You are on page 1of 8

Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PROSES BELAJAR


MENGAJAR ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
Budi Harijanto1, Deddy Kusbianto P. 2, Berlian Puspa Nova3
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang
1
budi.hijet@gmail.com, 2deddykusbianto@gmail.com, 3 berliankittyra@gmail.com

Abstrak

Sistem informasi proses belajar mengajar online merupakan sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung pengembangan kegiatan belajar mengajar dengan media internet. Sistem Informasi
ini memungkinkan terjadinya proses pendidikan tanpa melalui tatap muka langsung. Sistem informasi proses
belajar mengajar online dengan menggunakan metode pembelajaran student centered learning di Politeknik
Negeri Malang ini diterapkan pada Program Studi Teknik Informatika untuk memudahkan komunikasi antara
dosen dan mahasiswa. Perhitungan dalam penerapan Simple Additive Weighting untuk mendapatkan nilai
keaktifan mahasiswa memiliki 4 kriteria yaitu presentasi, bertanya, menjawab, praktikum. Dalam uji coba
penerapan Simple Additive Weighting ke dalam sistem belajar mengajar online ini dengan membandingkan hasil
output sistem dan hasil pakar memiliki tingkat akurasi mencapai 100%. Sistem ini dirancang dan
diimplementasikan dengan menggunakan PHP, MySQL, HTML, CSS, JavaScript dan Bootstrap. Sistem ini juga
telah di uji coba oleh beberapa user dan hasilnya dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini dapat membantu dosen
dan mahasiswa berinteraksi secara online dalam kegiatan belajar mengajar.

Kata Kunci: Sistem Informasi, Proses Belajar Mengajar Online, Student Centered Learning

1. Pendahuluan pada penelitian ini akan dibuat Pengembangan


Sistem Informasi Proses Belajar Mengajar Online
Perkembangan teknologi informasi yang Dengan Menggunakan Metode Simple Addittive
semakin maju, sekarang ini menjadi kebutuhan akan Weighting Pada Pembelajaran Student Centered
suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar Learning dimana dalam sistem ini mahasiswa harus
berbasis teknologi informasi yang menjadi tidak aktif dalam hal menjelaskan materi, presentasi,
terelakkan lagi. Konsep yang dikenal dengan mengikuti praktikum yang diberikan oleh dosen, dan
sebutan proses belajar mengajar online ini membawa mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh dosen,
pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan sehingga dosen hanya mengevaluasi dan menilai apa
konvensional ke bentuk digital, baik secara isi dan yang telah dikerjakan oleh mahasiswa.
sistemnya. Sistem informasi proses belajar mengajar Melalui sistem informasi proses belajar
online adalah sistem pendidikan yang menggunakan mengajar online tersebut diharapkan dapat
aplikasi elektronik untuk mendukung pengembangan membantu para dosen berprofesional yang banyak
kegiatan belajar mengajar dengan media internet kegiatan diluar jam mengajar perkuliahan dalam
atau media jaringan komputer lain. Sistem informasi memperbaiki efektivitas dan efisiensi proses
ini memungkinkan terjadinya proses pendidikan pembelajaran serta membantu dalam pencapaian
tanpa melalui tatap muka langsung dan tujuan-tujuan pembelajaran.
pengembangan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat lebih
bisa dilakukan dengan mudah. mudah memperoleh informasi-informasi tentang
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan pembelajaran yang diikuti sehingga dapat lebih giat
oleh Berlian Puspa Nova dan Laisa Amalin (2016) dalam mengikuti aktifitas belajar. Salah satu bentuk
yang berjudul Pengembangan Sistem Informasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Proses Belajar Mengajar Online Berdasarkan Sistem dalam pendidikan adalah dengan adanya proses
Penjaminan Mutu Internal yang menghasilkan belajar mengajar online. Sistem informasi ini
sebuah sistem pendukung proses belajar mengajar memanfaatkan jasa teknologi elektronik yang
online yang masih dilakukan secara konvensional.[1] memungkinkan dosen dan mahasiswa dapat
Pembelajaran konvensional adalah dosen menjadi berkomunikasi dengan mudah tanpa dibatasi ruang
pusatnya sedangkan mahasiswa hanya menerima dan waktu. Perencanaan ini menggunakan metode
materi dan tugas yang diberikan. Dari paparan pembelajaran.
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

