You are on page 1of 45

PROPOSAL

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS XI MA AL-
ANSHOR AMBON

DISUSUN OLEH :

SAPIA USEMAHU
NPM : 2015 13 202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM
AMBON
2021

i
LEMBARAN PENGESAHAN

MENINGKATAKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI
HUKUM NEWTON KELAS XI MA AL-ANSHOR AMBON.

SAPIA USEMAHU
NPM : 2015 13 202

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I serta diketahui

oleh ketua Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Darussalam Ambon untuk diSeminarkan

Menyetujui

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Randi H. Latukau, S.Pd, M.Pd Rizky Fatmalasari. L, S.Pd, M.Pd

Mengetahui
Ketua Program Studi

Randi H Latukau, S.Pd, M.Pd


NIP: 1126039101

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul: Meningkatkan

keaktifan belajar siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada

Materi Hukum Newton Kelas XI MA Al-Anshor Ambon” Skripsi ini dibuat

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Strata-1

Program Studi Pendidikan Fisika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Darussalam Ambon. Penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari

sempurna dimana masih banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis

berharap adanya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan proposal ini. Penulis

juga sangat berharap proposal ini menjadi berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila

terdapat kata-kata yang salah ataupun yang kurang berkenan.

Ambon, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LATARBELAKANG MASALAH..............................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................7
1.3 TUJUAN PENELITIAN..............................................................................7
1.4 IDENTIFIKASI MASALAH.......................................................................7
1.5 MANFAAT PENELITIAN..........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1 TEORI DAN KONSEP................................................................................9
2.1.1.PENGERTIAN KEAKTIFAN..................................................................9
2.1.2.KLASIFIKASI KEAKTIFAN................................................................10
2.1.3.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN…….11
2.1.4.KEAKTIFAN SISWA…………………………………………………12
2.1.5.PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)………………….15
2.1.6.HUKUM NEWTON…………………………………………………...21
2.1.7.KERANGKA BERPIKIR……………………………………………...27
2.1.8.HIPOTESIS PENELITIAN………………………………………........28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................29
3.1.........................................................................................................................JENIS PENELITI
3.2.........................................................................................................................LOKASI DAN W
3.3.........................................................................................................................SUBYEK PENEL
3.4.........................................................................................................................RANCANGAN T
3.4.1.PERENCANAAN...................................................................................31
3.4.2.PELAKSANAAN TINDAKAN.............................................................31
3.4.3.OBSERVASI...........................................................................................32
3.4.4.REFLEKSI..............................................................................................32
3.4.5.SUMBER DATA....................................................................................35

iv
3.4.6.TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................35
3.4.7.TEKNIK ANALISA DATA...................................................................37
3.4.8.KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN........................................39
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan Pembukaan UUD,

batang tubuh konstitusi itu diantaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 ayat (1), Pasal 31,

dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahankan dan

menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin

perkembangan serta kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan

adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.(UU no. 20 Tahun 2003).

Rendahnya prestasi belajar disebabkan karena keaktifan dalam pembelajaran

sangat rendah. Peserta didik jarang sekali mengajukan pertanyaan walaupun guru

telah memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya. Selain itu, keaktifan

peserta didik untuk mengemukakan pendapat juga masih kurang, dan kurang

1
keberanian peserta didik untuk mengerjakan soal didepan kelas. Hal tersebut

membuat sebagian besar peserta didiknya menjadi pasif dan prestasi belajar peserta

didik rendah rendah.

Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sangatlah penting karena

pembelajaran tidak hanya tentang pengetahuan dari guru ke peserta didik tetapi juga

menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik aktif belajar untuk

meningkatkan perubahan tingkah laku. Dalam proses pembelajaran sering kali peserta

didik terlihat kesulitan dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Peserta

didik merasa mampu dan kesulitan mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru.

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti giat (bekerja atau

berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana peserta

didik dapat aktif.

Menurut Sardiman (2011:100) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik

maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan peserta didik yaitu,

suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. mereka

secara aktif menggunakan otak mereka baik untuk menemukan ide pokok dari materi

pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang di berikan oleh

guru dalam mata pelajaran yang disajikan. keaktifan peserta didik dimaksudkan untuk

mengoktimalkan pengguna semua potensi yang dimiiki oleh peserta didik, sehingga

semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan

karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, keaktifan peserta didik juga

2
dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik atau anak didik agar tetap

tertujuh pada proses pembelajaran.

