You are on page 1of 15

BAB I

Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar

1.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar.


1.1.1 Tujuan Percobaan.
Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang didefenisikan sebagai
perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.
1.1.2 Dasar Teori.
Berat isi atau disebut juga berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dengan
volume wadah. Berat isi (Standar Unit Weight) diperoleh dengan memasukkan agregat ke
dalam oven atau bisa juga dilakukan proses penjemuran sehingga diperoleh agregat dalam
kondisi SSD. Lalu masukkan agregat tersebut kedalam alat pengukur yang volumenya telah
diketahui, sehingga berat agregat dapat diketahui.
Jika agregat yang dimasukkan ke dalam wadah dipadatkan sebanyak 25 kali dengan
menggunakan tongkat pemadat, maka metode ini dinamakan metode rodding.
Dan jika agregat dimasukkan ke dalam wadah tanpa efek pemadatan, maka metode ini
dinamakan metode shoveling.
Agregat beton yang berasal dari alam hasil pemecahan batu alam atau dari bahan buatan,
semuanya mempunyai berat isi kondisi padat (unit weight) tidak kurang dari 1,30 kg/dm³
(SKBI-1.4.53.1989 UDC : 693-Sekolah Dasar).

Berat satuan maksimum untuk agregat pada keadaan kering dan tampak dimampatkan
menurut ASTM-C330-80 adalah :
a. Agregat halus = 1.120 kg/m³
b. Agregat kasar = 880 kg/m³
c. Agregat halus + agregat kasar = 1.040 kg/m³

Perbedaan berat satuan antara agregat yang dipasarkan dan agregat yang diambil sebagai
contoh benda uji untuk memenuhi persyaratan tidak boleh lebih dari 10%.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan isi agregat, metode yang digunakan adalah :


1. Metode Rodding.
Metode ini dilakukan dengan mengisi alat ukur 1/3 bagiannya dengan agregat, lalu
ditumbuk dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali. Proses ini dilakukan juga pada
lapisan kedua dan ketiga sampai akhirnya penuh. Lalu diratakan dengan mistar
perata.
2. Metode Shovelling.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan agregat ke dalam alat ukur dengan cara
biasa (dituang) hingga penuh tanpa ditumbuk dan kemudian diratakan dengan mistar
perata.

Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.
1.1.3 Peralatan.
a. Oven pemanas.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
c. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
d. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm panjang 60 cm, yang diujungnya bulat
terbuat dari baja tahan karat.
e. Mistar perata.
f. Sendok.
g. Mould (cetakan) berbentuk silinder berkapasitas seperti Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas Silinder.

Tebal Minimum Ukuran Butir


Kapasitas Diameter
Tinggi (mm) Wadah (mm) Maksimum Agregat
(mm) (mm)
(mm)
Dasar Sisi

2.832 152.4 ± 2.5 154.4 ± 2.5 5.08 2.54 12.70

9.435 203.2 ± 2.5 292.1 ± 2.5 5.08 2.54 25.40

14.158 254.0 ± 2.5 279.4 ± 2.5 5.08 3.00 38.10

28.316 355.6 ± 2.5 284.4 ± 2.5 5.08 3.00 101.60


(Sumber : SNI 03-4804-1998 dan ASTM C 29-97).

1.1.4 Bahan Uji.


Bahan uji berupa agregat halus maupun kasar.

1.1.5 Prosedur Praktikum.


Memasukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas mould
(cetakan) sesuai daftar no.1. Mengeringkan agregat dengan oven dengan suhu (110 ±
5)˚C atau kondisi SSD sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1. Berat volume kondisi gembur.
a. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
b. Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir
dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh.
c. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Menghitung berat benda uji (W3 = W2-W1).\
2. Berat isi kondisi padat.
Untuk agregat ukuran butiran maksimum 38,10 mm (1,5’) dengan cara penusukan :
a. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
b. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapisan yang sama tebal. Setiap
lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditumbuk sebanyak 25 kali
secara merata.
c. Meratakan permukaan benda ujidengan menggunakan mistar perata.
d. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Menghitung berat benda uji (W3 = W2-W1).

1.1.6 Perhitungan.
 Berat isi agregat.
W3
Berat isi agregat = (kg/m³)
V
Keterangan :
V : Volume mould (dm³)
(Sumber : SNI 03-4804-1998)

 Volume mould (cetakan/wadah).


