You are on page 1of 254

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG PERAWATAN PUSKESMAS MADELLO


PERIODE 16 MEI 2018 - 08 JUNI 2018

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:

1. ANITA NURHIKMAH S.KEP


2. FITRIAH S.KEP
3. HAMSINAH S.KEP
4. IMAH S.KEP
5. MASRIANI.H S.KEP
6. RISKA AMALIAH S.KEP

PROGRAM STUDI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat
dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan “LAPORAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN PUSKESMAS
MADELLO” ini dengan lancar. Dalam proses penyusunan laporan ini tentu banyak
pihak yang berperan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Muhiddin S,Sos. M,Mkes sebagai Kepala Puskesmas Madello.
2. Ns. Sitti Nuratiah S.Kep, sebagai Kepala Keperawatan Puskesmas Madello.
3. Risnawati S.Kep, Asniati Amd,Kep dan semua perawat jaga di ruang perawatan
Puskesmas Madello.
4. Ns. Mansyur S.Kep sebagai Preseptor Akademik di Puskesmas Madello.
5. Seluruh staf dan perawat di Ruang Perawatan di Puskesmas Madello atas
kerjasama dan bantuannya.
6. Rekan-rekan kelompok Stase Manajemen Keperawatan atas kerjasama selama
kegiatan praktek profesi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
kelancaran proses praktik dan pembuatan laporan ini.
Semoga hasil laporan ini memberikan manfaat untuk Ruang Perawatan di
Puskesmas Madello, Juni 2018.

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG PERAWATAN PUSKESMAS MADELLO
PERIODE 17 MEI 2018- 08 JUNI 2018
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners
Stase Manajemen Keperawatan
Disusun Oleh:
Anita Nurhikmah, 201703183 Fitriah, 201703184
Hamsinah, 201703186 Imah, 201703187
Masriani H, 201703189 Riska Amalia, 201703190

Disahkan pada tanggal................................................


Oleh:

Kepala Ruang Perawatan Puskesmas Madello


Ns. Sitti Nuratiah S.Kep
NIP. 196510281984092 001

Preseptor Lahan
Ns. Sitti Nuratiah S.Kep
NIP. 196510281984092 001

Preseptor Akademik
Ns. Mansyur, S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa
depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini
bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Menurut Hersey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2009) manajemen
adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui
kerjasama dengan orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada baik sumber dari manusia, alat maupun dana, sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga
dan masyarakat (Suyanto, 2009).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) saat ini sedang
dilaksanakan di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak yang memiliki
Ruang Rawat Inap sebanyak 6 ruangan yang terdiri dari ruang Anggrek, ruang
Mawar, ruang Tribrata, ruang Catur Prasetya, ruang Esti Bhakti dan ruang VIP
adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode tim. Kelebihan
dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, serta memungkinkan komunikasi
antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim. Namun kelemahan dari metode ini adalah komunikasi antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(Nursalam, 2009).
Puskesmas madello sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah
sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen
yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial yang
handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di
lahan praktek. Praktik manajemen di puskesmas madello dituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Rawat Inap
puskesmas madello dengan arahan pembimbing dari puskesmas dan
pembimbing pendidikan. Dengan adanya praktek tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswi diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen
keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sesuai dengan prinsip MPKP yang dijalankan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswi
mampu:
a. Mengerti dan memahami definisi manajemen keperawatan
b. Mengerti dan memahami model asuhan keperawatan profesional
c. Mengetahui manajemen keperawatan yang diterapkan di ruangan
d. Menganalisis gambaran umum ruangan
e. Mengetahui dan menjelaskan masalah-masalah keperawatan yang
terjadi di ruangan
f. Menganalisis manajemen keperawatan yang sesuai diterapkan di
ruangan tersebut
g. Merencanakan solusi yang diberikan atas masalah-masalah yang
ditemukan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MPKP
yang diaplikasikan di puskesmas madello ruang keperawatan
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MPKP di Puskesmas Madello ruang keperawatan
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di puskesmas madello ruang
keperawatan
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di puskesmas madello ruang keperawatan.
yang berkaitan dengan pelaksanaan MPKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
4. Bagi institusi dan pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan model MPKP: Tim.
D. Waktu
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang
Keperawatan Puskesmas Madello berlangsung selama 4 minggu mulai
tanggal 17 juni 2018 - 08 Juli 2018.
E. Peserta
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan FK
UGM yang sedang menjalani tahap profesi manajemen periode 17 juni 2018
- 08 Juli 2018. di Ruang Keperawatan Puskesmas Madello dengan anggota:
1. ANITA NURHIKMAH S.KEP
2. FITRIAH S.KEP
3. HAMSINAH S.KEP
4. IMAH S.KEP
5. MASRIANI.H S.KEP
6. RISKA AMALIAH S.KEP

F. Kategori Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan kemudian akan dilakukan
penilaian dengan menggunakan persentase lalu ditafsirkan dengan kalimat
kualitatif berdasarkan kriteria Arikunto (2010) yaitu: kriteria sangat baik (76-
100%), baik (56-75%), cukup/kurang (21-55%), sangat kurang (1-20%).
BAB II
GAMBARAN UMUM, HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

Dalam bab ini akan di jelaskan tentang gambaran umum ruangan, visi,
misi, tujuan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib pengunjung, struktur
organisasi, gambaran sumber daya manusia (SDM), jenis pelayanan, penampilan
kinerja pelayanan dan analisis SWOT.
A. GAMBARAN UMUM RUANGAN
Puskesmas Madello memiliki 1 Ruang Rawat Inap sebanyak 4 kamar
yang terdiri dari kamar I, Kamar II, Kamar III dan Kamar Anak. Ruang
rawat inap tersebut dipimpin oleh satu kepala ruangan dan mempunyai
ketua tim.
Puskesmas Madello memiliki UGD, Poli Umum, Poli KIA, Ruang
bersalin, Runag Nifas, laboratorium, Apotek dapur,dan WC umum. Data
ini berdasarkan pengkajian wawancara dan observasi kelompok tanggal 18
s/d 23 Agustus 2014 terhadap penerapan manajemen keperawatan.
B. VISI, MISI, TUJUAN DAN MOTTO
1. Visi Puskesmas Madello
dimana Visi Puskesmas Madello adalah “Menjadikan UPTD
Kesehatan Puskesmas Madello dengan Pelayanan Bermutu dan Mandiri
Menuju Masyarakat Kecamatan Balusu Sehat. “ Didalam mewujudkan Visi
tersebut di atas maka ada beberapa Misi yang harus di lakukan
2. Misi Puskesmas Madello
1. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan diwilayah
kerja UPTD Kesehatan Puskesmas.
2. Memberdayakan dan mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
5. Menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas yang optimal.
3. Motto Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak
“Bersama Kita Berubah Menuju Lebih Baik”

4. Misi Ruang Rawat Inap


a. Memberikan pelayanan keperawatan secara holistic berbasis
profesionalisme yang memenuhi rasa aman dan nyaman bagi klien dan
keluarga.
b. Optimalisasi sarana dan prasarana kesehatan guna mendukung peningkatan
pelayanan keperawatan yang professional.
c. Memberikan kesempatan pengembangan karir bagi seluruh tenaga
keperawatan untuk meningkatkan kualitas keperawatan guna menunjang
program Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak.
d. Mengikuti perubahan-perubahan pengetahuan dibidang keperawatan yang
terbaru guna menuju perubahan yang lebih baik.
e. Meningkatkan kepuasan masyarakat dengan memberikan pelayanan
keperawatan yang disertai senyum, ramah, sabar, dan empatik.
f. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga keperawatan.

5. Falsafah Ruang Rawat Inap


Rumah Sakit Bhayangkara adalah perwujudan dari pengertian kepada
masyarakat dengan keikhlasan dalam memberikan pelayanan kesehatan prima
kepada masyarakat melalui pemanfaatan pelayanan keperawatan yang
professional.

6. Tujuan Umum Ruang Rawat Inap


Menegakkan dan memelihara nilai-nilai yang dianut oleh Rumah Sakit
Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak dalam menyelenggarakan pelayanan
keperawatan prima sesuai batas wewenang dan tanggung jawab unit rawat inap.

7. Tujuan Khusus Ruang Rawat Inap


a. Tercapainya pelayanan keperawatan yang optimal dan menerapkan standar
keperawatan.
b. Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang sesuai standar
keperawatan.
c. Tercapainya pelayanan secara cepat tepat dan akurat.
d. Terciptanya suasana kerja yang harmonis, dinamis, dan penuh kekeluargaan
diunit keperawatan.
e. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
keperawatan.
f. Menjadi pembimbing klinik bagi tenaga kesehatan atau mahasiswa
kesehatan yang magang, penelitian atau praktek klinik diruang keperawatan.
g. Tersedianya kualitas tenaga kesehatan yang professional melalui
peningkatan pendidikan bagi formal maupun nonformal

C. STRUKTUR ORGANISASI
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat menggunakan pendekatan
Sistem Penugasan Modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada
Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Assosiet/Pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian terdiri dari:
struktur organisasi, daftar dinas ruangan dan daftar pasien.
1. Struktur Organisasi
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah.
Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan
kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
a. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
b. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan
membedakan bentuk struktur organisasi.
c. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga
lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
perusahaan.
d. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.
2. Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan
departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G.
Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar
Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh
Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil,
jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum
tinggi.
Kebaikannya :
a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu
tangan.
b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung
dengan bawahan.
c. Proses pengambilan keputusan cepat.
d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera
diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
e. Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu
melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas
yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu
orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran
dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
a. Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan
perusahaan.
b. Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat
adanya staf ahli.
c. Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan
menjadi suatu spesiali-sasi.
d. Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
e. Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak
berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu tangan.
f. Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
g. Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat
dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
a. Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling
mengenal.
b. Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan
staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya
berbeda.
c. Kesatuan komando berkurang.
d. Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan
pelaksanaan tugas.
3. Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini
dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan
jelas.
Kebaikannya :
a. Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.
b. Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
c. Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
d. Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
a. Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
b. Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
c. Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama
sehingga sering timbul konflik.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai
maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
a. Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang
dalam dan terperinci.
b. Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
c. Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
a. Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang
menghambat pelaksanaan tugas.
b. Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
c. Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor
kreatifitas lebih dipentingkan.

Ruang perawatan merupakan bagian dari Instalasi Rawat Inap (IRNA) I


yang berlokasi di lantai II di atas poli bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Ruang
Dahlia 5 digunakan sebagai ruang rawat inap yang memberikan pelayanan pada
pasien dengan kasus THT/gigi dan mulut. Kapasitas Ruang Dahlia 5 adala 23
tempat tidur dengan tingkat pelayanan kelas I terdiri dari 1 tempat tidur, kelas II
terdiri dari 7 tempat tidur dan kelas III yang terdiri dari 9 tempat tidur.
Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito dipimpin oleh seorang kepala ruang
yang dibantu 2 orang primary nurse (PN) serta 10 assosiate nurse (AN). Untuk
kelancaran administrasi ada 1 orang di bagian tata usaha dan 1 orang sebagai penata
jasa. Pelayanan pemberian asuhan keperawatan dibantu oleh 1 orang pramu husada
dan 1 orang pekarya rumah tangga. Ruang Dahlia 5 merupakan ruang rawat inap
yang memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien umum, pasien BPJS serta
pasien dengan jaminan kesehatan lainnya. Spesifik pelayanan ruang Dahlia 5 adalah
tempat pendidikan, praktek dan penelitian bagi calon dokter spesialis, calon dokter
umum, calon perawat DIII, calon perawat DIV, calon ners, dan calon ahli gizi.
2 Struktur Organisasi
Untuk memperjelas koordinasi di ruang Dahlia 5 dapat dilihat pada struktur
organisasi sebagai berikut :
Struktur Organisasi Ruang Perawatan
puskesmas madello
KEPALA PUSKESMAS
MUHIDDIN S.Sos MM., Kes

KEPALA RUANG RAWAT INAP


ST. NURATIAH S, Kep

3 Unsur Input
a Row Input
1) Pasien
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan yang saat
ini
berstatus perusahaan jawatan milik Depkes RI (SK Menkes, 2004). RSUP Dr.
Sardjito
Yogyakarta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas A yang
merupakan
Keterangan:
: Hubungan tanggung jawab
: Hubungan koordinasi
rujukan untuk daerah Propinsi DIY dan Jawa Tengah Bagian Selatan. RSUP
Dr.
Sardjito Yogyakarta sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1174/MENKES/SK/2004 pada tanggal 18
Oktober 2004 tentang Penetapan Kelas RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai RS
Umum
(Humas RSUP Dr. Sardjito, 2009). Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito
berubah status dari Perusahaan Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
BLU
adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ruang Dahlia 5 adalah ruang yang merawat pasien dengan THT dan bedah
mulut. Namun juga merawat kasus-kasus yang lain, bahkan kasus-kasus non bedah
/
titipan juga sering dirawat di ruang Dahlia 5.
Kajian Data
Jumlah pasien yang dirawat selama periode Januari sampai Desember 2014
ditunjukan pada tabel
Tabel 1 Jumlah Pasien Masuk di Ruang Perawatan Puskesmas Madello
Periode Januari – Desember 2018

NO BULAN KELAS I KELAS II KELAS JUMLAH


III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
JUMLAH
Sumber : Catatan pelyanan indikator mutu ruang dahlia 5 2014

Tabel 2 Jumlah Pasien di ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Periode
Januari – November 2015
No. Bulan Jumlah
1. Januari 92
2. Februari 84
3. Maret 75
4. April 81
5. Mei 94
6. Juni 51
7. Juli 51
8. Agustus 67
9. September 73
10. Oktober 78
11. November 74
JUMLAH 820
Sumber: Buku registrasi Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Januari – November 2015
Tabel 3 Sepuluh Besar Kasus Penyakit di ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Periode 2014
N
o
Kode
ICD
Keterangan Diagnosis
Jumla
h
1 K01.1 Impacted Teeth 74
2 I25.1 Atherosclerotic heart disease 52
3 H66.3 Other chronic suppurative otitis media 34
4 I20.9 Angina Pectoris, unspecified 23
5 D38.0 Neoplasms of uncertain or unknown behavior: laryng 22
6 J 35. 0 Chronic tonsilitis 21
7 T18.1 Foreign body in oesophagus 21
8 D38.5 Neoplasms of uncertain or unknown behavior: other
respiratory
20
9 D14.0 Benign neoplasm: Middle ear,Nasal Cavity and accesory sinus 18
10 D16.5 Benign neoplasm: Lower jow bone 18
Sumber : Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito 2015
Tabel 4 Sepuluh Besar Kasus Penyakit di ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Periode Januari – November 2015
No
.
Nama Penyakit Jumlah
1. OMSK 68
2. Multipel Impaksi 40
3. RSK 31
4. Massa Sinunasal 28
5. Ca Laring 25
6. Abses Mandibula 23
7. Epistaksis 11
8. Disfagia 11
9. Massa Coli 10
10 Tonsilitis 10
JUMLAH 257
Sumber: Buku Register Dahlia 5 2015

Analisis
Rata-rata jumlah pasien di ruang Dahlia 5 periode Januari – Desember 2014
adalah sebanyak 31,1 (31) orang perbulan sedangkan periode Januari – November
2015 adalah sebanyak 27,3 (27) orang perbulan. Semua data pasien masuk sudah
tercatat didalam buku register ruang Dahlia 5 dan di rekap setiap bulan. Kasus
terbanyak di ruang Dahlia 5 berdasarkan Laporan Tahunan Dahlia 2014 dari bulan
Januari 2014 – Desember 2014 adalah Impacted teeth, sedangkan Januari –
November
2015 adalah OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik).
2) Peserta Didik
Kajian Pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang
didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan digunakan pada
situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik
klinis sangatlah penting (Komite Keperawatan dan Bidang Pelayanan Keperawatan
RSUP Dr. Sardjito, 2007).
RSUP Dr.Sardjito merupakan rumah sakit tipe A pendidikan yang digunakan
sebagai lahan praktik klinik untuk mahasiswa keperawatan dan kedokteran serta
mahasiswa bidang kesehatan lain. Pendidikan dan praktek keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam mengembangkan calon
perawat,
bidan, dan dokter secara komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardjito, 2000).
Mahasiswa praktikan berhak mendapatkan bimbingan yang optimal dari
pembimbing,
baik pembimbing klinik maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan
Rumah
Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan
bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang
profesional seperti:
1 Organisasi
2 Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
3 Jumlah dan variasi teaching material
4 Budaya profesional dan atmosfer akademik
5 Transformasi perilaku pada peserta didik
6 Perpustakaan
7 Komitmen segenap pihak yang terkait
Data mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang Dahlia 5 periode Januari
sampai Desember 2014 berjumlah 17 orang yang dibagi dalam kelompok-
kelompok,.
Kajian Data

