You are on page 1of 124
ys 3 facing ATT yea a SB eT Ks RLS c} TY KEBUDAYAAN SYARIFAH MENGGUGAT (STUDI TENTANG PERUBAHAN KEBUDAYAAN) Drs. Imam Subchi, MA. PI USAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 ABSTRAK Dalam masyarakat Indonesia yang thai ery ‘1 ~ a Yang majemuk, perkawi Wy LY i » Perkawinan endogami — a a ill) SAO) setunya di arcca aeyacake i ee is hidonesia, Sebagai mawallad ata penduduk Arab ae pee oes hampaknya tradisi-tradisi mereka masih tetap iciading di 20 gempuran tradisi dan budaya lokal. Tradisi-tradisi ini ‘mudian diperkuat dengan dalil-dalil agama salah satunya dalam persoalan perkawinan. Tradisi perkawinan endogami menjadi begitu lekat terutama di kalangan para Sayyid (laki-laki) dan Syarifah (Perempuan) yang notabene merupakan keturunan Rasulullah. Perkawinan endogami dilakukan dalam klaim mereka untuk mempertahankan keturunan Rasulullah, Dalam perkembangannya Kelompok Sayyid diperbolehkan untuk menikah dengan pribumi disebabkan oleh faktor scjarah dan hal lainnya. berbeda dengan kelompok Sayyid, Syarifah tidak diperbolehkan menikah dengén laki- laki pribumi karena dapat menghilangkan nasabnya.Namun demikian terdapat beberapa perubahan budaya dalam tradisi tersebut, di mana terdapat beberapa Syarifah yang menikah dengan masyarakat pribumi. Penelitian ini membahas perkawinan para syarifah dengan laki-laki pribumi non Arab, di tengah komunitas mereka yang masih mempertahankan tradisi perkawinan endogami serta apa latar belakang mereka memilih pasangan, bagaimana proses upacara perkawinan, dan apa dampak dari pilihan para syarifah tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah etnografi dengan unit analisis individu dalam masyarakat di beberapa kota seperti Pekojan, Conden, dan wilayah Jakarta. lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Kata Kunci : Kafa’ah, Syarifah, Sayid, Asimilasi, Patrilinial, Endogami KATA PENGANTAR == Bw Puji dan syukur saya ucapkan kepada Ailah SWT, karena hanya dengan taufiq dan inayahNya-lah maka Hasil Penelitian Syarifah Menggugat (Studi tentang Perubahan Kebudayaan) ini dapat diselesaikan, Buku ini merupan hasil penelitian lapangan tentang kasus Perkawinan antara para wanita keturunan Arab Sayid (Syarifah) dengan Ahwal atau pribumi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Tentu saja semua isi yang ada dalam buku ini masih banyak Kekurangan dan kelomahan karena keterbatasan penulis sendiri. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan dan saran- Saran dari berbagai pihak guna dikembangkan pada masa-masa yang akan datang. Kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu di sini, tetapi banyak memberi sumbangan serta konstribusi kepada Penulis, penulis ucapkan ribuan terima Kasih, Semoga Allah Yang a eri ganjaran Maha Kuasa mencatat amalan-amalan tersebut dan memberi ga) yang Setimpal di akhirat kelak Ciputat, 25 Oktober 2016 wWassalam, Imam Subchi iti DAFTAR ISI ——- «x —— KATA PENGANTAR e DAFTAR ISI.. BABI PENDAHULUAN... A. Latar Belakang B. Masalah Penelitian C. Kajian Pustaka D. Kerangka Teori iE Metodologi Penelitian F. Hasil Yang Diharapkai G. Waktu dan Tempat Penelitian , H. Outline Penelitian BABII TINJAUAN UMUM Ty A. Definisi Kafaah dan B. Kafaah dalam Panda C. Kafaah Ahtul Bait D. Kafaah dalam p, E. Kafaah dalam P, ENTANG KAFAAH Dasar Hukunya . mgan Ulama Mazab alam Sejarah ... ‘andangan Kaum Alawiyyin. andangan Ulama Kontemporer «54 BABII STUDI KASUS PERKAWINAN SYARIFAH DENGAN AHWAL A. Latar Belakang dan Penyebahy Perkawinan scessee 67 B, Sikap Orang tua dan Kerabat , 96 C. Proses Perkawinan... D. Dampak Perkawinan ......0 . a AV (ARIF. ENGAN AHWAL 123 BABIV_ PERKAWINAN SYARIFAH DE! i 127 A. Tinjauan Historis B. Internalisasi Nilai ran C. Awal Perubahan... iiss D, Syarifah Menggugat . 147 BABV_ KESIMPULAN........ sen l55, DAFTAR PUSTAKA 2 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah * Muhammad — Hasyim Assagaf, penulis buku kontroversial Derita Putri-putri Nabi: Studi Historis Kafa’ah Syarifah, mengemukakan kesaksiannya berbagai kasus yang yang terjadi pada syarifah karena melanggar tradisi kawin Sekufu: “Seorang yang gadis (syarifah) ketahuan berhubungan kasih dengan lelaki bukan Sayyid akan digunduli dan dikurung dalam kamar. la akan Segera dinikahkan dengan seorang Pemuda sayyid. Si sayyid biasanya bersedia menikah dengan gadis itu demi membela martabat syarifah.”! Tulisan tersebut sangat kontroversial, dan mendapat tanggapan beragam, terutama dari para tokoh dan sesepuh komunitas keturunan Arab.2 Bagi kelompok Sayyid yang * Lihat M. Hasyim Assagaaf, Derita Putri (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 256, * Lihat Sayyid ‘Ali Bin Muhsin Albaar melihat isi buku ini merupakat pelecehan terhadap komunitas Habaib secara keseluruhan, Ayat-ayat Al-Qur'an an beberapa Hadits Nabi Saw, yang dipergunakan sebagai hujjaly untuk mendukun buku tersebut tidak saja merupakan pembodohan ‘ethadap ummat Islam, tetapi & dari itu penulisnya berani manafsirkannya sesuai dengan keinginan J pikarannya belaka, dimana hal yang demikian itu telah melanggar hukum nos™ 1 + ifah. Fputri Nabi: Swudi Historis Kafa ‘ah Svar Mc konsesvatif, adalah terlarang hukumnya menikahkan puteri-puteri mereka (Syarifah) dengan laki-laki non-Sayyid (Syaikh dan pribumi/ahwal). Sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhammad Hisyam (1984), hanya pihak laki-laki sajaleh yang caulk Meneruskan gelar kesayyidan, bukan Syarifah. Maka Ca lelaki sayyid boleh menikah baik dengan wanita sayy yea atau non-sayyid. Sebaliknya, jika ada wanita sayyid/syarifah yang menikah dengan non-sayyid, akan dianggap Sebagai onmere atau pelanggaran.’ Dan yang syarifah vane Melakukan pelanggaran mesti dihukum berat, oleh Assagaf antara lain: “la harus pergi dari desa, dianggap mati, dibunuh atau dianggap tidak pernah ada di dunia, serta diputuskan Segala hubungan dengan mereka.” Dalam sejarah kedatangan kaum Hadhrami ke Nusantara, Seperti disebutkan oleh van den berg, sebenarya a semuanya adalah sudah berasimilasi dengan penduduk pribumi Karena mereka datang tidak dengan membawa ister, kemudian i i nikahan Memperistri wanita-wanita pribumi. Anak-hasil hasil per ‘aua buku ini Kaidah syaritat Islam yang mulia, Oleh karena itulah maka jaune fain dirasakan sangat perlu disebabkan oleh beberapa lesan Desa Cikoang Kecamatan Mangara Bombang, Kabupaten pac aa Kafir'ah Délam M. Hasyim Assagaf, Derita Putri-Purri Nabi: Sud Svarifah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). mereka disebut Muwallad. Maka dari itu para muwallad Arab Hadrami yang ada di Indonesia sekarang, seperti diantaranya Alwi Syihab (menteri Luar Negeri era Gus Dur), Salim Segaf al- Jufri (Menteri Sosial era SBY), Anies Baswedan (Menteri Pendidikan era Jokowi), Habib Rizieq (FPI), Ja’far Umar Thalib (Lasykar Jihad), Husein Muhammad (Fahmina dan Rahima) sebenarnya beribukan orang Indonesia. Kaum muwallad Arab menyebut masyarakat pribumi sebagai ahwal (saudara seibu mereka). Namun demikian, kuatnya tradisi patriark! (patrilinial) idak dianggeP n ibu pribum! garis dalam kebudayaan, identitas asli dari garis ibu ini tl signifikan dalam silsilan mereka. Garis keturuna hanya dianggap sebagai ‘penerus’ kesayyidan dari ayahnya. Tetapi kini semakin banyak kaum Arab Hadrami yand enyetuju! tidak lagi mentaati tradisi ini. Para orang tua mereka ™ g non dan menikahkan putera-puterinya dengan orang-oran an oleh keturunan Arab dan non-Sayyid. Seperti yang dikemukak da pa ‘Kanan tahun 2008 ia pernah mendatangi sebuah undang@n pernlke eorand Hikmawan Saefullah, pemerhati masalah Arab Hadhram di Depok, dimana mempelai wanitanya adalah . lam . pa! keturunan arab syarifah dan laki-lakinya non-Sayyid- al pj kalang@” osesi ik i prosesi pernikahan tersebut, baik keluarga dai gale™ nadir dan larut mempelai wanita maupun _pria, 3 kebahagiaan menyambut pernikahan putera puteri mereka yang sedang bersanding di pelaminan 4 Hal ini berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Assagaf tentang hukuman yang diberikan kepada syarifah yang melanggar tradisi. Bagaimanapun juga, argumen dan perilaku