H a l a m a n | 17
Volume 4, Edisi 1, November 2017

Metode pembelajaran student centered mahasiswa di dalam mengerjakan berbagai hal dan
learning ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan berpikir tentang apa yang sedang mereka kerjakan”.
mahasiswa dalam proses belajar. Dalam penelitian Pembelajaran aktif berlangsung ketika para
ini dibuat sistem informasi belajar mengajar dengan mahasiswa diberi kesempatan untuk lebih
menggunakan metode simple additive weighting berinteraksi dengan teman sesama mahasiswa
yang digunakan untuk menentukan tingkat keaktifan maupun dengan dosen perihal pokok bahasan yang
mahasiswa. Penentuan keaktifan mahasiswa sedang dihadapinya, mengembangkan pengetahuan
memiliki empat kriteria yaitu presentasi, bertanya, dan bukan sekedar menerima informasi dari dosen.
menjawab dan praktikum. Dengan menggunakan Di dalam suasana pembelajaran aktif maka dosen
metode simple additive weighting dapat mengetahui bertindak sebagai faslitator, bukan mendikte para
tingkat keaktifan mahasiswa dari hasil rangking. mahasiswa. Pada hakekatnya pembelajaran aktif
(mentally not physically) memerlukan upaya
2. Kajian Pustaka intelektual, analisis, sintesis dan evaluasi, serta
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal
2.1 Student Centered Learning (SCL) asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Sasaran
Student Centered Learning (SCL) adalah pembelajaran aktif adalah pengembangan
strategi pembelajaran yang menempatkan keterampilan berpikir, bukan pemindahan informasi.
mahasiswa sebagai subyek/ peserta didik yang aktif
dan mandiri, dengan kondisi psikologi sebagai adult b. Pembelajaran Interaktif
learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas
pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the Interaksi dapat terjadi dalam berbagai bentuk
classroom. Dengan prinsip-prinsip ini maka para yang berbeda, antara lain antara mahasiswa dengan
mahasiswa diharapkan memiliki dan menghayati materi pembelajaran, antara mahasiswa dengan
jiwa life-long learner serta menguasai hard skills aktivitas pembelajaran, antara mahasiswa dengan
dan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, dosen/ fasilitator, dan antar mahasiswa. Di dalam
para dosen beralih fungsi menjadi fasilitator, pembelajaran interaktif maka setiap mahasiswa
termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi harus mengerjakan sesuatu, sesuai dengan
sebagai sumber pengetahuan utama. Secara pengetahuan atau materi yang sedang dipelajarinya.
operasional, di dalam student centered learning para Interaksi dengan content berarti terjadi proses aktif
mahasiswa memiliki keleluasaan untuk dan mengkombinasikan content dengan pengetahuan
mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa dan pengalaman yang telah dimilikinya (prior
dan rasa), mengeksplorasi bidang/ ilmu yang knowledge/ experience).
diminatinya, membangun pengetahuan serta Memperhatikan pemahaman dasar tentang
kemudian mencapai kompetensinya melalui proses interaksi maka pembelajaran merupakan suatu
pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, aktivitas sosial. Hal ini mengembangkan pengertian
kooperatif, kontekstual dan mandiri. Keleluasaan bahwa pembelajaran bukan sekedar interaksi tatap
para mahasiswa ini difasilitasi oleh dosen yang muka. Interaksi sosial terjadi di antara kelompok
menerapkan “Patrap Tri Loka” secara utuh orang dengan menggunakan berbagai media atau
(sebagaimana telah diketahui oleh para pendidik di alat, misalnya telepon, faksimili, surat elektronik,
Indonesia, yaitu “ing ngarsa sung tuladha, ing madya surat pos dan media lainnya yang menggunakan
mangun karsa, tut wuri handayani”). teknologi canggih. Interaksi sosial dapat bersifat
Bahwa Undang-Undang Republik Indonesia bebas dari batas waktu dan tempat.
nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengisyaratkan adanya karakteristik c. Pembelajaran Mandiri
student centered learning dan “Patrap Tri Loka”. Di
dalam Bab III pasal 4 ayat (3) terdapat ketentuan Pembelajaran mandiri (self-directed learning)
tentang penyelenggaraan pendidikan, “Pendidikan adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan pada mahasiswa (student-centred approach) di mana
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung proses dan pengalaman belajar diatur dan dikontrol
sepanjang hayat”. Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (4) oleh mahasiswa sendiri. Para mahasiswa
terdapat ketentuan “Pendidikan diselenggarakan memutuskan sendiri tentang “bagaimana, di mana,
dengan memberi keteladanan, membangun dan kapan belajar tentang suatu hal yang mereka
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta anggap merupakan hal yang penting”. Di dalam
didik dalam proses pembelajaran”. pembelajaran mandiri para mahasiswa berlatih untuk
mengidentifikasi berbagai masalah yang perlu
a. Pembelajaran Aktif dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana
harus mencari sumber-sumber belajar yang berkaitan
Secara operasional, pembelajaran aktif dengan masalah tadi, mampu menentukan prioritas
(active learn-ing) dapat didefinisikan “Suatu dan merancang penelusuran sumber belajar, mampu
aktivitas instruksional yang melibatkan para mempelajari materi yang ada di dalam sumber