Tabel 5 Data mahasiswa praktek di Ruang Dahlia 5


periode Januari sampai Desember 2014
N
o
Nama Institusi
Lama praktek
(hari )
Jumlah
mahasiswa
Jumlah
1 Poltekkes
Yogyakarta
2 – 3 hari 6 orang 35,30
2 Akper YKY 1 minggu 2 orang 11,76
3 Akper Karya Husada 1-2 minggu 2 orang 11,76
4 Akper Notokusumo 1 minggu 3 orang 17,66
5 Akper Al Islam 1 minggu 2 orang 11,76
6 Akper KBH 1 minggu 2 orang 11,76
Jumlah 17 orang 100 %
Sumber: Laporan Tahunan Dahlia 5 2015

Tabel 6 Mahasiswa Praktek DAHLIA 5 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta


Periode Januari 2015 – November 2015
No Program
Studi
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Se
p
Okt Nov
1.
2.
S1 Keperawatan
D3 Keperawatan
Tida
k
ada
data
Tida
k
ada
data
-
11
-
12
-
12
--
--
---
20
-
19
-
21
Sumber: Buku presensi mahasiswa Dahlia 5 2015
Tabel 7 Mahasiswa Praktek di Dahlia 5 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
Periode Januari – November 2015
No Program Studi
Bulan
Jan Feb M
ar
Ap
r
Mei Jun Jul Ags Se
p
Okt Nov
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PSIK FK UGM
KBH
WH
AKPER YKY
KH
Notokusuma
Poltekes
Tid
ak
ada
data
Tida
k ada
data
-----
11
-
-----
12
-
-----
12
-
-------
-------
-------
---
10
--
10
--8---
11
--9---
12
Sumber: Buku presensi mahasiswa Dahlia 5 2015
Dahlia 5 dapat digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa S1
keperawatan dan D3 keperawatan dari berbagai institusi di Yogyakarta.
Analisis Data
Berdasarkan hasil kajian data, ruang Dahlia 5 selama ini digunakan sebagai
lahan praktek bagi mahasiswa S1 dan D3 Keperawatan. Pada data diatas dapat
dilihat
bahwa terdapat peningkatan jumlah mahasiswa praktik dari 17 mahasiswa pada
tahun
2014 menjadi 95 mahasiswa dalam tahun 2015
c. Instrumental Input
1 Ketenagaan (MAN)
a Kuantitas
Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan
dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan
ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk
menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut
antara lain:
Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat (TP) = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun
jumlah hari kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
atau

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365


(365 - C) x jam kerja/hari

Keterangan :
A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien per hari BOR x jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun
Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti pada tabel
berikut:
Tabel 8 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Klien
Waktu klasifikasi Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber: Douglas, 1984
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan malam,
sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan menurut
Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
o Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
o Ambulasi dengan pengawasan.
o Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
o Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
o Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
o Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
o Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
o Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
o Folley catheter/intake output dicatat.
o Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan
kriteria:
o Segalanya diberikan/dibantu.
o Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
o Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
o Pemakaian suksion.
o Gelisah, disorientasi.
Menurut Depkes, 2005
Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan dalam
penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit memperhatikan unit kerja
yang ada pada rumah sakit. Penetapan didasarkan klasifikasi pasien dengan
cara penghitungan adalah:
o Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan kasus
o Rata-rata pasien/hari
o Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
o Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
o Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Dirumuskan sebagai berikut:
- Tenaga keperawatan rawat inap :
Jumlah jam perawatan / ruangan / hari
- Tenaga keperawatan rawat jalan
Jumlah jam perawatan efektif x rata-rata jumlah pasien setiap hari
Perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) yang terdiri dari:
- Loss day (Hari libur/cuti/ hari besar):
Jumlah hari minggu/ th + cuti + hari besar x keb.tenaga

Non nursing job


Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan seperti contohnya membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat makan pasien, dll. Diperkirakan
25 % dari jumlah jam pelayanan keperawatan
(kebutuhan tenaga + loss day ) x 25%
Faktor koreksi :
Loss day + Non nursing job
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

Asuhan keperawatan minimal, kriterianya:


o Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
o Makan dan minum dilakukan sendiri
o Ambulasi dengan pengawasan
o Observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap shift
o Pengobatan minimal, status psikologis stabil
Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
o Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
o Observasi tanda – tanda vital setiap 4 jam
o Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
Asuhan keperawatan agak berat, dengan criteria:
o Sebagian besar aktivitas dibantu
o Observasi tanda – tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali
o Terpasang volley cateter, input output dicatat
o Terpasang infuse
o Pengobatan lebih dari sekali
o Persiapan pengobatan perlu prosedur
Perawatan maksimal (total), dengan criteria:
o Segala aktivitas diberikan perawat
o Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam
o Makan memerlukan NGT, terapi intravena
o Penggunaan suction
o Gelisah / disorientasi

Kajian Data
Berdasarkan Rumus Gillies adalah Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
(365 - C) x jam kerja/hari
Ruangan rawat inap
Diketahui jam efektif perawatan per 24 jam di Ruang Dahlia 5
sebesar 4 jam dengan rata-rata BOR dari proyeksi data Januari-
Desember 2014 sebesar 80,71% kapasitas tempat tidur 30. Libur total
78 hari, sehingga didapatkan hasil :
Tenaga Perawat (TP) di DAHLIA 5 :
= 4 x (54,67% x 23) x 365
(365 – 78) x 7 jam kerja/hari
= 18133
2009
= 9,02 = 9 orang
Kebutuhan menurut Gillies sebanyak 9 orang + 1 kepala ruang = 10
orang. Maka kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Dahlia 5 adalah
10 orang
Perhitungan kebutuhan tenaga perawatan berdasarkan rumus Depkes
(2005)
Di Ruang rawat inap Dahlia 5 jam kerja efektif 4 jam/pasien/hari.
Rata-rata proyeksi BOR bulan Januari 2014- Desember 2014 sebesar 87%
dengan jumlah tempat tidur 30. Jumlah hari libur total 78 hari. Jumlah jam
kerja per shift 7 jam.
Kebutuhan tenaga = 4 x (54,67% x 23) = 7,09= 7
7
Loss day = 78 x 7 /287= 1,90 = 2
Tugas non keperawatan = (7+ 2) x 25% = 2,25 = 2
Jadi tenaga yang dibutuhkan = 7 + 2 + 2 = 11 + 1 KaRu = 12 orang
Analisis Data
Tabel 9 Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang DAHLIA 5
Metode
HASIL
Jumlah tenaga
yang dibutuhkan
Jumlah tenaga yang
ada
Keterangan
Gillies
Depkes
10 orang
12 orang
15 orang
15 orang
Lebih 5
Lebih 3
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia 5, 2015

Berdasarkan perhitungan dengan Gillies jumlah perawat yang dibutuhkan


adalah 10 orang perawat di ruang Dahlia 5. Menurut perhitungan Depkes
diperoleh hasil dibutuhkan 15 perawat. Sedangkan jumlah perawat yang ada
sebanyak 15 orang. Jumlah perawat yang ada di ruang DAHLIA 5 menurut
Gillies kelebihan 5 orang dan menurut depkes kelebihan 3 orang.
Saat dilakukan pengkajian perbandingan antara perawat dengan pasien
adalah 15 perawat : 4 pasien . terbatasnya jumlah pasien saat dilakukan
pengkajian membuat ruangan kelebihan jumlah tenaga keperawatan
a) Kualitas
Kajian pustaka
Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan pelayanan kesehatan
ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas didukung oleh sumber daya yang berkualitas dan
profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pola tenaga keperawatan RSUP Dr. Sardjito mengacu pada pola Depkes tahun
2011, untuk RSUP Dr. Sardjito tahun 2015, S3 0,5%, S2 2,5%, S1 20%, DIII 70%,
dan SPK 2% (Kumpulan kebijakan dan protap keperawatan RS dr. Sardjito, 2011).
Menurut standar pelayanan minimal rumah sakit (2008), pemberi pelayanan di
rawat
inap adalah dokter spesialis dan perawat minimal berpendidikan DIII.
Uraian jabatan pegawai keperawatan di RSUP Dr. Sardjito (Struktur Organisasi
dan Uraian Jabatan Keperawatan RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 2011) antara lain:

PJ Pelayanan dengan syarat:


Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
Pengatur muda/ III B
DIII Keperawatan / Kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Manajemen Keperawatan, Pelatihan Klinis
Keperawatan sesuai dengan kelompok klinis
keperawatan
Minimal 3 tahun sebagai penanggung jawab ruang
keperawatan
Jabatan Kepala Ruang rawat dengan syarat
Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
Pengatur muda/ III A
DIII Keperawatan / Kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Manajemen keperawatan, Pelatihan keperawatan kritis/
PPGD, Pengembangan MPKP
PJ Tim/Perawat Primer (PN) : 3 tahun
Jabatan Primary Nurse dengan syarat :
Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
Penata muda/ IIIA
DIII keperawatan/kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Manajemen keperawatan, pelatihan keperawatan
kritis/PPGD, pengembangan MPKP, pembimbing
praktek klinik keperawatan, pelatihan perawatan
klinis sesuai bidangnya.
Pelaksana keperawatan sesuai kelompok klinis
keperawatan dengan latar belakang pendidikan :
DIII Keperawatan program A: 5tahun
DIII Keperawatan jalur khusus: 2tahun
S1 keperawatan program A: 2 tahun
S1 keperawatan program B: 1 tahun
Jabatan Clinical Instructor dengan syarat :
Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
:
:
:
:
Penata muda/ II D
DIII keperawatan/kebidanan, S1 Keperawatan
(diutamakan)
Pembimbing praktek klinik keperawatan,
pelatihan perawatan klinis sesuai bidangnya,
pelatihan keperawatan kritis/PPGD,
pengembangan MPKP
Pelaksana keperawatan sesuai kelompok
klinis keperawatan dengan latar belakang
pendidikan :
DIII Keperawatan program A : 5tahun
DIII Keperawatan jalur khusus : 2tahun
S1 keperawatan program A: 1 tahun
S1 keperawatan program B: 0 tahun
Jabatan Associate Nurse dengan syarat:
Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
:
:
:
:
Minimal pengatur muda TK I/II B
SPK, DIII keperawatan/kebidanan, S1
Keperawatan
Diutamakan memiliki pelatihan sesuai
kelompok klinis keperawatan
-
Jabatan Penangung Jawab Tugas Jaga dengan syarat :
Pangkat/golongan
Jenis Pendidikan
Kursus /Pelatihan
Pengalaman Kerja
:
:
:
:
Penata muda/ IIIA
DIII keperawatan / kebidanan, S1 keperawatan
(diutamakan)
Manajemen keperawatan, pelatihan
keperawatan kritis/PPGD, pengembangan
MPKP, pelatihan klinis sesuai kelompok klinis
keperawatan
Pelaksana keperawatan : 5 tahun (pendidikan
DIII Kep) dan 2 tahun (S1 keperawatan)

Kajian Data
Modalitas SDM
Tabel 10 Distribusi Jumlah SDM Ruang DAHLIA 5

No Kategori Tenaga Jumlah Keterangan


1. 1.1. Dokter
- Dokter Ahli
- Dokter Residen
1.2 . Keperawatan :
- SPK
- D4 Keperawatan
- D3 Keperawatan
- S1 Keperawatan
1.3. Tenaga Non Medis :
Pramu Husada
Pekarya
Penata Jasa
Tidak terhitung
Tidak terhitung
-
1
11
2
2
2
1
jumlah dokter jaga baik
dokter ahli dan dokter
residen di Dahlia 5 tidak
dapat di hitung dengan
pasti disetiap waktunya
karena jumlah dokter
disesuaikan dengan kasus
yang terjadi
7 Imroatin Khasanah, AMKg Perawat /
PA
D3 IIIB
8 Puspita Rahma D,AMK Perawat /
PA
D3 N-PNS
9 Ruslan Pamungkas, S.Kep.Ns Perawat /
PA
S1 IIIA
10 Wijayanto,AMK Perawat /
PA
D3 N-PNS
11 Tenty Bintari, AMK Perawat /
PA
D3 N-PNS
12 Riana Mauliandari,AMK Perawat /
PA
D3 IID
13 Asni Indrayani,S.Kep.Ns Perawat /
PA
S1 N-PNS
14 Trismi Mulyati, AMK Perawat/
PA
D3 -
15 Nur Hidayati, AMKG Perawat/
PA
D3 IID
16 Rintik Astuti Pramu
Husada
IIB
17 Suparjono Pramu
Husada
IIB
18 Marjono TU IIID
19 Tunut Keriana Penata Jasa -
20 Wiji Pekarya IID
21 Tri Iriani Pekarya IID
Sumber: Administrasi DAHLIA 5

Tabel 12 Distribusi Perawat Dahlia 5 Berdasarkan Jenis Pendidikan dan


Pelatihan
NO NAMA PELATIHAN
1 Tutik Purwaningsih,SPd.SST K 3, Patien Safety, BLS, Nyeri, PPI,Pelatihan
THT ,Workshop EvaluasI Indikator Mutu Sasaran
Keselamatan pasien, In House Training
Manajemen Pasien HIV AIDs di RSUP Dr
Sardjito, Seminar Karyawan Sehat, Seminar
Nursing Error dalam Pelayanan Keperawatan,
Seminar Cancer Nursing Research Implication
For Evidence Based Practice
2 Sudaryono, AMK Deteksi Dini gangguan Pendengaran, APAR,
BLS, Nyeri,PPI , Patien Safety, Sedasi, Pelatihan
THT
3 Siti Sumaryati, AMK Bimbingan Rohani, APAR, BLS, Nyeri, PPI ,
Patient Safety, Pelatihan THT, Seminar Ilmiah
Keperawatan Jiwa Pentingnya Aspek Psikososial
dalam Keperawatan, Keperawatan Medikal
Bedah,. Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan
4 Sri Welas Asih, AMK Simposium tata laksana demam dengue terkini,
APAR, BLS, Nyeri, PPI , patient Safety,
Pelatihan THT
5 Asima Siregar, AMK APAR, BLS, Nyeri, PPI,Patient safety, Pelatihan
THT, Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan, Seminar Cancer Nursing Research
Implication For Evidence Based Practice,
Keperawatan Medikal Bedah
6 Surat Samsiyati, AMK APAR, Nyeri, BLS, Costumer Service, PPI,
Patient Safety, Pelatihan THT, In House Training
Manajemen Pasien HIV AIDs di RSUP Dr
Sardjito, Keperawatan Medikal Bedah
7 Imroatin Khasanah, AMKg APAR, BLS, Nyeri, PPI , Patient Safety, Sedasi,
Pelatihan THT, Seminar Sehari Problematika dan
Perawatan Gigi Pada Masa Kehamilan,
Keperawatan Medikal Bedah
8 Puspita Rahma D,AMK APAR, Nyeri, BLS, Costumer Service, PPI,
Patient Safety, Sedasi, Pelatihan THT, Mini
SIMPOSIUM patient Safety First RSUP Dr
Sardjito, CPD Penegakan Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan Kerangka ,Berpikir Instans
Screening Diagnoes Assessment (ISDA),
Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan, In House Training Pelayanan
Tuberkulosis di RSUP Dr Sardjito
9 Ruslan Pamungkas, S.Kep.Ns APAR, BLS, Nyeri, PPI, Patient safety, Pelatihan
THT, Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan, In House Training Pelayanan
Tuberculosis di RSUP Dr Sardjito, CPD
Komunikasi Terapeutik pada Pelayanan
Keperawatan, CPD Penegakan Diagnosis
Keperawatan Berdasarkan Kerangka Berpikir
Instans ISDA
10 Wijayanto,AMK BLS, Nyeri, PPI, Patient Safety,Sedasi, Pelatihan
THT, Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan
11 Tenty Bintari, AMK APAR, BLS, Nyeri, PPI, Patien Safety, Pelatihan
THT, Seminar Nursing Error dalam Pelayanan
Keperawatan, Seminar Cancer Nursing Research
Implication For Evidence Based Practice,
Keperawatan Medikal Bedah
12 Riana Mauliandari,AMK APAR, BLS, Nyeri, PPI, Patient Safety,Sedasi,
Pelatihan THT, CPD Komunikasi Terapeutik pada
Pelayanan Keperawatan
13 Asni Indrayani,S.Kep.Ns Pelatihan THT, Seminar Nursing Error dalam
Pelayanan Keperawatan, In House Training
Manajemen Pasien HIV AIDs di RSUP Dr
Sardjito, Seminar Ilmiah Keperawatan Jiwa
Pentingnya Aspek Psikososial dalam
Keperawatan, Seminar Karyawan Sehat Rumah
Sakit Hebat
14 Nurhidayati, AMKG Seminar Sehari Problematika dan Perawatan Gigi
Pada Masa Kehamilan
15 Rintik Astuti APAR, BLS, PPI, Patient Safety
16 Parjono APAR, BLS, PPI, Patient Safety
17 Marjono APAR, PPI, Patient Safety
18 Tunut Keriana APAR, BLS, PPI, Patien Safety
19 Wiji K 3, BLS, PPI,Patien Safety
20 Tri Iriani APAR, BLS, PPI, Patient Safety
Tabel 13 Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan Di Ruang
DAHLIA 5
RSUP Dr. Sardjito
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase
1
2
3
4
SPK
D-IV Keperawatan
D-III Keperawatan
S1 Keperawatan
-
1
12
2
0%
6,7 %
80 %
13,3 %
Jumlah 15 100 %
Sumber : Administrasi DAHLIA 5, 2015

Analisis Data
Dari data diatas tenaga perawat ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito berdasarkan
tingkat pendidikan sebagai berikut, terdapat satu orang (6,7%) perawat yang
berpendidikan DIV,orang (80%) yang berpendidikan D3 keperawatan, 2 orang
(13,3%) yang berpendidikan S1 keperawatan.
Dari kajian data diatas dapat dilihat bahwa kualitas tenaga keperawatan di ruang
Dahlia 5 berdasarkan tingkat pendidikan belum cukup memadai, dimana hanya
terdapat tenaga perawat yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, dua orang terebut
sebagai perawat pelaksana. PN di Ruang Dahlia 5 sebanyak dua orang dengan
tingkat
pendidikan D3 keperawatan. tidak ada perawat yang berpendidikan SPK.
Menurut data administrasi Dahlia 5, 94,7 % perawat yang ada telah mengikuti
pelatihan BLS. Semua perawat Dahlia 5 telah mengikuti pelatihan THT.
3) Money
Kajian teori
Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito berubah status dari Perusahaan
Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah institusi dilingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Sehubungan dengan peraturan pemerintah RI No. 23 tahun 2005
yang
telah ditetapkan pada tanggal 13 juni 2005 tentang pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) pada pasal 14 dijelaskan tentang sumber pendapatan BLU:
Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai
pendapatan BLU
Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya
merupakan
pendapatan bagi BLU.
Kajian Data
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pemerintah dan juga merupakan
rumah sakit pendidikan. Dana Ruang Dahlia 5 bersumber pada anggaran RS yang
harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara desentralisasi oleh IRNA 1
dengan
pertimbangan prioritas program dari ruangan yang ada di IRNA.
Analisis Data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa DAHLIA 5 tidak memiliki sumber
dana tersendiri. Sumber dana terintegrasi bersama dengan bagian keuangan IRNA
1
RSUP Dr. Sardjito.
4) Material
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua
bentuk
alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan
keperawatan
yang efisien dan efektif.
Kajian Data
Dahlia 5 merupakan ruangan untuk kasus THT dan bedah Mulut. Ruang
Dahlia 5 terdiri dari kelas 1, kelas 2,kelas 3 dengan memberikan pelayanan Rawat
Inap bagi pasien umum, PBI dan Non-PBI.