mengenai tradisi menjaga kemurnian identitas kaum Arab Hadhrami di Indonesia akan selalu beraneka ragam. Dinamikanya akan selalu bersentuhan dengan dimensi sejarah yang berbeda dari masa ke Masa. Sekarang, pro dan kontra mengenai asimilasi_ kaum peranakan Arab Hadrami di Indonesia seperti yang terjadi pada masa Syeikh Syurkati pada tahun 1913 dapat dikatakan sudah hampir tidak — terdengar. dalam kenyataannya, Perdebatan ini masih terus terjadi secara internal di kalangan Namun, Mereka sendiri, Dalam penelitian ini, peneliti akan fokus pada Studi perubahan kebudayaan yang terjadi pada komunitas. keturunan Arab, khususnya para Syarifah yang melakukan Pernikahan dengan pria non Arab, faktor-faktor apa saja yang ™elatar belakangi, bagaimana proses upacara pernikahan, dan apa dampak dari pernikahan. Se Lihat hitp://antimateri.ci "a ://antimateri.com/kaum-ara dimanika-diasporanya B. Masalah Penelitian Permasalahan penelitian dalam studi ini dirumuskan dalam pertanyaan: |. Faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi para Syarifah melakukan pernikahan dengan pria non Arab? 2. Bagaimana proses upacara pernikahan? | 3. Apa dampak yang terjadi pada para Syarifah, balk internal keluarga maupun dampak dalam rumah tangga, sebagai akibat dari memilih jodoh bukan 43" kalangan sesama keturunan Arab? C. Kajian Pustaka Beberapa studi mengenai orang Arab yang tans oleh para ahli, seperti Deliar Noer, Bisri Affandi, Yasmine za) Shahab, Hisyam Ahmad, Abdurrahman Pati, Hamid Alger dan Husain Haikal. Deliar Noer dan Bisri Afandi remtoxusttt kajiannya tentang sejarah organisasi kedua komunitas, eal Jami'at Khair dan Al-lIrsyad.® Hamid Algadri dan Husain ah Mengkaji sejarah dan peran komunitas Arab dalam ww pergerakan nasional merebut kemerdekaan Indonesia. a LPSES 19% Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: of She Ear! Atlin, Svelh Alimad Al-Surkati, His Role in Altrsyad Movement i Ja , Ticeneth Century (Montel: Ths, 1976), swan Bolan Hamid Algudei,dlam dan Keturunan drab dalam Pergotakan Mele 5 ee yang berbeda dilakukan oleh Hisyam Ahmad, ena a Shahab, dan Abdurrahman Patji tentang asimilasi sue Arab dengan masyarakat pribumi, di Pekalongan, Jakarta, da 7 a Deliar Noer dan Bisri Affandi lebih ian pada pembahasan perkembangan pemikiran dan organisasi kelompok masyarakat Arab di Indonesia dan (ae bidang sosial, pendidikan, dan agama golongan pribum ie organisasi tersebut masing-masing adalah Jami‘at il ; kelompok Sayid) dan Al-lrsyad (untuk kelompok Non- a Jami'at Khair berdiri pada tanggal 17 Juli 4905. Salah satu p' pikiran non sayid yang paling penting dan ae” golongan Sayid adalah persamaan derajat antara pe Manusia. Golongan Sayid, yang sejak oe a ee memiliki kedudukan dan status sosial lebih tingg! a hubungannya dengan Nabi Muhammad, merasa a dengan gagasan pembaharuan pemikiran golongan pi ae Pada umumnya, ide dan gagasan pemikiran Al-Irsya berbeda dengan Jami'at Khair. gerakan Kemerdekaan (Bandung: Mizan, 1996); Husain Haikal, indonesia Arab dalam Pere ‘Indonesia 1900-1942, Jakarta: Phd Thesis UL, 1987). Ne: 7 Yasmine Zaky Shahab, Minoritas Kenran Ara a ar aed 1975). Abdurrahman Patji, "Asimilasi Golongon nik AR Sa Ampel Surabaya”, dalam Masyarakat Indonesia, Tal hun Xo 1 19 “Deliat Noes, Gerakan Modern Islam di Indonesia 6 Selain aspek organisasi, sejarah, dan asimilasi, terdapat beberapa penulis seperti Freitag dan Clarence-Smith, Sumit Kumar Mandal, de Jonge dan Nico Kaptein, serta Natalie Mobini Kesheh. Mereka menelit tentang "diaspora" kaum Hadrami di Perantauan, termasuk Anak Benua India dan Asia Tenggara. Konsep tentang "diaspora" "kelompok- keloi i ™POK minoritas etnis yang datang dari suatu wilayah dan mengandung | arti mene, di negeri lain, tetapi tetap mempertahankan ikatan emosional dan Sentimental, dan bahkan budaya material dengan negeri asal mereka"® Sumit Kumar Mandal dan Natalie Mobini Kesheh Membuktikan pergumulan identitas kaum Hadhrami dalam diaspora Mereka berhubungan erat dengan tanah leluhur Hadramaut, tanah air tempat mereka dilahirkan, dan dibesarkan. Menunut Mandal, Pergumulan itu disebut upaya pencarian tempat Yana pas (finding their place). Kemudian, Natalie Mobini Kesheh menyajikan dinamika Masyarakat keturunan Arab di Indonesia abad ke-20, transisi dan transformasi mereka pada periode 1900-1942 Mereka sering mengemukakan apa yang dikenal den, it gan sebutan atnahdhah al-Hadramiyah, (kebangkita" * Selan s Secon’ im Han Piagand W. G. Clatence-Smith, Hadhrami Trader’. Seka an b, 4 e da Kaptein, Trancending Borders 4 °0-1960, (Leiden: Bril, 1977), Huub de Jonge igen KITLY Press, 2002), Irabs, Polites, Trade, and Islam in Southeast Ast 7 kembali kesadaran Hadrami), atau "Nahnu Hadramiyyin ‘ala kulli al-sya'i, "Kami adalah orang-orang Hadrami di atas yang lain"."° Studi khusus tentang tradisi perkawinan telah dilakukan Kurnia Rizkiati,"' Sri Noor Oleh para akademisi, seperti Hasanah,” Jihan Suroyyah.'* Penelitain-penelitian tersebut Menguatkan bahwa tradisi perkawinan yang terjadi pada Masyarakat keturunan Arab Hadhrami adalah endogami, yaitu perkawinan antar kerabat dekat sendiri, keturunan terutama antara Syarifah dengan Sayid. D. Kerangka Teori 1, Konsep Kebudayaan Konsep kebudayaan yang dipakai dalam studi ini lebih Mengacu pada sistem pengetahuan dan gagasan, yang Merupakan cetak biru bagi kehidupan atau berfungsi bag! Pedoman bagi kehidupan masyarakat. Kebudayaan merupakan Suatu kumpulan suplemen atau pegangan yang digunakan SS 0 Rate, ppp, Stti* Kumar Mandal, Finding Their Place: History of Ara in "6 1800-1924, (Columbia University: Ph.D Thesis, 1994); Natalie Mobi Java under Dutch Kesheh, Hudrami tenn Community and ldenttyin the Netherlands East Indies 1900-1942, (linac: Southeast ™® Program Publication, 1999), hal. 35. Kumia Rizkiai, Perkawinan Endogami Pada Masyarakat Keturiman Arab di Palembang, Palembang: Skripsi Universitas Srivijaya : 2012) Exniy yyy, SL NOor Hasanah, Asimilasé di Kalangan Masyarakat Svarit Golon 'sAray (4i Kalbar), (Yogyakarta: Skripsi UIN Yogyakat 008). (Surmbayy, tt, Sutoyya, Perkin Campura dalam Komuntes Arab di Sbaya: Skripsi Universitas Airlangga, 2014). 8 ngan Keturanan Sidoarjo, a a a i i japtasi secara operasional oleh manusia sebagai sarana adap i vat terhadap lingkungan-lingkungan _tertentu, agar manusia dap * ; an- melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuh 4 7] = jan kebutuhannya dan dapat hidup secara lebih baik. Acuan-acu i i yan terseleksi untuk pemenuhan kebutuhan bagi kehidupar. yang isebut diakui pentingnya dan dibakukan oleh suatu masyarakat dise inata Pranata, seperti pranata keluarga, pranata agama, pra ebut Pasar, pranata Politik. ie Masing-masing pranata digunakan untuk kegiatan-kegiatan para pelaku tertentu serta untuk tujuan_ pemenuhan kebutuhan tertentu pula. Sebag! contoh, pranata sosial dalam kehidupan pasar yang tyjuan utamanya -besarnya adalah mencari keuntungan _ sebesar-be irinya berdasarkan Pada prinsip tawar-menawar, dengan sendi juan tidak mungkin diberlakukan dalam pranata keluarga yang tu) utamanya adalah Pengembangbiakkan dan pemanusiaa” Manusia berdasarkan Prinsip kasih sayang di antara sesa™m? anggota keluarga, Operasionalisasi ae kehidupan Masyarakat adalah melalui dalam Masyarakat tersebut, seperti dari kebudayaan 4 ada pranata-pranata yang nata pranata keluarga, PY! ekonomi, pranata @gama, dan pranata politik, nares "Lihat James P. Spradey, Cultural Perspective, (New York: John Wiley : ala 1980), hia. 1-10; Parsudi Suparlan, Meteo Penelitian Kuala; (Kumpulan Maka al Antropologi Ul, 1984). WAH. Gooden e ith. Description and Comparation Anthropology, (Chicago: Aldine. Pub, 197 cebu” 9), hal. 9, Clifford Geertz, Tafsir Keb 9 2. Perubahan Kebudayaan ; yen 1Kerneoyh Beberapa studi yang telah dilakukan ole! eR Geertz, dan Suparlan menunjukkan bahwa setiap kelompol Aa Mempunyai potensi dan kemampuan berbeda dalam atte dan Mengembangkan berbagai bentuk unsur kebudayai al Melalui berbagai Kontak hubungan kebudayaan dan tee Pragram pembangunan untuk kemajuan dan ee kebudayaan kelompok etnik tersebut. Di enter ae ee Yang Penting dalam mengembangkan potens! ini a aha lokasi kelompok eink dengan pusat kerameian ( kedua Pasar) dan intensitas hubungan kebudayaan. eee Unsur tersebut berpotensi besar untuk mengubah ' vane Kelompok etnik.’