Professional Documents
Culture Documents
3. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang
bersifat organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik
antara lain karena terjadinya gangguan di saluran pencernaan atau
disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain.
Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena factor
psikologis dan factor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan
tertentu (Purnamasari, 2017). Etilogi dispepsia antara lain adalah:
1) Idiopatik/dispepsia fungsional
2) Ulkuspeptikum
3) Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
4) Kanker lambung
5) Gastroparesis
6) Infeksi Helicobacter pylori
7) Pankreastitis kronis
8) Penyakit kandung empedu
9) Parasite usus
10) Iskemia usus
11) Kanker pancreas atau tumor abdomen.
4. Patofisiologi
Dispepsi terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia sturktural
(organic) dan dyspepsia fungsional (nonorganic). Disepsia organic
terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak
(ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal
refluxdisease, hyperacidity. Dispepsia nonorganic merupkan Dispepsia
Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Faktor penyebab dari
dyspepsia antara lain adalah stress,pola hidup seperti minum kopi,
konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor pemicu terjadinya rasa
tidak nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan adaya peningkatan
asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung. Sekresi asam
lambung Kasus dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi
asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin,
yang rata-rata normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa
lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di iperut
(Djojoningrat, 2009). Peningkatan sensitivitas imukosa lambung dapat
terjadi akibat polai makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak
teratur iakan membuat lambung sulit untuk iberadaptasi dalam
pengeluaran sekresi asam lambung. Jika hal ini berlangsung dalam waktu
yang lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritasi dinding mukosa pada lambung (Rani et al., 2011). Adanya
peingkatan asam lambung dapat menyebabkan respon mual dan muntah
sehingga menyebabkan deficit nutrisi dan risiko ketidakseimbangan cairan
pada tubuh. Peningkatan asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa
lambung memicu nyeri epigastric sehingga terjadi nyeri akut. Nyeri akut
menyebabkan adanya perubahan Kesehatan yang mengakibatkan pasien
cemas karena kurang pengetahuan tentang respon tubuh terhadap penyakit.
5. Klasifikasi
Klasifikasi dari mayordispepsia terbagi atas dua kelompok yaitu:
a. Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organic
sebagai penyebabnya. Sindrom dyspepsia organic terdapat kelainan
yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum),
gastritis, stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity.
b. Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional, atau
Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia
fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, danendoskopi
(Ida, 2016).
6. Faktor Risiko
Dyspepsia disebabkan oleh bebrapa faktor risiko, faktor risiko dari
dyspepsia antara lain adalah (Rahmayanti, 2016):
a. Psiko-Sosial
Dispepsia sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Besarnya
peranan stres dalam memicu berbagai penyakit sering tidak disadari
oleh penderita bahkan oleh tenaga imedis sendiri. Hal ini sekaligus
menjelaskani mengapa sebagian penyakit bisa imenemukan
progesifitas penyembuhan yang baik isetelah faktor stres ini ditangani.
b. Penggunaan Obat-obatani
Sejumlahi obat dapat mempengarui gangguan iepigastrium, mual,
muntah dan nyeri idi ulu hati. Misalnya golongan NSAIDs, seperti
aspirin, ibuprofen, dan naproxen, steroid, teofilin, digitalis, dan
antibiotik.
c. Pola Makan tidak Teraturi
Pola makan yang itidak teratur terutama bila jarang isarapan di pagi
hari, termasuk iyang beresiko dispepsia. Di pagi ihari kebutuhan kalori
seseorang cukup ibanyak, sehingga bila tidak sarapan, imaka lambung
akan lebih banyak imemproduksi asam.
d. Gaya Hidup yang tidak Sehat
e. Menghisap rokok
Tar dalam asap rokok idapat melemahkan ikatup Lower Esophageal
Spinter (LES), katup antara lambung dan tenggorokan, sehingga gas
dilambung naiki hingga kerongkongan
f. Minum Alkohol
Alkohol bekerja imelenturkan katup LES, sehinggai menyebabkan
refluks atau berbaliknya iasam lambung kei kerongkongan. Alkohol
ijuga meningkatkan iproduksi asam lambung.
7. Pathway Dispepsia
Dispepsia
Peningkatan Peneglupasan
Vasodilatasi
produksi HCL
mukosa gaster
lambung
HCL kontak
Mual Ansietas
dengan mukosa
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah
yang lengkapdan pemeriksaan darah dalam tinja, danurin. Jika
ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair
berlendir ataubanyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga
menderita dyspepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman
lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker
(dugaan karsinoma kolon),dan (dugaan karsinoma pankreas)
b. Barium enema untukmemeriksa salurancerna pada orangyang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan beratbadan atau
mengalami nyeri yang membaik ataumemburuk bila penderita makan
c. Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi.Pemeriksaan nantinya di
bawahmikroskop untuk mengetahui lambung terinfeksi Helicobacter
pylori. Endoskopimerupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai
diagnostic sekaligus terapeutik.
d. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,serologi
H.pylori,urea breath test,dan lain-lain dilakukan atasdasarindikasi (Ida,
2016).
10. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan.komplikasi yang dapat terjadi antara lain,
pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus
(Purnamasari, 2017).
b. Secondary Survey
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami
Alergi (, makanan, dll)
Obat-obatan yang digunakan
3) Pengkajian head to toe
Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
TTV dan Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah
Dada : Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik
Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia
Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan cairan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi
mukosa lambung)
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi perubahan
Kesehatan pasien
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi Kesehatan pasien.
3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1. Risiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Cairan (I.03098)
ketidakseimban selama ... jam masalah Risiko Observasi
gan cairan ketidakseimbangan cairan membaik dengan 1) Monitor status hidarsi (misal frekuensi nadi, tekanan
(D.0036) kriteria hasil : nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
turgor kulit, tekanan darah)
Status cairan (L.03028) 2) Monitor berat badan harian
No Indikator 1 2 3 4 5 3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
1 Kekuatan nadi 4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misal
2 Turgor kulit hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
5) Monitor status hemodinamik (misal. MAP, CVP,
3 Output urine
PAP, PCWP jika tersedia)
Keterangan : Terapeutik
1 = menurun 1) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
2 = cukup menurun 2) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3 = sedang 3) Berikan cairan intravena, jika perlu
4 = cukup meningkat Kolaborasi
5 = meningkat Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi nadi
2 Tekanan darah
3 Tekanan nadi
4 Membran
mukosa
5 Kadar Hb
6 Kadar Ht
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) selama ... jam masalah nyeri akut membaik Observasi
dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) 2) Identifikasi skala nyeri
No Indikator 1 2 3 4 5 3) Identifikasi respon nyeri nonverbal
1 Keluhan nyeri 4) Identifikasi faktor yang memberperat dan meringankan
2 Meringis nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3 Gelisah
6) Monitor efek samping pengunaan analgetik
4 Mual Terapeutik
5 Muntah 1) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
Keterangan : rasa nyeri
1 = meningkat 2) Control lingkungan yang memperberat nyeri
2 = cukup meningkat 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
3 = sedang Edukasi
4 = cukup menurun 1) Jelaskan, penyebab, periode yang memicu nyeri
5 = menurun 2) Jelaskan strategi yang meredakan nyeri
3) Ajarkan Teknik non farmakalogis untuk mengurangi
No Indikator 1 2 3 4 5 nyeri
Kolaborasi
1 Frekuensi nadi 1) Kolaborasi pemberian analgetic jika perlu
2 Tekanan darah
3 Tekanan nadi
4 Nafsu makan
5 Pola tidur
Keterangan :
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
3. Defisit Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
pengetahuan selama ... jam, masalah deisit pengetahuan Observasi
(D.0111) dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi kesiapan dan kmampuan menerima
informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Tingkat Pengetahuan (L.12111) menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
No Indikator 1 2 3 4 5 Terapeutik
1 Perilaku sesuai 1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
anjuran 2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
2 Kemampuan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya
menjelaskan Edukasi
tentang 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempegaruhi
pengetahuan Kesehatan
tentang topik 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Keterangan : 3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
1 = menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Persepsi ang
keliru terhadap
masalah
Keterangan :
1 = meningkat
2 = cukup meningkat
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Carpenito, 2009). Ada 3 jenis evaluasi keperawatan
mengenai berhasil/tidaknya suatu tindakan, antara lain:
a. Teratasi: apabila perilaku pasien sesuai dengan pernyataan tujuan dan
waktu yang sebelumnya sudah ditetapkan.
b. Teratasi sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak memenuhi
semua kriteria dan tujuan serta waktu yang telah ditetapkan.
c. Belum taratasi: pasien belum menunjukkan perilaku yang dituliskan
dalam tujuan, kriteria hasil dan waktu yang telah ditentukan.
6. Discharge Planing
Discharge planning merupakan bagian dari proses keperawatan dan
fungsi utama dari perawatan. Discharge planning harus dilaksanakan oleh
perawat secara terstruktur dimulai dari pengkajian saat pasien masuk ke
rumah sakit sampai pasien pulang (Potter & Perry, 2010). Beberapa hal
yang perlu diberikan kepada keluarga pasien Dispepsia antara lain:
a. Anjurkan untuk banyak minum air.
b. Hindari konsumsi minuman bersoda atau minuman ringan yang
banyak mengandung alcohol dapat meningkatkan asam lambung
(HCL)
c. Anjurkan pasien untuk memanajemen stress
d. Anjurkan periksa ke pelayanan Kesehatan jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA