You are on page 1of 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DEWASA AWAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Meutia Septiani (201721035) 10. Siti Hawa (201721042)

2. Ika wahyu lestari (201721037) 11. Indah Sariwahyuni (201721043)

3. Dodi Heriansah (201721038) Disusun Oleh : Husnul Lastari (201721044)


12. Tri

Kelompok
4. Silvia Desrina Sari (201721039) 13. 3Indah Srianti (201721045)
5. Santi Nur pratiwi (201721040) 14. Bima sakti (201721046)
6. Jusnita (201721041) 15. Andika zulyan P (201721048)

7. Madinah (201721050) 16. Maya Anastasia (201721051)

8. Ayu Astuti (201721052) 17. Mayang Nurul Sakinah (201821053)


9. Yeriska Aprillina (201921052) 18.Ali
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan denganindividu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagiandari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan. Asuhan keperawatankeluarga yaitu suatu rangkaian
kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan
keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga,
maka perawat harusmengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu
tingkat pencapaian keluarga dalammelakukan fungsinya dan perlu paham
setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Status
sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya
mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota
keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses
terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada paraanggota keluarga.
Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, merekatetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka.Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak
akan pergi atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam
kehidupan keluarga dewasa dimanaorang tuanya akan merasa banyak
kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah.Pada keluarga ini juga
terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan
perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang
berkaitan dengankesehatan kepada keluarga.

Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa
pertengahan, maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik
tentang konsep dan asuhan keperawatan keluarga pada dewasa
pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang
mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinyaakan
kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga
dewasa pertengahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
BAB II
KONSEP KELUARGA

A. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ).Keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
(Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental,emosional, serta sosial dari
setiap anggota keluraga. Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran
adanya individu dewasa dan anak yanghidup bersama secara harmonis dan
memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa
individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan
klien memiliki nilai-nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi
klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi
kehidupan masing-masing tanpa melihat adanya hubungan biologis atau pun
hukum (Perry, 2009, hal 202). Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi
yang berorientasi pada tradisi dandigunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,


darahdan ikatan adopsi.

2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu


rumah,atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tanggatersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki –
laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

B. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam polakehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).Menurut (Friedman,
2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
1. Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b. Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat).Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
d. Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan
karenamengejar karir atau pendidikan.
f. Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti
paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu
atauhari libur saja.
h. Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1
rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k. Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan
anaksudah memisahkan diri.

2. Tipe keluarga non tradisional


a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage
mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungantanpa nikah.
b. The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami
yangmenggunakan fasilitas secara bersama.
d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasantertentu.
g. Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu
termasuk seks dan membesarkan anak.
h. Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatandan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung
jawab membesarkan anak.
i. Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk
waktu sementara.
j. Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

C. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga
yaitu :
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatankeluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dipelajari dan
dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan
demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukungantar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dandukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk
memberikan kasih sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dansaling mendukung. Hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain
diliat keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklimyang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.Fungsi
afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga
keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
kelurgatimbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dengan keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
dayamanusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan
makanan,tempat tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan
yaitumencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan
mempengaruhi statuskesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga
melaksanakan pemeliharaan kesehatandapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan.Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.d
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat

D. Dimensi Struktur Keluarga


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
1. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c. Berfikir positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:


a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik. 
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku
seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :
a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada
anak. 
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
4. Nilai- nilai dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak,memepersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. 
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

E. Peran Perawat Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat.
Fungsi perawat membantukeluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan
tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat
dalam melakukan perawatan kesehatan keluargaadalah sebagai berikut
(Suprajitno, 2004) :
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat
dicapai.Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
3. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga
denganmenggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur
untukmengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klienharus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasiyang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.

6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota
tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi,sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat
sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

F. Tingkat Pencegahan
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat
pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan
keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum
kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yangsesuai untuk masing-masing
tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998).Ketiga tingkatan
tersebut adalah adalah :
a. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan
preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit
dan cedera.
b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan
pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi,
dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan
tingkat fungsinya. Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari
keperawatan keluarga. Tujuan-tujuan tersebut terdiri atas peningkatan,
pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan (Hanson, 1987 dalam
Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokokterpenting dari
keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini,
diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier
atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan
yang penting bagikeperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan
keperawatan kesehatandirumah dan pravelensi penyakit-penyakit kronis,
serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang populasinya semakin
meningkat dan cepat .
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

A. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA


Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia
dewasa awal sebagai berikut:

1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai
menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif
untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki
peran baru sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah
baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah
pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang
memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu
seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan
kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu,
hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola
hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-
komitmen baru dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung
pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota
kelompok orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

B. TUGAS PERKEMBANGAN
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu
orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial
pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi
perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami oleh
individu tersebut.

Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan


dan berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta
integrasi masyarakat.  Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang
bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini
merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi
orang itu sendiri, yaitu  regulasi diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi,


yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada  masa dewasa berjalan
bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan,
yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan
dalam pengalaman batinnya.

Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus
terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses
penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.

Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa,


begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses
menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai
orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti
yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)

Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup


Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan
jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi).
Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan
terlebih dahulu.

Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan
rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia,
pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena


sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat
membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah


tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau


universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai
dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan
keuangan yang baik.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup
tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat
untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang,
sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat
C. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas


tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

 Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


 Nasehat untuk hidup mandiri
 Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

D. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada
resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir.
Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis
tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price
dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih
umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat
pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak
klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai
berikut ;

 Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi


dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik,
kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.

Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan


cedera atau kematian, yaitu :

 Kemiskinan
 Keretakan keluarga
 Penganiayaan
 Pengabaian anak

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial


secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat
penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan
dan system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap
kekerasan personal dan lingkungan.

 Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan


terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada
dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan
bermotor yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen.
Penyalahgunan pada obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat
menekan system kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas
sehingga menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap


awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat
pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan
masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan
penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan
anak atau perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa
kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan
Woods, 1992).

 Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada


masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal
dan tengah (Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan
dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal
dewasa. Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang
berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan,
karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan pada
tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan
orang tua-anak nantinya.

 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan
AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti
keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan
kronis yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang
diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit
ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan
hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24
tahun (Killion,1994).

 Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap


partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit
paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon
dan emfisema karena  kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat
menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan
pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin
pengkajian perawat.   

2. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene
personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat
penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau
neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam
meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang meningkatkan
risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang
diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok.
Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan
bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah vasokontriktor yang
bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko penyakit angina,
infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan
vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.

Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola
latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-
menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali
seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-
rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan
kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat
harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk
mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk
meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal
dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan
seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan
risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit
periodontal.

Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko


berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir.
Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang
mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai
risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu dalam
keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap
perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan
penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin
dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan
deteksi dini.

3. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita


atau pasangan.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus
mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga
membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan
biologis.

1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan
fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil
dan keluarga usia subur sangat luas.

Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan
sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa
muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya
dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.

Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil


manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat
membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang
meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit
kronik lainnya.

Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan


hidup secara umum, yaitu:

 Hobi dan Minat


 Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan
kafein, alcohol dan obat terlarang
 Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan
dan hewan peliharaan
 Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik
dan mental.

2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal
dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup
secara umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan
konsep individu, pemecahan masalah dan keterampilan motorik.

Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama


dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya,
keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi
lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan
tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system pendukung
untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian
yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa
dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas

3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan
individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa
awal kadang terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja
yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa.
Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara
usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan
berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan
energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43
tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan.
Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan.
Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan  “krisi usia baya” ketika
pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.

Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada


pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk
membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat
melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap
pengecilan perusahaan menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit.
Kemudian banyak dewasa awal menghadapi peningkatkann stress karena
persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan
mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan kepribadian
dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan
tujuan yang realistik.

Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam
kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas
bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan
mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang
membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus
memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek pengembangan
psikososial dewasa awal.

4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu.
Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres
situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki
tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi
tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis
saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu
peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam
struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas
pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima
pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan
yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian
pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan
pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan
kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat
diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga
berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran
penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang
tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan coleader.
Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau adakalanya seorang
anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat
dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor
lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan
mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa
adalah :

1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguanpemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit  perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan kesehatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah,
pilihan karier
ANALISA DATA
Data Mayor :
 Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan
 Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
 Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
 Rasa khawatir, ansietas
 Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
 Ketidaefektifan partisipasi social
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
 Perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
 Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
 Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata,
intonasi, dan intensitas suara
b. Berikan dukungan jika individu berbicara
 Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
 Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan
pandangan realistis
c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
 Apa hal tersebut berguna bagi anda?
 Bagaimana hal tersebut dapat membantu?
d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
 Apa yang menjadi masalah
 Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
 Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan
orang terdekat)
f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress (misalnya jogging, yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota


keluarga (misalnya pernikahan)
ANALISA DATA
Data Mayor :
Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
Data Minor :
 Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota
keluarga
 Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka
Intervensi :
a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan
diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota
keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang pencegahan penyakit
ANALISA DATA
Data Mayor :
Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya
penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi
lemak)
Data Minor :
Melaporkan atau memperlihatkan :
 Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)
 Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)
 Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis)
 Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher)
 Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)
 Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)
 Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga
kacau)

Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
 Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi
karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3
liter sehari)
 Kontrol berat badan
 Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)
 Hindari penyakit hubungan seksual
 Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
 Imunisasi
 Pola olahraga teratur
 Penatalaksanaan stress
 Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana,
ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)
b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi
asuhan, keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam


system pendukung
ANALISA DATA
Data Mayor :
 Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi
alternative tindakan yang diinginkan
 Kebimbangan tentang alternative pilihan
 Menunda pengambilan keputusan
Data Minor :
 Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
 Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan
(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan
menjadi focus perhatian
 Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan
suatu pengambilan keputusan
Intervensi :
a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
 Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas
mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat
 Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
 Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
 Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
 Benahi kesalahan informasi
 Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman potensial
atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan
 Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya
dan menjadi haknya untuk melakukan itu
e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah


dan pergi dari rumah)

ANALISA DATA
Data Mayor :
 Pengungkapan rasa kesepian  karena telah melepaskan anak yang  menikah
 Ingin mencari suasana yang lebih ramai
Data Minor :
 Cemas, gelisah
 Sedih
 Sering merenung
Intervensi :
a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang
b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
c. Tingkatkan interksi social
 Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
 Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
 Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada
orang lain
d. Kurangi hambatan kontak sosial
 Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang
berubngan dengan ibadah)
 Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk,
terytama dalam periode risiko tinggi kesepian
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu.


Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber
masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga
dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan
keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu keluarga
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai
dewasa) sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.

You might also like