® Akan tetapi, Barth berpendapa coun mengemukakan bahwa_batas-batas budayaN"Cars eee Walaupun beberapa kelompok etnik tidak saling ae a Masing-masing kelompok etnik yang berbeda ia ne ditentukan oleh tidak adanya interaksi dan Teale lelapi sebaliknya justeru karena didasari oleh ter jkian tidak akan Sistem sosial tertentu. Interaksi yang demiki ——' Soslal teri. Interatsi yang demiNien! Sian UGRERN Yogyakarta: Kanisius, 1999), hal. 15 Peoples and Cultures. ( Lihat R Kccne; r Indonesian Peop Sea Priv '* Lihat R. Kennedy, Bibliography of Tag ert bongan, Sant stn rd fabio 1 dekanas Pa Raya, 1989); Parsudi Suparlan, arakat Jawa, (Jakarta: baie di Riau, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia 1995). 1 lew Sasak a Mengakibatkan pembauran dengan perubahan budaya dan akulturasi. Perbedaan-perbedaan budaya ini justru akan bertahan walaupun terjadi hubungan antaretnik dan ada saling ketergantungan antaretnik,"® i Setiap kebudayaan yang terlibat kontak mempunyai ciri- cil tertentu yang memungkinkan masing-masing sistem kebudayaan bertahan sebagai unit yang berdiri sendiri atau Derubah sesuai dengan Situasi dan kondisi tertentu. Ciri-cir tersebut adalah sebagai berikut, 2. Mekanisme Pemeliharaan batas. Mekanisme Ini membantu suatu kelompok untuk membatasi sualu perusipast dalam suatu kebudayaan tertentu. Batas sualu stem kebudayaan bisa relatif terbuka "Yan Memungkinkan kelompok suku bangsa lain (orang asing) Secara mudah dapat iatan berpartisipasi dalam kegiata ‘elompok kebudayaan lai - isa relati n. Akan tetapi, batas ini jug? PS ‘ atif tertutup kareng Memang sistem kebudayaa” yang ersangkutan bersifat tertutup. Fleksibeli pee Struktur internal. Hal ini mengacl par ‘Saran kelenturan dalam aspek-aspek sistemik, sepe struktur Status, tatanan kelompok, dan cara-cara yen wo 1b sn inte BOW 7 Liat Fredrik Bart, Ethnic Group and Boundaries. Bost® UP pot Buku ii telah ditetjemahnkan jengan judi: m edisi Indonesia, d Aelompok Ltuts dan Batusannya (Jakarta: Ul Press, 1988). 11 digunakan untuk =mendapatkan kekuatan _politik Fleksibelitas struktur internal juga mengacu pada kecocokan unsur-unsur budaya yang terlibat kontak. Di samping itu, hal ini juga bisa mengacu pada kekakuan struktur internal, artinya unsur-unsur budaya yang terlibat kontak memang bersifat kaku, sehingga _ kecil kemungkinan untuk terjadi integrasi. Mekanisme koreksi diri. Mekanisme ini mempengaruhi cara-cara di mana kekuatan-kekuatan konflik diredakan dan diimbangi oleh kekuatan penyatu (kohesi). Didalam setiap sistem kebudayaan, kekuatan pemecah dan Penyatu selalu ada dan bekerja secara berdampingan. Sebagai contoh adalah kajian fungsional tentang fungsi agama. Agama di samping bisa menjadi pemicu konflik, juga dapat berfungsi untuk mengintegrasikan masyarakat. Dengan demikian, agama di satu pihak bisa menjadi pemicu konflik dan di pihak lain juga bisa menjadi alat untuk integrasi."” Linton mengemukakan bahwa ada — unsur-unsur kKebudayaan yang mudah berubah dan yang sukar berubah apabila dihadapkan pada pengaruh asing. Dalam bukunya The pane ae Lihat Robert L. Bee, Patterus and Processes: An Introduction Anthropological Strategies for the Study of Sociocultural Change. (London: Free Press, 1967), hal. 10-15. 12 Study of Man, ia mengemukakan bahwa ada perbedaan antara inti suatu kebudayaan (covert culture) dan bagian luar kebudayaan (overt culture), Bagian inti kebudayaan misalnya adalah sistem nilai-nilai budaya, keyakinan agama yang sangat it, dan dianggap keramat, beberapa adat yang sudah dipelajari dini dalam proses sosialisasi individu warga masyaraka beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sebaliknya, bagian luar dari kebudayaan misalny? ang adalah kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda ¥' ' fa hidup, dan rekrees kebudayaa” juat a itu berguna, ilmu pengetahuan, tata cara, gay: inti ; bagian merupakan bagian yang sulit berubah o Karen ubah. kebudayaan adalah bagian yang mudah ber swiad seca? han kebudayaan sering tidal . ay dati g sama padi diferensial 2 yang berguna untuk kenyamanan. Bagian agian dalam proses nerubal “a erbedaP™ am waktu yan a semua serentak dal - adi secara kebudayaan, tetaP! teria“ gerwnate “ a8 a pagiannya. | a . puday’ dalam sete? hal menganalisis jalanny’ aman osial rok! Dalam ha nai kerag masy’ lah menge' alam sit an, ada masa rakat. cael dir dalam suatu masy@ erbedaa" ; haal rot yang selalu piasany4 terdapat P new Saent yang agak |uas pero ings oc! “entury one Ce ~ ton eT ogi Sosial Apple vertikal dan horisontal. Perbedaan vertikal menyangkut perbedaan kelas sosial, kasta dan perbedaan horisontal menyangkut perbedaan suku bangsa, agama, dan ras. Jika kenyataan tersebut dihubungkan dengan masalah proses perubahan kebudayaan, kita dapat memahami bahwa gejala aneka warna sosial budaya juga akan menyebabkan perbedaan dalam jalannya proses perubahan kebudayaan. Dalam proses kontak kebudayaan akan terjadi poia-pola dan perubahan-perubahan pada kebudayaan asli dari salah satu atau kedua kelompok budaya yang berbeda tersebut. Hal ini terjadi karena kontak langsung secara terus-menerus antara dua kelompok yang mempunyai kebudayaan berbeda. Perubahan-- perubahan tersebut tidak bisa begitu saja terjadi secara cepat melainkan melalui tahapan-tahapan dan proses yang panjang. Proses pertama melalui tahap difusi, tahap di mana unsur-unsur kebudayaan baru itu ditransmisikan oleh salah satu kelompok lain yang berbeda kebudayaannya.® Tahap selanjutnya adalah evaluasi oleh kelompok penerima. Proses ini merupakan proses yang penting sebab berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya unsur-unsur dan gagasan-gagasan baru tersebut. Jika unsur-unsur dan gagasan- " Lihat William A. Haviland, Aniropologi 2, Jakarta: Erlangga, 1993), hal 263 14 gagasan b; be itu akan bi IN Glrima ates dasar proses evaluasi, maka hal udah diter; Lointegras; an diterima dan pada akhimya akan bermuara pada ny8unsur-unsur sistem Kebuday, 22N kelompok penerim @8ebut diper| ‘Kenalkan secara paksa, hal itu akan ™ Siterimanya unsur yang baru tersebut oleh kelompok Pe tersebut ke dalam a. Akan tetapi, jika unsur-unsi! enyulitkan nerima. . 4 perkaital Ada beberapa alternatif yang akan terjadi ee tion yaity incorpo? ayaa dengan kontak kebudayaan. Pertama, unsur kebU (penggabungan). Proses ini terjadi jika unsur™ eneril e dalam sistem kebudayaan PP siste dua baru itu diintegrasikan k an yang berarti karen@ idak berubah. Proses ini replacemen tanpa menimbulkan ganggu: Alternat ke kebudayaan yang lama relatif t periawan™ i 6 adalah replacement (penggantian). pros proses silk” cement tidak men eba? ration © dengan proses incorporation. Dalam modifikasi kecil sekali. Proses repla' incrorp° par ses yan . ur ' uns nerim4 penambahan seperti di dalam pro: in unsur- unsur-unsur yang lama diganti denga m m kebudayaa” P ang mengakibatkan siste! Proses seperti ii pa » gi mana tam menjadi seperti “kain tambal sulam”, di ™ . lama. tu cocok dengan kain yang peu asi karena kebUd' baru itu belum ten juga berpotensi menimbulkan disinteg' -unsu yang diakibatkan oleh masuknya unsur-ul i kebud4 belum tentu disertai oleh kesiapan 15 menghadapi dan menerima perubahan semacam itu. Altematif ketiga dan keempat adalah sincretism or fusion (penyatuan) dan comparetementalization or isolation (penggolongan, pengisolasian). Pola ketiga ini melibatkan penggabungan unsur dari kedua sistem kebudayaan yang berbeda dan menjadi suatu pola yang berbeda dari apa yang ada sebelumnya. Pola dalam keempat keadaan disintegrasi_ di kebudayaan penerima. Keadaan seperti ini biasanya terjadi jika memperlihatkan kontak unsur-unsur — baru dalam _ situasi kebudayaan, diperkenalkan secara paksa, sehingga unsur-unsur baru itu diterima dengan rasa_enggan dan basa-basi, tetapi dipisahkan dari sistem lama. Sistem lama yang ingin digantikan tidak hilang begitu saja, tetapi tetap digunakan secara tertutup. Selama kekuatan pemaksa masih ada, unsur-unsur baru itu tetap digunakan, tetapi kekuatan pemaksa itu hilang, maka sistem yang lama akan muncul kembali.”