You are on page 1of 2

Kritik Novel Sang Pemimpi

Mimpi adalah bagian kehidupan. Tanpa mimpi kita akan kurang bersemangat
dalam menjalani kehidupan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel kedua
karya Andrea Hirata yang merupakan bagian tetralogi Laskar Pelangi.

          Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang
kisah yang disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya,
dengan cinta, pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan
mimpi yang kita miliki.

          Novel yang memiliki ending yang begitu mengesankan. Dan Novel yang
memiliki alur yang bagus dan menarik. Tema cerita yang sederhana namun
terbungkus kalimat-kalimat yang penuh makna. Dalam novelnya yang kedua
tersebut penulis mengemas dan menata dengan bahasa yang sederhana dan
inspiratif, tapi tetap memperhatikan kualitas isi dan penuh bahasa imajinatif.
Sudah banyak orang yang menayampaikan bahwa pencapaian-pencapaian luar
biasa yang berhasil dicatat oleh umat manusia berasal dari mimpi yang begitu
kuat. Tetapi disini tentu kita harus memandang mimpi disisi sebagai sebuah
keinginan yang ingin dicapai atau disebut dengan cita-cita. Bukan sebuah mimpi
yang terkadang hanya menjadi bunga tidur dan hayalan belaka. Lewat novel ini
juga penulis mampu menciptakan kata-kata yang menggugah jiwa pembacanya.
Penulis juga menyebutkan bahwa sikap pesimis dan tidak mau mencoba serta
minder itu merupakan racun yang akan menggerogoti mimpi kita untuk
menggapai cita-cita dan harapan kita. Karena hal tersebut akan menambah
keterpurukan pemikiran kita terhadap apa yang telah kita impikan selama ini.

          Tiga tokoh utamanya, Arai, Ikal, dan Jimbron, yang digambarkan sebagai
seorang pemimpi yang telah menamatkan SMP dan akan melanjutkan ke SMA.
Dari sinilah perjuangan dan mimpi mereka dimulai. Tidak tanggung-tanggung,
Arai dan Ikal bermimpi untuk kuliah ke Perancis, sedangkan Jimbron
memutuskan untuk menetap di Belitung. Demi impian tersebut, apapun Arai dan
Ikal lakukan agar impian untuk kuliah di Perancis terwujud. Namun, ini barulah
awal perjuangan yang sesungguhnya.``` 

          Kekuatan novel ini terdapat dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.


Pembaca diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di
tengah kekurangan, jangan mengeluh dan tetap berusaha serta berdoa. Selain itu,
dengan kekuatan mimpi, jangan pernah menyerah dan larut dalam kesedihan.
Selain itu, penulis mengajarkan tentang nilai-nilai untuk patuh pada perkataan
orang tua.

          Dalam novel Sang Pemimpi, juga terdapat kekurangan yang dapat menjadi
masukan bagi penulis. Pembaca dapat mengalami kesulitan dalam memahami
Bahasa yang digunakan karena ada penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing
yang tidak dijelaskan di glosarium. Sebaiknya penulis melengkapi kosakata
berbahasa daerah dan berbahasa asing tersebut pada glosarium sehingga pembaca
tidak bingung dengan istilah-istilah didalamnya. Hal itu digambarkan lewat kata-
kata dari kutipan berikut.

“Lalu kami beralih menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah.
(hal.69).

          Dalam novel ini penulis juga menegaskan kepada kita pembaca bahwa kita
harus memiliki mimpi untuk terus berjuang dan mencapai sebuah keinginan yang
kita harapakan.

“ tanpa mimpi. Orang seperti kita akan mati…”(hal.153).

Novel sang pemimpi mampu membangkitkan dan menyalakan api mimipi-


mimpiku yang telah kupendam dengan berbagai realitas yang ada. Ternyata
memang benar, bahwa terkadang realitas adalah racun bagi sebuah optimisme
(Sang Pemimpi). Dengan segala kenyataan yang ada terkadang mampu membuat
rasa optimisme pada diri kita padam begitu saja. Setelah membaca novel Sang
Pemimpi, aku merasa perlu untuk menyajikan sebuah mimpi untuk memotivasi
hidup karena tidak ada hal yang tidak mungkin atau mustahil jika kita berani
untuk bermimpi dan berusaha untuk meraihnya.

You might also like