18 | H a l a m a n
Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X

belajar tadi, dan kemudian menghubungkan d. Pembelajaran Kolaboratif


informasi yang telah terkumpul dengan pokok
bahasan yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran kolaboratif (collaborative
Ditinjau dari aspek operasional pembelajaran learning) pada hakekatnya merupakan pengalaman
mandiri diartikan sebagai kemampuan seseorang filosofis pribadi. Di dalam kelompok diskusi, tiap-
dalam hal metode dan disiplin, logika dan analitika, tiap individu berperan aktif, saling memberi
kolaboratif dan interdependen, sifat ingin tahu dan kontribusi, saling menerima pendapat kawan dengan
terbuka, kreatif, termotivasi, persisten dan prasangka baik, saling menghargai kemampuan
bertanggung jawab, percaya diri dan mampu untuk orang lain. Pembelajaran kolaboratif lebih
belajar, serta reflektif dan sadar diri. Untuk dapat menekankan saling berbagi pengalaman dan
memiliki sifat-sifat yang kompleks tadi, mahasiswa pendapat, dan bukan merupakan kompetisi di antara
harus memperoleh kesempatan guna pembelajar.
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan Secara teknis, pembelajaran kolaboratif
dan kecakapannya yang mengarah pada peningkatan merupakan metode instruksional yang membuat
pembelajaran mandiri. Keterampilan dan kecakapan mahasiswa dari berbagai macam latar belakang
tadi meliputi kemampuan mengajukan pertanyaan, bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai
mampu untuk menilai secara kritis setiap informasi tujuan pembelajaran secara umum. Para mahasiswa,
baru, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan dan berdasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri
keterampilan diri sendiri, dan kemampuan untuk oleh anggota kelompok, secara bersama-sama
merefleksikan secara kritis proses pembelajaran dan bertanggung jawab sepenuhnya atas proses
outcome yang diperoleh. pembelajaran yang mereka laksanakan. Dengan
Kemandirian (self-direction) merupakan demikian keberhasilan seorang mahasiswa akan
konsep organisasi untuk pendidikan tinggi; dengan membantu keberhasilan kawannya.
demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik Di dalam pembelajaran tradisional ada
pendidikan. Pembelajaran mandiri memiliki kepercayaan bahwa apabila mutu ditingkatkan maka
komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan biaya atau ongkos dengan sendirinya akan naik pula.
peran para mahasiswa di mana mereka memegang Hal demikian ini tidak perlu terjadi di dalam
kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri pembelajaran kolaboratif, dengan menggunakan
dalam hal konseptualisasi, perancangan, kolaborasi maka mutu pembelajaran akan
pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan ditingkatkan tanpa harus menaikkan ongkos
cara-cara pemanfaatan sumber belajar guna proses produksi, atau malahan ongkos produksi secara
belajar lebih lanjut. Di samping itu, kemandirian simultan akan turun. Kunci pembelajaran bermutu
selaras dengan perkembangan fisik, psikologi dan adalah memaksimalkan partisipasi mahasiswa di
sosial mahasiswa yang masuk ke dalam alam dalam proses interaksi (interactive learning). Di
dewasa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam proses ini para mahasiswa secara bersama-
kemandirian selaras dengan konsep adult-learner. sama akan berpikir, bertukar pikiran atau beradu
Karakteristik adult-learner meliputi self- pendapat.
directed, life experience and knowledge, good
oriented, relevance oriented, praktik dan mampu e. Pembelajaran Kooperatif
menghargai pendapat orang lain. Self-directed
berarti memiliki kemampuan untuk mengatur dan Kooperatif (cooperative learning) merupakan
mengelola kegiatannya, baik yang berkaitan dengan kelanjutan dari pembelajaran kolaboratif. Di dalam
kegiatan akademik maupun nonakademik. Life pembelajaran kooperatif kelompok mahasiswa akan
experience & knowledge berarti memiliki memperoleh pengetahuan baru yang bermakna
pengalaman pada jenjang sebelumnya, serta dengan mutu yang lebih baik, bersifat kontekstual
memiliki pengetahuan yang memadai untuk mencari dan relevan bila dibandingkan dengan pembelajaran
tambahan pengetahuan baru sesuai dengan individual atau independen. Sementara itu pada saat
minatnya. Good oriented berarti memiliki kegiatan yang sama, setiap anggota kelompok di dalam
yang terarah pada tujuan sehingga perilakunya pembelajaran kooperatif menunjukkan sikap positif,
menjadi terarah pada tujuan yang hendak dicapai. teguh pada pendiriannya tetapi tetap dalam kerangka
Relevance oriented berarti dalam proses kerjasama dan saling menghargai.[2]
pembelajaran mahasiswa berorientasi pada relevansi
antara materi yang dipelajari dengan minat studinya. 2.2 Metode Simple Additive Weight (SAW)
Praktis berarti apa yang dipelajarinya dapat
diaplikasikan dalam menunjang karirnya di masa Metode Simple Additive Weighting (SAW)
yang akan datang. merupakan metode penjumlahan terbobot. Konsep
dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan
terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif
pada semua kriteria. Metode SAW membutuhkan
proses normalisasi matrik keputusan (X) ke suatu

