You are on page 1of 33

CRITICAL BOOK REPORT

(ANTROPOLOGI DAN BUDAYA)

DOSEN PENGAMPU :

Mirza Irawan, S.Pd.,M.Pd

OLEH:

AINNUR FITRIYA

(1203351004)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report pada mata kuliah Sosio
Antopologi. Saya juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya di dalam
menyelesaikan tugas Critical Book Report ini.

Tak ada gading yang tak retak. Tugas Critical Book Report ini pasti jauh dari
kesempurnaan, baik dalam format maupun isinya. Karena itu, dengan segala kerendahan hati dan
tangan terbuka, saya mengharapkan saran, kritik, masukan, tanggapan dan hal-hal lain dari
pembaca dan pemerhati yang bersifat membangun demi perbaikan tugas ini untuk seterusnya.
Semoga Critical Book Report ini memberikan manfaat bagi pembaca, akhir kata saya ucapkan
terimakasih.

Medan, 13 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi

BAB II RINGKASAN BUKU

BAB III PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah Yang Dikaji


B. Permasalahan Yang Dikaji
C. Metode Yang Digunakan
D. Analisis Critical Book Report

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. INFORMASI BIBLIOGRAFI
1) Judul : Antropologi dan Budaya
2) Penulis : I Gede A.B.Wiranata, S.H.,M.H
3) ISBN : 979-414-873-3
4) Penerbit : PT.Citra Aditya Bakti
5) Tahun Terbit : 2002
6) Cetakan : I (pertama)
7) Dimensi Buku : -
8) Tebal : i-xvi + 182 halaman
BAB II

RINGKASAN BUKU

BAB I. MENGENAL ANTROPOLOGI

A. Pengertian Antropologi

Antropologi berasal dari kata latin; anthropos yang berarti manusia dan logos atau akal.
Dengan begitu anthropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai
pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentu fisik, kepribadian,
masyarakat, serta kebudayaannya (Ariyono Suyono;1985).

Secara global dapat diungkapkan ruang lingkup ilmu ini sebagai berikut;

1. Antropologi fisik, mempelajari manusia dari sudut keanekawarnaan tubuhnya sehingga


disebut juga ilmu antropo-biologi.
2. Antropologi budaya, mempelajari manusia dari sudut keanekawarnaan tingkah laku dan
cara berfikirnya.

Selanjutnya, menurut Harsono(1984) antropologi fisik berkembang dalam bagian-bagian kajian


berupa:

1. Paleontologi primat
2. Evolusi manusia
3. Antrometri
4. Somatologi
5. Antropologi rasial
6. Studi perbandingan tentang pertumbuhan organic dan antropologi konstitusional.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi


1. Fase Pertama

Fase ini ada juga yang menyebutkan fase penemuan, ada juga yang menyatakan sebagai era
pencatatan/deskripsi tentang bangsa-bangsa dan laporan kisah-kisah perjalanan. Dalam rentang
waktu yang berlangsung hamper 4 abad lamanya, selama fase pertama ini sebagian besar
penduduk pribumi mulai mengalami proses dalam rentang waktu yang berlangsung hampir 4
abad lamanya, selama fase pertama ini sebagian besar penduduk pribumi mulai mengalami
proses perubahan mendasar akibat bersosialisasi dengan mereka. Pada masa ini misalnya
diketahui pelaksanaan pelayaran kapten cook. dia mengelilingi tanjung harapan dan terus
berlayar hingga sampai di selandia baru dilanjutkan pada tahun 1774 menemukan pulau
sandwich dan kaledonua baru dan bagian-bagian lain dari kepulauan polinesia. secara cermat
dituliskannya adat kebiasaan pribumi selandia baru dan Australia, dan mengumpulkan bahan-
bahan hasil pekerjaan tangan penduduk pribumi kain dari kulit kayu alat-alat senjata dan
sebagainya.

2. Fase kedua( pertengahan abad ke-19 )

Pada perkembangan fase kedua ini dimulai dengan pak penyusunan dan analisis bahan
etnografi pada fase pertama di atas. bahan-bahan yang tertuang dalam lukisan suku-suku bangsa
terutama di luar eropa telah menimbulkan kesadaran di kalangan terpelajar khususnya eropa
barat mengenai beraneka ragam ciri-ciri ras, bahasa, dan fenomena budaya umat manusia. pada
fase perkembangan kedua ini antropologi menjadi satu ilmu yang bersifat akademikal dengan
tujuan mempelajari manusia dan masyarakat serta kebudayaan yang primitif dengan maksud
untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. fase ketiga (permulaan abad ke-20)

Perkembangan pada fase ini sangat erat kaitanya dengan eksistensi kolonialisme-
imperialisme negara-negara eropa dan amerika serikat (walaupun negara ini bukan negara
kolonial italy berkuasa atas negara-negara bagian). oleh karena itu apabila ingin mengenal suatu
daerah hanya ada satu cara, yakni memahami dan mengenali tabiat serta sikap watak yang khas
dari suatu wilayah dan suku bangsa yang bersangkutan.