Menurut Abidin (2014:16) model pembelajaran Berbasis masalah (problem

based learning) adalah merupakan model pembelajaran yang menyediakan

penggalaman otentik yang mendorong peserta didik untuk belajar aktif,

mengkonstruksi pengetahuan dan mengintegrasikan konteks belajar dikehidupan

nyata secara alamiah.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah pengem

bangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang

masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang

penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi

belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya

menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan

yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fisika bagian dari ilmu alam pada hakekatnya adalah belajar yang berkenaan

dengan ide-ide, struktur yang diatur menurut urutan logis. Belajar fisika adalah

bernalar, mengaitkan simbol, menghubungkan struktur-struktur untuk mendapatkan

suatu pengertian dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki dalam situasi

yang nyata dan dibuktikan kebenaran. Kondisi semacam inilah yang dikehendaki oleh

kurikulum saat ini yang lebih mengutamakan dan mendukung kreativitas peserta

didik. Kemampuan kreativitas dalam kegiatan belajar fisika peserta didik yang

menjadi pusat kegiatan atau subjek belajar dan guru bukan satu-satunya sumber

3
belajar namun lebih memberi ruang kepada peserta didik untuk lebih aktif selama

proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Proses belajar mengajar fisika disekolah secara umum terjadi hanya sebagai

transfer pengetahuan, sehingga tujuan utama pendidikan seperti penguasaan konsep

dan pembentukan sikap ilmiah kurang dapat terbentuk dalam diri anak didik. Untuk

mencapai tujuan tersebut, seorang guru seharusnya menggunakan metode pengajaran

yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran (peserta didik dan materi pelajaran),

karena metode mengajar akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan

pembelajaran. Oleh sebab itu guru seharusnya memilih dan melaksanakan teknik-

teknik mengajar yang tepat sehingga hasil pengajaran dapat dicapai seoptimal

mungkin.

Menurut Hudoyo (1998: 6) dan Nining Setyowati, dkk (2016: 26), faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya proses belajar dan mengajar adalah:

Peserta didik, pengajar atau guru, sarana dan prasarana, dan penilaian. Pada

kenyataannya masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini

bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal . Secara khusus kesulitan

yang di alami peserta didik dalam belajar antara lain; kesulitan dalam penguasan

konsep, kesulitan dalam belajar, dan menggunakan prinsip, kesulitan memecahkan

soal berbentuk verbal dan kesulitan dalam melakukan perhitungan. Hal ini

menimbulkan ketidak aktifan mengerjakan tugas.

Keaktifan belajar merupakan kegiatan perubahan diri individu baik tingkah

laku maupun kepribadian yang bersifat kecapaian, sikap, kebiasan, kepandaian yang

bersifat konstan dan berbekas.

4
Menurut Ayu (2017:03) mengatakan bahwa keaktifan belajar peserta didik

dapat dilihat dalam beberapa hal:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya pada peserta didik lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya.

4. Berusaha mencari berbagai informasi yangh diperlukan untuk memecahkan

masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk ghuru.

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7. Menggunakan dan menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan

tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Hal ini menunjukan bahwa kualitas keaktifan peserta didik di dalam

mengerjakan tugas masih kurang optimal, terlihat dari jumlah peserta didik yang

mengumpulkan tugas. Kendala yang dialami oleh guru dalam proses pembelajaran

yaitu peserta didik yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajarana,

disebabkan karena peserta didik sudah tanamkan dari awal pemikiran bahwa materi

fisika yang berupa hitungan itu sangatlah susah sehingga kondisi didalam kelas

peserta didik lebih sibuk untuk berbicara dengan teman sebangku, melamun, dan

tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar Kurangnya keaktifan peserta didik

dalam proses pembelajaran tidak hanya akibat dari kesalahan peserta didik saja,

melainkan dapat dilihat juga dari cara guru kelas itu mengajar, seperti:

5
 kurang keaktifan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

 cara guru menyampaikan materi pelajaran masih berjalan satu arah,

guru menjadi pusat kegiatan (teacher centher learning).

 saat proses pembelajaran guru terlalu monoton dalam menyampaikan

materi kepada peserta didik.

 saat memberikan tugas, guru hanya sekedar memberikan tanpa

memperhatikan peserta didiknya

Untuk menciptakan keaktifan belajar dalam ruangan kelas harus ada kerja

sama antara seorang guru, peserta didik dan juga orang tua agar proses belajar

mengajar berjalan dengan baik, Dalam proses belajar mengajar keaktifan peserta

didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatiakn oleh seorang

pendidik. Secara kreativitas guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keaktifan belajar peserta didik, karena dengan kreativitas guru dapat menciptakan

pembelajaran yang lebih aktif, dinamis, tidak menoton dan menjenuhkan sehingga

peserta didik akan lebih bersemangat dan senang untuk menerima pembelajaran.

