingkatkan. Ketiga, pengakuan peluang seringkali mengarah pada
lahirnya ide bisnis baru, layanan produk, dan model bisnis proses atau teknik
manajemen. Ketika perusahaan berusaha untuk mengejar peluang-peluang ini,
maka keseluruhan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan
pengambilan keputusan akan ditingkatkan. Selanjutnya, kemampuan mereka
untuk segera beradaptasi dengan komplikasi lingkungan kelembagaan akan
ditingkatkan. Ketersediaan peluang cenderung berkorelasi dengan tingkat
perubahan lingkungan, yang menunjukkan perlunya pemasar untuk terlibat
dalam peningkatan level baik pencarian tindakan dan penemuan. Lebih lanjut,
eksploitasi kesempatan mensyaratkan pembelajaran dan adaptasi berkelanjutan
oleh pemasar sebelum, selama dan setelah implementasi aktual dari konsep
inovatif. Peluang mewakili posisi pasar tanpa disadari yang merupakan sumber
potensi keuntungan berkelanjutan. Mereka berasal dari ketidaksempurnaan
pasar, di mana pengetahuan tentang ketidaksempurnaan ini dan bagaimana
mengeksploitasi mereka membedakan pemasaran kewirausahaan (Stephen,
Ireneus and Muses, 2019).

8.2.3 Inovasi
Inovasi mengacu pada perusahaan proaktif yang mengeksplorasi peluang baru
daripada hanya mengeksploitasi kekuatan saat ini dan oleh karena itu
tampaknya penting untuk upaya inovatif yang mampu melampaui harapan
pelanggan. Inovatif termasuk menumbuhkan semangat kreativitas, mendukung
penelitian dan pengembangan dan eksperimen, mengembangkan proses baru,
144 Kewirausahaan dan UMKM

memperkenalkan produk dan layanan baru dan kepemimpinan teknologi.


Tindakan pemasaran berorientasi inovasi memungkinkan perusahaan untuk
fokus pada ide-ide yang mengarah pada pasar, produk atau proses baru.
Sejauh mana organisasi yang sukses menempatkan inovasi dalam kegiatan
pemasarannya dapat berkembang dari pengetahuan pasar baru yang sangat
inovatif. Perusahaan dapat memilih untuk fokus pada sarana pemasaran yang
inovatif karena perusahaan mungkin tidak memiliki sumber daya untuk
memenuhi atau mempertahankan standar industri. Pengusaha menunjukkan
inovasi umum atau keterbukaan terhadap hal baru dan mereka juga
menampilkan domain tertentu dalam studi yang membandingkan pemasaran
korporat tradisional dengan pemasaran kewirausahaan. Dalam kasus pengusaha,
strategi pemasaran menggantikan teori pemasaran tradisional dengan
kreativitas, fleksibilitas, dan inovasi yang diperlihatkan oleh para pengusaha saat
ini. Suatu inovasi terdiri dari pengetahuan teknis tertentu tentang bagaimana hal-
hal dapat dilakukan lebih baik daripada keadaan seni yang ada.
Dengan demikian menjadi inovatif akan membantu perusahaan memperluas
bisnis baru dan menjual peluang bisnis dan berhasil bersaing dalam ekonomi
transisi. Ini membantu perusahaan membangun posisi kompetitif yang dominan
dan dapat memberikan perusahaan pendatang baru peluang untuk mendapatkan
keunggulan di pasar. Perusahaan yang secara efektif adalah inovator cenderung
bertahan dengan baik di pasar yang dinamis dan kompetitif seperti itu sejalan
dengan pemahaman intuitif tentang kebutuhan pasar. Inovasi dan kreativitas
adalah kondisi yang melekat dalam peran kewirausahaan dan mencerminkan
keinginan perusahaan untuk mengembangkan metode yang dapat menghasilkan
produk, layanan, atau proses teknologi baru.
Inovasi datang dalam berbagai bentuk; inovasi teknologi terutama terdiri dari
penelitian dan upaya rekayasa yang bertujuan untuk mengembangkan produk
dan proses baru. Inovasi-inovasi pasar-produk dapat mencakup riset pasar,
desain produk, dan inovasi dalam periklanan dan promosi. Inovasi karenanya
dapat menyediakan sumber daya penting yang berkontribusi terhadap
keunggulan kompetitif perusahaan. Inovatif adalah penentu penting kinerja
perusahaan.
Dalam pemasaran kewirausahaan, pengusaha cenderung berorientasi pada
inovasi (yang didorong oleh gagasan dan intuisi daripada berorientasi pada
pelanggan), yang didorong oleh penilaian kebutuhan pasar. Keunikan orientasi
kewirausahaan ini akan mendorong perubahan dan perilaku kreatif, yang
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 145

mendorong pertukaran ide aktif, meningkatkan arus informasi, dan kebaruan


dalam pengembangan produk baru. Dalam sebuah studi yang membandingkan
pemasaran tradisional, pemasaran korporat dengan pemasaran kewirausahaan,
itu berkaitan dengan pengusaha, strategi pemasaran menggantikan teori
pemasaran tradisional dengan fleksibilitas kreativitas dan inovasi yang
diperlihatkan oleh pengusaha sehari-hari. Innovativeness adalah penentu
penting dari keunggulan kompetitif bisnis. Innovativeness telah menjadi
prasyarat untuk keunggulan kompetitif dan kelangsungan hidup perusahaan.
Tampaknya sangat penting untuk perusahaan wirausaha kecil dengan sumber
daya terbatas.

8.2.4 Intensitas Pelanggan


Perusahaan yang menggunakan praktik pemasaran kewirausahaan dengan
efektif mengakui bahwa alasan mereka berbisnis adalah karena pelanggan saat
ini. Perusahaan-perusahaan ini ada untuk melayani pelanggan dan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang eksplisit dan laten. Perusahaan-
perusahaan ini, bagaimanapun, juga memiliki pemahaman yang mendalam
bahwa ruang produk-pasar-teknologi di mana mereka beroperasi adalah
dinamis, dan, sebagai akibatnya, pelanggan dapat bosan dengan penawaran
produk saat ini dan sering tertarik untuk beralih ke yang baru dikembangkan,
unggul penawaran produk. Oleh karena itu, tidak hanya perusahaan-perusahaan
ini perlu bekerja sama dengan pelanggan saat ini untuk memastikan produk
yang ditawarkan tetap kompetitif, tetapi juga harus terus-menerus mencari untuk
mengidentifikasi pelanggan baru, kebutuhan baru untuk memuaskan, dan
bahkan menciptakan ruang teknologi pasar produk baru.
Kami juga berpendapat bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik pemasaran
kewirausahaan, karena tingkat intensitas pelanggan yang tinggi, memiliki
kemampuan unggul untuk mengidentifikasi peluang dan memiliki pemahaman
mendalam tentang kebutuhan eksplisit dan laten dari pelanggan saat ini dan di
masa depan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang sukses
adalah organisasi yang lebih menekankan pada intensitas pelanggan. pengusaha
perlu menyadari bahwa citra publik mereka dapat mencerminkan persepsi
konsumen tentang perusahaan mereka. Namun, juga telah disarankan bahwa
orientasi pelanggan yang ekstrem dapat menghambat inovasi terobosan yang
menciptakan pasar dan mengganggu keseimbangan karena perubahan radikal
ini berada di depan pelanggan. Dimensi intensitas pelanggan dibangun di atas
apa yang sering dipandang sebagai kekuatan pendorong utama pemasaran
146 Kewirausahaan dan UMKM

dalam organisasi. Orientasi yang berpusat pada pelanggan menggunakan


pendekatan inovatif untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan
hubungan pelanggan.

8.2.5 Penciptaan nilai


Selain memahami pentingnya pelanggan untuk kelangsungan hidup jangka
panjang bisnis, perusahaan yang mengadopsi praktik pemasaran kewirausahaan
juga memahami pentingnya penciptaan nilai - yaitu, kebutuhan untuk
menyediakan sesuatu yang bernilai bagi pelanggan dan pemangku kepentingan,
bahkan lebih, berharga dari yang ditawarkan oleh pesaing. Proposisi nilai dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan seperangkat manfaat penawaran (seperti
produk, layanan, pribadi, atau manfaat terkait gambar) atau mengurangi biaya
total (termasuk biaya moneter, waktu, energi, dan psikis) kepada pelanggan
akuisisi, penggunaan, dan pengaturan penawaran.
Sekali lagi, karena kemampuan unggul untuk mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang, kami berpendapat bahwa perusahaan yang mengadopsi
praktik pemasaran kewirausahaan lebih mampu mengidentifikasi peluang
wirausaha yang menarik dan memanfaatkannya dengan memanfaatkan inovasi
untuk meningkatkan manfaat penawaran dan/atau mengurangi biaya
penawaran, sehingga menghasilkan dalam nilai superior bagi pelanggan.
Penciptaan nilai, yang sentral dalam definisi kegiatan wirausaha, juga
merupakan bagian integral dari orientasi pemasaran suatu perusahaan.
Sementara penciptaan nilai adalah kondisi penting untuk terjadinya pertukaran,
perusahaan yang berhasil menekankan kegiatan penciptaan nilai yang paling
sesuai dengan maksud strategis mereka dalam persaingan mereka.
Sementara pemasaran tradisional telah lebih fokus pada transaksi dan hubungan
pelanggan, titik fokus pemasaran kewirausahaan adalah inovatif dan
berorientasi pada penciptaan nilai. Pengusaha mencapai hasil yang lebih baik
ketika mereka menemukan cara baru untuk menciptakan atau menemukan nilai.
Orientasi kewirausahaan secara positif terkait dengan kinerja perusahaan.
Mereka lebih lanjut menegaskan bahwa proses penciptaan pengetahuan
memainkan peran mediasi dalam hubungan.

8.2.6 Peningkatan Sumberdaya


Kami berpendapat bahwa perusahaan yang mengadopsi praktik pemasaran
kewirausahaan tidak hanya oportunistik ketika memeriksa lingkungan eksternal
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 147

mereka, tetapi juga oportunistik ketika memeriksa lingkungan internal mereka,


dalam hal ini, basis sumber daya mereka. Oleh karena itu, perusahaan praktik
pemasaran kewirausahaan menunjukkan kemampuan dalam menugaskan
kembali dan memanfaatkan nilai dari sumber daya (baik yang dimiliki atau
dikendalikan) untuk memanfaatkan peluang eksternal. Contoh perusahaan yang
memanfaatkan sumber daya mereka secara efektif dalam studi lapangan
termasuk Siemens AG dan Saab, konglomerat teknologi Jerman dan Swedia.
Siemens dan Saab memiliki budaya yang memerlukan peningkatan risiko
komersialisasi inovasi melalui pengembangan bisnis. Di kedua organisasi, jika
inisiatif kewirausahaan gagal menarik modal risiko luar, maka dukungan
internal ditarik. Siemens dan Saab mencari inovasi dan manfaat strategis dari
proses penjelajahan yang dapat mereka tangkap sebagai investor minoritas
secara lebih efektif dan efisien.
Dimensi pemanfaatan sumber daya bukan hanya masalah penggunaan sumber
daya yang terbatas secara efektif, melainkan proses sinergis yang kreatif. Dalam
beberapa kasus, ia mengenali sumber daya yang tidak terlihat oleh orang lain.
Dalam UKM, alih-alih dihambat oleh keterbatasan sumber daya, perusahaan
merancang strategi pemasaran yang inovatif dan dengan demikian dapat
mengakses sumber daya sehingga lebih banyak yang dapat dilakukan dengan
lebih sedikit, seringkali mengurangi risiko melalui penggunaan leveraging yang
lebih besar. UKM yang sukses lebih cenderung menggunakan praktik
peningkatan sumber daya seperti berbagi sumber daya dan outsourcing fungsi-
fungsi utama. Studi menemukan bahwa akses ke sumber daya meningkatkan
inovasi dan pengambilan risiko sementara kendala sumber daya menghambat
upaya kewirausahaan. Sebaliknya, penelitian telah menemukan kendala sumber
daya mengarah pada upaya kewirausahaan yang lebih besar, menunjukkan
persepsi pengusaha mungkin lebih penting daripada ketersediaan sumber daya
(Stephen, Ireneus and Muses, 2019).

8.2.7 Pengambilan Risiko Terkalkulasi


Konsisten dengan konseptualisasi kewirausahaan, kami menyarankan agar
perusahaan praktik pemasaran kewirausahaan mengambil risiko yang
diperhitungkan, rasional, dan terukur. Perusahaan yang telah mengadopsi
praktik pemasaran kewirausahaan bukan judi tetapi penerima risiko yang
memahami bahwa inovasi dalam lingkungan sosial, teknologi, dan ekonomi
saat ini secara inheren tidak pasti dan membutuhkan taruhan yang rasional pada
kesempatan panjang. Salah satu metode untuk mengelola risiko adalah bekerja
148 Kewirausahaan dan UMKM

dalam aliansi dengan pihak lain, perusahaan-perusahaan ini percaya akan


memberikan kemampuan yang saling melengkapi dan membantu mengalihkan
risiko ke pihak lain. Studi awal pengambilan risiko berpusat pada premis bahwa
wirausahawan cenderung mengambil risiko usaha.
Karena peluang mewakili kemungkinan keuntungan, maka pengejaran atas
keuntungan tersebut harus diimbangi dengan potensi kerugian melalui upaya
yang salah perhitungan. Dalam kerangka kewirausahaan, pengambilan risiko
bukan hanya kesediaan untuk mengambil kesempatan pada suatu kesempatan;
itu adalah kemampuan organisasi untuk menggunakan tindakan yang
diperhitungkan untuk mengurangi risiko yang melekat dalam pengejaran
kesempatan. Sikap pengambilan risiko oleh pemilik-operator memainkan peran
penting dalam menentukan tindakan yang dilakukan perusahaan, dengan
pengusaha memandang pengambilan risiko hanya sebagai bagian dari pekerjaan
mereka. pengusaha ditandai sebagai individu yang optimis yang secara sadar
mengejar tujuan mereka. Dia juga setuju bahwa tujuan-tujuan ini mungkin
sering dilakukan sendiri.
Meskipun tindakan berani yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dapat
dipandang sebagai risiko tinggi, para wirausahawan melihat tindakan itu juga
dalam kemampuan mereka dan menganggap risiko lebih kecil daripada yang
lain. Alih-alih memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan
usaha berisiko, pengusaha malah memiliki tingkat persepsi risiko yang lebih
rendah. Dalam pendekatan pengambilan risiko yang berbeda, UKM dapat
memilih proses yang lebih bertahap dan mengambil tindakan untuk mengejar
serangkaian hasil yang lebih kecil dan lebih berisiko. Pengusaha dengan catatan
keberhasilan masa lalu ulet dalam memilih industri yang tepat dan waktu yang
tepat untuk memulai usaha baru. Mereka setuju untuk pengusaha yang
menunjukkan keterampilan pengaturan waktu pasar lebih mungkin untuk
mengungguli rekan-rekan industri (Stephen, Ireneus and Muses, 2019).

8.3 Interpretasi Pemasaran


Kewirausahaan
Pemasaran di perusahaan-perusahaan kecil bukanlah kegiatan promosi yang
sederhana dan muncul pada pandangan pertama. Pemasaran juga tidak sesuai
dengan konsep tradisional. Jika masing-masing dari empat elemen dalam
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 149

definisi pemasaran diperiksa, variasi yang berbeda antara apa yang sebenarnya
dilakukan oleh pemilik usaha kecil dan pengusaha dan apa yang akan dilakukan
oleh teori pemasaran, dapat diidentifikasi.

8.3.1 Orientasi pelanggan versus orientasi inovasi


Pemasaran sebagai filosofi organisasi menunjukkan bahwa penilaian kebutuhan
pasar dilakukan sebelum pengembangan produk atau layanan baru. Pemilik
bisnis wirausaha sering melakukannya sebaliknya karena mereka cenderung
memulai dengan sebuah ide, dan kemudian mencoba mencari pasar untuk itu.
Ketika ditanya selama diskusi kelompok fokus tentang proses pengenalan
produk atau layanan baru ke dalam bisnis mereka, pemilik menyatakan bahwa
perubahan lebih sering didorong oleh adanya ide baru atau tekanan persaingan,
daripada kebutuhan yang telah diteliti dengan baik, kebutuhan yang mapan di
antara pelanggan. Ini tentu saja tercermin dalam sejarah pengusaha terkenal
seperti Roddick, Branson, Sugar dan Dyson yang tidak menemukan bisnis awal
mereka pada analisis pasar, tetapi pada perasaan intuitif untuk apa yang
diperlukan. Kreativitas dan inovasi dalam pengembangan produk atau layanan
adalah keunggulan dari kewirausahaan yang sukses, bukan penelitian yang
cermat terhadap kebutuhan pelanggan.
Ini tidak berarti bahwa kebutuhan pelanggan tidak diperhitungkan. Aktivitas
inovatif mengambil ide-ide baru dan mengubahnya menjadi produk atau
layanan bermanfaat yang dibutuhkan pelanggan. Namun seringkali ini dicapai
melalui semangat untuk pengembangan konsep dan ide baru yakni orientasi
inovasi daripada melalui dedikasi terhadap prinsip-prinsip orientasi pelanggan.
Idenya datang pertama dan cek untuk penerimaan pasar kedua.
Skala aktivitas kewirausahaan yang paling banyak digunakan didasarkan pada
dimensi perilaku pengambilan risiko, inovasi, dan respons proaktif. Namun, kita
tidak boleh berasumsi bahwa inovasi kewirausahaan terdiri dari terobosan dan
penemuan besar. Ini lebih cenderung terdiri dari penyesuaian tambahan untuk
produk dan layanan yang ada atau pendekatan pasar, daripada pengembangan
skala yang lebih besar. Sementara beberapa perusahaan kecil dapat membuat
terobosan inovatif besar dan tumbuh dengan cepat sebagai hasilnya, mayoritas
yang bertahan hidup, melakukannya dengan tumbuh lebih lambat dengan
melakukan perbaikan kecil tapi teratur dalam cara mereka melakukan bisnis. Ini
mungkin berarti, mengisi jalur baru, mendekati segmen pasar baru dengan
layanan tertentu, atau meningkatkan layanan kepada pelanggan yang sudah ada
150 Kewirausahaan dan UMKM

- dengan kata lain penyesuaian bertahap, inovatif yang bersama-sama


menciptakan keunggulan kompetitif.
Komunikasi dari mulut ke mulut antara pengusaha dan pemilik usaha kecil
adalah sumber umum dari ide-ide inovatif. Memang pemasaran dari mulut ke
mulut penting selama proses inovasi karena memainkan peran kunci dalam
adopsi konsumen terhadap produk dan layanan baru. Arti penting dari jenis
komunikasi informal, orang-ke-orang ini adalah tema umum dalam semua
aspek pemasaran kewirausahaan seperti yang akan kita bahas di bagian berikut
(Stokes, 2000).

8.3.2 Strategi Top-down versus Bottom-up


Pemasaran sebagai strategi melibatkan proses segmentasi, penargetan, dan
penentuan posisi, sehingga produk dan layanan difokuskan pada kelompok
pembeli yang tepat. Pemilik-manajer wirausaha benar-benar
mengidentifikasikan diri dengan kelompok pelanggan tertentu yang
kebutuhannya diketahui oleh mereka, tetapi mereka cenderung tiba di target
pelanggan dengan rute yang berbeda.
Sebagian besar buku teks pemasaran menganjurkan pendekatan 'top-down' ke
pasar di mana proses strategi berkembang dalam urutan berikut:
a Profil segmen pasar dikembangkan terlebih dahulu menggunakan
variabel demografis, psikologis, dan variabel perilaku pembeli lainnya.
b Evaluasi daya tarik setiap segmen diakhiri dengan pemilihan segmen
target.
c Akhirnya, pemilihan dan komunikasi posisi pasar membedakan
produk atau layanan dari penawaran kompetitif.

Proses ini menyiratkan bahwa suatu organisasi dapat mengambil tinjauan


obyektif dari pasar yang dilayaninya sebelum memilih yang ingin
dikonsentrasikan. Ini biasanya melibatkan riset pasar sekunder dan primer
dengan evaluasi oleh spesialis di masing-masing dari tiga tahap.
Ceruk pemasaran menunjukkan bahwa penargetan dicapai dengan menarik
basis pelanggan awal dan kemudian mencari lebih kurang dari yang sama.
Selama diskusi kelompok fokus, manajer atau pemilik menjelaskan proses
penargetan yang menyiratkan tahapan berikut:
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 151

a Identifikasi peluang pasar: kegiatan informal dan sementara


mengidentifikasi kemungkinan peluang pasar. Peluang-peluang ini,
dalam bentuk produk dan layanan, diuji melalui coba-coba di pasar,
berdasarkan ekspektasi intuitif pengusaha yang kadang-kadang, tetapi
tidak sering, didukung oleh penelitian yang lebih formal.
b Daya tarik basis pelanggan awal: pelanggan tertentu, yang mungkin
atau mungkin tidak sesuai dengan profil yang diantisipasi oleh
pengusaha, tertarik pada layanan atau produk yang diidentifikasi pada
tahap pertama. Namun, karena wirausahawan melakukan kontak rutin
dengan para pelanggan ini, ia mengetahui preferensi dan kebutuhan
mereka.
c Ekspansi melalui hal yang sama: pengusaha memperluas basis
pelanggan awal dengan mencari lebih banyak pelanggan dari profil
yang sama. Dalam banyak kasus, ini bukan proses yang disengaja
karena diserahkan kepada pelanggan awal yang merekomendasikan
bisnis kepada orang lain dengan kebutuhan yang serupa dengan
kebutuhan mereka sendiri melalui pemasaran dari mulut ke mulut.
Kelompok pelanggan sasaran muncul dan tumbuh, tetapi lebih banyak
melalui proses pemilihan sendiri dan beberapa dorongan dari
pengusaha, daripada melalui penelitian formal dan pemasaran proaktif.

Proses bottom-up ini memiliki keunggulan dibandingkan pendekatan top-down.


Sumber daya lebih sedikit dan lebih fleksibel dan mudah beradaptasi untuk
menerapkan - atribut yang cenderung menarik bagi pemilik usaha kecil. Itu
memang memiliki kelemahan yang sesuai yang sesuai dengan beberapa
masalah pemasaran usaha kecil. Ini kurang pasti dari keberhasilan karena terlalu
tergantung pada strategi pemasaran reaktif daripada proaktif. Diperlukan waktu
lebih lama untuk menembus pasar hingga potensi penuh, menghasilkan basis
pelanggan yang terbatas. Namun, banyak perusahaan kecil yang sukses
menempati ceruk pasar melalui proses penyediaan produk atau layanan khusus
untuk sekelompok pelanggan yang diidentifikasi dengan jelas. Yang lain
menemukan celah di pasar tertentu untuk penyediaan layanan yang lebih umum.
Apa pun itu, kesuksesan tergantung pada identifikasi kelompok pelanggan
tertentu yang membutuhkan produk atau layanan yang ditawarkan.
152 Kewirausahaan dan UMKM

Target pasar tidak perlu hanya peduli dengan pelanggan dalam pengertian
konvensional. Bisnis kecil bertahan dalam lingkungan mereka yang berubah
tidak hanya dengan berhasil memasarkan kepada mereka yang membeli produk
atau layanan mereka, tetapi juga dengan mengembangkan hubungan penting
dengan individu dan organisasi lain. Pemasok, manajer bank, investor,
penasihat, asosiasi perdagangan, pemerintah daerah, dan otoritas publik
mungkin sama pentingnya dengan pelanggan untuk kesuksesan bisnis kecil.
Pengusaha dapat menargetkan strategi pemasaran di pasar-pasar lain yang
melampaui definisi konvensional dari istilah pelanggan. Dalam pengertian ini,
pemasaran kewirausahaan menyerupai aspek pemasaran hubungan yang
menekankan kebutuhan untuk menciptakan dan mengembangkan jaringan yang
mendukung di mana perusahaan dapat berkembang. Demikian juga, pemasaran
wirausaha menargetkan organisasi atau individu mana pun yang dapat memiliki
efek positif atau negatif pada perusahaan kecil (Stokes, 2000).

8.3.3 Produk, Harga, Promosi dan Tempat versus


Pemasaran Interaktif dan dari mulut ke mulut
Strategi pemasaran diimplementasikan melalui kegiatan pemasaran dari
berbagai jenis, yang telah diringkas sebagai bauran pemasaran, seperangkat alat
yang tersedia bagi pemasar. Karena alat ini banyak, berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengategorikannya ke dalam bentuk yang dapat dikelola,
termasuk empat-P. Kegiatan pemasaran kewirausahaan tidak mudah masuk ke
dalam model bauran pemasaran yang ada. Pemilik-manajer tidak
mendefinisikan bauran pemasaran mereka sendiri dalam hal keputusan produk,
harga dan tempat, meskipun mereka biasanya menyertakan promosi.
Sebaliknya, tema yang berbeda tampaknya dijalankan melalui metode
pemasaran yang disukai oleh pengusaha: mereka melibatkan pertukaran
langsung dan membangun hubungan pribadi. Pengusaha lebih suka pemasaran
interaktif. Mereka berspesialisasi dalam interaksi dengan pasar target mereka
karena mereka memiliki preferensi yang kuat untuk kontak pribadi dengan
pelanggan daripada pemasaran yang tidak pribadi melalui promosi massal.
Mereka mencari hubungan percakapan di mana mereka dapat mendengarkan,
dan menanggapi, suara pelanggan, daripada melakukan riset pasar formal untuk
memahami pasar.
Di banyak perusahaan kecil, kemampuan manajer-pemilik untuk melakukan
dialog yang bermakna dengan pelanggan sering kali merupakan titik penjualan
unik dari bisnis. Pemilik-manajer sendiri biasanya menghabiskan sebagian besar
Bab 8 Pemasaran Kewirausahaan 153

hari kerja mereka dalam kontak dengan pelanggan. Hal ini memungkinkan
mereka untuk berinteraksi dengan basis pelanggan mereka sedemikian rupa
seperti perusahaan besar, bahkan dengan kemajuan teknologi terbaru, berjuang
untuk mencocokkan. Pemasaran interaktif untuk perusahaan kecil menyiratkan
daya tanggap - kemampuan untuk berkomunikasi dan merespons dengan cepat
kepada pelanggan individu. Pengusaha berinteraksi dengan pelanggan individu
melalui penjualan pribadi dan pendekatan membangun hubungan, yang tidak
hanya mengamankan pesanan tetapi rekomendasi untuk pelanggan potensial
juga. Selama diskusi kelompok fokus, pemilik menekankan pentingnya
hubungan pribadi dalam mengembangkan basis pelanggan. Sementara ini
terutama berlaku bagi mereka yang berada di pasar bisnis-ke-bisnis, pemilik
operasi ritel juga menekankan perlunya mengenal pelanggan mereka dengan
baik. Terkadang ini melibatkan penggunaan database khusus. Beberapa pemilik
menekankan jumlah waktu yang mereka habiskan secara pribadi dalam kontak
dengan pelanggan.
Interaksi seperti itu dengan pelanggan yang sudah ada mengandalkan
pemasaran dari mulut ke mulut untuk menyebarkan pesan. Pemasaran
kewirausahaan sangat bergantung pada komunikasi word-of mouth untuk
mengembangkan basis pelanggan melalui rekomendasi. Studi penelitian mau
tidak mau mengutip rekomendasi sebagai sumber nomor satu pelanggan baru
untuk perusahaan kecil. Rekomendasi tersebut dapat datang dari pelanggan,
pemasok, atau kelompok rujukan lainnya (Stokes, 2000).
Pemasaran dari mulut ke mulut adalah perusahaan untuk mendorong pelanggan
untuk melakukan transfer informasi tentang merek atau perusahaan di antara
pelanggan potensial. Pemasaran dari mulut ke mulut yang keduanya dapat
meningkatkan nilai pelanggan. Program yang direkomendasikan untuk
pelanggan baru dari pelanggan lama dapat membuat pelanggan merasa puas dan
bahagia. Sebuah kata dari mulut ke mulut yang dapat membangun loyalitas
pelanggan yang baik dan dapat menarik banyak pelanggan baru (Sudarso,
2015).
Pemasaran dari mulut ke mulut telah didefinisikan sebagai komunikasi lisan,
orang-ke-orang antara komunikator yang dianggap non-komersial dan penerima
mengenai merek, produk atau layanan yang ditawarkan untuk dijual.
Definisi ini membuat dua perbedaan penting antara mulut ke mulut dan bentuk
lain dari aktivitas pemasaran:
154 Kewirausahaan dan UMKM

a melibatkan kontak langsung, langsung antara komunikator dan


penerima; dan
b komunikator dianggap independen dari produk atau layanan yang
sedang dibahas.

Namun pemasaran dari mulut ke mulut memang memiliki beberapa kelemahan:


a Membatasi diri: ketergantungan pada jaringan komunikasi informal
membatasi pertumbuhan organisasi hingga batas jaringan itu. Jika
bisnis kecil bergantung pada rekomendasi untuk pelanggan baru,
pertumbuhannya terbatas pada area pasar tempat sumber rekomendasi
beroperasi.
b Tidak dapat dikendalikan: pemilik tidak dapat mengendalikan
komunikasi dari mulut ke mulut tentang perusahaan mereka.
Akibatnya, beberapa orang menganggap peluang yang sedikit untuk
memengaruhi pemberi rekomendasi selain memberikan layanan
sebaik mungkin (Stokes, 2000).

8.3.4 Riset Pasar versus Networking


Dalam setiap tahap proses pemasaran tradisional, apakah strategis atau taktis,
pengumpulan dan diseminasi intelijen pasar formal memainkan peranan
penting. Orientasi pasar bergantung pada penelitian untuk menentukan
kebutuhan pelanggan. Segmentasi dan penargetan strategis ditentukan oleh
informasi pasar. Keberhasilan penyesuaian bauran pemasaran dilacak oleh riset
konsumen. Pengusaha sukses menghindar dari metode penelitian pasar formal.
Mereka lebih suka metode pengumpulan informasi pasar yang lebih informal,
biasanya melalui jaringan kontak yang terlibat dalam industri atau perdagangan.
Pengusaha sukses mempertahankan fokus eksternal pada aktivitas mereka yang
mengingatkan mereka pada peluang dan ancaman di lingkungan mereka.
Teknik pengumpulan informasi informal mereka memungkinkan mereka untuk
memantau kinerja mereka sendiri dalam kaitannya dengan pesaing dan bereaksi
terhadap ancaman persaingan. Mereka juga terbuka terhadap gagasan dan
peluang baru melalui jaringan kontak pribadi dan antar-organisasi. Proses ini
memulai kembali siklus pemasaran dengan membentuk dasar untuk
penyesuaian inovatif lebih lanjut untuk kegiatan perusahaan (Stokes, 2000).
Bab 9
UMKM dan Hak Kekayaan
Intelektual

9.1 Pendahuluan
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa diselenggarakan oleh
masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merupakan pelaku utama
pembangunan sedangkan pemerintah berkewajiban untuk membimbing,
mengarahkan, melindungi dan menumbuhkan suasana serta iklim yang
menunjang pertumbuhan pembangunan sebagaimana dicita-citakan. Cita-cita
kemakmuran dapat tercapai jika diwujudkan melalui pembangunan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi. Pemerataan kesempatan ikut
serta dalam proses mencapai kesejahteraan antara lain melalui wadah Usaha
Kecil Menengah Makro (UMKM).
UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja
dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan serta dalam pembangunan
nasional. UMKM berpotensi menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraan (Inayah, 2019). UMKM merupakan salah
satu pilar pertumbuhan ekonomi bagi negara sehingga harus memperoleh
kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya
sebagai wujud keperpihakan terhadap ekonomi rakyat.
156 Kewirausahaan dan UMKM

Peran UMKM dalam perekonomian global saat ini diharapkan terus meningkat,
seiring dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh UMKM antara lain
sifatnya fleksibel, adaptif, kemampuan menyerap tenaga kerja dengan
pendidikan yang beragam serta mampu bertahan dengan segala situasi ekonomi
termasuk ketika kondisi ekonomi negara saat sulit. Stabilitas pembangunan dan
kondisi politik, hukum dan keamanan yang kondusif diharapkan semakin
meningkatkan daya kompetitif, bersaing dalam dunia ekonomi global yang
bergerak semakin cepat. Untuk mencapai hal tersebut penting kiranya disusun
rencana dan langkah strategis yang mesti dilakukan oleh pengusaha dalam
lingkup umkm sehingga mampu berkompetisi dalam persaingan ekonomi
global. Salah satu bidang ekonomi yang saat ini diyakini mampu membawa
gerbong percepatan pertumbuhan kesejahteraan adalah ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif atau ekraf merupakan rangkaian kegiatan ekonomi yang
berasal dari pemanfaatan kreatifitas, bakat individu, pengetahuan dan
keterampilan dengan tujuan menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus
mencapai kesejahteraan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi
dan daya cipta individu (Rongiyati, 2018).
Pengarusutamaan ekonomi kreatif dalam rencana pembangunan nasional
dilaksanakan melalui pengembangan ekosistem ekonomi kreatif yang
memberikan nilai tambah pada produk ekonomi kreatif yang berdaya saing
tinggi, mudah diakses, dan terlindungi secara hukum. Bentuk perlindungan
hukum tersebut antara lain melalui Hak Kekayaan Intelektual. UMKM pada
umumnya memiliki berbagai keterbatas antara lain sumber daya manusia, akses
informasi, dan anggaran, sehingga sangat tepat jika UMKM secara sungguh-
sungguh berkecimpung dalam bidang ekonomi kreatif. Berbeda dengan bidang
industri yang cenderung membutuhkan anggaran dalam jumlah besar, ekonomi
kreatif modal utamanya adalah ide dan gagasan.
Semua pihak berkeinginan agar UMKM berkembang dengan pesat. Akan tetapi
dengan segala keterbatasan, UMKM harus menghadapi serangkaian kendala
yang memperlambat perkembangan UMKM sekaligus menghambat laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Hambatan tersebut terutama dari segi hukum
khususnya perlindungan UMKM di bidang Hak Kekayaan Intelektual. Hak
Kekayaan Intelektual atau HKI dipahami sebagai suatu hak yang timbul dari
hasil olah pikir secara berkesinambungan dan menghasilkan suatu proses atau
produk yang berguna untuk manusia. Secara singkat kekayaan intelektual
dipahami sebagai hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 157

kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual berupa


karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Hak kekayaan intelektual merupakan suatu pembahasan penting berkaitan
dengan pembangunan perekonomian suatu bangsa dengan kondisi ekonomi
global serta perdagangan internasional. Karya-karya intelektual yang dimaksud
meliputi ilmu pengetahuan, budaya, seni, serta serta inovasi teknologi yang
memengaruhi pertumbuhan masyarakat dan pengembangan industri.
Penegakan Hak Kekayaan intelektual niscaya mendatangkan keuntungan mulai
dari pelaku UMKM, pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat hingga
pertumbuhan perekonomian nasional.
Di sisi yang lain apabila tidak terdapat perlindungan atas suatu kreativitas
intelektual bagi dibidang seni, industri dan pengetahuan, niscaya setiap orang
akan meniru, membuat salinan (copy), bahkan membajak produk kreatif.
Kondisi tersebut tentu menimbulkan keengganan bagi insan pelaku ekonomi
kreatif maupun pengusaha bidang ekonomi kreatif, dalam hal ini UMKM.
Pembiaran atas perlindungan hak kekayaan intelektual pada gilirannya
menghambat pertumbuhan ekonomi. Sehingga diperlukan perlindungan atas
hak kekayaan intelektual baik bagi insan kreatif maupun pelaku ekonomi kreatif
sehigga dapat terjamin kelanjutan proses kreatif dan terhindar dari kompetisi
yang tidak layak (unfair competition).

9.2 Pengertian UMKM


Pembangunan Nasional mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa
diselenggarakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masyarakat
merupakan objek sekaligus subjek pembangunan dan Pemerintah berkewajiban
untuk melindungi, mengarahkan, membimbing serta menumbuhkan suasana
yang menunjang. Kegiatan bersama antara pemerintah dan masyarakat saling
mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju
tercapainya tujuan Pembangunan Nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka wajib dilaksanakan pembangunan di
segala bidang dengan titik berat bertumpu di bidang ekonomi seiring dengan
kualitas sumber daya manusia tetap menitikberatkan pada aspek pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas. Pertumbuhan ekonomi meningkatkan kesejahteraan
158 Kewirausahaan dan UMKM

rakyat melalui semakin tingginya partisipasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah,
yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang
luas pada masyarakat. UMKM mampu berperan dalam proses pemerataan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi
dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1999 tentang Usaha Kecil sebagaimana diubah
ke Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, maka pengertian UMKM dalam Pasal 1 adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 159

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan
Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan
berdomisili di Indonesia.

Lebih lanjut dijelaskan pada Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang kreteria
UMKM dalam bentuk permodalan adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
160 Kewirausahaan dan UMKM

9.3 UMKM dan Ekonomi Kreatif


9.3.1 Perekonomian Global Menuju Ekonomi Kreatif
Terjadinya pergeseran perkembangan ekonomi secara global telah membuat
tatanan dunia berubah. Dimulai dengan era ekonomi pertanian, berikutnya
adalah era industri. Era informasi yang diyakini membawa perubahan
signifikan, telah tergantikan oleh era ekonomi kreatif, era yang saat ini kita jalani
dan semakin berkembang di masa yang akan datang. Globalisasi ekonomi,
ditambah penemuan baru di bidang teknologi dan informasi semakin
menggiring manusia menuju sebuah pola interaksi sosial yang baru. Selain itu,
globalisasi bidang media dan hiburan telah merubah gaya hidup, perilaku dan
karakter masyakarat hingga menjadi lebih peka dan kritis atas kondisi ekonomi
serta semakin tinggi tuntutan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini
didukung pula dengan perbaikan dan kondisi ekonomi masyarakat secara
umum.
Dampak dari semua ini menjurus pada persaingan antarnegara. Negara-negara
maju terutama negara barat tidak dapat menyaingi biaya murah di Cina dan
efisiensi industri di negara Jepang. Sehingga, pada tahun 1990-an negara-negara
maju menyadari bahwa saat ini faktor sumber daya manusia, terutama
kreativitas manusia, merupakan hal yang penting dalam persaingan antarnegara
yang dikenal dengan sebutan era ekonomi kreatif. Industri kreatif adalah bagian
tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan
barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai
kekayaan intelektual. Berdasarkan hal tersebut, faktor manusia menjadi sangat
berperan penting dan menjadi modal utama untuk membuat aktivitas ekonomi
yang menghasilkan satu industri baru di mana inilah yang menjadi kekuatan
utama dari industri kreatif (Sari, 2013).
Kementrian Perdagangan Republk Indonesia dalam buku Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2009-2015, menyampaikan bahwa ekonomi kreatif merupakan era
ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan
mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia (human
source) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi nasional.
Dengan kata lain, perhatian utama ekonomi kreatif adalah pada faktor human
capital.
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 161

Indonesia memiliki beragam sumber kekayaan alam, budaya dan kearifan lokal
yang sangat besar untuk menjadi modal utama bagi pengembangan ekonomi
kreatif. Akan tetapi dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka
ketersediaan sumber kekayaan alam yang berlimpah mulai menipis
ketersediaannya. Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan untuk dapat
menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi serta mampu
mengembangkan produk dan jasa alternatif yang dapat meningkatkan
perkembangan dan laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan
inklusif. Pengembangan ekonomi berbasis budaya berperan untuk mengolah
dan mengelola secara optimal segala potensi kekayaan budaya dan kearifan
lokal Indonesia. Pembangunan ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan
penciptaan nilai tambah secara ekonomi, melainkan pula penciptaan nilai
tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Ekonomi kreatif merupakan
wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas,
yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang
berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan memiliki
potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting dalam
mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, maju dan mandiri (Romarina,
2016).

9.3.2 Pilar Utama Model Pengembangan Ekonomi Kreatif


Dalam pengembangan ekonomi kreatif terdapat lima pilar utama yang harus
diperkuat agar industri kreatif dapat terus tumbuh dan berkembang. Kelima pilar
utama tersebut antara lain (Sari, 2013) :
1. Industri

Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang berhubungan


langsung dengan kegiatan produksi, distribusi serta konsumsi dari suatu produk
baik itu berupa barang ataupun jasa pada suatu area tertentu. Industri menjadi
pilar utama dalam pengembangan ekonomi kreatif ini dianalisis dengan
menggunakan pendekatan teori Michael Porter yang dikenal dengan sebutan
five forces model. Porter berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang
harus dianalisis jika perusahaan ingin berjalan sukses dan bertahan dalam suatu
industri tertentu, yaitu persaingan antarperusahaan sejenis, ancaman pendatang
baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar pemasok, dan kekuatan tawar
pembeli.
162 Kewirausahaan dan UMKM

2. Teknologi

Kemajuan teknologi sangat penting peranannya dalam segala bidang misalnya


dalam industri kreatif ini yang berbasis pada kreativitas manusia dan terdapat
pengetahuan di dalamnya. Teknologi bukan hanya mesin ataupun alat bantu
tetapi termasuk di dalamnya adalah kumpulan teknik atau metode-metode, atau
atktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. Teknologi merupakan tools
bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, teknologi dapat
digunakan untuk berkreasi, memproduksi, mencari informasi, sarana
berkomunikasi dan bersosialisasi yang akan memudahkan proses bisnis.
3. Sumber daya

Sumber daya yang dimasudkan adalah input bagi suatu proses penciptaan nilai
tambah, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lain.
Ide dan kreativitas merupakan sumbangan dari sumber daya manusia sebagai
human capital. Negara Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, seperti kayu,
rotan, kapas, batu-batuan bahkan sampai ke logam mulia. Sinergi antara sumber
daya manusia dan sumber daya alam yang optimal akan menciptakan daya
kreasi berupa produk yang bernilai.
4. Institusi

Institusi didefinisikan sebagai tatanan sosial di mana didalamnya termasuk


kebiasaan, norma, adat istiadat, aturan serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial
dapat bersifat informal dan formal. Adat istiadat, norma dan kebiasaan dapat
digolongan ke dalam tatanan sosial informal. Sedangkan tatanan sosial formal
seperti hukum dan peraturan yang berlaku. Industri kreatif yang berbasis pada
kreativitas sangat erat dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) sehingga
diperlukam dukungan dari pemerintah mengenai perlindungan HKI ini agar
karya-karya yang dihasilkan merupakan karya orisinal dari seorang kreator.
Dengan demikian kasus-kasus pembajakan dapat ditekan sampai akhirnya dapat
dihilangkan khususnya di Indonesia ini.
5. Lembaga intermediasi keuangan

Pilar terakhir yang sangat penting menopang ekonomi kreatif adalah lembaga
intermediasi keuangan. Lembaga ini merupakan lembaga yang menyalurkan
pendanaaan kepada masyarakat terutama para pelaku bisnis di industri kreatif
baik berupa pinjaman/kredit maupun dalam bentuk modal/ekuitas. Sudah lazim
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 163

kita dengar salah satu faktor produksi yang dapat menghambat para pelaku
bisnis (entrepreneur) pemula adalah dalam hal modal. Sekarang ini banyak ide-
ide kreatif yang berasal dari kaum muda namun usaha mereka non formal dan
belum mature, sehingga dibutuhkan dukungan yang kondusif terhadap akses-
akses finansial.

9.3.3 Perkembangan ekonomi kreatif


Saat ini pasar karya kreatif semakin berkembang. Hal ini disebabkan semakin
meningkatnya daya beli masyarakat serta bertambahnya jumlah kelas
menengah. Selain itu pola konsumsi karya kreatif mengalami peningkatan
karena konsumen berperan pula sebagai co-creator dari karya kreatif.
Di Indonesia, peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan.
Data statistik ekraf 2016 menunjukkan, dalam kurun waktu 2010-2015, besaran
PDB ekraf naik dari Rp525,96 triliun menjadi Rp852,24 triliun (meningkat rata-
rata 10,14% per tahun). Sedangkan tiga negara tujuan ekspor komoditi ekraf
terbesar pada tahun 2015 adalah Amerika Serikat 31,72%, Jepang 6,74%, dan
Taiwan 4,99%. Untuk sektor tenaga kerja ekraf 2010-2015 mengalami
pertumbuhan sebesar 2,15% dengan jumlah tenaga kerja ekraf pada tahun 2015
sebanyak 15,9 juta orang (Rongiyati, 2018). Sehingga ekonomi kreatif berperan
penting karena dapat menggerakkan, mendorong, atau menjadi masukan bagi
penciptaan daya saing untuk sektor-sektor yang lain. Arti penting ekonomi
kreatif tidak terbatas terhadap karya berbasis seni dan budaya tetapi juga pada
karya yang berbasis teknologi, ilmu pengetahuan, enginering, inovasi dan
teknologi informasi (Kreatif, 2014).
Komitmen pemerintah untuk membangun dan mengembangkan ekraf sebagai
bagian penting pembangunan ekonomi nasional dibuktikan dengan dibentuknya
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui Peraturan Presiden No. 6 Tahun 2015
tentang Badan Ekonomi Kreatif, yang ditandatangani oleh Presiden Joko
Widodo. Lembaga non-kementerian ini bertanggung jawab terhadap
perkembangan ekraf di Indonesia dan bertugas membantu Presiden dalam
merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di
bidang ekraf. Peraturan Presiden No. 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekraf
kemudian direvisi dengan Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan
Ekonomi Kreatif (Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2015).
164 Kewirausahaan dan UMKM

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2015, sedikitnya ada 16


subsektor pengembangan ekraf yang telah ditetapkan Bekraf, sebagai berikut:
arstitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film
animasi, dan vidio; fotografi; kriya; kuliner; musik; fesyen; aplikasi dan game
developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni
rupa. Dalam mengemban tugas tersebut Bekraf mempunyai enam deputi, yaitu
(Rongiyati, 2018):
1. Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan;
2. Deputi Akses Permodalan;
3. Deputi Infrastruktur;
4. Deputi Pemasaran;
5. Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi; dan
6. Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah.

Pemerintah telah melakukan upaya untuk lebih meningkatkan pemanfaatan


Kekayaan Intelektual (KI) terhadap UMKM misalnya dalam bentuk pemberian
fasilitas kepada industri untuk mendaftarkan desain industrinya, hak cipta, dan
desain produk, bahkan sekarang pendaftaran sudah dapat dilakukan secara
online.
Selain itu, terhadap produk UMKM dapat diberikan Pelindungan Kekayaan
Intelektual berupa (Sulasno, 2018) :
1. Perlindungan Hak Cipta atas Karya-karya Kreatif Pencipta dalam Ilmu
Pengetahuan maupun karya-karya Seni;
2. Pemberian Merek Dagang maupun Merek Jasa atas Gambar, Nama,
Kata, Huruf, Angka, Susunan Warna atau Kombinasi dari Unsur-unsur
tersebut yang mempunyai daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa;
3. Pemberian Paten Sederhana atas teknologi yang ditemukan invensinya
berupa produk atau
4. Alat yang Baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan
oleh Bentuk, Konfigurasi, Konstruksi, atau Komponennya;
5. Kreasi atas Desain Industri berupa Bentuk, Konfigurasi, Komposisi
Garis atau Warna yang memberikan kesan estetis dan dapat diterapkan
pada komoditas Industri dan Kerajinan Tangan;
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 165

6. Rahasia Dagang atas informasi yang tidak diketahui umum di bidang


teknologi dan atau bisnis, bernilai ekonomi, berguna dalam kegiatan
usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

9.4 Hak Kekayaan Intelektual


9.4.1 Pengertian HKI
Istilah hak kekayaan intelektual merupakan terjemahan dari istilah Intellectual
Property Rights yang dianut oleh sistem Anglo Saxon (Amerika Serikat).
Sedangkan dalam sistem hukum kontinental (Eropa Daratan), hak atas kekayaan
intelektual merupakan terjemahan dari Intellectuele Eigendomsrecht (Syarifin,
2004). Dalam ilmu hukum, Hak kekayaan intelektual merupakan bagian dari
hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak
serta hasil kerja dari rasio. Adapun hasil dari pekerjaan rasio manusia yang
menalar tersebut, hasil kerjanya berupa benda immaterial, dengan kata lain
benda yang tidak berwujud (Saidin, 2007).
Hak Kekayaan Intelektual atau HKI dapat diartikan sebagai hak atas
kepemilikan terhadap karya yang lahir dan timbul disebabkan adanya
kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak terwujud yang
merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa dan
karyanya. Karya-karya tersebut bernilai karena memiliki nilai moral, dan
bersifat praktis serta ekonomis. Pada dasarnya, HKI meliputi segala karya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan melalui akal atau daya
pikir seseorang. Faktor tersebut yang membedakan HKI dengan hak-hak milik
lainnya yang diperoleh dari alam (Usman, 2003).
Karya-karya intelektual tersebut baik dalam bidang ilmu pengetahun, budaya,
sastra, seni maupun teknologi lahir dan timbul melalui usaha dan pengorbanan
pikiran, waktu, tenaga bahkan biaya. Usaha dan pengorbanan menyebabkan
karya yang dihasilkan menjadi bernilai, unggul dan unik. Apabila ditambah
dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, nilai ekonomi yang melekat
menumbuhkan konsepsi property terhadap karya-karya intelektula tadi. Bagi
dunia usaha, karya-karya tersebut merupakan asset perusahaan (Kesowo, 1995).
166 Kewirausahaan dan UMKM

Kekayaan intelektual juga dimaknai sebagai kreativitas yang dihasilkan untuk


memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia. Kreativitas manusia
yang muncul dan menjadi asset intelektual telah lama memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap peradaban manusia, antara lain melalui penemuan-
penemuan (invention) dan hasil-hasil di bidang karya cipta dan seni (art and
literary work) (Roisah, 2015).

9.4.2 Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual


Perlindungan hukum yang layak atas Hak Kekayaan Intelektual sangat
dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk menjamin kesinambungan penciptaan
kekayaan intelektual, penemuan, dan semangat berkarya. Tanpa adanya
perlindungan hukum atas Hak Kekayaan intelektual, akan dapat terjadi
kompetisi yang tidak layak (unfair competition), plagiasi, serta pembajakan atas
hasil kreativitas intelektual. Dengan demikian pencapaian tujuan pembangunan
dan pengembangan di bidang seni, budaya, sastra, ilmu pengetahuan dapat
terganggu.
Sumber hukum formal terkait ketentuan Hak atas kekayaan intelektual di
indonesia berasal dari perjanjian internasional yang telah diratifikasi. Perjanjian
internasional tersebut antara lain adalah (Gautama, 1995):
a Paris Convention of The Protection of Industri Property dan
Convention Establishing the World Intellectual Proverty Organization
(WIPO), kedua konvensi tersebut disahkan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1979 yang telah diubah
dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
1997.
b United Nation Convention on Biological Diversity (Konversi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati)
disahkan melalui Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1994.
c Agreement The World Trade Organization (WTO) disahkan dengan
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia.
d Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights
(TRIPS).
e Paten Cooperation Treaty and Regulations PCT yang disahkan
melalui Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 1997.
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 167

f Trade Mark Law Treaty disahkan melalui Keputusan Presiden RI


Nomor 17 Tahun 1997.
g Berne Convention for the Protection of Liberty and Artistic Works
disahkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 1997.
h Convention Establishing The World Intellectual Property
Organization Copyright Treaty disahkan dengan Keputusan Presiden
RI Nomor 19 Tahun 1997 (tentang WIPO Copyright Treaty).

Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia relatif baru jika dibandingkan dengan


negara-negara lain. Bahkan beberapa negara maju sudah mengenal dan
menerapkan Hak Kekayaan Intelektual lebih dari satu abad yang lalu. Pada masa
pemerintahan Belanda telah diberlakukan Octroi Wet 1910 Staatblad No. 33
yang kemudian pasca kemerdekaan telah dicabut keberadaannya (Rongiyati,
2011). Dalam perkembangannya, sejak sesudah kemerdekaan hingga saat ini
Indonesia telah mengalami beberapa pergantian peraturan perundang-undangan
terkait hak kekayaan intelektual. Regulasi di bidang HKI terkait hak cipta diatur
melalui Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Selanjutnya perundangan terkait Hak Kekayaan Intelektual yang berlaku hingga
saat ini adalah sebagai berikut :
1. Hak Cipta diatur dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, (LN. Th. 2014 No. 266, TLN. 5599).
2. Hak Paten diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2016 tentang
Paten, (LN. Th. 2016 No. 176, TLN. 5922).
3. Hak Merek dan Indikasi Geografis diatur dalam Undang-undang No.
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, (LN. Th. 2016
No. 252, TLN. 5953).
4. Desain Industri diatur dalam Undang-undang No. 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri (LN. Th. 2000 No. 243, TLN. 4045)
5. Desain Tata letak sirkuit terpadu diatur dalam Undang-undang No.32
Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, (LN. Th. 2000
No. 244, TLN. 4046);
6. Rahasia Dagang diatur dalam Undang-undang No. 30 Tahun 2000
tentang Rahasia Dagang (LN. Th. 2000 No. 242, TLN. 4044).
168 Kewirausahaan dan UMKM

9.4.3 Jenis-Jenis Hak Kekayaan Intelektual


1. Hak Cipta (Copyrights)

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

• Pencipta

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.
• Pengertian Ciptaan

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata
• Pendaftaran Ciptaan untuk Memperoleh Perlindungan Hak Cipta

Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan Hak


Cipta. Untuk lebih baiknya dianjurkan pada Pencipta maupun Pemegang Hak
Cipta untuk mendaftarkan ciptaannya, karena Surat Pendaftaran Ciptaan
tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan, apabila timbul
sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut
• Karya Cipta yang Dilindungi UU Hak Cipta
a Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya
tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain.
b Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang diwujudkan dengan
cara diucapkan.
c Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
d Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
e Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim.
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 169

f Seni rupa dengan segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni
ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni
terapan.
g Arsitektur
h Peta
i Seni Batik
j Fotografi
k Sinematografi
l Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain
dari hasil pengalihwujudan.
• Yang Tidak Dapat Didaftarkan untuk Memperoleh Hak Cipta
• Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
• Ciptaan yang tidak orisinil
• Ciptaan yang tidak diwujudkan dalam suatu bentuk yang
nyata.
• Ciptaan yang sudah merupakan milik umum.
• Ketentuan yang diatur dalam pasal 13 UU tentang Hak Cipta
(UUHC).
• Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Perlindungan atas suatu ciptaan berlaku selama pencipta hidup dan ditambah 50
tahun setelah pencipta meninggal dunia.
Jika pencipta lebih dari 1 orang, maka hak tersebut diberikan selama hidup
ditambah 50 tahun pencipta terakhir meninggal dunia.
Hak Cipta atas ciptaan program komputer, sinematografi, fotografi, database
dan karya hasil pengalihwujudan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
diumumkan.
2. Hak Paten (Patent)

Paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya.
170 Kewirausahaan dan UMKM

Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan


pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan
Invensi.
Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten, pihak yang menerima
hak atas Paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar umum Paten.
• Yang Harus Diperhatikan untuk Dihindari Sebelum Mengajukan Paten
Yang harus dihindari sebelum permintaan Paten diajukan adalah
pengungkapan atau mempublikasikan secara umum hasil penelitian
atau penemuan dalam jangka waktu lebih dari 6 (enam) bulan sebelum
permintaan paten diajukan.

Pengungkapan suatu hasil penelitian atau penemuan dapat terjadi dalam 3


(tiga) cara :
1. Melalui penguraian teknik dengan tulisan yang dipublikasikan.
2. Melalui penguraian produk dan atau cara penggunaannya di depan
umum.
3. Melalui pameran produk, dapat berupa suatu pameran
internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau
diakui sebagai resmi atau berupa suatu pameran nasional di
Indonesia yang resmi atau diakui sebagai resmi.
• Sistem Pendaftaran Paten

Ada 2 macam sistem pendaftaran paten, yaitu :


1. Sistem First to Invent adalah suatu system yang memberikan hak paten
bagi mereka yang menemukan inovasi untuk pertama kalinya sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
2. Sistem First to File adalah suatu sistem yang memberikan hak paten
bagi mereka yang mendaftarkan pertama atas invensi baru sesuai
dengan persyaratan.
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 171

Tabel 9.1: Perbedaan Antara Paten Biasa dan Paten Sederhana

No Uraian Paten Paten Sederhana


Kebaruan (novelty), langkah
1. Yang diperiksa inventif, Kebaruan (novelty)
dapat diterapkan dalam
industri
2 Masa Berlaku 20 tahun, terhitung sejak 10 tahun, terhitung sejak
penerimaan permintaan paten tanggal pemberian paten
3 Jumlah Klaim 1 (satu) atau lebih dari satu 1 (satu)
• Penemuan Yang Tidak Dapat Dipatenkan Yang tidak dapat diberikan
perlindungan paten adalah (UU Paten, pasal 7) :
1. Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau
pelaksanaannya bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau
kesusilaan. Contoh : Bahan peledak
2. Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan.
3. Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.
4. Semua mahluk hidup, kecuali jasad renik. Proses biologis yang
esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses
mikrobiologis.
• Yang Harus Dilakukan Sebelum Mengajukan Paten
1. Melakukan penelusuran (searching) informasi paten di beberapa
Website, antara lain :
• http://www.dgip.go.id
• http://www.uspto.gov
• http://www.jpo.gov
• http://www.epo.gov
2. Melakukan analisa, apakah ada ciri khusus dari invensi yang akan
diajukan untuk mendapat perlindungan hak paten dibandingkan
dengan invensi terdahulu.
3. Mengambil keputusan, jika invensi tersebut ternyata memang ada nilai
kebaruan dari pada invensi terdahulu, maka sebaiknya diajukan untuk
172 Kewirausahaan dan UMKM

mendapat perlindungan hak paten dan jika tidak seyogyanya tidak


perlu diajukan untuk menghindari kerugian biaya pendaftaran paten

3. Hak Merek
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo,
nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi
dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau
lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
• Yang Dapat Mendaftarkan Merek :
1. Perorangan
2. Beberapa Orang (pemilikan bersama)
3. Badan Hukum
• Fungsi Pemakaian Merek

1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan


seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya;
2. Alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup
dengan menyebut Mereknya;
3. Jaminan atas mutu barangnya;
4. Penunjuk asal barang/jasa dihasilkan
• Jangka Waktu Perlindungan Merek
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun, sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu
perlindungan itu dapat diperpanjang.
• Merek Tidak Dapat didaftarkan jika :

1. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,


moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
2. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau
jasa yang dimohonkan pendaftarannya;
3. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,
kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 173

yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas


tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
4. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau
khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;
5. tidak memiliki daya pembeda; dan/atau
6. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.a

4. Desain Industri
Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan
Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik
Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut.
Pendesain adalah seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain
industri.
• Jangka Waktu Perlindungan

Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka waktu 10


tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.
5. Desain Tata Letak Circuit Terpadu (Circuit Layout)
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang
di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan
serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan
peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit
terpadu.
174 Kewirausahaan dan UMKM

• Yang Mendapat Perlidungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan untuk desain tata letak sirkuit
terpadu yang orisinil. Desain tata letak sirkuit terpadu dinyatakan orisinil apabila
desain tersebut merupakan hasil karya mandiri pendesain, dan pada saat desain
tata letak sirkuit terpadu tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang umum
bagi para pendesain.
• Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
1. Perlindungan terhadap hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan
kepada pemegang hak sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi
secara komersial dimanapun, atau sejak tanggal penerimaan. Jangka
waktu perlindungan adalah 10 tahun.
2. Jika desain tata letak sirkuit terpadu telah dieksploitasi secara
komersial, permohonan harus diajukan paling lama 2 tahun terhitung
sejak tanggal pertama kali dieksploitasi