4. fase keempat (sesudah kira-kira 1930 )

Fase keempat sering juga disebut sebagai fase ilmiah antropologi, namun juga yang
menyebutkan nya sebagai ra pembaharuan dan penemuan ilmu antropologi yang sesungguhnya.
pada fase ini perkembangan ilmu antropologi dengan pesatnya. Beberapa hal yang menjadi sebab
ilmu ini berkembang sangat pesat, diantaranya :

a) bertambahnya koleksi bahan pengetahuan akibat dilakukan dengan cara yang jauh lebih
teliti
b) ketajaman metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian
c) timbulnya rasa anti pati terhadap kolonialisme khususnya sesudah perang dunia ke-2 usai
d) hilangnya bangsa-bangsa primitif dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari
pengaruh kebudayaan eropa amerika

C. Konsep, Teori, dan Metode Ilmiah Ilmu Antropologi

Studi tentang manusia merupakan studi yang relatif masih baru sifatnya sekitar 150 tahun
terakhir. untuk memperoleh hasil yang maksimal, ia yakin harus dimiliki suatu tatanan ilmiah
yang selama ini dilakukan oleh para ahli nya itu secara objektif dan sistematis melalui observasi
mendalam yang tidak bersifat memihak. Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah
jalan atau cara yang dipakai ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan dan
memperoleh kontruksi ilmiah berdasarkan postulat dan preposisi tertentu. kesatuan pengetahuan
dalam ilmu antropologi dicapai melalui:

1. Pengumpulan fakta

Melalui kegiatan pengumpulan data peneliti memperoleh pengetahuan tentang berbagai


kejadian, gejala dari suatu kebudayaan masyarakat untuk kemudian diolah. Dalam aktivitas
pengumpulan data ini berupa kegiatan observasi, mencatat mengolah dan melukiskan fakta yang
terjadi dalam masyarakat yang hidup. penelitian yang dilakukan tidak hanya terfokus pada satu
rangkaian kegiatan. proses pengolahan data dalam kegiatan ini meliputi fieldworks, yaitu
penelitian kasus di lapangan pengkajian dan penelaanhan di laboratorium serta penelitian
pustaka di perpustakaan.

2. penentuan ciri-ciri umum dan sistem

Dari data yang telah terkumpul dilakukan upaya pemilihan atas dasar spesifikasi ciri
khas masing-masing fakta yang ada. Pada penahapan ini dilakukan pencarian hubungan dan
keterkaitan secara sistematis masing-masing variabel dan kovariabel dapat penelitian. dengan
pernyataan-pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa akan diketahui hubungan-hubungan
yang mantap antara berbagai fakta dalam alam yang disebut kaidah-kaidah alam.

3. Verifikasi

Verifikasi merupakan metode pengujian dalam kenyataan terdiri dari cara-cara yang harus
menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan apa yang harus memperkuat pengertian yang telah
dicapai. metode yang dipergunakan cenderung bersifat kualitatif hal ini dilandasi suatu keinginan
mencoba memperkuat pengertian dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan beberapa
masyarakat yang hidup tetapi dengan cara meng khusus dan mendalam dengan pengkajian
masalah-masalah khusus tersebut yang kemudian diimbangi oleh ketajaman model penelitian dan
analisis datanya maka muncul ilmu ilmu bagian antropologi di antaranya sebagai berikut:

a. paleoantropologi
b. antropologi fisik antropologi fisik khusus
c. Etnolunguistik
d. prehistori
e. Etnologi

D. Berbagai Cabang Kajian Ilmu Antropologi

ilmu-ilmu bagian yang merupakan spesialisasi dari antropologi budaya:

1. Antropologi Ekonomi(pedesaan)

sub ilmu ini berusaha mencari pengertian tentang perilaku makhluk manusia dalam kaitanya
dengan pelaksanaan ekonomi di pedesaan.

2. Antropologi pendidikan

antropologi pendidikan ini erat hubungannya dengan pembangunan desa dan masyarakat. sub
antropologi yang mengkaji kecenderungan perilaku para terpelajar yang setelah tamat Mengapa
mereka inginkan kembali di desanya.
3. antropologi psikologi

antropologi psikologi menjembatani kajian kebudayaan dan kepribadian dalam menelaah suatu
kelompok suatu bangsa. kajiannya cenderung merupakan telaah gabungan antara ilmu psikologi
dan antropologi secara bersamaan.

4. Antropologi Polotik

kecenderungan perilaku politik masyarakat yang muncul, terlebih setelah reformasi dan
terbentuknya puluhan partai menjadi bahan kajian yang menarik.

5. Antropologi Hukum

antropologi hukum ini mengkaji tentang gejala pluralisme hukum yaitu sejauh mana berlakunya
hukum adat atau hukum kebiasaan sebagai hukum yang hidup di satu sisi dan Sisi Lain
keberlakuan hukum nasional dalam suatu negara.

6. Antropologi Kesehatan

gajian antropologi kesehatan mengarah pada manusia dan perilaku seputar masalah kesehatan.
Bagaimana perilaku masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan dengan pengobatan
tradisional, pelaksanaan Keluarga Berencana desa dan sebagainya.

E. Antropologi dan Ilmu-ilmu lain

1. Ilmu geologi dan antropologi


2. Ilmu paleontology dan antropologi
3. Ilmu anatomi dan antropologi
4. Ilmu kesehatan masyarakat dan anmtropologi
5. Ilmu psikiatri dan antropologi
6. Ilmu linguistic dan antropologi
7. Ilmu arkeologi dan antropologi
8. Ilmu sejarah dan antropologi
9. Ilmu administrasi dan antropologi
10. Ilmu politik dan antropologi
11. Ilmu geografi dan antropologi
12. Ilmu ekonomi dan antropologi
13. Ilmu hokum adat dan antropologi

F. Antropologi dan Perkembangannya di Berbagai Negara

Dari perkembangan sejarah ilmu antropologi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ini telah
mengalami rangkaian sejarah yang panjang. Hingga sekarang di berbagai Negara mengenal
istilah dan penyebutan tertentu untuk ilmu antropologi.

