Professional Documents
Culture Documents
Santoso 2019 IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 258 012001
Santoso 2019 IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 258 012001
Mengutip artikel ini: NA Santoso dkk 2019 IOP Conf. Ser.: Lingkungan Bumi. Sains. 258 012001 - Prediksi sinyal pernapasan adaptif
menggunakan jaringan saraf perceptron
multi-layer ganda Wenzheng Sun, Qichun
Wei, Lei Ren dkk.
Konten ini diunduh dari alamat IP 36.90.42.198 pada 10/03/2022 pukul 06:44
Machine Translated by Google
NA Santoso1 , M Iqbal 2
, G Ekawati 1
, R Firdaus1
Abstrak. Sebagai negara agraris, kajian tentang tanah pertanian di Indonesia sangatlah penting.
Tanah pertanian yang subur memiliki dampak yang baik terhadap produk pertanian. Lampung
merupakan salah satu provinsi yang memiliki lahan pertanian yang luas di Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pH dan suseptibilitas magnet terhadap tingkat
kesuburan tanah di sekitar Institut Teknologi Sumatera. Sampel terdiri dari tanah Way Hui (NN 2.1, NN
2.4 dan NN 2.5), Harapan Jaya (NN 2.2), dan Korpri Jaya (NN 2.3). Metode yang digunakan adalah
metode magnetisme batuan yang dikombinasikan dengan analisis pH. Hasil dari penelitian ini adalah
pH tanah antara 5 sampai 6,5 dan nilai suseptibilitas magnetik tanah sekitar 27,3 sampai 115,3 (×10-8
m3 /kg). Berdasarkan pH yang diklasifikasikan oleh Badan Penelitian Tanah, tingkat kesuburan tanah
pertanian di sekitar Institut Teknologi Sumatera terdiri dari dua kelompok, yaitu rendah (NN 2.1, NN 2.2
dan NN 2.5) dan sedang (NN 2.3 dan NN 2.4). Sampel yang rendah memiliki nilai suseptibilitas
magnetik sekitar 27,3 hingga 50 (×10-8 m3 /kg). Sedangkan sampel medium memiliki nilai suseptibilitas
magnet sekitar 80,5 hingga 115,3 (×10-8 m3 /kg). Umumnya, suseptibilitas magnetik meningkat dengan
meningkatnya nilai pH. Studi pendahuluan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
1. Perkenalan
Salah satu metode yang sering digunakan dalam identifikasi kesuburan tanah adalah metode kimia. Metode kimia dengan mudah
diterapkan adalah pengukuran pH. Nilai pH dapat digunakan sebagai klasifikasi kesuburan tanah (Badan Penelitian
Tanah, 2005). Di sisi lain, pengukuran suseptibilitas magnetik adalah pengukuran paling dasar dari
metode kemagnetan batuan (Santoso et al., 2017). Pengukuran ini digunakan untuk melihat kelimpahan magnet
mineral (Sudarningsih dkk, 2017). Kontribusi utama suseptibilitas magnetik berasal dari Fe
mineral. Mineral-mineral tersebut sangat penting dalam pembentukan klorofil yang berperan dalam pertumbuhan tanaman (Warmada dan
Titisari, 2004). Sebelumnya, suseptibilitas magnetik digunakan untuk mengkarakterisasi area (Siqueira et al., 2016) dan
prediksi atribut tanah (Peluco et al., 2013). Karena pH dapat digunakan sebagai klasifikasi kesuburan tanah,
Namun, studi tentang korelasi antara nilai pH dan kerentanan magnetik belum dilakukan.
Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google
Dalam penelitian ini sampel diambil dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri
Lampung dan memiliki lahan pertanian yang luas. Sebagai negara agraris, penelitian tentang tanah sangat penting dalam
Indonesia. Oleh karena itu, peneliti melakukan studi pH dan suseptibilitas magnet untuk melihat tingkat kesuburan tanah
2.Pengaturan geologis
Sampel diperoleh dari lima lokasi di sekitar ITERA (Gambar 1). Berdasarkan peta geologi (Mangga et al,
1993), kawasan ITERA termasuk dalam Formasi Lampung (QTl) dengan morfologi datar dan ketebalan sekitar 200 m
(Mangga et al., 1993). Formasi Lampung (QTl) diendapkan pada lingkungan fluvial-terestrial yang memiliki
Umur Pliosen-Pleistosen tersusun oleh tuf riolit-dasit, tuf batu apung, dan batupasir tufaan. tufa
tersusun atas riolit-dasit, berwarna putih sampai kecoklatan, volkanoklastik, dan tertutup. Tuf apung dengan warna abu-abu kekuningan
sampai putih keabu-abuan, butiran kasar, sortasi buruk, tersusun atas batu apung dan pecahan batuan. Tufa
batupasir, putih kekuning-kuningan, butir halus-sedang, sortasi buruk, subrounded, sebagian berbatu apung, menunjukkan
2
Machine Translated by Google
3.1 Bahan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pertanian. Tanah pertanian diambil dari lima lokasi di sekitar ITERA.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggali tanah sedalam 25 cm dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, sampel diiris dari atas
ke bawah dengan sendok. Kemudian sampel diambil dan dimasukkan ke dalam plastik. Sampel disiapkan di ITERA
3.2 Metode
Metode yang digunakan adalah kombinasi metode geokimia dan magnetisme batuan. Metode geokimia yang digunakan adalah
pengukuran pH. Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter tanah (Amtast, Banyumas, Indonesia). pH langsung
pengukuran dilakukan di lokasi pengambilan sampel. Sedangkan metode kemagnetan batuan yang digunakan adalah a
Alat Susceptibilitymeter MS2B (Bartington Instrument Ltd., Witney, UK) di Laboratorium Karakterisasi
dan Pemodelan Sifat Fisik Batuan, Gedung Basic Science Center A (BSCA), Lantai 4, Institut
dan nilai pH terendah adalah sampel NN 2.1. Sedangkan nilai suseptibilitas magnet tertinggi adalah NN 2,3
Gambar 2 menunjukkan plot pH dan nilai suseptibilitas magnetik sampel. Berdasarkan nilai pH (Balai
Penelitian Tanah, 2005), tingkat kesuburan tanah pada sampel dibedakan menjadi dua jenis yaitu rendah (NN 2.1, NN
2.2, NN 2.5) dan tengah (NN 2.3, NN 2.4). Nilai suseptibilitas magnetik di tengah sampel lebih tinggi dari
3
Machine Translated by Google
sampel rendah yang menunjukkan bahwa sampel tengah memiliki kelimpahan mineral magnetik lebih tinggi dari
sampel rendah. Secara umum, suseptibilitas magnetik meningkat dengan meningkatnya nilai pH.
160
Tingkat Subur
140
Sangat rendah Rendah Tengah Tinggi
120 NN 2.3
100
80 NN 2.4
60
NN 2.5
40 NN 2.1
NN 2.2
20
5. Kesimpulan
Tingkat kesuburan tanah di sekitar ITERA adalah dari rendah hingga sedang. Secara umum, suseptibilitas magnetik meningkat sebesar
meningkatkan nilai pH. Suseptibilitas magnetik berkorelasi dengan kelimpahan mineral magnetik yang bersifat magnetis
mineral berperan dalam pembentukan klorofil. Mineral magnetik berpengaruh terhadap kesuburan tanaman, sehingga bersifat magnetis
kerentanan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesuburan tanah pertanian. Penelitian ini masih awal sehingga penelitian lebih lanjut adalah
diperlukan.
Referensi
[3] Sudarningsih, S., Bijaksana, S., Ramdani, R., Hafidz, A., Pratama, A., Widodo, W., Iskandar, I., Dahrin, D., Fajar, S. J., Santoso,
N. A. 2017. Variations in the Concentration of Magnetic Minerals and Heavy Metals in Suspended Sediments from Citarum River
and Its Tributaries,West Java, Indonesia. Geosciences, 7, 66.
[4] Warmada, I. W., and Titisari, A. D. 2004. Agromineralogi (Mineralogi untuk Ilmu Pertanian), Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik
UniversGM, Yogyakarta, Indonesia.
[5] Siqueira, DS, Junior, JM, Teixeira, DDB, Matias, SSR, Camargo, LA, Pereira, GT 2016.
Kerentanan magnetik untuk mengkarakterisasi daerah dengan potensi yang berbeda untuk produksi tebu. pesq.
Agropek. Bras., Brasilia, v.51, n.9, hal 1349-1358.
[6] Peluco, RG, Junior, JM, Siqueira, DS, Cortez, LA, Pereira, GT 2013. Kerentanan magnetik dalam prediksi atribut tanah di dua sistem
manajemen panen tebu. Ind. Agric., Jaboticabal, v.33, n.6, hal.1134-1143.