9.5 Aspek Hukum Kekayaan Intelektual


Aspek hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bermula dari hasil kemampuan
berpikir (daya cipta). Hasil kemampuan berpikir tersebut berupa ide hanya
dimiliki oleh Pencipta atau Penemu secara khusus (exclusive) yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk Ciptaan atau Penemuan. Ciptaan atau Penemuan
adalah hak milik material (berwujud), di atas hak milik material tersebut melekat
hak milik immaterial (tak berwujud) yang berasal dari akal (intelek) pemiliknya,
sehingga disebut Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) hanya akan mempunyai arti ekonomi apabila
dijelmakan oleh pemiliknya dalam bentuk Ciptaan atau Penemuan untuk dapat
dinikmati oleh konsumen. Di samping itu, penggunaan atau pemanfaatan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) dapat juga dialihkan kepada pihak lain melalui
lisensi, sehingga Ciptaan atau Penemuan itu dapat dinikmati oleh konsumen
dalam lingkup kawasan yang lebih luas secara nasional dan/atau internasional.
Lisensi adalah perjanjian pemberian izin secara tertulis kepada pihak lain untuk
memetik manfaat ekonomi dari suatu Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
seseorang. Bersumber dari Ciptaan atau Penemuan ini kemudian timbul hak
Bab 9 UMKM dan Hak Kekayaan Intelektual 175

milik material atas Ciptaan atau Penemuan dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
yang melekat pada Ciptaan atau Penemuan. Terhadap hak milik tersebut,
undang-undang memberi kebebasan kepada pemilik untuk memetik manfaat,
mengembangkan, memelihara, mengalihkan, atau bahkan musnahkannya.
Pemilik dapat memanfaatkan sendiri haknya, dan dapat pula mengalihkan
pemanfaatannya kepada pihak lain. Apabila pemanfaatannya dialihkan kepada
pihak lain, menurut hukum pengalihan tersebut dilakukan dengan lisensi
(pemberian izin), dan lisensi tersebut harus didaftarkan (Muhammad, 2001).
Dalam lisensi ditentukan hak dan kewajiban pokok pihak-pihak. Pemilik
mengalihkan pemanfaatan kepada penerima lisensi dengan menerima royalti,
sedangkan pemegang lisensi membayar royalti dengan menerima keuntungan
ekonomi dari hasil penggunaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam lisensi
ditentukan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi oleh
pemegang lisensi. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat juga beralih/dialihkan
karena pewarisan, hibah, wasiat, atau cara lain yang diakui oleh undang-undang.
Dengan demikian, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bersumber pada 2 (dua)
jenis hubungan hukum, yaitu hubungan hukum karena ketentuan undang-
undang karena perjanjian antara pemilik hak dan penerima hak. Pembentuk
Undang-Undang mengatur Hak Kekayaan Intelektual mengingat arti
pentingnya sebagai kekayaan yang bernilai ekonomi bagi pemiliknya yang patut
dilindungi.

9.6 Kesimpulan
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual diharapkan mampu membawa
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali sekaligus
memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Perubahan aturan
terkait Hak Kekayaan Intelektual dan implementasinya wajib diarahkan untuk
tujuan pembangunan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Saat ini, masyarakat
membutuhkan akses untuk turut serta dalam pembangunan ekonomi sehingga
tercapai pemerataan dan kemandirian ekonomi. Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual berusaha menciptakan persaingan yang kompetitif dalam
menghasilkan karya intelektual dan invensi baru baik dibidang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya maupun sastra. Penegakan ketentuan
terkait Hak Kekayaan Intelektual diharapkan mampu memunculkan investasi
baru yang akhirnya menyerap semakin banyak tenaga kerja sekaligus
176 Kewirausahaan dan UMKM

menggerakkan perekonomian bangsa. Dengan perlindungan Hak Kekayaan


Intelektual maka persaingan bisnis menjadi semakin kondusif, aman, nyaman
dan kepastian hukum terasa manfaatnya bagi pelaku ekonomi khususnya Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Bab 10
Digitalisasi UMKM

Sejarah atau latar belakang historis dari dimulainya revolusi industri diawali
dengan kegiatan industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0. Fase atau tahapan
dari kegiatan industri ini merupakan real change atau tantangan sebenarnya
dari perubahan atau yang ada saat ini. Kegiatan atau akrivitas Industri 1.0
ditandai dengan adanya perubahan sisem produksi untuk menunjang atau
mendukung efektivitas, efisiensi serta aktivitas manusia secara keseluruhan,
sedangkan industri 2.0 dicirikan atau ditandai oleh produksi atau kegiatan
secara masif atau pergerakan secara massal dan penguatan dari kegiatan
standarisasi mutu, sedangkan kegiatan dari pergerakan industri 3.0 ditandai
dengan adanya penyesuaian secara massal dan kegiatan secara fleksibilitas
manufaktur berbasis otomasi dan ditandai oleh penggunaan (baik itu aplikasi
ataupun perangkat lunak) tenaga robot. Dan era industri 4.0 adalah
penggunaannya mengantikan atau menyempurnakan industri 3.0 yang ditandai
dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur. Proses peralihan dari bermacam
macam jenis industri tersebut berasal dari sebuah mega proyek yang
diprakarsai atau dimunculkan oleh pemerintah Jerman, dengan tujuan untuk
mempromosikan atau mengkampanyekan komputerisasi manufaktur secara
menyeluruh dan berkelanjutan (Industri and Dan, 2018).
Pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan serta aktivitas revolusi industri
pada saat ini, telah memasuki era yang sangat ketat dan detail, yakni era
generasi keempat, atau sering disebut era teknologi industri 4.0. Era Revolusi
Industri 4.0 ditandai dengan aktivitas cyber-physical yang secara massiv dan
resmi telah digunakan oleh kalangan industri, dengan ditandai oleh adanya
konektivitas, otomatis dan terintegrasi secara virtual dari semua lini dan aspek
antara manusia, mesin dan data.
178 Kewirausahaan dan UMKM

Industri 4.0 masih sangat visioner, namun sebagai salah satu konsep yang
sangat mungkin diterima secara massif (termasuk internet of things, smart
manufacturing, dan cloud based manufacturing), perindustrian 4.0 masih fokus
dan konsen terhadap integrasi manusia dalam menghasilkan sebuah perbaikan
secara terus menerus. Di dalam perkembangan industri 4.0, baik secara lokal
maupun global sangat berdampak kepada pertumbuhan dan perkembangan
kegiatan digitalisasi di Indonesia (Sari and Santoso, 2019). Dalam rangka
mengawal serta mengontrol dan ataupun mengelola era digital tersebut,
diperlukan upaya sungguh sungguh dari pemerintah dan seluruh masyarakat
yang peduli dengan kegiatan ekonomi masyarakat, agar masyarakat
memahami dan mengerti bagaimana bentuk digitalisasi dimaksud.
Munculnya revolusi industri merupakan salah satu dari sekian banyak dari
proses perubahan, proses menata kehidupan, proses secara utuh bagaimana
cara menata serta mengatur kerja manusia secara fundamental atau mendasar,
di mana dengan munculnya era Revolusi Industri, makin mempermudah dan
tak terhindarkannya kemajuan dari sebuah teknologi informasi yang dapat di
kolaborasi dan disatukan dalam dunia digitalisasi yang dapat memberikan
dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan meningkatnya perkembangan
teknologi informasi yang terus berkembang secara pesat dan massif, ternyata
mengalami terobosan yang sangat berarti dan sangat berpengaruh, di antaranya
di bidang artificiall intellegent, di mana penggunaan teknologi komputer
dalam suatu disiplin ilmu yang mengadopsi atau yang di match kan dengan
keahlian seseorang ke dalam suatu aplikasi yang berbasis teknologi dan
melahirkan teknolologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan
secara otomatis. Dengan lahirnya teknologi digital tersebut saat ini pada era
revolusi industri 4.0, sangat berarti dan memberikan manfaat dalam kehidupan
umat manusia diseluruh dunia (Hamdan, 2018).
Diantara sekian banyak dari bentuk penerapan dari Revolusi Industri 4.0 yang
harus tetap dan terus dikawal dan dilakukan kegiatan pengontrolan dan
pendampingan, secara rutin dan sustainable adalah kegiatan digitalisasi para
penggiat UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah, agar mereka bisa
naik kelas sejajar dengan UMKM di seluruh dunia. Pemerintah saat ini tengah
serius untuk membantu usaha mikro kecil dan menengah agar bisa naik kelas
ke level nasional, bukan hanya level lokal saja (Idris, 2018).
Salah satu dari sekian banyak prioritas pembangunan di dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) adalah kegiatan pengembangan Usaha Menengah, Kecil
dan Mikro (UMKM). Hal ini didasarkan kepada bukti di lapangan, bahwa
Bab 10 Digitalisasi UMKM 179

UMKM telah sangat banyak dalam berkontribusi dalam pergerakan


perekonomian nasional. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengembangan
Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) menjadi isu yang sangat
strategis, karena potensinya yang sangat besar untuk dikembangkan dan perlu
mendapatkan topangan atau tiang penyangga dalam bentuk pendampingan dan
pembimbingan, hal tersbeut untuk menggerakkan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum, serta sekaligus menjadi tumpuan atau sumber utama
penghasilan sebagian besar masyarakat di Indonesia dalam meningkatkan
kesejahteraannya. Dalam proses tumbuh dan berkembangnya Usaha Mikro
Kecil dan Menengah, dapat pula menjadi media atau sarana sebagai tempat
percontohan pertumbuhan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
Menyadari pentingnya peran UMKM dalam menopang kegiatan tersebut,
maka perlu upaya pemberdayaan secara utuh untuk kegiatan UMKM dalam
rangka proses percepatan pembangunan ekonomi di daerah serta pusat, semua
itu untuk peningkatan daya saing produk UMKM secara menyeluruh
(Nasution, 2019).
Keberadaan UMKM saat ini tidak serta merta dan tidak mudah untuk dapat
dihindarkan hubungannya dari benak dan pikiran masyarakat menengah ke
bawah. Karena posisi mereka begitu berarti serta sangat bermanfaat dalam hal
peningkatan sera pertumbuhan perekonomian dan pendapatan masyarakat.
Selain itu, UMKM juga mampu menciptakan kreativitas serta inovasi secara
mandiri yang sejalan dengan bentuk usaha untuk mempertahankan,
memperkuat dan mengembangkan kebudayaan masyarakat yang menjalankan
sebuah UMKM disatu daerah tertentu. Pada sisi lain, UMKM juag mampu
dengan maksimal menyerap tenaga kerja atau pekerja dalam skala yang lebih
besar, mengingat jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang sangat
besar, sehingga keberadaan UMKM dapat mengurangi tingkat pengangguran
serta mengurangi jumlah atau frekuensi dari alumni sarjana yang tidak terserap
di dunia industri.
Keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan keberadaanya sangat vital
bagi proses pertumbuhan perekonomian. Tahapan perkembangan UMKM di
Indonesia juga tidak lepas dari peran aktif seluruh sektor perbankan dalam
memberikan akses penuh dalam pemberian atau kemudahan sistem
perkreditan. Begitu besarnya kontribusi dari seluruh UMKM di Indonesia
terhadap pergerakan perekonomian juga memberikan pengaruh ke semua
kalangan, terutama bagi para pebisnis muda. Pemerintah melalui kementerian
180 Kewirausahaan dan UMKM

juga secara rutin memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan dan


penguatan UMKM. Perhatian yang sangat besar terhadap UMKM tersebut
mencakup berupa membantu dalam segala aspek kesiapan dari UMKM di
dalam menghadapi ketatnya persaingan bisnis di Era Digital. Sejatinya, peran
para pelaku bisnis dan penggerak UMKM di Indonesia harus terus
ditingkatkan serta dikembangkan. Dan serta tidak hanya peningkatan dari segi
kuantitas, namun yang paling penting adalah dari sisi kualitas, termasuk
jaringan yang terkoneksi penuh dengan internet (Umkm and Kota, 2018).
Ketidak merataan dari akses perbankan terhadap keberadaan UMKM di
daerah menyebabkan rendahnya tingkat inklusi dan literasi digital terhadap
kelanjutan UMKM itu sendiri.

Gambar 10.1: Digital Ekonomi Indonesia (Trihendrawan, 2017)


Landasan fundamental ekonomi Indonesia saat ini telah mendorong
pemerintah untuk terus menerus secara sustainable membangun struktur
ekonomi yang kokoh dan kuat, dengan mempertimbangkan seluruh
keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor mikro ini
justru telah terbukti memberikan ratusan ribu, bahkan jutaan lapangan kerja
dan memberikan kesempatan bagi UMKM untuk berkembang dan tumbuh
pesat di masyarakat. Keberadaan UMKM tidak dapat diragukan lagi
keberadaannya karena terbukti mampu bertahan dan menjadi penggerak utama
ekonomi, terutama setelah krisis ekonomi berkepanjangan puluhan tahun yang
lalu (1998).
Pada prinsipnya, tujuan utama pemberdayaan UMKM adalah bermuara
kepada salah satu peningkatkan atau peran UMKM itu sendiri dalam
Bab 10 Digitalisasi UMKM 181

pembangunan suatu daerah, penciptaan lapangan kerja yang seluas luasnya,


pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, serta
pengurangan dampak dari sumber kemisikinan (Nurfalah and Rusydiana,
2019). Namun di sisi yang lain, keberadaan UMKM juga menghadapi
beberapa permasalahan atau problem, yakni masih rendah atau kecilnya modal
kerja atau modal operasional dalam kegiatan produksinya. Sumber Daya
Manusia yang rendah, dan masih minimnya penguasaan ilmu pengetahuan
serta teknologi. Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan
prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum
mantap (Wijayanti, 2013). Oleh sebab itulah keberadaan UMKM sangat
diperlukan dalam rangka kemampuan mereka bertahan dari adanya krisis
global yang sewaktu waktu bisa menghantam ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global
namun pada kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat
banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak
langsung krisis global tadi, juga dipengaruhi oleh tekanan eksternal dari
UMKM itu sendiri (Seputro, 2019). Untuk mengantisipasi ancaman tersebut
diperlukan pendampingan, dan pembimbingan secara umum melalui tahapan
sebagai berikut :

10.1 Sosialisasi Program


Dalam pelaksanaan program, dibeberapa negara, kegiatan sosialisasi atau
pengenalan program merupakan kegiatan rutin secara berkelanjutan bagi para
penggiat kegiatan sosial, tak terkecuali di Indonesia. Dalam kegiatan sosial
tersebut, banyak hal menarik yang bisa diperoleh, yakni mendapatkan data
research dari banyak pelaku UMKM yang belum punya akses untuk mencari
informasi tentang permintaan atau kebutuhan pasar baik domestik maupun
mancanegara. Kemudian, banyak UMKM yang menunjukkan keterlambatan
dalam beradapatasi menuju era digital, sehingga yang terjadi adalah masih
kecilnya presentasi UMKM yang mendapatkan manfaat dari kegiatan
digitalisasi produknya.
Tujuan dari kegiatan sosialisasi atau melakukan transformasi keilmuan kepada
masyarakat secara umum tentang digitalisasi UMKM adalah pemerintah
secara perlahan serta setahap demi setahap dalam mengurangi dan atau
menghapus segala macam bentuk kemiskinan. Tujuan ini sangat beralasan,
karena Indonesia merupakan negara yang masih dihantui dengan persoalan
kemiskinan.
182 Kewirausahaan dan UMKM

Gambar 10.2: Sosialisasi UMKM Online (Wardani, 2019)


Dalam jaringan pengusaha global, Indonesia mempunya potensi ekonomi yang
sangat bear, dengan kekuatan dan cadangan kekayaan alam yang luar biasa
berlimpah, ditambah dengan ketersediaan tenaga kerja muda (SDM) dalam
jumlah yang sangat besar dan peningkatan laju urbanisasi yang sangat cepat.
Dalam proses pertumbuhan dari sektor UMKM, bisa dikatakan tercatat pada
fase ekonomi yang sangat mengesankan. Dalam satu dekade terakhir,
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari pergerakan UMKM adalah rata-
rata 5% per tahun. Dalam hal ini, Indonesia telah berhasil membuat langkah
cukup besar dalam pencapaian besar dalam hal kemajuan sosial serta
pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi berbasis UMKM, dan kini, sedang
berusaha agar tujuan target berikutnya bisa terlampaui, yakni menjadi negara
berpendapatan menengah ke atas pada tahun 2025 mendatang. Hal ini sejalan
dengan perencanaan pemantapan dalam sektor ekonomi digital yang akan
mempunyai fungsi strategis dalam memainkan peranan penting bagi posisi
Indonesia dikancah global guna mencapai seluruh potensinya.
Bab 10 Digitalisasi UMKM 183

Gambar 10.3: Capaian Pertumbuhan UMKM (Raymond, 2020)


Dari tampilan di atas, sangat jelas tampak dan begitu massifnya pertumbuhan
UMKM di Indonesia, sangat cepat dan detail persentase pertumbuhan dan
ritmenya. Dengan semakin tumbuh dan berkembang, serta banyak serta
menjamurnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang aktif dan
terlibat secara rutin dan menyeluruh dalam kerangka ekonomi digital berbasis
broadband, e-commerce, media sosial, mobile platforms. UKM juga akan
dapat tumbuh lebih cepat dalam hal pendapatan, penyediaan lapangan kerja,
penyediaan program stimulan terhadapa keluarga pra sejahtera, serta agar bisa
menjadi lebih inovatif, dan lebih kreatif dan lebih kompetitif ke depannya
untuk menghadapi digitalisasi ekonomi dunia. Sampai dengan saat ini, jumlah
UMKM di Indonesia dipastikan siap untuk menghasilkan keuntungan yang
signifikan dari proses total ke arah transformasi digital. Sebagian UMKM telah
berhasil memanfaatkan teknologi paling dasar untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam hal ini, peran kebijakan pemerintah sangat vital untuk memainkan
posisi penting dalam mempercepat pemanfaatan ekonomi digital bagi UMKM
terutama melalui peningkatan akses broadband dan melalui peningkatan
koordinasi program-program pemerintah yang sudah ada (Nurcahyadi, 2017).
Dari data di atas, peningkatan jumlah UMKM terjadi pada kurun waktu antara
2018 s.d 2020, karena memang di kurun waktu beberapa tahun terakhir,
program pemerintah melalui sosialisasi, pendampingan, bimbingan serta
pengerahan tim dari pusat banyak lakukan sosialisasi ke lapangan atau di
daerah yang potensi UMKM nya tinggi. Dalam setiap melakukan kegiatan
pendampingan dan sosialisasi, peserta dari setiap utusan UMKM akan
diberikan pelatihan dan pendampingan intensif agar para pelaku usaha di
bidang UMKM mampu memahami dan mengoperasikan atau menggunakan
sarana dan fasilitas pendukung digitalisasi dari dampak revolusi industry 4.0.
184 Kewirausahaan dan UMKM

Begitu pula pihak penyelenggaraan dari setiap kegiatan program


pendampingan dan pelatihan, secara rutin dan berkelanjutan dalam setiap
kegiatan sosialisasi program yang telah terpetakan.

Gambar 10.4: Grafis Jaringan E-Commerce (Nurcahyadi, 2017)


Dari usaha pemerintah untuk merencanakan gerakan 100.000 UMKM secara
serentak, disamping itu pula di gagasan Digital Energy of Asia juga
digaungkan. Dari gerakan ini, diharapkan mampu memberikan kesempatan
atau peluang pada UMKM di berbagai daerah untuk siap bersaing dengan
fasilitas digital di pasar yang lebih luas. Dengan adanya gerakan ini, para
pelaku bisnis dari UMKM mendapat peluang yang lebih besar. Target yang
luas tersebut diharapkan kepada para penggiat UMKM dapat dibimibing untuk
lebih intensif lagi menjalankan usahanya ke dalam bentuk online, sehingga
akan lebih mudah dalam berpromosi. Dalam tahap promosi juga akan dibantu
serta didampingi oleh para pakar di bidangnya.

