You are on page 1of 34

PENGARUH SIKLUS KEMOTERAPI TERHADAP

KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA


MENGGUNAKAN EORTC QLQ-C30 DI RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA
Alshafiera Azayyana Mawadhani Sukma, Nurma Yuliyanasari, Tjatur Prijambodo, Nova Primadina

Abstrak
Abstrak : Latar belakang: Pasien kanker payudara sering mengalami gangguan kualitas
hidup. Kemoterapi adalah salah satu pilihan terapi yang memiliki banyak efek samping terhdap kualitas
hidup pasien. Tujuan: pengaruh terapi terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara yang
menggunakan EORTC QLQ-C30. Metode: Observasional analitik dengan desain cross sectional di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Subjek penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani kemoterapi pada siklus
ke-3 sampai ke-6 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel adalah 67
responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mempersembahkan kuisioner EORTC QLQ-C30serta
data rekam medis. Uji statistik menggunakan uji alternatif Kruskal-Wallis . Hasil : Tidak terdapat pengaruh
pengaruh siklus terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara pada domain fungsi, gejala, dan
kesehatan umum (p>0,005). Kesimpulan : Tidak ada pengaruh pengaruh siklus terhadap kualitas hidup
pasien kanker payudara pada domain fungsi, gejala dan kesehatan umum payudara di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya yang diukur dengan menggunakan kuisioner EORTC QLQ-C30.

Kata kunci
EORTC QLQ-C30; kanker payudara; kemoterapi; kualitas hidup

Teks Lengkap:
PDF

Referensi

Irwin W Jr, Muss HB, Mayer DK. Manajemen Gejala pada Kanker Payudara Metastatik. Ahli onkologi. 2011
31 Agustus; 16(9):1203-14

Ismail F, AK Mohamed, dan KH Lim. Terapi Sistemik Kanker. edisi ke-3. Kuala Lumpur: Kementerian


Kesehatan, Kuala Lumpur, 2011;75-8.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013.[online].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi (InfoDATIN) Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015.

Rochmawati D. Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr.
Moewardi. Ilmu Keperawatan. STIKES Kusuma Husada. 2015.

Dehkordi A, dkk. Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Oman


Medika. 2009;24(3):204-7.

Wan C, dkk. Validasi EORTC QLQ-C30 versi Cina Sederhana dari Pengukuran Lima Jenis Pasien Rawat
Inap Kanker. Sejarah Onkologi. 2008;19:2053-60.

Manuaba W, dkk. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Jakarta: Sagung Seto. 2010.
Anothaisintawee T, dkk. Faktor Risiko Kanker Payudara: Tinjauan Sistematis dan Meta-
Analisis. Kesehatan Masyarakat Asia Pac J. 2013 Sep;25(5):368-87.

Balasubramaniam SM, dkk. Faktor risiko karsinoma payudara wanita: Sebuah studi kasus kontrol di
Puducherry. Kanker J India. 2013;50(1):65-70.

Kaminska M, dkk. Faktor risiko kanker payudara. Prz Menopauzalny. 2015;14(3):196-202.

Sun YS, dkk. Faktor Risiko dan Pencegahan Kanker Payudara. Jurnal Internasional Ilmu
Biologi. 2017;13(11):1387-97.

Prastiwi, TF. Kualitas Hidup Penderita Kanker. Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri


Semarang., 2012.

Putri, RH. Kualitas Hidup Pasien Kanker Ginekologi yang Menjalani Terapi Aisyah: Jurnal Ilmu
Kesehatan. 2017; 2(1):69-74.

Agustini DD, Surahman E, Abdullah R. Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara dengan Terapi Kombinasi
Fluorouraciil, Doxorubicin, dan Cyclofosfamide. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2015; 4(3):175-85.

Perwitasari, dkk. Penerjemahan dan validasi EORTC QLQ-C30 ke dalam bahasa Indonesia untuk pasien
kanker di Indonesia. Jpn J Clin Oncol. 2011;41(4): 519-29
Korelasi persepsi tentang samping efek kemoterapi
dengan kualitas hidup pasien kanker payudara
Penulis

 Shanti Lesmana SariStikes Hang Tuah Pekanbaru

 Rani Lisa IndraStikes Hang Tuah Pekanbaru

 Raja Fitriana LestariStikes Hang Tuah Pekanbaru

DOI: 

https://doi.org/10.12928/promkes.v1i2.1771

Kata kunci: 

Kanker Payudara, Persepsi, Kualitas Hidup

Abstrak

Perawatan kemoterapi yang dilakukan oleh pasien kanker payudara memiliki beberapa efek
samping.  Dari efek samping itu, setiap pasien merasakan efek samping yang akan mengganggu
kehidupan sehari-hari mereka yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas hidup.  Penelitian ini
dibuat untuk menunjukkan hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien
kanker payudara di RS Arifin Achmad Provinsi Riau.  Penelitian ini merupakan salah satu penelitian
kuantitatif korelasional dengan metode potong lintang yang dilakukan terhadap 63 responden di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan menggunakan teknik consecutive sampling dengan
menggunakan kuesioner.  Pengujian yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan.  Hasil
penelitian ini diperoleh jika Pvalue=0.216 (Pvalue=0.05),  yang berarti tidak ada hubungan antara
perspektif efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara.  Berdasarkan
hasil tersebut diharapkan RS Arifin Achmad Provinsi Riau mengembangkan pelayanan kesehatan
yang lebih kepada masyarakat untuk meningkatkan penilaian positif dari pengobatan kemoterapi
dan kualitas hidup pasien kanker payudara. 