Tabel 14 Jumlah tempat tidur Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Kelas
Kondisi
Jumla Keterangan
h
Baik Rusak
I11-
II 8 8 - BAIK
III 14 14 -
Total 23
Sumber: Observasi

Tabel 15 Daftar Alat Medis dan non Medis di Ruang Dahlia 5 RSUP DR
Sardjito
NO NAMA ALAT JMLH KONDISI
BAIK RUSAK
1 Tensimeter 2 2
2 Stetoskop 2 2
3 Flow meter dinding
Flow meter tabung
7
4
7
31
4 GV Set 11 11
5 Termometer 3 3
6 Korentang 3 3
7 Bak instrumen 2 2
8 Bak suntik 1 1
9 Tromol besar 1 1
10 Tromol kecil 2 2
11 Gunting verban 2 2
12 Bengkok 5 5
13 Troli mandi 1 1
14 Troli pengobatan 2 2
15 Kursi roda 4 4
16 Brankart 2 2
17 Suction pump 5 3
18 Baki 3 3
19 Timbangan injak 1 1
20 Meteran 1 1
21 Animak 1 1
22 Ambubag 1 1
23 Tempat bran kapas 3 3
24 Nursing Call/ bel pasien 1 1
25 Tempat gerus obat 1 1
26 Irigator 2 2
27 Pispot 14 14
28 Waskom mandi 16 16
29 Gelas ukur 2 2
30 Lampu emergency 1 1
31 Tornikuet 2 2
32 EKG portable 1 1
33 Tas laborat 1 1
34 Tas kemoterapi 1 1
35 Tas CSSD 1 1
36 Spekulum hidung 3 3
37 Tongue spatel steinlis 6 6
38 Spekulum telinga 2 2
39 Pinset telinga 2 2
40 Pinset hidung 2 2
41 Syringe pump 1 1
42 Lampu duduk baca 3 3
43 Sundblasting pintu jendela 1 1
44 Almari besi 1 1
45 Almari standing penyimpanan alat keperawatan 1 1
46 Nurse call 20 20
47 Almari alat sliding A 1 1
48 Kursi kerja 6 6
49 Jam dinding 6 6
50 Kursi tunggu 4 set 1 1
51 Transfer strecther 1 1

Tabel 16 Daftar Buku Bantu di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito periode
2014
No Nama Buku Standar Jumlah Keterangan
1. Buku Vital Sign 1 1 Cukup
2. Buku suhu monitoring kulkas 1 1 Cukup
3. Buku daftar hadir mahasiswa 1 1 Cukup
4. Buku ekspedisi PA 1 1 Cukup
5. Buku Ekspedisi Lab 1 1 Cukup
6. Buku pinjam alat medis 1 1 Cukup
7. Buku pemeliharaan alat medis 1 1 Cukup
8. Buku laporan kerusakan 1 1 Cukup
9. Buku inventaris 1 1 Cukup
10. Buku Ekspedisi mencuci 1 2 Cukup
11. Buku peminjaman alat vakum 1 1 Cukup
12. Buku pembagian pasien untuk perawat THT 1 1 Cukup
13. Buku pemakaian alat 1 1 Cukup
14. Buku ekspedisi kassa 1 1 Cukup
15. Buku ekspedisi laporan harian penata
jasa/operasional billing system
1 1 Cukup
16. Buku penempelan barcode pasien baru 1 1 Cukup
17. Buku catatan pasien THT transfusi darah 1 1 Cukup
18. Buku ekspedisi pengembalian label transfusi 1 1 Cukup
19. Buku pasien operasi 1 1 Cukup
20. Buku ekspedisi konsul THT 1 1 Cukup
21. Buku pelaporan gratifikasi 1 1 Cukup
22, Buku oplos kemoterapi 1 1 Cukup
23. Buku serah terima barang/material ke 1 1 Cukup
keluarga pasien
24. Buku ekspedisi radiologi 1 1 Cukup
25. Buku ekspedisi kipo 1 1 Cukup
26. Buku operan 1 1 Cukup
Sumber: Observasi

Analisis Data
Ruang Dahlia 5 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis sudah sesuai dengan tandar RSUP Dr. Sardjito. Ruangan ini sudah memiliki
buku bantu yang lengkap.
5) Machine
Kajian Teori
Mesin merupakan peralatan yang berupa barang elektronik dan membutuhkan
tenaga listrik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis
maupun keperawatan.
Kajian Data
Ruang Dahlia 5 tidak memiliki fasilitas mesin khusus sendiri untuk membantu
menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan, beberapa alat yang
terdapat di ruangan antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 17 Daftar Mesin di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode 2014
No
.
Nama Alat
Jumlah Keterangan
1.
EKG Fortable
(Rusak)
1 Ada
2. Suction pump 1 Ada
3. Syringe pump 1 Ada
4. Nebulizer 1 Ada
Sumber: observasi dan wawancara 2015

Analisis Data
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito, ruangan
ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr. Sardjito.
pemeliharaan dan pengecekan mesin di ruangan ini juga sudah cukup baik dan
dilakukan setiap hari untuk memastikan apakah mesin masih berfungsi dengan baik
atau tidak.
6) Methode
Kajian teori
Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak
ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,
2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukkan pada tingkat ideal
tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan maksimal,
penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi. Menurut
Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun
berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai
dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
o Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
o Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak penting.
o Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan
serta menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk memenuhi standar,
membahayakan pasien.
Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun oleh DepKes
(1997), yaitu:
Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat
bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasarkan
data status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah, penyebab,
dan gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.
Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama
pasein dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan, setiap mencatat harus mencantumkan inisial
atau paraf nama perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23
tahun 1992 pasal 43,
Ayat 1 : “tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya”.
Ayat 2 : “tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi:
o Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
o Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUP Dr.
Sardjito disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar
acuan yang dipakai adalah Standarized Nursing Language, yaitu NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk diagnosa
keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk tujuan dan outcome
yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervention Classification) untuk rencana
tindakan/ intervensinya. SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan
rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian,
Tanda dan Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan
Manajemen terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan, perencanaan,
implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.
STANDAR I : Pengkajian
Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian
o Data tepat, akurat dan lengkap
o Terdiri dari data subjektif
STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan
Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah keperawatan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
o Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
o Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
o Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
STANDAR III: Perencanaan
Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan
o Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
komprehensif.
o Melibatkan klien / pasien dan keluarga
o Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
o Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
o Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
STANDAR IV: Implementasi
Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif. Efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Kriteria
o Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual
– kultural
o Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
o Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
o Melibatkan klien dalam setiap tindakan
o Menjaga privacy klien
o Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
o Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
o Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
o Melakukan tindakan sesuai standar
o Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
o Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
o Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
o Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
o Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan asuhan keperawatan
Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Kriteria pencatatan asuhan keperawatan
o Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia
o Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil Analisis, mencatat diagnosa dan masalah keperawatan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,
dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di
dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan
pengelolaan ruangan.
Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan maupun proses
perawatan pasien.
Kajian Data
Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sudah terdapat
papan struktur organisasi di ruang DAHLIA 5, namun belum dilakuakn
pembaharuan sesuai dengan struktur organisasi yang baru per Desember 2015.
Media informasi
Media informasi untuk pasien baru di ruang DAHLIA 5 sudah ada dalam
bentuk leaflet, tetapi tidak disosialisaikan pada pasien. Orientasi pasien baru
biasanya dilakukan dengan mengumpulkan beberapa keluarga pasien baru dan
disampaikan secara lisan dengan metode ceramah.
SPO dan SAK
SPO dan SAK yang ada diruang Dahlia 5 bisa dilihat pada tabel di
bawah ini. Tindakan yang sering dilakukan di DAHLIA 5 antara lain perawatan
luka post operasi, pengambilan darah untuk cek laboratorium, terapi intravena.
Tabel 18 Daftar Standar Prosedur Operasional (SPO) Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Tanggal Terbit APRIL 2007

No Dokumen Judul SPO


No.
Revisi
p-03.5.1.10216..01 SPO tindakan pembersihan karang gigi (Scalling) 4
p-03.5.1.10216.02
SPO tindakan penumpatan gigi (Konservasi) dengan
amalgam
4
p-03.5.1.10216.03
SPO tindakan pencabutan gigi (exodontie) gigi
pemanent akar tunggal
4
p-03.5.1.10216.04 SPO tindakan pencabutan gigi (exondontie) gigi susu 4
p-03.5.1.10216.05
SPO tindakan penumpatan gigi (konservasi) dengan
glassionomer
4
p-03.5.1.10216.06
SPO perawatan kesehatan gigi dan mulut pasien umum
rawat inap
4
p-03.5.1.10216.07
SPO tindakan pembersihan karang gigi (scalling) pada
penderita HIV/AIDS
4
p-03.5.1.10216.08
SPO tata cara pengoperasian alat scaller ultrasonic untuk
pembersihan karang gigi
4
p-03.5.1.10216.09 SPO tata cara pengoperasian alat tambal light curing 4
p-03.5.1.10216.10
SPO tindakan pre operasi bedah minor dengan lokasi
anestesi
4
p-03.5.1.10216.11 SPO higiene petugas kesehatan gigi 4
p-03.5.1.10216.12 SPO higiene lingkungan/ruamgan 4
p-03.5.1.10216.13 SPO sterilisasi alat kedoktran gigi 4
p-03.5.1.10216.14
SPO tindakan penumpatan PTT dan FISSURE
SEALANT
4
Sumber: Pedoman Standar Prosedur Operasional Khusus Keperawatan Gigi dan
Mulut

Tabel 19 Daftar Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2009
N
O
Judul SAK
1 Tonsilitis Kronis
2 Otitis Media Kronik
3 Sinusitis
4 Ca Nasopharing
5 Polipnasi
6 Ca Laring
7 Benda Asing di Saluran Nafas
8 Fraktur Nasal
9 Epistaksis
10 Benda Asing di Saluran Makan
11 Tumor Sinonasal
12 Fraktur Os Maxilla Sinistra Post Reposisi
13 Angiofibroa Nasofaring Belia
14 Hernia Nukleus Pulposus
15 Benigna Prostat Hiperplasia
16 Angina Ludwid
17 Labio Palato Schisis
Sumber: Pedoman Standar Asuhan Keperawatan Penyakit THT RSUP Dr. Sardjito
2009
Analisis
Ruang DAHLIA 5 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan
Standar
Prosedur Operasional (SPO) di ruangan ini mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan
(SAK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) penyakit THT dan Gigi Mulut
RSUP Dr.
Sardjito namun , SPO dan SAK yang tersedia yaitu SPO 2007 dan SAK 2009.
Selain itu,
merujuk pada 10 besar penyakit tahun 2015 yang ada di ruang DAHLIA 5, ketujuh
penyakit
terbanyak sudah ada SAK nya, kecuali penyakit Massa colli, abses mandibula,
rinosinusitis
kronik. Selain itu struktur organisasi belum diperbaharui.
Unsur Proses
a Proses Asuhan Keperawatan
1 Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Kajian teori
Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian
asuhankeperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik
yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit
Keliat
1999). The Washington State Board Of Nursing (Swansburg, 1996) menyebutkan
definisi
legal praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosis, asuhan atau
konseling, dan penyuluhan kesehatan kepada individu yang sakit, cedera, atau
pemeliharaan kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat
berlisensi.
Pelaksanaannya diterima dan disepakati oleh profesi keperawatan dan kedokteran.
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan pada Pasal 93 ayat
2
mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik” atau secara singkat dapat
dikatakan
standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu. Berdasarkan
alasan
ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar
profesi
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
asuhan
keperawatan.SAK terdiri dari 6 standar:
Standar Pengkajian Keperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan
Standar Perencanaan Keperawatan
Standar Pelaksanaan / Intervensi
Standar Evaluasi
Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998).
Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu dapat
ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK
Kesehatankhususnya
keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku.
Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai berikut:
Standar Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi:
Pengumpulan data dengan kriteria:
o Menggunakan format yang ada
o Sistematis
o Diisi sesuai item yang tersedia
o Aktual (baru)
o Absah (valid)
Pengelompokan data dengan kriteria:
o Data Biologis
o Data Psikologis
o Data Sosial
o Data Spiritual
Perumusan masalah dengan kriteria:
o Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan.
o Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
Standar Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien
dengan kriteria:
Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
Di buat sesuai dengan wewenang perawat.
Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.
Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan
besarakan terjadi.
Dapat ditanggulangi oleh perawat.
Standar Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
Prioritas masalah dengan kriteria:
o Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priorias
pertama
o Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
o Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria;
o Spesifik
o Bisa diukur
o Bisa dicapai
o Realistik
o Ada batas waktu
Rencana tindakan dengan kriteria;
o Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
o Melibatkan pasien/keluarga
o Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
o Menentukan alternatif tindakan yang tepat
o Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
o Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
o Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
Standar Intervensi Keperawatan
Intevensi keperawatan adalah pelaksaaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya
dengan kriteria:
Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepadapasien/keluarga
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
Menggunakan sumberdaya yang ada
Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien
Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatanpasien
Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis
yang telah ditentukan.
Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar
yang meliputi :
Memenuhi kebutuhan oksigen
Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan eliminasi
Memenuhi kebutuhan keamanan
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Memenuhi kebutuhan aktivitas dan kegiatan jasmani
Memenuhi kebutuhan spiritual
Memenuhi kebutuhan emosional
Memenuhi kebutuhan komunikasi
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
Memenuhi kebutuhan pengobatan dam membantu proses penyembuhan
Memenuhi kebutuhan penyuluhan
Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Standar Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencanauntuk menilai perkembangan pasien, dengan kriteria;
Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan
Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
Standar Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria:
Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/ paraf/ nama perawat yang
Melaksanakan tindakan dan waktunya
Menggunakan formulir yang baku
Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 199)
Tabel 20. Pengkajian di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember
2015 (n=7)

