You are on page 1of 10

TUGAS

KOMUNIKASI DAN KONSELING


“RESUME DAN KASUS KODE ETIK APOTEKER”

DISUSUN OLEH:

NAMA : NUR HASANAH

NIM : 2130122265

KELAS : C

DOSEN: apt. Lola Azyenella, M.Farm

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022
RESUME

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

BAB I : Kewajiban umum

Pasal 1 : Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah / janji


apoteker.

Pasal 2 : Berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan


mengamalkan kode etik apoteker.
Pasal 3 :Menjalankan profesi sesuai prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajiban.
Pasal 4 : Aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan dan bidang
farmasi khususnya.
Pasal 5 : Menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata

Pasal 6 : Berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Pasal 7 : Sumber informsai sesuai dengan profesi

Pasal 8 : Aktif mengikuti perkembangan perundang-undangan dibidang


kesehatan dan bidang farmasi khususnya

BAB II : Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien

Pasal 9 : Harus mengutamakan kepentingan masyarakat. Menghormati


hak azasi pasien dan melindungi makhluk insani.

BAB III: Keajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat


Pasal 10 : Harus melakukan teman sejawat sebaigama ia sendiri ingin
diperlakukan

Pasal 11 : Saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi


ketentuan kode Etik.
Pasal 12 : Mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja
sama yang baik didalam memelihara keluruhan martabat jabatan
kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugas.

BAB IV :
Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain
Pasal 13 : Mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan

hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati


sejawat

petugas kesehatan lain.

Pasal 14 : Menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat


mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.

BAB V : Penutup

Pasal 15 : Seorang apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan


mengamalkan kode etik apoteker Indonesia dalam menjalankan tugsa
kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang apoteker baik dengan sengaja
maupun tak sengaja melangggar atau tidak mematuhi kode etik apoteker
Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan / organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI)
dan mempertanggungjawabkan kepada tuhan yang maha esa.

PEDOMAN IMPLEMENTASI

Implementasi - Jabaran Kode Etik :

 Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya


harus didasari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain
sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.
 Sumpah dan Janji Apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus
dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya.
 Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh
apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar prilaku dalam
bertindak dan mengambilkeputusan.
KASUS

SOAL PERMASALAHAN KASUS 1

Apoteker B mengelola apotek yang cukup ramai. Suatu saat, ia menerima


resep racikan berisi campuran 2 tube salep masing-masing 5 gram. Di apotek
tersebut tersedia salep dimaksud 10 gram. Salep racikan tetap dibuat namun
dengan pertimbangan bahwa separo dari persediaan nanti tidak dapat digunakan
(kecuali ada resep yang sejenis maka apoteker B menggunakan salep sesuai resep)
tetapi harga menggunakan salep 10 gram.

PENYELESAIAN

Pada kasus ini Apoteker B telah merugikan pasien karena pasien harus
membayar obat lebih mahal dari harga yang seharusnya. Tetapi, disisi lain,
apabila Apoteker B memberikan harga setengah tube (5 gram), maka apotek akan
mengalami kerugian. Pada kasus ini, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan oleh apoteker. Sehingga apoteker harus dapat membuat
keputusan yang bijak.

Ketentuan :

Sudah dijelaskan dalam bab I pada kode etik tentang kewajiban umum pasal 5
yaitu : Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertantangan dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

KODE ETIK YANG DILANGGAR OLEH APOTEKER B ADALAH :

Lafal Sumpah Profesi Apoteker


Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan terutama
dalam bidang Kesehatan.
Pelanggaran Etika:
Pasal 5:
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Bab II
Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien
Pasal 9:
Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak asasi pasien, dan melindungi makhluk
hidup insani.
- Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang utama.
- Setiap keputusan dan tindakan professional harus berpihak pada pasien dan
berusaha dapat mendorong keterlibatan pasien dalam keputusan pengobatan.
- Harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan pasien
khususnya bayi, anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah.
- Yakin bahwa obat yang diberikan adalah obat yang terjamin mutu,
keamanan, dan khasiat dengan cara pemakaian yang benar.