Diketahui : Jari jari mould = 0,0763 m
: Tinggi mould = 0,155 m
Maka :
Volume mould = Luas alas x tinggi
= π.r² x tinggi
= 3,14 . 0,0763² x 0,155
= 0,00283 m³ = 2,83 dm³ = 2,83 liter.

 Berat volume kondisi gembur.


 Sampel 1
W1 = 10,15 kg
W2 = 14,85 kg
W3 = W2-W1 = 4,70 kg.
W3 4,70
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.660,78 kg/m³ = 1,66078 kg/liter.

 Sampel 2
W1 = 10,20 kg
W2 = 14,95 kg
W3 = W2-W1 = 4,75 kg.
W3 4,75
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.678,45 kg/m³ = 1,67845 kg/liter.
 Berat isi kondisi padat.
 Sampel 1
W1 = 10,15 kg
W2 = 15,20 kg
W3 = W2-W1 = 5,05 kg.
W3 5,05
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.784,45 kg/m³ = 1,78445 kg/liter.

 Sampel 2
W1 = 10,20 kg
W2 = 15,40 kg
W3 = W2-W1 = 5,20 kg.
W3 5,20
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.837,46 kg/m³ = 1,83746 kg/liter.

 Berat volume rata-rata kondisi gembur.


Berat volume rata-rata
Sampel 1+ Sampel 2
=
2
1. 660,78+1 .678,45
=
2
3 .339,23
= = 1669,62 kg/m³ = 1,66962 kg/liter.
2

 Berat isi rata-rata kondisi padat.


Berat volume rata-rata
Sampel 1+ Sampel 2
=
2
1.784,45+ 1.837,46
=
2
3.621,91
= = 1.810,96 kg/m³ = 1,81096 kg/liter.
2

1.1.7 Pembahasan.
Berat isi atau berat volume agregat merupakan perbandingan antara berat benda uji
dengan volume wadah (silinder).

1.1.8 Kesimpulan.
Dari data dan perhitungan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapati data
untuk berat volume rata-rata kondisi gembur sebesar 1,66962 kg/liter, dan untuk berat isi rata-
rata kondisi padat sebesar 1,81096 kg/liter.
Maka berdasarkan SKBI -1.4.53.1989 UDC : 693 untuk berat isi padat tidak kurang dari
1,30 kg/liter, maka kami menarik kesimpulan bahwa agregat yang digunakan sebagai benda
uji memenuhi standar untuk digunakan sebagai agregat beton.
Besar kecilnya berat isi suatu agregat tergantung pada berat butiran agregat dan volume
agregat. Semakin besar berat butiran agregat, maka semakin besar pula berat isi agregat
tersebut, begitu juga sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat
butiran dan berbanding terbalik dengan berat volumenya.
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR

Tgl. Percobaan : Sumber contoh :


Pelaksana : Untuk :

PENGUJIAN 1
PADAT GEMBUR
A. Volume wadah : 2,83 2,83 Liter
B. Berat wadah : 10,15 10,15 kg
C. Berat benda uji + wadah : 15,20 14,85 kg
D. Berat benda uji (C-B) : 5,05 4,70 kg
Berat Volume = D/A : 1,78445 1,66078 kg/liter

PENGUJIAN 2
PADAT GEMBUR
E. Volume wadah : 2,83 2,83 Liter
F. Berat wadah : 10,20 10,20 kg
G. Berat benda uji + wadah : 15,40 14,95 kg
H. Berat benda uji (C-B) : 5,20 4,75 kg
Berat Volume = D/A : 1,83746 1,67845 kg/liter

BERAT VOLUME RATA-RATA :


( D/ A)1+ ( D / A ) 2
KONDISI PADAT = = 1,81096 kg/liter
2
( D/ A)1+ ( D / A ) 2
KONDISI GEMBUR = = 1,66962 kg/liter
2

* Keterangan :
Tinggi Mould : 0,155 m
Diameter Mould : 0,1526 m

(Sumber : buku pedoman praktikum laboratorium teknologi bahan dan data hasil praktikum
kelompok 1)
Daftar Pustaka

 ASTM-C30-80 : berat satuan maksimum untuk agregat


 ASTM-C29-97 : standart test method for bulk density (“unit weight”) and voids in agregat
 Laboratorium Teknologi Bahan. 2013. Pedoman Pelaksanaan Praktikum. Pekanbaru :
Universitas Riau – Fakultas Teknik.
 SKBI-1.4.53.1989 UDC : 693
 SNI 03-4808-1998 : Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat. Bandung
: Badan Standarisasi Nasional.
BAB II
Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus

2.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus.