No
Aspek yang
Dinilai
Nomer rekam medis
Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Pengkajian
lengkap maksimal
1 x 8 jam
√√√√√√√7
Tercapai
penuh
2. Pengkajian alergi √ √ √ √ √ - √ 6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian alergi
3. Pengkajian alasan
masuk RS
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
4. Pengkajian
riwayat kesehatan
√√√√√-√6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian riwayat
kesehatan
5. Pemeriksaan fisik √ √ √ √ √ - √ 6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pemeriksaan fisik
6. Pengkajian status
fungsional
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
7. Pengkajian status
psikososial
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
sebagian
8. Pengkajian risiko
jatuh
√√√√√--5
Tercapai
sebagian
Terdapat dua rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian resiko
jatuh
9. Pengkajian nutrisi √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
10. Pengkajian nyeri √ √ √ √ √ - √ 6 Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian nyeri
11. Pengkajian
dekubitus
√√√√-√√6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian
dekubitus
12. Pengkajian
kebutuhan edukasi
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
13. Pengkajian
discharge
planning dalam
2x24 jam
√√√√√√√7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL A 84 92,3%
Tabel 21. Diagnosis di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik
Pasien
Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Masalah
keperawatan
dirumuskan sesuai
dengan hasil
pengkajian
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2. Masalah
dirumuskan
berdasarkan
- √ √ √ √ √ √ 6 Tercapai
sebagian
NANDA
3. Masalah utama
ditetapkan
maksimal 1x 24
jam
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL B 20 95,2%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 22. Rencana Tindakan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-
30
Desember 2015 (n=7)
N
o
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Tujuan terukur
ditetapkan
maksimal 1x 24
jam
√√√√√√√
7
Tidak
tercapai
2. Rencana
tindakan
menggambarka
n cara
mengatasi
masalah pasien
√-√√√-√
5
Tercapai
sebagian
3. Rencana utama √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
ditetapkan
maksimal 1x24
jam
penuh
4. Discharge
planning
direncanakan
sejak pasien
dirawat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL C 26 92,8%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 23. Tindakan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien
Skor
Interpretasi Catatan
1234567
1.
Perawat
memberikan
penjelasan
tentang hak
dan
kewajiban
pasien dalam
waktu 1 x 24
jam
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2. Melaksanaka
n pengukuran
dan tanda
vital (suhu,
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
nadi,
kecepatan
respirasi,
tekanan
darah, dan
skala nyeri)
sesuai dengan
kondisi
pasien
3.
Melaksanaka
n monitoring
asupan nutrisi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
4.
Melaksanaka
n pemberian
obat sesuai
order
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
5.
Melaksanaka
n monitoring
reaksi obat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
6.
Melaksanaka
n monitoring
pasien dengan
risiko jatuh/
risiko bunuh
diri/ risiko
mencederai
diri atau
orang lain
(sesuai
karakteristik
pasien)
√√√√√--
5
Tercapai
sebagian
7. Melaksanaka
n monitoring
decubitus
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
8. Melaksanaka √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
n tindakan
sesuai
rencana
penuh
9. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang nyeri
- - - - √ √ √ 3 Tercapai
sebagian
10. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang cara
penggunaan
obat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
11. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
pemakaian
gelang
identitas
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
12. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
infeksi
------√
1
Tercapai
sebagian
13. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
penggunaan
alat bantu
14. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
Discharge
planning
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL D 86 87,7%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 24. Evaluasi di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1.
Evaluasi hasil
dilaksanakan
minimal 1x
per hari dan
perubahan
kondisi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2.
Evaluasi
proses
merupakan
bagian yang
tidak dapat
dipisahkan
dari
implementasi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
3. Discharge
planning
dilengkapi
pada saat
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
pasien akan
pulang
SUBTOTAL E 21 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 25. Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito
Tanggal
28-30 Desember 2015 (n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1.
Pencatatan
ditulis
menggunakan
formulir yang
baku
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2.
Pencatatan
ditulis dengan
jelas, ringkas,
istilah dan
singkatan
yang baku dan
benar
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
3. Setiap
dokumentasi
keperawatan
mencantumka
√ √ - √ √ √ √ 6 Tercapai
sebagian
n paraf/nama
jelas, tanggal
dan jam
dilakukannya
tindakan
SUBTOTAL F 20 95,2%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Nilai Rata-Rata Studi Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Dahlia
5
RSUP dr Sardjito Tanggal 29 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
TOTAL (Nilai Skor Subtotal A+ B+C+D+E+F)
PRESENTASE = X
100%
Nilai skor maksimal x Jumlah aspek yang dinilai
PRESENTASE = X 10 0%
7 X 40
PRESENTASE = 93,57%

Analisa Data
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar 93,57%.
Berdasarkan data yang didapat, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan secara umum sudah berdasarkan NANDA, namun
diagnosa aktual
masih belum ditegakkan bersama etiologinya. Masalah utama sudah ditetapkan
maksimal
1x24 jam. Diagnosa yang ditemukan di antaranya: cemas, nyeri, risiko infeksi,
proteksi
tidak efektif, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan belum
terukur (jika
dinilai berdasarkan SMART) yang ditetapkan maksimal 1x24 jam, namun rencana
tersebut belum mampu mengukur sejauh mana masalah terselesaikan. Sebagian
besar
pengkajian discharge planning sudah direncanakan sejak pasien dirawat.
Implementasi
keperawatan sudah dilakukan, namun saat tindakan masih sering ditemukan kurang
sesuai
dengan SOP terutama tekait dengan pemakaian APD, penerapan cuci tangan dan
peralatan yang kurang disiapkan dengan lengkap. Pada sebagian data didapatkan
bahwa
kegiatan monitoring pada mutu klinik sudah terisi. Selain itu, edukasi mengenai
nyeri,
gelang identitas, pengendalian infeksi, penggunaan alat bantu, hak dan kewajiban
pasien,
discharge planning perlu ditingkatkan dan didokumentasikan secara tepat pada
lembar/berkas yang ada.
Evaluasi secara umum catatan rekam medis pasien sudah dilakukan dengan
baik. Evaluasi
yang digunakan perawat adalah menggunakan sistim SOAP.
Pendokumentasian secara umum telah dilakukan dengan baik dengan
menggunakan
formulir yang baku, telah dicatat dengan jelas, ringkas, istillah dan singkatan yang
baku
dan benar serta telah mencantumkan paraf ,tanggal dan jam tindakan pada
dokumentasi
keperawatan. Namun masih ditemukan adanya dokumentasi pada evaluasi SOAP
yang
belum mencantumkan jam.
7) Instrumen C
a Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Kajian Teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Pada dasarnya ada
tiga
sumber informasi utama, untuk mengembangkan standar yaitu: penelitian,
keputusan
kelompok ahli/spesialis, observasi cara praktek keperawatan aktual. Kriteria
kualitas
asuhan keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya,
manusiawi dan
memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.
Standar
1
menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan melaksanakan
intervensi–intervensi yang aman dan akuntabel.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan
dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dari
tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan
menurut PPNI
(1999):
Standar I : Ilmu Pengetahuan
Standar II : Akuntabilitas professional
Standar III : Pengkajian
Standar IV : Perencanaan
Standar V : Pelaksanaan
Standar VI : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Handerson, yang terdiri dari 14 kebutuhan
dasar
manusia, yaitu:
Memenuhi kebutuhan oksigen
Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan eliminasi
Memenuhi kebutuhan keamanan
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Memenuhi kebutuhan gerak dan kebutuhan jasmani
Memenuhi kebutuhan spiritual
Memenuhi kebutuhan emosional
Memenuhi kebutuhan komunikasi
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan
Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Berdasarkan nilai observasi selama 3 hari dari tindakan pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan di ruangan, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 26. Nilai Rata-Rata Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan di
Ruang Dahlia 5
No Perasat F
Nilai ratarata
(%)
Keterangan
1. Penerimaan pasien
baru
3 100% Selama 3 hari observasi terdapat 3 pasien
baru masuk ruang Cendana 5. Perawat jaga
sudah melaksanakan penerimaan pasien
baru sesuai SPO.
2
2. Observasi kesadaran
umum
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan observasi
kesadaran umum sesuai SPO.
3. Pemenuhan kebutuhan
BAB dan BAK pasien
- TDD Selama observasi tidak didapatkan perawat
yang sedang melakukan pemenuhan
kebutuhan BAB dan BAK pasien.
4. Penggantian alat tenun
kotor pada tempat
tidur tanpa
memindahkan pasien
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
mengganti alat tenun kotor pada tempat
tidur.
5. Pengukuran vital sign
(tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu, dan
nyeri)
- TDD Selama observasi vital sign dilakukan oleh
koas.
6. Pemasangan infus 1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100 % perawat melakukan pemasangan
infus sesuai SOP.
7. Pemberian cairan
infus intravena
1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pemberian
cairan infus intravena sesuai SPO, akan
tetapi terdapat beberapa item yang masih
perlu ditingkatkan di antara pemberian
label pada cairan infus.
8. Penghitungan tetesan
infuse
2 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan
penghitungan tetesan infus sesuai SPO.
9. Pemberian suntikan
intravena
2 50% Selama observasi didapatkan sebanyak
50% perawat telah melakukan pemberian
suntikan intravena sesuai SPO.
10. Pemberian suntikan
subkutan
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
melakukan pemberian suntikan subkutan.
11. Pemberian obat per
oral
1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pemberian
obat per oral sesuai SPO.
12. Perawatan luka - TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
3
perawatan luka.
13. Pelatihan teknik napas
dalam
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan pelatihan
teknik napas dalam pada pasien.
14. Perekaman EKG - TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
perekaman EKG.
15. Pengaturan posisi
(posisi sims, posisi
semifowler)
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pengaturan
posisi sesuai SPO.
16. Bantuan pemindahan
pasien dari tempat
tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang membantu pasien
pindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya.
17. Pengambilan sampel
laboratorium
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan
pengambilan sampel laboratorium sesuai
SPO.
18. Pengkajian resiko
jatuh
7 71,42% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pengkajian
untuk resiko jatuh sesuai SPO.
19. Pencegahan dan
penanganan resiko
jatuh
4 75% Selama observasi didapatkan sebanyak
80% perawat melakukan pencegahan dan
penanganan resiko jatuh sesuai SPO. 20 %
perawat cenderung tidak menaikkan side
rail saat operan/post tindakan. Akan tetapi
terdapat beberapa item yang masih perlu
ditingkatkan yaitu pemberian label/sticker
resiko jatuh di gelang pasien
Rata-rata 90,58%
Analisis Data
Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar
90,58 %. Nilai rerata tersebut dapat dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan.
Tindakan
yang dilakukan bukan merupakan tindakan yang harus rutin dilakukan di
ruangan.Tindakan
yang dilakukan di ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Observasi
dilakukan
dengan menggunakan “Instrumen Evaluasi Observasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
4
menggunakan instrument C”. Tindakan yang perlu dioptimalkan adalah
pemasangan infus,
pemberian label pada cairan infus, pemberian suntikan intravena, serta pencegahan
dan
penanganan resiko jatuh.
b) Pelaksanaan PPI
Kajian Teori
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1989 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui darah di
lingkungan
Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya (RSUP. dr. Sardjito, 2004).
Upaya pokok pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) berorientasi pada
kewaspadaan standard (standard precaution) yang merupakan gabungan
kewaspadaan
universal (universal precaution) dan BSI (Body Substance Isolation) yang
keduanya
merupakan pedoman penyakit yang menular melalui cairan tubuh khususnya darah
(Pedoman PPI RSUP dr Sardjito, 2008).
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus
penularan penyakit dan memberikan perlindungan pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, dan masyarakat. Komponen standard kewaspadaan meliputi:
Mencuci tangan
Penggunaan sarung tangan
Penggunaan pelindung wajah
Penggunaan gaun/ apron
Pengelolaan alat perawatan pasien
Pengelolaan linen
Pengelolaan kebersihan lingkungan
Pengelolaan alat tajam
Resusitasi cairan
Penempatan pasien
Tabel 27. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 5 Rsup Dr. Sardjito
Daftar Tilik Ketepatan Petugas Dalam Hand Hygiene
PETUGAS YANG
DIAMATI
DR
AHLI
(n=0)
DR
RESID
EN
(n=1)
PERAW
AT
(n=3)
PH
(n=0)
CLEANI
NG
SERVIC
E
(n=0)
MAHASIS
WA
PRAKTE
K
(n=0 )
KE
T
KRITERIA
OBSERVASI
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
YA
TD
K
YA
TD
K
5
A
.
HAND
RUBBING
1 Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
-----3------
2 Sebelum
Tindakan
Asepsis
-----------
3 Setelah
Kontak
Cairan
Tubuh
-----------
4 Setelah
Kontak
Pasien
----2------
5 Setelah
Kontak
Lingkungan
Sekitar
Pasien
--11------
6 Sebelum/
Setelah
Pakai
Sarung
Tangan
----2------
Total
Kesempatan
--0153------
Proporsi
Ketepatan
50% -
B
.
HAND
WASHING
1 Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
-----3------
6
2 Sebelum
Tindakan
Asepsis
------------
3 Setelah
Kontak
Cairan
Tubuh
------------
4 Setelah
Kontak
Pasien
------------
5 Setelah
Kontak
Lingkungan
Sekitar
Pasien
---112------
6 Sebelum/
Setelah
Pakai
Sarung
Tangan
----12------
Total
Kesempatan
27
Proporsi
Ketepatan
50%

Analisis Data
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan ratarata tergolong dalam
kategori kurang
(50 %). Kepatuhan petugas dalam hand washing keseluruhan ratarata tergolong
dalam
kategori kurang (50 %). Beberapa hal seperti, penempatan tempat sampah dan
ketersedian
ruang persiapan perlu dioptimalkan. Kewaspadaan standar dalam merawat pasien
dengan
tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan baik.
Tabel 28. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
N
O
INDIKATOR YA TIDA
K
KETERANGAN
A. PENAMPILAN PERSONAL
1. Mengenakan seragam sesuai ketentuan, ID √
7
card, pakaian bersih, rambut rapi
2. Kuku pendek, bersih, tidak memakai
asesoris tangan saat bertugas

Persentase 100%
B. KEBERSIHAN TANGAN
1. Ketersediaan handrub √
2. Ketersediaan sabun cuci tangan √
3. Ditulis tanggal buka di label BMHP HH √
4. Ketersediaan tisu pengering √ Tisu pengering tidak
ada di semua wastafel
5. Tidak ada handuk tergantung di ruang √
6. Semua wastafel berfungsi baik, bersih √
7. Ketepatan HH petugas √ Tidak semua petugas
menerapkan HH pada
setiap tindakan ke
pasien.
Persentase 85,72
%
C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
KETERSEDIAAN APD (sesuai kebutuhan ruangan)
1. Sarung tangan √
2. Apron/gaun √
3. Masker bedah √
4. Masker N95 √ Masker N95 tidak
menjadi kebutuhan
utama ruangan
5. Topi √
6. Google √
7. Sepatu boot √
Persentase 100%
KETEPATAN PEMAKAIAN APD (sesuai analisis resiko)
1. Sarung tangan √
2. Apron/gaun -
3. Masker bedah √
4. Masker N95 -
5. Topi -
6. Google -
7. Sepatu boot -
Persentase 100%
PENYIMPANAN APD
1. Penyimpanan di ruang khusus √
2. Penyimpanan dalam almari khusus, terjaga
bersih

Persentase 100%
8
D. PEMBUANGAN SAMPAH/LIMBAH/BENDA TAJAM
1. Tersedia cukup tempat sampah sesuai
jenisnya

2. Penempatan sampah/limbah sesuai
jenisnya tepat/tertib

3. Tidak ada tempat sampah terbuka √
4. Ketersediaan container benda tajam sesuai
standar

5. Penempatan tempat sampah tidak di dekat
barang bersih

6. Sampah dibuang setelah terisi . √
Persentase 66,67
%
E. KEBERSIHAN RUANG RAWAT
1. Pembersihan permukaan dengan
desinfektan standar RS

2. Desinfeksi area perawatan dengan khlorin
0,05% atau desinfektan lain sesuai standar
ISLRS

3. Pembersihan tempat tidur dan kasur pasca
pakai

4. Tempat tidur pasien bersih tidak berdebu √
5. Kasur bersih dan vinil intak (tidak
berlubang)

6. Tidak ada sisa makanan/kotoran menempel
di lingkungan

7. Linen bersih, rapi dan terpasang kencang √
8. Bantal, restrain bersih √
9. Meja pasien bersih, tidak berdebu, barang
seperlunya

10. Ruang persiapan bersih dan tidak berdebu √
11. Tidak ada sapu ijuk untuk pembersihan
ruang perawatan

12. Tidak ada kemoceng/sulak/penebah/seblak
untuk pembersihan

13. Lingkungan bersih, tidak ada ember
penampung, dll container sejenis yang
tidak standar

14. Mebeler/kursi/sofa tidak ada yang robek √
Persentase 92,86
%
9
F. ALAT KESEHATAN
1. Alat kesehatan/keperawatan bersih, tidak
berkarat, dll (kursi roda, brancard, troli
pengobatan, standar infuse, syringe pump,
infuse pump, EKG, suction pump, tabung
oksigen/oksigen dinding, humidifier,
pispot, urinal)
√ Beberapa standar infuse
berkarat, besi kursi roda
bagian bawah dan r
2. Ada jadwal & bukti pembersihan alat-alat
tersebut

PEMBERSIHAN ALAT KEPERAWATAN
3. Stetoskop didesinfeksi alcohol 70% antar
pasien

4. Manset tensimeter dicuci sekali seminggu
atau setiap kali terkena darah/cairan tubuh
segera dicuci

5. Ambubag dilakukan DTT/steril setiap
ganti pasien

6. Thermometer diusap alcohol 70% setiap
ganti pasien

7. Syringe pump diusap alcohol 70% setiap
habis pakai
TDD
8. EKG : cas electrode diusap alcohol 70%
setiap habis pakai
TDD
9. Kursi roda diusap permukaan khlorin
0,05% setiap habis digunakan

10. Brandcart diusap permukaan chlorine
0,05% setiap habis digunakan

11. Tabung oksigen diusap permukaan dengan
chlorine 0,05% sekali sehari

12. Pispot dibersihkan dengan rendam klorin
0.5%

Persentase 60%
G. PENGELOLAAN LINEN
1. Tersedia kereta linen kotor infeksius- non
infeksius

