You are on page 1of 20

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle)

SEBAGAI AGEN PENGENDALIAN HAYATI


PADA BEKICOT (Achatina fulica)

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN BIOLOGI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Daun Sirih (Piper betle)........................................................... 4
2.2 Bekicot (Achatina fulica) ........................................................................ 6

BAB III METODE


3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 8
3.3 Cara Kerja................................................................................................ 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil......................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan.............................................................................................. 10

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13
5.2 Saran........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14

Lampiran ..................................................................................................... 16

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 4.1........................................................................................................ 10

I. PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar belakang

Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan

hidup ditempat lembab dan aktif dimalam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bukan

sematamata ditentukan oleh faktor gelap diwaktu malam tetapi ditentukan oleh faktor

suhu dan kelembaban lingkungannya. Hewan ini memakan berbagai tanaman

budidaya, oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama bagi tanaman. Bagian

tanaman yang diserang adalah tunas muda,ncabang, serta batang. Bekas gigitan hama

ini mengundang serangan jamur atau bakter yang menyebabkan tanaman layu dan

mati (Rusyana, 2011).

Salah satu alternatif yang memiliki prospek baik untuk mengendalikan bekicot

adalah dengan pesttisida nabati, yaitu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan (Hardi dan Kurniawan, 2008). Karena menurut Arif et. al. (2012) beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat toksik

terhadap hama.

Sirih (Piper betle L) merupakan tanaman obat yang sudah dikenal luas oleh

masyarakat Indonesia. Tanaman ini mudah didapat, dan sering ditanam dipekarangan

rumah sebagai tanaman hias. Menurut Arsensi (2012), kandungan kimia daun sirih

adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol),

allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol,

eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena,

seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam

nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Menurut Aminah (1995) ‘dalam’

iv
Handayani (2013), senyawa-senyawa seperti sianida, saponin, tanin, flafonoid,

steroid, minyak atsiri dan alkaloid dapat berfungsi sebagai insektisida.

Kandungan chavikol pada daun sirih kavikol 5,1-8,2%, yang menyebabkan

sirih berbau khas dan memiliki khasiat sebagai pestisida alami. .Chavikol yang akan

menghambat fermentasi karbohidrat, protein, lipid dan enzim akan menyebabkan

protein tidak dapat melakukan fungsinya. Sel terganggu dan akan menyebabkan sel

lisis dan seterusnya mati. Alkaloid yang terkandung dalam daun sirih (Piper batle L.)

adalah arecoline. Arecoline bersifat racun dan merangsang aksi saraf parasimpatik.

Arecoline menetralisir asam lambung dan bekerja sebagai astringen yaitu

mengeraskan membran mukosa pada lambung (Rooney (1993) ‘dalam’ Handayani

(2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukanlah penelitian ini yang berjudul

Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) Sebagai Agen Pengendalian Hayati Pada

Bekicot (Achatina Fulica).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih

sebagai agen pengendalian hayati pada bekicot.

1.3 Manfaat

v
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh ekstrak

daun sirih sebagai agen pengendalian hayati pada bekicot.

II. TINJAUAN PUSTAKA

vi
2.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle )

2.1.1 Deskripsi Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle )

Sirih termasuk dalam famili Piperaceae, merupakan jenis tumbuhan merambat

dan bersandar pada batang pohon lain, yang tingginya 5-15 meter. Sirih memiliki

daun tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar telur atau

bundar telur lonjong, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit,

ujung daun runcing, pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5-18 cm,

lebar 3-12 cm. Daun berwarna hijau, permukaan atas rata, licin agak mengkilat,

tulang daun agak tenggelam; permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang daun

menonjol, bau aromatiknya khas, rasanya pedas. Sedangkan batang tanaman

berbentuk bulat dan lunak berwarna hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya

kasar serta berkerut-kerut (Sirait et al. 1980) Klasifikasi ilmiah tanaman daun sirih

hijau adalah sebagai berikut : (Syamsu et al.1997)

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper betle linn

2.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Sirih Hijau

Daun sirih hijau mengandung 4.2% minyak atsiri yang komponen utamanya

terdiri dari bethel phenol dan beberapa derivatnya diantaranya Euganol

vii
allypyrocatechine 26.8-42.5%, Cineol 2.4-4.8%, methyl euganol 4.2-15.8%,

Caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9.8%, hidroksi kavikol, kavikol 7.2-16.7%, kavibetol

2.7-6.2%, estragol, ilypyrokatekol 0-9.6%, karvakrol 2.2-5.6%, alkaloid, flavonoid,

triterpenoid atau steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0.8-1.8%

dan tannin 1-1.3% (Darwis 1992).

