You are on page 1of 10

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Landasan Kultural

 Pengertian Budaya

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu
adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai,
moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial,
sistem ekonomi, system kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia
sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan
tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Pengembangan budaya bangsa
hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang  tidak melepaskan peserta didik dari
lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi kebudayaan dalam pendidikan
bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik dalam budaya bangsa
adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan
fisik. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi
mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan atau karakter yang telah dimiliki masyarakat
dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi
generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang.

 Landasan Budaya(kultural) dalam Pendidikan

Landasan  budaya dalam proses pendidikan pada peserta didik secara aktif bertujuan untuk
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi

1
kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan
budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah budayanya.
Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar
budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga
ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih
mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di
lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu
budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh tidak mengenal dengan baik budaya
bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia
sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai
budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk
tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai
budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan
demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir,
cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya.
Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas,
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan
nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk
mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Dalam
UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan juga bahwa yang dimaksud dengan Sistem
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Jadi Landasan kultural adalah landasan pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya
manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan
dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-
norma, dan nilai-nilai baru disebut tranformasi kebudayaan.

2
Cara-cara untuk mewarisakan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada
generasi baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi didalam keluarga dan
nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.
Anggota masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi baru
sehingga terbentuklah pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-
nilai baru ini disebut tranformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonformal,
sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal,
nonformal dan formal. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada
generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai
dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan
fungsi ganda pendidikan, yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan.Perlu diketahui
bahwa terkadang kedua fungsi tersebut kadang-kadang dipertentangkan, antara penganutpendidikan
sebagai pelestarian(teaching as a conserving activity). Yang pertama mengutamakan sosialisasi,
bahkan mungkin domestikasi, sedang yang kedua mengutamakan pengembangan dan pembaruan.
Di Indonesia tidak memihak salah satu dari kedua pendapat tersebut, namun mengutamakan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara aspek pelestarian nilai-nilai luhur sosial kebudayaan
dan aspek pengembangan agar tetap jaya (Sulo Lipu La Sulo, 1990 : 20-21). Hal ini semakin penting
mengingat kemajuan teknologi komunikasi yang menyebabkan datangnya pengaruh kebudayaan dari
luar semakin deras.

II. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Sisdiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI
No.2/1989) Pasal 1 ayat 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah
masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai
kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang secara
nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang

3
dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhinneka tunggal ika.
Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan dan lingkungan alamiah
itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan sistem lingkungan alam.
Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya kehidupan
masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya.
Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial
budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum sekolah.
Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama
pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah maupun kemahiran dan keterampilan yang tumbuh dan
teerpelihara di suatu daerah tertentu. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap
daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebhinnekaan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah
kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat. Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewariskan,
memelihara dan sekaligus sebagai agen pembaharuan kebudayaan. Pendidikan dapat dikonsepkan
sebagai proses budaya manusia. Kegiatanya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan
dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya.
Pendidikan melibatkan sekaligus kiat dan disiplin pengetahuan mempengaruhi manusia belajar.
Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran
sehingga menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil peranan di masa kini dan mampu
menciptakan peradaban di masa depan.
Dengan kata lain pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran
dan sebagai pemberi kortribusi. Dengan demikian dapat dipahami pendidikan sebagai aset untuk
pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat yang sekarang serta sebagai penyiapan
manusia berperan di masa datang. Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan peran dalam
membangun peradaban pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan
fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan dan kebiasaan, peran dan alam kehidupan sekarang juga
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban
manusia merupakan tugas tanpa akhir.

4
III. Fungsi Landasan Budaya dalam Pendidikan

Fungsi landasan budaya dalam pendidikan adalah :

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini
bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter
bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

IV. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan

Tujuan landasan budaya dalam pendidikan adalah :

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga


negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. Mengembangkan kebiasaan dan karakter peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan; dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity).

V. Nilai-Nilai Budaya dalam Pendidikan

Nilai-nilai Budaya yang dikembangkan dalam pendidikan diidentifikasi dari sumber-sumber berikut
ini:

1. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu,

5
masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama  dan kepercayaannya. Secara politis,
kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945
dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai
warga negara.
3. Budaya : sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak
didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat
itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional : sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga Negara
Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

VI. Implikasi Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum

1. Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial kulturil dari masyarakat. Kurikulum
disusun bukan saja harus berdasarkan pada nila-nilai , adat istiadat, cita-cita dari masyarakat,
akan tetapi kurikulum harus berlandaskan pada semua dimensi kebudayaan kehidupan
keluarga., ekonomi, politik pendidikan dsb.
2. Memperhatikan unsur fleksibel dan bersifat dinamis sehingga kurikulum tersebut senantiasa
mengandung relevansi yang tepat dengan masyarakat Konsekwensi logis adalah bahwa
kurikulum pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi sesuai dengan perkembangan
dan perubahan. Dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan social kulturil yang ada
pada masa itu

6
3. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam masyarakat.
bukan saja dengan maksud untuk membudayakan anak didik akan tetapi sejalan dengan usaha
mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan
bahan yang memadai dalam rangka penyampaian tehnologi baru kepada para siswa yang
sekaligus mempersiapkan para siswa agar mampu hidup dalam tehnologi itu. Dengan demikian
sekolah betul-betul dapat mengemban peranan dan fungsinnya sebagai lembaga modernisasi
4. Kurikulum di sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada kebudayaan nasional yang
berlandaskan pada falsafah Pancasila,dimana perkembangaan kebudayaan daerah telah
tercakup didalamnya. Integritas kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi
kurikulum, karena system pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik ita
berdasarkn kebudayaan masyarakat dan bangsa kita sendiri. Kebudayaan dapat dibentuk,
dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.

7
BAB III
PENUTUP

I . Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari
lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan
bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya.
2) Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief)
manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah
hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.
3) Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga
berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

Jadi Landasan kultural adalah landasan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-
nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota
masyarakat tertentu. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru
disebut tranformasi kebudayaan.
Kemudian pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata namun memberikan bekal,
pengetahuan, serta ketrampilan nilai-nilai untuk hidup, bekerja, dan mencapai perkembangan yang
lebih lanjut di masyarakat.Peserta didik berasal dari masyarakat dan mendapatkan pendidikan baik
secara formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula.

8
II. Saran

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan akan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih
mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sosial budaya
tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan anatar anggota masyarakat. Nilai tersebut
dapat bersumber dari Agama,budaya,politik atau segi-segi kehidupan lainnya sejalan dengan
perkembangan masyarakat maka nilai-nilkai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang
sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat

9
DAFTAR PUSTAKA :

Tirtarahardja, umar dan sulo,la. 2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/landasan-kultural-pendidikan.html

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/14/landasan-pendidikan-di-indonesia/

http://inifisikablog.blogspot.com/2012/06/blog-post.html

http://www.scribd.com/doc/77549315/81/Landasan-Kultural

10

You might also like