2. Penempatan linen infeksius dalam
container atau ember berlapis plastic warna
kuning

3. Penempatan linen kotor infeksius dan non √
10
infeksius tanpa mengkontaminasi
lingkungan
4. Petugas menggunakan APD saat
mengelola linen kotor dan melepasnya saat
melakukan transportasi linen

5. Transportasi linen ke binatu menggunakan
troli linen kotor dengan kantong linen
berplisir merah. Linen bersih dibawa
dengan troli dan kantong linen berplisir
biru

6. Penyimpanan linen bersih dalam almari
bersih, kering dan bertutup
√ Terdapat linen bersih di
dalam troli di dekat
tempat sampah medis
dan non medis.
Persentase 83,33
%
H. KEAMANAN MEDIKASI
1. Obat oral (ed. Penyimpanan, labeling, dan
lain lain)

2. Obat parenteral (ed, penyimpanan,
pencampuran, dll)

3. O2 (isi, dll) √
4. AMHP (steril/bersih, packing,
penyimpanan, ed)

Persentase 100%
I. ALAT SINGLE USE YANG DI-REUSE
1. Penggunaan alat re-used sesuai dalam
daftar alat re-used di rumah sakit (bagi
yang menggunakan alat re-used)

2. Sudah dilakukan monitoring pelabelan,
batas ed, alat-alat yang di re-used

3. Monitoring pasien yang menggunakan
alat-alat re-used dilakukan perawat dan
dokter

Persentase 66,67
%
J. PENCATATAN PELAPORAN
1. Pengawasan, resiko kejadian IRS pada
seluruh pasien rawat inap

11
2. Dilakukan entry data hasil pengamatan
surveillans IRS melalui system, tepat
waktu

3. Laporan penggunaan AMHP- BMHP
setiap bulan tepat waktu

Persentase 100%
K. PENGELOLAAN ALAT
1. Proses perendaman/pembersihan
instrumen sesuai dengan SPO

2. Hasil pencucian bersih (dilihat secara
visual)

3. Proses DTT sesuai SPO √
4. Alat atau instrumen yang akan disterilkan
ditempatkan dalam wadah tertutup

5. Penyimpanan alat atau instrumen steril
pada tempat yang kering, bersih dan
terpisah dari alat atau instrumen non steril

6. Penempatan barang bersih dan kotor
dipisahkan

Persentase 100%

Analisis Data
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan rata-rata tergolong dalam
kategori sangat baik (85,72 %). Beberap hal seperti penempatan tisu pengering dan
penempatan sampah medis di dekat linen bersih perlu diperhatikan ulang.
Kewaspadaan
standar dalam merawat pasien dengan tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi
berjalan
baik.
c) Pelaksanaan Patient Safety
Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan.
Patient safety merupakan salah satu komponen penting dalam proses pelayanan
kesehatan. Dalam rangka JCI, RSUP Dr. Sardjito mengadopsi standar internasional
keselamatan pasien atau International Patient Safety Goals (IPSG). Dalam IPSG
terdapat
6 sasaran meliputi:
Tabel 29. Standar internasional keselamatan pasien atau International Patient
Safety
Goals (IPSG)

SASARAN I : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar


12
Standar IPSG I : rumah sakit menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan
identifikasi
pasien
Elemen Penilaian IPSG I
1. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua pengidentifikasianpasien, tidak
termasuk
penggunaan nomor kamar pasien atau lokasi
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lainuntuk uji klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian perawatan dan prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengupayakan tercapainya konsistensi dalamsegala
situasi dan
lokasi
SASARAN II : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Standar IPSG II : rumah sakit menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para
petugas
pemberi perawatan semakin efektif
Elemen Penilaian IPSG II
1. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dicatat si penerima
2. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes
4. Kebijakan dan prosedur disusun agar verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan
dan via
telepon dijalankan secara konsisten
SASARAN III : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai
Standar IPSG III : rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
keamanan
obat-obat yang harus diwaspadai (high-alert)
Elemen Penilaian IPSG III
1. Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi,
lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat yang patut diwaspadai
2. Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara
klinis
diperlukan
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien diberi label jelas
dan
disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah mudah diakses
SASARAN IV : Memastikan Lokasi Pembedahan yang benar, Prosedur yang benar,
Pembedahan pada Pasien yang benar
Standar IPSG IV : rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi
pembedahan
yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
Elemen Penilaian IPSG IV
1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi
lokasi
pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda
2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk
memverifikasi apakah lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa
seluruh
13
dokumen dan perawatan yang dibutuhkan
3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat
sebelum
memulai prosedur pembedahan
4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam
sehingga
dapat dipastikan lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar, termasuk
prosedur
medis dan gigi yang dilakukan tidak di ruang operasi.
SASARAN V : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
Standar IPSG V : rumah sakit menyusun pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi akibat
perawatan kesehatan
Elemen Penilaian IPSG V
1. Rumah sakit telah mengadopsi atau mengadaptasi panduan kebersihan tangan
yang baru
diterbitkandan umumnya diterima Rumah sakit mengimplementasikan program
kebersihan tangan yang efektif
2. Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus-
menerus
pengurangan infeksi terkait dengan perawatan kesehatan
SASARAN VI : Pengurangan Risiko pasien Jatuh
Standar IPSG VI : rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh
Elemen Penilaian IPSG VI
1. Rumah sakit menerapkan proses dilakukannya penilaian awal pasien akan
risikonya
terjatuh dan dilakukannya penilaian ulang pada pasienbilaantara lain, terlihat
adanya
perubahan kondisi atau obat-obatan
2. Dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi risiko jatuh bagi merekayang dinilai
berisiko
3. Usaha-usaha itu dipantau untuk dilihat keberhasilannya dalam upayamengurangi
cedera
akibat jatuh dan konsekuensi lainnya yang tidakdiperhitungkan sebelumnya
4. Kebijakan dan/atau prosedur mengarah pada pengurangan secarakontinyu risiko
pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit
Tabel 30. Pelaksanaan International Patient Safety Goals (IPSG) di Ruang
Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Indikator Pelaksanaan Ya Tidak Keterangan
1. SASARAN I : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
14
a. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan
dua pengidentifikasian pasien, tidak
termasuk penggunaan nomor kamar pasien
atau lokasi

Perawat hanya
memanggil nama
pasien dan menanyakan
nama sebelum
melakukan tindakan
(satu
pengidentifikasian)
tanpa melihat gelang
pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
obat,darah, atau produk darah

Perawat
mengidentifikasi order
obat yang harus
diberikan kepada
pasien melalui label
yang ada di obat dan
catatan order dari
dokter.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil
darah dan spesimen lain untuk uji klinis √
Pasien diidentifikasi
kebenaran pasien
melalui nama saja
(tanpa melihat gelang).
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
perawatan dan prosedur √
Dilakukan identifikasi
pada pasien dan
dijelaskan tujuan dari
tindakan perawatan
e. Kebijakan dan prosedur mengupayakan
tercapainya konsistensi dalam segala situasi
dan lokasi.
√ Perawatan tidak selalu
melakukan identifikasi
pasien dengan lengkap,
akan tetapi prosedur
tindakan dilakukan
dengan cenderung baik.
Persentase 60%
2. SASARAN II : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
15
a. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau
hasil tes dicatat si penerima
√ Perawat
mengkonfirmasi
kembali informasi yang
diterima.
b. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau
hasil tes dibaca-ulang si penerima
√ Perawat membaca
ulang apabila kurang
jelas terdengar.
c. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh
individu si pemberi perintah atau hasil tes

d. Kebijakan dan prosedur disusun agar
verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan
dan via telepon dijalankan secara konsisten
√ Perawat
mengkonfirmasi
kembali informasi yang
diterima.
Persentase 100%
3. SASARAN III : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai
- Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk
mengatasi masalah identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat
yang patut diwaspadai
- Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan
- Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit
perawatan pasien kecuali jika secara klinis
diperlukan
- Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
perawatan pasien diberi label jelas dan
disimpan sedemikian rupa hingga tidak
mudah diakses.



√ Label di kotak
penyimpanan obat
belum terpasang
dengan konsisten.
Persentase 75%
4. SASARAN IV : Memastikan Lokasi Pembedahan yang benar, Prosedur yang
benar,
Pembedahan pada Pasien yang benar
a. Rumah sakit menggunakan tanda yang
langsung dikenali untuk
mengidentifikasi lokasi pembedahan
dan melibatkan pasien dalam proses
pemberian tanda

b. Rumah sakit menggunakan daftar atau
proses lain untuk sebelum operasi

16
untuk memverifikasi
c. Apakah lokasinya, prosedur, dan pasien
sudah benar dan bahwa seluruh
dokumen dan perawatan yang
dibutuhkan

d. Tim bedah lengkap melakukan dan
mendokumentasi prosedur jeda sesaat
sebelum memulai prosedur
pembedahan

e. Kebijakan dan prosedur disusun
sedemikian sehingga semua proses
seragam sehingga dapat dipastikan
lokasi benar, prosedur benar, dan pasien
juga benar, termasuk prosedur medis
dan gigi yang dilakukan tidak di ruang
operasi.

Persentase 100%
5. SASARAN V : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
a. Rumah sakit telah mengadopsi atau
mengadaptasi panduan kebersihan tangan
yang baru diterbitkandan umumnya
diterima

b. Rumah sakit mengimplementasikan
program kebersihan tangan yang efektif

c. Kebijakan dan/atau prosedur yang
dikembangkan yang mendukung secara
terus-menerus pengurangan infeksi terkait
dengan perawatan kesehatan

Persentase 100%
6. SASARAN VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
17
a. Rumah sakit menerapkan proses
dilakukannya penilaian awal pasien akan
risikonya terjatuh dan dilakukannya
penilaian ulang pada pasien bila, antara
lain, terlihat adanya perubahan kondisi
atau obat-obatan

a. Dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi
risiko jatuh bagi mereka yang dinilai
berisiko

b. Usaha-usaha itu dipantau untuk dilihat
keberhasilannya dalam upaya mengurangi
cedera akibat jatuh dan konsekuensi
lainnya yang tidak diperhitungkan
sebelumnya

c. Kebijakan dan/atau prosedur mengarah
pada pengurangan secara kontinyu risiko

Persentase 100%
Rata-rata persentase 89,17%

Analisa Data
Dari hasil pengamatan dari tanggal 12 Desember 2015 dengan menggunakan
indikator International Patient Safety Goals (IPSG) sesuai tabel diatas, menunjukan
pelaksanaan IPSG di Cendana 5 mencapai presentase 89,17%. Hal ini berarti sangat
baik
dalam pelaksanakan tujuan keselamatan pasien. Kekurangannya terletak pada
identifikasi
pasien pada saat pemberian obat dengan minimal menggunakan 2 identifikasi
pasien dan
labeling pada kotak obat di ruang penyimpanan.
Pelaksanaan patient safety di RSUP Dr. Sardjito menggunakan International
Patient
Safety Goals (IPSG). Sedangkan dari ICN (Infection Control Nursing) RSUP Dr.
Sardjito
dijelaskan ada beberapa indikator untuk 9 Solusi live savingPatient Safety
yaknisebagai
berikut:
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (LookAlike, Sound
Alike
Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error)
dan ini
merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada
saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung
terhadap
18
nama merk atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan
protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label atau
perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun pemeriksaan
dsb.
Rekomendasi ditekankan kepada metode untukverifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standarisasi dalam metode
identifikasi di
semua RS dalam suatu sistem layanan kesehatan dan partisipasi pasien dalam
konfirmasi
ini, serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama
yang
sama.
Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antar unitunit
pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bias mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan potensial dapat
mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima
pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat
kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta
keluarga
dalam proses serah terima.
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasuskasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dari miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahankesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah
yang
distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenisjenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan; pemberian tanda
pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim
yang
terlibat dalam prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan
sisi yang
akan dibedah.
Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obatobatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
19
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit ukuran dan
istilah
dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk
mencegah salah obat (medication error) pada titiktitik transisi pasien.
Rekomendasinya
adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat dari seluruh
medikasi yang
sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai ”home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tersebut kepada
petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas pasien
melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan medikasi
atau
cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya
perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya selang yang benar), dan
bilamana menyambung alatalat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan
dan
selang yang benar).
Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV, HBV,
dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya
adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum difasilitas pelayanan kesehatan;
pelatihan
periodik para petugas di lembagalembaga layanan kesehatan khusunya tentang
prinsipprinsip pengrendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga
mengenai
penularan infeksi melalui darah; dan praktik jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah
infeksinosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh duniamenderita
infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang efektifadalah ukuran
preventif
yang primer untuk menghindari masalah ini.Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan,alkohol base hand rubs, yang tersedia pada
titiktitik
pelayanan pasien,tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai
20
teknikkebersihan tangan yang benar, petunjuk mengingatkan penggunaan
tanganbersih di
tempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihantangan melalui
pemantauan atau observasi dan teknikteknik yang lain
Tabel 31. Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety di Ruang
Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Komponen yang Dinilai
Pelaksanaan
Ya Tidak Keterangan
1. Perhatikan nama obat, rupa dan
ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai
dengan prinsip 6 benar (obat,
dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasian).
b. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah
memberi obat direkam catatan
perkembangan.
c. Obat disusun per pasien pada
tempatnya masing-masing
d. Adanya pencatatan obat masuk
dan keluar
e. Memastikan resep obat yang
diterima dan obat yang diberikan
sama
f. Perawat mengklarifikasi kembali





Perawat mengidentifikasi obat
sesuai order dan dilakukan
pengecekan di rekam medis
pasien namun tidak melakukan
pengecekan ulang di gelang
pasien. Waktu pemberian kutang
tepat.
Perawat mendokumentasikan
kegiatannya setelah
melakukannya
Obat pasien disimpan di loker
obat pasien. Setiap pasien
memiliki 1 kotak obat yang
ditempatkan di lemari .
Pencatatan obat keluar masuk
dilakukan oleh perawat dan
didokumentasikan
Double check dengan perawat
21
terapi diberikan dokter dengan
mengeja setiap huruf nama obat
g. Perawat menulis nama obat yang
mirip dengan tulisan yang besar
dan jelas


lain saat memberikan obat
dilakukan.
Klarifikasi berupa tanya-jawab
langsung, tidak dilakukan
pengejaan.
Sudah dilabeli dari farmasi
sehingga perawat tidak
melakukannya lagi.
2. Pastikan identitas pasien
a. Perawat menuliskan identitas
pasien dengan lengkap pada
papan nama pasien yang
diletakkan diatas tempat tidur
pasien
b. Perawat memakaikan gelang
identitas pasien
c. Perawat sebelum melakukan
tindakan selalu mengecek
minimal 2 identitas pasien (misal
nama dan umur)
d. Status pasien terpisah antara 1
pasien dengan pasien yang lain




Tidak terdapat papan nama
diatas tempat tidur pasien
Perawat mengidentifikasi pasien
hanya dengan nama saja.
3. Komunikasi secara benar saat serah
terima atau pengoperan
pasien
a. Menyebutkan identitas pasien; √ Saat operan jaga, perawat
22
diagnosa medis, diagnose
keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu
pelaksanaan
b. Menginformasikan jenis dan
waktu rencana tindakan yang
belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan
pasien yang ada selama shift
d. Menyebutkan terapi dan
tindakan medis beserta
waktunya yang telah dilakukan
selama shift
e. Menyebutkan tindakan medis
yang belum dilakukan selama
shift




menyebutkan diagnosa medis
yang muncul dan tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan. Tidak menyebutkan
diagnosa keperawatan.
Perawat selalu melakukan
konfirmasi pada setiap tindakan
yang sebelumnya dilakukan dan
yang belum dilakukan serta
rencana tindakan yang harus
dilakukan shift berikutnya.
Perawat menyebutkan
perkembangan pasien pada saat
operan dan menuliskan di
catatan perkembangan pasien
Perawat menyebutkan terapi
medis yang telah dilakukan
selama shift nya.
Perawat menyebutkan tindakan
medis yang belum dilakukan.
4. Pastikan tindakan yang benar pada
sisi tubuh yang benar
sebelum tindakan operasi:
a. Ada dokumentasi tindakan di
status pasien
b. Memastikan rencana tindakan
pada catatan perawatan sebelum


23
melakukan tindakan
c. Memastikan hasil pemeriksaan
penunjang sebelum dilakukan
tindakan operasi

5. Kendalikan cairan elektrolit
(konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai
pemberian cairan
b. Perawat mengecek program
terapi sebelum memberikan
c. Terapi cairan pada pasien
perawat memprogram pemberian
cairan elektrolit pekat sesuai
dengan aturan pemberian
d. Perawat memonitor reaksi
pemberian cairan
e. Perawat menggunakan alat yang
tepat dalam pemberian cairan
f. Perawat mengatur tetesan infus
atau hasil perhitungan sesuai
dengan order
g. Perawat menuliskan catatan
pemberian infus secara
terperinci (tanggal, jam dan
macam cairan)







