You are on page 1of 20

MAKALAH

“Trend dan Issue Komunikasi Dalam Keperawatan”

Nama : Grishela Sesilia Sarak


NIM : P2012018
Kelas :A
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Dosen : Bpk. Nastain Abubakar, S.kep, Ns, M.Kep

YAYASAN BANGUN PRIMA PERSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SPASAPUA AMBON

S1 ILMU KEPERAWATAN

2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala bimbingan-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Trend dan Issue Komunikasi
dan Informasi dalam Keperawatan”.

Adapun makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan
agar dapat menunjang proses belajar . Saya mengakui bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat di perlukan untuk membangun dan
memberikan saya sebuah masukan untuk dapat menjadi yang lebih baik lagi di hari esok.

Semoga makalah yang saya buat dengan sederhana ini dapat berguna bagi para pembaca
sekalian.

Ambon, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definiai Trend dan Issue......................................................3
B. Konsep Trend dan Issue Dalam Keperawatan....................4
C. Nilai-nilai Dalam Trend dan Issue.........................................4
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend an Issue................5
E. Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan...........7
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi....................9
G. Trend dan Issue Komunikasi Dalam Keperawatan................9
H. Anggota Tim Interdisiplin......................................................10
I. Peran Perawat Terhadap Trend dan Issue..............................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................13
B. Saran.......................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................iv

iii
0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud


kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap
saat (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.
Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa
dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan
(termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya
berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada
komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi
pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan
komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah “Bagaimana Trend dan Issue Komunikasi dan Informasi Dalam Keperawatan?

1
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang Trend dan
Issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Khusus
 Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
 Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
 Mampu memahami dan mengetahui tentang pentingnya komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
 Mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi
komunikasi.
 Mampu memahami dan mengetahui tentang pemahaman kolaborasi.
 Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.

D. Manfaat penulisan

1. Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesehatan
mengenai trend dan issue komunikasi dalam keperawatan.
2. Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan
kepada masyarakat tentang trend dan issue komunikasi dalam pelayanan kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Trend dan Issue

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
(Muharamiatul, 2012).
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya
atau buktinya (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan
komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit
merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu

3
dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Potter dan
Perry, 2005).

B. Konsep Trend dan Issue Dalam Keperawatan

1. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya


Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan
untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien
yang tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti
dengan obat herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa,
Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri.

2. Menghentikan kebiasaan buruk


Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka perawat
harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan
terapi penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang
jawa yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka
untuk menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan
bersama sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya
Jawa dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul.

3. Mengganti kebiasaan pengobatan yang  buruk


Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien.
Misalnya dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit
terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.

C. Nilai-Nilai dalam Trend dan Issue

1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :
a) Body of Knowledge
b) Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c) Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

4
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic dan memperhatikan kode
etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional
terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab
etik.
Aspek moral yang harus menjadi dasar perilaku perawat adalah :
a) Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien (Johnstone, 1994)
b) Fair : Tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai individu
yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c) Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih saying, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
d) Non-Malefience : Tidaak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau cedera
bagi orang lain.
e) Kejujuran : Kejujuran berarti dengan penuh kebenaran nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
f) Altruisme : Merupakan perilaku yang mengggambarkan kepedulian dan
kesehjateraan orang lain. Sikap dari nilai altruism yang ditampilkan perawat
meliputi pemberian perhatian.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan     secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang
berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat
terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trend dan Issue

1. Faktor Agama dan Istiadat


Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan

5
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.

2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan
nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat
laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien
dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin
hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai
inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.

4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek
legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.

5. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan.

6
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.

7. Faktor Kode etik keperawatan.


Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung
jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi. Untuk dapat
mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut
etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-
permasalahan etis.

8. Faktor Hak-hak pasien.


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak
warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas
dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam
pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed
concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong,
hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi
terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan)
termasuk menghadapi kematian dengan bangga.

E. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan
terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial
dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini
menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai
bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).

7
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat
penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang
terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau
kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem
dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang
bekerja. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang
bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara
vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur
penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi
konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima
jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu
rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu
yang terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir, 2006). Hal ini terjadi karena beberapa
sebab diantaranya adalah :
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal


yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh
tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan
adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar
ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan
komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal
(Mundakir, 2006).

8
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain :


1. Situasi atau suasana
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang
berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan
kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang
tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja
pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua
tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan
sedihnya.

2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang
kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan
dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini
akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh
karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat
yang jelas.

G. Trend dan Issue Komunikasi dalam Keperawatan

Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda
dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan
individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan
kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan
semangat kepentingan pasien.

9
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara
kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter
cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding
perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil berbagai penelitian di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi
medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan
keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara
penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka
menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,
diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan
tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang
mendukung. Isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat
yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan
dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).

H. Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang


mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
antar sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,

10
mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa
alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab,
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam
pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya.
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalammenyelesaikan
permasalahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen
menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai
sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh
keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen
kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai
tujuan kolaborasi team :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan   keahlian unik professional.
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional.
5.  Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6.  Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.\

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek
keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni

11
tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi
perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat
mengantisipasi perubahan.

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan
professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.

I. Peran Perawat Terhadap Trend dan Issue

Peran perawat dalam penerapan trend dan issue yaitu dapat melakukan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan Care Giver dengan lebih baik. pemberian asuhan
keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealt atau telenursing yang berbasis
teknologi. Dengan adanya teknologi nursing iniperawat hendaknya dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Perawat juga dapat sebgai motivator
dalam kesehatan kepada klien agar dapat mempertahankan kesehatannya dan lebih
meningkatkan lagi kesehatannya. Perawat juga harus berlaku jujur kepada pasien
terhadap apa yang terjadi pada diri pasien, dan berlaku adil kepada pasien dengan tidak
membedakan pasien satu dengan lainnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan
komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit
merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan\
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk STIkes
Pasapua Ambon  pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa

13
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran
umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan
mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan Issue Pelayanan Kesehatan. Mundakir. 2006.
Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.

Nasir, Abdul.2009. Pengantar komunikasi bagio siswa perawat. Penerbit : Salemba Medika.
Jakarta

Reza, Ica.2014. Trend dan issue dalam komunikasi


keperawatan.http://icarezahardiansyah.wordpress.com/2016/12/19/makalah-trend-dan-issue/.

Novria, Eka.213. Trend dan issue dalam komunikasi keperawatan dan


komunitas.http://ekanovriadytanjung.blogspot.co.id/2013/04/trend-dan-issue-keperawatan-
komunitas.html.

iv

You might also like