1. Ethnography
2. Ethnology
3. Volkerkunde
4. Kulturkunde
5. Anthropology
6. Cultural Anthropology
7. Social anthropology

G. Antropologi dan Perkembangannya Di Indonesia

Meskipun gambaran antropologi diberbagai Negara masih bercirikan penekanan kajian


secara khusus, di Indonesia tidaklah demikian halnya. Sebagai Negara yang sedang berkembang,
kita sedang mencari format akademik dari ilmu antropologi.

H. Sarana dan Prasarana Bantu Dalam Mengenal Antropologi

Selain museum, dalam kerangka pengkajian secara keilmuan terhadap ilmu antropologi,
maka perlu kita ketahui juga tentang berbagai sarana lain yang dibutuhkan beberapa dari sarana
tersebut adalah kamus antropologi, peta etnografi, dan bibliografi sosial budaya.

I. Manfaat Kajian Ilmu Antropologi

Secara umum sasaran kajian antropologi menyoroti konsep-konsep dan metode pendekatan yang
khas dengan maksud memperoleh pemahaman tentang manusia, perilaku dan kecenderungan
budaya, dan apakah yang menjadi latar belakang aneka budayanya itu.
J. Antropologi dan Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu ilmu yang sangat dekat hubungannya dengan ilmu
antropologi. Demikian dekatnya kedua ilmi ini sehingga sering orang tidak dapat membedakan
secara tegas yang mana antropologi dan mana sosiologi.
BAB II. MAKHLUK MANUSIA

A. Konsep Dasar Kajian Evolusi

Makhluk manusia, menjadi sasaran kajian ilmu antropologi selain perilaku budayanya. Dari
sudut biologi, ia merupakan salah satu makhluk lain termasuk didalamnya makhluk yang pernah
atau masih mendiami muka bumi ini.

Kajian tentang makhluk manusia dirasakan penting, terutama karena ingin ditelaah sejarah
perkembangan dan asal-usul dirinya. Meskipun tidak terlalu popular, pada abad ke-18
penyelidikan mengenai evolusi biologi telah menjadi ajang perdebatan para sarjana.

Secara sistematis, makhluk manusia diantara berbagai makhluk lain dapat digambarkan
sebagai berikut. Atas dasar kesamaan bahwa manusia menyusui terhadap anak keturunannya,
maka ia digolongkan kedalam kelompok makhluk mamalia. Dalam kelompok mamalia manusia
dikelompokkan Dallam 1 suku, yaitu primat. Dalam kelompok primat ini, manusia tergolong 1
suku dengan kata tersier dan gorilla. Primat dikelompokkan dalam subsuku prosimii dan
anthropoid (manusia termasuk didalamnya).

B. Evolusi Ciri-Ciri Biologi


1. Sumber ciri-ciri organisme fisik

Apabila diamati, tampak kepada kita bahwa sumber dari ciri-ciri evolusi biologi suatu
makhluk yang dapat menyebabkan perubahan itu terletak pada gen (inggrus= gene). gen
mengandung sel dan sel didalamnya terdapat kromosom (inggris= chromosomes). dalam
kromosom inilah terpusat kekuatan dengan berbagai struktur khas organisme suatu makhluk
hidup. masing-masing struktur akan menjadi pola tersendiri, tentang Bagaimana ciriluar maupun
ciri dalam suatu organisme.

2. Perubahan dalam proses keturunan

a. Proses mutasi

Proses mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme. suatu kondisi
penerus and keturunan yang telah berabad-abad lamanya, dalam penerusan keturunannya
terbentuk penyimpangan genetik dalam zigot nya. akibatnya, individu yang kemudian lahir
muncul dengan ciri tubuh yang berbeda dengan induknya. dan dalam proses penerusan keturunan
selanjutnya, makhluk baru ini beranak-pinak sehingga yang kemudian berkembang adalah
makhluk baru dengan ciri-ciri yang telah berubah dengan induknya.

b. Proses seleksi alamiah dan adaptasi

Seleksi dan adaptasi dalam berbagai tulisan populer disetarakan dengan the Survival of
the fittest. proses ini sebagaimana diuraikan dalam teori Charles Darwin, the Struggle for the life
mimi lah individu yang dapat bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya. dalam proses ini
frekuensi gen dengan sifat-sifat yang merugikan atau kurang dapat menyesuaikan diri menjadi
lebih kecil dan frekuensi gen dengan sifat sifat adaptif akan bertambah besar.

c. Proses menghilangnya gen secara kebetulan

Proses menghilangnya gen secara kebetulan juga dikenal dengan proses penyimpangan
genetis. proses ini terjadi pada suatu makhluk dan Memang benar-benar secara kebetulan belaka
(random genetic drift)

C. Evolusi Primat Manusia


1. Bentuk-bentuk manusia tertua

Dalam konsep antropologi makhluk demikian disebut missing-link. Ada sekurang-kurangnya


dua aliran yang mempertentangkan keberadaan missing-link ini, yaitu:

a. Konsep lama

Adalah anggapan seolah-olah bahwa missing-ling berada diantara kera dan manusia

b. Konsep baru
Konsep baru yang menganggap bukan lagi makhluk perantara yang hilang, tetapi ia
merupakan suatu mata rantai percabangan dengan asal mula makhluk induk yang sejenis.