Gambar 10.5: Nominator UMKM Terbaik (Haryadi, 2019)


Bab 10 Digitalisasi UMKM 185

Tahapan dalam proses sosialisasi program pemberdayaan masyarakat


merupakan upaya atau usaha yang bisa dilakukan secara optimal, guna untuk
memenuhi kebutuhan UMKM dan untuk memfasilitasi ketercapaian atau
tujuan utama agar mampu membawa masyarakat menuju tahap keberlanjutan
secara ekonomi dan mampu secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Hal yang tentu saja menarik dari proses tersebut adalah adanya
fakta atau bukti riil bahwa perempuan mempunyai peran sangat besar di dalam
pengembangan, penguatan serta pelebaran jaringan serta networking Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia, terutama dalam usaha pengentasan
kemiskinan.
Sementara itu, di sisi yang lain, adanya fakta atau bukti riil bahwa kegiatan
pada bidang UMKM ternyata telah secara nyata menunjukkan bukti bahwa
UMKM nyatanya mampu terus hidup, tumbuh mengakar dan berkembang
secara berkelanjutan di dalam menjalani dan menghadapi serbuan badai krisis
ekonomi selama lebih dari 10 tahun. Kini, keberadaannya mampu turut serta
memberikan kontribusi atau manfaat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
serta mampu mengoptimalkan diri dalam program membantu pemerintah
dalam penyerapan tenaga kerja baru dan dalam rangka peningkatan volume
ekspor untuk memperkuat Neraca Perdagangan agar tetap stabil dan
sustainable. Oleh sebab itu, maka, upaya peningkatan karya dan kinerja
UMKM sangat urgen dan mendesak untuk dilaksanakan. Secara umum,
peningkatan kapasitas dan kualitas manajerial harus wajib atau mutlak
dilakukan, apalagi kini dengan melihat kenyataan dan bukti nyata dan riil
bahwa sebenarnya UMKM di Indonesia banyak yang digerakkan oleh kaum
perempuan. Sosialisasi program yang terus berjalan setiap waktu terus
digalakkan, dengan tujuan program pendampingan berbasis sosialisasi ini
menjadi salah satu tujuan utama dalam peningkatan penadapatan masyarakat
berbasis UMKM. Pada awalnya, kegiatan UMKM lebih banyak dilakukan
sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan sambilan, hal bertujuan untuk
membantu para suami suami dan keluarga untuk menambah pendapatan
rumah tangga serta mengerakkan kegiatan ekonomi terkecil mereka, namun
justru dalam perkembangannya ternyata dapat menjadi sumber pendapatan
rumah tangga utama apabila mampu dan rutin dikerjakan dengan sungguh-
sungguh serta dikerjakan secara bersama sama (Ayu et al., 2016).
186 Kewirausahaan dan UMKM

Gambar 10.6: Proses Tahapan Pendampingan UMKM (Mone, 2020)


Pada setiap proses pendampingan berbasis sosialisasi, kegiatan kolaborasi atau
perpaduan antara financial technology (fintech) bersama setiap lembaga
keuangan (khususnya syariah), mampu atau dapat menumbuh kembangkan
atau meningkatkan literasi keuangan inklusif pada sektor UMKM di Indonesia.
Hal ini terjadi karena pada era terkini perkembangan dan pertumbuhan
tekhnologi begitu tinggi dan sangat massif dan sudah masuk dan terintegrasi ke
segala lini, salah satunya dari sekian banyak hal tersebut yaitu sektor
keuangan. Maka, diharapkan dengan terintegrasi atau masuknya teknologi
fintech dalam sektor keuangan atau finansial akan mengubah atau
mentransformasi industri keuangan ke era digital yang penuh persaingan.
Implementasi dan integrasi Fintech (financial technology) di industri jasa
keuangan dan perbankan mampu mempermudah dan memberikan askes
penuh dan mendekatkan para pelaku bisnis, terlebih khusus pelaku UMKM
untuk dapat mengakses dan menggunakan produk atau layanan keuangan
secara syariah yang diberikan tawaran untuk mengajukan pembiayaan secara
langsung ataupun tidak langsung/tanpa harus datang secara langsung ke kantor
cabang. Model inilah yang secara langsung selain mempermudah pelaku bisnis
sektor UMKM dalam mendapatkan akses keuangan, juga secara otomatis
dapat meningkatkan keuangan inklusif, serta dapat meningkatkan kinerja
pertumbuhan bank atau lembaga keuangan lainnya. (Muzdalifa, Rahma and
Novalia, 2018)
Bab 10 Digitalisasi UMKM 187

Gambar 10.7: Jaringan Teknologi Keuangan (Sandy, 2018)


Pada era saat ini, pertumbuhan, penguatan dan perkembangan yang sangat
pesat dan cepat dari penggunaan teknologi sensor, jaringan nirkabel,
interkoneksi, serta analisis data, telah memunculkan dan menimbulkan
gagasan atau ide serta gagasan untuk mengintegrasikan dan menyatukan
seluruh komponen dan indikator tersebut ke dalam berbagai sektor atau bidang
industri (Prasetyo dan Sutopo, 2018). Kemajuan teknologi yang didorong oleh
revolusi internet telah merubah wajah industri jasa keuangan yang mengarah
pada perubahan layanan keuangan elektronik (Rumondang et al., 2019).

10.2 Pendampingan
Pada era kolaborasi dan kemitraan saat ini, sektor mikro merupakan sektor
yang paling banyak memberikan umpan balik atau feed back terbanyak, yakni
dari UMKM. Kontribusi terbesar dari UMKM tersebut terintegrasi kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang berarti potensi dan
perannya begitu besar untuk keberlanjutan bagi kelangsungan pembangunan
bangsa ke depan. Untuk kita ketahui bersama, bahwa pajak adalah sumber
penghasilan negara yang paling besar dan sangat penting untuk proses
penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi tombak utama dalam proses
pembangunan secara nasional. Sehingga dalam hal ini, pemerintah secara
sustainable atau berkelanjutan terus menempatkan kewajiban utama
perpajakan sebagai salah satu dari sekian banyak bentuk wujud utama dari
hadirnya negara dalam membangun perekonomian bangsa. Dan hal ini
188 Kewirausahaan dan UMKM

merupakan aspek penting dalam kelangsungn UMKM kedepan, serta


merupakan sarana dalam pembiayaan mikro dan makro di Indonesia. Salah
satu di antara keseluruhan aspek penting dari kontribusi UMKM untuk Negara
yakni kemudahan dalam melaksanakan kewajiban serta pemerintah secara
perlahan melaksanakan reformasi peraturan perpajakan secara konsisten dan
berkelanjutan. Hal tersebut tertuang dalam bentuk kemudahan dalam
pelaporan, pembayaran, dan kemudahan akses informasi perpajakan bagi para
pelaku UMKM.
Beberapa bentuk inovasi dan karya UMKM yang lain dalam bentuk pelayanan
kepada konsumen telah diterapkan. Salah satu dari sekian banyak inovasi
tersebut adalah adanya aplikasi E-filling (pajak) untuk mempermudah
pelaporan pajak bagi para pelaku bisnis sekala menengan atau UMKM.
Langkah lainnya adalah meningkatkan ekstensifikasi, intensifikasi, dan
penegakan hukum perpajakan kepada pelaku bisnis UMKM, salah satu bentuk
penerapan langkah yang saat ini sedang digagas dan direncanakan yaitu
pengenaan pajak dalam E-commerce (Wicaksono, Belakang and Andreas,
2018).

Gambar 10.8: Pendampingan Pajak UMKM (Pariera, 2018)


Bagi pebisnis kecil yang menjalankan kegiatan UMKM, yang memiliki omset
atau perputaran modal sebesar 4 sampai dengan 5 Miliar per tahun,
mempunyai keringanan dalam memenuhi kewajiban dalam wajib pajak
UMKM yang emiliki Perdaran bruto tertentu membayar pajak. Kemudahan
Bab 10 Digitalisasi UMKM 189

serta kebijakan ini diharapkan dapat menjadi menarik dan mendapat perhatian
lebih banyak bagi para pelaku UMKM masuk kepada basis wajib pajak serta
berkontribusi secara berkelanjutan terhadap perekonomian nasional.
Keringanan tersebut diterima oleh UMKM berupa Pajak Penghasilan dari
usaha yang diterima atau usaha yang diperoleh.
Dalam usaha meningkatkan peran serta UMKM dalam setiap kegiatan bisnis,
baik online maupun offline, diperlukan ikhtiar atau usaha yang berbentuk
pendampingan secara merata dan adil dalam rangka mengoptimalkan segala
potensi yang ada di masyarakat. Hal tersebut bisa berupa pengoptimalan media
e-commerce sebagai salah satu indikator dan fondasi dalam setiap kegiatan
bisnis. Hadirnya proses dan program digitalisasi UMKM melalui berbagai
bentuk, baik melalui media online atau media aplikasi, telah menghasilkan
peningkatan traffic transaksi yang begitu tinggi, hal ini ditunjukkan oleh
meningkatnya transaski online yang terintegrasi ke beberapa indikator atau
item, yakni penggunaan kartu debit atau kredit, peningkatan jumlah pencarian
dalam kegiatan penjualan, peningkatan jumlah pengumpulan barang
penjualan/pembelian yang telah dipesan, serta sistem penjualan yang
digunakan oleh UMKM yang modern dalam rangka mengoptimalkan
transaksi bisnisnya.
Oleh karena itu, dalam setiap proses operasional bisnis dari transaksi UMKM,
harus terus di dukung oleh sejumlah kebijakan, peraturan, dan atau regulasi.
Mengapa hal tersebut penting, karena sebuah proses atau sistem operasional
dalam kegiatan secara mikro (UMKM) dibutuhkan pengawalan,
pendampingan, pengendalian, dan atau pengontrolan terhadap berjalannya
kegiatan bisnis dari sebuah UMKM. Pendampingan sebuah UMKM mutlak
diperlukan, karena dengan adanya kegiatan pendampingan, baik itu dari
kalangan akademisi (terlebih praktisi), akan menimbulkan hasil yang positif,
serta lebih menghemat biaya. Sejatinya, bila pendampingan dan sosialisasi
tentang dunia digital dilaksanakan oleh seorang akademisi, maka lebih
menekankan kepada arah kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Dan
kegiatan Pengabdian Masyarakat lebih menekankan kepada proses secara utuh
dan mandiri bagaiman aagar sang pengabdi (akademisi) dan tujuan atau
sasaran pengabdian lebih terarah dan lebih terkoordinir dengan baik, serta lebih
nyata dampak dan efeknya bagi kemajuan pergerakan dan pertumbuhan
UMKM di Indonesia.
190 Kewirausahaan dan UMKM

Gambar 10.9: Jaringan E-Commerce dalam UMKM (Setiawan, 2018)


Sebagai bentuk antisipasi dari melesat dan massifnya gerakan bisnis kecil atau
UMKM di zaman digital seperti saat ini, para pelaku bisnis atau pelaku usaha
dalam perdagangan telah beralih cara bisnis dan penjualannya, dari cara tatap
muka, menuju cara online atau komunikasi virtual melalui internet, baik itu
lewat Skype, Zoom, WA, Twitter maupun melalui media online yang lain.
Melalui cara penjualan online ini memang diperlukan adanya pendampingan
serta sosialisasi dan upaya secara terus menerus melalui kegiatan digital
revolution. Hal ini tentunya akan mendorong tumbuhnya UMKM dengan
signifikan. Hal ini tentunya adalah sumber utama dan potensi pajak yang besar
bagi pembangunan dan kebangkitan ekonomi nasional. Akan tetapi, total
keberadaan bisnis atau usaha tersebut baik yang teridentifikasi jumlah maupun
kontribusi dari total pajaknya belum dapat diestimasi. Maka dari itu, kegiatan
pendampingan melalui sosialisasi perlu di arahkan agar menerapkan strategi
pemasaran yang lebih efektif, serta lebih terarah kepada peningkatan
penjualan, perluasan jaringan atau network, serta peningkatan jumlah laba
yang akan diperoleh setiap waktu.
Bab 10 Digitalisasi UMKM 191

Gambar 10.10: Pendampingan Pemasaran Digital UMKM (Fianda, 2019)


Selain itu, proses digitalisasi marketing UMKM tahun ini masih akan menjadi
topik terhangat dan masih menjadi tema besar (hot news) dunia digital bagi
pelaku bisnis UMKM di Indonesia. Hal ini akan semakin menarik jika di
integrasikan dengan tema besar pemberdayaan fintech atau financial
technologi dalam bidang UMKM. Kini, hampir seluruh lembaga
pemerintahan, non lembaga dan BUMN/BUMD telah mempunyai berbagai
macam kegiatan atau program pemberdayaan untuk UMKM melalui berbagai
macam media, salah satunya adalah program CSR (Corporate Social
Responsibility). Program ini sangat penting dan bermanfaat serta berguna
untuk membantu branding image, serta membantu meningkatkan
implementasi startegi marketing di lapangan.

Gambar 10.11: CSR dan CRM UMKM (Smedev, 2018)


192 Kewirausahaan dan UMKM

Desain program CSR bagi UMKM di era sekarang ini memang dirancang
dengan baik serta harus memiliki output atau hasil yang jelas. Pada umumnya,
BUMN sekarang ini dituntut oleh pemerintah untuk berkontribusi dan
memberikan sumbangsih di dalam pengembangan dan penguatan sektor
UMKM. Tapi ternyata, untuk dapat mampu mengembangkan dan saling
menguatkannya usaha dari UMKM itu sendiri tidaklah mudah, dan tidak
seperti membalikkan telapak tangan serta menjadi serba instan yang
dibayangkan perusahaan. Proses penguatan dan Pengembangan UMKM
adalah salah satu program prioritas CSR bagi UMKM. Di Indonesia, CSR
adalah salah satu fondasi utama perekonomian bangsa yang sangat banyak
menyumbang pendapatan bersih paling besar di antara yang lain. Bahkan,
disaat krisis ekonomi pun, sektor UMKM terbukti ampuh bertahan serta tidak
mengalami kemunduran yang berarti, bahkan, ada beberapa UMKM yang naik
kinerja dan produktivitasnya. Disamping itu, pemerintah saat ini juga
mendukung penuh pengembangan dan penguatan UMKM, karena mereka
menghasilkan pendapatan yang cukup besar bagi negara.
Namun disatu sisi, UMKM juga cukup banyak mempunyai persoalan, sejak
awal yakni aspek pemasaran, kemudian jumlah modal yang dimiliki kadang
terbatas, bahkan sangat kurang, hingga terkadang operasional produknya
terhenti, kemudian frekuensi kualitas dari kapasitas atau ketersediaan sumber
daya manusia yang lemah, serta laporan keuangan yang kadang masih kurang
rapi, bahkan tidak ada (karena kurang pengetahuan tentang administrasi), serta
kurangnya pemahaman tentang dunia literasi digital. Dari berbagai macam
masalah dari UMKM tersebut, program pemerintah atau dari beberapa CSR
perusahaan harus manjadi landasan atau fondasi utama dalam membuat dan
menyusun program CSR bagi UMKM, hal tersebut dibutuhkan terutama
dalam usaha penguatan, pengembangan, dan pelebaran ukuran UMKM. Untuk
keberhasilan tersebut, UMKM harus memperhatikan tujuan dan arahnya
kemana terlebjh dahulu. Hal inilah nantinya yang akan berpengaruh terhdapa
besar kecilnya atau sukses tidaknya pelaksanaan CSR yang akan diberikan.
Peningkatan penggunaan teknologi berbasis informasi yang tidak terbatas pada
zaman digital saat ini, merupakan hal yang tak terbantahkan bagi setiap orang
yang menggunakan fasilitas tersebut. Kehadiran teknologi infomasi
merupakan media baru yang seolah menggebrak dan menghadirkan puluhan
atau segudang layanan yang lengkap dan komplit. Hal tersebut semakin
lengkap dengan hadirnya inovasi dan kreasi terbaru sistem pengelolaan
keuangan secara digital bagi UMKM. Kehadiran teknologi keuangan digital
Bab 10 Digitalisasi UMKM 193

ini semakin lengkap dengan memudahkan transaksi yang akan kita lakukan di
mana saja, kaan saja, dan dengan siapa saja.
Dengan munculnya inovasi baru ini merupakan salah satu salah satu model
baru atau bentuk baru penerapan aplikasi dari teknologi informasi di bidang
literasi keuangan. Aplikasi teknologi keuangan digital memiliki fungsi yang
begitu beragam dan komplit, kehadirannya diyakini mampu beradaptasi
dengan cepat dan tepat serta berkembang secara massif. Saat ini, kehadiran
aplikasi digtal bidang keuangan, mampu dengan cepat membantu kegiatan
bisnis UMKM dalam melayani kegiatan elektronik dibidang keuangan,
transaksi virtual, agregator, landing, crowd funding dan seluruh data transaksi
keuangan secara online lainnya. Adapun kini, apliaksi financial technology
yang telah banyak beroperasi sebagian juga ada yang didirikan, dikembangkan
dan diciptakan oleh perusahaan berbasis konvensional, tetapi, banyak pula
yang merupakan perusahaan rintisan baru atau startup.
Jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar di Indonesia dalam
komposisi pelaku usaha UMKM, sudah pasti akan membutuhkan perlakukan
khusus, agar usia produktif tersebut menjadi generasi penerus yang handal,
cakap, dan unggul di masa yang akan mendatang. Perhatian khusus ini
dibutuhkan dalam usia produktif, karena usia muda merupakan usia yang
sedang massif mencari jati diri. Sehingga terungkap bahwa, pemuda dianggap
berada dalam masa storm and struggle terutama pada faktor internal, pemuda
mencoba bereksperimen dengan identitas orang dewasa (Ryandono, 2018).

Gambar 10.12: Koneksivitas Digital UMKM (Burhanudin, 2019)


194 Kewirausahaan dan UMKM

Dalam rangka meningkatkan kegiatan pelatihan dan pembimbingan, bagi para


penggiat UMKM, para pelaku atau penggiat UMKM juga diberikan
kemampuan dalam literasi tentang produk jasa perbankan. Hal ini diperlukan
agar para pelaku UMKM mampu memilih produk perbankan tersebut yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain sebagai wujud nyata pengabdian
kepada bangsa, kegiatan pelatihan berupa penyampaian metode dan keilmuan
untuk pelaku bisnis dan UMKM sangat dibutuhkan oleh para pebisnis kecil,
karena seyogyanya, kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi adalah salah satu
bentuk kegiatan yang manfaat dan tujuannya untuk produktivitas karya
akademis dan lingkungan sekitar UMKM itu sendiri. Kita menyadari semua
bahwa kehadiran UMKM ditengah tengah masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk sangat memberikan dampak ekonomis yang luar biasa bagi
pertumbuhan ekonomi nasional. Betapa tidak, begitu massif dan tersistemnya
pertumbuhan UMKM di Indonesia sangat memengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat, tidak mengherankan jika massifnya pertumbuhan UMKM
tersebut sangat berpengaruh kepada daya saing ekonomi bangsa, serta
penopang utama dalam sistem perekonomian Indonesia (Munawar, 1994).
Penggunaan salah satu sosial media sangat memungkinkan jika industri jasa
keuangan terus tumbuh dan berkembang. Hal tersebut terjadi karena data para
pelanggan atau data nasabah yang diunggah secara massif oleh pengguna ke
sosial media dapat dipakai untuk menganalisa risiko nasabah (Fauzan, 2019).
Pertumbuhan dan perkembangan industri jasa keunagn di sebuah negara akan
sangat menopang dan mampu menjadi tiang utama pertumbuhan ekonomi,
baik secara mikro ataupun makro, sehingga, dari sekian banyak strategi yang
diambil oleh pemerintah secara makro memberdayakan dan menumbuhkan
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai dasar daripada
pembangunan ekonomi kerakyatan (AUDIRA, 2018).