Referensi

1. Olfah, Y., Mendri, NK, & Badiâ€ah, A. Kanker payudara & sadari. Yogyakarta. Nuha
Medika. 2013.
2. Mulyani, NS, & Nuryani. Kanker payudara dan PMS pada kehamilan. Yogyakarta. Nuha
Medika. 2013.
3. Khamidah, AN (2008). Gambaran Stigma Pada Paisen Kanker Payudara di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Skripsi tidak.
4. Rekam Medis RSUD Arifin Achamd Provinsi Riau. 2018.
5. Rasjidi, I. (2007). Kemoterapi Ginekologi dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta. CV. Sagung Seto
6. Black, JM, & Hawks, JH (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk hasil yang
diharapkan. Jakarta: Salemba Medika
7. Smeltzer, SC, & Bare, BG (2002). Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC
8. Gurung, S., Pandey, RA Persepsi Efek Samping Kemoterapi Di Antara Pasien Kanker di Rumah
Sakit Kanker Memorial BP Koira Bharatpur, Nepal. Jurnal Ilmu Kedokteran –
Nepal. 2015;11(4):14-19. DOI: http://dx.doi.org/10.3126/jcmsn.v11i4.14319.
9. Faisel, CTW Gambaran Efek Samping Kemoterapi Berbasis Antasiklin pada Kanker Payudara di
RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Skripsi tidak. 2012.
10. Wahyudi, D., Huda, N., & Utami, GT Studi fenomenologi: pengalaman pasien kanker stadium
lanjut yang menjalani kemoterapi. Universitas Riau. 2015;2(2):1041-
1047. https://www.neliti.com/id/publications/183589 /studi-fenomenologi-pengalaman-
pasienkanker-stadium-lanjut-yang-menjalani-kemote
11. Pieter, HZ & Lubis, Dr. NL (2012). Pengantar Psikologis dalam Keperawatan. Jakarta: Grup
Media Prenada
12. Raudhatussalam. (2012). Psikologi Kesehatan. Pekanbaru: Al-Mujtahad Press
13. Wulandari, N., Bahar, H., Ismail, CS Gambaran kualitas hidup pada penderita kanker payudara
di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. JIMKESMAS, Jurnal Ilmiah
Masiswa Kesehatan Masyarakat. 2017;2(6)::1-9. https://www.neliti.com/id/publications/183119
/gambaran-kualitas-hidup-pada-penderitakanker-payudara-di-rumah-sakit-umum-bahte.
14. Rochmawati, D. (2015). Kualitas Hidup Pasien Ca Mamae yang Menjalaani Kemoterapi
Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara di RSUD Ibnu Sina. Skripsi tidak
15. Sirait, A., Oetmiati, R., Indrawati, L. Hubungan Kontrasepsi Pil dengan Tumor atau Kanker
Payudara di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009;59 (8):348-
356. http://dx.doi.prg/10.20473/JPK.
16. Nugraha, S., Melati. RN Hubungan Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker yang
Menjalani Kemoterapi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Terapan. 2016;2(1):1-
6. http://jim.unsyiah.ac.id.
17. Sinaga, S. Hasibuan, J. Setia, R. Hubungan Frekuensi Kemoterapi Terhadap Tingkat Kecemasan
pada Pasien Kanker Payudara di RSUD Ibnu Sina. Skripsi tidak dipublukasikan. 2015.
18. Utami, S. (2012). Aku Sembuh dari Kanker Payudara, mendeteksi gejala dini, pencegahan dan
pengobatan. Jakrta: Oryza
19. Robbins, SP. (2002). Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Medika
20. Robbert, FS (2012). Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
21. Leite, FMC, Amorim, MHC, Castro, DSD, Primo, CC Strategi Mengatasi dan Hubungannya
dengan Kondisi Sosiodemografi Wanita dengan Kanker Payudara. Artikel asli. 2012;25(2):211-
217. http://dx.doi.org/10.1590/S0103.21002012000 200009.
22. Walters, SJ Kualitas Hasil Hidup dalam Uji Klinis dan Evaluasi Perawatan Kesehatan: Panduan
Praktis untuk Analisis dan Interpretasi. Amerika: Willeys and Son. 2009.
23. Agustini, DD, Surahman, E., Abdullah, R. Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara dengan
Terapi Kombinasi Fluorouracil, Doxorubicin, dan Cyclofosfamide. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia. 2015;4(3):175-185. DOI:10.15416/ijcp.2015.4.3.175.
24. Putri, RH (2017). Kualitas Hidup Pasien Kanker Ginekologi yang Menjalani Terapi. Aisyah:
Jurnal Ilmu Kesehatan. 2(1), 69-72. http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja
25. Ladjar, Sr. II Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Ruang Edelweis
RSUD Banjarmasin Tahun 2015. Socioscientia: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial. 2016;8 (1):137-
142. https://lldikti11.ristekdikti.go.id.
26. Diananda, R. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta. Katahati. 2007.
MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1 137 KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER YANG MENJALANI
KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD BANJARMASIN TAHUN 2015 Sr. Imelda Ingir Ladjar Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin Jln. H. Zafri Zam Zam no. 8 Banjarmasin Abstract:
Cancer patients experienced many changes in their lives. Thischanges were effected the whole
aspects of their life as well as the quality of their life. Purpose: To explored the quality life of cancer
patients by having description of their physical, psychological, social relationships and environmental
conditions. Qualitative with phenomenological approach. The data collected by interview and
observation. The participants selected through a convenience sample technique. The analyzed data
using content analysis. Cancer patients who underwent chemotherapy were not passionate due to
the effect of chemotherapy. They also felt useless andbecame very dependent financially and lost
their hopes and ideals. Quality of life of cancer patients who underwent chemotherapy was different
from one to another, the emotions, moral support and environmental that contribute to the
understanding of life and its quality. Keywords: quality of life, cancer patients, chemotherapy
PENDAHULUAN Kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali serta mengancam nyawa penderitanya (Baradero, 2008). Kanker merupakan penyakit
kronik karena efek lanjut yang ditimbulkannya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, jenis
kelamin dan ras (Potter & Perry, 2010). Berdasarkan data dari International Agency for Research on
Cancer (IARC) pada tahun 2012 yang memperkirakan 14 juta kasus kanker per tahun dan kematian
karena kanker diprediksi meningkat dari 8,2 juta sampai 13 juta setiap tahun. Lebih dari setengah
kasus kanker (56,8%) dan kematian karena kanker (64,9%) terjadi di negara-negara berkembang dan
proporsi ini akan meningkat pada 2025 (World Health Organization, 2013). Saat ini terdapat 10 juta
penderita kanker di Amerika Serikat (Potter & Perry, 2010). Penatalaksanaan kanker meliputi
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi (bioterapi) dan terapi hormon (Kowalak, 2011).
Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel
tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Tujuan kemoterapi yaitu untuk
penyembuhan, pengontrolan dan paliatif dari penyakit kanker (Smeltzer & Bare, 2002). Pasien
kanker yang menjalani kemoterapi biasanya mengalami berbagai gejala sebagai akibat dari penyakit
atau dari kemoterapi itu sendiri. Gejala ini mempengaruhi pasien, baik secara fisik maupun
emosional dan lebih jauh lagi JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KUALITAS HIDUP
PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD BANJARMASIN TAHUN
2015 Sr. Imelda Ingir Ladjar 138 memberikan pengaruh negatif terhadap pengobatan, prognosis
penyakit dan kualitas hidup pasien (Rulianti dkk., 2013). Kemoterapi bertujuan untuk membunuh
sel-sel kanker namun juga merusak sel-sel yang normal. Selalu ada sejumlah sel-sel normal yang
dapat rusak ketika pengobatan dengan obat-obat sitotoksik (kemoterapi). Sumsum tulang, epitelium
gastrointestinal, dan folikel rambut sangat rawan terhadap kemoterapi. Kemoterapi juga
mempunyai efek toksik pada sumsum tulang dan dapat mengakibatkan neutropenia (50%),
trombositopenia (10-25%), anemia (32%), konstipasi (16%), alopesia (65%), rasa lelah
(fatigue),psikologis, depresi (12%), Aspek spiritual 54,5% rendah (Hassan, 2012, 2013; Laura et al,
2013; Olver, 2010; AbdelJabbar & Al-Atiyyat, 2013; Karthikeyan et al., 2012). The World Health
Organization Quality of Life atau WHOQOL (1998) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu terhadap kehidupannya dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan
hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian individu. Domain WHOQOL-BREF
(The Abbreviated Version of The World Health Organization Quality of Life) dari kualitas hidup yaitu
kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini
dengan pendekatan fenomenologi, mengeksplorasi pengalaman pasien kanker yang menjalani
kemoterapi yang ber-fokus pada kualitas hidupnya di Ruang Edelweis RSUD Ulin Banjarmasin. Pada
penelitian fenomenologi ini peneliti berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami
suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran
keyakinan individu yang bersangkutan. Partisipan sebanyak 6 pasien kanker yang menjalani lebih
dari 2 kali kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel convenience dengan
instrument panduan wawancara terstruktur. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis isi (content analysis), yang terdiri dari: (1) Membuat transkrip data, (2)
Menentukan meaning unit, (3) Meringkas dan mengorganisir data, (4) Melakukan abstraksi data.
Abstraksi data dibagi dalam 3 tahap: (1) Koding, (2) Membuat kategori, (3) Menyusun tema. HASIL
DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSUD Ulin Banjarmasin RSUD Ulin Banjarmasin adalah rumah
sakit terbesar yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan dan merupakan rumah sakit negeri milik
pemerintah yang menjadi pusat rujukan baik dari dalam provinsi maupun luar provinsi dengan
klasifikasi sebagai rumah sakit kelas A. RSUD Ulin Banjarmasin dibangun pada tahun 1943 dan
beralamat di Jalan Jenderal Achmad Yani no. 43 kilometer 1,5 yang merupakan jalan provinsi utama
yang menghubungkannya dengan daerah/provinsi lain di Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur dan
merupakan lokasi strategis di tepi jalan raya kota Banjarmasin sehingga memudahkan untuk diakses
oleh masyarakat di luar Kota Banjarmasin. Gambaran Umum Ruang Kemoterapi (Ruang Edelweis)
Ruang Edelweis yang merupakan unit pemberian kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin yang berdiri
sejak tahun 2007 dan memiliki 4 tempat tidur. Visi Ruang Edelweis adalah terwujudnya ruang
pelayanan kemoterapi yang profesional berdasarkan Iptek di bidang kesehatan. Misi Ruang Edelweis
yaitu meningkatkan profesionalisme kerja tenaga perawat melalui peningkatan jenjang pendidi-
MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1 139 kan dan pelatihan yang berkelanjutan dan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan pemberian pelayanan kemoterapi berdasarkan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Tujuan dari Ruang
Edelweis ini yaitu meningkatnya mutu kepuasan terhadap pelayanan kemoterapi yang diberikan.
Karakteristik Partisipan Tabel 1. Pasien Partisipan Kemoterapi No. JK Usia Jenis Ca Tahun Terdiagnosa
1. L 38 Nasofaring 2012 2. P 53 Colon 2010 3. P 53 Ovarium 2012 4. L 30 Colon 2013 5. P 46 Mamae
2014 6. L 21 Nasofaring 2014 Sumber: Data Diolah Kembali, 2015 Pembahasan Kualitas hidup pasien
kanker yang menjalani kemoterapi merupakan pandangan pasien kankeryang menjalani kemoterapi
terhadap hidupnya secara holistik meliputi fisik, psikologis, spiritual, sosial dan lingkungan yang
sangat dipengaruhi oleh perubahan dalam hidupnya karena efek penyakit kanker itu sendiri dan
tambahan efek kemoterapi yang sering kali menjadi keluhan pasien kanker dalam menjalankan
aktivitas sehari-harinya. Setiap manusia mempunyai pandangan terhadap hidupnya yang berbeda
satu dengan yang lain. Perbedaan kualitas hidup ini dapat dilihat juga dari berat ringannya efek
menyakitkan dari kanker itu sendiri dan efek kemoterapi dalam beberapa hari selama efek
kemoterapi masih dirasakan oleh pasien. Partisipan 1, 4, dan 5 menyatakan tentang kualitas
hidupnya bahwa kehidupan ini menjadi bergairah setelah satu minggu menjalani kemoterapi. Dalam
satu minggu setelah kemoterapi partisipan masih merasakan kelelahan akibat efek kemoterapi. Rasa
lelah akibat efek kemoterapi dan keadaan sakit yang terus menerus karena kanker membuat
partisipan merasa tidak tahan lagi dan memasrahkan keadaannya. Namun dibalik sikap pasrah itu
partisipan tetap ingin berusaha dengan pengobatan lainnya. Partisipan 2 menyatakan bahwa
penyakit yang dirasakannya tidak juga sembuh dengan tindakan medis yang dijalaninya yaitu operasi
pembuatan kolostomi dan kemoterapi sebanyak 5 kali. Dalam hal ini partisipan bersikap pasrah
terhadap apa yang di deritanya. Selain itu partisipan 2 mengharapkan adanya perubahan selama
menjalani pengobatan namun yang ia rasakan malah sakit yang terus menerus bahkan partisipan
merasa sudah tidak tahan lagi untuk melanjutkan kemoterapi yang ke enam. Partisipan lainnya 1, 3,
4, 5, dan 6 walaupun partisipan menjalani kemoterapi namun efek samping yang dirasakan
partisipan ternyata tidak terlalu berat sehingga meskipun sering merasa mual partisipan masih dapat
beraktivitas walaupun berkurang dari yang sebelumnya. Setiap orang tentu mempunyai pengalaman
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh partisipan 6, kualitas
hidupnya dirasakan lebih nyaman karena kemoterapi membantu partisipan merasa keadaannya
lebih baik dari sebelumnya walaupun telah menguras keuangan partisipan. Kanker merupakan
penyakit keganasan yang dapat merenggut nyawa penderitanya. Bagi kebanyakan orang
mengartikan terkena penyakit kanker berarti sebentar lagi akan menghadapi kematian. Tentu saja ini
akan menimbulkan ketakutan bagi siapa saja yang harus mendengar bahwa dirinya menderita
kanker. Hal ini juga terjadi dengan partisipan 3 yang ketakutan saat mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit kanker. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi juga mengalami perubahan
dalam hal spiritual dalam hal ini praktek keagamaan. Partisipan merasa bahwa hubungan dengan
Tuhan mengalami JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD BANJARMASIN TAHUN 2015 Sr. Imelda
Ingir Ladjar 140 peningkatan dan merasa lebih mendekat dengan Tuhan. Adapula partisipan yang
ikut ambil bagian dalam suatu perkumpulan doa setelah ia menderita kanker. Kepercayaan kepada
suatu agama membantu pasien kanker karena menurut partisipan setelah menjalani praktek
keagamaan dalam hal ini misalnya sholat, berdoa, membaca ayat suci Alquran maka mereka akan
merasa tenang bahkan ada yang merasa bahwa sakit yang dirasakannya menghilang. Walaupun ada
keluhan seperti mual-mual partisipan tetap bisa menjalankan kewajibannya melaksanakan sholat.
Setelah menderita penyakit kanker partisipan merasa menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Mereka
mempunyai kepercayaan bahwa ada pengaruh yang baik jika mereka mendekatkan diri kepada
Tuhan. Ini adalah bentuk dari kebutuhan spiritualitas yang diperlukan setiap manusia khususnya
dalam hal ini yaitu pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Banyak penyakit kronis yang
mengancam kebebasan seseorang menyebabkan ketakutan, kecemasan dan tekanan spiritual.
Spiritualitas secara signifikan membantu klien dan pemberi layanan untuk beradaptasi terhadap
perubahan yang diakibatkan penyakit kronis. Spiritualitas memberikan individu energi yang
dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit, dan untuk
memelihara kesehatan. Klien yang memiliki pemahaman kesejahteraan spiritual, merasakan
hubungan dengan kekuatan tertinggi dan orang lain, dan dapat menemukan arti dan tujuan hidup
(Potter & Perry, 2010). Semua partisipan dalam penelitian ini mempunyai agama yang dapat mereka
gunakan untuk mengekspresikan kebutuhan spiritual mereka. Kepercayaan akan adanya
keterhubungan yang lebih tinggi dari diri sendiri membuat partisipan merasa bahwa dengan keadaan
yang sulit mereka masih mempunyai harapan dalam hidup ini. Partisipan percaya apapun yang
terjadi di dalam hidupnya adalah kehendak Tuhan namun sebagai manusia kita juga masih bisa
berharap untuk keadaan yang lebih baik lagi. Namun ada pula beberapa partisipan yang tidak dapat
menjalankan kewajiban agamanya karena efek penyakit kanker yang membuat adanya cairan yang
keluar dari dalam tubuhnya sehingga merasa diri tidak bersih dalam menjalankan ibadah sholat.
Keadaan ini juga membuat partisipan merasa malas untuk menjalankan ibadah sholat dan berpikir
apakah dalam keadaannya seperti ini sholatnya menjadi sah atau tidak. Selain hal diatas pasien
kanker juga sangat memerlukan dukungan sosial dari orangorang disekitarnya untuk meningkatkan
semangat pasien kanker untuk terus menjalani hidupnya. Dukungan emosional dari temanteman
dan petugas kesehatan sangat penting karena akan meningkatkan semangat partisipan yang tadinya
sudah putus asa. Bahkan dukungan dari tetangga yang berbeda agama pun sangat membantu pasien
kanker. Hal ini jelas menunjukkan bahwa partisipan harus diberikan dukungan agar selalu
bersemangat dalam menjalani kehidupannya yang harus menderita kanker. Siapapun dapat
memberikan dukungannya kepada penderita kanker. Keyakinan bahwa mendapat doa dari orang
apapun kepercayaannya akan membuat partisipan menjadi lebih baik. Apapun bentuk dukungannya
sangat diperlukan partisipan. Perlunya dukungan dari petugas kesehatan juga sangat diperlukan
pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Dukungan instrumental juga diperoleh partisipan dari
keluarga terdekat dan teman-teman misalnya diantar ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi,
memberikan pijatan saat partisipan merasa pegal-pegal setelah baru saja menjalani kemoterapi,
memperoleh bantuan finansial dari teman-teman dan keluarga mengantar makanan untuk keluarga
partisipan. Pasien kanker sangat memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk
memberikan semangat kepada par- MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1 141 tisipan dalam menjalani
kehidupannya. Dukungan sosial sangat jelas terlihat pada pengalaman partisipan ke 2. Hal ini tentu
saja dapat mempengaruhi partisipan dalam menjalani kehidupannya. Partisipan 2 telah menjalani
kemoterapi sebanyak 5 kali dan tentu saja mengalami berbagai efek samping yang melelahkan
partisipan. Partisipan juga kerap putus asa untuk menjalani pengobatan namun dengan dukungan
sosial yang terus menerus dari orang terdekat khususnya suami dan teman-teman, partisipan
mampu bertahan. PENUTUP Simpulan Kualitas hidup setiap pasien kanker yang menjalani
kemoterapi berbeda-beda satu sama lain. Adapun efek yang ditimbulkan dari kemoterapi adalah: (1)
Fisik: kelelahan, lemah, ketidakberdayaan, ketidakmampuan, kurang bergairah, kurang bersemangat,
kurang merasa nyaman dengan keadaan fisiknya. (2) Psikologis: ketakutan, ketidakstabilan emosi,
putus asa, berpikir negatif, dan memiliki rasa kecewa. (3) Spiritual: mengalami peningakatan
kedekatan dengan Tuhan, memiliki kepercayaan terhadap Tuhan, dengan berdoa dan mendekatkan
diri kepada Tuhan pasien merasa ia diberikan energi agar dapat beradaptasi dengan situasi yang
sulit, mendapatkan ketenangan. Meskipun demikian, pasien kanker memiliki keterbatasan atau
hambatan pada saat hendak menjalankan aktivitas keagamaannya, hal ini dikarenakan faktor fisik
yang lemah dan adanya cairan yang keluar dari dalam tubuhnya. (4) Sosial: pasien kanker mendapat
dukungan dari keluarga, saudara, teman, tetangga, rohaniawan dan tim medis. Dukungan yang
diberikan berupa dukungan semangat, doa, makanan, finansial, informasi yang berkaitan dengan
obat herbal maupun tentang pengobatan lainnya. Saran Bagi para pasien kanker yang menjalani
kemoterapi agar semakin mendekatkan diri dengan Tuhan untuk menjaga harapan memperoleh
kesembuhan dan untuk orang-orang terdekat agar selalu memberikan dukungan terus menerus
khususnya dalam bentuk emosional agar pasien kanker merasa dirinya berarti di lingkungannya dan
dapat meningkatkan harapan hidup. Bagi para perawat untuk tetap mempertahankan pelayanan
yang telah diberikan dan dapat menjadi perantara informasi bagi pasien kanker dan keluarga yang
dapat memberi kenyamanan bagi mereka selama menerima pelayanan kesehatan dan menjadikan
hasil penelitian ini sebagai informasi tambahan supaya mengerti kebutuhan pasien kanker secara
holistik sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan dalam merawat pasien kanker yang
menjalani kemoterapi. Rumah sakit agar mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan supaya
meningkatkan kepuasan pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Institusi pendidikan diharapkan
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai informasi yang melengkapi pengetahuan tentang
kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi agar dapat semakin memahami bagaimana
kondisi pasien kanker yang menjalani kemoterapi secara holistik. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. dan
Supriyono, W. 2008. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. American Thoracic Society.
2007. Quality of Life Resource. Dibuka dari http://qol. thoracic.org/health-related-quality-oflife.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2015. JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KUALITAS
HIDUP PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD BANJARMASIN
TAHUN 2015 Sr. Imelda Ingir Ladjar 142 Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. 2008. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: EGC. Bottomley, A. 2002. The Cancer Patient and Quality of Life.
The Oncologist, 7, 120- _125.http://theoncologist.alphamedpress. org/. Diakses pada tanggal 24 Juni
2015. Dharma, K. K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Donald,
Anna. 2001. What is quality of life. Hayward Medical Communications. 1 (9), 1-6.
http://www.evidencebased medicine.co.uk/. Diakses Pada tanggal 11 Maret 2015. Feldman, Robert,
S. 2012. Pengantar Psikologi. Buku 2. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika. Holland, J. C., Breitbart,
W. S., Jacobsen, P. B., Lederberg, M. S., Loscalzo, M. J., & McCorkle, R. 2010. Psycho-Oncolog.
Second Edition. New York: Oxford University Press. International Agency for Research on Cancer
WHO. 2013. Diakses dari www.iarc. fr/en/mediacentre/2013/pdfs/pr223_E/pd f. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2015. Karwowski, W. 2006. International Encyclopedia of Ergonomics & Human
Factor. Second Ed. Vol. 1, Florida: CRC Press. Kowalak, J. P., Welsh, W. & Mayer, B. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta: EGC. National Cancer Institute. 2013. Nausea and Vomiting. Diakses
http://www.cancer. gov/cancertopics/pdq/supportivecare/nau sea/HealthProfesional/page4.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2015. Perry, M. C. 2008. The Chemotherapy Source Book Fourth
Edition. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins. Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2010. Fundamentals
of Nursing Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 1, Jakarta: Salemba Medika. Prastiwi, T. F. 2012.
Kualitas Hidup Penderita Kanker. Developmental and Clinical Psychology, http://journal.
unnes.ac.id/sju/index.php/dcp. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015. Richard & Hunt, J. 2013.
Growing Love In Christian Marriage Third Edition Couple’s Manual. Nashville: Abingdon Press. Schell,
B. A., Gillen, G., Scatta, M. & Cohn, E.S. 2013. Willard and Spackman’s Occupational Therapy.
Philadelphia, Lippincott William & Wilkins. Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar
Keperwatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 1, Jakarta, EGC Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., &
Cheever, K. H. 2010. Brunner & Suddart’s Textbook of Medical Surgical-Nursing. Twelfth Edition,
Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins. WHOQOL Group. 1998. Development of the World
Health Organization WHOQOLBREF Quality of Life Assessment.
PsychologicalMedicine.http://journals.ca mbridge.org/action/displayAbstract?from
Page=online&aid=25793. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015.
HUBUNGAN LAMA MENJALANI KEMOTERAPI DENGAN
KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER PAYUDARA DI
RSUD ULIN BANJARMASIN
Mahmuddin Mahmuddin, Dhian Ririn Lestari, Ichsan Rizani

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker payudara adalah keganasan sel yang menyerang payudara dan merupakan penyebab kematian kedua pada
wanita. Frekuensi gangguan pada fungsi payudara dan gejala kanker payudara yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kualitas
hidup merupakan keadaan yang menyatakan kepuasan batin dan kenyamanan hidup seseorang.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama kemoterapi dengan kualitas hidup penderita kanker payudara di
RSUD Ulin Banjarmasin

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan accidental sampling yang


didapatkan 47 responden, kualitas hidup menggunakan European Organization of Research and Treatment of Cancer
(EORTC) BR23. Uji Analisa menggunakan korelasi spearman.