Terdapat dokumentasi
pemberian cairan infuse berapa,
cairannya apa, tetapi tidak ada
pencatatan balance cairan pada
lembar monitoring 24 jam
Perawat melihat program terapi
cairan sesuai instruksi dokter
sebelum memberikan terapi
Program pemberian terapi
cairan yang diberikan oleh
perawat sesuai dengan catatan
instruksi terapi dokter
Perawat telah menuliskan
laporan pemberian infus secara
terperinci di monitor 24 jam.
Tidak semua plabot diberi label
24
yang berisi nama pasien,
tetesan, waktu (tanggal dan jam
pemberian), jam cairan habis.
6. Pastikan akurasi pemberian obat
pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obatobatan
yang sudah diberikan,
waktu pemberian dan rute
pemberian
b. Perawat mengecek ulang
program terapi dari dokter


Perawat mengisi data obatobatan
dengan benar pada form
pemberian obat pasien dan
melakukan double cek sebelum
memberikan obat.
7. Hindari salah kateter, salah sambung
slang (tube)
a) Perawat mengecek order adanya
pemberian tindakan, misalnya
pemasangan kateter atau NGT
b) Sebelum melakukan tindakan
ada persetujuan klien dan
keluarga
c) Perawat memastikan slang
kateter atau NGT sesuai dengan
ukurannya
d) Perawat menggunakan alat yang
steril
e) Perawat memastikan bahwa
selang masuk ke dalam kandung
TDD
25
kemih
f) Perawat memastikan balon
sudah difiksasi
g) Perawat melakukan tindakan
pemasangan secara atraumatik
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai:
a. Perawat mengecek program
pemberian obat dalam catatan
perawatan
b. Satu spool digunakan sekali
pakai untuk satu obat
c. Perawat memastikan bahwa
spuit dibuang ditempat sampah
medis
d. Perawat membuang spuit dalam
keadaan tertutup



√ Terdapat perawat yang memakai
spuit untuk 2 obat yang berbeda
secara bergantian.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk
mencegah infeksi
Nosokomial
1. Perawat mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
2. Perawat mencuci tangan
menggunakan antiseptic
3. Perawat mencuci tangan dengan
teknik yang benar



26
4. Ada pedoman mengenai cuci
tangan yang benar

Jumlah
Skor total = Ya x
(Ya +Tidak)
75% 25%

Analisis Data
Hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-30 Desember 2015,
pelaksanaan
patient safety di Ruang Dahlia 5 dengan menggunakan indikator 9 Solusi Live
Saving Patient
Safety termasuk dalam kategori baik (75%). Hal yang perlu dioptimalkan terletak
pada
pemberian label pada cairan infus belum semua perawat melakukan, belum semua
perawat
melakukan 6 langkah cuci tangan, belum ada papan nama di atas tempat tidur
pasien, belum
ada monitoring balance cairan selama 24 jam. Perbedaan kedua instrumen ini
adalah pada
instrumen 9 Solusi Live Saving Patient Safety tidak menyertakan penilaian resiko
jatuh.
d) Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses yang sangat khsus dan berarti dalam hubungan
anatar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Menurut As
Hornby (1974)
terapeutik adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan,
sehingga mampu menjadi terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Dalam membina hubungan terapeutik perawat mempunyai 4 tahap yang pada setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Tahap-tahap
tersebut
adalah sebagai berikut:
Tahap Preinteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien. Tugas perawat
dalam tahap
ini adalah:
Mendapatkan informasi tentang klien (dari medical record atau sumber yang
lainnya)Mencari literature yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien
Mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
27
MengAnalisis kekuatan dan kelemahan professional diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien:
Tipe spesifik data yang akan dicari
Metode yang tepat untuk wawancara
Setting ruangan/waktu yang tepat
Menyiapkan alat dan cuci tangan
Tahap Orientasi/perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas
perawat dalam
tahap ini adalah:
Melakukan kontrak dengan pasien, komponen kontrak :
Nama pasien
Peran yang diharapkan dari perawat dan klien
Tujuan
Kerahasiaan
Harapan
Topik
Waktu dilakukannya interaksi
Membina hubungan saling percaya dengan klien
Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan wawancara. Tugas perawat pada
saat ini
adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi.
Tahap Terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien,
tahap ini
bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir.Pada tahap ini
perawat
mempunyai tugas:
Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif maupun
afektif
Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
Melakukan kontrak
Mengakhiri terminasi dengan baik.
Tabel 32. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015

No Komponen
Pelaksanaan
Ya Tidak
N%N%
A. PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Menyiapkan alat
3.
Membuat rencana pertemuan dengan
klien/keluarga klien

B. FASE ORIENTASI
1.
Memberi salam dan tersenyum pada
klien/keluarga klien

2.
Melakukan validasi (kognitif, psikomotor,
afektif, biasanya pada pertemuan lanjutan)

3. Memperkenalkan nama perawat


4.
Menanyakan nama panggilan kesukaan
klien/keluarga klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat
6. Menjelaskan peran perawat
7.
Memberitahukan kegiatan yang
akandilakukan

8. Menjelaskan tujuan kegiatan


9.
Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan

10. Menyatakan kerahasiaan


C. FASE KERJA
1.
Memberi kesempatan pada klien/keluarga
klien bertanya

2.
Menanyakan keluhan klien /keluarga klien
yang mungkin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan

3. Memulai kegiatan dengan cara yang baik


4. Melaksanakan kegiatan cara dengan baik
D. FASE TERMINASI
1.
Menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses
dan evaluasi hasil

2. Memberikan reinforcement positif


3.
Merencanakan tindak lanjut dengan
klien/keluarga klien

E.
DIMENSI RESPON (RESPON
NONVERBAL)
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata
3. Tersenyum pada saat yang tepat

4. Mempertahankan sikap terbuka


Jumlah 19 5
Persentase 90,47% 23,8%
Analisis Data
Hasil observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik di Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta termasuk dalam kategori sangat baik (90,47%). Beberapa item yang
perlu
mendapat perhatian pada tahap preinteraksi, yaitu Membuat rencana pertemuan
dengan
klien/keluarga klien. Untuk tahap orientasi, yaitu memperkenalkan diri dan
menjelaskan,
menanyakan nama panggilan kesukaan klien/keluarga klien, dan penjelasan waktu
yang
dibutuhkan. Tahap orientasi sangat penting terutama untuk membangun hubungan
yang
saling percaya terlebih dahulu dengan pasiennya. Tahap terminasi yang perlu
mendapatkan
perhatian adalah menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan evaluasi hasil.
d. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
Standar manajemen pelayanan keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian,
pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan (Depkes, 2001) Menurut Monica
(1998) cit.
Hersey dan Blancard (1977) menyebutkan bahwa manajemen yang komprehensif
yaitu
bekerja dengan dan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi.
Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan dalam skema :

Keinginan kebutuhan Perencanaan


Pengkoordinasian
Pengorganisasian
Pengarahan
Informasi Pengawasan
Tujuan

Gambar 3. Mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen


Proses manajemen pelayanan keperawatan terdiri dari:
1 Planning
Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa
yang
akan dilakukan serta bagaimana, kapan, dan dimana akan dilaksanakan (Marquis,
2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis
dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
30
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf
serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan
misi
institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah sakit.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi rumah
sakit
dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata, dan
ancaman
eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat
membantu
dalam upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan
kegiatan usaha
keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi
tanpa
kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka perencanaan terdiri dari:
Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi.
Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan
tindakan
begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi
oleh masalah dan kondisi yang ada
Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang
muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya
dilakukan
sejalan dengan pekembangan masalah)
Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana
ke
depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari
perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target, risiko, dan
ketidakpastian jelas
Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan
masa lalu,
masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk
31
menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan
evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan meliputi:
Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi
bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.
Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan
perlengkapan
rutin/barang habis pakai
Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan
peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan sebagainya.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS (Depkes RI,
1999), Tugas
Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi:
Menyusun rencana kerja kepala ruang
Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang
rawat
yang bersangkutan
Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala perawat instalasi/kepala
instalasi.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RSUP Dr. Sardjito
(RSUP
Dr. Sardjito, 2007), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi :
Menyusun jadwal dinas.
Merencanakan koordinasi.
Menyusun perencanaan tahunan.
Tabel 33. Kajian Planning di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
N
o
Standar
Dilakukan
Ya Tidak Metode Dokumen Keterangan
32
1. Pembuatan jadwal
dinas
Studi
dokumentasi
dan
wawancara
Ada Pembuatan jadwal
dinas dibuat oleh Karu
dengan
mempertimbangkan
jumlah jam kerja
perawat.
2. Perencanaan
Koordinasi
Wawancara Tidak ada
3. Perencanaan
tahunan karu:
pengajuan
peralatan
perencanaan
pengembangan
staf dan
kebutuhan tenaga
Wawancara
dan Studi
Dukumentasi
Ada
Jumlah 3 0
Total (%) 100%
Analisa Data
Perencanaan yang telah dilakukan oleh KaRu meliputi perencanaan dinas
masingmasing
perawat. Hal-hal yang berkaitan dengan koordinasi dilakukan secara insidental
tanpa
perencanaan spesifik baik perbulan maupun pertahun. Pengajuan kebutuhan
logistik ruangan
diatur melalui perencanaan di awal bulan ke bagian logistik instalasi, termasuk di
dalamnya
pengelolaan sisa alat pada bulan sebelumnya. Pengembangan staff dilakukan setiap
adanya
sesi pelatihan yang diadakan oleh pihak rumah sakit, sehingga rencana
pengembangan staf
disesuaikan dengan program yang diadakan rumah sakit. Pengajuan tenaga di
ruangan
diajukan setiap tahunnya namun realisasinya diatur oleh pihak pusat bukan otonomi
ruangan.
8) Organizing
Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada dalam suatu sistem
orang,
modal, dan peralatan dalam kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang
Perawat
Kepala adalah memasukkan semua unsur manusia dan situasi ke dalam suatu sistem
yang
akan mengemban suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian rupa
sehingga
kelompok dapat bekerja bersama kearah pencapaian tujuan (Monica, 1998).
33
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka
fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
Mengatur dan mengendalikan logistik unit
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
Identifikasi masalah dan cara penanganan
Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa model pemberian
asuhan
keperawatan. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 9
elemen
subsistem (Hoffart and Woods, 1996) yaitu:
Nilai-nilai Profesional
Pendekatan manajemen
Metode pemberian askep
Hubungan profesional
Sistim kompensasi dan penghargaan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai metode
asuhan
keperawatan. Menurut Gilles (1989) yaitu:
Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang pasien dirawat
oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani
seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk
setiap shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan
hal ini
34
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di ruang
rawat intensif. Kelebihan dari metode ini adalah: Sederhana dan langsung; Garis
Pertanggung
jawaban jelas; Kebutuhan pasien cepat terpenuhi; Memudahkan perencanaan tugas.
Kekurangan dari metode ini adalah Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab; perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama; tidak
dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman; mahal, perawat
profesional
termasuk melakukan tugas non profesional.
Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien. Pelayanan keperawatan dibagi
menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung
pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat,
perawatan
luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi,
pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan
untuk
dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan pasien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan
kepuasan
kepada pasien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi
membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan
berguna untuk
situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan
ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah pasien Keuntungan dari metode ini
adalah
o Lebih sedikit membutuhkan perawat
o Efisien
o Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
o Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
o Tugas cepat selesai
o Kerugian dari metode ini adalah:
o Tidak efektif
o Fragmentasi pelayanan
o Membosankan
o Komunikasi minimal
o Tidak holistik
o Tidak professional
35
o Tidak memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Ketua tim
bertanggung jawab
membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua pasien yang
ada di
bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada
pasien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini
adalah
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staff yang
tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
o Memberikan kepuasan bagi perawat dan pasien
o Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
o Komprehensif dan holistic
o Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
o Kerugian dari metode ini adalah:
o Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
o Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
o Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
o Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non professional
Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan
dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini setiap perawat
primer
memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan
dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai keluar dari Rumah Sakit,
mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan
pelaksana.
Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab
dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PP). Setiap PP merawat 4-6
pasien dan
bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari pasien masuk sampai
dengan pulang.
Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai beberapa AN dan
perawatan dilanjutkan oleh AN. Kelebihan dari model primer ini adalah model ini
bersifat kontinu dan
komprehensif dalam melakukan proseskeperawatan kepada pasien dan perawat
primer
mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan
diri.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan
tercapai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat
yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif,
mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, penguasaan
klinik,
akuntabel dan mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
1998):
Gambar 4
DOKTER----------Sarana RS

Model Keperawatan Primer.

Metode manajemen kasus (nursing case management)


Pada metode ini ada seorang perawat yang menjalankan sekumpulan aktivitas,
mengerahkan, memantau dan mengevaluasi semua sumber yang digunakan oleh
pasien
secara total selama sakit. Empat hal penting dalam manajemen kasus:
o Pencapaian berdasar waktu yang ditentukan tim yang terlibat
o Yang bertindak sebagai case manager adalah orang yang memberi pelayanan
langsung
37
o Seorang perawat/dokter yang terlibat bisa melampaui unit
o Perlu partisipasi aktif pasien dan keluarga untuk menyusun evaluasi pelaksanaan
kegiatan
Penerapan MPKP di RS Dr. Sardjito
Berdasarkan buku pedoman penerapan MPKP di RSUP Dr. Sardjito adalah
modifikasi
atau gabungan dari model keperawatan primer yang dimodifikasi yang disebut
Metode
Primer Modifikasi (MPM) yang dikembangkan oleh Nuryandari (1998).
Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain:
o Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan.
o Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
o Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapakan komunitas asuhan
keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada PN.
Tugas kepala ruangan dalam pengorganisasian (RS Sardjito, 2007), meliputi:
Tugas Pokok:
o Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
o Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
o Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
o Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
o Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
o Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat
o Mendukung terlaksananya program Patient safety.
Uraian tugas Kepala Ruang
Planning
o Menyusun jadwal dinas.
o Merencanakan koordinasi.
o Menyusun perencanaan tahunan
Organizing
o Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan yang
telah
ditentukan kepada semua staf
38
o Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan yang tersedia untuk
kelancaran pelayanan
o Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan. Memeriksa
keadaan ruangan dan peralatan serta menyusun laporan kerusakan, usulan
perbaikan
dan pemeliharaannya
o Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan untuk membuat laporan
harian,
bulanan, triwulan serta tahunan
o Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah dan mendapatkan
cara
penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik
o Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf baru/mahasiswa
praktek di ruangan
o Mengkoordinir pelaksanaan tatatertib, disiplin, kebersihan dan keamanan
ruangan.
o Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses ilmiah
o Membuat usulan nilai pra DP3 semua tenaga yang menjadi tanggung jawabnya
o Membuat usulan pengembangan tenaga
o Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar
pelaksanaan kegiatan di instalasi. Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM
sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
o Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer (PN)
o Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja
o Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer dan perawatan
asosiate (PN & AN)
o Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai kinerja
yang
optimal
o Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan dan pelayanan dengan mengevaluasi
melalui berbagai metode evaluasi peningkatan mutu
o Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer (PN)
o Mendelegasikan tugas pada sore, malam, dan hari libur kepada penanggung jawab
tugas jaga ruangan
o Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala/insidentil
o Bertanggung jawab terhadap kelengkapan entry data dalam billing system.
Berdasarkan struktur organisasi dan uraian jabatan keperawatan RS dr. Sardjito
April 2007:
39
Tugas Pokok Primery Nurse:Mengelola asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
o Melakukan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
o Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
o Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
o Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
o Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat
o Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas Primary Nurse :
o Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar
pelaksanaan kegiatan
o Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ tidak ada.
o Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore, malam, hari libur kepada
perawat
asosiate
o Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam
rangka
orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan.
o Perawat primer menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada
pasien/keluarga.
o Perawat primer melakukan visite/monitoring perkembangan pasien dan
memberitahukan serta menyiapkan pasien yang akan pulang
o Perawat primer menerima konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya, serta memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan dokter
o Perawat primer membuat laporan tugas kepada Karu setiap akhir tugas tentang
kondisi pasien dan masalah yang ada
o Mengikuti pertemuan ilmiah/rutin yang diselenggaraan RS di lingkungan
tugasnya
o Betanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam Billing System.
Tanggung Jawab Primary Nurse :
o Kebenaran kajian data, diagnosa dan rencana keperawatan
o Kebenaran kajian data keperawatan
o Kebenaran diagnosis
o Kebenaran rencana keperawatan
o Kebenaran layanan asuhan, evaluasi dan resume keperawatan
40
o Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan
o Kebenaran evaluasi keperawatan
o Kebenaran resume keperawatan
o Kebenaran dan ketetapan pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien
o Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim kesehatan lain
o Kelengkapan dan kebenaran informasi kepada pasien tentang dokter dan perawat
yang
bertanggung jawab, jadwal konsultasi &rencana tindakan yang akan dilakukan &
rencana perawatan setelah pasien pulang
o Kelengkapan dan kebenaran isian dokumen asuhan keperawatan
o Kebenaran bimbingan dan arahan kepada perawat asosiet dan mahasiswa praktek
klinik keperawatan
o Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan keperawatan
Wewenang Primary Nurse :
o Mengatur, membimbing dan memberikan arahan tugas kepada AN/mahasiswa
PKK
yang menjadi tanggung jawabnya
o Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan
dan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
o Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
o Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang dan
PN
lain
o Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan prima kepada semua
pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
o Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.
Tugas Pokok Penanggung Jawab Tugas Jaga:
o Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat
pada
sore, malam dan hari libur
o Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
o Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
o Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
o Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
o Melakukan pengendalian, pemantuan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat pada sore, malan, dan hari libur
41
o Mendukung terlaksananya program Patient Safety.
Uraian Tugas Penanggung Jawab Tugas Jaga:
o Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada mahasiswa praktek di
ruangan
o Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin, kebersihan dan keamanan
ruangan
o Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
o Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar
pelaksanaan kegiatan di ruangan
o Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja
o Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas asuhan dan pelayanan
o Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai kinerja
yang
optimal
o Melakukan upaya peningatan mutu asuhan dan pelayanan
o Berperan sebagai konsultan dari perawat asosiet (AN) pada saat PN tidak
bertugas.
Tanggung Jawab Penanggung Jawab Tugas Jaga:
o Ketepatan koordinasi tugas asuhan dan pelayanan di ruangan
o Kebenaran arahan tugas staf dan mahasiswa
o Kelancaran memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk asuhan dan pelayaan
o Kelancaran layanan dan asuhan yang komprehensif dan prima
o Kelancaran pelaksanaan pendelegasian tugas Pj. Ruang keperawatan pada sore,
malam dan hari libur
o Kebenaran dan ketepatan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif
o Kebenaran laporan pelaksanaan kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan.
Wewenang Penanggung Jawab Tim:
o Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan anggota tim/mahasiswa
PKK
yang menjadi tanggung jawabnya
o Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan
dan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
o Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
o Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang dan
PN
lain
42
o Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan prima kepada semua
pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
o Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas.
Tugas Pokok Assosiate Nurse (AN) :
o Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap
o Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
o Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
o Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
o Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
o Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan
mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
o Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Uraian Tugas Assosiate Nurse (AN):
o Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai
serah terima operan tugas jaga.
o Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas pagi.
o Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawab dan
ada
bukti di rekam keperawatan.
o Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan.
o Melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada PN.
o Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan.
o Menerima keluhan pasien dan keluarga dan berusaha untuk mengatasinya.
o Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung
jawabnya.
o Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien
yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan.
o Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi/perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
kepada PN dan ada bukti di rekam keperawatan
o Bila PN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam satu group yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru.
43
o Mengikuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin
o Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
o Melaksanakan tugas PN pada sore, malam, dan hari libur
o Berkoordinasi dengan Pj tugas jaga apabila ada kesulitan tentang pelayanan
o Bertanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam Billing System.
Tanggung Jawab Assosiate Nurse (AN):
o Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan
keperawatan
o Kebenaran dan ketepatan pelayanan dan asuhan keperawatan yang komprehensif
dan
prima
o Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
o Kebenaran isian rekam keperawatan
o Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga
o Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
Wewenang Assosiate Nurse (AN) :
o Memeriksa kelengkapan dan alat yang diperlukan
o Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas
o Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan bagi
pasien baru pada saat PN tidak bertugas sore, malam, dan hari libur
o Melakukan asuhan keperawatan pasien
o Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan Perawat Primer (PN)