2.1.1 Tujuan Percobaan.
Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang didefenisikan sebagai
perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.
2.1.2 Dasar Teori.
Berat isi atau disebut juga berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dengan
volume wadah. Berat isi (Standar Unit Weight) diperoleh dengan memasukkan agregat ke
dalam oven atau bisa juga dilakukan proses penjemuran sehingga diperoleh agregat dalam
kondisi SSD. Lalu masukkan agregat tersebut kedalam alat pengukur yang volumenya telah
diketahui, sehingga berat agregat dapat diketahui.
Jika agregat yang dimasukkan ke dalam wadah dipadatkan sebanyak 25 kali dengan
menggunakan tongkat pemadat, maka metode ini dinamakan metode rodding.
Dan jika agregat dimasukkan ke dalam wadah tanpa efek pemadatan, maka metode ini
dinamakan metode shoveling.
Agregat beton yang berasal dari alam hasil pemecahan batu alam atau dari bahan buatan,
semuanya mempunyai berat isi kondisi padat (unit weight) tidak kurang dari 1,30 kg/dm³
(SKBI-1.4.53.1989 UDC : 693-Sekolah Dasar).

Berat satuan maksimum untuk agregat pada keadaan kering dan tampak dimampatkan
menurut ASTM-C330-80 adalah :
d. Agregat halus = 1.120 kg/m³
e. Agregat kasar = 880 kg/m³
f. Agregat halus + agregat kasar = 1.040 kg/m³

Perbedaan berat satuan antara agregat yang dipasarkan dan agregat yang diambil sebagai
contoh benda uji untuk memenuhi persyaratan tidak boleh lebih dari 10%.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan isi agregat, metode yang digunakan adalah :


1. Metode Rodding.
Metode ini dilakukan dengan mengisi alat ukur 1/3 bagiannya dengan agregat, lalu
ditumbuk dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali. Proses ini dilakukan juga pada
lapisan kedua dan ketiga sampai akhirnya penuh. Lalu diratakan dengan mistar
perata.
2. Metode Shovelling.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan agregat ke dalam alat ukur dengan cara
biasa (dituang) hingga penuh tanpa ditumbuk dan kemudian diratakan dengan mistar
perata.

Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.
2.1.3 Peralatan.
a. Oven pemanas.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
c. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
d. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm panjang 60 cm, yang diujungnya bulat
terbuat dari baja tahan karat.
e. Mistar perata.
f. Sendok.
g. Mould (cetakan) berbentuk silinder berkapasitas seperti Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas Silinder.

Tebal Minimum Ukuran Butir


Kapasitas Diameter
Tinggi (mm) Wadah (mm) Maksimum Agregat
(mm) (mm)
(mm)
Dasar Sisi

2.832 152.4 ± 2.5 154.4 ± 2.5 5.08 2.54 12.70

9.435 203.2 ± 2.5 292.1 ± 2.5 5.08 2.54 25.40

14.158 254.0 ± 2.5 279.4 ± 2.5 5.08 3.00 38.10

28.316 355.6 ± 2.5 284.4 ± 2.5 5.08 3.00 101.60


(Sumber : SNI 03-4804-1998 dan ASTM C 29-97).

2.1.4 Bahan Uji.


Bahan uji berupa agregat halus maupun kasar.

2.1.5 Prosedur Praktikum.


Memasukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas mould
(cetakan) sesuai daftar no.1. Mengeringkan agregat dengan oven dengan suhu (110 ±
5)˚C atau kondisi SSD sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1. Berat volume kondisi gembur.
a. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
b. Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir
dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh.
c. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Menghitung berat benda uji (W3 = W2-W1).\
2. Berat isi kondisi padat.
Untuk agregat ukuran butiran maksimum 38,10 mm (1,5’) dengan cara penusukan :
a. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
b. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapisan yang sama tebal. Setiap
lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditumbuk sebanyak 25 kali
secara merata.
c. Meratakan permukaan benda ujidengan menggunakan mistar perata.
d. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Menghitung berat benda uji (W3 = W2-W1).

2.1.6. Perhitungan.
 Berat isi agregat.
W3
Berat isi agregat = (kg/m³)
V
Keterangan :
V : Volume mould (dm³)
(Sumber : SNI 03-4804-1998)

 Volume mould (cetakan/wadah).