Meskipun demikian, dibawah ini dikemukakan beberapa fosil yang sempat ditemukan dalam
berbagai bidang ekspedisi dan penggalian oleh para antropolog, baik yang berlokasi diluar
maupun di wilayah Indonesia.
a. Eoanthropus Dawsoni

Pada tahun 1910 di lingkungan tambang batu di Piltdown, Sussex, Inggris . ditermukan
bagian-bagian dar tempurung dan rahang bawah manusa. yang hampir lengkap. Akan tetapi,
bagian rahang fosil ini sangat mirp. dengan kera. Sesuai dengan nama penemunya, yaitu
Charles Dawson, makhluk ini dinamai Eoanthropus Dawsani (manusia fajar).

b. Australopithecus Africanus

Tahun 1924 Profesor Raymond Dart dari Universitas Witwatersrand di. Johanesburg
menemukan sebuah tempurung tengkorak binatang yang. berbeda dengan beberapa desain
fosil yang selama ini ditemukan. Didugal bentuk fosil ini adalah campuran antara ciri-cri kera
dan hominidae. Temuan ini diberi nama Australopithecus Atricanus atau kera Arika. Selatan
dan dipastikan telah berjalan secara tegak di atas 2 (dua) kak. Jenis lain yang juga ditemukan
di wilayah ini adalah Homo Rhodesiensis. dan Atricanthropus Njarasiensis.

c. Sinanthropus Pekinensis

Davidson Black seorang ahli anatomi dari Kanada yang mengajar di Union Medical
College di Peking tahun 1927 dan tahun 1936 dalam suatu gua yang dikenal Bukit Tulang
Naga dekat Choukoutien di sebelah barat Peking menemukan beberapa buah fosil. Nama
yang diberikan adalah. Sinanthropus Pekinensis yang berarti Orang Cina Peking. Dalam per-
kembangannya kemudian lebih dikenal Homo Erectus Cina. Meskipun ' tidak di tempat yang
sama, dalam lapisan bumi yang sama penerus . Black, yaitu Franz Wedenreich seorang
Yahudi pelarian dari Nazi Jerman selama 7 (tujuh) tahun penelitiannya secara lengkap
kemudian . berhasil menemukan 14 (empat belas) tulang tengkorak, dan 147 (seratus . empat
puluh tujuh) gigi, dari dugaan 32 (tiga puluh dua) individu makhluk manusia purba. Selain
itu, ditemukan juga beberapa bekas alat-alat batu, tulang serta bekas-bekas api.

d. Homo Heidelberg

Dr. Otto Schoetensach ahli imu geologi Universitas Heidelberg dalam penggaliannya
pada tahun 1907 menemukan sebuah tulang gerahamn d- dekat kota kecil Mauer. Meskipun
rahangnya relatif lebin besar, berdasar. kan anatomi rahang yang dirnilikinya, giginya mirip
gigi manusia.
e. Homo Neanderthalensis

Prof. Sollas dari Universitas Oxford di daerah Gibraltar tahun 1848 . nenemukan sebuah
tengkorak. Sejumlah tulang tengkorak atas, tulang lengan dan tulang kaki sejenis ditemukan
di sebuah gua dekat Dusseldorf di lembah Neanderthal. Berdasarkan struktur fisiknya,
temuan ini diberi nama Homo Neanderthalensis dan makhluk ini diduga memiliki proses |
avolusi yang sangat dekat dengan keluarga manusia modern (Homo Sapiens).

2. Organisme Manusia

Dalam perjalanan evolusinya, dalam kerangka mempertahankan kehidupannya, manusia juga


cenderung lebih mengandalkan adaptasi kultural daripada hanya semata-mata adaptasi biologis.
Telah dikemukakan diatas bahwa secara biologis dalam kecenderungannya hidup secara
berkelompok maka makhluk manusia dengan pemilikian alat biologisnya yang terbatas, terbantu
oleh kemampuan akal dan daya ciptanya. Otak manusia khususnya ternyata telah berevolusi
paling jauh dibandingkan dengan primat lain. Jadi, dengan kemampuan akalnya dia dapat
mengatasi berbagai keterbatasan alat biologisnya. Kemampuannya mengembangkan daya cipta
menghasilkan berbagai sistem yang dapat membantu dan menvambung keterbatasan
kemampuannya itu. Kebanyakan sikap dan perilaku kultural itu adalah hasil belajar atau
merupakan sesuatu yang diperolehnya selama proses kehidupannya.

Keseluruhan sistem yang dikembangkan dan disebut kebudayaan. meliputi:

a. Sistem perlambangan vokal atau bahasa,


b. Sistem pengetahuan,
c. Sistem organisasi sosial,
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
e. Sistem mata pencaharian hidup,
f. Sistem religi,
g. Sistem kesenian.
D. Aneka Warna Manusia

Tanda-tanda fisik yang digunakan untuk mengadakan klasifikasi ras ialah:

1. Bentuk badan
2. Bentuk hidung
3. Bentukair muka dan tulang rahang bawah
4. Bentuk kepala
5. Warna kulit, warna mata,
6. Bentuk rambut
E. Metode klasifikasi Ras Manusia
1. Ciri-ciri kualitatif
Misalnya warna kulit, bentuk rambut, hidung dan lain-lainnya.
2. Ciri-ciri kuantitatif
Misalnya beart badan, ukuran badan, indeks tengkorak,dan lain-lainnya.
BAB III. KEHIDUPAN KOLEKTIF

A. Ciri-Ciri kehidupan kolektif

Dari pengamatan sederhana terhadap kelompok makhluk-makhluk di muka bumi termasuk


juga manusia, terdapat suatu cirri kehidupan kolektif yang melekat seperti diuraikan dibah ini:

1. Adanya pembagian kerja yang tetap


2. Kebergantungan
3. Kerja sama
4. Komunikasi
5. Diskriminasi

B. Aneka Warna Bentuk kehidupan Kolektif

Adapun bentuk-bentuk kehidupan kolektif yang akhirnya akan menjadi unsure-umsur


pembentuk masyarakat, dapat dikemukakan dalam uraian dibawah ini:

1. Kategori sosial
2. Golongan sosial
3. Komunitas
4. Kelompok dan perkumpulan
5. Masyarakat

C. Konsep Pranata dan Lembaga

Berbagai pranata yang ada dalam masyarakat, pada dasarnya dapat dfigolongkan dalam
beberapa golongan sebagai berikut(koentjaraningrat:1986):

1. Kinship (domestic institutions)


2. Economic institutions
3. Educational institutions
4. Scientific institutions
5. Aesthetic and Recreational institutions
6. Religious institutions
7. Political institutions
8. Somatic institutions

D. Pranata, Kedudukan, dan Peranan

Telah dikemukakan diatas bahwa pranata-pranata dalam masyarakat terdiri dari suatu
kompleks tindakan berinteraksi yang menyebabkan terwujudnya pola sosial dalam masyarakat.
Sebagai bpelaku aktivitas biasanya menganggap dirinya berada dalam suatu kedudukan sosial
tertentu, yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-norma yang menata seluruh tindakan
tadi.

E. Pimpinan Masyarakat

Pengembangan unsur akal dan naluri manusia telah memberikan kemungkinan


pengembangan pengelolaan dalam kelompok didasarkan atas beban hak, kewajiban, dan
tanggung jawab.

Melekatnya unsure yang esensial ini memunculkan konsep kepemimpinan di dalam


kelompok dengan berbagai konsekuensi dan kewenangannya. Semakin besar kelompok, maka
mekanisme kepemimpinan dan permasalahan yang dihadapi semakin kompleks.

1. Pimpinan masyarakat kecil


2. Pimpinan masyarakat sedang
3. Pimpinan masyarakat masa kini
BAB IV. KEPRIBADIAN DAN KEBUDAYAAN

A. Unsur-Unsur Kepribadian
1. Pengetahuan

Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya. Banyak hal yang dia peroleh, alami dan temukan dalam proses
kesehatriannya. Perolehan “pengetahuan” ini akan dicoba untuk diproyeksikan ke dalam otak
melalui beberapa factor pendukung/penghambat serta situasional yang ada.

2. Fantasi

Fantasi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda dari aslinya. Ada
kemungkinan penggambaran jenis ini sulit diterima nalar karena demikian kuatnya daya khayal.

3. Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang katrrena pengaruh
pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negative.

Unsure perasaan meliputi:

a. Kehendak
b. Keinginan
c. Emosi

4. Dorongan naluri

Dorongan naluri adalaah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap makhluk
manusia. Hal ini tidak lagi timbul karena pengaruh pengetahuan, tetapi telah terkandung dalam
organismenya, khususnya dalam gen sebagai dorongan naluri. Para ahli menyimpulkan
sekurang-kurangnya dorongan naluri meliputi beberapa jenis:

a. Dorongan untuk mempertahankan hidup


b. Dorongan seks
c. Dorongan untuk mencari makan
d. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame
e. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
f. Dorongan untuk berbakti
g. Dorongan akan keindahan (dalam arti bentuk, warna, suara,gerak)

B. Aneka Warna Kepribadian

Diatas telah dikemukakan bahwa pada individu manusia terdapat beraneka warna materi
yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak serta keinginan kepribadian
serta aneka pola hubungan sosial di antara pendukung kehidupan kolektif. Perbedaan mendasar
ini membawa akibat bahwa tiapindividu manusia itu akhirnya memiliki kepribadian yang
berbeda. Selain dipengaruhi oleh factor kebiasaan, juga dipengaruhi berbagai situasi dan kondisi
di sekitarnya.

C. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu buddhayah, bentukn jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan adalah “hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”. Dalam bahasa latin makna ini sama dengan colore yang berarti mengolah,
mengerjakan, terutama menyangkut tanah. Konsep tersebut lambat laun berkembang menjadi
segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.

Dari sekian banyak pemikiran para ahli tentang apakah sesungguhnya kebudayaan itu, secara
umum inti pengertian kebudayaan:

1. Bahwa kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beraneka ragam
2. Bahwa kebudayaan itu di dapat dan diteruskan secara sosial melalui proses pembelajaran
3. Bahwa kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologis, sosiologis dan psikologis dari
eksistensi manusia
4. Bahwa kebudayaan itu berstruktur
5. Bahwa kebudayaan itu memuat beberapa struktur
6. Bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis
7. Bahwa nilai kebudayaan itu bersifat relative
D. Evolusi Manusia dan Perkembangan Budaya

Kajian evolusi masyarakat dan perubahan sosial kebudayaan kemudian sangat


mempengaruhi teori K. Marx mengenai evolusi masyarakat evolusi masyarakat dan tingkat
perkembangan susunan ekonomi dan system kelas sosial dalam masyarakat manusia. Meskipun
kemudiaan diikuti oleh berbagai kalangan dalam membahas evolusi sosial dan budaya, namun
tampaknya ada semacam kesepakatan penggolongan tingkat-tingkat evolusi ini, yaitu suku
bangsa yang sangat maju evolusinya, setelah maju dan masyarakatyang sangat jauh
ketertinggalannya dalam evolusi sebagaimana diuraikan koentjaraningrat (1986) sebagai berikut:

1. Zaman liar tua


2. Zaman liar madya
3. Zaman liar muda
4. Zaman barnar tua
5. Zaman barbar madya
6. Zaman barbar muda
7. Zaman peradaban purba
8. Zaman peradaban masa kini

E. Wujud Kebudayaan
1. Ideas

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan.
Silat ini sesuai dengan wujud dasarnya masih merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat
digambarkan secara nyata. Sebagian masih berupa kerangka pemkiran. dalam otaknya. Sebagian
lain dari padanya berupa kerangka per- laku yang ideal, yang memberikan corak dan jiwa serta
tatanan kehidupan yang serasi, seimbang dan selaras. Sistem demikian in tidak lain berupa
tatanan norma ideal, pada beberapa masyarakat disebut sebagai adat atau adat-istiadat, bersifat
umum, dan turun temurun. Apabila dilanggar, akan menimbulkan suatu rasa yang . tidak enak
pada benaknya. Kalangan antropolog dan sosiolog menyebutnya sebagai sistem budaya atau
cultural system.
2. Activities

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindak- an berpola dari manusia
dalam masyarakat. Termasuk dalam kate- gori ini adalah tatanan manusia dalam hidup
bersosialisasi dan ber. komunikasi, serta bergaul di antara sesamanya. Berbeda dengan. sistem
budaya, wujud kebudayaan berpola ini sangat gampang di- lihat bahkan dapat didokumentasikan
karena ia tampak nyata . dalam perilaku.

3. Artifacts

Wuiud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini lebih
konkret lag dan cenderung tidak memerlukan penjelasan apa pun. Benda hasil kerajinan
misalnya, dapat dirasa, disentuh dan difoto.

F. Kerangka Variasi Sistem Nilai Budaya

Tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu senantiasa mengenal 5 (lima) masalah
dasar dalam kehidupan manusia. C. Kluckhon dan F. Kluckohn sepasang suami istri mengkaji
secara tekun tentang hal ini. Uraiannya diawali dari analisis mendalam pada sekelompok orang .
Amerika Serikat kulit bule dari Texas, Amerika Serikat keturunan Spanyol. orang Indian suku
Navaho dan suku bangsa Pueblo Hopi. Dalam kesimpulannya ia sampai pada suatu kerangka
variasi sistem nilai budaya. (C. Nuckhon dan F Kluckohn: 1961) yang meliputi:

1. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MH)


2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK)
3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)
4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (MA)
5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesama (MM).

G. Adat-Istiadat, Norma, dan Hukum

Ada norma yang sangat berat dan menentukan keberadaan kelompok dan tatanan kehidupan
ideal sehingga layak dikenakan sanksi yang berat, sementara ada tatanan yang tidak terlalu
mendasar sehingga sanksinya pun tidak terlau berat. Dengam demikian, kalau terjadi
pelanggaran, tidak akan berakibat fatal. W.GF Summer (koentjaraningrat: 1986) membedakan
atas:

1. Mores
Mores adalah adat istiadat dalam arti khusus, yang apabila dilanggar, sanksinya berat
2. Folkways
Folkways adalah adat istiadat biasa, tata cara, yang apabila dilanggar hanya menjadi
bahan tertawaan, ejekan, dan celaan, serta gunjingan sesaat oleh masyarakat di
sekitarnya.
BAB V. PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

A. Proses Difusi/Penyebaran Kebudayaan

Proses penyebaran kebudayaan merupakan rangkaian proses penyebaran (imigrasi) manusia


sebagai pendukung budaya. Proses ini ada yang berlangsung secara cepat, tetapi ada juga secara
lambat. Keberadaan manusia dari segi jumlah yang kian berkembang biak harus dimaklumi
sebagai faktor pendukung perlunya lahan hunian yang kian bertambah.

Franz Boas seorang ahli antropologi Amerika Serikat keturunan Jerman. secara tekun
meneliti proses difusi ini. Proses sosial penyebaran manusia dan perilakunya disebabkan oleh
beberapa hal, di antaranya melalui:

1. Symbiotic

Salah satu bentuk persebaran penduduk adalah melalui pertomuan antara individu yang
berbeda kelompok, misalnya melalui pertemu an ekonomi. Unsur-unsur kebudayaan asing secara
tidak sengaja atau dipaksa turut serta bersama datangnya para pedagang. Masuknya kebudayaan
Hindu di antaranya karena masuknya pedagang Hindia dan Gujarat. Pengaruh lainnya adalah
kebudayaan tembikar dan keramik yang di negara mereka sudah sangat maju. Lambat laun
penduduk asli di sekitar pelabuhan dan pantai memiliki keterampilan baru, yaitu membuat
gerabah dan keramik.

2. Penetration Pasifique

Pemasukan/penerobosan secara damai (salah satunya oleh misionaris agama). Meskipun


masuknya melalui para pedagang dapat dinyatakan secara damai, namun ada hal prinsip yang
membedakan dengan pola oleh para misionaris, yaitu bahwa ada unsur kesengajaan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh para pedagang itu.