H a l a m a n | 19
Volume 4, Edisi 1, November 2017

skala yang dapat diperbandingkan dengan semua ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang
rating alternatif yang ada. Metode SAW mengenal bersesuaian elemen kolom matrik (W).
adanya 2 (dua) atribut yaitu kriteria keuntungan
(benefit) dan kriteria biaya (cost). Perbedaan =∑ (5)
mendasar dari kedua kriteria ini adalah dalam
pemilihan kriteria ketika mengambil keputusan. Hasil perhitungan nilai V1 yang lebih besar
Adapun langkah penyelesaian dalam menindikasilan nahwa alternatif Ai merupakan
menggunakannya adalah: alternatif terbaik Kusumadewi, S., dkk (2006).
a. Menentukan alternatif, yaitu Ai. Adapun kelebihan dari metode Simple
b. Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan Additive Weighting (SAW) adalah sebagai berikut:
dalam pengambilan keputusan, yaitu Cj. a. Menentukann nilai bobot untuk setiap atribut,
c. Memberikan nilai rating kecocokan setiap kemudian dilanjutkan dengan proses perangkaian
alternatif pada setiap kriteria. yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari
d. Menentukan bobot preferensi atau tingkat sejumlah alternatif.
kepentingan (W) setiap kriteria. b. Penilaian akan lebih tepat karena didasarkan
pada nilai kriteria dari bobot preferensi yang
W = [ W1,W2,W3,….,Wj] (1) sudah ditentukan.
c. Adanya perhitungan normalisasi matriks sesuai
e. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap dengan nilai atribut (antara nilai benefit dan
alternatif pada setiap kriteria. cost).[3]
f. Membuat matrik keputusan (X) yang dibentuk
dari tabel rating kecocokan dari setiap alternatif 3. Metode Penelitian
pada setiap kriteria. Nilai X setiap alternatif (Ai)
pada setiap kriteria (Cj) yang sudah ditentukan, 3.1 Metode Pengambilan Data
dimana, i=1,2,…m dan j=1,2,…n.
Untuk dapat melakukan analisis yang baik,
… diperlukan data dan teori konsep dasar sehingga
= . . . (2) kebutuhan data sangat mutlak diperlukan. Adapun
… metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Pengamatan Langsung
g. Melakukan normalisasi matrik keputusan dengan Melakukan pengamatan langsung supaya
cara menghitung nilai rating kinerja mengetahui alur yang saat ini sedang berjalan.
ternormalisasi (rij) dari alternatif Ai pada kriteria Penulis juga mengumpulkan data berupa data
nilai mahasiswa, data absensi mahasiswa, data
Cj. dosen pengajar, dan data mata kuliah untuk
( )
melengkapi data pada perancangan aplikasi. Data
= (3) tersebut diperoleh dari administrasi Program
Studi Teknik Informatika di Politeknik Negeri
Malang dengan cara melakukan pengamatan
Keterangan : secara langsung.
b. Wawancara
a) Kriteria keuntungan apabila nilai Berdasarkan pengumpulan data dilakukan
memberikan keuntungan bagi pengambil wawancara pada tanggal 9 Maret 2017 di Jurusan
keputusan, sebaliknya kriteria biaya apabila Teknologi Informasi dengan Bapak Ir. Deddy
menimbulkan biaya bagi pengambil Kusbianto P., M.MKom selaku Ketua Program
keputusan. Studi Teknik Informatika membahas mengenai
b) Apabila berupa kriteria keuntungan maka layanan yang akan dibuat. Layanan yang akan
nilai dibagi dengan nilai dari setiap kolom, dibuat meliputi layanan registrasi, activity dosen,
sedangkan untuk kriteria biaya, nilai dari dan PBM (Proses Belajar Mengajar). Untuk
setiap kolom dibagi dengan nilai Xij. dapat membuat layanan tersebut maka
dibutuhkan data untuk mendukung pembuatan
h. Hasil dari nilai rating kinerja ternomalisasi (rij) aplikasi pembelajaran meliputi data admin, data
membentuk matrik ternormalisasi (R). dosen, data mahasiswa, data kelas, data mata
kuliah, dan data tugas.
… c. Studi Literatur
= . . . (4) Mengumpulkan dan mempelajari literatur, buku,
… artikel, dan sebagainya yang diperoleh dari
perpustakaan, internet, dan sumber lainnya
i. Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh mengenai metode pembelajaran student centered
dari penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik
20 | H a l a m a n
Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X