Hasil : Hasil rata-rata lama penderita menjalani kemoterapi sebanyak 4,53 kali dan rata-rata kualitas hidup penderita kanker
payudara berada di 65, 5% .

Kesimpulan: dari Hasil analisis yang diperoleh ada hubungan antara lama menjalani terapi dengan kualitas hidup penderita kanker
payudara di RSUD Ulin Banjarmasin ( P Value =0,00<0,01) dengan arah hubungan positif yakni semakin lama menjalani kanker
payudara semakin tinggi kualitas hidup penderita kanker. payudara. Kualitas hidup yang paling tinggi dilihat dari skala fungsi
adalah kenikmatan seks yakni 72,0 sedangkan dari skala gejala  adalah efek samping dengan skor  582,6

Kata kunci : kanker payudara, kemoterapi, kualitas hidup.

Hubungan Lama Menjalani Kemoterapi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di RSUD Ulin Banjarmasin

Abstrak

Latar Belakang:  Kanker payudara merupakan salah satu  sel keganasan yang menyerang payudara dan juga merupakan penyebab
kematian nomor dua pada wanita.  Frekuensi kemoterapi dapat memiliki  fungsi yang merugikan dan gejala dapat
mempengaruhi  kualitas hidup pasien. Kualitas hidup didefinisikan sebagai kondisi dimana individu melaporkan kepuasan batin
dan kenyamanan dalam hidup  .

Tujuan: Mengetahui hubungan  lama kemoterapi dengan kualitas hidup penderita kanker payudara RSUD Ulin Banjarmasin

Metode:  Penelitian ini menggunakan Metode Analitik dengan   desain cross sectional dan melibatkan 47 pasien yang semuanya
dipilih melalui accidental sampling. European Organization of Research and Treatment of Cancer (EORTC) BR23  digunakan
untuk mengukur kualitas hidup pasien. Uji analisis menggunakan korelasi spearman.

Hasil:  Rata  -rata durasi kemoterapi antar partisipan adalah 4 . 53  kali  dan rerata QoL pasien kanker payudara
adalah  73 . 31%.

Kesimpulan: Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara lama kemoterapi dengan kualitas hidup
penderita kanker payudara di RSUD Ulin Banjarmasin  (  p  v alue = 0 , 00<0  ,  01)  dengan arah hubungan positif menunjukkan
bahwa semakin lama waktu kemoterapi Durasi  membuat peningkatan skor  kualitas hidup pasien kanker payudara . Kualitas hidup
tertinggi dilihat dari skala fungsi adalah kenikmatan seks yaitu 72,0 sedangkan skala gejala adalah efek samping dengan skor
582,6.

 
Kata kunci  :  kanker payudara, kemoterapi, kualitas hidup

TEKS LENGKAP:
PDF TEKS LENGKAP

REFERENSI

Purwoastuti, E. (2008). Kanker Payudara. Yogyakarta : Kanisius.

Rasjidi, Imam. 2009 : Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto.

Aziz, A. 2010. Kemoterapi : Buku Panduan Pasien, PT. Dian Rakyat, Jakarta.

Pamungkas, 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Kenali Sebab-sebab dan Cara Antisipasinya. Yogyakarta : Buku Biru.

Wilensky. 2008. Diagnosis Kanker Payudara dan Solusinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Karya.

Perwitasari, D, A (2009). Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah Kemoterapi dengan Eortc QLQ-C3o
RSUD Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia 20 (2).

Karima, Qoulan Ulya, 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Payudara Wanita Di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Tahun 2013. Jakarta. FKM UI

Savitri, Astrid. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim. Yogyakarta. Pustaka Baru Pers

Ariani, Sofi. 2015. Hentikan Kanker. Yogyakarta. Istana Media

Amalia (2002). Layanan Mengobati Kanker dan 33 Jenis Kanker Lainnya. Jogjakarta : Pemandangan.

Ventegodt, AJ 2003. Teori Kualitas Hidup Tuberkulosis 1. Teori Idola Hidup dalam Konsep Tuberkulosis.

Wahyuni, T. 2015. Hubungan antara Frekuensi Kemoterapi dengan Kualitas Hidup Perempuan dengan Kanker Payudara yang
menjalani kemoterapi di Ruang Kemoterapi RSUD AM Parikesit Tenggarong. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol 3 No. 2

Ambarwati, dkk (2014). Efek Samping Kemoterapi secara Fisik Pasien Penderita Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan. Jilid II

Liana, Laella Kinghua, Dkk. 2012. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Dan Penanganannya Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru
Periode Januari 2010– Desember 2012. Bandung. [[Universitas Kristen Maranatha]

Setiawati, Y. 2016. Hubungan Lama Kemoterapi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di
RSUD Tugurejo Semarang. Stikes Ngudi Waluyo

Demerci, Senem, dkk. 2013. Validasi Modul EORTC QLQC30 dan BR23 Versi Turki pada Pasien Kanker Payudara. Jurnal
Pencegahan Kanker Asia Pasifik, Vol 12
HUBUNGAN EFEK SAMPING KEMOTERAPI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA DI
RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR Suriani Syamsuddin, Muh. Yusuf Tahir, Makkasau Plasay
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panakkukang Makassar Jl. Adhyaksa No.5 Telp: (041) 44433-
449574-5058660 Fax : (0411) 4662561-430614 Makassar 90231 E-mail:
Surianisyamsuddin44@gmail.com ABSTRAK Suriani Syamsuddin : Hubungan Efek Samping
Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
Pembimbing: Muh. Yusuf Tahir Dan Makkasau Plasay (I-X+86halaman+10tabel+14gambar+12
lampiran) Pendahuluan : Carcinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal yang berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Metode penelitian:
penelitian ini yang bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini
populasi adalah semua pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruangan Ar-rahman
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar yang berjumlah 342 pasien terhitung Januari-Agustus 2019 rata-
rata setiap bulannya 43 pasien dengan jumlah sampel diambil penelitian ini 39 orang. Hasil: efek
samping kemoterapi pasien kanker payudara menunjukkan bahwa sebagian besar efek samping
kemoterapi pasien kanker payudara bersifat adaptif sedangkan kualitas hidup pasien kanker
payudara menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kualitas hidup yang baik.
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara efek samping kemoterapi dengan kualitas
hidup pasien kanker dengan nilai ρ value- 0,003 yang berarti dibawah 65 thn 1 2.6 Total 39 100
Sumber: Data Primer, Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh data dari responden umur
36- 45 tahun memiliki distribusi sebanyak 17 responden (43,6 %) dan umur >65 tahun memiliki
distribusi sebanyak 1 responden (2,6%). b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina
Makassar Jenis Kelamin n % Laki-Laki 2 5,1 Perempuan 37 94,9 Total 39 100 Sumber : Data Primer,
Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh data dari responden berjenis kelamin
perempuan memiliki distribusi sebanyak 37 responden (94,9%) dan laki-laki memiliki distribusi
sebanyak 2 responden (5,1%). c. Distribusi frekuensi berdasarkan agama responden Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama Responden Di Ruang ArRahman Ibnu Sina Makassar Agama
n % Islam 37 94,9 Kristen 2 5,1 Total 39 100 Sumber : Data Primer, Januari 2020 Berdasarkan tabel
5.3 diatas diperoleh data dari responden berjenis agama islam memiliki distribusi sebanyak 37
responden (94,9%) dan agama kristen memiliki distribusi sebanyak 2 responden (5,1%). d. Distribusi
frekuensi berdasarkan pekerjaan responden Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Responden Di Ruang ArRahman Ibnu Sina Makassar Pekerjaan n % PNS/POLRI/TNI 10 25,6 Peg.
Swasta 4 10,3 Wirawasta 3 7,7 Guru/Honorer 5 12,8 IRT 15 38,5 Penjahit 2 5,1 Total 39 100 Sumber :
Data Primer, Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh data pekerjaan dari responden IRT
memiliki distribusi sebanyak 15 responden (38,5%) dan Penyanyi memiliki distribusi sebanyak 2
responden (5,1%). e. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden Tabel 5.5 Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar Pedidikan n
% SD 2 5,1 SMP 6 15,4 SMA 21 53,8 Perguruan Tinggi 10 25,6 Total 39 100 Sumber : Data Primer,
Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data pendidikan dari responden SMA sebanyak
21 responden (53,8%), dan SD sebanyak 2 responden (5,1%). f. Distribusi frekuensi berdasarkan
status pernikahan Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pernikahan Responden Di
RuangmAr-Rahman Ibnu Sina Makassar Status Pernikahan n % Menikah 37 94,9 Belum Menikah 2
5,1 Total 39 100 Sumber : Data Primer, Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.6 diatas diperoleh data
status pernikahan responden yang telah menikah sebanyak 37 responden (94,9%) dan yang belum
menikah memiliki distribusi sebanyak 2 responden (5,1%). 2. Analisa Univariat Analisa univariat
dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti. Pada
analisa univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah data persentase
setiap kelompok: a. Distribusi frekuensi berdasarkan efek samping kemoterapi responden Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Efek Samping Kemoterapi RespondenDi Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar
Efek Samping Kemoterapi n % Adaptif 24 61,5 Maladaptif 15 38,5 Total 39 100 Sumber : Data Primer,
Januari 2020 Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh data efek samping kemoterapi yang adaptif
sebanyak 26 responden (61,5%) sedangkan responden efek samping kemoterapi yang maladaptif
sebanyak 15 responden (38,5%). b. Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas hidup responden Tabel
5.8 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Responden Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar Kualitas
Hidup n % Baik 21 53,8 Buruk 18 46,2 Total 39 100 Sumber : Data Primer, Januari 2020 Berdasarkan
tabel 5.8 diatas peroleh data responden yang memiliki kualitas hidup yang baik 21 responden
(53,8%) sedangkan responden yang memiliki kualitas hidup yang buruk sebanyak 15 responden
(46,2%). 3. Analisa Bivariat Tabel 5.9 Hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitap hidup
pasien pasien Efek Samping Kemoterapi Kualitas Hidup Total ρ value Baik Buruk n % n % n % 0.003
Adaptif 18 46,2 6 15,4 24 61,5 Maladaptif 3 7,7 12 30,8 15 38,5 Total 21 53,8 18 46,2 39 100 Uji Chi-
Square Berdasarkan tabel 5.9 diatas diperoleh data responden menunjukkan bahwa 39 responden
yang merasakan efek samping kemoterapi yang bersifat adaptif dengan kualitas hidup yang baik
sebanyak 18 responden (46,2%), sedangkan responden yang memiliki efek samping adaptif dengan
kualitas yang buruk sebanyak 6 responden (15,4%), dan untuk efek samping kemoterapi yang
bersifat maladaptif dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 3 responden (7,7%) sedangkan efek
samping kemoterapi yang bersifat maladaptif dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 12
responden (30,8%). Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji ChiSquare
dengan nilai ρ value = 0.003 jika dibandingkan dengan α = 0.05 maka ρ value < 0,05. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
terdapat ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pada pasien kanker
payudara. Pembahasan Berdasarkan analisis data secara statistik dengan menggunakan uji
ChiSquare didapatkan hasil terdapat 0 cells (0%) yang mempunyai expected count >5 didapatkan
nilai ρ-value = 0,003 < nilai α (0,05) dapat diartikan bahwa ada hubungan efek samping kemoterapi
dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di Ruangan Ar-Rahman Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar. Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa Efek samping kemoterapi responden kanker
payudara didapatkan bahwa 39 responden yang mengalami efek samping kemoterapi yang bersifat
adaptif dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 18 (46,2) responden dengan distribusi frekuensi
efek samping yang adaptif 24 (61,5%) responden dan kualitas hidup baik 21 (53,8%) responden, efek
samping kemoterapi adaptif dengan kualitas hidup yang buruk sebanyak 6 (15,4%) responden
dengan distribusi frekuensi efek samping adaptif 24 (61,5%) responden dengan kualitas hidup yang
buruk 18 (46,2%) responden, efek samping kemoterapi maladaptif dan kualitas hidup yang baik
sebanyak 3 (7,7%) responden dengan distribusi frekuensi efek samping yang bersifat maladaptif
sebanyak 15 (38,5%) responden dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 21 (53,1%) responden,
efek samping kemoterapi maladaptif dan kualitas hidup yang buruk 12 responden (30,8%) dengan
distribusi frekuensi efek samping kemoterapi maladaptif 15 (38,5%) dan kualitas hidup yang buruk
18 responden (46,2%). Menurut Eda dan Puguh (2017) salah satu terapi sistemik pada kanker
payudara adalah kemoterapi. kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Kanker sendiri memiliki berbagai jenis berbagai akibat yang muncul, berbagai macam ancaman
selalu membayangi para penderita kanker seperti kematian dan penurunan kualitas hidup. Menurut
Khairani (2019) beberapa efek samping yang tidak diinginkan akan timbul selama kemoterapi. Efek
samping kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh
sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-sel yang sehat terutama sel-sel yang membelah secara
cepat. efek samping kemoterapi adalah efek samping yang terjadi akibat pemakaian obat yang tidak
diinginkan dan memunculkan beberapa efek yang sangat sering dirasakan oleh pasien yang telah
menjalani kemoterapi yaitu kelelahan, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, sakit persendian,
diare, sulit menelan, alergi, gatal, adanya luka pada mulut dan sembelit. Efek samping fisik yang
ditimbulkan oleh kanker payudara serta pengobatannya memberikan dampak psikologis yang dapat
berpengaruh terhadap konsep diri pada pasien kanker payudara seperti menyebabkan rasa tidak
nyaman, cemas, takut, perasaan berduka, marah, sedih, takut untuk beraktivitas bahkan sampai
menarik diri dari lingkungan. Menurut Angraini (2018) Efek samping obat kemoterapi pada setiap
siklus berbeda-beda hal ini disebabkan karena kemoterapi mempengaruhi setiap pasien berbeda-
beda dengan cara yang berbeda. Beberapa pasien memiliki efek samping yang lebih banyak dari
yang lain, beberapa orang ada yang memiliki pengaruh sangat sedikit terhadap kemoterapi. Pada
siklus pertama kemoterapi yang terjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus berikutnya karena
sudah ada perbaikan dari siklus pertama jadi pada siklus keenam jenis efek samping yang terjadi
lebih sedikit dibanding siklus pertama sampai kelima. Menurut Setiawan (2018) mengatakan
frekuensi dalam pemberian kemoterapi diberikan secara berulang (bersiklus) dengan artian pasien
akan menjalani kemoterapi dengan beberapa siklus, dalam setiap siklus terdapat proses pengobatan
dengan pemberian obat kemoterapi disertai dengan masa pemulihan kemudian dilanjutkan dengan
masa pengobatan kembali dengan begitu seterusnya sesuai dengan protocol obat kemoterapi yang
telah ditentukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Nurhikmah (2018) kualitas hidup
adalah perasaan dan pernyataan rasa puas seseorang individu akan kehidupan secara menyeluruh
dan secara status mental orang yang mengakui bahwa individu tersebut hidup dalam kondisi yang
nyaman, jauh dari ancaman dan secara adekuat memenuhi kebutuhan dasar. Menurut Critiani dalam
Nurhikmah (2018) mengatakan kualitas hidup seseorang pada indicator pendapatannya di pengaruhi
dari semkain penghasilan akan semakin tinggi pula taraf hidupnya. Kualitas hidup dengan indicator
kesehatan dicapai melalui kombinasi dari kesehatan, mental, dan kesehatan ekonomi social, semakin
tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka kualitas hidupnya baik, pekerjaan yang menghasilkan
memenuhi kebutuhannya semkain tinggi penghasilan maka kualitas hidup semakin meningkat.
Kualitas hidup yang diukur pada lingkungan dan perumahan dilihat pada tempat tinggal yang layak,
lingkungan yang bersih dan air yang bersih, kualitas hidup yang dinilai dari stabilitas social yaitu
dukungan dan pengakuan yang positif dari lingkungan maupun keluarga. Menurut Husni (2015)
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi beberapa bagian yaitu lamanya
menjalani terapi, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani. Selain itu, dukungan
keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara. Pasien kanker payudara dapat memiliki
kualitas hidup yang baik apabila melakukan pengobatan secara teratur, sehingga dengan melakukan
pengobatan dengan teratur kemungkinan untuk sembuh sangat besar, dengan demikian pasien
kanker payudara bisa sembuh dan dapat melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
ketergantungan dengan orang lain. Sehingga dapat mandiri secara emosional, sosial, kesejahteraan
fisik pasien akan dengan mudah mencapai kualitas hidup yang baik. Hal ini terjadi karena tujuan
terapi pengobatan kanker payudara awal dan local tingkat lanjut adalah kesembuhan, tujuan terapi
kanker payudara metastatic untuk memperbaiki gejala, memperbaiki dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Dukungan keluarga dalam merawat pasien dapat menurunkan kecemasan,
meningkatkan semangat hidup dan kualitas hidup pasien, dukungan keluarga dapat mempengaruhi
kepuasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari termasuk kepuasaan seseorang dalam
menjalani kehidupan sehari-hari termasuk kepuasaan status kesehatannya. Dukungan keluarga pada
pasien kanker payudara terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan materi
dan dukungan informasi. Dukungan diberikan sepanjang hidup pasien apabila dukungan semacam ini
tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan sangat berkurang dan adanya yang
sangat kuat dukungan keluarga maka penyembuhan atau pemulihan akan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Hal ini sejalan dengan penelitia’n oleh Sasmita (2016) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara umur, pendidikan, pekerjaan, stadium dan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Berdasarkan hasil penelitian oleh Angraini (2018)
diketahui bahwa gejala yang dikeluhkan oleh responden adalah fatique sering pada 10 orang dan
nausea selalu pada 21 orang, gejala yang tidak ada pada sebagian responden penelitian adalah nyeri
13 orang, nafsu makan menurun dan konstipasi tidak sama sekali masing-masing 23 orang, diare 22
orang, kesulitan tidur 21 orang, sesak napas 18 orang dan kesulitan finansial 19 orang. Serta untuk
kualitas hidup keseluruhan responden penelitian sebagian besar masuk dalam skala sangat baik
(15,4%), baik (46,2%), agak baik (42,3%), dan sedang (7,7%). Hasil penelitian Muhammad husein
(2015) menyatakan terdapat dukungan yang sangat kuat antara dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien kanker payudara. Hasil analisis oleh Nurhikmah (2018) menjelaskan mekanisme pasien
kanker payudara kategori adaptif sebanyak 36 dari 55 responden (65,5%) dengan kualitas hidup
pasien kanker payudara kategori buruk yaitu sebanyak 29 dari 55 responden (52,7%), ada hubungan
mekanisme koping dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Hasil penelitian oleh Khairani (2019) yang dilakukan 50 pasien yang telah menjalani kemoterapi
tentang kualitas hidup pasien terhadap kecemasan pasien kanker payudara mengatakan terdapat
58,22% pasien mengalami kualitas hidup rendah dan 24,63% pasien mnegalami kualitas hidup
sedang. Penelitian sejenis juga dilakukan terhadap 33 orang pasien kanker payudara setelah
kemoterapi mengalami kualitas hidup yang rendah sebanyak 57,6 %. Berdasarkan hasil penelitian
Husni (2015) analisa bivariate 8 responden menyatakan dukungan keluarganya sangat baik
didapatkan 87,5 % yang kualitas hidup yang baik, adapun sebanyaka 33,3 dari 34 responden yang
menyatakan dukungan keluarganya kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian
oleh Husni,dkk (2015) mengatakan bahwa hasil analisis univariat dari 32 responden yang menjalani
rawat inap RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang jumlah responden yang memiliki kualitas hidup
kurang lebih banyak yaitu (53,1). Berdasarkan hasil uji statistic oleh Mardiana (2015) dengan
menggunakan uji chi-square dapat disimpulkan ada hubungan mekanisme koping dengan kualitas
hidup pada pasien kanker payudara. Berdasarkan hasil analisis oleh Setiawan adanya hubungan lama
kemoterapi dengan konsep diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Ulin
Banjarmasin. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Efek samping kemoterapi pasien kanker
payudara sebagian besar responden adaptif sebanyak 24 (61,5)%. 2. Kualitas hidup pasien kanker
payudara sebagian besar responden mengalami kualitas hidup yang baik 21 (53,8%). 3. Ada
hubungan antara efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Saran 1.
Bagi pihak Rumah Sakit Perawat lebih berperan aktif dan fockus, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai informasi tambahan dan pedoman bagi perawat memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan scera holistic untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara
khususnya domain kesehatan fisik. 2. Bagi keluarga Keluarga harus selalu memotivasi dan
memberikan dukungan kepada responden yang telah menjalani kemoterapi dengan beberapa efek
samping yang dirasakan untuk meningkatkan kualitas hidup yang baik . 3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan jumlah populasi
yang kebih besar, sehingga peneliti dapat lebih mencari tahu apakah ada hubungan efek samping
kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara dan dapat melakukan penelitian lebih
mendalam sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Angraini, Dkk. 2018.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup (Quality Of life) Penderita Kanker Payudara Di
Kota Padang. Jurnal Endurance 3 (3) Oktober 2018 (562- 567). http://ejournal.kopertis10.or.id/index.
php /endurance/article/view/3094. Eda, Puguh. 2017. Kualitas Hidup (Quality Of life) Pasien Kanker
Payudara Pasca Kemoterapi Di Smc Rstelogorejo. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.
id/index.php/jikk/article/view/744 Firmana, Dicky. 2017. Keperawatan Kemoterapi . Jakarta:
Salemba Medika Firmasnyah, Dkk. 2015. Kejadian Neutropenia Pada Pasien Kanker Payudara Yang
Mendapat Kemoterapi. MKA, Volume 38 Nomor 1, Jan-Apr 2015. http://jurnalmka.fk.unannd.ac.id
Gazali, Rahman. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Tuberculosis Paru Di
Puskesmas Yang Berada Di Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Skripsi Thesis, Universitas Airlangga.
Hastono, Dkk. 2016. Analis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. Husni M, Dkk. 2015.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Di Instalasi Rawat
Inap Bedah Rsup Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. Jurnal Keperawatan Sriwijaya.
2015; 2(2): 77 –83. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/ jk_sriwijaya/article/view /2334 Hidayat.
A. A. A. 2018. Metodelogi Keperawatan Dan Kesehatan I. Jakarta: Salemba Medika Kemenkes RI.
2016. Info DATIN Kanker Payudara Khairani, Dkk. 2019. Evaluasi Efek Samping Obat Kemoterapi
Terhadap Quality Of Life (Qol) Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit X Jakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia, April 2019, Hlm 9-13. http://farmasi.unipancasila.ac.id Medical Record.
2017. Data Pasien Kanker Payudara : Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Nina & Nuryani. 2017. Kanker
Payudara Dan PMS Pada Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika Nugroho. 2014. Asi Dan Tumor
Payudara Dilengkapi Lostrum Dan Gizi Seimbang Ibu Menyususi. Yogyakarta: Medical Book
Nurhikmah, Dkk. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Kanker Payudara.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 38-27 Mei 2018 Issn 2621- 2978.
https://journal.ppnijateng.org/index.p hp/jikj/ article/download/35/12 Nurarif & Kusuma. 2015.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction Nursalam. 2017. Metedeologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika Putri, Dkk. 2019. Hubungan Antara Nafsu Makan Dengan Asupan Energy Dan Protein Pada
Pasien Kanker Payudara Post Kemoterapi. Putri Et Al MediaGizi Indonesia.
https://ejournal.unair.ac.id/MGI/article/view/ 9939. Putra, S. R. 2015. Buku Lengkap Kanker
Payudara Panduan Lengkap Mengenal, Mendiganosis, Menangani, Dan Mencegah Kanker Payudara.
Yogyakarta:Laksana Rasjidi. 2014. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik SehariHari. Jakarta:
Sagung Seto Saraswati, S. 2015. Mencegah Dan Mengobati 52 Penyakit Yang Sering Diderita
Perempuan. Jogjakarta: Katahati Subagja, H. P. 2014. Waspadai KankerKanker Ganas Pembunuh
Wanita. Jakarta: Flashbooks Sujarweni. 2014. Metedologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Medika Setiawan, Dkk. 2018. Hubungan Lama Kemoterapi Dengan Konsep Diri Pasien Kanker
Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Ulin Banjarmasin.Dinamika Kesehatan Vol 9 No.2
Desember 2018. https://ojs.dinamikakesehatan.unism. ac.id/index.php/dksm/article/view/35 6.
Yustiana & Mendri. 2014. Kanker Payudara Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika Yogianto &
Sulistianingsih. 2017. Obat Herbal Penanganan Kemoterapi Dan Efek Samping. Farmaka Volume 15
No 4 31 Desember 2017. http://jurnal.unpad. ac.id/farmaka/article/view/14750
Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2118 Hubungan Antara Faktor
Psikososial dan Faktor Lingkungan dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Risdayanti1* , Hj. Nunung Herlina2 1,2 Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia *Kontak Email: risdary.rr@gmail.com
Diterima : 23/07/19 Direvisi : 28/08/19 Diterbitkan : 31/08/20 Abstrak Tujuan Studi: Untuk
mengetahui hubungan antara faktor psikososial dan faktor lingkungan dengan kualitas hidup pasien
kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metodologi:
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan desain analitik berbentuk cross sectional. Populasi
sebanyak 123 dengan sampel sebanyak 94 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar anket (kuesioner). Hasil: Hasil penelitian ini menggunakan uji chi-square
didapatkan nilai p value 0,000 (p0,05) menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan
dengan kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Manfaat: Menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang kualitas hidup
pasien kanker yang menjalani kemoterapi agar dapat lebih baik lagi. Abstract Purpose of study: The
purpose of this study was to determine the Relationship Between Psychosocial Factors and
Environmental Factors with the Quality of Life of Cancer Patients Undergoing Chemotherapy in RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Methodology: The design of this study was descriptive with
analytical design in the form of cross sectional. The population is 123 with a sample of 94
respondents. The instrument used in this study is an anket sheet (questionnaire). Results: The results
of this study using the chi-square test obtained a p value of 0,000 (p 0.05) showed no the
relationship between environmental factors and the quality of life of cancer patients undergoing
chemotherapy at Abdul Wahab Sjahranie Hospital in Samarinda. Applications: Add insight into the
development of nursing knowledge about the quality of life of cancer patients undergoing
chemotherapy to be better. Kata Kunci : Faktor Psikososial, Faktor Lingkungan, Kualitas Hidup. 1.
PENDAHULUAN Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer (IARC) pada
tahun 2012 yang memperkirakan 14 juta kasus kanker per tahun dan kematian karena kanker
diprediksi meningkat dari 8,2 juta sampai 13 juta setiap tahun. Lebih dari setengah kasus kanker
(56,8%) dan kematian karena kanker (64,9%) terjadi di negara-negara berkembang dan proporsi ini
akan meningkat pada 2025 (World Health Organization, 2013). Saat ini terdapat 10 juta penderita
kanker di Amerika Serikat (Potter & Perry, 2010).Kanker merupakan kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali serta mengancam nyawa penderitanya (Baradero, 2008). Kanker
merupakan penyakit kronik karena efek lanjut yang ditimbulkannya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur, jenis kelamin dan ras (Potter & Perry, 2010). Penyakit ini dapat menyerang semua
umur, jenis kelamin dan ras. Jika mendapat penanganan yang terlambat atau sudah pada stadium
akhir kesembuhan sulit diperoleh sehingga prognosis penyakit ini biasanya buruk dan dapat berakhir
dengan kematian (Potter & Perry, 2010). Penatalaksanaan kanker meliputi pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, imunoterapi (bioterapi) dan terapi hormon (Kowalak, 2011). Kemoterapi adalah
pemberian obat untuk membunuh sel kanker (Rochmawati, 2015). Pasien kanker yang menjalani
kemoterapi biasanya mengalami berbagai gejala sebagai akibat dari penyakit atau dari kemoterapi
itu sendiri. Gejala ini mempengaruhi pasien, baik secara fisik maupun emosional dan lebih jauh lagi
memberikan pengaruh negatif terhadap pengobatan, prognosis penyakit dan kualitas hidup pasien
(Rulianti dkk, 2013). Kualitas hidup sering diukur untuk mengevaluasi uji klinis dengan kemoterapi.
Pengukuran kualitas hidup adalah metode terbaik untuk menilai toleransi pasien terhadap
kemoterapi. Kemoterapi sebaiknya dinilai dengan mengingat dua aspek Borneo Student Research
eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2119 penting yaitu efek toksik pada sel tumor, dan juga
dampak positif dan negatif pada kualitas hidup pasien (Sawada et al, 2009). Menurut WHO (2013)
kualitas hidup adalah sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup
ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dengan standar
hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka (Rochmawati, 2015). Kualitas hidup pasien
kanker yang menjalani kemoterapi merupakan pandangan pasien kanker yang menjalani kemoterapi
terhadap hidupnya secara holistik meliputi fisik, psikososial, spiritual dan lingkungan yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan dalam hidupnya karena efek penyakit kanker itu sendiri dan tambahan
efek kemoterapi yang sering kali menjadi keluhan pasien kanker dalam menjalankan aktivitas sehari-
harinya (Ladjar, 2015). Faktor Psikososial pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami
banyak tekanan emosional seperti takut, perubahan peran, penolakan, sedih, malu, rasa menyerah,
putus asa, pasrah pada kematian, penurunan konsentrasi, gangguan citra tubuh, bingung, kaget,
sakit hati, frustasi, tidak percaya diri, marah, dendam, malas berobat serta yang diperoleh pasien
kanker dari keluarga, teman-teman, tetangga dan petugas kesehatan. Pasien kanker yang menjalani
kemoterapi mendapat dukungan emosional seperti ungkapan semangat, dukungan instrumental
seperti keuangan, dukungan informasi seperti pengobatan herbal dan dukungan kelompok dari
organisasi keagamaan, dan dari faktor lingkungan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat
ditunjukkan dengan keadaan yang memperlihatkan semua pasien kanker yang menjalani kemoterapi
menggunakan bantuan biaya kesehatan seperti BPJS dan ASKES (Kolin, 2014). Kualitas hidup adalah
persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, dimana individu hidup dan hubungannya dengan harapan, tujuan, standar yang
ditetapkan dan perhatian dari individu. Masalah yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan
kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial,
dan lingkungan dimana mereka berada. Kualitas hidup juga merupakan kriteria yang sangat penting
dalam penilaian hasil medis dari pengobatan penyakit kronis. Persepsi individu tentang dampak dan
kepuasan tentang derajat kesehatan dan keterbatasannya menjadi penting sebagai evaluasi akhir
terhadap pengobatan (Reis, 2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Faktor-faktor
berikut ini yang akan mempengaruhi kualitas hidup manusia menurut (Pradono, Hapsari, & Sari,
2017): 1) Usia Usia yang bertambah pada seseorang secara psikologis akan meningkatnya kualitas
hidup. 2) Jenis kelamin Perempuan lebih cenderung memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan
dengan laki-laki, karena perempuan dapat mengontrol emosi dan dapat menghadapi masalah
dibanding dengan laki-laki. 3) Pendidikan Faktor Pendidikan akan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang jika semakin tinggi pendidikan seseorang maka pola pikir yang dimiliki mampu
mengantisipasi terhadap penurunan kualitas hidup. 4) Pekerjaan Seseorang yang memiliki pekerjaan
akan lebih baik hidupnya, dibanding dengan yang tidak bekerja. 5) Perilaku berisiko Seseorang yang
memiliki kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, aktivitas fisik yang kurang, pola makan dan
tidur yang tidak baik, akan mempengaruhi pada emosi dalam diri sehingga hal tersebut akan
menurunkan kualitas hidup. 6) Penyakit kronis Penyakit kronis dapat termasuk pada perawatan
paliatif, dimana seseorang yang mempunyai penyakit kronis seperti kanker stadium lanjut akan
menimbulkan kecemasan hingga depresi, maka hal tersebut berpengaruh pada kualitas hidup. 7)
Gangguan mental Seseorang dengan kecemasan dan depresi berat akan mempengaruhi kualitas
hidupnya. 8) Status ekonomi Seseorang dengan status ekonomi yang tinggi bisa memenuhi
kehidupannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker yang menjalani
kemoterapi Kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi merupakan pandangan
terhadap hidupnya secara holistik meliputi fisik, psikologis, spiritual, sosial dan lingkungan yang
sangat dipengaruhi oleh perubahan dalam hidupnya. 1) Kondisi fisik pasien kanker setelah menjalani
kemoterapi a) Efek samping penyakit kanker kemoterapi Lemah, mudah lelah dan kehilangan tenaga
atau kemampuan berkonsentrasi. Keberadaan tumor itu sendiri dapat turut menyebabkan keletihan.
Tunor malignan memerlukan oksigen dan nutrisi. Jadi, sel tumor akan menghabiskan pasokan darah
dan oksigen jaringan sekitarnya (Kowalak, 2011). Efek kemoterapi membuat partisipan selama tiga
hari membuat partisipan yang tidak dapat beraktivitas. Jika efek kemoterapi pada tubuh menghilang
ada partisipan yang memanfaatkan untuk berolahraga karena menurut yang partisipan rasakan akan
membuat otot-ototnya terasa kencang. Ada pula partisipan yang tetap menjalankan aktivitas seperti
biasa untuk menghilangkan pikiran tentang penyakit yang diderita. Namun ada Borneo Student
Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2120 pula partisipan yang tetap beraktivitas
walaupun masih merasa sakit karena menurut partisipan tersebut tidak nyaman jika tetap berdiam
diri. Kondisi fisik yang lemah tidak memungkinkan partisipan bekerja layaknya orang yang sehat
secara fisik. Hal ini akan menyebabkan penurunan kemampuan bekerja pada partisipan yang
ditunjukkan dengan partisipan berhenti bekerja dan menunda pekerjaan. Berhenti dari pekerjaan
untuk memfokuskan diri pada pengobatan dan menunda pekerjaan dilakukan pada partisipan yang
berjenis kelamin laki-laki. Kemoterapi bekerja secara sistemik untuk membunuh sel-sel kanker yang
berkembang secara abnormal dan bersifat progresif. Efek samping kemoterapi ini menimbulkan
banyak keluhan pada kondisi fisik pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Efek kemoterapi akan
dirasakan partisipan dalam tubuhnya lebih kurang selama 2 minggu, membuat kelelahan dan nyeri
yang sangat (Kolin, 2014). b) Perubahan positif pada fisik setelah menjalani kemoterapi Efek
kemoterapi pada penyakit kanker itu sendiri membuat partisipan merasa lebih nyaman karena
perubahan yang lebih baik pada keluhan-keluhan fisik yang sebelumnya telah dialami partisipan.
Keluhan-keluhan yang ada sebelumnya ada yang berkurang bahkan ada yang menghilang. Sebagai
terapi paliatif, kemoterapi bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dengan meredakan nyeri
dan simptom lain untuk sementara waktu (Kowalak, 2011). Partisipan memperoleh manfaat dari
kemoterapi walaupun hal ini tidak berlangsung terus menerus karena tetap saja efek toksisitas dari
kemoterapi tidak membunuh semua sel kanker. Kemoterapi yang dilaksanakan tidak hanya sekali
bertujuan untuk membunuh sel kanker secara berkala untuk membunuh semakin banyak sel kanker
dan untuk memberikan waktu pemulihan sel-sel sehat yang terkena dampak toksisitas dari
kemoterapi. Menjalani kemoterapi memang memerlukan kesiapan baik secara fisik dan juga
emosional dari penderita agar dapat menghadapi berbagai efek kemoterapi dan dapat menerima
bahwa manfaat yang diperoleh dari kemoterapi bukanlah hal yang bersifat permanen (Kolin, 2014).
Efek kemoterapi pada penyakit kanker itu sendiri membuat partisipan merasa lebih nyaman karena
perubahan yang lebih baik pada keluhan-keluhan fisik yang sebelumnya telah dialami partisipan
(Kolin, 2014). 2) Kondisi psikososial pasien kanker yang menjalani kemoterapi a) Cemas Cemas
merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik tetapi secara subjektif dialami dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada seuatu
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak
menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005) b) Stress Stress dimulai saat seseorang menyadari
bahwa menderita kanker adalah suatu kenyataan, dan telah berlangsung. Pada saat ini, seseorang
menjadi khawatir terhadap perubahan atau ancaman perubahan, tujuan dan perhatiannya terpusat
pada kondisinya saat ini. Penelaahan pada keadaan atau kemungkinan perubahan yang disebabkan
karena kanker meliputi penilaian kemaknaan diri (maknanya sebagai menyakitkan atau benar-benar
suatu bencana, suatu yang nyata atau hanya kemungkinan, atau mengubah kemaknaan dirinya), ini
disebut “penelaahan primer” dan evaluasi pilihan koping disebut “penelaahan sekunder”.
Penelaahan primer dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai pribadi. Penelaahan sekunder berkaitan
dengan tingkat sejauh mana seseorang dapat memegang kendali atau mengubah situasi yang
berkaitan dengan kanker (Diez,Forjaz,Landivar, 2005).Tim Cancer Helps 2010, menyatakan dari
beberapa penelitian menunjukkan bahwa stress kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh
seseorang pada akhirnya dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya kanker, seperti kaposi
sarkoma dan beberapa jenis limfoma (kanker getah bening). c) Depresi Depresi berarti menyadari
sepenuhnya apa yang terjadi pada dirinya, dan hilangnya segala harapan (Djauzi Samsuridjal, 2003).
Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah gangguan
unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat
perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi, perilaku
motorik, dan perubahan kognitif (Nevid dkk, 2005). d) Konflik peran Konflik peran adalah ketidak
sesuaian antara dua atau sekelompok (dalam satu organisasi atau perusahaan) yang harus membagi
sumber daya terbatas dalam kegiatan-kegiatan kerja atau kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status, tujuan, nilai dan persepsi (Veithzal Rivai, 2005). e) Perubahan peran social Ketika
peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita
dengan oranglain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya,
etnik atau agama. f) Isolasi sosial Isolasi sosial adalah proses pertahanan diri seseoramg terhadap
orang lain maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik
diri secara fisik maupun psikis (Suliswati, 2005). Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1
No 3, 2020 BSR 2121 3) Kondisi lingkungan pasien kanker yang menjalani kemoterapi a) Bantuan
biaya kesehatan Menurut Kolin (2014) Saat ini semua partisipan menggunakan bantuan biaya
kesehatan berupa ASKES dan BPJS untuk membiayai pengobatan kemoterapi di RSUD Ulin
Banjarmasin. Keberadaan BPJS di tengah-tengah masyarakat saat ini sangat membantu pasien
kanker dalam menjalani kemoterapi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa biaya untuk kemoterapi
tidaklah sedikit. Jika hanya menggunakan uang pribadi tentulah ini akan menambah beban keuangan
pasien. Kemanfaatan BPJS ini tampak bahwa pasien kanker yang menjalani kemoterapi menjadi lebih
patuh dan semangat untuk ke rumah sakit dibandingkan dengan sebelum berlakunya BPJS. b)
Kesulitan keuangan Menurut Kolin (2014) Partisipan dengan kanker yang mendapat bantuan biaya
kesehatan sejak awal pengobatan juga mengalami kesulitan keuangan karena semenjak sakit tidak
bisa bekerja lagi. Meski mengetahui bahwa setelah menjalani pemeriksaan harus menjalani
pengobatan lebih lanjut namun partisipan mengurungkan niatnya karena kehabisan uang. Partisipan
ingin melanjutkan pengobatan hanya dengan obat-obat herbal saja, namun BPJS telah membantu
kondisi partisipan dalam menjalani pengobatan kemoterapi dan pasti juga telah banyak membantu
pasien-pasien yang lain. Faktorfaktor yang berhubungan dengan kesulitan keuangan selama
perawatan adalah usia muda dan pendapatan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan bahwa pasien
kanker kolon akan mengalami kesulitan keuangan karena untuk melaksanakan eliminasi harus
mengeluarkan biaya. Kondisi pasien yang lemah membuat pasien menjadi tidak mampu bekerja
sehingga kondisi yang harus menggunakan kantong kolostomi ini akan sangat memberatkan
partisipan. Keadaan kesulitan keuangan memang tidak dapat dihindarkan dari kondisi penyakit
kanker kolon ini apalagi jika diderita oleh pria yang masih produktif karena seharusnya ia masih
harus bekerja. Saat menjadi tidak produktif lagi sudah pasti ini akan mempengaruhi kondisi
keuangan keluarga. c) Pelayanan Kesehatan Menurut Kolin (2014) Partisipan merasakan bahwa
mereka telah menerima pelayanan kesehatan yang baik oleh petugaspetugas kesehatan. Secara
umum para partisipan menerima pelayanan yang baik dari para petugas kesehatan. Petugas
kesehatan secara khusus di ruang kemoterapi telah memberikan pelayanan yang memuaskan para
pasien kanker yang menjalani kemoterapi, namun ada partisipan yang merasa bahwa pelayanan
kesehatan yang diterimanya rumit karena harus pergi mengurus administrasi di tempat-tempat yang
berbeda. Urusan administrasi yang berbelit-belit membuat partisipan menjadi tidak sabar untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Pengelola pelayanan kesehatan ada baiknya juga mengevaluasi
pelayanan yang telah diberikan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. d) Pengobatan
Alternatif Menurut Kolin (2014) Selain menjalani kemoterapi partisipan juga menggunakan obat-
obatan herbal untuk membunuh penyakit kanker yang dideritanya. Partisipan menggunakan obat
herbal dan menjalani kemoterapi secara bergantian. Partisipan tidak berani menggabungkan antara
kemoterapi dan obat-obatan herbal. Penelitian yang dilakukan oleh Baratawidjaya dilaporkan bahan-
bahan herbal juga dilaporkan dapat mencegah penurunan jumlah sel darah putih, keluhan mukositis
dan diare serta kualitas hidup pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi dan bekerja
sinergis dengan kemoterapi dan radioterapi. Namun disini belum diketahui apakah semua obat-
obatan herbal dapat bekerja secara sinergis dengan kemoterapi. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut lagi tentang kemanfaataan obat kemoterapi dengan berbagai jenis obat-obatan herbal. e)
Makanan yang dihindari Pasien kanker yang menjalani kemoterapi juga menghindari makan-
makanan yang mengandung karsinogen yang dapat mencetuskan penyakit kanker seperti
menghindari makanan yang mengandung vetsin dan ikan-ikan yang diberi makan bama. Mereka
berpendapat bahwa vetsin dan bama dapat membuat tumbuhan dan ikan menjadi subur. Santoso
(2011) melaporkan bahwa sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang banyak
ditemukan pada bahan makanan. Serat pangan ini mempunyai manfaat salah satunya yaitu
mencegah kanker kolon. Paulus (2012) menyatakan sayuran dan buah-buahan mengandung
antioksidan yang berguna melawan sel kanker. Diharapkan agar para pasien kanker dan bukan
pasien kanker untuk tetap mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat-zat antioksidan
untuk melawan sel-sel kanker. 4) Kondisi spiritual pasien kanker yang menjalani kemoterapi Spiritual
berhubungan dengan nilai-nilai (isu tertinggi dan prinsip hidup) dan apa yang dicari manusia untuk
memberi nilai dan kegunaan dalam hidupnya (Djauzi,Samsuridjal, 2003). a) Mengingkari Tuhan
Ketidak mampuan untuk beriman, memecah ikatan agama dan kultural seperti, ”Saya tidak percaya
Tuhan lagi”, ”Saya tidak dapat meminta pertolongannya”, “Bagaimana saya dapat percaya pada
manusia jika Tuhan meninggalkan saya ?” (Djauzi,Samsuridjal, 2003). Borneo Student Research
eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2122 b) Kemarahan pada tuhan, agama dan kependetaan
Kemarahan pada Tuhan, agama dan kependetaan biasa disampaikan ketika seseorang merasa
dirinya tidak sanggup akan keadaannya dengan menerima cobaan yang tiada hentinya sehingga
terlontar kata marah seperti “Kenapa saya”, “Apa yang telah saya lakukan sehingga pantas
menerima ini ?” (Djauzi,Samsuridjal, 2003). c) Takut akan kematian Perasaan tidak terselesaikan
terhadap kematian seperti rasa takut terhadap tidur dan gelap seperti makin lama terjaga, semakin
lama dapat bertahan dari kematian (Djauzi,Samsuridjal, 2003). Menurut Sekarwiri (2008), Kualitas
hidup terdiri dari empat dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan
hubungan hubungan dengan lingkungan. 1) Dimensi fisik Dalam hal ini dimensi yaitu aktivitas sehari-
hari, ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan
ketidaknyamanan tidur dan istrahat, serta kapasitas kerja. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010)
aktivitas sehari-hari adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan
hidup dimana aktivitas dipengaruhi oleh adekuatnya system persarafan, otot dan tulang atau sendi.
Ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis yaitu seberapa besar kecendrungan individu
menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Energi dan kelelahan merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari, sedangkan mobilitas merupakan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan
oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kemudian sakit dan ketidaknyamanan
menggambarkan sejauh mana perasaan keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang
menyebabkan individu merasa sakit (Sekarwiri, 2008). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010)
istrahat merupakan suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar, sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Kapasitas kerja menggambarkan
kemampuan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugastugasnya. 2) Dimensi Psikologis
Dimensi psikologis yaitu bodily dan appearance, perasaan negatif, perasaan positif, self-esteem,
berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi. Aspek sosial meliputi relasi personal, dukungan sosial, dan
aktivitas seksual. Kemudian aspek lingkungan yang meliputi sumber finansial, freedom, physical
safety dan security, perawatan kesehatan dan social care lingkungan rumah, kesempatan untuk
mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk
melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan serta lingkungan fisik dan transportasi
(Sekarwiri, 2008). 3) Dimensi Hubungan Sosial Dimensi hubungan sosial mencakup relasi personal,
dukungan sosial dan aktivitas sosial. Relasi personal merupakan hubungan individu dengan orang
lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh individu yang
berasal dari lingkungan sekitarnya, sedangkan aktivitas seksual merupakan gambaran kegiatan
seksual yang dilakukan individu (Sekarwiri, 2008). 4) Dimensi Lingkungan Adapun dimensi lingkungan
yaitu mencakup sumber financial, freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan dan
social care, lingkungan rumah, kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang
menyenangkan, lingkungan fisik serta transportasi (Sekarwiri, 2008). Kanker adalah pertumbuhan sel
yang tidak terkendali yang dapat menyusup ke jaringan sekitar kemudian menyebar ke area lain
yang lebih jauh di dalam tubuh. Sebagian besar tipe dari sel kanker dinamakan sesuai dengan bagian
tubuh pertama kali sel kanker berasal (Riskesdas, 2013). Penyakit kanker merupakan suatu penyakit
yang disebabkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak
terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ
tubuh (Akmal, dkk., 2010). Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai
pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Sunaryati, 2011). Penyakit kanker adalah suatu kondisi
sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009). Penyakit kanker adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang
cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat (Maharani, 2009). a. Pertumbuhan
Penyakit Kanker Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan deoxyribose nucleic
acid (DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa
mutasi dapat mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen
kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan Borneo Student
Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2123 maupun diwariskan (Sunaryati, 2011). Sel-sel
kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian menyusup ke jaringan di
dekatnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker sebenarnya dibentuk dari sel normal
melalui proses transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap iniasi dan promosi. Tahap inisiasi, pada
tahap ini perubahan bahan genetis sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan sel genetis
disebabkan unsur pemicu kanker yang terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar
matahari (Sunaryati, 2011). Pada tahap promosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel
yang peka dengan karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh berusaha merusak
sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh yang tidak
berfungsi normal 20 menjadikan tubuh rentan terhadap kanker (Sunaryati, 2011). b.Jenis-jenis
Penyakit Kanker Jenis-jenis kanker yaitu; karsinoma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ.
Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan
saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin,
payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas (Akmal, dkk., 2010). Limfoma termasuk
jenis kanker berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia,
limfoma merupakan jenis kanker yang tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh
darah dan mengganggu fungsi sel darah normal (Akmal, dkk., 2010). Sarkoma adalah jenis kanker
akibat kerusakan jaringan penujang di permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang.
Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan saraf pusat.
Karsinoma in situ adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah
tertentu sehingga dianggap lesi pra invasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) (Akmal, dkk.,
2010). c. Gejala-gejala Penyakit Kanker Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai
dengan jenis kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus, demam
akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai respon dari kerja sistem imun
tubuh tidak sesuai (Akmal, dkk., 2010). Gejala kanker tahap lanjut berbeda-beda. Perbedaan gejala
tergantung lokasi dan keganasan sel kanker. Menurut Sunaryati gejala kanker yaitu penurunan berat
badan tidak sengaja dan terlihat signifikan, pertumbuhan rambut tidak normal, nyeri akibat kanker
sudah menyebar (Sunaryati, 2011) d.Faktor Penyebab Penyakit Kanker Penyebab kanker berupa
gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan lingkungan (Akmal, dkk., 2010). Harmanto dalam
Sunaryati (2011) menyebutkan bahwa, faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang tua secara
langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk. Faktor eksternal seperti pola hidup
tidak sehat di antaranya mengonsumsi makanan dengan bahan karsinogen, makanan berlemak,
minuman beralkohol, kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan
radioaktif; infeksi menahun/ perangsangan/ iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara; obat
yang mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan (Sunaryati 2011). e. Terapi Penyakit Kanker
Terapi kanker dapat dilakukan dengan terapi medis dan non medis. Terapi medis dilakukan dengan
pembedahan, radiasi/ radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, terapi gen (Sunaryati, 2011). Terapi
keagamaan dilakukan dengan cara terapis/ membantu pasien menyadari adanya stres, mengelola
stres, terapis memberikan dukungan moral pada pasien kanker, tetap aktif dan bergembira,
berempati, memahami beban mental yang dialami penderita dalam pemulihan kanker, hal demikian
dilakukan agar pasien lebih optimis dalam menjalankan hidup, membuang dendam dan kebencian
(Akmal, dkk., 2010). Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti
radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).Kemoterapi adalah salah satu pengobatan bagi penderita
kanker selain bedah, terapi radiasi, terapi hormon dan pengobatan lainnya. Efek kemoterapi pada
psien dapat mempengaruhi secara biologis atau fisik, psikologis dan sosial (William, 2008).
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker (Melia, 2013).
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950 diberikan sebelum operasi
untuk memperkecil ukuran kanker yang akan dioperasi, atau sesudah dioperasi membersihkan sisa-
sisa kanker, kadang pengobatan kanker dapat dikombinasi dengan terapi radiasi, kadang tidak.
Terdapat kurang lebih 130 jenis penyakit kanker yang mempengaruhi kondisi tubuh kita dengan
berbagai macam cara dan membutuhkan penangan yang berbeda-beda. Tetapi semua jenis kanker
itu memiliki kesamaan: terdiri atas sel-sel yang membelah dengan cepat dan tumbuh tak terkontrol.
Fungsi utama obat-obat kemoterapi ini adalah mengenali dan menghancurkan sel-sel seperti ini
(Rama, 2009). 2. METODOLOGI Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptik analitik dengan
jenis rancangan cross sectional.Populasi peneliti adalah pasien dengan diagnosa kanker yang sedang
menjalani kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jumlah populasi pada penelitian
ini sejumlah 123 responden.Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive Borneo
Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2124 sampling yakni pengambilan sampel
hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.Teknik
pengambilan sampel berdasarkan rumus Slovin . Dari data kunjungan penderita penyakit kanker
yang mengikuti kemoterapi selama 3 Bulan terakhir yang berjumlah 123 responden, maka dapat di
hitung jumlah sampel dengan nilai d = 0,05 maka besar sampel adalah: 94 responden. penelitian ini
dilakukan di Ruang Kemoterapi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. 3. HASIL DAN DISKUSI Pada
penelitian ini pengumpulan data di laksanakan pada bulan april 2019 dan sasaran penelitian ini
adalah pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi di rsud abdul wahab sjahranie
samarinda.Hasil penelitian ini menjelaskan Hubungan Antara Faktor Psikososial Dan Faktor
Lingkungan dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah sakit umum
daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda . 3.1 Karakteristik Responden a. Usia Dari tabel 1 di
Distribsi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda No Umur Frekuensi (%) 1 2 3 4 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun ≥
65 tahun 25 37 19 13 26,6 39,4 20,2 13,8 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai
Tabel 1 diatas didapatkan hasil dari 94 responden di Rumah sakit umum daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda didapatkan bahwa sebagian besar umur responden 36-45 tahun yaitu sebanyak
25 (26,6%), 46-55 tahun yaitu sebanyak 37 (39,4%), 56-65 tahun yaitu sebanyak 19 (20,2%) dan
responden umur ≥65 tahun sebanyak 13 (13,8%). b.Jenis Kelamin Dari Tabel 1.2 Distribsi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda No Jenis Kelamin Frekuensi (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 30 64 31,9 68,1 Jumlah
94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai Tabel 2 diperoleh hasil dari 94 responden di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data bahwa mayoritas responden perempuan yaitu
64 (68,1%), dan responden laki-laki 30 (31,9%). c. Pendidikan Tabel 1.3 Distribsi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di Rumah sakit umum daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda No Pendidikan Frekuensi (%) 1 2 3 4 Tidak sekolah SD SLTP/SMP SLTA/SMA 6 47
33 8 6,4 50,0 35,1 8,5 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai Tabel 3 didapatkan
data bahwa dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagian besar
responden Tidak sekolah 6 (6,4%), SD 47 (50,0%), SLTP/SMP 33 (35,1%), dan pendidikan SLTA/SMA 8
(8,5%). d.Pekerjaan Tabel 4 Distribsi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No Pekerjaan Frekuensi (%) Borneo Student Research
eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2125 1 2 3 4 Petani IRT Wiraswasta Swasta 23 49 3 19 24,5
52,1 3,2 20,2 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai Tabel 4 didapatkan hasil bahwa
dari 94 responden di Rumah sakit umum daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagian besar
responden petani 23 (24,5%), IRT 49 (52,1%), Wiraswasta 3 (3,2%), dan Swasta 19 (20,2%). 3.2
Analisa Univariat a. Faktor Psikososial Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor psikososial di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No Faktor Psikososial Frekuensi (%) 1 2 Baik Tidak Baik 58
36 61,7 38,3 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai Tabel 5 distribusi frekuensi
didapatkan hasil dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data baik
sebanyak 58 (61,7%) dan tidak baik 36 (38,3%). b. Faktor Lingkungan Tabel 6 Distribusi frekuensi
berdasarkan faktor lingkungan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda No Faktor Lingkungan
Frekuensi (%) 1 2 Baik Tidak Baik 62 32 66,0 34,0 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer Tahun 2019
Sesuai Tabel 6 distribusi frekuensi didapatkan hasil dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda didapatkan data baik sebanyak 62 (66,0%) dan tidak baik 32 (34,0%). c. Kualitas
Hidup Tabel 7 Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas hidup di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda No Kualitas Hidup Frekuensi (%) 1 2 Baik Tidak Baik 57 37 60,6 39,4 Jumlah 94 100
Sumber: Data Primer Tahun 2019 Sesuai Tabel 7 distribusi frekuensi kualitas hidup diperoleh hasil
dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan hasil baik sebanyak 57
(60,6%) dan tidak baik 37 (39,4%). 3.3 Analisa Bivariat a. Hubungan Antara Faktor Psikososial dengan
Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tabel 8 Hubungan antara faktor psikososial dengan kualitas hidup pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kualitas Hidup Pasien Kanker Total No Faktor
Psikososial Baik Tidak Baik P-value N % N % N % 1 Baik 46 48,9% 12 12,8% 58 61,7% 0,000 2 Tidak
Baik 11 11,7% 25 26,6% 36 38,3% Jumlah 57 60,6% 37 39,4% 94 100% Sumber : Data Primer 2019
Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR 2126 Menurut Tabel 1.8 diatas
didapatkan bahwa faktor psikososial yang baik dengan tingkat kualitas hidup yang baik sejumlah 46
orang (48,9%) dan tingkat kualitas hidup yang tidak baik sejumlah 12 orang (12,8%), dan faktor
psikososial yang tidak baik dengan tingkat kualitas hidup yang baik sejumlah 11 orang (11,7%)
sedangkan tingkat kualitas hidup yang tidak baik sejumlah 25 orang (26,6%). b. Hubungan Antara
Faktor Lingkungan dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tabel 9 Hubungan antara faktor lingkungan dengan kualitas hidup
pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kualitas Hidup
Pasien Kanker Total No Faktor Lingkungan Baik Tidak Baik P-value N % N % N % 1 Baik 40 42,6% 22
23,4% 62 66,0% 0,396 2 Tidak Baik 17 18,1% 15 16,0% 32 34,0% Jumlah 57 66,0% 37 39,4% 94 100%
Sumber : Data Primer 2019 Di lihat dari Tabel 9 diatas didapatkan bahwa faktor lingkungan yang baik
dengan tingkat kualitas hidup yang baik sejumlah 40 responden (42,6%), tingkat kualitas hidup yang
tidak baik sejumlah 22 responden (23,4%), dan faktor lingkungan yang tidak baik dengan tingkat
kualitas hidup yang baik sejumlah 17 responden (18,1%), tingkat kualitas hidup yang tidak baik
sejumlah 15 responden (16,0%). Pembahasan 1.Karakteristik Responden a. Usia Diperoleh bahwa
dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan sebagian besar umur
responden 36-45 tahun yaitu sejumlah 25 (26,6%), 46-55 tahun yaitu sejumlah 37 (39,4%), 56-65
tahun yaitu sejumlah 19 (20,2%) dan responden umur ≥65 tahun sejumlah 13 (13,8%). Depertemen
kesehatan RI (2009), menyatakan bahwa klasifikasi usia ada 9 masa yakni usia 0-5 tahun , 6-11
tahun , 12-16 tahun, 16-25 tahun, 20-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun dan 65
tahun. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap sikap seseorang ketika melaksanakan
terapi yaitu usia, untuk penderita kanker yang masih dalam usia produktif akan lebih terpacu untuk
sembuh karena masih dalam masa produktif dibandingkan dengan mereka yang sudah tidak
produktif lagi atau sudah tua (Purwanti, 2011).Peneliti berasumsi bahwa usia mempengaruhi kualitas
hidup penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sebab sudah tidak produktif lagi dalam
menjalankan terapi. b.Jenis Kelamin Sesuai tabel 1.2 didapatkan hasil dari 94 responden di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data bahwa sebagian besar responden perempuan
yaitu 64 (68,1%), dan responden laki-laki 30 (31,9%). Hasil penelitian ini didukung oleh Zhiqin dan
Yuqiu (2007) bahwa kebanyakan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 77%..
Menurut asumsi peneliti bahwa jenis kelamin perempuan akan lebih cenderung mengalami kanker
dari pada laki-laki hal ini desebabkan karena hormonal perempuan lebih banyak dari laki-laki oleh
sebab itu diharapkan perempuan untuk lebih memperhatikan masalah kehormonannya dan
konsultasi ke dokter untuk mengetahui hormonnya. c. Pendidikan Sesuai tabel 1.3 didapatkan dari
94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagian besar responden Tidak sekolah 6
(6,4%), SD 47 (50,0%), SLTP/SMP 33 (35,1%), dan pendidikan SLTA/SMA 8 (8,5%). Dari uraian diatas
peneliti berasumsi bahwa pendidikan salah satu sumber informasi untuk mendapatkan suatu
informasi dalam memperbaiki kualitas hidup. d.Pekerjaan Sesuai tabel 1.4 didapatkan hasil dari 94
responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagian besar responden petani 23 (24,5%),
IRT 49 (52,1%), Wiraswasta 3 (3,2%), dan Swasta 19 (20,2%). Hasil penelitian ini diperkuat oleh
Irawan dkk (2017) pekerjaan terbanyak yaitu ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (87,9%).
Pekerjaan mempengaruhi kualitas hidup, Pekerjaan bisa membuat seseorang mendapatkan
penghasilan untuk biaya pengobatan. Kualitas hidup akan semakin meningkat jika didukung oleh
pekerjaan (Tamara, 2014). Asumsi peneliti bahwa pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kualitas
hidup di perlukan gaji yang cukup agar pengobatan kanker bisa berjalan dengan baik. 2. Analisa
Univariat a. Faktor Psikososial Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3, 2020 BSR
2127 Sesuai tabel 1.5 distribusi frekuensi didapatkan hasil 94 responden di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda didapatkan data baik sebanyak 58 (61,7%) dan tidak baik 36 (38,3%). penelitian
ini sejalan dengan penelitian Nugraha (2012), mengatakan yaitu faktor psikososial mempengaruhi
kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL-
BREF) Keadaan psikososial merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya dan kemampuan
individu dalam bergaul yang meliputi, gambaran diri dan penampilan (bodily and appearance),
seberapa sering seseorang memiliki perasaan yang negatif seperti sedih, dan marah (negatively),
perasaan positif (positively), gambaran tentang kepuasan terhadap diri (self esteem), dan mengenai
kemampuan seseorang dalam berfikir, belajar, mengingat dan berkonsentrasi (thinking, learning,
memory and concentration). Serta hubungan personal antara individu dengan orang disekitarnya
(personal relationship), dukungan yang didapat individu dari lingkungan sosialnya (social support),
dan aktivitas seksual (sexual activity). peneliti berasumsi faktor psikososial merupakan persepsi
individu terhadap keadaan dirinya dan kemampuan individu dalam bergaul dimana faktor psikososial
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseoang dan masih banyak faktor lain
yang akan mempengaruhi seperti faktor lingkungan, fisik dan spiritual. b. Faktor Lingkungan
Berdasarkan tabel 1.6 distribusi frekuensi diatas diperoleh bahwa dari 94 responden di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data baik sebanyak 62 (66,0%) dan tidak baik 32 (34,0%).
Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL-BREF) hubungan dengan lingkungan lebih menunjukan
tentang keadaan disekitar kehidupan individu yang meliputi, sumberdaya keuangan/ kemampuan
finansial yang dimiliki individu (financial resources), kebebasan individu, keselamatan fisik dan
keamanan yang dimiliki individu (freedom, safety physical and security), ketersediaan akses dan
kualitas fasilitas kesehatan dan sosial (health and social care : accessibility and quality), lingkungan
sekitar rumah (home environment), ketrampilan dan kesempatan untuk memperoleh informasi baru
(opportunities for acquiring new information and skill), partisipasi dalam kegiatan rekreasi dan
olahraga (partisipation in and opportunities for recreation/leisure), kesehatan lingkungan seperti
polusi, kebisingan, lalu lintas dan iklim (physical environment (pollution/noise/ traffic/climate), dan
ketersediaan sarana transportasi di lingkungan sekitar tempat tinggal individu (transport). Peneliti
berasumsi bahwa faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
hidup penderita kanker yang menjalani kemoterapi . c. Kualitas Hidup Sesuai tabel 1.7 distribusi
frekuensi diatas diperoleh bahwa dari 94 responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
didapatkan data baik sebanyak 57 (60,6%) dan tidak baik 37 (39,4%). Menurut WHO dalam
penelitian Kurniawan (2008) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu dalam
kehidupan sesuai dengan konteks budaya serta sistem nilai hidup yang berkaitan dengan tujuan
hidup, dan harapan. Dari uraian tersebut maka peneliti berasumsi bahwa kualitas hidup seseorang
bisa dilihat dari bebarapa faktor yakni kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial serta lingkungan.
3. Analisa Bivariat a. Hubungan Antara Faktor Psikososial Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Dari hasil uji statistik didapatkan
bahwa faktor psikososial yang baik dengan tingkat kualitas hidup yang baik sebanyak 46 orang
(48,9%) sedangkan tingkat kualitas hidup yang tidak baik sebanyak 11 orang (11,7%), dan faktor
psikososial yang tidak baik dengan tingkat kualitas hidup yang baik sebanyak 12 orang (12,8%)
sedangkan tingkat kualitas hidup yang tidak baik sebanyak 25 orang (26,6%). Sesuai hasil uji chi-
square didapatkan hasil p value 0,000 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor
lingkungan dengan kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Dari uraian di atas maka peneliti berasumsi bahwa faktor lingkungan terjadi
karena masalah pembiayaan dan perawatan Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol 1 No 3,
2020 BSR 2128 kesehatan penyakit kanker akan tetapi ditempat penelitian kebanyakan responden
mengalami faktor lingkungan yang baik dimana responden dalam masalah pembiayaan sebagian
dibantu oleh BPJS serta perawatan dilakukan sesuai jadwal. 4.KESIMPULAN Hasil karakteristik
responden di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda berdasarkan umur terbanyak yaitu berumur
46- 55 tahun yaitu sebanyak 37 (39,4%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
yaitu 64 sebanyak (68,1%), berdasarkan pendidikan terbanyak yaitu berpendidikan SD sebanyak 47
(50,0%) dan berdasarkan pekerjaan terbanyak yaitu IRT 49 sebanyak (52,1%). Hasil faktor psikososial
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data baik sebanyak 58 (61,7%) dan tidak baik
36 (38,3%). Hasil faktor lingkungan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan data baik
sebanyak 62 (66,0%) dan tidak baik 32 (34,0%). Hasil kualitas hidup di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda didapatkan data baik sebanyak 57 (60,6%) dan tidak baik 37 (39,4%). Hasil penelitian ini
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value 0,000 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan
antara faktor lingkungan dengan kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda REFERENSI Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan
untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Baradero, Merry Dkk. (2008).Seri Asuhan Keperawatan
Klien Kanker Cetakan Pertama. Jakarta: EGC. Depkes RI,2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Diananda, R., (2009). Panduan Lengkap Mengenai Kanker. Yogyakarta. Mirza Media Pustaka Diez
Barroilhert.,Forjaz MJ., Landivar Garrido, (2005). Consepts, Theories And Psychosocial Faktors In
Cancer Adaption. Astas Esp Psiquiatr. Djauzi Samsuridjal, (2003). Perawatan Paliatif Dan Bebas Nyeri
Pada Penyakit Kanker. Jakarta. CV. Pelita Mandiri Indonesia. International Agency For Research on
Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and
prevalence world wide in 2012. Kolin, M.Y.K., Warjiman, & Mahdalena. (2016). Kualitas hidup pasien
kanker yang menjalani kemoterapi tahun 2014. Jurnal Stikes Suaka Insan Banjarmasin, 1 (1), 69-74.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Kurniawan, Yudianto, dkk. (2008). Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Vol. 10. No. XVIII Ladjar,
(2015).Kualitas Hidup Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Edelweis RSUD
Banjarmasin Tahun 2015.Jurnal Ilmu-Ilmu Social. Volume 8 Nomor 1, 137-142. Maharani S,
2009.Kanker: Mengenal 13 Jenis Kanker dan Pengobatannya. Yogyakarta: Katahati. Melia,
(2013).Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi Dengan Status Fungsional Pasien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Kanker, 7 (4), 1-11. Nevid, Jeffry S., Rathus,
Spencer A., & Greene, Beverly.(2005). Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid Pertama. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Paulus, H. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat. Vol 10. Depok. Trubus Swadaya.
Potter, &Perry., (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses And Practice. Edisi 7.Vol. 3.Jakarta :
EGC. Pradono, J., Hapsari,,& Sari, P., (2017). Indonesia Menurut Clasification Of Fungtioning,
Dissability, And Healt (ICF) dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Kesehatan, 9 (24) 1-10.
Purwanti, (2011).Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika
Auditor sebagai Variabel Moderasi.Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Rama,
(2009).Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahari. Rasjidi I, (2007). Kemoterapi Kanker
Ginekologi Dalam Praktik Sehari-hari. Jakarta : Sagung Seto. Reis, J. G. (2013).Evaluation of postural
control and quality of life in elderly women with knee osteoarthritis. Jurnal Reumatologi, 54 (3), 208-
212. Riset Kesehatan Dasar, (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Ri
Tahun 2015. Rulianti, M. R., Almasdy, D., & Murni, A.W., (2013). Hubungan Depresi dan Sindrom
Dispepsia pada PasienPenderita Keganasan yang Menjalani Kemoterapi di RSUP DR. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2 (3), 137-140. Rochmawati, D. (2015). Kualitas Hidup Pasien CA
Mammae Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Kesehatan, 2 (4), 541-556.
Santoso, A. 2011.Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Unwidha Klaten. Sawada, N. O., Nicolussi, A. C., Okino,
L.,Cardozo, F. M. C., & Zago, M.M.F., (2009). Quality of life evaluation incancer patients to submitted
tochemotherapy.Rev Esc Enferm USP, 43 (3), 578-84. Sekarwiri, Edesia. (2008). Hubungan Antara
Kualitas Hidup Dan Sense Of Community pada Warga DKI Jakarta yang Tinggal di Daerah Rawan
Banjir. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Borneo Student Research eISSN: 2721-5727,
Vol 1 No 3, 2020 BSR 2129 Sunaryati, S.S. (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan
Mematikan. Jogjakarta: Flash Books. Sulistiawati, (2005).Konsep Dasar Keperawatan Jiwa Alih Bahasa
Monica Ester. Jakarta: EGC. Tamara, E., dkk. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rsud Arifin Achmad Provinsi riau. Jom
Psik vol.1. no.2 oktober 2014 Tim CancerHelps. (2010). Stop Kanker :Panduan Deteksi Dini &
Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta Selatan : AgroMedia Pustaka. Veithzal Rivai,
(2005). Performance Appraisal.PT. Raja Grafindo. Jakarta. Wartonah, Tarwoto., (2010). Kebutuhan
Dasar manusia dan Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. WHO (2013). About
Cardiovascular Diseases.World Health Organization. WHOQOL Group. (1998). Development of the
world health organization WHOQOL-BREF Quality of Life Assesment.Psychological Medicine.
Williams, L., & Wilkins. (2008). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks.
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016 Online : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844 Auliya Husen, Ch. Suharti, Hardian JKD,
Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 545 - 557 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT NYERI DENGAN TINGKAT
KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PARU YANG MENJALANI KEMOTERAPI Auliya Husen1 , Ch. Suharti2
, Hardian3 1Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro 3 Staf Pengajar Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H.
Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang : Kanker
paru merupakan penyakit keganasan yang sering ditemui dan merupakan penyebab utama kematian
akibat keganasan di seluruh dunia, terutama di Indonesia yang sebagian besar penduduknya
merupakan perokok. Pada umumnya, kanker paru ditemukan pada stadium lanjut, yaitu stadium III B
dan IV, sehingga tujuan utama pengobatannya adalah untuk meningkatkan harapan hidup dan
kualitas hidup. Salah satu pilihan terapinya adalah kemoterapi. Kemoterapi menimbulkan banyak
efek samping, diantaranya adalah nyeri. Selain karena kemoterapi, nyeri juga dapat terjadi karena
kanker itu sendiri. Tujuan : Membuktikan hubungan antara derajat nyeri dengan tingkat kualitas
hidup pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain
belah lintang pada 13 pasien kanker paru di Instalasi Kemoterapi RSUP Dr. Kariadi Semarang sejak
bulan April hingga Juni 2016. Karakteristik sosiodemografis dan data klinis yang mencakup diagnosis,
stadium kanker, performance status, dan siklus kemoterapi adalah data sekunder yang diambil dari
rekam medik, diikuti oleh wawancara berbasis kuesioner. Analisis statistik menggunakan Pearson
dan Spearman. Hasil : Rerata derajat nyeri pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi adalah 6,5
± 2,22 dan rerata skor total kualitas hidup pasien adalah 799,6 ± 81,05. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat nyeri dengan tingkat kualitas hidup
pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi (p=0,8). Derajat nyeri memiliki hubungan yang
bermakna (r=-0,854) dengan status kesehatan global (p< 50 tahun yakni berjumlah 5 (38,46 %),
sedangkan kelompok usia 50 – 60 tahun dan > 60 tahun masing-masing berjumlah 4 (30,76 %). Dari
13 subjek penelitian, jenis kelamin terbanyak adalah pria dengan jumlah 8 (61,63 %). Pendidikan
terakhir pada subjek penelitian ini masing-masing adalah tidak sekolah sebanyak 2 orang (15,38 %),
SD sebanyak 4 orang (30,76 %), SMP sebanyak 3 orang (23,07 %), dan SMA sebanyak 4 orang (30,76
%). Selanjutnya, status sosial ekonomi dari 6 orang subjek penelitian adalah rendah (46,15 %) dan 7
orang lainnya adalah menengah (53,84 %). Pada penelitian ini, seluruh subjek tidak dapat bekerja
dan menikah. 548 JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016 Online :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844 Auliya Husen, Ch. Suharti,
Hardian JKD, Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 545 - 557 Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Rerata ± SD N (%) Usia (tahun) Kelompok usia (tahun) < 50 50 – 60 > 60 Jenis Kelamin
Pria Wanita Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA Status Sosial Ekonomi Rendah
Menengah Tinggi Sangat tinggi Status Kerja Tidak dapat bekerja Dapat bekerja Status Pernikahan
Tidak menikah Duda/janda Menikah 53,7 ± 7,97 5 (38,46 %) 4 (30,76 %) 4 (30,76 %) 8 (61,53 %) 5
(38,46 %) 2 (15,38 %) 4 (30,76 %) 3 (23,07%) 4 (30,76 %) 6 (46,15 %) 7 (53,84 %) 0 0 13 (100 %) 0 0 0
13 (100 %) Karakteristik Data Hasil analisis deskriptif dari kuesioner EORTC QLQ-C30 menunjukkan
bahwa fungsi sosial memiliki nilai rata-rata tertinggi (79,7) pada kelompok kehidupan global dan
skala fungsional, artinya fungsi sosial merupakan hal yang terkena paling sedikit dampak dan
ratarata terendah (30,8) terdapat pada fungsi peran yang berarti merupakan hal yang terkena
dampak paling banyak. Pada kelompok skala gejala, rata-rata tertinggi ditempati oleh gejala 549
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016 Online : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844 Auliya Husen, Ch. Suharti, Hardian JKD,
Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 545 - 557 hilangnya nafsu makan (74,4) yang berarti hampir semua
subjek penelitian mengalaminya, sedangkan diare menempati rata-rata paling rendah (17,9) yang
artinya hanya sedikit subjek yang mengalami gejala seperti ini. Rerata total kualitas hidup
berdasarkan kuesioner EORTC QLQ-C30 adalah 799,6 yang berarti kualitas hidup rata-rata subjek
penelitian adalah sedang. Analisis deskriptif pada masing-masing kuesioner EORTC QLQ-LC13 dan
VAS masing-masing menunjukkan ratarata 39,9 dan 6,5. Tabel 2. Karakteristik Data EORTC QLQ-C30,
EORTC QLQ-LC13, dan VAS Kelompok Karakteristik Rerata ± SD EORTC QLQ-C30 Kehidupan global
Skala fungsional Skala gejala Skor Kualitas Hidup Interpretasi Kualitas Hidup EORTC QLQ-LC13 Skala
gejala VAS Status kesehatan global Skor kehidupan global Fungsi fisik Fungsi peran Fungsi emosional
Fungsi kognitif Fungsi sosial Skor skala fungsional Kelelahan Mual dan muntah Nyeri Sesak napas
Insomnia Hilang nafsu makan Konstipasi Diare Kesulitan finansial Skor skala gejala Gejala kanker
paru 51,9 ± 13,24 51,9 ± 13,24 51,3 ± 27,67 30,8 ± 28,74 76,3 ± 27,18 73,1 ± 30,83 79,7 ± 30,59 311,2
± 103,81 62,7 ± 23,40 51,3 ± 23,03 57,7 ± 23,18 46,2 ± 37,36 48,7 ± 32,24 74,4 ± 24,16 28,2 ± 40,47
17,9 ± 22,00 49,5 ± 39,01 436,6 ± 102,47 799,6 ± 81,05 Sedang 39,9 ± 16,41 6,5 ± 2,22 550 JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016 Online : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844 Auliya Husen, Ch. Suharti, Hardian JKD,
Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 545 - 557 Analisis Data Uji hubungan menggunakan uji Pearson untuk
data yang berdistribusi normal dan uji Spearman untuk data yang berdistribusi tidak normal. Setelah
dilakukan analisis statistik, maka pada kuesioner EORTC QLQ-C30 didapatkan hubungan yang kuat (r
= - 0,854) antara derajat nyeri dan status kesehatan global dengan p0,05) antara usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan status sosial ekonomi dengan skor kualitas hidup EORTC QLQ-C30 dan
EORTC QLQ-LC13. PEMBAHASAN Karakter sosiodemografis pada penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien kanker paru berusia 60 tahun.2 Tingginya angka merokok pada masyarakat
Indonesia akan meningkatkan risiko terjadiya kanker paru dan diperkirakan akan terus menjadi salah
satu masalah kesehatan di Indonesia. Menurut artikel yang dirilis oleh Balitbangkes Kementrian
Kesehatan Indonesia, selalu terjadi peningkatan konsumen rokok setiap tahunnya. Pada tahun 2013
tercatat 36,1% dari total penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas adalah perokok aktif dengan
56 juta perokok pria dan 600 juta batang rokok dihisap setiap harinya. Perokok pasif juga memiliki
risiko kanker paru. Di Indonesia sendiri lebih dari 40 juta anak berusia 0-14 tahun adalah perokok
pasif.13 552 JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016 Online :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844 Auliya Husen, Ch. Suharti,
Hardian JKD, Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 : 545 - 557 Pada penelitian ini, pasien kanker paru
didominasi oleh kaum pria. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Merel Kimman et al.
tahun 2012, Indonesia menjadi negara dengan angka kejadian dan kematian kanker paru tertinggi
pada pria di Asia Tenggara.5 Pada penelitian ini, rerata derajat nyeri pasien kanker paru yang
menjalani kemoterapi adalah 6,5 dengan interpretasi nyeri sedang. Pada data kualitas hidup, rerata
skor total kualitas hidup pasien adalah 799,6 dengan interpretasi tingkat kualitas hidup yang sedang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara
derajat nyeri dengan tingkat kualitas hidup pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Hal ini
tidak serupa dengan penelitian Heydarnejad et al. tahun 2011 menggunakan EORTC QLQ-C30 pada
pasien kanker bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Hubungan Kepatuhan Menjalani Kemoterapi dengan
Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta
 Ratih Kumala DewiProgram Studi Manajemen Informasi Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Nasional Karangturi
DOI: https://doi.org/10.52022/jikm.v12i4.118