Selain itu interaksi teman sebaya juga dapat mempengaruhi keaktifan belajar peserta

didik dalam ruangan kelas dengan adanya interaksi teman sebaya yang baik di

sekolah yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar didalam kelas maupun diluar

kelas, maka dapat menumbuhkan motivasi belajar yang dapat meningkatkan

keaktifan dan keefektifan belajar peserta didik. Keaktifan siswa meningkat dengan

adanya guru yang kreatif dan interaksi teman sebaya yang baik meskipun diantara

6
para peserta didik masih ada yang pasif dan kurang serius dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Oleh karena itu berdasarkan fenomena dan Gejela-gejala di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Meningkatkan Keaktifan BelajarSsiswa

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Hukum Newton Kelas

XI MA Al-Anshor Ambon”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta

didik pada materi Hukum Newton kelas XI MA Al-Anhsor Ambon.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka penelitian ini

bertujuan untuk Meningkatan keaktifan belajar peserta didik dengan menggunakan

model pembelajaran problem based learning pada materi hukum newton kelas XI MA

Al-Anhsor Ambon.

1.4. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Guru kurang dalam menggunakan model pembelajaran yang menarik perhatian dan

pemahaman peserta didik saat pembelajaran.

2. Guru kurang memperhatikan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran,

sehingga peserta didik dalam proses pembelajaran banyak bermain-main dan

menggangu teman sebangkunya.

7
1.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Bagi Peneliti, dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya yang lebih

mendalam.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan

meningkatkan mutu dan kualitas dalam proses pembelajaran baik sekarang

maupun yang akan datang

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peserta Didik

Untuk menumbuhkan keaktifan dan meningkatkan prestasi belajar peserta

didik.

b. Bagi Tenaga Pendidik

1) Sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan guru.

2) Untuk memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan pikiran atau memperbaiki pembelajarn agar

menjadi lebih baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEORI DAN KONSEP

2.1.1 Pengertian Keaktifan

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti giat. Aktivitas

peserta didik pada saat proses pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru, agar

proses belajar mengajar yang ditempuh mendapatkan hasil yang maksimal.

Sardiman (2011: 100) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan.

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan

kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan

belajar peserta didik merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses

pembelajaran.belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik

aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan

anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktifitas psikis

(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak

berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman

9
atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha).

Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, dengan

bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun

teknik.

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan

segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik peserta didik dalam proses

kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas

menjadi kondusif.

2.1.2 Klasifikasi Keaktifan

Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh peserta didik disekolah.

Aktifitas peserta didik tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim

terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana

keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana

(2013: 61) menyatakan keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya kepada peserta didik lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

10
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan keaktifan peserta didik dapat

dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan,

berdiskusi, kesiapan peserta didik, bertanya, keberanian peserta didik, mendengarkan

memecahkan soal (mental activities).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Menurut Muhibbin (2008:146) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat di golongkan menjadi 3 yaitu:

1. Faktor internal ( faktor dari dalam peserta didik )

2. Faktor eksternal ( faktor dari luar peserta didik )

3. Faktor pendekatan belajar.

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembagkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk

berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Disamping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara

sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keaktifan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan

belajar peserta didik adalah;

11
1) Memberikan motifasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik).

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

5) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari.

6) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

7) Memberikan umpan balik (feedback).

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

2.1.4 Keaktifan Siswa

Keaktifan peserta didik yaitu suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik

untuk belajar secara aktif. mereka secara aktif menggunakan otak mereka baik untuk

menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau

mengaplikasikan apa yang diberikan oleh guru dalam mata pelajaran yang disajikan.

keaktifan peserta didik dimaksudkan untuk mengoktimalkan pengguna semua potensi

yang dimiiki oleh peserta didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil

belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Disamping itu, keaktifan peserta didik juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian

peserta didik atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran

(Hartono2008:20).

12
Aunurrahman (2013:119) menyatakan keaktifan peserta didik dalam belajar

merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan

setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan peserta didik perlu digali

dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Mengambarkan saat belajar aktif, para peserta didik melakukan banyak

kegiatan. mereka menggunakan kreatifitasnya dalam mengeluarkan ide-ide,

memecahkan permasalahan dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif

adalah mempelajari dengan cepat dan tanggap, menyenangkan, penuh semangat,

keterlibatan secara pribadi, dan mempelajari sesuatu dengan baik. Peserta didik aktif

harus dapat mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikan dengan

orang lain. semua itu dapat dilakukan oleh peserta didik untuk melakukan kegiatan

penggambarannya sendiri.

Oemar Hamalik (2014:22-23) membagi jenis keaktifan peserta didik dalam

proses belajar ada delapan keaktifan, yaitu: mendengar, melihat, mencium, merasa,

meraba, mengolah ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan. Secara sederhana

kedelapan aktifitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar

dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam

ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, peserta didik dapat menyerap dan belajar 83% dari penglihatannya.

Menglihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti

peraga atau demonstrasi. untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam

13
belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu

dengar dan pandang atau yang sering dikenal dengan istilah alat peraga.

c. Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya

mendengar dan melihat, tetapi meliputi penciuman. seseorang dapat

memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk

perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.

e. Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk

membedakan suatu benda dengan yang lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir

atau proses kognisi. dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara

lisan maupun secara tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain

kemudian peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. berdasarkan

tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman,

kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis,

menarik kesimpulan dan menilai. inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah

laku kognitif yang dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.

g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang

kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau

mengekpresikan ide. Eksperesi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan

diskusi, melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui

kegiatan semacam itu, taraf kemampuan kognitif yang dicapai lebih baik dan

14
lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan,

apalagi penginderaan yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-mata.

h. Melakukan latihan, bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui

proses belajar, disamping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap)

dan tingkah laku psikomotorik (keterampilan). untuk meningkatkan

keterampilan tersebut memerlukan latihan-latihan tertentu. oleh karena itu

kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku

psikomotorik dapat dicapai dengan melalui latihan-latihan.

Keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik

dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering

bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan

guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah

pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang

masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang

penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi

belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya

menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan

yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

15
Sedangkan DIRJEN DIKTI (dalam hand out cholisin : 2006) memberikan

pengertian bahwa Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar melalui berpikir kritis dan ketrampilan pemecah masalah

dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pelajaran.

Menurut Abidin (2014:16) model pembelajaran problem based learning

adalah merupakan model pembelajaran yang menyediakan penggalaman otentik yang

mendorong peserta didik untuk belajar aktif, mengkonstruksi pengetahuan dan

mengintegrasikan konteks belajar dikehidupan nyata secara alamiah.

Menurut kamdi (2007:77) pembelajaran problem based learning didefinisikan

sebagai suatu model pembelajaran yang didalamnya melibatkan peserta didik dalam

prosesnya dan dilakukan dalam rangka usaha pemecahan masalah.

Prinsip model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan

masalah kehidupan nyata, sehingga peserta didik mempunyai kesempatan dalam

memilih dan melakukan penyelidikan apapun baik didalam maupun diluar sekolah

sejauh yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

Saat ini, implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang

membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/ High Order Thinking

Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang bisa diandalkan.

Model pembeajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan salah satu metode

pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (HOTS).

Model pembelajaran ini akan sangat membantu peserta didik untuk memproses

16
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka

sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Dengan menerapkan model pembelajaran PBL ini, peserta didik dilatih

menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan

dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, dengan pemberian masalah

autentik, peserta didik dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses

belajar dan menyimpannya dalam memori mereka sehingga sewaktu-waktu dapat

digunakan kembali.

Jadi PBL adalah metode pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan

strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pelajaran

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem based learning )

adalah :

1. Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya .

5. Menganalisis dan mengevaluasi jurnal pendidik.

Secara umum model pembelajaran problem based learning memiliki 6 ciri,

yaitu:

17
 Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pemberian masalah oleh guru.

 Permasalahan yang diberikan berkaitan dengan kehidupan nyata dari peserta

didik.

 Mengorganisir serta membahas suatu permasalahan bukan disiplin ilmu.

 Peserta didik diberikan suatu bentuk tanggung jawab dalam menjalankan

pembelajaran secara langsung.

 Peserta didik terbagi menjadi beberapa kelompok.

 Pada akhir kegiatan peserta didik diinstruksikan untuk mendemonstarsikan

hasil atau produk yang mereka pelajar.

Adapun beberapa karakteristik proses Problem based learning menurut (Amir

2007:23) diantaranya :

 Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

 Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang

disajikan secara mengambang.

 Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut peserta

didik menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang

sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

 Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan pembelajaran

diranah pembelajaran yang baru.

 Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).

 Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber

saja.

18
 Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Peserta didik

bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching),

dan melakukan presentasi.

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu :

1. Proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan

tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi

peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan

mengajukan masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik

kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini

guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu

peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi,

atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada

tahap ini guru membantu peserta didikuntuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. (Trianto

2011 : 70 )

19
Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning memiliki

beberapa kelebihan, diantaranya :

 Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

 Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran peserta didik.

 Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan peserta didik untuk

memahami masalah dunia nyata.

 Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,

PBM dapat mendorong peserta didik untuk melakukan evaluasi sendiri baik

terhadap hasil maupun proses belajarnya.

 Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

 Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

 Mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus-menerus belajar

sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

 Memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari

guna memecahkan masalah dunia.(Sanjaya 2014:45).

Disamping kelebihan diatas, Problem based learning juga memiliki

kelemahan, diantaranya:

20
 Manakalah peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka

mereka akan merasa malas untuk mencobanya.

 Untuk sebagian peserta didik beranggapan bahwa tanpa pemahaman

mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa

mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,

maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.(Sanjaya 2014:45)

Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam

kurikukulum 2013, diantaranya Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning), Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning), dan Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Sebagai seorang guru, kita harus mampu mendesain dan memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan tema dan kompetensi dasar yang harus dikuasai

oleh peserta didik. Model pembelajaran yang kita pilih hendaknya disesuaikan

dengan keadaan dan kemampuan peserta didik, sumber belajar, serta daya dukung

yang dimiliki oleh guru atau sekolah.

2.1.6 Hukum Newton

Isaac Newton dilahirkan di Inggris pada tahun 1642. Newton berhasil

menemukan kalkulus dan teori gravitasi. Teori gravitasi yang ditemukan Newton

diilhami dari peristiwa jatuhnya buah apel yang dilihatnya. Ia heran mengapa buah

apel jatuh ke bawah dan bukan ke atas.

21
Dalam penelitiannya, Newton menyimpulkan bahwa gaya gravitasi atau gaya

tarik-menarik antara dua benda dipengaruhi jarak kedua benda tersebut, sehingga

gaya gravitasi bumi berkurang sebanding dengan kuadrat jaraknya. Bunyi hukum

gravitasi Newton adalah Besar gaya tarik-menarik ini berbanding lurus dengan massa

masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.

Pada tahun 1686 inilah Sir Isaac Newton memberikan kunci untuk menguak

rahasia itu, yaitu dengan menyatakan hukum tentang gravitasi.

Hukum gravitasi umum Newton berbunyi sebagai berikut:

“Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang

besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding

terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.”

Gaya gravitasi merupakan besaran vektor. Apabila suatu benda mengalami

gaya gravitasi dari dua atau lebih benda sumber gravitasi maka teknik mencari

resultannya menggunakan teknik pencarian resultan vektor.

Bahwa benda akan tertarik oleh gaya gravitasi benda lain atau planet jika

benda tersebut berada dalam pengaruh medan gravitasi. Medan gravitasi ini akan

menunjukkan besarnya percepatan gravitasi dari suatu benda disekitar benda lain atau

planet. membahas medan gravitasi atau percepatan gravitasi adalah konsep bahwa

massa benda dan berat benda tidaklah sama. Massa benda dimana pun tetap, namun

berat benda diberbagai tempat belum tentu sama atau tetap. Besar percepatan

gravitasi yang dialami semua benda dipermukaan planet adalah sama. Jika selembar

kertas jatuh ke tanah lebih lambat dari sebuah kelereng, bukan disebabkan karena

22
percepatan gravitasi ditempat tersebut berbeda untuk benda yang berbeda. Hal ini

disebabkan oleh adanya hambatan udara yang menahan laju kertas tersebut.

Selain hukum gravitasi, Newton juga mengembangkan tiga hukum tentang

gerak yang menjelaskan bagaimana gaya menyebabkan benda bergerak. Semua

Hukum Newton ini sering disebut fisika klasik. Berikut ini akan kita pelajari ketiga

Hukum Newton tersebut :

1. Hukum I Newton

Sebuah benda akan tetap diam jika tidak ada gaya yang bekerja padanya.

Demikian pula sebuah benda akan tetap bergerak lurus beraturan (kecepatan

benda tetap) jika gaya atau resultan gaya pada benda adalah nol. Pernyataanh

ini dirumuskan menjadi hukum I Newton yang berbunyi sebagai berikut.

Sebuah benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan jika tidak

ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu.

Contoh Aplikasi Hukum I Newton :

-Saat menaiki mobil yang bergerak cepat kemudian penumpang akan

terdorong depan.

Rumus Hukum Newton I

ΣF = 0

2. Hukum II Newton

Apabila resultan gaya yang timbul pada sebuah benda tidak sama dengan nol

maka benda tersebut akan bergerak dengan percepatan tertentu. Jika benda

semula dalam keadaan diam maka benda itu akan bergerak dipercepat dengan

23
percepatan tertentu. Adapun jika benda semula bergerak dengan kecepatan

tetap maka benda akan berubah menjadi gerak dipercepat atau diperlambat.

Contoh Aplikasi Hukum II Newton :

1) Menggiring bola pada permukaan datar.

2) Ketika kita memindahkan barang dengan gaya dorong yang sama, barang

yang ringan akan cepat dipindahkan dari pada barang yang berat.

Rumus Hukum II Newton

∑F
Rumus : α = atau ΣF = m x α
m

keterangan :

ΣF = Resultan Gaya (N)

F = Gaya (N)

M = massa (Kg)

Α = Percepatan (m/s 2 ¿

3. Hukum III Newton

Jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua

juga akan mengerjakan gaya pada benda. pertama yang besarnya sama, tetapi

berlawanan arah. Hukum III Newton juga dikenal sebagai hukum aksi-reaksi.

Contoh Aplikasi Hukum III Newton :

a) Melempar bola pada dinding maka bola akan berbalik dengan kekuatan yang

sama.

b) Jika seorang menggunakan sepatu roda dan mendorong badannya ke dinding

orang tersebut akan terdorong menjauh dari dinding.

24
c) Ketika kita melompat ke tanah kaki akan memberi gaya ke tanah, Lalu badan

kita memberi gaya berlawanan sehingga badan terdorong ke udara.

Gaya Gesek

Gaya Gesek Adalah: Gaya yang ditimbulkan akibat persentuhan langsung

antara dua permukaan.

Contoh : Gergaji dan Kayu

Rumus : Fg=μ x N . h

Keterangan:

Fg = Gaya Gesek (N)

µ = Koofisien gesekan

N = Gaya normal (N)

Gaya Berat

Gaya Berat Adalah : Gaya yang disebabkan oleh grafitasi yang berkaitan

dengan massa benda.

Contoh : Angkat barbel dan lain-lain.

Rumus : W = m x g

Keterangan:

W = Gaya berat (N)

m = Massa benda (Kg)

m2
g = Gravitasi bumi ( ¿
s

Gaya Sejenis

25
Gaya Sejenis Merupakan dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan

benda bergerak, berubah arah, maupun perubahan bentuk benda.

w
Rumus : s = p x g atau g =
V

Keterangan:

n = Berat jenis ( N /m3 ¿

w = Berat benda (N)

V = Volume benda (m3)

p = Massa jenis (Kg/m3 ¿

Hukum gravitasi Newton berlaku untuk semua benda, termasuk benda-benda

angkasa. Jika ada dua buah benda angkasa atau lebih berinteraksi maka benda-benda

tersebut akan Tarik menarik (bekerja gaya gravitasi).

2.1.7 KERANGKA BERFIKIR

Dalam pembelajaran peserta didik kurang aktif dan kurang berpartisipasi

dalam proses pembelajaran didalam kelas sehingga masih banyak peserta didik yang

bermain-main saat belajar. Guru hendaknya dapat melakukan berbagai model

pembelajaran yang dapat menarik keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan

individual dari setiap peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan agar dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran yaitu model pembelajaran problem based learning. Dalam model ini

guru hanya menjadi fasilitator dan motivator, sehingga siswa akan ikut terlibat dalam

26
proses pembelajaran. Seperti dalam kegiatan diskusi kelompok, hal tersebut tentu

akan menarik keaktifan peserta didik karena siswa tidak akan merasa jenuh ketika

melakukan pelajaran di dalam kelas.

Kondisi Awal Pelaksanaan Tindakan


1. Guru menyampaikan topik
1. Peserta didik kurang
Tindakan Akhir dan
aktif kurang pembelajaran.
1. berpartisipasi
Peserta didik akhir dan
dalam
berinteraksi dalam 2. Guru membantu peserta didik
pembelajaran
pembelajaradidik
2. Peserta sulit untuk orientasi peserta didik
2. berinteraksi
Peserta didik mudah dalam pada masalah.
berinteraksi
proses dikarenakan
pembelajaran
meningkatnya keaktifan 3. Mengorganisasikan peserta didik
dikarenakan kurangnya
dalam belajar.
keaktifan berbicara yang untuk belajar.
dimiliki. 4. Guru membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok.
Bagang 2.1 Kerangka Berfikirbagan 5. Guru membantu peserta didik
mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
6. Guru membantu peserta didik
untuk menganalisis dan
2.1.8 Hipotesis Penelitian pemecaanh masalah.

Berdasarkan kerangka pemikiran

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Penggunaan model problem

based learning dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi

Hukum Newton kelas XI MA Al-Anshor Ambon.

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

28
Jenis Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu jenis penelitian

tindakan yang dilaksanakan oleh praktisi pendidikan (khususnya guru, dosen, atau

instruktur) dalam proses pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian terstruktur. Menurut Kunandar

(2018:45) “Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian

tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti

dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan

merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif yang bertujuan untuk meningkatakan mutu (kualitas) proses pembelajaran

dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus”. Tujuan

utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas dan

meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Salah

satu ciri khas PTK adalah kerja sama antara praktisi dengan peneliti dalam

pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang

akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Kerja sama antara guru dengan peneliti

merupakan hal yang sangat penting dalam menggali dan mengkaji permasalahan

nyata yang dihadapi guru dan/atau peserta didik di sekolah. Kerja sama ini terutama

pada kegiatan mendignosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan,

menganlisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

a. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan adalah pada Sekolah Menengah Atas

MA Al-Anshor Ambon.

b. Waktu penelitian adalah setelah seminar proposal ini selesai dan disetujui.

29
3.3 SUBJEK PENELITIAN

Adapun subyek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPS yang terdiri dari

13 siswa MA Al-Anshor Ambon.