Tabel 34. Kajian Organizing di Ruang Dahlia 5


RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
N
o
Standar
Dilakukan
Ya Tidak Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembagian Tugas
Pendelegasian Tugas
Koordinasi Tugas
Pengaturan/Manajemen Waktu
Pengaturan dan pengendalian situasi tempat
praktek
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi klien

44
7. Pengembangan MPKP dengan MPM
Pelaksanaan Tugas
1. Pelaksanaan tugas Kepala Ruang
Keperawatan
2. Pelaksanaan tugas Primary Nurse
3. Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse
Hubungan Profesional
1. Hubungan Profesional antara Staf
Keperawatan dengan Pasien
2. Hubungan Profesional Antar Staf
Keperawatan
3. Hubungan Profesional/Kemitraan
Antara Staf Keperawatan Dengan
Dokter/Tim Kesehatan Lain
4. Hubungan Profesional Antara Staf
Keperawatan Dengan Peserta Didik
Dengan MPM
5. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga
(operan)
6. Pelaksanaan Meeting Morning
7. Pelaksanaan Pre Conference
8. Pelaksanaan Post Conference
9. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
10. Pelaksanaan informasi pasien baru

Untuk komunikasi
terapeutik belum
dilakukan secara
maksimal.
Jumlah 18 1
Ya = 94,73% ; Tidak = 5,26%
Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara, didapatkan
bahwa organizing di Dahlia 5 dapat berjalan dengan sangat baik (94,73%). Proses
pengorganisasian yang termasuk pada penerapan MPKP dengan MPM mulai
dilakukan akan
tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu melakukan komunikasi
secara
45
maksimal, karena komunikasi teraupetik akan lebih membuat hubungan antara
perawat dan
pasien lebih terjalin.
Tabel 35. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Variabel Yang Dinilai Observasi
Ya Tdk
1. Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja

2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN


3. Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan ruangan
yang ada pada hari tersebut termasuk laporan permasalahan
dinas malam

4. Kepala Ruang melakukan meeting morning untuk


menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali dan diakhiri
dengan doa

5. Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan


kemampuan dan beban kerja.

6. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan AN


7. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal

8. Memberikan reinforcement positif kepada semua staf termasuk


pada saat mengakhiri meeting morning kepada dinas malam
dan dinas pagi

9. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan


dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien akan
pulang
10. Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga sore, malam,
libur

11. Berperan serta sebagai konsultan


12. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff melalui daftar
hadir yang ada di ruang

13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga


14 Mengadakan CNE ( Continuing Nursing Education)
Jumlah 14 0
100%
Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas
kepala ruang tergolong dalam kategori sangat baik (100%). Kepala ruang dinilai
sudah
46
optimal dalam melakukan pembagian tugas, menindaklanjuti laporan permasalahan
pasien
dan ruangan, memfasilitasi serta mendukung kelancaran tugas PN dan AN.
Tabel 36. Pelaksanaan Tugas PN di Ruang Dahlia 5
RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No Tugas PN Observasi
Ya Tdk
1. Bertugas pada pagi hari
2. Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas
malam
3. Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi
pasien segera setelah selesai operan tugas jaga malam

4. Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan akhir


tugas dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam

5. Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam


grupnya setiap awal dinas pagi

6. Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan


dan beban kerja

7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa


dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang
menjadi tanggung jawab ada bukti di rekam keperawatan

8. Memonitor dan membimbing tugas AN


9. Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien

10. Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan


keperawatan yang dilakukan oleh AN yang ada di bawah
tanggung jawabnya

11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan


yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada
bukti dalam rekam keperawatan

12. Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan


menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya

13. Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang


tugas jaga berikutnya
14. Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang
akan merawat selama pasien dirawat atau kepada
pasien/keluarga baru

15. Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore malam libur


47
16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ ruang bila pagi hari
tidak bertugas

17. Menyelenggarakan diskusi kasus dengan dokter dan tim kes.


lain setiap minggu

18. Menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin


keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali

19. Melakukan bimbingan klinik keperawatan kepada AN


minimal seminggu sekali (ronde keperawatan/ bed side
teaching)

20. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas


Jumlah 19 1
Persentase
Ya = 95% Tidak
= 5%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas PN pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas PN tergolong dalam kategori sangat baik
(95%).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama melakukan evaluasi hasil kepada
setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam
rekam
keperawatan.
Tabel 37. Pelaksanaaan Tugas AN di Ruang Dahlia 5
RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No Tugas AN Observasi
Ya Tdk
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan
kepada AN yang ada dalam satu grup

2. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien


segera setelah selesai operan setiap pasien

3. Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang


dilakukan setelah selesai serah t-=erima operan tugas jaga

4. Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap awal tugas


5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam


keperawatan

7. Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada


PN

48
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya

10. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien


yang menjadi tanggung jawabnya

11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien


yang menjadi tanggung jawabnya

12. Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN pada setiap


akhir tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PN

13. Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup
yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru

14. Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore malam libur


15. Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada
masalah pasien pada sore malam libur

16. Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap


seminggu sekali

17. Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di


ruangan

18. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN


Jumlah 17 1
Persentase 94,4%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tugas AN pada tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas AN tergolong dalam kategori sangat baik
(94,4%). Hal
yg perlu ditingkatkan seperti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di
ruang
belum dilakukan.
Tabel 38. Pelaksanaaan Tugas antar staff keperawatan dengan pasien
di Ruang Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No
Hubungan Profesional Antar staff Keperawatan dengan
Pasien atau Keluarga
Observasi
Ya Tdk
1. Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang
ada di ruangan setiap awal tugas

49
2. PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang menjadi
tanggung jawabnya segera setelah menerima operan
tugas setiap pasien.

3. PN menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang


berlaku kepada setiap pasien atau keluarga baru

4. PN memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan


merawat selama pasien dirawat di RS

5. PN atau AN melakukan visit atau monitoring pasien


untuk mengetahui perkembangan atau kondisi pasien

6. PN memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau


program pengobatan sesuai wewenang dan tanggung
jawabnya.

7. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PN atau


AN memberikan penjelasan atas tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien atau keluarga

8. Kesediaan PN atau AN untuk menerima


konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya

9. Pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau perawat


yang bertanggung jawab selama ia dirawat dan ditulis
pada papan nama pasien.

10. PN atau AN memberitahu dan mempersiapkan pasien


yang akan pulang.

Jumlah 9 1
Persentase 90%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf
keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori sangat baik (90%). Setelah
dilakukan
validasi dengan pasien maupun keluarga pasien ada beberapa pasien yang tidak
mengetahui
nama perawat yang bertanggungjawab merawat.
Tabel 39. Tugas Antar Staf di Ruang Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito
tanggal 28-30 Desember 2015
No Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan Observasi
Ya Tdk
50
1. Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan
rutin Karu minimal 1x/minggu

2. PJ Ru Kep mengadakan petemuan rutin dengan seluruh


staf kep minimal sebulan sekali

3. Karu mengadakan pertemuan rutin dengan PN minimal


1x/minggu

4. PN mengadakan pre dan post conference pada setiap awal


dan akhir jaga pagi

9. PN menerima serah terima dari AN yang tugas jaga


sebelumnya

6. PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN pada


tugas jaga berikutnya.

7. AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga


sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.

8. PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam


pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana
keperawatan.

9. AN melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal


pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

10. PN membuat laporan tugas pada PJRu Kep setiap akhir


tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan
yang ada.

11. PN melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement dengan


AN setiap hari

12. AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada


13. PPJr menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL
Jumlah 12 1
Persentase Ya = 92,3% ;
Tidak = 7,7%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf
keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori sangat baik (84,6%).
Permasalahan tugas
antar staff yang ditemui adalah belum optimalnya pertemuan rutin Karu dengan PN
minimal
1x/minggu dan belum terlaksananya motivasi/bimbingan/reinforcement dengan
AN setiap
hari.
Tabel 40. Pelaksanaaan profesional/kemitraan antara staf keperawatan
dengan
dokter/tim kesehatan lain di Ruang Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30
Desember
2015
51
No
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar staf
Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain
Observasi
Ya Tdk
1. PN atau AN melakukan visite bersama dengan
dokter/tim kesehatan lain yang merawat

2. PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim


kesehatan minimal 1x/minggu.

3. Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim


kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik.

4. PN atau AN dapat segera memberikan data pasien yang


akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim
kesehatan lain bila dibutuhkan.

5. PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana


hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan
program kolaborasi.

6. Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam


keperawatan sebagai sarana hubungan profesional
dalam rangka program kolaborasi.

7. Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap


pasien siapa PN yang merawat.

8. PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi


pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain.

Jumlah
44
Persentase Ya = 50% ;
Tidak = 50%
Analisa Data
Berdasarkan observasi pelaksanaan hubungan profesional/kemitraan antara staf
keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain, didapatkan hasil skor cukup (50%).
Beberapa
hal yang perlu ditingkatkan antara lain hubungan profesional/kemitraan dengan
dokter/tim
kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik, PN/AN menggunakan
rekam medik
sebagai sarana hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi,
dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana
hubungan
profesional dalam rangka program kolaborasi, serta dokter/Tim kesehatan yang lain
mengetahui setiap pasien siapa PN yang merawat.
Tabel 41. Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning dalam Melaksanakan MPM
di Ruang
Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
Variabel yang dinilai Observasi Ket
52
N
o
Ya Tdk
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan
meeting morning

2. Didahului dengan berdoa


3. KaRu memberikan arahan kepada staf dengan
materi yang telah disiapkan sebelumnya

4. KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah


disampaikan kepada staf

9. Memberikan kesempatan staf untuk


mengungkapkan permasalahan yang muncul di
ruangan

6. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan


masalah yang dapat ditempuh

7. KaRu memberi motivasi dan reinforcement


kepada staf

8. Meeting morning diikuti oleh seluruh staff


Jumlah 8 0
Persentase 100%
Analisa Data
Dari hasil observasi meeting morning dilakukan setiap pagi dan hasilnya tergolong
dalam kategori sangat baik (100%).
Tabel 42. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No Variabel Yang Dinilai Observasi
Ya Tdk
Perawat pemberi operan menyiapkan tempat untuk
operan

Perawat pemberi operan menyiapkan rekam medis


yang telah diisi dengan rekam keperawatan yang
lengkap sesuai shift jaga

Kepala ruang/PN/AN memimpin operan diawali doa


bersama
Perawat mengoperkan status kesehatan pasien dengan
cara membacakan rekam keperawatan

Perawat mengoperkan nama pasien, diagnose medis


dan masalah keperawatan

53
Perawat mengoperkan tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi yang telah dilakukan beserta hasil dan
waktu pelaksanaan

Perawat menyebutkan perkembangan/kondisi fisik


pasien yang terjadi selama shift

Perawat menyebutkan rencana tindakan keperawatan


mandiri dan kolaborasi yang akan dilakukan dan waktu
pelaksanaan

Perawat penerima operan melakukan pengecekan


kelengkapan dokuman asuhan keperawatan

Perawat penerima operan mencatat hal-hal yang


dioperkan untuk setiap pasien dalam buku peran tugas

Perawat pemberi dan penerima operan melakukan


kunjungan pasien dalam rangka klarifikasi kan
konfirmasi

Perawat yang mengoperkan menginformasikan kepada


pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya
Perawat penerima operan memberi salam kepada
pasien/keluarga serta mengenalkan diri dengan
komunikasi yang baik

Perawat pemberi dan penerima operan menandatangani


buku operan tugas

Pemberi dan penerima operan saling memberikan


reinforcement

Ka Ruang/PN/AN/ menutup operan dengan baik


Jumlah 14 2
Persentase
Ya = 87,5% ;
Tidak = 12,5%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori sangat baik (87,5%). Beberapa
hal yang
belum ditemui diantaranya yaitu perawat pemberi operan menyiapkan rekam medis
yang
telah diisi dengan rekam keperawatan yang lengkap sesuai shift jaga, serta Perawat
mengoperkan status kesehatan pasien dengan cara membacakan rekam
keperawatan.
Tabel 43. Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito
tanggal 28-30 Desember 2015
No Variabel Yang Dinilai Observasi Ket
Ya Tdk
54
1. PN menyiapkan ruangan/tempat
2. PN menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
Operan
dilakukan
dengan buku
bantu, buka
rekam medis
pasien
3. PN menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference PN belum
menyampaika
n maksud dan
tujuan preconference.
4. PN memandu pelaksanaan pre conference
5. PN menjelaskan masalah keperawatan pasien,
keperawatan dan rencana keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya

6. PN membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan


yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan
kerja

7. PN Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan


asuhan pasien/tindakan

8. PN memotivasi untuk memberikan tanggapan dan


penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

9. PN mengklarifikasi kesiapan AN untuk


melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
10. PN Memberikan reinforcement positif pada AN
11. PN Menyimpulkan hasil pre conference
Jumlah 9 2
Persentase
Ya = 81,81% ;
Tidak = 18,18%
Analisa Data
Hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pre conference dilakukan belum
optimal. Pelaksanaan pre conference dalam kategori sangat baik (81,81 %). PN
tidak
menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference, selainitu pre conference tidak
menggunakan rekam medis pasien namun dengan buku bantu pre conference.
Tabel 44. Pelaksanaan Post Conference di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito
55
tanggal 28-30 Desember 2015
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tdk
1. PN menyiapkan ruang/tempat √
2. PN menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggung jawabnya

3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference √
4. PN menerima penjelasan dari AN tentang hasil tindakan
/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan AN

5. PN mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan askep pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalahnya

6. PN memberikan reinforcement pada AN √
7. PN menyimpulkan hasil post conference √
8. PN mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas
jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)

Jumlah 5 3
Persentase 5/8X 100 %
= 62,5%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pelaksanaan post conference
diperoleh data bahwa kegiatan tesebut termasuk kategori baik (62,5 %). Saat
observasi dilakukan, PN tidak menyiapkan rekam medis untuk kegiatan post
conference, menjelaskan tujuan pelaksanaan post conference, PN tidak
memberikan
reinforcemet pada AN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan salah
satu perawat didapatkan bahwa post conference selalu dilakukan namun tidak selalu
dihadiri oleh PN.
Tabel 45. Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Orientasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
56
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan
penerimaan dan pemberian orientasi pasien baru tergolong dalam kategori sangat
baik (93,3
57
No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Menyiapkan ruangan untuk pasien baru √
2. Mengidentifikasi data pasien baru √
3. Melaksanakan serah terima pasien baru √
4. Mengantarkan pasien baru ke kamar pasien sesuai kelas
perawatan