Diketahui : Jari jari mould = 0,0763 m
: Tinggi mould = 0,155 m
Maka :
Volume mould = Luas alas x tinggi
= π.r² x tinggi
= 3,14 . 0,0763² x 0,155
= 0,00283 m³ = 2,83 dm³ = 2,83 liter.

 Berat volume kondisi gembur.


 Sampel 1
W1 = 10,35 kg
W2 = 14,80 kg
W3 = W2-W1 = 4,45 kg.
W3 4,45
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.572,44 kg/m³ = 1,57244 kg/liter.

 Sampel 2
W1 = 10,35 kg
W2 = 15,00 kg
W3 = W2-W1 = 4,65 kg.
W3 4,6 5
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.643,11 kg/m³ = 1,64311 kg/liter.
 Berat isi kondisi padat.
 Sampel 1
W1 = 10,35 kg
W2 = 15,10 kg
W3 = W2-W1 = 4,75 kg.
W3 4,75
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.678,45 kg/m³ = 1,67845 kg/liter.

 Sampel 2
W1 = 10,35 kg
W2 = 15,10 kg
W3 = W2-W1 = 5,20 kg.
W3 4,75
Berat isi agregat =
V
= 0,00283
= 1.678,45 kg/m³ = 1,67845 kg/liter.

 Berat volume rata-rata kondisi gembur.


Berat volume rata-rata
Sampel 1+ Sampel 2
=
2
1,57244+1 , 64311
=
2
3,21555
= = 1,607775 kg/liter.
2

 Berat isi rata-rata kondisi padat.


Berat volume rata-rata
Sampel 1+ Sampel 2
=
2
1,67845+ 1,67845
=
2
3,3569
= = 1,67845 kg/liter.
2

2.1.7 Pembahasan.
Berat isi atau berat volume agregat merupakan perbandingan antara berat benda uji
dengan volume wadah (silinder).

2.1.8 Kesimpulan.
Dari data dan perhitungan hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapati data
untuk berat volume rata-rata kondisi gembur sebesar 1,607775 kg/liter, dan untuk berat isi
rata-rata kondisi padat sebesar 1,67845 kg/liter.
Maka berdasarkan SKBI -1.4.53.1989 UDC : 693 untuk berat isi padat tidak kurang dari
1,30 kg/liter, maka kami menarik kesimpulan bahwa agregat yang digunakan sebagai benda
uji memenuhi standar untuk digunakan sebagai agregat beton.
Besar kecilnya berat isi suatu agregat tergantung pada berat butiran agregat dan volume
agregat. Semakin besar berat butiran agregat, maka semakin besar pula berat isi agregat
tersebut, begitu juga sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat
butiran dan berbanding terbalik dengan berat volumenya.
TABEL ISIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS

Tgl. Percobaan : Sumber contoh :


Pelaksana : Untuk :

PENGUJIAN 1
PADAT GEMBUR
I. Volume wadah : 2,83 2,83 Liter
J. Berat wadah : 10,15 10,15 kg
K. Berat benda uji + wadah : 15,10 14,80 kg
L. Berat benda uji (C-B) : 4,75 4,45 kg
Berat Volume = D/A : 1,67845 1,57244 kg/liter

PENGUJIAN 2
PADAT GEMBUR
M.Volume wadah : 2,83 2,83 Liter
N. Berat wadah : 10,35 10,35 kg
O. Berat benda uji + wadah : 15,10 15,00 kg
P. Berat benda uji (C-B) : 4,75 4,65 kg
Berat Volume = D/A : 1,67845 1,64311 kg/liter

BERAT VOLUME RATA-RATA :


( D/ A)1+ ( D / A ) 2
KONDISI PADAT = = 1,67845 kg/liter
2
( D/ A)1+ ( D / A ) 2
KONDISI GEMBUR = = 1,60775 kg/liter
2

* Keterangan :
Tinggi Mould : 0,155 m
Diameter Mould : 0,1526 m

(Sumber : buku pedoman praktikum laboratorium teknologi bahan dan data hasil praktikum
kelompok 1)
Daftar Pustaka

 ASTM-C30-80 : berat satuan maksimum untuk agregat


 ASTM-C29-97 : standart test method for bulk density (“unit weight”) and voids in agregat
 Laboratorium Teknologi Bahan. 2013. Pedoman Pelaksanaan Praktikum. Pekanbaru :
Universitas Riau – Fakultas Teknik.
 SKBI-1.4.53.1989 UDC : 693
 SNI 03-4808-1998 : Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat. Bandung
: Badan Standarisasi Nasional.

You might also like