Kata kunci: Kanker Payudara, Kemoterapi, Kepatuhan, Kualitas Hidup, Ketaatan, Kemoterapi,


Kualitas Hidup, Kanker Payudara

Abstrak

Abstrak

Latar Belakang  : Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah penderita kanker terus
meningkat dari 1,4 juta 12,7 juta.  Indonesia telah mengembangkan beberapa pengobatan untuk
kanker payudara, salah satunya adalah terapi,  Pasien kanker yang menjalani menjalani berbagai
dampak  dan efek  yang bisa menurunkan kualitas hidup  .  Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui  d  eterminan kualitas hidup pasien Kanker Payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Metode:  Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional.  Populasi penelitian ini
adalah seluruh  penderita kanker payudara sedang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta  .  Sampel yang digunakan sejumlah 27 responden.  Teknik pengambilan sampel
dengan  accidental sampling  .  Analisis data menggunakan Analisis Univariat
dan  Bivariat  menggunakan ujiChi-square.

Hasil:  Hasil penelitian menunjukan bahwa  pasien yang patuh menjalani kemoterapi menunjukan
kualitas hidup yang baik (81,8%), pasien yang tidak patuh dalam menjalani terapi menunjukkan
kualitas hidup yang buruk (80%) nilai p= 0,017    ada hubungan Kepatuhan menjalani kemoterapi
dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUD Dr.  Moewardi  Surakarta  .

Kesimpulan: Para kebijakan rumah sakit dapat memberikan edukasi psikologis secara rutin
terkait optimisme penting bagi pasien yang menjalani kemoterapi, serta diharapkan dokter,
perawat, dan praktisi medis lainnya dapat memberikan dukungan agar pasien lebih optimis
terhadap pemulihan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Hubungan Kepatuhan Menjalani Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae Di


RSUD Dr. Moewardi Surakarta
 Abstrak

Latar Belakang:  Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita kanker meningkat
dari 1,4 juta menjadi 12,7 juta.  Indonesia telah mengembangkan beberapa pengobatan untuk
kanker payudara, salah satunya adalah kemoterapi  .  Pasien kanker yang menjalani kemoterapi
memiliki berbagai efek dan efek samping yang dapat menurunkan kualitas
hidup.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengetahui kualitas hidup pasien Kanker Payudara di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.

Metode  :  Penelitian ini menggunakan  pendekatan cross sectional.  Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.  Sampel yang digunakan adalah 27 responden.  Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling.  Analisis data menggunakan analisis  u  nivariat dan  b  ivariat
menggunakan uji Chi-square.

Hasil:  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang patuh menjalani kemoterapi
menunjukkan kualitas hidup yang baik (81,8%), sedangkan pasien yang tidak patuh dalam
menjalani kemoterapi menunjukkan kualitas hidup yang buruk (80%) p value = 0,017  £  0,05 ada
hubungan antara  kepatuhan menjalani kemoterapi dengan kualitas hidup pasien Ca.Mamae di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta  .

Kesimpulan:  Pembuat kebijakan rumah sakit dapat memberikan edukasi psikologis secara
berkala tentang pentingnya optimisme bagi pasien yang menjalani kemoterapi, dan diharapkan
dokter, perawat dan praktisi medis lainnya dapat memberikan dukungan agar pasien lebih optimis
terhadap kesembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Referensi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin Kanker Payudara. InfoDATIN. 2016. hal. 1-3.

Wakhid A, Nurhikmah W, Rosalina. Peran Kader Kesehatan Jiwa dalam Penanganan Jiwa. J Ilmu
Keperawatan. 2018;1(1):38–47.

Irawan E, Rahayuwati L, Yani DI, Keperawatan F, Keperawatan F, Padjadjaran U. Hubungan


Penggunaan Terapi Modern dan Komplementer terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara
Hubungan Terapi Modern dan Komplementer terhadap Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara
yang Menjalani Kemoterapi. J Nurs Padjadjaran. 2017;5(April):19–28.
Utami SS, Mustikasari M. Aspek Psikososial Pada Penderita Kanker Payudara: Studi
Pendahuluan. J Keperawatan Indonesia. 2017;20(2):65–74.

Irawan E, Hayati S, Purwaningsih D. Dukungan Hubungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Penderita Kanker Payudara. J Keperawatan BSI. 2017;5(2):121–9.

ii BAB. Universitas Sumatera Utara 6. 2001;1(2):6–38.

Wulandari N, Bahar H, Ismail C. Gambaran Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy
Unsyiah. 2017;2(6)::183119.

Monterroso S. Tanpa Judul 空間像再生型立体映像の . Nhko. 2015;151 (2013)::10–7.

Park JH, Lee J, Oh M, Park H, Chae J, Kim D Il, dkk. Pengaruh rekomendasi latihan ahli onkologi
pada tingkat latihan dan kualitas hidup pada penderita kanker payudara dan kolorektal: Sebuah
uji coba terkontrol secara acak. Kanker. 2015;121(16):2740–8.

Purwanti F. Psikologi Perkembangan dan Klinis. Identitas Diri Remaja Pada Siswa Kelas Xi Sma
Negeri 2 Pemalang Ditinjau Dari Jenis Kelamin. 2013;1(1):21–7.

Rustam DB. FAKTOR FAKTOR DETERMINANYANG BERPENGARUH PADA KUALITAS HIDUP


WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI. 2017;

Abraham J, Puteri MA. Skema Diri Seksual, Persepsi Bicara Payudara, dan Konsep Diri Fisik pada
Survivor Kanker Payudara. Int J Public Heal Sci. 2015;4(2):131.

Chow, KM, Hung, KL, & Yeung, SM (2016). Citra tubuh dan kualitas hidup di antara penderita
kanker payudara: tinjauan literatur. Dunia J Oncol Res, 3, 12-20.

Tsitsis, N., & Lavdaniti, M. (2014). Kualitas Hidup pada Wanita dengan Kanker Payudara. Jurnal
Internasional Ilmu Peduli,.

Wulandari, WD (2004). Menentukan validitas whoqol-100: dalam menilai kualitas hidup pasien


rawat jalan di rscm (versi Indonesia).

You might also like