3.4 RANCANGAN TINDAKAN

Adapun rancangan tindakan berdasarkan model Arikunto yang akan dilakukan dalam

penelitian tindakan kelas ini meliputi 2 siklus, seperti gambar berikut :

IIdentifikasi masalah
RRefleksiRE

Perencanaan IPP

S Observasi Siklus I

ppelaksanaan
Hasil refleksi
Refleksi

Pperencanaan II

Observasi Siklus II

ppelaksanaan
Keterangan :
dst
: kegiatan

: Hasil kegiatan

: kegiatan berlangsung secara berurutan

: Urutan pelaksanaan kegiatan

Gambar 3.1 siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk. 2010, 16.)

30
3.4.1 Perencanaan

-hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain: membuat

skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang

diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan

menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, melaksanakan simulasi

pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan

(Aqib, 2006:30). Tahapan perencanaan meliputi : Hal

a. Menelah materi pembelajaran berkaitan dengan Materi Hukum Newton

Tentang Gerak.

b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario

pembelajaran melalui model problem based learning.

c. Menyiapkan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang

diajarkan.

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa lembar penilaian unjuk kerja.

e. Menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru.

3.4.2. Pelaksanaan Tindakan

Menurut Arikunto (2009:126), selama melaksanakan tindakan, guru sebagai

pelaksana intervensi tindakan mengacu pada program yang telah dipersiapkan

dan disepakati bersama dengan teman sejawat. Peneliti akan menggunakan

model problem based learning dalam pembelajaran. Pelaksanaan tindakan

kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama yaitu memberikan

31
memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih berinteraksi, aktif, kreatif,

dan berinovasi dalam proses pembelajaran. Pada siklus kedua mengajarkan

pada peserta didik untuk terjun langsung mempraktikkan bagaimana

menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran dengan cara

berinteraksi dengan teman sebaya secara aktif, kreatif dan inovatif.

3.4.3. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Arikunto,

26 2009. 127). Observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar

pengamatan aktivitas peserta didik, catatan lapangan, dan dokumen dalam

pengumpulan data-data di lapangan.

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru

pengamat untuk mengamati aktivitas dan keterampilan berbicara peserta

didik dengan menggunakan model problem based learning.

3.4.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan (Arikunto, 2008. 19). Kegiatan refleksi terdiri atas 4

komponen kegiatan, yaitu: analisis data hasil observasi, pemaknaan data

hasil analisis, penjelasan hasil analisis, dan penyimpulan apakah masalah

itu selesai/teratasi atau tidak.

Jika teratasi berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum.

Jika ada yang belum teratasi, maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Jadi dalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian itu berhenti atau

32
terus. Dan dalam siklus II dilakukan berdasarkan dari apa yang dilakukan

dalam siklus I jika keterampilan berbicara anak belum terlihat maksimal.

Pada tahap ini penelitian melakukan evaluasi tindakan dan melakukan

pertemuan untuk membahas hasil. Tahap-tahap refleksi adalah:

1) Menganalisis kekurangan yang ada pada siklus I.

2) Peneliti dan guru berkolaborasi untuk mendiskusikan hasil analisis,

kemudian dibuat perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.

3) Hasil dari analisis tersebut dijadikan pertimbangan dalam menyusun

RPP pada siklus II.

Siklus II

a. Perencanaan

Tahap ini peneliti mengidentifikasi bagaimana penggunaan model

pembelajaran problem based learning pada pembelajaran dan membuat

rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

b. Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana

pembelajaran yang telah dibuat, disetiap pembelajaran diusahakan guru

membawa media.

c.Observasi

Pada tahap ini penelitian mengobservasi tindakan II yang dilakukan dan

dibuat pada perencanaan dan memberi hasil pelaksanaan tersebut. Tahap ini

dipusatkan baik kepada proses dan kemampuan berfikir kritis siswa maupun

33
kepada hasil tindakan pembelajaran. Adapun pengamatan dalam penelitian ini

mencakup :

1) Mengamati situasi kegiatan pembelajaran.

2) Kemampuan berfikir peserta didik dalam mengatasi masalah.

3) Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

4) Aktivitas peserta didik ketika mengemukakan pendapat, menunjukan

gagasan ataupun ide terhadap materi pelajaran.

5) Mengamati aktifitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

menggunakan model problem based learning.

d. Refleksi

Tahap ini peneliti melakukan evaluasi tindakan dan melakukan pertemuan

untuk membahas hasil. Tahap-tahap refleksi adalah:

1) Menganalisis kekurangan yang ada pada siklus II.

2) Peneliti dan guru berkolaborasi untuk mendiskusikan hasil analisis,

kemudian dibuat perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.