° E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini lapangan dilakukan di Jakarta, selama 4 (empat) bulan, April sampai dengan Juli 20016. Penelitian ini 2” Lihat E.K.M. Masinambow, (cd.). Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, (Jakarta: Obor, 1997), hal. 9. 16 Re Menggunakan pendekatan etnografis, dan historis. Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan). Sebagai pendekatan penelitian, etnografi adalah kegiatan penelitian berinteraksi untuk memahami cara orang-orang : dan bekerjasama melalui fenomena_teramati Kehidupan sehar-har Etnografi juga berarti tulisan atau laporan ‘enfang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) dalam wajtu tertentu. Perhati iti van utama penelitian etnografi adalah tentang the way of life suatu Masyarakat,2! Menurut antropolog Inggris, Radelifffe- Brown dan B. Malino\ wski, tujuan etnografi adalah untuk Mendeskripsikan dan memban Satu masyarakat22 Meneliti Perilaku mani Deskripsi gun struktur sosial dan budey Menurut Frey, etnografi berguna untuk sia dalam lingkungan spesifik alamiah. mendalam (thick 23 berdasarkan description en Pengamatan yang terlibat rupakan (observatory participant) me Ciri_utama etnograti.* Karena itu, dalam penelitian etno graf lengkay , ,, (New tand weston 1s es Spradley, The Ethnographic Intervie ™ * Selengkapnya i ic. lew Y ipnya liha vostern Pacill (New York: Ep Dutton eo Siow Agronans of the Western e Lebih ta : Essays, (New You, lihat Clifford G, York: Rinehar ed select? ; eertz, The Interpri Cultures: § oe Basic Books, 1975) he Interpretasion of he {mu Komunitasi dan fy" Metodologi Penelitian Kuatitatif: Paradigms’ Pn 161-162 "™ Sosial Lainnya. (Bandung: Remaja Rosdakary2. 200!) 7 peneliti tidak cukup hanya melakukan wawancara, namun berada bersama informan sambil melakukan observasi.”° Pendekatan historis dan antropologis. digunakan untuk memperoleh informasi tentang proses diaspora masyarakat Arab ke berbagai wilayah di Nusantara termasuk ke Jakarta. Di samping data kualitatif, penulis juga mencari data Pendekatan historis dari sumber-sumber yang bersifat kuantitatif, serta literatur tentang orang Arab, seperti tulisan-tulisan para akademisi tentang orang Arab. Informan merupakan orang yang mengetahui kebudayaan yang mereka miliki. la juga memiliki kemampuan dan kesanggupan mengungkapkan kebudayaan secara lisan dengan bahasa dan dialek yang dimilikinya. la merupakan sumber penting bagi penulisan.”° Dalam penelitian ini, informan adalah individu-individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik tentang berbagai aspek kehidupan masyarakat atau kebudayaan masyarakat keturunan Arab. Di samping itu, karena fokus penelitian ini adalah para Syarifah, maka individu-individu yang dipilih adalah 20 Syarifah yang tersebar di beberapa kota Jakarta. * Lihat James Spradley, The Emographic Interview... hal. 1-10. * Pertti J.Pelto dan Gretel H. Pelto, Anthropological Research the Structure of Inquiry, (Cambridge: Cambridge University Press, 1978). 18 2. Tahap-tahap Penelitian Adapun tahapan penenelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut. (1) Tahap orientasi dan eksplorasi yang bersifat men ang dikatakan James ) yeluruh, pradley dengan melakukan apa ¥: sebagai grand tour observation. genel erfokus, yaitu men an (2) Tahap melakukan observasi secara t 7 es pernikahan, pemilinan jodoh, proses lamaran, pros! dampaknya bagi Syarifah check yait (3) Mengecek hasil temuan dengan teknik member vpeneta mengecek kepada informan lain merge non informasi yang telah diperoleh dat! i informs sebelumnya. — Apabila terdapat a ngetanu! biasanya dilakukan pengecekan ulang un otentisitas dari informasi-infromasi tadi- jehi pena a. Data yang diperol? gianalls? (4) Tahap analisis dat a karena '@ gan pakan data yang sud den jah matang owukan dilaku d eng" meru, ‘cig di apanga” ; _ Cara analisis di aie sain jawaban informan_™ gent" selalu mepertanyakan ja re a . A , jawaban informan lain, e * ole ' a eperangkat teori yang relevan, u i esi oni “a : i ebag@ i diperlakukan § - nforman itu en iq ini kita uji kembali di kerja 19 mempertanyakannya lagi. Kalau kita temukan data yang sama sehingga ada pola jawaban atau sudah tidak ada lagi kita temui konsep atau pengertian baru maka tahap itu dianggap selesai. Dengan demikian, tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan dan disangsikan mengenai kredibilitas informan dan validitas data, karena data-data tersebut sudah dianggap memenuhi syarat dan sudah melalui prosedur ilmiah. F. Hasil Yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi perkembangan = ilmu pengetahuan, terutama kepada teori perubahan kebudayaan. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas tentang perubahan kebudayaan bahwa aspek agama dan kepercayaan merupakan bagian kebudayaan yang sangat sulit berubah. Perkawinan sekufu, perkawinan endogami adalah bagian dari kepercayaan komunitas keturunan Arab, yang pada penelitian ini diasumsikan bisa berubah. G.Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan, yaitu bulan April sampai Juli 2016. Sedangkan tempatnya di beberapa kota di Jakarta yang menjadi basis komunitas keturunan Arab seperti 20 Gi Pekojan, Conden, dan tidak menutup kemungkinan di sekitar Jakarta, H. Out Line Buku Kerangka outline dalam buku ini terdiri atas beberap? bab. Bab | berisi 'entang Pendahuluan, yaitu latar belakang: masalah Penelitian, kajian Pustaka, kerangka Teori, metodolag Penelitian. Latar belakang Merupakan merupakan jawahe terhadap Pertanyaan penelitian aL iat i tuk , Mengapa topik ini menarik un! ditelit. Sepa top Masalah Penelitian merupakan beberapa pertanyaa” Jena: kan, aatt, Kerangka teori adalah konsep-konseP yang ipergunakan dalam Penelitian seperti konsep kebudayaa"" Sedangkan kerangka teori dan metodologi_ penelitian adalah prosedur penelitian yang dipergunakan dalam riset eal ah penggaian data bisa cipertanggungiawabkan 560279 HT diawali denga” Bab Il tentang Perkawinan Sekufu, di - i al-Quré beragam pendapat tentang perkawinan dalam i a pembahasan perkaw! a pera b, Bab ini menjel4 ufu Sunnah, dilanjutkan dengan b skan etl ‘J kawinan pen j menurut para ulama dan habail " abaib mengenai per semua di kalangan komunitas keturunan Arab. at inter didasarkan pada teks, namun_ karena corer pat be ja berbeda tentang teks, maka menimbulkan pen pendapat para ulama dan hi 21 pula. Bab Ill merupakan studi kasus tentang Perkawinan Syarifah dengan Ahwal di sekitar Jabodetabek. Babi ni merupakan temuan lapangan didasarkan pada wawancara mendalam terhadap puluhan responden dari kalangan syarifah yang melakukan perkawinan dengan ahwal. Pembahasan meliputi latar belakang dan penyebab pernikahan, sikap orang tua dan kerabat, prosesi pernikahan, dan dampak perkawinan. Bab IV adalah perubahan menjelaskan implikasi teoritis perubahan kebudayaan yang kebudayaan. Bab _ ini terjadi di kalangan syarifah yang melakukan pernikahan dengan ahwal. Bab V adalah kesimpulan, dilanjutkan dengan Bab VI rekomendasi, saran-saran dan daftar pustaka. 22 BABII TINJAUAN UMUM TENTANG KAFAAH A. DEFINISI KAFAAH DAN DASAR HUKUMN Kafeah merupakan bagian penting dalam fikih munakahat yan Sernekali menimbulkan perdebatan jika disandingkan dengan hak as#si manusia. Kafaah yang asa berarti sepadan atau sctara berasal dari babi Arab. Sedanel 7 Sedangkan secara istilah, para ulama memiliki pendapatny® masing-masine i ; tn Snesing mengenai kafaah, Menurut ulama Hanafiyab, kal adalah la ‘alah kesepadan yang khusus antar: ae, ulama Malikiah, kafaah Keadaan yaitu set a laki-laki dan perempual 10 adalah kesepadan dalam hal agama 6 tuk ‘amat dari aib yang mewajibkan perempuan U" meng adalah iggunak ‘li a an hak pilibnya, Menurut ulama Safi’iyah, kafaah 1 Uru : A ina, t Sm Y2Ng mewajibkan untuk menolak adanya aib dan Ketina” erutary “ aan na kesepadan lak tethadap perempuan dalam kesempu™ keadaa idaan keduanya sehingga selamat dari i I Kafaah adal aib. Menurut ular a lah kesama aga kesamaan dan Kesepadan dalam lima perkara yall nasal d b, kemerdekaan, Pekerjaan dan kekayaan. ; cpt? Sebagai sebuah hukum, kafaah seringkali disandaris? nash-nash berikut : 23 wna Hanabill “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahilivah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nva. Sesungguhnva Allah bermaksud hendak kamu, Hai ahlul bait dan menghilangkan dosa dari membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab : 33) Menurut Imam Syafei, masalah kafa'ah pertama kali diistinbat berdasarkan hadits dari Bariroh. Bariroh dikawinkan dengan lelaki yang tidak sekufu' dengannya, beliau mengadu kepada Rasulullah saw dan beliau saw memberikan hak untuk memilih kepada Bariroh. +Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Imam Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda EM yO pee 1S) BSL CAT 131 DLAI ge oY gle Y OMG VAS oe y 131 “Wahai Ali ada tiga perkara jika tiba waktunya tidak boleh ditunda-tunda: shalat jika telah masuk waktunya, jenazah jika 24 “Pilihlah wanita sebagai wadah untuk menumpahkan nutfahmu, janganlah engkau tumpahkan pada tempat yang tidak sekufu denganmu.” B. KAFAAH DALAM PANDANGAN ULAMA MAZHAB. Para ulama umumnya menyepakati adanya kafaah dalam pernikahan, hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai jenis kafaah yang menjadi syarat dalam pernikahan. Dalam kitab al-Figih ala al- Madzhahib al-Arba' karangan Abdurrahman al-Jaziry, disebutkan bahwa yang termasuk perkara kafaah adalah agama, keturunan, kekayaan, pekerjaan dan bebas dari cacat. Para fugaha telah sepakat bahwa faktor agama termasuk dalam pengertian kafa'ah, kecuali pendapat dari Muhammad bin Hasan yang tidak memasukkan faktor agama dalam pengertian kafa'ah Hanafi, Syafii dan Hanbali sepakat bahwa kesepadanan itu meliputi Islam, merdeka, keahlian, dan nasab, Tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal harta dan kelapangan hidup. Hanafi dan Hanbali menganggapnya sebagai syarat scdangkan Syafi’i tidak demikian. Sedangkan Maliki tidak memandang keharusan adanya kesepadanan kecuali dalam hal agama dan ketiadaan aib. Dalam menentukan kadar seseorang itu sepadan atau tidak dengan calon pasangannya, para ulama 4 mazhab ini juga berbeda pendapat. 26 telah hadir untuk dishalatkan dan wanita jika telah datang jodoh yang sekufur' dengannya.” Hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim, Ibnu Majah, al- Baiha HAL aihagi dan al-Daruquthni, dari Aisyah bersabda Rasulullah saw: ENN Sy SUSY Sy Kaa ty “Pilihlal i — h wanita sebagai wadah untuk menumpahkan nutfahmu, caril: ‘rilah mereka yang sekufi’ denganmu dan kawinilah mereka.” adits ma adits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Dam thni, dari Ja i “ ri Jabir bin Abdillah Al-Anshori bersabda Rasulullah saw: SSN ser yy USN) gL fy Yon “Janganlah i a ab snekau menikahkan wanita kecuali dengan yang Seufu’ dan janganlah engkau mengawi ; ; inka i an izin walinya,..« innya kecuali dengé WY oe auee ed te SUSY a8 J lager Vy (Sibad 1y 9 25 “Pilihlah wanita sebagai wadah untuk menumpahkan nutfahmu, janganlah engkau tumpahkan pada tempat yang tidak sekufu denganmu.” B. KAFAAH DALAM PANDANGAN ULAMA MAZHAB Para ulama ummumnya menyepakati adanya kafaah dalam pemnikahan, hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai jenis kafaah yang menjadi syarat dalam pernikahan. Dalam kitab al-Figih ala al- Madzhahib al-Arba’ karangan Abdurrahman al-Jaziry, disebutkan bahwa yang termasuk perkara kafaah adalah agama, keturunan, kekayaan, pek an dan bebas dari cacat. Para fugaha telah sepakat bahwa faktor agama termasuk dalam pengertian kafa'ah, kecuali pendapat dari Muhammad bin Hasan yang tidak memasukkan faktor agama dalam pengertian kafa'ah. Hanafi, Syafi’i dan Hanbali sepakat bahwa kesepadanan itu meliputi Islam, merdeka, keahlian, dan nasab. Tetapi mereka berbeda Pendapat dalam hal harta dan kelapangan hidup. Hanafi dan Hanbali menganggapnya sebagai syarat sedangkan Syafi’i tidak demikian. Sedangkan Maliki tidak memandang kcharusan adanya kesepadanan Kecuali dalam hal agama dan ketiadaan aib. Dalam menentukan kadar Seseorang itu sepadan atau tidak dengan calon pasangannya, para ulama 4 mazhab ini juga berbeda pendapat. 26 s i emua Imam madzhab dalam Ahlus Sunnah Wal Jamaah sepakat akan ada ‘ Pakat akan adanya Kafa'ah walaupun mereka berbeda pandangan dalam menerapkannya. Salah satu yang adalah dalam masalah ketu Menjudlperbesann Tesco ene tei runan, Knish Dalam hal keturunan orang ee ian. ma sat dengan lainnya. Begitu pula halnya orang (Aim) ae falnnya. Karena itu lakilaki yang bukafi Arab rece ae u dengan ‘wanita-wanita Arab. Laki-laki Arab tetap! 'gan Quraisy tidak sekufu' dengan wanita Quraisy. Hal tersebut berd: e asarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, wa Rasulullah saw bersabda: deo dey) ted 5 ad SUS) gan ol Orang-orang Arab sekufi’ satu dengan kabil kelompok ya i dengan yang lainnya. Kabilah bone lainnya, Kelompok yang satu sekufu’ denga? ing lainnya, laki lainnya,_.» -laki yang satu sekufu' dengan yang Hadits tiwaya Wayat Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda: iS Ga) ws "Orang-ora ng Arab " Satu dengan yang lainnya adalah sekufu'. 27 .Mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam nasab, calon suami digolongkan menjadi dua Arab dan Ajam. Kemudian golongan Arab dibagi lagi menjadi dua yaitu Quraisy dan selain Quraisy. Kabilah Quraisy lebih utama kemudian menyusul Arab selain Quraisy kemudian Ajam. Hal ini merupakan syarat dalam pernikahan sehingga laki-laki dari golongan yang lebih rendah tidak dapat menikahi golongan yang lebih tinggi. Adapun mengenai keutamaan kabilah Bani Hasyim atas kabilah Quraisy lainnya hal ini hanya merupakan kesunahan bukan sebagai syarat.' Dengan demikian menurut Imam Hanafi laki-laki Quraisy sepadan (kufu’) dengan wanita Bani Hasyim Serupa dengan mazhab Hanafi, mazhab Syafii membagi kafaah dalam nasab menjadi Arab-Ajam dan Qurais y-non Quraisy. Imam Syafii juga berpendapat Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib lebih utama dari kabilah-kabilah Quraisy lainnya. Menurut Imam Syafi'i laki- laki Quraisy tidak sepadan (tidak sekufu') dengan wanita Bani Hasyim dan wanita Bani Muthalib.” Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: LB BS Gr oe gilaely Lele) ge ce BLS Ge ne! A O1 OP op Uldboly Ab GY AS ely * Abdurrahman bin Muhammad Aud Al-Jaziri, Figh ala Mazhab al-Arbaah, (Beirut : Dar el-Kitab Al-Alamiyah, 2003), jilid. 4, hal. 53 > Abdurrahman bin Muhammad Aud Al-Jaziri, Figh ala Mazhab al-Arbaah, jilid. 4, hal. 57-38 28 “Bah , sbwasanya Allah swt memilih Kinanah dari anak-anak Ismail dan memili ae ih Quraisy dari Kinanah dan memilih Bani Hasyim™ as .. ari Quraisy dan memilih aku dari Bani Hasyim... “ Mazhab Ha be enbali memandang kafaah dalam nasab serupa denga! ab Syalii. Hanya saja dalam p dalam nasab j alam nasab juga ditekankan dalam mazh: andangan mazhab Hanbali kafah yang fasik tiday Persoalan agama, Laki-laki Qurais) “fara dengan perempuan Quraisy yang shalih. Hal ial berlaky Pula pada Solongan-golongan lainnya.? Dalam persoalai i sig i Sih bependepa att Ye bth sas kata, banyan a Wa kafa's a walinya, Seorang wali ti th merupakan hak bagi perempuan 42" Telaki vang tidak kuty! Bene Mengawinkan perempuan deng®” Segenap walinya, Jike nnya kecuali dengan ridhanya dan ridh® - ‘4 Para w; a . Aikavinkan, sebab p, ali dan perempuannya ridha maka ia boleh ara wal dengan taki taki yang tidak ' Berhak menghalangi kawinnya perempua” aK Sepadan (tidak kufu'), Imam g, dengan Je Para w, valli be a laki yang tak Rae Jika perempuan yang dikawink® Sepadan (tidak sekufu') tanpa ridhanya dan ridha ‘a PetkoVinnnnyg bat alinya, mak; ik it IN seotatig Wanita il. Tian Hanafi berpendP™ By @ KaWin denoay .: . jak OO) ap : m dengan pria yang tidak sederajat ud Ff, ID Ha» ay. “jak $4 . eb Walinyy, filaka perkawinan tersebut nee hn gare 3 chad Asdursabman bin Muhammad Aud At-Saciei, Fig ate MO" 1M 79 dan wali berhak untuk menghalangi perkawinan wanita dengan pria yang tidak sederajat tersebut atau hakim dapat