Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
NIM : 2130122265
KELAS : C
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022
RESUME
Pasal 6 : Berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain
BAB IV :
Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain
Pasal 13 : Mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan
BAB V : Penutup
PEDOMAN IMPLEMENTASI
PENYELESAIAN
Pada kasus ini Apoteker B telah merugikan pasien karena pasien harus
membayar obat lebih mahal dari harga yang seharusnya. Tetapi, disisi lain,
apabila Apoteker B memberikan harga setengah tube (5 gram), maka apotek akan
mengalami kerugian. Pada kasus ini, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan oleh apoteker. Sehingga apoteker harus dapat membuat
keputusan yang bijak.
Ketentuan :
Sudah dijelaskan dalam bab I pada kode etik tentang kewajiban umum pasal 5
yaitu : Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertantangan dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Bab II
Kewajiban Apoteker Terhadap Pasien
Pasal 9:
Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak asasi pasien, dan melindungi makhluk
hidup insani.
- Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang utama.
- Setiap keputusan dan tindakan professional harus berpihak pada pasien dan
berusaha dapat mendorong keterlibatan pasien dalam keputusan pengobatan.
- Harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan pasien
khususnya bayi, anak-anak, serta orang yang dalam kondisi lemah.
- Yakin bahwa obat yang diberikan adalah obat yang terjamin mutu,
keamanan, dan khasiat dengan cara pemakaian yang benar.
PELANGGARAN UNDANG-UNDANG:
SOLUSI
Guna penuhi syarat tersebut APA buka lowongan aping dan banyak yang
melamar.
Salah satu pelamar digunakan untuk syarat pendirian apotek sebagai
apoteker pendamping tanpa konfirmasi apoteker yang bersangkutan.
Surat pernyataan kesediaan jadi aping dibuat dan ditandatangani calon
APA. Semua persyaratan administrasi terpenuhi.
PENYELESAIAN:
Pada kasus ini, APA telah merugikan sejawat calon aping dan telah melanggar
beberapa kode etik Apoteker Indonesia, yaitu:
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
- Penghargaan apoteker terhadap teman sejawat seperti terhadap diri sendiri.
Termasuk teman rekan kerjanya.
- Apabila ada persoalan baik secara moral maupun peraturan, sebaiknya
dikomunikasikan secara baik dan santun tanpa menimbulkan rasa
ketersinggungan.
- Berkoordinasikan dengan IAI atau MPEAD / MPEA
- Berkewajiban memberikan nasehat dan ajakan dalam kebaikan terhadap
sejawat
- Menjalin dan memelihara kerjasama dalam kebaikan dengan sejawat
Apoteker
- Tolong menolong dalam kebaikan
- Saling mempercayai dan saling dapat dipercaya
SOLUSI :
Berdasarkan yang tercantum pada BAB V Penutup pasal 15 : Seorang
apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugsa kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang
apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melangggar atau tidak
mematuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggung jawabkan kepada tuhan yang maha esa.
Untuk solusinya APA sebaiknya memilih satu aping dari sekian banyak
aping yang melamar. Apabila sudah menetapkan satu aping, maka APA tersebut
harus mengkonfirmasi kepada aping yang telah dipilih bahwa identitasnya akan
digunakan untuk memenuhi persyaratan pendirian apotek. Apabila sudah
disetujui, maka identitas aping dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan
administrasi pendirian apotek yang diperlukan.
IMPLEMENTASINYA
Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etika poteker, yang
bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan
peringatan, pencabutan keangggotaan sementara dan pencabutan keanggotaan
tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi dan
ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MPAD. Selanjutnya MPAD
menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus cabang, pengurus daerah dan
MPEA.