3. Stimulus Diffusion

Difusi meliputi suatu wilayah yang luas biasanya teriadi melalui serangkaian pertemuan
antara sejumlah suku bangsa. Bentuknya dapat berupa perang antarsuku, faktor alam berupa
musibah banjir, gunung meletus dan sebagainya. Arah proses ini diqambarkan dalam diagram di
bawah ini (Koentjaraningrat: 1997).
B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Dalam keterbatasan biologis, sejak berjalannya proses evolusi yang ternyata berjalan sangat
lambat, manusia telah mengembangkan proses pembelajarannya melalui pengembangan
beberapa system, seperti:

1. System perkembangan vocal atau bahasa


2. System pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. System peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. System religi
7. Kesenian

Dalam kerangka proses-proses pembelajaran itu,n di antaranuya adalah proses belajar


kebudayaaan sendi yang meliputi:

1. Proses Internalisasi

Proses internalisasi berlangsung sepanjang hidup individu sejak dilahirkan sampai hampir
meninggal untuk mengolah segala persaan, hasrat, nafsu dan emosi yang kemudian membentuk
kepribadiannya.

2. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi adalah proses sosial dimana seorang individu menerima pengaruh, peranan,
tindakan orang-orang disekitarnya,seperti kakak. Adik, paman, pembantu, dan lain-lain.

3. Proses Enkulturasi/ Pembudayaan

Proses enkulturasi adalah proses sosial dimana individu belajar menyesuaikan diri dan alam
pikiran serta sikapnya terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam
lingkungan masyarakatnya.
C. Proses Pengenalan Kebudayaan Asing
1. Akulturasi

Adapun kerangka terbesar permasalahan dalam bidang akulturasi berdasarkan analisis tokoh-
tokoh ini meliputi 5 (lima) hal mendasar (koentjaraningrat: 1997) berupa:

a. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan


suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat
b. Masalah mengenai unsu-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima dan unsure-unsur
kebudayaan asing yang sukar diterima oleh masyarakat penerima
c. Masalah mengenai unsure-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau di ubah dan
unsu-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsure-unsur kebudayaan
asing
d. Masalah mengenai individu-individu apa yang mudah dan cepat menerima, dan individu-
individu apa yang sukar dan lambatmenerima unsur-unsur kebudayaan asing
e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangandan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai
akulturasi

2. Asimilasi

Proses asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila terdapat:

a. Kelompok-kelompok manusia dengan suatu latar belakang kebudayaan yang berbeda


b. Kelompok manusia ini saling bergaul langsung secara intensif serta dalam waktu yang
lama
c. Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masing-masing berubah watak khasnya dan
unsure-unsur kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan suatu watak
kebudayaan yang baru/campuran.

Pada dasarnya asimilasi hanya akan bejalan secara baik manakala ada sikap toleransi dan
simpati antarmasyarakat pendatang dengan penduduk asli. Di sana sisi factor penghambat
asimilasi diantaranya berupa:
a. Kurangnya pengetahuan terhadap unsure kebudayaan yang dihadapi (dapat) bersumber
dari pendatang ataupun penduduk asli
b. Sikap takut terhadap kebudayaan yang dihadapi
c. Perasaan ego dan superioritasyang ada pada individu dari suatu kebudayaan terhadap
kelompok lain.

Sebaliknya, factor yang memudahkan asimilasi dalam masyarakat adalah

a. Factor toleransi
b. Faktor kemanfaatan timbal-balik
c. Factor simpati
d. Factor perkawinan campuran

D. Proses Pembaruan

Proses inovasi dapat digolongkan dalam bentuk:

1. Discovery
Proses ini adalah penemuan dari unsure kebudayaan yang baru berupa gagasan individu
ataupun kolektif
2. Invention
Proses ini merupakan tindak lanjut berupa pengakuan, penerimaan dan penerapan proses
discovery oleh masyarakat
BAB VI. ANTROPOLOGI DAN MODERNISASI

A. Pemahaman Terhadap Masa Lalu Yang Hilang

Dalam kajian ilmu bangsa-bangsa sengaja dari kelompok atau masyarakat etnis yang
dianggap merintangi kemajuan tatanan masyarakat baru, sehingga terdapat kecenderungan
pembenahan tatanan nilai berupa:

1. Nilai yang menunjang pembangunan


2. Nilai yang menunjang pembangunan , bila telah disesuaikan dan diharmonisir
3. Nilai yang menghambat pembangunan, tetapi akan berubah dan hilang dengan sendirinya
4. Nilai yang secara defenitif menghambat pembangunan oleh karena itu harus dihapuskan
dengan segera.

B. Antropologi, Pembangunan Masyarakat dan Lahirnya masyarakat Modern

Penajaman kajian ilmu dan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan konkret dalam
masyarakat yang tidak semata-mata mempergunakan keyakinan mitologi dan teologi, memasuki
abad pertengahan cara pandang ini berubah. Keyakinan mulai didasarkan atas kebenaran yang
hakiki. Untuk mempermudah pemahaman yang demikian itu, maka dilakukan berbagai
penelitian dan analisis sehingga abad pertengahan berubah menuju abad modern, menimbulkan
berbagai lembaga masyarakat, diantaranya:

1. Mulai timbulnya ilmu pengetahuan yang modern


2. Timbulnya proses kedaulatan atas Negara yang bersifat mandiri
3. Timbulnya Negara-negara nasional yang berdaulat
4. Terpisahnya antar Negara dan gereja secara tegas
5. Timbul cara produksi yang kapitalis
6. Prinsip perwakilan dalam lembaga masyarakat dan politik
7. Mulai timbulnya kelompok-kelompok elit “borjuis”

Modernisasi dalam konteks ilmu sosial memiliki 2 (dua) efek praktis. Efek-efek ini
diantaranya dapat bersifat:
1. Konservatif
Efek yang bersifat masih mempertahankan prinsip dan tujuan lama dengan suatu
penyesuaian dengan tatanan baru sehingga terjadi kompromistis antara konsep lama dan
konsep baru.
2. Revolusioner
Efek yang bersifat prontal dengan mengikis habis tatanan lama dan mengganti dengan
sesuatu produk yang baru.