memfasakhnya, karena yang demikian itu akan menimbulkan aib bagi keluarga. Imam Ahmad berpendapat perempuan itu hak bagi seluruh walinya, baik yang dekat ataupun jauh. Jika salah scorang dari mereka tidak ridha dikawinkan dengan laki-laki yang tidak sederajat (tidak sekufu’), maka ia berhak membatalkan. Riwayat lain dari Ahmad, menyatakan — bahwa perempuan adalah hak Allah, sekiranya seluruh wali dan perempuannya sendiri ridha menerima laki-laki yang tidak sederajat (tidak sckufu'), maka keridhaan mereka tidaklah sah.” Pendapat keempat Imam ini kemudian berkembang di kalangan para ulama mazhabnya. Di kalangan mazhab Hanafi, Ibnu Abidin membahas secara rinci persoalan kafaah ini dalam kitabnya Radd al- Mukhtar ‘ala Daar al-Mukhtar. Dalam kitab tersebut Ibnu Abidin menyebutkan bahwa ulama-ulama mazhab Hanafi umumnya telah bersepakat tentang persoalan nasab dalam kafaah. Dan Sirajudin al- Hindi menurutnya menjelaskannya secara tegas bahwa “seswngguhnya kafaah dalam pernikahan itu ada dalam 6 hal yang telah memiliki tempatnya yang ditetapkan, nasab, Islam, kemampuan, kemerdekaan, agama dan harta. Tonu Abidin juga menolak pendapat dari kalangan Maliki dengan menyatakan apabila pernikahan antara orang yang * Abdurrahman bin Muhammad Aud Al-Jaziri, Figh ala Mazhab al-Arbaah, jilid. 4, hal, $4-58 30 ee bi i . erbeda nasab merupakan hak yang mutlak, maka pernikahan antara orang Quraisy bahkan dari kalangan Alawiyyah sepadan dengan yang a iy Sinnya. Dan akibatnya perempuan Alawiyyah yang menikah dengan Tet c . ae ajam kufu’ dan kemulian yang ada pada dirinya hilang, oleh sebab itu boleh membayarkan zakat kepadanya.* dalam persoalan agama dan mem, Di erm bahwe udal i asanya hal ini didasarkan kepada had h yang selainnya. Dan its : menikahinya, mak: enolak untuk ‘Nikahilah Abu aaa " terjadi fitnah @ Rasulullah aw bersabd, ‘abda ; elakukay, ‘ nya di muka bumi dan kerusakan yang be; 3 sar” Thaybah, apabila kalian tidak m, Juga berdasarkan hadits Meee ge (ee Misia wer Khasyiyah Inu oF [Mz ton Abigin ", Rad idin, (Beirut + p) eta 3 : Mukhe . i el Fikr, 1992) hal Seca ne Bilal R.A bermaksud meminang salah seorang wanita Anshar, namun mereka menolak menikahinya, maka Rasulullah SAW bersabda ‘Katakanlah (Bilal) kepada mereka (Anshar) bahwasanva Rasulullah SAW memerintahkan kalian untuk menikahkan aku® Dari mazhab Maliki, menarik untuk mencermati pendapat al- Dasuki dalam kitabnya Khasiyah al-Dasuki ala Svarhil Kabir mengenai kafaah yang ia rangkum dalam sub bab tersendiri, Al-Dasuki berpendapat bahwa kafaah hanya meliputi dua hal, pertama agama atau al-diin dan kedua al-haal. Al-diin yang dimaksud ialah agama yaitu orang yang sesuai agamanya dan tidak fasik. Sedangkan al-haal ialah keselamatan dari aib-aib yang mewajibkan khiyar (memilih) pasangan bukannya bermakna kekayaan maupun nasab. Namun hal-hal tersebut (nasab dan kekayaan) hanya disunahkan saja. Dalam pandangan ulama Syafi’i, pendapat Imam Mawardi rasanya cukup mewakili, Al-Mawardi berpendapat bahwa_nasab ° Abu Bakar bin Mas'ud al-Kasani, Badai’ al-Shana ‘i fi Tartib al-Syara ', (t Daar el-Kitab al-Alamiyah, 1986), juz. 7, hal. 317 Muhammad bin Ahmad al-Dasuki, Khasyiah al-Dasugi ala Svarhil Kabir, -Fikr, tt), juz. 4, hal, 249 32 merupakan bagian dari kafaah, Al-Mawardi juga mengelompokkan uruti afa jadi ‘tan kafaah nasab menjadi Quraisy, Arab, dan Ajam. Adapun kafaah di antarasesama Quraisy, Al-Ma wardi berpendapat terdapat dua golongan mengenai hal mune / 2 fersebut yang pertama ulama Basrah yang juga er Son Quraisy kafaah di antara sesamanya dan ini ‘pat mazhab Hanafi, Kedua ul: betpendapat bahwa kafeah dj antara_Quraisy kedekatan hubungan kekerabat, berpend; lama Baghdad yang ditentukan denga? an mereka dengan Rasulullah.* Semakit Soh Milla semakin tinggi deraiet Schingga Alawiyyin tid dekat hubumgss. gaeska on kemuliaanmerek. a, lak kufu dengan selait ereka dari keturunan Bani Hasyim, Imam a aya Nihay “rpendapat bahwa kafaah nq Twakan bagi kafeah seorang | Alawi, Hasy Aleniggin meskioun Haramain dal, i fam kit aa ‘atul Muthalib fi Dirayatil Mazhab sab dalam pemikahan juga menjadi i mam dalam memimpin Shalat, yait Py Je . Quraisy, Arabi dan seterusnya,® Pendapat iazhab Hanbali oe berkenaan dengan kafeah tida h_dengg San mazhab Syaff'i, Al-Ashimi menyebutkan bahw? dala kafaah ialah Kesetaraan dal, “Mm persoalan agama _yaitu Menjalankan kewajil ajiban dan Meninggalkan kemungkaran, derajat ¥™ Abu Hasan Ali al-Maw rut : Daar el-Kitab Abdul Malik bin Mazhab, (tt Svafii (Bei rardi, al-, al-Alami i Yah, 1999) jy Dee Abdultah “nam ap eae! Ji Fighi Mazhabi Imam Ay” 02 i HF ALManhy) ane Haramain, Ninayarut Muthal® 12007), hal aug Dirayatil nasab dan kemerdekaan, pekerjaan, dan mempermudah persoalan yang menjadi kewajiban (harta)." Tbnu Qudamah dalam persoalan kafaah menjelaskan bahwa terdapat dua pendapat di kalangan ulama Hanabilah mengenai unsur- unsur yang pertama sebagaimana disebutkan sebelumnya dan yang kedua hanya mensyaratkan agama dan nasab sebagai syarat kafaah. Dan ketiga hal selain agama dan nasab menurutnya tidak dapat membatalkan pernikahan."! Cc KAFAAH AHLUL BAIT DALAM SEJARAH hukum Persoalan kafaah kemudian menjadi sebuah yang pakat bahwa tingkatan utama berjalan sepanjang sejarah Islam. Ulama dalam kafaah ialah pada masalah agama. Dalam prosesnya kafaah yang hanya berlatarkan tingkatan keagamaan nyatanya sulit diwujudkan Faktor nasab, kedudukan, kekayaan, dan pekerjaan menjadi faktor yang juga menentukan. Faktor nasab kemudian menjadi salah satu yang dominan terutama bagi golongan Alawiyyin, keturunan-keturnan Rasulullah SAW, Hal ini terutama berlaku bagi para Syarifah, wanita- wanita keturunan Fatimah binti Rasulullah yang dilarang untuk ' Abdul Rahman bin Muhammad Al-Ashimi, Khasviyah Raudhal Marba ‘i Svarh Zaadil Mustagna’, (tt : tt, 1996), juz. 7, hal. 279. "' Abu Muhammad Muwafiqudin Ibnu Qudamah, al-Mughni fi Ibni Qudamah, (Kairo : Maktabah al-Qahira, 1986), juz. 10, hal. 35 34 Pernikahan antara Ablul Bait pertama kali terjadi antara putri Rasulullah Rugayyah dan Ummu Kultsum yang dinikahkan dengan kedua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah. Pernikahan tersebut terjadi sebelum datangnya risalah kenabian kepada diri Nabi Muhammad SAW. Utbah dan Utaibah serupa dengan Ali dalam hal nasab, yakni sama- sama keturunan paman Rasulullah dan juga berada pada satu garis keturunan, Bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim. Hanya saja pernikahan Utbah dan Utaibah dengan kedua putri Rasulullah tersebut tidak berakhir seperti pernikahan Ali dan Fatimah al-Zahra. Mereka berdua dipaksa untuk menceraikan kedua putri Rasulullah oleh Abu Lahab yang menolak dakwah Rasulullah sctelah sampainya risalah kepada beliau. Abu Lahab berkata kepada kedua putranya “kepalaku haram atas kepala kalian jika kalian tidak mau menceraikan kedua putri Muhammad”? Akhirnya Utbah dan Utaibah menceraikan kedua putri Rasulullah Rugayyah dan Ummu Kultsum. Rugayyah dan Ummu Kultsum yang diceraikan oleh kedua putra Abu Lahab kemudian dinikahkan dengan Utsman bin Affan dalam waktu yang berbeda, Rugayyah terlebih dahulu dinikahkan dengan Utsman bin Affan setelah diceraikan oleh Utbah. Rugayyah menemani Utsman bin Affan pada masa-masa awal Islam. Rugayyah juga turut serta dalam hijrah umat Islam pertama ke Habasyah bersama Utsman bin Affan. Sepulang dari Habasyah Ruqayyah jatuh sakit dan ® Mahmud Mahdi dkk, Mereka adalah para Shahabiyat, (Jakarta : al-Tibyan, 2015) hal. 115 36 ‘menikah dengan selain Sayyid, laki-laki keturunan Rasulullah, Dalam Pernikahan antara Ablul Bait pertama kali terjadi antara putri perkembangannya, kafaah nasab bagi Ahlulbait ini mewarnai sejaah Rasulullah Rugayyah dan Ummu Kulisum yang dinikahkan dengan Panjang kehidupan golongan Alawiyyin dan masyarakat Arab genga kedua putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah, Pernikahan tersebut terjadi bersandarkan hadits : sebelum datangnya risalah kenabian kepada diri Nabi Muhammad SAW i _ Utbah dan Utaibah serupa dengan Ali dalam hal nasab, yakni sama- AP OLS Sr ow gills Lote ay oe BLS ys Gib! 4 sama keturunan