3) Hasil dari analisis tersebut dijadikan pertimbangan dalam menyusun RPP

pada siklus selanjutnya apabila belum terlihat keaktifan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

3.4.5. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh. Jadi, sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data ini harus

34
diperoleh dari sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak 30 tepat maka

mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang

diselidiki. Data utama penelitian ini mencakup:

1. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas peserta didik.

2. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas

peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI

MA Al-Anshor Ambon yang berjumlah 13 orang. Alasan pengambilan kelas

ini sebagai subyek penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan

wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas XI MA Al-Anshor Ambon

didapatkan:

1. Keaktifan peserta didik kurang dalam proses pembelajaran fisika.

2. Peserta didik kurang tertarik mengikuti pembelajaran dikarenakan guru

hanya menggunakan model konvensional.

3.4.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan teknik

pengamatan (observasi), wawancara, tes, dokumentasi

1. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Observasi

sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan

prilaku manusia dan proses kerja bila kegiatan belajar mengajar dan

35
responden tidak terlalu besar. Lembar observasi tersebut digunakan

sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan untuk

memperoleh informasi bagaimana proses pembelajaran dengan

menggunakan model problem based learning yang dilaksanakan di kelas

XI MA Al-Anshor Ambon.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui pendapat dan

gambaran dari pengunaan model pembelajaran dalam pembelajaran Fisika

di kelas XI MA Al-Anshor Ambon.

3. Tes

Tes awal dilaksanakan untuk memperoleh data sebelum pelaksanaan

diterapkan dan tes akhir dilakukan pada setiap tes akhir pembelajaran

yang bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap

materi yang disampaikan melalui model problem based learning dalam

pembelajaran, tes akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta

didik terhadap pelajaran yang ditetapkan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan

buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan

untuk memperoleh data sekolah dan identitas peserta didik antara lain seperti nama

36
peserta didk, nomor induk peserta didik dengan melihat dokumentasi yang ada dalam

sekolah.

3.4.7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data, dan melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan,

menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran

dan mendeskripsikan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran serta

kemampuan berfikir peserta didik sesuai dengan pengamatan. Sedangkan teknik

kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang efektivitas dari pembelajaran

yang meliputi hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Berikut analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini:

1. Reduksi Data

Merupakan proses penyederhanaan yang di lakukan melalui seleksi

data mentah menjadi data yang bermakna. Data yang diseleksi untuk

digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil observasi sikap

peserta didik dan hasil belajar sebelum tindakan, hasil wawancara dengan

guru dan peserta didik, dan hasil observasi terhadap kegiatan guru dan peserta

didik, serta keaktifan peserta didik.

2. Sajian data

37
Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian di kelompokkan

dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya makna peristiwanya

menjadi lebih jelas dipahami. Sajian data dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk paparan naratif, tabel, dan grafik.

3. Penarikan simpulan/verifikasi

Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan sajian

data. Penarikan simpulan di lakukan sebagai proses pengambilan intisari dan

sajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat

yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas.

3.4.8. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat peserta didik

yang memiliki keaktifan dalam poroses pembelajaran sedikitnya 75 % dari peserta

didik yang dalam mengikuti pembelajaran. Keberhasilan atau ketuntasan belajar

dilihat berdasarkan hasil tes yang diperoleh peserta didik. Peserta didik dikatakan

berhasil atau tuntas apabila setiap peserta didik mencapai skor 75 % - 100 % atau 75,

sesuai dengan standar KKM yang telah ditentukan dalam pembelajaran tershebut

yaitu 75.

38
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014.16 Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana


Agung.
Aunurrahman,Dr,M.Pd. 2013 : 119. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Amir. 2007 : 23 . Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : UNS Press
Arikunto. 2009 : 126. Dasar-dasar evaluasi pendidikan.
Arikunto. 2010 : 16. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
cipta
Arikunto. 2009 : 127. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta: Rineka cipta.
Arikunto. 2008 : 19. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka
Karya.
Aqib. 2006 : 30. Penelitian tindakan kelas. Bandung: Yrama Widya.

39
Dirjen dikti. 2006. Proses pembelajaran di perguruan tinggi. Jakarta departemen
pendidik nasional.
Hudoyo 1998: 6. Dan Nining Setyawati 2016 : 26. Alat peraga untuk meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa
Hartono. 2008 : 20. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta : CV Andi
Offset
Kamdi, W. 2007 : 77. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Kunandar. 2018:45. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan
profesi guru. Jakarta. PT Raja Grafindo persada.
Muhibbin. 2008 : 146 .psikologi pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2013: 61. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Raja
Grafindo Persada
Oemar Hamalik. 2008 : 22-23. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Sardiman, A. M. 2011: 100. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta. PT Raja
Grafindo
Sanjaya, 2014 : 45. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Agung
Trianto. 2011 : 70. Mendesain model pembelajaran inovatif- progresif. Jakarta
charisma putra grafika.

40

You might also like