10.3 Ekonomi Kreatif


Pergerakan dan perkembangan sistem informasi kian hari makin berkembang
pesat. Berbagai macam kegiatan bisnis, dari kecil sampai besar ternyata
mampu dimanfaatkan oleh para pelaku atau penggiat UMKM dalam rangka
mengimbangi perkembangan dan pertumbuhan untuk menjalankan berbagai
macam usahanya. Meningkatnya kompetitor dan persaingan menjadi salah
satu pertimbangan utama bagi para pengusaha untuk berkompetisi dengan
Bab 10 Digitalisasi UMKM 195

masuk dalam persaingan yang amat sangat ketat. Strategi pemasaran UMKM
melalui seluruh media (media sosial dan media elektronik) yang tepat
dipergunakan agar mampu merebut segmen pasar yang dituju, sehingga
jumlah penjualan selalu meningkat, serta peningkatan profit bisnis juga
semakin bagus. Digital Marketing dalam kegiatan ekonomi kreatif sangat
penting dilakukan dan di eksekusi, karena digital marketing merupakan satu
dari sekian banyak media pemasaran online yang saat ini sedang ramai
digunakan oleh para pebisnis untuk medukung berbagai macam kegiatan atau
aktivitas bisnis yang dilakukan. Mereka (para pelaku UMKM) secara perlahan
mulai meninggalkan tipe pemasaran biasa beralih ke pemasaran modern, yaitu
digital marketing. Dengan metode baru (digital marketing) ini, proses dalam
komunikasi dan transaksi bisnis dapat dilaksanakan setiap waktu dan bisa
berdampak mengglobal atau mendunia, terlebih bidang ekonomi kreatif
merupakan bidang yang palig banyak digaungkan saat ini. Karena banyaknya
pengguna media sosial yang semakin hari semakin bertambah, membuat celah
UMKM untuk terus berkreasi, serta diharap makin mampu untuk bersaing
dalam ketatnya pasar dibidang ekonomi kreatif.

Gambar 10.13: UMK Digital (Burhanudin, 2019)


Sebagai salah satu konsep dalam era digital saat ini adalah kualitas sumber
daya informasi dan berbagai macam kreativitas yang dimunculkan dari stock
of knowledge, merupakan faktor produksi yang uatama di dalam sebuah
kegiatan ekonomi. Dalam pelaksaaan ekonomi kreatif bagi UMKM, yakni
bagaimana mengelola aktivitas manusia yang berkaita erat dengan masalah
196 Kewirausahaan dan UMKM

produksi, distribusi serta konsumsi terhadap sebuah pergerakan barang dan


jasa.
Kegiatan dalam Ekonomi kreatif adalah menyalurkan hobi atau gagasan dalam
sebuah kegiatan secara terukur dan sistematis, serta penyatuan antara konsep
kewirausahaan dengan konsep bisnis. Sehingga, dalam ekonomi kreatif adalah
tempat atau media serta wadah untuk mengembangkan kemampuan diri dan
tempat pengembangan ketrampilan diri, talenta dan kreativitas yang berpotensi
dalam meningkatkan kesejahteraan.

Gambar 10.14: Produk UMKM Digital (Sobirin, 2017)


Dalam proses digitalisasi, kegiatan branding di UMKM merupakan kegiatan
yang tidak terpisahkan dari salah satu rangkaian atau proses ke arah
modernisasi dari proses pemasaran secara utuh dan sustainable. Proses dalam
digitalisasi akan lebih sempurna bila adanya kolaborasi antar pengusaha atau
pelalu UMKM dengan pemerintah. Dalam berkolaborasi, berbagai macam
produk bisa dihasilkan dan lebih mudah dalam pemasaran, pendistribusian dan
promosi atau advertising
Dalam proses komunikasi suatu merek untuk produk maupun jasa, maka
sangat dibutuhkan media yang mampu menjangkau target pasar yang
dimaksud. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi
pemasaran. Adapun tujuan dari komunikasi pemasaran ini untuk menyebarkan
luaskan informasi yang detail, untuk memengaruhi target pasar, mendidik
pelanggan, menghibur calon pembeli, dan mengingatkan para calon target
selanjutnya.
Bab 10 Digitalisasi UMKM 197

Ekonomi kreatif tak bisa lepas dari komunikasi pemasaran yang terintegrasi
dengan media sosial, juga tidak bisa dipisahkan dari bauran promosi
(promotional mix). Karena dalam ekonomi kreatif, tidak bisa dilepas dan tidak
bisa dipisahkan dari periklanan (advertising), penjualan personal, promosi,
hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung. Proses pemasaran online bagi
bisnis atau usaha yang baru dirintis akan menghemat biaya, karena tidak harus
mengadakan lokasi untuk memajang produk/jasa, serta dapat dikendalikan
sendiri tanpa merekrut karyawan atau staf, serta waktu kerja yang tak terbatas,
serta punya jangkauan yang luas (Hendrawan et al., 2019).
Untuk meningkatkan produktivitas di sektor ekonomi kreatif. Berbagai macam
strategi dan berbagai pola kebijakan yang telah diterapkan oleh Dirjen Pajak
untuk meningkatkan dan menumbuhkan iklim perpajakan yang baik
(Nasution, 2019).

Gambar 10.15: Diferensiasi Produk UMKM (Tyas, 2018)


Kegiatan yang banyak dikerjakan oleh masyarakat saat ini adalah Usaha Kecil
Mikro dan Menengah (UMKM). UMKM pun terus mencoba berbenah untuk
terus tumbuh secara sustainable atau berkelanjutan. Terangkatnya
perkembangan dan pertumbuhan dari UMKM menandakan semakin
meningkatnya peran dan partisipasi pemerintah dalam rangka memajukan
geliat UMKM di Indonesia dalam bentuk pengembangan dan penguatan
UMKM di daerah yag berafiliasi dengan kawasan pariwisata. Perkembangan
dan pertumbuhan tersebut didukung oleh maraknya kegiatan atau semakin
aktifnya event yang diselenggarakan oleh pelaku ekonomi kreatif, seperti
198 Kewirausahaan dan UMKM

pelatihan, pendampingan, baik itu dari lembaga mikro, maupun lembaga resmi
yang lain, serta minat masyarakat terhadap UMKM juga semakin tinggi karena
didukung oleh pelebaran jaringan atau network yang makin beragam
(Diningrat, Maulana and Gultom, 2017).
Di Indonesia, keberadaan UMKM mempunyai manfaat dan dampak nyata dan
riil bagi perekonomian Indonesia. Selain menjadi slah satu pemain utama
dalam kegiatan ekonomi nasional, UMKM juga otomatis menjad penyedia
lapangan kerja terbesar selama ini, UMKM juga menjadi salah satu pemain
penting dalam upaya peningkatan dan pengembangan kegiatan ekonomi dan
bisnis di daerah serta mengaktifkan peran serta masyarakat dan
pemberdayaannya, serta sebagai salah satu pencipta pasar yang fresh dan
inovatif. Di zaman ekonomi global seperti sekarang, para pelaku UMKM
dituntut agar segera melakukan perubahan secara besar besaran, bertujuan
untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan mutu atau kualitas produk
dari UMKM itu sendiri (Arifin and Priyandari, 2017).

10.4 Media Sosial


Pesatnya perkembangan dan massifnya kemajuan dari teknologi saat ini adalah
hal yang tak bisa dihindari. Karena peningkatan serta kemajuan dari teknologi
saat ini telah sesuai dan telah mengikuti ritme atau pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan saat ini. Setiap kreasi dan dan inovasi yang baru akan di
ciptakan untuk memunculkan manfaat positif, dapat memunculkan begitu
banyak keringanan, dan sebagai metode yang baru untuk melakukan kegiatan
atau aktivitas bagi kelangsungan bisnis. Terlebih lagi aktivitas bidang
teknologi informasi di tengah tengah masyarakat telah banyak kita rasakan
hasilnya, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini (Simarmata et al., 2019).
Dapat dikatakan media sosial adalah salah satu kekuatan baru yang menjadi
penunjang utama dari ekonomi negara kita. Kekuatan ekonomi tersebut berupa
hadir dan munculnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah di mana mana.
Disaat ekonomi global di seluruh dunia Indonesia mengalami kemunduran,
justru yang terjadi adalah para pelaku bisnis UMKM tidak sedikitpun terkena
akibat negatif dari kelesuan atau kemunduran ekonomi ekonomi tersebut,
bahkan yang lebih hebatnya, sebagian besar dari pelaku UMKM tetap dapat
meningkatkan usahanya dalam rangka memberikan kekuatan atau penopang
bagi perekonomian negara (Febriyantoro et al., 2018).
Bab 10 Digitalisasi UMKM 199

Dalam mengahdapi kelesuan ekonomi seperti yag dijelaskan di atas, pelaku


kegiatan atau aktivitas operasional banyak menggunakan manajemen yang
sederhana, yakni di antaranya modal atau asset yang belum besar, serta jumlah
dari seluruh staf atau karyawan juga terbatas. Para pelaku UMKM biasanya
menghasilkan produk-produk dari berbagai macam hasil kerajinan hand made.
Namun, yang membuat mereka unggul adalah kerajinan tersebut terdiri dari
kreasi inovatif, kreasi bak sampah dan mobil bekas, serta peralatan memasak
dari kayu, dan lain sebagainya yang mana produk tersbeut merupakan produk
unggulan lokal yang mamu menambah nilai guna suatu barang, keunggulan
mereka (pelaku UMKM) mampu mengoptimalkan diri melalui media sosial
(Murwanti, 2018)
Dalam aktivitas dari dunia digital yang fokus ke UMKM, banyak yang
beranggapan akan terjadinya ledakan kegiatan di seluruh dunia akan aktivitas
media sosial, bahkan diprediksi akan menjadi poin penting bagi semua
aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Beberapa bukti atau poin yang
bisa dijadikan keberhasilan atau indikator saat ini adalah, meningkatnya
pengeluaran promosi digital, tumbuhnya pemilik smartphone yang makin
banyak menyediakan akses internet, adanya perbaikan dari infrastruktur
jaringan telekomunikasi dan peningkatan kualitas akses data, serta
diluncurkannya layanan 4G yang membuat kegiatan media sosial semakin
mudah, murah, dan cepat (Febriyantoro dan Arisandi, 2018).

Gambar 10.16: Jaringan Media Sosial UMKM (Groedu, 2017)


200 Kewirausahaan dan UMKM

Memasuki zaman UMKM digital saat ini, seolah menandakan semua sudah
berubah dengan drastis. Tak terkecuali di bidang digital ekonomi. Kita banyak
menjumpai semua lini kehidupan, kegiatan ekonomi digerakkan dan di dukung
sepenuhnya oleh berbagai perangkat teknologi. Hal ini juga ditandai oleh era
revolusi industry 4.0. Bukti riil itulah yang mewujudkan paradigma mengenai
ekonomi dan UMKM, serta marketing juga telah berubah drastis. Produktifitas
sumber daya manusia, pendistribusian produk barang dan jasa, sampai dengan
pemasaran harus mengimbangi laju pertukaran digitaliasi ekonomi mikro
UMKM yang terus berkembang (Rosyadi et al., 2018).
Tantangan dan hambatan yang sering dihadapi pelaku usaha mikro kecil me-
nengah (UMKM) adalah memperjuangkan produk agar pertumbuhan di pasar
lokal dan global tetap berjalan. Tantangan yang dimaksud tersebut adalah
dapat segera ditanggapi dengan cara yang baik, dengan memastikan bahwa
UMKM bisa : (1) Mendapatkan akses internet atau media sosial; (2)
Membangun website yang menarik untuk media sosial; dan (3)
Menghubungkan ke pasar luar negeri melalui integrasi online/internet
Perubahan mendasar perilaku pasar (serta penjual) di era digital sekarang
sangat perlu diketahui, dicontoh dan diikuti serta dijadikan eksperimen oleh
UMKM, sehingga bisa mengenal dengan baik target pasarnya serta tidak
kehilangan konsumen begitu saja (Siaga, Januar and Kusmiati, 2016).

Gambar 10.17: Jejaring Digital Marketing UMKM (Groedu, 2017)


Bab 10 Digitalisasi UMKM 201

Di era digital seperti sekarang ini, kehadiran media sosial membuka beragam
kesempatan bagi kita untuk mempromosikan bisnis dan produk secara murah
meriah. Karena itulah, setiap pelaku bisnis yang ingin mengembangkan
usahanya sudah harus melek dan Go Digital. Artinya, kita harus bisa
memanfaatkan teknologi digital guna memperkenalkan produk dan layanan
kita pada kalangan masyarakat secara lebih luas. Hal ini bisa dilakukan baik
melalui aplikasi online chat (Whatsapp, LINE, telegram, dan lain-lain), media
sosial (Facebook, Instagram, Lnkdln, Twitter, dan lain-lain), toko-toko online
di berbagai platform e-commerce (Bukalapak, Tokopedia, Blibli, GoFood, dan
lain-lain), website sendiri, sampai penggunaan berbagai aplikasi atau software
pendukung bisnis lainnya seperti aplikasi kasir, akuntansi, sampai manajemen
stok dan sumber daya lainnya atau yang disebut Enterprise Resource Planning
(ERP) .
Meski begitu, memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menerapkan Go
Digital secara efektif itu diperlukan upaya (effort) tertentu yang tentunya
memakan waktu, tenaga, kreatifitas atau pikiran, hingga uang (jika membayar
admin khusus dan menggunakan jasa konsultan untuk memproduksi konten
berupa foto atau grafis yang bagus untuk diunggah). Nah, strategi pemasaran
dengan strategi Go Digital baiknya memang dilakukan secara bertahap,
dengan tujuan utama untuk meningkatkan penjualan.

Gambar 10.18: Media Sosial dalam Genggaman (Fatmarani, 2019)


202 Kewirausahaan dan UMKM

Kegiatan di bidang UMKM telah terbukti menjadi bidang yang kuat saat
terjadi kekacauan terhadap ekonomi Indonesia (1998), selain itu UMKM
merupakan salah satu dari tulang punggung ekonomi Indonesia.
Perkembangan dan pertumbuhan dari Teknologi Informasi yang cukup tinggi
saat ini mampu menyajikan informasi secara cepat dan mudah. Hal ini menjadi
pemicu bagi pelaku usaha untuk mulai memanfaatkan perkembangan
teknologi bagi kemajuan usahanya. Seiring dengan perubahan atau
perkembangan zaman yang semakin kompleks, serta perubahan dan
tumbuhnya penggunaan teknologi yang begitu pesat membuat pelaku usaha di
lini mikro kecil menengah ditantang untuk menemukan cara agar produknya
dikenal masyarakat luas (Nurcahya and Majapahit, 2018).

10.5 Corporate Social Responsibility


CRM
Pemerintah telah secara nyata dengan rutin dan berkelanjutan memberikan
bantuan atau stimulus melalui proses pembangunan yang bersumber dari dana
desa yang salah satunya merupakan program pemerintah dalam mempercepat
pemerataan pembangunan di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, selain
dari pemberian bantuan untuk kegiatan usaha mikro, diperlukan juga kegiatan
yang lain berkaitan dengan pembangunan desa berbasis mitra desa atau CSR
(Corporate Social Responsibility) dan atau CRM (Coporate Responsibility
Marketing) (Danial et al., 2019).
Corporate Social Responsibility (selanjutnya disebut CSR), adalah salah satu
bagian dari tanggung jawab yang baik (good will) dari perusahaan pendukung
atau perusahaan mitra, sekaligus media atau wadah interaksi dn komunikasi
sukarela perusahaan dengan pemegang kepentingan (stakeholder) mereka,
CSR juga memiliki scope dan tanggung jawab yang sangat luas untuk
mengintegrasikan dan mempraktikkan tiga (3) konsep dasar di dalam proses
bisnis yang terkenal dengan sebutan triple bottom line (TBL) yaitu konsep
bagaimana mengembangkan kegaiatan dibidang ekonomi secara
berkelanjutan, kemudian bagaimana kegiatan bidang sosial terus berjalan
dengan seimbang dan menjaga agar keadaan atau stabilitas lingkungan tetap
terjaga dengan baik. Melalui TBL CSR, kita bisa melihat kemampuan sebuah
Bab 10 Digitalisasi UMKM 203

perusahaan dalam mengukur tingkatan pertanggung jawaban sosial yang harus


dipenuhi oleh perusahaan terhadap para stakeholdernya.

Gambar 10.19: CSR dan CRM dalam Genggaman (Hestanto, 2017)


Selain menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, penggunaan
CSR atau CRM juga juga merupakan zona atau area di mana suatu perusahaan
dapat menjadi sumber perhatian dari pelaku bisnis UMKM, namun, melihat
sejumlah perkembangan bisnis saat ini, plus ditambah dengan kemunculan
revolusi industri 4.0, membuat banyak perusahaan beralih dan berlomba
mendigitalisasi setiap proses bisnisnya, sehingga mereka lupa menjalankan
kewajiban dari CRM atau CSR nya.
Hal ini dapat kita lihat bahwa hampir semua lini bisnis UMKM, mau tidak
mau dipaksa untuk berbenah diri dari segala sisi, demi untuk mengejar
ketertinggalan dan mengikuti tren perkembangan zaman, mereka (UMKM)
mencoba menghadirkan teknologi, pelayanan serta pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan era ini, mulai dari alat-alat produksi, manajemen operasional,
alat dan materi perkuliahan, semua coba digitalisasikan demi sebuah tuntutan
zaman (Megawati, 2018).
Keterbatasan media atau sarana para pelaku bisnis UMKM dalam mengadopsi
sistem teknologi informasi dalam kegiatan operasionalnya juga menjadi
hambatan tersendiri dalam menyusun perencanaan secara manual.
Penganggaran secara manual memiliki risiko ketidakakuratan data dan
ketidakefisienan waktu yang tinggi. Sistem komputerisasi anggaran menjadi
tuntutan bagi setiap perusahaan. Akibatnya, pemangku pelaku usaha kecil dan
menengah (UMKM) pada sektor agrobisnis tidak memperoleh potret yang
204 Kewirausahaan dan UMKM

jelas dan utuh terkait dengan prosedur penyusunan anggaran operasional yang
berbasik komputer (computer based) (Bahri et al., 2018).

10.6 Website online


Dalam menjalankan bisnis digital bidang UMKM, kegiatan utama dari proses
marketing perlu terus dilakukan, baik itu perusahaan besar ataupun perusahaan
dengan skala mikro, kecil ataupun menengah. Kegiatan marketing seperti
membangun dan memperkuat brand awareness, berinteraksi ruitn dengan para
pelanggan, mengedukasi pelanggan, menciptakan kepercayaan dari para
pelanggan, serta menawarkan promosi, iklan atau event sejenisnya yang biasa
dilakukan oleh pengusaha secara offline. Dengan adanya media sosial di era
digital 4.0 sekarang ini, hampir semua hal dapat dilakukan melalui satu media,
yaitu Smartphone atau gadget. Pemenuhan kebutuhan manusia saat ini dapat
dipenuhi hanya dalam satu gengaman saja. Seperti bersih-bersih rumah,
massage, transportasi, sewa menyewa, jasa konsultasi, pembelajaran siswa,
aplikasi sampah, toko online, beriklan dan lain sebagainya, apalagi dengan
kegiatan marketing, sangat memungkinkan dilakukan secara digital pula
melalui genggaman tangan kita. Kegiatan ini biasanya disebut dengan kegiatan
digital marketing (Ni, 2019).

Gambar 10.20: CRM Link dan Match (UMKM, 2018)


Bab 10 Digitalisasi UMKM 205

Dalam menjalankan bisnis secraa digital, UMKM mempunyai peran yang


paling penting dalam mengatasi masalah pengangguran dan masalah
perekonomian kawasan perkotaan. Mengapa demikian? Karena Sektor
UMKM mampu menciptakan pasar baru, mengembangkan perdagangan,
mengelola sumber alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja,
serta membangun masyarakat dan menghidupi keluarga (Mansur and
Setianingrum, 2017).
Keberadaan internet juga mendorong pesatnya perkembangan media informasi
digital di segala bidang kehidupan. Demikian halnya pada dunia UMKM,
termasuk di dalamnya madrasah. UMKM harus segera menyesuaikan diri
dengan menghadirkan layanan informasi, sosialisasi, publikasi, edukasi,
bahkan pelatihan secara online. Keberadaan website sebagai layanan informasi
online menjadi sebuah kebutuhan vital pada seluruh UMKM di Indonesia.