Data Dosen
learning dan materi-materi lain yang dibutuhkan Admin Data Admin
Data Dosen
Data Mahasiswa
Jadwal Mengajar
Dosen

Data Kelas
dalam penyusunan laporan skripsi. Data Mahasi swa
Data Mata Kuliah

3.2 Metode Pengolahan Data Data Admin


Data Dosen
1
Point Keaktifan
Data Tugas
Data Tugas
Data Mahasiswa Sistem Informasi
Data Mata Kuliah Data Pesan
Proses Belajar Data Pesan
Analisa Mengajar Online
Jadwal Mengajar
Perancangan desain sistem dapat Dengan Metode SCL

menggunakan berbagai model, model yang


digunakan untuk menggambarkan alur proses Data Mahasiswa
Data T ugas

Data Tugas
aplikasi pengembangan sistem infomasi proses Data Pesan Data Pesan

belajar mengajar online dengan menggunakan Mahasiswa


metode student centered learning (SCL).
Berdasarkan pengumpulan data dilakukan
wawancara pada tanggal 9 Maret 2017 di Jurusan
Teknologi Informasi dengan Bapak Ir. Deddy Gambar 2. Data Flow Diagram
Kusbianto P., M.MKom selaku Ketua Program Studi
Teknik Informatika membahas mengenai layanan 4. Hasil dan Pembahasan
yang akan dibuat. Layanan yang akan di buat
meliputi layanan registrasi, buka kelas, dan PBM. 4.1 Hasil
Untuk dapat membuat layanan tersebut maka
dibutuhkan data untuk mendukung pembuatan Pada hasil basis data akan dijelaskan
aplikasi pembelajaran meliputi data admin, data mengenai penerapan dari basis data yang digunakan
dosen, data mahasiswa, data kelas, data mata kuliah, pada sistem. Berdasarkan perancangan yang telah
dan data tugas. dilakukan, dibuat database yang berisi beberapa
tabel seperti terlihat pada gambar 3.
3.3 WBS

Berikut ini adalah Work Breakdown Structure


dari aplikasi pembelajaran online yang ditunjukkan
pada gambar 1.

Gambar 3. Database “pembelajaran_skripsi”

Pada implementasi sistem akan dijabarkan


implementasi dari aplikasi proses belajar mengajar
online. Pada halaman awal proses belajar mengajar
online ini terdapat menu kategori tiga user yang
terdiri dari login admin, dosen, dan mahasiswa
ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Login User


Gambar 1. Work Breakdown Structure
Berikut merupakan halaman login tiap user
ditunjukkan pada gambar 5.
3.4 DFD

Berikut ini adalah Data Flow Diagram dari


aplikasi pembelajaran online yang ditunjukkan pada
gambar 2.