PELANGGARAN UNDANG-UNDANG:

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 7
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
Pasal 8 ayat 1
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan
atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

SOLUSI

Sebelum melakukan peracikan, Apoteker B harus memberitahukan


terlebih dahulu kepada pasien, bahwa salep yang diperlukan untuk peracikan yang
tersedia di apotek hanyalah yang 10 gram, sehingga jika ingin menebus resep ini,
pasien harus membayar dengan harga salep 10 gram tersebut. Sisa salep yang ada
di dalam tube dapat dibawa oleh pasien. Apabila pasien masih diresepkan salep
yang sama, maka pasien dapat datang kembali ke apotek dan memberikan tube
salep tadi, sehingga apoteker dapat meracik resep yang sama dan pasien tidak
perlu membayar untuk racikan kedua. Akan tetapi, perlu diperhatikan cara
penyimpanan dan lama penyimpanan. Apoteker harus memberkan informasi yang
baik dan benar mengenai cara penyimpanan dan lama penyimpanan salep yang
belum diracik tadi. Perhatikan suhu dan kondisi penyimpanan salep yang belum
diracik tadi untuk menjaga salep tetap dalam kondisi yang baik dan stabilitasnya
juga masih baik, sehingga masih dapat memberikan efek terapi yang maksimal.
Karena salep telah dibuka, maka sebaiknya salep digunakan paling lama sebulan
setelah tube dibuka. Apabila pasien setuju, maka Apoteker B dapat meracik salep
tersebut.
IMPLEMENTASINYA :
 seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri
dari perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan
orang lain.
 Seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh imbalan
dan pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap
memegang teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan pasien.
 Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi.
SOAL PERMASALAHAN KASUS 2

Pemerintah daerah Kab “S” mensyaratkan bahwa dalam pendirian apotek


harus telah ditunjuk apoteker pendamping agar proses pelayanan kefarmasian
selalu dilakukan apoteker.

 Guna penuhi syarat tersebut APA buka lowongan aping dan banyak yang
melamar.
 Salah satu pelamar digunakan untuk syarat pendirian apotek sebagai
apoteker pendamping tanpa konfirmasi apoteker yang bersangkutan.
 Surat pernyataan kesediaan jadi aping dibuat dan ditandatangani calon
APA. Semua persyaratan administrasi terpenuhi.

PENYELESAIAN:
Pada kasus ini, APA telah merugikan sejawat calon aping dan telah melanggar
beberapa kode etik Apoteker Indonesia, yaitu:

BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT

Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
- Penghargaan apoteker terhadap teman sejawat seperti terhadap diri sendiri.
Termasuk teman rekan kerjanya.
- Apabila ada persoalan baik secara moral maupun peraturan, sebaiknya
dikomunikasikan secara baik dan santun tanpa menimbulkan rasa
ketersinggungan.
- Berkoordinasikan dengan IAI atau MPEAD / MPEA
- Berkewajiban memberikan nasehat dan ajakan dalam kebaikan terhadap
sejawat
- Menjalin dan memelihara kerjasama dalam kebaikan dengan sejawat
Apoteker
- Tolong menolong dalam kebaikan
- Saling mempercayai dan saling dapat dipercaya

SOLUSI :
Berdasarkan yang tercantum pada BAB V Penutup pasal 15 : Seorang
apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugsa kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang
apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melangggar atau tidak
mematuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggung jawabkan kepada tuhan yang maha esa.
Untuk solusinya APA sebaiknya memilih satu aping dari sekian banyak
aping yang melamar. Apabila sudah menetapkan satu aping, maka APA tersebut
harus mengkonfirmasi kepada aping yang telah dipilih bahwa identitasnya akan
digunakan untuk memenuhi persyaratan pendirian apotek. Apabila sudah
disetujui, maka identitas aping dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan
administrasi pendirian apotek yang diperlukan.

IMPLEMENTASINYA
Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etika poteker, yang
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan
peringatan, pencabutan keangggotaan sementara dan pencabutan keanggotaan
tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi dan
ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MPAD. Selanjutnya MPAD
menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus daerah dan
MPEA.

You might also like