paman Rasulullah dan juga berada pada satu garis PE Bee Uldaoly ab ys A (224!) keturunan, Bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim. Hanya saja “Sesunes . pernikahan Utbah dan Utaibah dengan kedua putri Rasulullah tersebut ngguhnya Allah swt telah memilih bani Kinanah dari tidak berakhir seperti pernikahan Ali dan Fatimah al-Zahra. Mereka bani Ismail, er ; x tees aaisy, aa dan memilih dari bani Kinanah Quraisy, d berdua dipaksa untuk menceraikan kedua putri Rasulullah oleh Abu ani memilil r ‘i lih dari Quraisy bani Hasyim, dan memilih aku dari Lahab yang menolak dakwah Rasulullah setelah sampainya risalah Hasyim” (HR. Muslim) kepada beliau. Abu Lahab berkata kepada kedua putranya “kepalaku Dan hadits lainnya haram atas kepala kalian jika kalian tidak mau menceraikan kedua putri Muhammad”,'? Akhirnya Utbah dan Utaibah menceraikan kedua putri 1 dey dey) Uheb UL3 pans ou peau 27) Rasulullah Rugayyah dan Umma Kultsum Rugayyah dan Ummu Kulisum yang diceraikan oleh kedua “Orang-orang Arab sekufi' satu dengan yang lainny Kabila! putra Abu Lahab kemudian dinikahkan dengan Utsman bin Affan dengan kabilah fainnva, kelompok yang satu sekufit’ denga” dalam waktu yang berbeda. Rugayyah terlebih dahulu dinikahkan Kelompok yang lainnya, laki-laki yang sate sekufit der" enon Utsman bin Affan setelah diceraikan oleh Utbab, Rugayyah Jang /ainnya. (HR, Muslim) menemani Utsman bin Affan pada masa-masa awal Islam. Ruqayyah jiu! OM Juga turut serta dalam hijrah umat Islam pertama ke Habasyah bersama ua . tidak sem ' gent Utsman bin Affan. Sepulang dari Habasyah Ruqayyah jatuh sakit dan ejarahnya, U h Namun dalam perjalanan seh - esikal Sg ——______ Ahlul bait pula. mere’ ¢ men = Mahmud Mahdi dkk, Mereka adalah para Shahabiyat, (Jakarta : al-Tibyan, ah dengan golongan Antu ya yane 2015) hal. 115 menikah deng: da juga ahkan ada J" 36 volongan Arab selain Ahlul Bait, bi dengan golongan ajam. 35 meninggal dunia, Utsman bin Affan yang ditinggalkan Ruqayys Kemudian dinikahkan Ummu_ Kultsum, putt Rasulullah lainnya. Pernikahan dengan kedua putri Rasulullah inilal Rasulullah dengan yang membuat Utsman dikenal sebagai Dzunnurain, pemilik du cahaya, Utsman bin Affan sang Dzunnurain bukanlah keturuna Bal ‘ a Abdul Muthalib maupun Bani Hasyim, Utsman merupakan keturum ni . a Bani Umayyah bin Abdi Syam. Nasab beliau bertem™ dené Rasulullah pada Abdi Manat. a . . : rullah de Sebelum Usman bin Affan, pemnikatan patti RAST" is : ma Ras aria annara Zaina pus per’ sill duh Ablul Bait juga ened anes return Ot Rabi yang memupakan abi fi jan Abul ASTD Tp Zana ST ley yiyil san Zainad § sebee . jcAsh menikah dene galullah gion yatit i \ un Abu! ah gana Ret i st ie a ee ie ae R LX Ww IN imefiikall des. golongan Arab sev dengan golongan ajam. memeluk Islam dan hidup bersama lagi dengan Zainab. Keduanya dikaruniai dua orang anak yaitu Ali dan Umamah. Pernikahan di antara Ahlul Bait Nabi yang kemudian dijadikan hujjah oleh kaum Alawiyyin ialah pernikahan Fatimah al-Zahra putri bungsu Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib yang tidak lain adalah sepupu beliau. Pemnikahan Ali dan Fatimah terjadi setelah umat Islam berhijrah ke Madinah. Fatimah yang saat itu sudah beranjak dewasa pemah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun Rasulullah menolak lamaran mereka secara halus. Barulah setelah Ali bin Abi Thalib melamar Fatimah, Rasulullah menerimanya. Mereka kemudian dikarunia empat orang anak ; Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kultsum. Kebahagiaan Rasulullah akan lahirnya cucu-cucu beliau kemudian menjadi sebab turunnya ayat QS. al-Abzab ayat 33: “Dan hendaklah kamu tetap di rumalinu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahilivah yang dahulu dan divikanlah shalat, tunaikantah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya, (QS. Al-Ahzab : 33) Setelah ayat ini turun kemudian beliau berdoa dengan doa yang cukup terkenal di kalangan Alawiyyin : 38 meningga Rasulullah lainnya, Pernikahan dengan kedua putri Rasulullah in yang membuat Utsman dikenal sebagai cahaya an bi e, i Utsman bin Affan sang Dzunnurain bukanlah keturunan Bail Abdul Muthalib maupun Bani Hasyim. Utsman merupakan keturunt! Bani Umayyah bin Abdi Syam. Nasab beliau bertemu deng#! Rasulullah pada Abdi Manaf. gall Sebelum Utsman bin Affan, pernikahan putri Rasulullah ‘aig h bukan Ahlul Bait jug: rama Rasulullt a terjadi antara Zainab putri pe! di ari Bani AP dengan Abul ‘Ash bin R; abi yang merupakan keturunan d Manaf. Abul . ‘ mad Ash menikah dengan Zainab sebelum Nabi Muham! Giana sets «Nabil Snekat sebagai Rasulullah, Setelah Rasulullah diangkat sebagei N® Abul “Ash tidak langsung memetuk Islam karena khawatir - ersar GN ga He ojangya, Nba SAN wep HAE fh ikut dalam Zainab putri Rasulullah sampai kemudian Abul ‘As ah, Abul Badar pada sisi yang berlawanan dengan Rasulull lal yu a. zainab istri Ab kemudian menjadi tawanan dalam perang Badar. Zainab is yang sckaligus juga putri Rasulullah menebus Abul ‘Aso. . : seraikan menerima tebusan itu dengan syarat Abul ‘Ash menceral at inal Setclah diceraikan Abul ‘Ash, Zainab bethijrah ke Mad! ups _ bul berpisah dari Abul ‘Ash selama 6 tahun, Pada tabun ke-6 H 4 aF 1 dunia, Utsman bin Affan yang ditinggalkan Ruqayy Kemudian dinikabkan Rasulullah dengan Ummu Kultsum, putt ital . vet dl =unnurain, pemilik du perv cast sash memeluk Islam dan hidup bersama lagi dengan Zainab. Keduanya dikaruniai dua orang anak yaitu Ali dan Umamah. Pernikahan di antara Ahlul Bait Nabi yang kemudian dijadikan hujjah oleh kaum Alawiyyin ialah pernikahan Fatimah al-Zahra putri bungsu Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib yang tidak lain adalah sepupu beliau. Pernikahan Ali dan Fatimah terjadi setelah umat Islam berhijrah ke Madinah. Fatimah yang saat itu sudah beranjak dewasa pernah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun Rasulullah menolak lamaran mereka secara halus. Barulah setelah Ali bin Abi Thalib melamar Mereka Fatimah, Rasulullah menerimanya. kemudian dikarunia empat orang anak : Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kultsum. Kebahagiaan Rasulullah akan lahirnya cucu-cucu beliau kemudian menjadi sebab turunnya ayat QS. al-Ahzab ayat 33: "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahilivah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan teatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab : 33) Setelah ayat ini turun kemudian beliau berdoa dengan doa yang cukup terkenal di kalangan Alawiyyin : 38 NEE aby po Ms CAS mall cz Lal ei el si Taha ait bat, Ya Allah hilangkanlah dosa-dosa {an bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya” Pemikahan Ahi Ummu Kaltsum binti Merupakan khalifah Thalib. Adj mencob: ul bait yang tercatat sejarah ialah pernikahat Ali dengan Umar bin Khattab. Umar yang saat it melamar Ummu Kultsum kepada Ali bin Abi Kultsum) 4 menolak dengan mengatakan “dia (Umm! ea asi a? masih kecil”. Tetapi Umar memohon untuk dinikahkst an Kemuliaan yang tidak didapat dari orang lain. ‘ ay ae a dan menyuruh Ummu Kultsum datang kep™ ij Kultsum dan dik “dvanya ridha, Umar kemudian menikalit Um aruniai dua orang anak yaitu Ruqayyah dan Zaid. Pemi , . jut Stukahan Abtul bait dengan selain Atul bait juga bers" kepada keturunan aa: * SSerunan dari Hasan dan Husein bin Ali bin Abi TH! Sukai we ‘nah inti Husain dan Fati ; ‘Kah dens keturunan Utsman bin atimah bint. Husain men! oe a FF ‘ c in Affin, Sukainah menikal dengan Zaid mal A Sedangkan Fatimah menikah dens" lla bit j , bi id say bin Attan, Zaid bin Urner 4" e nt pam Am Hl a Kuen aan a ie \ as "0 Utsman bi In Ay 4 Tan Hi pint! Pernikahan dengan selain Ahlul bait juga berlanjut dalam pernikahan putri Ali Zainal Abidin bin Husein. Fatimah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Al-Mundzir bin Zubair bin Al-Awwam dan Idah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Nuh bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidilah. Adapun dari keturunan Hasan, pernikahan Ahlul bait dengan selain Ahlul bait terjadi dalam pernikahan Fatimah binti Hasan al-Mutsanna bin Hasan dengan Ayyub bin Maslamah dari Bani Makhzum dan Ummul Qasim binti Hasan al- Mutsanna bin Hasan menikah dengan Marwan bin Aban bin Utsman bin Affan. Sistem patrilincar yang dianut masyarakat Arab dan peristiwa Karbala yang terjadi pada masa Yazid bin Muawwiyah membuat keturunan-keturunan Rasulullah “yang diakui” berkurang. Dari garis Husein bin Ali hanya terdapat nama Ali Zainal Abidin bin Husein yang melanjutkan predikat Ahlul bait, sedangkan dari garis Hasan bin Ali terdapat nama Zaid, Abdullah dan Hasan al-Mutsanna. Ali Zainal Abidin kemudian memiliki anak Zaid bin Ali Zainal Abidin yang sering dinisbatkan sebagai pendiri Syiah Zaidiyah. Selain Zaid, Ali Zainal Abidin juga berputra Muhammad al-Bagir yang berputra Ja’far Al-Shadiq yang dinisbatkan sebagai Imam Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Imamiyah. Ja’ far Al-Shadiq memiliki putra Musa al-Kadzim, Ismail dan Ali al-Uraidhi, Musa al-Kadzim merupakan salah satu Imam Syiah Imamiyah sedangkan Ismail bin Ja’far Al- . 