Daun sirih hijau mengandung asam amino kecuali lisin, histidin dan arginin.

Asparagin terdapat dalam jumlah yang besar, sedangkan glisin dalam bentuk

gabungan, kemudian prolin dan ornitin. Daun sirih hijau yang lebih muda

mengandung minyak atsiri (pemberi bau aromatik khas), diastase dan gula yang jauh

lebih banyak dibandingkan daun yang lebih tua, sedangkan kandungan tanin pada

daun muda dan daun tua adalah sama (Darwis 1992).

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-

4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula

dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam

yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa

(Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporasid. Minyak atsiri merupakan minyak

yang mudah menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri

dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri

dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen,

seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin. Kavikol merupakan komponen paling banyak

dalam minyak atsiri yang memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah

teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan warna (Aulung, 2010).

viii
Berdasarkan kandungan daun sirih tersebut, biasanya daun sirih banyak

digunakan sebagai obat-obatan. Selain itu daun sirih yang memiliki kandungan

kavikol juga dapat digunakan sebagai pestisida alami.

2.2 Bekicot (Achatina fulica)

2.2.1 Klasifikasi Bekicot

Bekicot berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dalam waktu yang

relatif singkat dan berkembang biak dengan cepat (Pracaya, 2008). Bekicot

merupakan hewan yang termasuk dalam filum moluska dan diklasifikasikan dalam

kelas gastropoda. Moluska itu sendiri dapat diartikan sebagai hewan yang bertubuh

lunak, akan tetapi sebagian besar moluska terlindungi oleh cangkang keras yang

mengandung kalsium karbonat. Bekicot dapat diklasifikasikan kedalam kingdom

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Achatinidae

Genus : Achatina

Species : Achatina fulica (Campbell dkk, 2000)

2.2.2 Morfologi Bekicot

ix
Pada dasarnya bekicot terdiri dari dua bagian yaitu tubuh dan cangkang. Bagian

tubuh terdiri atas kepala, organ internal yang dilindungi cangkang, dan kaki perut.

Kepala siput memiliki sepasang tentakel yang dilengkapi dengan sepasang mata pada

bagian ujungnya, anatomi tubuh bekicot secara garis besar. Bekicot dewasa

panjangnya dapat melampaui 20 cm tetapi rata-rata panjangnya sekitar 5 - 10 cm.

Sedangkan berat rata-rata bekicot kurang lebih adalah 32 gram (Pracaya, 2008).

Cangkang bekicot terdiri dari tiga lapisan yaitu conchiolin, lapisan prismatik dan

lapisan mutiara yang banyak mengandung CaCO3. Pada cangkang atau kulit bagian

atas (visceral) inilah yang mengeluarkan zat kapur. Hal inilah yang mengakibatkan

98% cangkang terdiri dari kalsium karbonat (Cobbinah, 2008).

Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan

hidup ditempat lembab dan aktif dimalam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bukan

sematamata ditentukan oleh faktor gelap diwaktu malam tetapi ditentukan oleh faktor

suhu dan kelembaban lingkungannya. Hewan ini memakan berbagai tanaman

budidaya, oleh karena itu bekicot termasuk salah satu hama bagi tanaman. Bagian

tanaman yang diserang adalah tunas muda,ncabang, serta batang. Bekas gigitan hama

ini mengundang serangan jamur atau bakter yang menyebabkan tanaman layu dan

mati (Rusyana, 2011).

III. METODE

x
III.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober sampai 27 Oktober 2018 di

Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah botol semprot, pisau,

kotak kardus, mixer dan wadah plastik. Bahan yang digunakan pada penelitian ini

diantaranya adalah daun sirih (Piper betle), air 100 ml, sayur sawi dan 3 ekor bekicot

(Achatina fulica).