C. Antropologi dan Lapangan Kerja

Sebagian besar pengkaji ilmu antropologi pada awal perkembangan ilmu ini masih terbatas
sebagai pengkajji ilmu murni, sebagian lagi diantaranya sebagai pengurus lembaga akademikatau
pumpinan fakultas. Meskipun kesadaran baru telah muncul khususnya pada fase perkembangan
ilmu antopologi fase III dan fase IV pada abad ke-19.

Sir Edward B. Tylor misalnya dan L.H. Morgan adalah sebagian nama yang mulai
mengaplikasikan kajian antropologi dalam penanganan masalah sosial. Keberhasilan p[erjuangan
membantu orang-orang Indian senecamemperoleh kembali hak atas tanah mereka ini adalah
salah satu bukti bahwa antropologi dan pengkajiannya bukanlah ilmu yang terkungkung oleh
realitas ilmiah semata-mata.

D. Antropologi dan Umat Manusia

Harmonisasi kehidupan antarmanusian tidak terletak pada teori dan analisis sosial semata-mata,
namun lebih pada bagaimana manusia itu sendiri dan sosialisasi hubungannya sebagai makhluk
sosial dengan sesamanya. Akhlak dan ilmu harus didepankan untuk memecahkan berbagai
persoalan yang ada. Ilmu antropologi dapat dipergunakan member sumbangan praktis dalam
memecahkan berbagai persoalan hubungan interrelasi, baik persoalan dalam hubungan sosial
antarmanusia maupun berbagai suku bangsa di muka bumi.
BAB III

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH YANG DIKAJI

Banyak ilmu yang membahas dan mengkaji tentang manusia. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya
biologi, anatomi, fisiologi, sosiologi, dan sebagainya. Kalu anatomi dan fisiologi mempelajari
manusia sebagai organism biologi, ilmu sosial memusatkan perhatiannya pada bentuk-bentuk
yang khas dari hubungan antarmanusia, dan humaniora lainnya mengkaji puncak-puncak
keberhasilan kebudayaan, maka ilmu antropologi melihat kajian keilmuan terhadap manusia
secara menyeluruh dan terintegrasi (holistic). Perspektif yang luas dan unik ini merupakan sarana
yang amat baik bagi para antropolog untuk menelaah sesuatu yang begitu halus yang disebut
sifat manusia.

B. MASALAH YANG DIKAJI

Adapun masalah yang dikaji pada buku ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian antropologi
2. Sejarah perkembangan antropologi
3. Cabang kajian ilmu antropologi
4. Metode klasifikasi ras manusia
5. Aneka warna bentuk kehidupan kolektif
6. Unsure-unsur kepribadian
7. Adat istiadat, norma, dan hukum
8. Antropologi dan modernisasi

C. METODE YANG DIGUNAKAN

Metode yang digunakan pada buku ini adalah dengan cara mengumpulkan pendapat-
pendapat para ahli yang telah teruji, dan penelitian yang telah dilakukan pada waktu itu.
Sehingga dalam buku ini lebih konkret dan jelas.
D. ANALISIS CRITICAL BOOK REPORT
1. Kelebihan buku

Adapun kelebihan dari buku ini adalah sebagai berikut:

a. Salah satu kelebihan yang dimiliki buku ini terdapat pada system penggunaan kalimat
yang mudah dipahami oleh pembaca, sehingga mempermudah pembaca dalam
memahami isi buku ini.
b. Buku ini menggunakan rangkuman pada setiap bab pembahasan, sehingga membantu
pembaca dalam memahami isi buku.
c. Buku ini disusun dengan mencantumkan latihan-latihan soal pada setiap bab
pembahasan, latihan soal ini berfungsi untuk melati sejauh mana pembaca memahami isi
buku.

2. Kekurangan buku

Adapun kekurangan dari buku ini adalah sebagai berikut:

a. Salah satu kekurangan buku ini adalah tidak ada ketertarikan pada gambar yang
dicantumkan pada buku, ini disebabkan oleh gambar gambar yang tidak berwarna.
b. Sampul buku ini kurang menarik, sehingga tidak ada niat pembaca dalma membaca buki
ini
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji umat manusia sebagai makhluk
masyarakat. Perhatiannya terutama ditujukan kepada sifat khas ragawi, cara produksi, trades dan
nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup lainnya. Dengan demikian dari pandang ilmu
antropologi, manusia dipandang dari sisi manusia sebagai makhluk primat (biologi) dan manusia
sebagai makhluk sosio-budaya.

Antropologi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan dari berbagai disiplin
ilmu lainnya. Keterkaitan hubungan antara antropologi dangan ilmu-ilmu lainnya itu justru
semakin memperkaya khasanah kajian bahkan pada akhirnya memperkembangkan ilmu
antropologi kedalam berbagai cabang ilmu baru.

B. SARAN

Dalam penyusunan tugas Critical Book Report ini, saya menyadari bahwa masih banyak
kesalahan baik dalam penyampaian ataupun dalam format penulisan. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terutama pembaca dalam tugas-tugas
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wiranata, I Gede A.B.2002.Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

You might also like