40 SE AE 5 rr J gis CSU aglll fal 518 ell Ya Allah inilah ahli baitku, Ya Allah hilangkanlah dosa-dosa dari mer reka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya” Pernikahan Ablul bait yang tercatat sejarah ialah pernikahat Ummu Kultsum binti Ali dengan Umar bin Khattab, Umar yang saat i merupakan khalifh melamar Ummu Kultsum kepada Ali bin Ab Thalib. Ali mencob: “dia (Umm inikabke? a menolak dengan mengatakan Kultsum) masih kecil”. Tetapi Umar memohon untuk di karena ingi : . : “tena ingin meneari kemuliaan yang tidak didapat dati orang lai all kemudian me Fi do Sayetujuinya dan menyuruh Ummu Kultsum datang Ke? Umar. Setelah kedu: 7 . yt anya ridha, Un fan menikahi U™ Kultsum d, nar kemudian an di ., ' an dikaruniai dua orang anak yaitu Rugayyab dan raid . it juga Pernikahan Abtul bait dengan selain Atul bait iM8* , | an Ali bin AP! Aepada Acturunan dari Hasan dan Husein bin Al be Husain menika ai kal denge” Za els alt ens ais ’ Pernikahan dengan selain Ahlul bait juga berlanjut dalam pernikahan putri Ali Zainal Abidin bin Husein. Fatimah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Al-Mundzir bin Zubair bin Al-Awwam dan Idah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Nuh bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidilah. Adapun dari keturunan Hasan, pernikahan Ahlul bait dengan selain Ablul bait terjadi dalam pernikahan Fatimah binti Hasan al-Mutsanna bin Hasan dengan Ayyub bin Maslamah dari Bani Makhzum dan Ummul Qasim binti Hasan al- Mutsanna bin Hasan menikah dengan Marwan bin Aban bin Utsman bin Affan. Sistem patrilinear yang dianut masyarakat Arab dan peristiwa Karbala yang terjadi pada masa Yazid bin Muawwiyah membuat keturunan-keturunan Rasulullah “yang diakui” berkurang. Dari garis Husein bin Ali hanya terdapat nama Ali Zainal Abidin bin Husein yang melanjutkan predikat Ablul bait, sedangkan dari garis Hasan bin Ali terdapat nama Zaid, Abdullah dan Hasan al-Mutsanna. Ali Zainal Abidin kemudian memiliki anak Zaid bin Ali Zainal Abidin yang sering dinisbatkan sebagai pendiri Syiah Zaidiyah. Selain Zaid, Ali Zainal Abidin juga berputra Muhammad al-Bagir_ yang berputra Ja’far Al-Shadiq yang dinisbatkan sebagai Imam Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Imamiyah. Ja’ far Al-Shadiq memiliki putra Musa al-Kadzim, Ismail dan Ali al-Uraidhi, Musa al-Kadzim merupakan salah satu Imam Syiah Imamiyah sedangkan Ismail bin Ja’far Al- : 40 ‘BE sey pr I wee CaS alll gu Ja! se el “y, a . ‘@ Allah inilah ahli baitku, Ya Allah hilangkantah dosa-dosa dari mere) i "mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya” Pemikahan Ahi r ul bait yang tercatat sejarah ialah_ pernikaba! mmu Kultsum binti A) 1 dengan Umar bin Khattal a a hattab. Umar yang merupakan_ khalifah melamar Um: Thalib. Adi mencoba m Kultsum) masih kecj]”, mu Kultsum kepada Ali bin Ab! enolak dengan mengatakan “dia (Us oe” Tetapi_ Umar memohon untuk. dinikahket Ghee 7 | Aaa encari kemuliaan yang tidak didapat dari orang lain. Al enyetujuinya a Yetujuinya dan menyuruh Ummu Kultsum datang 7 + Setelah Keduanya ri “ dha, Um; i ikahi Kultsum dan dikaruniaj dua o, vetecnande rang anak yaitu Rugayyah dan Zaid. Petnikahan Ablu ; erlani! ‘pada keturun n : «abi Thali "I Hasan dan Husein bin Ali bin AD! dense” “ah den 0 din Fatima binti Husain menike 4 ume it 09 , an Zaid 8 Ate9 Uspay bin Affin, Sukainah menikah dengan 2 pall 4 Jenga inl | bait dengan selain Ahlul bait juga da Sthainay inti Hugg Pernikahan dengan selain Ablul bait juga berlanjut dalam pernikahan putri Ali Zainal Abidin bin Husein. Fatimah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Al-Mundzir bin Zubair bin Al-Awwam dan Idah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Nuh bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidilah. Adapun dari keturunan Hasan, pernikahan Ahlul bait dengan selain Ahlul bait terjadi dalam pernikahan Fatimah binti Hasan al-Mutsanna bin Hasan dengan Ayyub bin Maslamah dari Bani Makhzum dan Ummul Qasim binti Hasan al- Mutsanna bin Hasan menikah dengan Marwan bin Aban bin Utsman bin Affan. Sistem patrilinear yang dianut masyarakat Arab dan peristiwa Karbala yang terjadi pada masa Yazid bin Muawwiyah membuat keturunan-keturunan Rasulullah “yang diakui” berkurang. Dari garis Husein bin Ali hanya terdapat nama Ali Zainal Abidin bin Husein yang melanjutkan predikat Ablul bait, sedangkan dari garis Hasan bin Ali terdapat nama Zaid, Abdullah dan Hasan al-Mutsanna. Ali Zainal Abidin kemudian memiliki anak Zaid bin Ali Zainal Abidin yang sering dinisbatkan sebagai pendiri Syiah Zaidiyah. Selain Zaid, Ali Zainal Abidin juga berputra Muhammad al-Baqir yang NEE Eby mo N sie CaS ell gu al ot fo el Ya Allah inilah ahti baitku, Ya Allah hilangkanlah dosa-dosa dari merel ne ereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya” Pernikaha kahan Ablul bait yang tereatat sejarah ialah pernikahan Ummu Kults TAL Bhat isum binti Ali dengan Umar bin Khattab, Umar yang saat itu ipakan Khali pakan khalifah melamar Ummu Kultsum kepada Ali bin Abi Thalib. Ali mencoba menolak deng: gi ‘an mengatakan “di: mu Kultsum) masih keeil”, ngatakan “dia (Ump Tetapi Umar memohon untuk dinikahkat tuliaan yang tidak didapat dari orang lain. Ali lan Menyetujuinya : Yetyuinya dan menyuruh Ummu Kultsum datang kepada telah keduanya tidha : Karena ingin mencari kem kemudi Umar, Kultsum ; + Umar kemudian menikahi Ummu fan dikaruniai dua orang anak yaitu Rugayyah dan Zaid. Pernikahan Ahlul bait den, kepada ketun menikah dengan gan Zaid bin Umar dengan Abdullah “id bin Umar dan Abdullah bi ‘tsman bi: 0 Affan dan Ummu Amru binti 39 Pemikahan dengan selain Ahlul bait juga berlanjut dalam pernikahan putri Ali Zainal Abidin bin Husein. Fatimah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Al-Mundzir bin Zubair bin Al-Awwam dan Tdah binti Ali Zainal Abidin menikah dengan Nuh bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidilah. Adapun dari keturunan Hasan, pernikahan Ahlul bait dengan selain Ablul bait terjadi dalam pernikahan Fatimah binti Hasan al-Mutsanna bin Hasan dengan Ayyub bin Maslamah dari Bani Makhzum dan Ummul Qasim binti Hasan al- Mutsanna bin Hasan menikah dengan Marwan bin Aban bin Utsman bin Affan. Sistem patrilinear yang dianut masyarakat Arab dan peristiwa Karbala yang terjadi pada masa Yazid bin Muawwiyah membuat keturunan-keturunan Rasulullah “yang diakui” berkurang. Dari garis Husein bin Ali hanya terdapat nama Ali Zainal Abidin bin Husein yang melanjutkan predikat Ahlul bait, sedangkan dari garis Hasan bin Ali terdapat nama Zaid, Abdullah dan Hasan al-Mutsanna. Ali Zainal Abidin kemudian memiliki anak Zaid bin Ali Zainal Abidin yang sering dinisbatkan sebagai pendiri Syiah Zaidiyah. Selain Zaid, Ali Zainal Abidin juga berputra Muhammad al-Baqir yang berputra Ja°far Al-Shadiq yang dinisbatkan sebagai Imam Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Imamiyah, Ja’far Al-Shadiq memiliki putra Musa al-Kadzim, Ismail dan Ali al-Uraidhi. Musa al-Kadzim merupakan salah satu Imam Syiah Imamiyah sedangkan Ismail bin Ja’far Al- . 40

You might also like