III.3 Cara Kerja

Tahapan cara kerja yang dilakukan terdiri dari pembuatan ekstrak daun sirih dan

pemberian ekstrak daun sirih kepada bekicot.

III.3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih

1. 20 helai daun sirih diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur.

2. Daun sirih yang telah mengering, dihaluskan dengan menggunakan

mixer.

3. Daun sirih yang telah halus, dilarutkan kedalam 100 ml air dengan

konsentrasi yang berbeda (1gr/100ml, 3gr/100ml, 5gr/100ml,

7gr/100ml dan 9gr/100ml) pada wadah plastik dan dimasukkan

kedalam botol semprot.

III.3.2 Pemberian Ekstrak Daun Sirih

xi
1. Sayur sawi yang menjadi makanan bekicot dipotong dengan

menggunakan pisau.

2. Sayur sawi disemprot dengan larutan ekstrak daun sirih.

3. Sayur sawi yang telah disemprot, dimasukkan kedalam kotak kardus.

yang berisi 3 ekor bekicot untuk 3 ulangan perlakuan (U1, U2, U3).

4. Bekicot diamati selama 14 hari.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

xii
IV.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle)

Konsentrasi Perlakuan (jam)


Rata-rata
U1 U2 U3
1 gr/100 ml 216 240 240 232
3 gr/100 ml 165 165 138 156
5 gr/100 ml 144 144 168 152
7 gr/100 ml 120 96 96 104
9 gr/100 ml 72 72 83 75,67

IV.2 Pembahasan

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper be-


tle)
300

250

200
Jam

150

100

50

0
1 gr/100 ml 3 gr/100 ml 5 gr/100 ml 7 gr/100 ml 9 gr/100 ml

Hasil uji efektivitas ekstrak daun sirih (Piper betle) menunjukkan perbedaan

lama pengamatan untuk tiap konsentrasi ekstrak daun sirih yang berbeda. Terdapat 3

ulangan yaitu U1, U2 dan U3 dimana maisng-masing ulangan diberi perlakuan

konsentrasi ekstrak daun sirih yang berbeda yaitu 1gr/100ml, 3gr/100ml,

5gr/100ml/7gr/100ml dan 9gr/100ml. Pada perlakuan untuk konsentrasi 1gr/100ml,

rerata lama pengamatan bekicot yaitu selama 232 jam atau berkisar antara 9 hingga

10 hari hingga bekicot mati. Pada perlakuan untuk konsentrasi 3gr/100ml, rata-rata

xiii
lama pengamatan bekicot yaitu selama 156 jam atau berkisar antara 6 hingga 7 hari

hingga bekicot mati. Pada perlakuan untuk konsentrasi 5gr/100ml, rata-rata lama

pengamatan bekicot yaitu selama 152 jam atau berkisar antara 6 hingga 7 hari hingga

bekicot mati. Pada perlakuan untuk konsentrasi 7gr/100ml, rata-rata lama pengamatan

bekicot yaitu selama 104 jam atau berkisar antara 4 hingga 5 hari hingga bekicot

mati. Pada perlakuan untuk konsentrasi 9gr/100ml, rata-rata lama pengamatan bekicot

yaitu selama 75,67 jam atau berkisar antara 3 hingga 4 hari hingga bekicot mati.

Tingkat konsentrasi mempengaruhi lama pengamatan pada bekicot, semakin

tinggi konsentrasi yang diberi, maka akan semakin cepat pula pengamatannya hingga

bekicot mati. Dalam pengamatan, bekicot akan mulai pasif bergerak dan tidak

bernafsu makan pada saat hari ke 4-5. Bekicot yang mulai melemah akan diam pada

satu posisi dan tidak bergerak. Bekicot akan berhenti melakukan produksi lendir dan

seluruh tubuh bekicot kering berada didalam cangkang. Menurut Rooney (1993)

‘dalam’ Handayani (2013). Kandungan chavikol pada daun sirih kavikol 5,1-8,2%,

yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat sebagai pestisida

alami. .Chavikol yang akan menghambat fermentasi karbohidrat, protein, lipid dan

enzim akan menyebabkan protein tidak dapat melakukan fungsinya. Sel terganggu

dan akan menyebabkan sel lisis dan seterusnya mati. Alkaloid yang terkandung dalam

daun sirih (Piper batle L.) adalah arecoline. Arecoline bersifat racun dan merangsang

aksi saraf parasimpatik. Arecoline menetralisir asam lambung dan bekerja sebagai

astringen yaitu mengeraskan membran mukosa pada lambung.

xiv
V.PENUTUP

V.1 Kesimpulan

xv
Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) pada bekicot (Achatina fulica)

memberikan pengaruh dalam peran daun sirih sebagai agen pengendalian hayati.