H a l a m a n | 21
Volume 4, Edisi 1, November 2017

Tabel 1. Penilaian Kriteria

Presentasi Bertanya Menjawab Praktikum Nilai

0 0 0 0 0
1-5 1-5 1-5 1-5 1
6 - 10 6 - 10 6 - 10 6 - 10 2
11 - 15 11 - 15 11 - 15 11 - 15 3
16 - 20 16 - 20 16 - 20 16 - 20 4

Menentukan bobot preferensi atau tingkat


Gambar 5. Halaman Login Admin kepentingan setiap kriteria yang di ambil dari buku
pedoman program studi teknik informatika.
Di bawah ini merupakan tampilan awal
halaman login admin terdapat menu data admin, data W = [ 0.5, 0.15, 0.15, 0.2]
dosen, data mahasiswa, jadwal mengajar, data tugas,
data kelas, data mata kuliah, dan analisis Membuat rating kecocokan dari setiap
ditunjukkan pada gambar 6. alternative pada setiap kriteria.

Tabel 2. Alternatif dan Nilai


Kriteria
Alternartif
C1 C2 C3 C4
A1 16 4 2 14
A2 18 7 4 13
A3 14 2 2 15
A4 17 2 6 16
Gambar 6. Halaman Utama Admin A5 17 5 3 16
Bobot 0.5 0.15 0.15 0.2
Di bawah ini merupakan tampilan analisa
dari metode simple additive weighting ditunjukkan Melakukan normalisasi matrik keputusan
pada gambar 7. dengan cara menghitung nilai rating kinerja
ternormalisasi.

Tabel 3. Perhitungan Normalisasi


Kriteria
Alternartif
C1 C2 C3 C4
A1 0.8 0.5714 0.3333 0.7
A2 0.9 1 0.6667 0.65
A3 0.7 0.2857 0.3333 0.75
A4 0.85 0.2857 1 0.8
Gambar 7. Analisa Metode SAW
A5 0.85 0.7142 0.5 0.8
4.2 Pembahasan Bobot 0.5 0.15 0.15 0.2

Dari pengujian yang dilakukan, untuk Hasil akhir preferensi diperoleh dari
pengujian fungsional dari setiap menu sudah penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik
berjalan dengan baik. Dilihat dari proses pengujian ternormalisasi.
fungsional aplikasi proses belajar mengajar online
ini berjalan sesuai dengan rancangan dan analisis Tabel 4. Faktor Normalisasi dan Perangkingan
yang telah dijelaskna pada tahap analisis kebutuhan. Faktor
Alternartif Peringkat
Pengujian hasil sistem dengan microsoft Normalisasi
excel akan di uji dengan menghitung nilai bobot A1 0.675714286 23
menggunakan metode SAW sehingga menghasilkan A2 0.83 6
perangkingan. Berikut merupakan perhitungan A3 0.592857143 28
dengan metode SAW. A4 0.777857143 11
A5 0.767142857 13

22 | H a l a m a n
Jurnal Informatika Polinema ISSN: 2407-070X

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam


pembuatan dan uji coba pembuatan Pengembangan
Sistem Informasi Proses Belajar Mengajar Online
Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran
Student Centered Learning (SCL) ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
a. Aplikasi ini sudah sesuai dengan layanan yang
dibutuhkan oleh user yang ada pada Politeknik
Negeri Malang , karena sistem ini dapat
membantu dalam penyampaian materi jarak
dekat maupun jarak jauh kepada mahasiswa.
b. Dapat meningkatkan nilai keaktifan mahasiswa.
c. Dengan adanya layanan kirim pesan maka akan
mempermudah komunikasi antara dosen dan
mahasiswa apabila ingin konsultasi atau
konsultasi hasil belajar mahasiswa kepada dosen.
d. Aplikasi ini mempermudah dalam penyampaian
materi dari jarak jauh dan dapat meningkatkan
keaktifan mahasiswa.

Daftar Pustaka:

Nova Berlian, Amalin Laisa. 2016. Pengembangan


Sistem Informasi Proses Belajar Mengajar
Online Berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI). Malang.
Harsono, Dwiyanto D. 2005. Pembelajaran Berpusat
Mahasiswa. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas
Gadjah Mada, Aditya Media.
Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar
Unit dan Proses Pembelajaran di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Kusumadewi, Sri, dkk. 2006. Fuzzy Multi-Attributr
Decision Making (Fuzzy MADM).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

H a l a m a n | 23
Volume 4, Edisi 1, November 2017

24 | H a l a m a n

You might also like