Gambar 10.21: UMKM Go Online (UMKM, 2018)


UMKM selama ini masih mengandalkan media informasi secara
konvensional. Oleh sebab itu UMKM terkadang mengalami kendala teknis
dalam membuat website, termasuk untuk pembelian domain dan hosting, juga
banyak yang belum memiliki operator atau tenaga ahli dibidang teknologi
informasi dan komputer. Pemerintah dalam hal ini perlu membuat regulasi
yang mengharuskan UMKM untuk memiliki website, agar mampu
dioptimalkan sebagai sarana informasi, sosialisasi, publikasi dan edukasi
(Irawan, 2019).
206 Kewirausahaan dan UMKM
Daftar Pustaka

Adair, J. (1996). Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition.


London: Pan Books.
Adi Nugroho, (2006) “E-Commerce: Memahami Perdagangan Modern Di
Dunia Maya”, Bandung: Informatika,.
Afif, T. (2011). Retrieved Februari 17, 2020, from Thez Afif: https://thez-
afif.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-kewirausahaan.html
Ani Pinayani, (2004) Modul Kewirausahaan SMK: Memilih Bentuk Usaha dan
Perijinan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Arifin, E. F. and Priyandari, Y. (2017) ‘Analisis Kluster Implementasi E-
Business pada Komunitas Kampung Batik Digital Laweyan’, pp. 8–9.
Aristyani, S., Widyarti, S. & Sumitro, s. B. (2018). Network analysis of
Indigenous Indonesia medical plants for treating tuberculosis.
Pharmacognosy Journal, 10, 1159-1164.
AUDIRA, N. (2018) “ANALISIS PERANAN PELATIHAN PROGRAM
KAMPUNG UKM DIGITAL TERHADAP PERKEMBANGAN
UMKM DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada KUB
Telo Rezeki Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung).” UIN
Raden Intan Lampung.
Ayu, D. et al. (2016) ‘LITERASI DIGITAL PADA PEREMPUAN PELAKU
USAHA’, pp. 1–15.
Badan Pusat Statistik (2019). Statistik penduduk lanjut usia 2019. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (2020). Berita Resmi Statistik: Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Tahun 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
208 Kewirausahaan dan UMKM

Bahri, S. et al. (2018) ‘DESAIN MODUL ANGGARAN OPERASIONAL


BERBASIS MICROSOFT ACCESS’, 2018, pp. 218–223.
Bank Indonesia, (2003). “Peraturan Bank Indonesia No 5/8/PBI/2003, tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank”, Jakarta : Bank Indonesia.
BKLM (2018) Kemendikbud Dorong SMK Ciptakan Wirausaha Muda, Biro
Komunikasi dan Layanan Masyarakat - Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Available at:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/06/kemendikbud-
dorong-smk-ciptakan-wirausaha-muda (Accessed: 18 February 2020).
BPS (2019). Keadaan angkatan kerja di Indonesia Februari 2019. Jakarta:
Subdirektorat Statistik Ketenagakerjaan.
Burtonshaw-Gunn, Simon A. (2011). “Alat dan Teknik Analisis Manajemen”.
Jakarta : PT Indeks.
Bygrave, W.D. (2003). “The Portable MBA Enterpeneurshi,” Jakarta : Binarupa
Aksara.
Danial, K. D. et al. (2019) ‘Penguatan Ekonomi Desa Parung Ponteng Melalui
Aktivitas Bisnis Yang Memanfaatkan Digitalisasi’, pp. 50–58.
Darmawi, H. (2006). “Manajemen Risiko”. Cetakan kesepuluh. Jakarta : Bumi
Aksara.
De Jong, J & Hartog, D D. (2003). Leadership as a determinant of innovative
behaviour. A Conceptual framework. http://www.eim.net/pdf-
ez/H200303.pdf.
Desra (2020) Kenali Peluang & Tantangan Bisnis Di Era Digital Saat Ini - Jurnal
Blog. Tersedia pada: https://www.jurnal.id/id/blog/kenali-peluang-dan-
tantangan-bisnis-di-era-digital/ (Diakses: 1 Maret 2020).
Diningrat, D. S., Maulana, B. and Gultom, E. S. (2017) ‘KABUPATEN
SIMALUNGUN SUMATERA UTARA’, (September), pp. 237–241.
Dirjen Belmawa (2019) Membangun Wirausaha Muda Dimulai dari Perguruan
Tinggi, Dirjen Pembelajaran & Kemahasiswaan RistekDikti. Available
at: https://belmawa.ristekdikti.go.id/membangun-wirausaha-muda-
dimulai-dari-perguruan-tinggi/.
Dirjen PDM (2019) Pedoman Program Kewirausahaan SMA. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Daftar Pustaka 209

Djojosoedarso, S. (1999) “Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Ansuransi”.


Jakarta : Salemba Empat.
Drucker, P.F. (1996). Inovasi dan Kewirausahaan Praktek dan Dasar-Dasar.
Jakarta: Erlangga.
Esmi, K., Marzoughi, R. and Torkzadeh, J. (2015) ‘Teaching learning methods
of an entrepreneurship curriculum.’, Journal of advances in medical
education & professionalism, 3(4), pp. 153–200. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4596383/.
European Commission (2014) Entrepreneurship Education: A Guide for
Educators. Brussels: European Commission.
Fahmi, Irham. (2013). “Kewirausahaan: Teori, Kasus dan Solusi”. Bandung :
Alfabeta. .
Fahmi, Irham. (2013). “Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi”. Bandung
:Alfabeta. .
Fauzan, N. I. (2019) ‘Peran Financial Technology dalam Meningkatkan
Keuangan Inklusif pada UMKM Abstrak’, 5, pp. 1–14.
FDA (2020). Providing regulatory submissions in electronic format-Certain
human pharmaceutical product applications and related submissions
using the eCTD specifications (Revision 7): Guidance for industry.
Rockville, Maryland, United States.
Febrina, V., Semiarty, R. & Abdiana (2017). Hubungan pengetahuan siswa
palang merah remaja dengan tindakan pertolongan pertama penderita
Sinkop di Madrasah Rsanawiyah Negeri 1 Bukittinggi. Jurnal Kesehatan
Andalas, 6, 435 - 439.
Febriyantoro, M. T. dan Arisandi, D. (2018) “Pemanfaatan digital marketing
bagi usaha mikro, kecil dan menengah pada era masyarakat ekonomi
ASEAN,” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Dewantara (JMD), 1(2),
hal. 61–76.
Feeny, David. (2001). Making Business Sense of E-Opportunity. MIT Sloan
Management Review
Feriyansyah, F., Iqbal, M. dan Simarmata, J. (2019) Kewargaan Digital: Warga
Digital Dalam Kepungan Hiperkoneksi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
210 Kewirausahaan dan UMKM

Ferreira, C. C., Lord Ferguson, S. and Pitt, L. F. (2019) ‘Entrepreneurial


marketing and hybrid entrepreneurship: the case of JM Reid Bamboo
Rods’, Journal of Marketing Management. Routledge, 35(9–10), pp.
867–885. doi: 10.1080/0267257X.2019.1637921.
Fraunhofer (2014) Entrepreneurship and its educational goals, Fraunhofer.
Available at:
https://wiki.iao.fraunhofer.de/index.php/Entrepreneurship_and_its_educ
ational_goals (Accessed: 17 February 2020).
Gautama, S. (1995) Hukum Hak Milik Intelektual. Bandung: Eresco.
GEM (2018) Global Entrepreneurship Monitor 2017/2018, Global
Entrepreneurship Monitor. Available at:
https://www.gemconsortium.org/file/open?fileId=50012.
Geoffrey, G. Meredith, et. Al. (1996). “Kewirausahaan Teori Dan Praktek,”
Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo.
Griffin, Ricky W, dan Ebert, Ronald J. (1996). “Business”. Prentice Hall
International Edition.
Gro (2019) Pemerintah Stimulasi Jumlah Wirausaha Muda di Industri Kreatif -
Dunia Usaha, Neraca.co.id. Available at:
https://www.neraca.co.id/article/119739/dunia-usaha-pemerintah-
stimulasi-jumlah-wirausaha-muda-di-industri-kreatif (Accessed: 15
February 2020).
HAM, K. H. (1999). Undang-Undang Nomo 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM.
Hamdan, H. (2018) “Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada
Kewirausahaan Demi Kemandirian Ekonomi,” Jurnal Nusantara
Aplikasi Manajemen Bisnis, 3(2), hal. 1–8.
Hartono, W. (2011). Pengembangan technopreneurship : Upaya peningkatan
daya saing bangsa di era global.
Hendrawan, A. et al. (2019) ‘PENGARUH MARKETING DIGITAL
TERHADAP KINERJA’, 4, pp. 50–61.
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Henry Chan, Raymond Lee, Tharam Dillon, Elizabeth Chang. (2001) E-
Commerce Fundamental and Applications. Jhon Wiley & Sons, Ltd.
Daftar Pustaka 211

Hidayat, Nur. (2015). “Corporate Tax Risk Management : Manajemen Risiko


Perpajakan Perusahaan”.Jakarta:Elex Media Komputiondo.
Hisrich, R.D., Peters, M.P and Shepherd, D.A. (2005) “Entrepreneurship”.
MacGraw-Hill, New York.
Idris, M. (2018) Bamsoet: Banyak UMKM di Pelosok Belum “Online.”
Tersedia pada: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3996964/bamsoet-banyak-umkm-di-pelosok-belum-online (Diakses: 29
Februari 2020).
International Standard. (2009). “Risk Management-Principles and Guidelines
ISO31000:2009”. ISO Copyright Office, Geneva
Irawan, E. (2019) ‘Digitalisasi Madrasah di Era Revolusi Industri 4 . 0 : Refleksi
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Kabupaten Ponorogo’,
10(2), pp. 160–168.
Kasali, R., Nasution, A. H., Purnomo, B. R., Ciptarahayu, A., Mirzanti, I. R.,
Rustiadi, S., et al. (2012). Modul kewirausahaan untuk Program S1.
Jakarta: PT Mizan Publika.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah
sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI (2018a). Hasil utama Riskesdas 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI (2018b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 10 tahun 2018 tentang pengawasan di bidang
kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI (2018c). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 26 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik sektor kesehatan. Jakarta: Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kependidikan, D. T. (2010). Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan
Pengawas dan Kepala Sekolah Kewirausahaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Nasional.
212 Kewirausahaan dan UMKM

Kesowo, B. (1995) Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan intelektual


(HAKI) di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Kraus, S., Harms, R. and Fink, M. (2010) ‘Entrepreneurial marketing: Moving
beyond marketing in new ventures’, International Journal of
Entrepreneurship and Innovation Management, 11(1), pp. 19–34. doi:
10.1504/IJEIM.2010.029766.
Kreatif, K. P. dan E. (2014) ‘Ekonomi Kreatif Kekuatan Baru Indonesia 2025’,
in Bedah Cetak Biru Ekonomi Kreatif. Yogyakarta: Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Levit, Theodore dkk. (2007). “Marketing Classics,” Yogyakarta : Amara Books.
Lidwina, A., Joshua and Pretty (2019) Minim keterampilan, Indonesia sulit
cetak pengusaha, Katadata.co.id. Available at:
https://katadata.co.id/infografik/2019/10/01/minim-keterampilan-
indonesia-sulit-cetak-pengusaha (Accessed: 15 February 2020).
Mansur, A. and Setianingrum, A. (2017) ‘MENINGKATKAN KINERJA
PEMASARAN PADA ERA DIGITAL ( Studi Empiris pada UKM di
kota Bekasi )’, 7(September), pp. 74–86.
Megawati, E. (2018) “PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0,” JURNAL ILMIAH
BISNIS, PASAR MODAL DAN UMKM, 1(2), hal. 79–84.
Muhammad, A. (2001) Hukum Ekonomi Hak Kekayaan intelektual. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Munawar, H. (1994) ‘DALAM ORGANISASI UKM ( Studi Kasus di Asosiasi
Industri Kecil Menengah Agro / AIKMA )’.
Murwanti, R. (2018) “KARAKTERISTIK, PELUANG DANBENTUK
INVESTASI INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DALAM
PERUMUSANSTRATEGI PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN
DI KABUPATEN PONOROGO,” PROSIDING EKONOMI
KREATIF DI ERA DIGITAL, 1(1).
Muzdalifa, I., Rahma, I. A. and Novalia, B. G. (2018) ‘( PENDEKATAN
KEUANGAN SYARIAH )’, 3(1).
Daftar Pustaka 213

Nasution, Arman Hakim, Noer Bustanul Arifin, Suef Mokh. (2007).


“Entrepreneurship membangun spirit Teknopreneurship”, Andi
Yogyakarta.
Ndou, V. et al. (2018) ‘Insights for Shaping Entrepreneurship Education:
Evidence from the European Entrepreneurship Centers’, Sustainability,
10(11), p. 4323. doi: 10.3390/su10114323.
Ni, N. (2019) ‘Efektifitas Digititalisasi Marketing Para Pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di Lombok ( Analisis Media Equation
Theory )’, 3(1), pp. 1–14.
Nikolić, S. T. et al. (2017) ‘Paradox marketing-podnikání: Frekvenční analýza
domén’, E a M: Ekonomie a Management, 20(3), pp. 207–218. doi:
10.15240/tul/001/2017-3-014.
Nurcahya, H. and Majapahit, S. A. (2018) ‘Kajian Penerapan Teknologi
Informasi Pada UMKM Sebagai Upaya Memperluas Pasar Produk
Lokal’, pp. 8–9.
Nurfalah, I. and Rusydiana, A. S. (2019) ‘DIGITALISASI KEUANGAN
SYARIAH MENUJU KEUANGAN INKLUSIF : KERANGKA
MAQASHID SYARIAH’, 11(1), pp. 55–76. doi:
10.35313/ekspansi.v11i1.1205.
Pemerintah Indonesia, (2008), “Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”, Biro Peraturan
Perundang-undangan Bagian Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Jakarta.
Prana (2017) 10 Step Guide to becoming a Successful Woman Entrepreneur,
Prana Business Consulting. Available at:
http://pranabusinessconsulting.com/10-step-guide-to-becoming-a-
successful-woman-entrepreneur/ (Accessed: 19 February 2020).
Prasetyo, H. dan Sutopo, W. (2018) “Industri 4.0: Telaah Klasifikasi aspek dan
arah perkembangan riset,” J@ ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 13(1),
hal. 17–26.
Purnamasari, D. M. (2020) Menteri PPPA: 6 Juta Perempuan Sudah
Diberdayakan Kewirausahaan dengan 37.000 Pendamping, Kompas.
Available at:
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/15/11114141/menteri-pppa-
214 Kewirausahaan dan UMKM

6-juta-perempuan-sudah-diberdayakan-kewirausahaan-dengan-37000
(Accessed: 18 February 2020).
Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan R.I (2014). Situasi
ganggunan penglihatan dan kebutaan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
R. W. Suparyanto. (2013). “Kewirausahaan : Konsep Dan Realita Pada Usaha
Kecil,” Bandung : Alfabeta.
Rahayu, N. (2019) Alokasikan Rp200 Miliar untuk Kewirausahaan, Ini
Program Kemenkop dan UKM, Warta Ekonomi. Available at:
https://www.wartaekonomi.co.id/read214081/alokasikan-rp200-miliar-
untuk-kewirausahaan-ini-program-kemenkop-dan-ukm (Accessed: 16
February 2020).
Roisah, K. (2015) Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) : Sejarah,
Pengertian dan Filosofi Pengakuan HKI dari Masa ke Masa. Malang.
Romarina, A. (2016) ‘Economic Resilience Pada Industri Kreatif
Gunamenghadapi Globalisasi Dalam Rangka Ketahanan Nasional’,
Jurnal Ilmu Sosial, 15(1), p. 35. doi: 10.14710/jis.15.1.2016.35-52.
Rongiyati, S. (2011) ‘Hak Kekayaan Intelektual atas Pengetahuan Tradisional’,
Negara Hukum, 2(2), pp. 213–238.
Rongiyati, S. (2018) ‘Protection of The Intellectual Property Rights on Creative
Economic Products’, Negara Hukum, 9(1), pp. 39–58. doi:
10.22212/jnh.v9i1.1001.
Rosyadi, K. et al. (2018) ‘NEW SOCIAL CAPITAL DAN REVOLUSI
INDUSTRI 4 . 0 ; STUDI TERHADAP PEMBANGUNAN
MASYARAKAT UMKM BATIK TANJUNG’, 11(2), pp. 49–54.
Rumondang, A. et al. (2019) Fintech: Inovasi Sistem Keuangan di Era Digital.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ryandono, M. N. H. (2018) “Fintech Waqaf: solusi permodalan perusahaan
startup wirausaha muda,” Jurnal Studi Pemuda, 7(2), hal. 111–121.
Sahir, S. H. et al. (2020) Keterampilan Manajerial Efektif. Yayasan Kita
Menulis.
Saidin, O. (2007) Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajawali
Pers.
Daftar Pustaka 215

Salzano, C., Bahri, S. and Haftendorn, K. (2006) Towards an entrepreneurial


culture for the twenty-first century: stimulating entrepreneurial spirit
through entrepreneurship education in secondary schools. Geneva:
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
Available at: https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000147057_eng.
Sandra, C. 2014. Dampak kuliah kewirausahaan bidang kesehatan terhadap
motivasi mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat Universitas Jember
dalam berwirausaha. Jurnal IKESMA, 10, 88-97.
Saputra, D. H. et al. (2019) E-Commerce: Implementasi, Strategi dan
Inovasinya. Yayasan Kita Menulis.
Sari, P. A. (2013) ‘Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Human Capital’,
in Semnas Fekon : Optimisme Ekonomi Indonesia 2013. Antara Peluang
dan Tantangan, pp. 9–19.
Sari, R. P. and Santoso, D. T. (2019) ‘Pengembangan Model Kesiapan UMKM
di Era Revolusi Industri 4 . 0’, 3(1), pp. 37–42.
Scarborough, N. M., & Zimmerer, T. W. (2008). Kewirausahaan dan
manajemen.
Seputro, A. (2019) “Manajemen Strategik Pemberdayaan Ekonomi UMKM
Bagi Masyarakat Menengah Kebawah dalam Rangka Menangkal Paham
Radikalisme dan Terorisme di Era Revolusi Industri 4.0,” Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Kontemporer, 5(2).
Siaga, Y. S., Januar, J. and Kusmiati, A. (2016) ‘Penerapan dan Pemanfaatan
Media Online dalam Pengembangan Sistem Pemasaran UMKM (
Agroindustri ) di Kabupaten Jember’, (1), pp. 433–441.
Simarmata, J. et al. (2019) Hoaks dan Media Sosial: Saring Sebelum Sharing.
Yayasan Kita Menulis.
Simarmata, J., Sriadhi, S. dan Rahim, R. (2020) Kriptografi, Teknik Keamanan
Data Dan Informasi. Jogyakarta: Penerbit Andi.
Sinamo, Jansen. (2011). “8 Etos Kerja Profesional,” Jakarta : Institut Dharma
Mahardika.
Sitanggang, N., Simarmata, J. dan Luthan, P. L. A. (2019) Pengantar Konsep
Manajemen Proyek untuk Teknik. Yayasan Kita Menulis.
216 Kewirausahaan dan UMKM

Soedrajat, A. (2011, Juni 29). Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan


Kewirausahaan di Sekolah. Retrieved Februari 27, 2020, from Blog
Pendidikan: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-
kewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaan/
Soegoto, Soeryanto, Dr. Ir. Eddy. (2015). “Entrepreneurship Menjadi Pebisnis
Ulung,” Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo.
Solihun, Ismail. (2009). “Pengantar Manajemen”. Jakarta, Erlangga.
Stephen, O. U., Ireneus, N. and Muses, O. C. (2019) ‘Entrepreneurial Marketing
Practices and Competitive’, European Journal of Business and
Innovation Research, 7(3), pp. 1–30.
Stokes, D. (2000) ‘Putting Entrepreneurship into Marketing: The Processes of
Entrepreneurial Marketing’, Journal of Research in Marketing and
Entrepreneurship, 2(1), pp. 1–16. doi: 10.1108/14715200080001536.
Sudarso, A. (2015) ‘Building customer loyalty through corporate image, service
quality, and word of mouth programs with customer value as a
intervening variable (The empirical study at 5 stars hotel in North
Sumatera)’, International Journal of Applied Business and Economic
Research, 13(7).
Suharyono. (2017). Sikap dan Perilaku Wirausaha. Jurnal Ilmu dan Budaya,
6552-6586.
Sulasno (2018) ‘Penerapan Kekayaan Intelektual ( KI ) Terhadap UMKM
sebagai Upaya Mewujudkan Persaingan Bisnis Berkeadilan’,
AJUDIKASI, 2(2), pp. 173–186.
Suparno, S., Hermawan, A., Syuaib, M.F. (2008). Technopreneurship.
Recognition and Mentoring Program Institut Pertanian Bogor (RAMP-
IPB). http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/.
Supranto, Johannes. dan Hakim, Luqman. (2013). “Pengambilan Risiko Secara
Strategis bagi Pengambil Keputusan Bisnis”. Jakarka, Rajawali Press.
Suryana. (2003). “Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses” Jakarta : PT. Salemba Empat.
Suryana. (2004). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba empat.
Sutarno. (2012).”Serba-Serbi Manajemen Bisnis”.Yogyakarta,Graha Ilmu.
Daftar Pustaka 217

Syarifin, P. (2004) Peraturan Hak kekayaan Intelektual di Indonesia. Bandung:


Pustaka Bani Quraisy.
TESDA (2010) The TVET Glossaries of Term. 4th edn. Manila: Technical
Education and Skills Development Authority. Available at:
http://www.tesda.gov.ph/uploads/File/RelatedTvetInfo/The TVET
Glossary of Terms, 4th Edition.pdf.
UKM Indonesia (2019) Bantuan Pemerintah bagi Wirausaha Pemula Tahun
2019, UKMIndonesia.id. Available at:
https://www.ukmindonesia.id/baca-deskripsi-program/106 (Accessed:
17 February 2020).
UMG (2018) Wirausaha dalam Agama Islam, Universitas Muhammadiyah
Gresik. Available at: http://info.umg.ac.id/infographic-wirausaha-dalam-
agama-islam/ (Accessed: 15 February 2020).
Usman, R. (2003) Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual. Bandung: PT
Alumni.
Websindo (2019) Indonesia Digital 2019 : Tinjauan Umum - Websindo.
Tersedia pada: https://websindo.com/indonesia-digital-2019-tinjauan-
umum/ (Diakses: 1 Maret 2020).
Wicaksono, B., Belakang, L. and Andreas, M. D. (2018) ‘MENINGKATKAN
POTENSI PAJAK UMKM ONLINE MELALUI DATA E-
COMMERCE’, pp. 141–161.
Wijayanti, R. R. (2013) ‘Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar
Bebas Asean’, pp. 1–32.
Winarto, Paulus. (2002). “First Step To Be An Entrepreneur”. Jakarta, Elex
Media Komputiondo.
Yudianto, F. (2019) Kewirausahaan dan Revolusi Industri 4.0. Tersedia pada:
https://duta.co/kewirausahaan-dan-revolusi-industri-4-0 (Diakses: 1
Maret 2020).
Zimmerer, Thomas W Dkk. (2008), “Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha
Kecil,” Edisi 5 Buku 1 Jakarta : Salemba.
Zuraya, N. (2018) Enggartiasto: Tingkat Kewirausahaan di Indonesia Rendah,
Republika. Available at:
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/18/10/18/pgsax3
218 Kewirausahaan dan UMKM

383-enggartiasto-tingkat-kewirausahaan-di-indonesia-rendah
(Accessed: 16 February 2020).
Biodata Penulis

Puji Hastuti, Ahli(A), MHKes.


Lahir di Cilacap, 22 Februari 1975 Lulus SD
Negeri Buntu III Tahun 1987, SMP Negeri 1
Kroya Tahun 1990, MA Wathoniyah Islamiyah
Kebarongan Tahun 1994, Akademi Keperawatan
Depkes Dr Otten Bandung Tahun 1997, D4
Perawat Pendidik Undip Semarang Tahun 1999,
Magister Kesehatan Unika Soegijapranata
Semarang Tahun 2007.
Penulis pernah bekerja sebagai Dosen di Akademi
Perawatan Serulingmas Cilacap tahun 1998 -
2008, tahun 2009 sampai sekarang di Poltekkes Kemenkes Semarang. Karya
buku yang pernah dihasilkan antara lain : Nursing The Sleeping Giant ( Proyek
Menulis Bersama INT, 2013) Upin Ipin Anakku Ikut Bahasamu (Deep
Publisher 2016), Karena Iman Kita Menikah (Deep Publisher 2017), Buku Ajar
Ketrampilan dasar klinik kebidanan (Trans Info Media, 2019).

Agus Nurofik, S.Kom,. MM.


Lahir di Turen Malang, Pada tanggal 10 April
1979. Penulis berkebangsaan Indonesia dan
beragama Islam.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada
tahun 1992 lulus dari SDN Sawahan 05 Turen.
Kemudian melanjutkan di SLTP Negeri 1 Turen –
Malang dan lulus pada tahun 1995. Pada
tahun1998 lulus dari SMK Turen – Malang
Jurusan Automotif dan melanjutkan S1 di STMIK
220 Kewirausahaan dan UMKM

Mitra Karya Bekasi Jurusan Tenik Informatika sekarang Universitas Mitra


Karya Bekasi.
Pada tahun 2015 penulis ditunjuk sebagai Dosen di STIE Perdagangan Padang
mengajar mata kuliah Aplikasi komputer dan Sistem informasi manajemen.
Untuk meningkatkan kualitas dan kecintaannya pada dunia pendidikan, penulis
kembali ke bangku kuliah pada tahun 2015 dengan mengambil S2 Magister
Manajemen di STIE “KBP” Padang – Sumatera Barat kemudian selesai pada
tahun 2017.
Penulis aktif sebagai pengisi pemateri di bidang kewirausahan (Entrepreneur),
troble shooting Komputer, perdagangan digital (Digital Marketing) di instasi –
instasi negeri dan swasta, selain itu pula penulis juga sebagai pelaku usaha di
bidang IT Service & Project di bawa bendera Agnicom penulis sebagai
ownernya.

Agung Purnomo, MBA.


Penulis kelahiran Sidoarjo ini adalah dosen tetap
(faculty member) program studi Sarjana
Kewirausahaan (business creation) di Universitas
Bina Nusantara, Kampus Malang sejak tahun
2016.
Muslim penggemar ice cream coklat dan film ini
menyelesaikan pendidikan formal Sarjana di
Universitas Brawijaya dan Master of Business
Administration in Creative and Cultural
Entrepreneurship (MBA CCE) di Institut
Teknologi Bandung. Sejak tahun 2019 menjalani pendidikan Doktor Ilmu
Manajemen di Universitas Airlangga.
Email: agung.purnomo@binus.ac.id | URL : https://about.me/agungpurnomo
Biodata Penulis 221

Ir. Abdurrozzaq Hasibuan, M.T.


Lahir di Medan 26 Juni 1968. Lulus dari
Politeknik Universitas Syiah Kuala
Lhokseumawe, Diploma III (D-III), Jurusan
Teknik Mesin, Program Studi Produksi, pada
tahun 1992; Gelar Sarjana Teknik (Insinyur)
Industri diperoleh dari Institut Teknologi Medan
(ITM) – Medan pada tahun 1997; dan Gelar
Magister.
Teknik Program Studi Teknik Industri dari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) –
Surabaya pada tahun 2001. Pada tanggal 11 September sampai dengan tanggal
30 September 1989, Mengikuti Pendidikan Dasar Keprajuritan (MENWA) di
Banda Aceh; Pada tahun 2002 menjadi staf pengajar tetap Yayasan Universitas
Islam Sumatera Utara (UISU) Medan mata kuliah Manajemen Perusahaan
Indudtri, Pengantar Teknik Industri, Kewirausahaan dan Metodologi Penelitian,
tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 sebagai dosen tidak tetap di Universitas
Medan Area (UMA) – Medan Program Studi Teknik Industri mata kuliah
Proses Produksi I dan II, Manajemen Perusahaan Industri. Tahun 2010 dosen
tidak tetap di Institut Sains dan Teknologi T.D Pardede (ISTP) Medan, Jurusan
Teknik Manajemen Industri dengan mata kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur,
Sistem Perawatan.
Jabatan yang pernah dipegang Centre for Health Services (Pusat Kajian
Layanan Kesehatan) dan K3 sebagai Bendahara tahun 2006 sampai dengan
2010, Dewan Riset Daerah Sumatera Utara (DRD-SU) sebagai Sekretaris
Eksekutif tahun 2008 – 2009, Peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara Bidang Sumber Daya Alam dan Maritim, Tenaga Ahli
2009 – 2011, BAPPEDA Kota Medan (Menyusun Master Plan Sosbud Kota
Medan), Tenaga Ahli tahun 2009 – 2010, Tim Seleksi Anggota Dewan Riset
Daerah Sumatera Utara (DRD-SU) Periode Tahun 2009 – 2014, pada tahun
2009, Dewan Riset Daerah Sumatera Utara (DRD-SU) sebagai Sekretaris
Eksekutif tahun 2009 – 2014. Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Islam
Sumatera Utara (UISU), tahun 2008 – 2010, Kepala Biro Akademik dan
Kemahasiswaan (BAA-K) UISU tahun 2010 – 2016, Dewan Riset Daerah
Sumatera Utara (DRD-SU) sebagai Anggota Bidang Industri, Energi dan
Rekayasa Teknologi Tepat Guna (TTG) tahun 2016 sampai sekarang.
222 Kewirausahaan dan UMKM

Berbagai topik Penelitian yang pernah dibiayai oleh Dikti, Diknas Provinsi
Sumatera Utara, dan pihak swasta lainnya; seperti Aplikasi Robust Design untuk
Penentuan Kombinasi Level Faktor Optimal dalam Upaya Perbaikan dan
Keseragaman Kualitas Produk Keramik, tahun 2006; Aplikasi Metode Analysis
Hierarcy Process (AHP) dan Taguchi untuk Perancangan Furan pada Industri
Pengecoran Logam, 2005; Penerapan Metode Quality Function Deployment
untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan di PDAM Medan, tahun 2007; Penentuan
Kombinasi Level Faktor Optimal yang Berpengaruh pada Kualitas Produk
Keramik dengan Metode Taguchi Berdasarkan Respon Teknis pada Analisis
Quality Function Deployment (QFD), tahun 2007; Kajian Konversi Minyak
Tanah Ke Gas Elpiji di Provinsi Sumatera Utara, tahun 2009; Perancangan
Sistem Teknologi Informasi Berdasarkan Model Green Productivity dan
Environment Management Accounting untuk Pengembangan Usaha Kecil
Menengah di Sumatera Utara, tahun 2010.

Handy Aribowo ST., MM.


Alumnus Teknik Manajemen Industri UPN
Veteran Jawa Timur dan Magister Manajemen
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
merupakan dosen tetap IBMT Surabaya serta
menjabat kepala Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM). Pengalaman
kerja yang di dapat sebelum menjadi dosen
berkelut di industri riset dan media massa antara
lain di PEAC Bromo Surabaya, Acatya
Consultancy dan Sindo Trijaya FM Surabaya.
Selain mengajar, penulis aktif menjadi konsultan manajemen, mengikuti
kegiatan riset, narasumber seminar, penulis buku, dan penulis artikel di media
massa seperti Kaltim Post. Adapun buku yang telah diterbitkan antara lain
Mudah Memahami dan Mengimplementasikan Ekonomi Makro Disertai Teori,
Soal Diskusi, dan Studi Kasus dan Manajemen Perpajakan : Memahami Aturan
Teknis Perpajakan Beserta Peran dan Kompetensi Konsultan Pajak. Penulis
merupakan founder dari Ten Eleven Event Organizer dan T-Pro Research and
Consulting. Saat ini, penulis juga aktif berkiprah di media massa, dimana
menjadi wartawan di media online Jatim1.com. Untuk informasi lebih lanjut,
penulis dapat dihubungi melalui email : handy_wita@yahoo.co.id
Biodata Penulis 223

Annisa Ilmi Faried, S.Sos., M.SP.


Menamatkan S2 ke Megister Studi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara, sedang mengikuti studi
lanjutan S3 pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Bekerja menjadi staf
pengajar pada Fakultas Sosial Sains Program Studi
Ekonomi Pembangunan di Universitas
Pembangunan Panca Budi (UNPAB) Medan dari
tahun 2012 sampai sekarang. Menjadi staf ahli
bidang kependudukan dan kebudayaan di Lembaga
penelitian dan pengembangan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dengan
mengikuti beberapa judul penelitian. Aktif memasukkan jurnal nasional
maupun internasional salah satunya berjudul Strategy for improving science and
welfare through community empowerment technology pada International
Journal of Civil Engineering and Technology vol. 9, August 2018. Ini adalah
kedua saya, buku pertama berjudul Inovasi Trend Kekinian Industri Halal
Fashion Semakin Menjamur Di Indonesia dan sudah memiliki HKI. Buku ini
dibuat berkaitan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Semoga para
pembaca bisa menambah khazanah dari buku ini.

Dr.Ph. Tasnim, SKM, MPH


Doktor dalam bidang Kesehatan Masyarakat,
Dosen Magister Kesehatan Masyarakat dan Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya
(STIKES-MW) Kendari. Penulis memperoleh
gelar Doktor of Public Health dari Flinders
University, South Australia pada tahun 2014.
Sebagai ahli kesehatan masyarakat, penulis aktif di
dalam organisasi profesi Kesehatan Masyarakat
seperti Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) di Sulawesi Tenggara dan
di Regional Timur sejak tahun 2016.
Dr. Tasnim memegang posisi mengajar di STIKES Mandala Waluya Kendari
pada awal bulan Oktober 2010. Mengajar di Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat untuk matakuliah Analisis kesehatan lingkungan, Sejarah
Kesehatan Masyarakat, Ilmu Dasar Kesehatan Masyarakat, Komunikasi
Kesehatan, Advokasi Kesehatan dan juga mengajar Ilmu Gizi di Program Studi
224 Kewirausahaan dan UMKM

S1 Ilmu Keperawatan. Penulis juga mengajar mahasiswa Magister Kesehatan


Masyarakat di STIKES Mandala Waluya Kendari sejak tahun 2016. Dia
memegang matakuliah khususnya Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan, Desain
Promosi Kesehatan, dan Riset Qualitatif Kesehatan.
Sebelum aktif dibidang akademisi, Dr Tasnim bekerja di CARE International
Indonesia sejak tahun 1990 hingga tahun 2000 yaitu Non goverment
Organization dalam Village Primary Health Care Project. Kemudian bekerja di
lembaga AUSAID sejak tahun 2000 hingga tahun 2007 dalam beberapa projek
seperti Healthy Mothers and Healthy Babies (HMHB) Project di Kendari,
Propinsi Sulawesi Tenggara untuk periode tahun 2000-2003 dan ACCESS
Project di Kendari juga untuk periode tahun 2003-2007. Kemudian sejak tahun
2008, penulis tinggal di Adelaide, South Australia untuk melanjutkan studinya
di Flinders University untuk mendapatkan gelar Master of Public Health (MPH)
untuk periode tahun 2008-2009 dan juga mendapatkan Gelar Doctor of Public
Health (DrPH) nya untuk periode tahun 2011-2014.

Dr. Andriasan Sudarso, S.Mn., MM., CMA.


Lulus S1 Jurusan Manajemen dari Universitas
Terbuka dan STIE Nusa Bangsa Medan pada
tahun 2008. Gelar Magister Manajemen diraih
pada tahun 2011 dari STIE Harapan Medan. Pada
tahun 2015, penulis memperoleh gelar Doktor
Ilmu Manajemen Universitas Persada Indonesia
YAI Jakarta. Penulis merupakan staf pengajar di
beberapa Universitas diantaranya Program Pasca
Sarjana Univeristas HKBP Nommensen Medan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
IBBI Medan, penulis mengajar Manajemen Pemasaran, Kewirausahaan,
Metodologi Penelitian, Manajemen Strategik, Ekonomi Manajerial,
Kepemimpinan dan Manajemen SDM. Penulis menulis buku Manajemen
Pemasaran (Teori & Aplikasi Bisnis), Manajemen Pemasaran Jasa
Perhotelan(dilengkapi dengan Hasil Riset pada Hotel Berbintang 5 di Sumatera
Utara), Metode Penelitian(Petunjuk Praktis untuk Penyusunan Skripsi Ekonomi
dan Tesis Magister Management) Edisi 1, Metodologi Penelitian
Kuantitatif(Petunjuk Praktis untuk penyusunan Skripsi Ekonomi dan Tesis
Magister Management) Edisi 2. Penulis juga sudah mempublisikan beberapa
karya ilmiah yang bertaraf Internasional bereputasi terindex Scopus. Penulis
Biodata Penulis 225

juga telah lulus sertifikasi Internasional Certified Marketing Analyst dari


American Academy of Project Management USA.

Irwan Kurniawan Soetijono, SH., M.Hum.


Lahir di Jember, Jawa Timur, pada tanggal 10
Oktober 1977. Menyelesaikan S1 di Fakultas
Hukum Universitas Jember. S2 di Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas 17
Agustus 1945 Banyuwangi. Pernah menjadi
Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup. Saat ini
menjadi Kepala Pusat Penjaminan Mutu.

Didin Hadi Saputra


Lahir di desa Montong Baan, Kec. Sikur, Lombok
Timur, NTB, menyelesaikan S1 (Akuntansi) di
Universitas Widyagama Malang (2007), Jatim,
dan S2 nya di Magister Manajemen (MM),
Pemasaran, Unviersitas Mataram (2014), penulis
menjadi dosen tetap yayasan (DTY), dengan tugas
tambahan (Head of Departement), yang cukup
aktif dan produktif di Program Administrasi
Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Nahdlatul Wathan Mataram. Sebagai dosen yang cukup produktif dalam
menulis dan menjadi reviewer (baik jurnal (penelitian dan pengabdian),
proceeding, maupun buku), penulis juga cukup aktif dan produktif di kegiatan
Dharma Pengabdian di masyarakat, seperti Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Peran Pemuda dalam Ekowisata berbasis Wilayah, Usaha Produksi Serabut
Kelapa, Usaha Produksi Jamur Tiram, Penguatan dan Pengembangan
BUMDes, dan lain lain. Penulis juga aktif di beberapa asosiasi profesi dosen,
yakni IMARC, ADRI, IDRI, ASPROPENDO, AIC (Academic Indonesian
Consortium) Indonesia, IAPA (Indonesian Administration Public of
Association) Indonesia, GRDS (Global Research Development System),
penulis juga telah menerbitkan buku ber HaKI, yakni Kajian IDRI untuk DPR
226 Kewirausahaan dan UMKM

RI dan Ristek Dikti (2018), buku tentang Dialektika Pondok Pesantren (2016),
serta buku tentang Sistem Informasi Manajemen E-Commerce, ber HaKI.

Dr. Janner Simarmata, S.T., M.Kom.


Sarjana Teknik Informatika dari STMIK
Bandung, Magister Ilmu Komputer dari
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Doktor
Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) diperoleh
dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
bidang kajian Blended Learning.
Menulis buku sejak tahun 2006. Dosen di Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan. Informasi
lengkap dapat dilihat di web pribadi
www.jannersimarmata.com | surel:
jannersimarmata[at]unimed.ac.id.
View publication stats

You might also like