Pemberian daun ekstrak daun sirih dapat menurunkan tingkat aktifitas bekicot yang

berlaku sebagai hama tanaman sayuran.

V.2 Saran

Pengamatan harus dilakukan dengan cermat agar tidak terdapat kesalahan dalam

analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

xvi
Aminah, S. N. 1995. Evaluasi Tiga Jenis Tumbuhan Sebagai Insektisida Dan
Repelan Terhadap Nyamuk Di Laboraturium. Institut Pertanian Bogor.
http://grey. litbang. depkes. go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=
jkpkbppk-gdl-s2-1995-nunik-57-insecticid. Diakses tanggal 10 November
2018.
Arsensi, I. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Terhadap penyakit Bulai
pada Jagung Manis (Zea mays L.). Samarinda. http//www.faperta.uniska-
bhm.ac.id/get/publik.pdf. ISSN 1412-1468. Vol 33 No. 1 Hal 17-21. Diakses
tanggal 10 November 2018.
Aulung, A., Christiani dan Ciptaningsih. 2010. Daya Larvasida Ekstrak Daun Sirih
Terhadap mortalitas Larva Aedes Aegypti L. Jakarta. http// www. majalahfk.
uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-01-artikel-02.pdf. Vol 27 No.
1.Diakses tanggal 10 November 2018.
Campbell, N.A., Jane B.R., dan Lawrance G.R., 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Hal. 224-225.
Cobbinah, J.R. 2008. Snail Farming in West Africa: Production, Processing, and
Marketing. Technical Centre for Agricultural and Rural Cooperation. Page 10.
Darwis S. N. 1992. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Bogor:
Warta Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah.
Vol. 1 No. 1. Halaman 9-11.
Handayani, Hasanudin I., dan Anwar. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Sebagai
Bioinsektisida Terhadap Kematian Nyamuk Aedes
aegypti.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2114/
B04rac_abstract.pdf?sequece=1. Diakses tanggal 10 November 2018.
Hardi, T., dan Kurniawan. 2008. Pengendalian Rayap Tanah Pada Tanaman Kayu
Putih dengan Ekstrak Sereh Wangi. Jurnal. http:// biologyeastborneo.com.
Diakses tanggal 10 November 2018.
Hariana, Arief.2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta : Penebar
Swadaya. Hal 86-87.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 297-
299.
Rooney. 1993. Dalam Jurnal Handayani, Hasanudin Ishak dan Anwar (2013). “
Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Sebagai Bioinsektisida Terhadap Kematian
Nyamuk Aedes aegypti”.http:// repository.ipb. ac.id/bitstream/ handle/
123456789/2114/B04rac_abstract.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 10
November 2018.
Rosman, R dan S. Suhirman. 2006. Sirih tanaman obat yang perlu mendapat
sentuhan tekonologi budaya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri, Vol 12 (1) : 13-15.

xvii
Rusyana, Adun. 2011. Zoology Invertebrata, Ciamis: ALFABETA.
Sirait, M., Loohu, E., dan Sutrisno, R.B.1980. Materi Medika Indonesia jilid IV.
Jakarta : Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Syamsu Hidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia
(1). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Jakarta. 1997.

LAMPIRAN

xviii
Persiapan bubuk daun sirih dan air 100 ml dan Bubuk daun sirih dilarutkan kedalam
100 ml air

Bekicot perlakuan (U1, U2, U3)

Makanan bekicot di semprot dengan larutan bubuk air sirih

xix
Makanan bekicot di letakkan ke edalam wadah bekicot. (Hari pertama, 05 November
2018).

Kondisi bekicot ulangan setelah pemberian larutan bubuk daun sirih (Hari kelima, U2
dan U3 mati. Hari keenam, U1 mati).

Kondisi bekicot yang mati.

xx

You might also like