B. Orientasi
1. Memberi salam dengan sopan dan memperkenalkan diri pada
keluarga

2. Menjelaskan tujuan orientasi pasien baru √
C. Kerja
1. Memberitahukan kepada keluarga nama ruangan, kamar dan
kelas pasien dirawat

2. Mengenalkan dan menjelaskan cara penggunaan fasilitas yang
ada di ruangan (nursing call, tempat tidur, almari meja pasien,
kamar mandi pasien, wastafel, tempat linen kotor, jemuran
handuk, dll sesuai fasilitas yang ada)

3. Menjelaskan prosedur pembuangan sampah:
Sampah non medis (ember dengan plastik hitam)
Sampah medis (ember dengan plastik kuning)

4. Memberi tahu tempat jaga perawat (nurse station) bila sewaktuwaktu
memerlukan.

9. Mengklarifikasi kejelasan orientasi yang telah diberikan √
D. Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan √
2. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga dan rencana
pertemuan selanjutnya

3. Memberi reinforcement positif (terima kasih, semoga lekas
sembuh, dsb) dan mengakhiri orientasi dengan salam

E Dokumentasi
1. Melakukan dokumentasi penerimaan dan orientasi pasien baru di
blangko rekam medik yang telah tersedia

Jumlah 14 1
Persentase 14/15x100%=
93,3 %
%). Tata cara penerimaan dan pemberian orientasi pasien baru sudah baik namun
belum dilakukan secara optimal sesuai prosedur yang ada. Perlu ditingkatkan terkait
pemberitahuan simpulan hasil kegiatan saat mengorientasi dan menerima pasien
baru.
Tabel 46. Pelaksanaan Penerimaan dan Pemberian Informasi Pasien Baru
di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No Kegiatan Observasi
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1 Mengumpulkan data pasien (nama, kelas, status:
umum, askes, jamkesmas, dll)

2 Menyiapkan tempat untuk memberikan informasi √
3 Menyiapkan media (leaflet) dan blangko bukti
pemberian informasi pasien baru

B. Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum √
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran perawat) √
3 Mengajak pasien/ keluarga ke tempat yang telah
disiapkan

4 Mempersilahkan pasien/ keluarga untuk duduk
berhadapan dengan perawat

5 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien/
keluarga

6 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga √
7 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan √
8 Menjelaskan tujuan kegiatan √
9 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan pemberian informasi baru

C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk
mengklarifikasi informasi

2 Melakukan pemberian informasi baru, antara lain:
a. Menjelaskan materi informasi yang akan diberikan √
b. Menjelaskan petugas yang akan merawat √
c. Menjelaskan waktu konsultasi √
d. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/ keluarga √
e. Menjelaskan peraturan dan tata tertib √
1) Tarif pelayanan √
2) Tata tertib penunggu dan pengunjung √
3) Pedoman administrasi pasien pulang/pindah √
58
bangsal
- Pasien umum
- Pasien ASKES/ PNS
- Pasien Jamkesmas
- Pasien Astek/ Jamsostek
(1) Menjelaskan bahwa perkembangan kondisi dan
rencana perawatan pasien akan disampaikan oleh
PN setiap pagi atau sewaktu-waktu bila
diperlukan

(2) Menjelaskan perencanaan perawatan lanjutan
(discharge planning)

(3) Menjelaskan fasilitas ruang rawat √
3 Mengklarifikasi kejelasan pasien/ keluarga terhadap
informasi yang telah disampaikan

D. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan √
2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/
keluarga (terima kasih atas kpercayaan dan
kerjasamanya, semoga lekas sembuh, dsb)

3 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/ keluarga
dan rencana pertemuan selanjutnya

4 Mengakhiri kegiatan dengan salam √
E. Dokumentasi
1 Perawat dan pasien/ keluarga menandatangani bukti
pemberian informasi pasien baru pada blangko rekam
medik yang telah tersedia

Jumlah 25 5
25/30x100%= 83,3%
Analisa Data
Berdasarkan observasi, pelaksanaan pemberian informasi pasien baru termasuk
dalam kategori sangat baik (83,3 %). Penerapan tahap orientasi dan kerja kurang
optimal dilakukan. Hal yang belum dilaksanakan di antaranya adalah menanyakan
perasaan klien/keluarga, menjelaskan kontrak waktu yang dibutuhkan dalam
pemberian informasi pasien baru, menjelaskan waktu konsultasi, menyimpulkan
hasil
kegiatan dan memberikan reinforcement positif pada keluarga..
Tabel 47. Pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang (Discharge Planning)
di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
No Kegiatan Pelaksanaan
59
Ya Tidak
A. Pre Interaksi
1. Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan dan
pengetahuan pasien/keluarga.

2. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan pasien di rumah √
3. Membuat rencana interaksi √
4. Menyiapkan tempat untuk memberikan discharge planning √
5. Menyiapkan bahan untuk pemberian discharge planning
(pedoman pemberian discharge planning, leaflet), surat kontrol,
surat pulang, obat-obatan.

B. Orientasi
1 Memberi salam dengan senyum √
2 Memperkenalkan diri (nama dan peran) dan menjelaskan tugas
perawat (KaRu/ PN/ PjTj)

3 Menanyakan perasaan pasien/ keluarga √
4 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan √
5 Menjelaskan tujuan kegiatan √
6 Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
pemberian discharge planning

C. Kerja
1 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga untuk klarifikasi
informasi yang telah disampaikan

2 Menjelaskan informasi discharge planning secara urut sesuai
pedoman:
a. Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut di rumah √
b. Penyuluhan/ pendidikan kesehatan:
- Cara pemakaian obat √
- Cara makan dan minum/ pengaturan diet √
- Cara pengaturan aktivitas dan istirahat √
- Lain lain : Contoh : cara perawatan luka, cara menyusui √
c. Periksa ulang / control √
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan √
4 Menanyakan kejelasan informasi discharge planning yang telah
disampaikan pada pasien/ keluarga

D Terminasi
1 Mengevaluasi pengetahuan pasien/ keluarga tentang informasi
discharge planning yang diberikan

2 Memberikan reinforcement positif pada pasien/ keluarga (terima
kasih atas kerjasamanya, dsb)

3 Mengakiri pertemuan dengan mengucapkan salam √
E Dokumentasi
1 Perawat (KaRu/PN/PjTj) dan pasien/ keluarga menandatangani
bukti pemberian discharge planning di blangko rekam medik

60
yang telah disediakan
Jumlah 20 4
Persentase 20/24 x
100%= 83,3%
Analisa Data
Dari hasil observasi, pelaksanaan Perencanaan Pasien Pulang dilakukan oleh
perawat yang bertanggung jawab pada shift jaga. Pelaksanaan Discharge Planning
termasuk dalam kategori baik (83,3%). Discharge planning dilakukan di
ruangan/kamar klien. Terkadang menggunakan tempat duduk khusus untuk
penjelasan
discharge planning. Pemberi discharge planning tidak membuat rencana interaksi,
tidak menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pemberian
discharge planning. Pemberi discharge planning kurang memberikan
reinforcement
positif pada pasien/keluarga.
Tabel 48. Hasil Rekapitulasi Evaluasi Total Penerapan MPM
di Ruang Cendena 5 RSUP dr. Sardjito
NO VARIABEL YANG DINILAI SKOR KRITERIA
1. Tugas KaRu 85,7% Baik
2. Tugas PN 90% Sangat baik
3. Tugas AN 88,9% Baik
4. Hubungan profesional staf keperawatan
dengan pasien
88,9% Baik
5. Hubungan profesional antar staf keperawatan
yang mendukung MPM
84,6% Baik
6. Hubungan profesional antar staf keperawatan
dengan dokter/tim kesehatan lain
62,5% Cukup
7. Evaluasi meeting morning 75% Cukup
8. Evaluasi pelaksanaan tugas jaga (operan) 80% Baik
9. Evaluasi pelaksanaan pre conference 63,5% Cukup
10. Evaluasi pelaksanaan post conference 62,5% Cukup
11. Pengkajian pelaksanaan orientasi pasien baru 93,3% Samgat Baik
12. Pengkajian pelaksanaan pemberian informasi
pasien baru
83,3% Baik
13. Pengkajian pelaksanaan discharge planning 83,3% Baik
Jumlah rata-rata (%)
9) Actuating
Kajian Teori
Actuating/directing tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-
masing dengan
baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara
manajer
61
merangsang bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka
mencapai
tujuan organisasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan motivasi. Motivasi
atau
memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer merangsang
bawahannya untuk
bekerja dalam rangka mencapai sasaran organosatoris. Untuk memajukan
organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting untuk menelaah
kemampuan
individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu tugas manajer meng-upgrade,
mengadakan
training, kursus dan sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan
pengetahuannya.
Tugas kepala ruangan dalam actuating pengorganisasian (RSUP Sardjito, 2007),
meliputi:
Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien
di ruang rawat
Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan yang telah ditentukan kepada semua staf
Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan
yang tersedia untuk kelancaran pelayanan
Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan
Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah
dan mendapatkancara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik
Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf
baru/mahasiswa praktek di ruangan
Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses
ilmiah tenaga yang menjadi tanggung jawabnya
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi
Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer
dan perawatan asosiet (PN & AN)
Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk
mencapai kinerja yang optimal
Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer
(PN)
62
Tabel 49. Kajian Data Actuating di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30
Desember
2015
Standar Dilakukan No Ya Tidak Metode Keterangan
Pengarahan
Supervise staff
Koordinasi
Orientasi staff
Orientasi mahasiswa praktek
Orientasi pasien/keluarga
Memobilisasi sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan.
Memberi motivasi pada anggota
Membuat keputusan
Manajemen konflik
Menelaah kemampuan individu
Membimbing tenaga keperawatan
Mengadakan pertemuan berkala/sewakuwaktu
dengan staff keperawatan dan petugas
lain yang bertugas diruang rawatnya
Memberi kesempatan/ijin kepada staf
keperawatan
Mengupayakan pengadaan peralatan dan














Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Orientasi mahasiswa
dilakukan oleh CI.
KaRu memotuvasi
PN dan AN di setiap
meeting morning
Pengambilan
keputusan dan
managemem konflik
diselesaikan dengan
berdiskusi pihak
yang bersangkutan
Pertemuan rutin
ruangan dilakukan
jika ada kesempatan
Karu memberikan
ijin kepada stafnya
yang akan
meninggalkan ruang
perawatan jika ada
63
obat-obatan
Mendampingi visite dokter dan mencatat
instruksi dokter
Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya di ruang rawat menurut
tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
Mengendalikan kualitas sistem pencatatan
dan pelaporan asuhan keperawatan
Meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien di ruang rawat
Meneliti/memeriksa pengisian daftar
permintaan makanan pasien berdasarkan
macam dan jenis makan pasien
Menyiapkan berkas catatan medik pasien
Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan
yang menggunakan ruang rawatnya sebagai
lahan praktek
Memberi penyuluhan kesehatan
Melakukan serah terima pasien dan lain-lain
pada saat pergantian dinas










Observasi
Wawancara
dan observasi
Observasi
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Observasi
Observasi
acara atau kegiatan
penting.
Pengadaan peralatan
direncanakan oleh
KaRu, pengadaan
obat-obatan harian
KaRu dibantu oleh
PN dan AN
Perawat dan KaRu
mengikuti visite
yang dilakukan
dokter
Pengelompokan
pasien berdasarkan
ruang kelas
perawatan dan jenis
kelamin klien.
Selama pengkajian
dilakukan tim belum
mengamati kegiatan
penyuluhan
64
kesehatan di
ruangan
Jumlah 23 1
23/24 X 100%
= 95,8%
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Ruang dan observasi
pelaksanaan actuating didapat hasil sebesar 95,8%. Secara keseluruhan item yang
ada
dalam actuating dilakukan di Ruang Dahlia 5. Namun belum ada kegiatan
penyuluhan
kesehatan selama tim melakukan pengkajian di ruangan.
10)Controlling
Kajian Teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervisi:
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat.
Selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
Audit keperawatan
65
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu:
Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada
permasalahan
pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat
maupun dana.
Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung
guna
memastikan sasaran tercapai.
Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.
Tabel 50. Kajian Data Controling di Ruang Dahlia 5 dr. Sardjito tanggal 28-30
Desember
2015
No Standar Dilakukan Ya Tidak Metode Ket.
1. Pengawasan langsung melalui
inspeksi
√ Wawancara Pengawasan
dilakukan
saat pagi.
2. Pengawasan langsung melalui
laporan langsung secara lisan
√ Wawancara
3. Pengawasan langsung melalui
laporan tertulis
√ Wawancara
4. Pengawasan kelemahan yang ada √ Wawancara
5. Pengawasan tidak langsung
dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada
√ Wawancara Karu
mengecek
kehadiran
saat meeting
morning
6. Pengawasan tidak langsung
dengan membaca dan memeriksa
rencana keperawatan
√ Observasi
7. Pengawasan dengan mendengar
laporan dari PN mengenai
pelaksanaan tugas
√ Observasi
8. Evaluasi upaya pelaksanaan √ Wawancara
9. Membandingkan dengan rencana Observasi
66
perawatan yang telah disusun
bersama dengan PN

10. Pengawasan yang dilakukan oleh
kepala ruang :
- Sosialisasi kebijakan
√ Wawancara Sosialisasi
kebijakan
dilakukan
saat operan
dan meeting
morning
- Mengatur dan mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan
√ Wawancara
- Mengecek kelengkapan
inventaris peralatan
√ Wawancara Pengecekan
inventaris
diserahkan
kepada
pramu
husada dan
karu
melakukan
pengecekan
berkala.
- - Mengecek obat – obatan yang
tersedia
√ Wawancara
- - Melakukan supervisi √ Wawancara Karu
melakukan
pengawasan
dokumen
yang di
kerjakan oleh
perawat.
- - Menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah
ditentukan
√ Wawancara
- - Menilai siswa/mahasiswa
keperawatan
√ Wawancara
- - Melakukan penilaian kinerja
tenaga keperawatan
√ Wawancara
67
- Menilai mutu asuhan
keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri
atau koordinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan
keperawatan
√ Wawancara
Jumlah 18 0
Total % 18/18 X 100%
= 100 %
Analisa Data
Pelaksanaan controlling di Ruang Dahlia 5 dilaksanakan dengan sangat baik dengan
persentase sebesar 100%. Berdasarkan hasil wawancara secara keseluruhan proses
pengawasan sudah dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepala
ruang
juga membagi tugas kepada staf lain yang kompeten untuk membantu melakukan
pengawasan.
e. Proses Managemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan
Kajian Teori
Pendidikan dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif
dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang telah didapat
dari
pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan digunakan pada
situasi nyata dilapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktek
klinik
keperawatan (PKK) sangatlah penting.
Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung
jawabnya (Nursalam, 2002).
Rumah Sakit dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai
lahan praktek dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan
keperawatan, memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas lulusan peserta
didik
keperawatan. Dalam usaha meningkatkan ketrampilan mahasiswa keperawatan
yang
melaksanakan praktik klinik, mahasiswa mendapat bimbingan dari pembimbing
klinik RS
dan pembimbing klinik akademik. Pembimbing klinik di tetapkan melalui SK
pembimbing klinik yang dikeluarkan oleh RS, yang mempunyai beberapa
persyaratan
68
yang harus dipenuhi antara lain, persyaratan profesional, persyaratan pribadi dan
persyaratan sosial.(RSUP Dr.Sardjito, 2007).
Adapun tujuan dari bimbingan klinik RSUP DR. Sardjito terbagi antara tujuan
umun dan tujuan khusus yaitu :
Umum :
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang bermutu tinggi bagi perawat dan
semua
peserta didik keperawatan, sesuai peran dan fungsi RSUP Dr. Sardjito sebagai
rumah
sakit pendidikan.
Khusus :
Setiap pembimbing PKK dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan
jelas
dan benar sesuai dengan peran dan fungsi sebagai pembimbing praktek klinik
keperawatan.
Setiap peserta didik dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan jelas
dan
benar sesuai dengan peran dan fungsi peserta didik.
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang baik sesuai dengan
kompetensi yang
diharapkan.
1 Planning
Kajian Teori
Institusi pendidikan mengirim kerangka acuan ke bagian pendidikan dan
penelitian rumah
sakit satu bulan sebelum pelaksanaan Praktek Klinik Keperawatan (PKK),
kemudian
bagian Pendidikan dan Penelitian rumah sakit mengirim acuan praktek lengkap
meliputi :
daftar kelompok, kompetensi yang harus dicapai, jadwal praktek, blangko presensi,
blangko nilai/evaluasi, dll ke kepala instalasi dan penanggungjawab PKK ruang
rawat
yang akan dipakai sebagai lahan praktek minimal satu minggu sebelum pelaksanaan
PKK.
Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan
kompetensi yang
dikoordinasikan dengan bidang diklit.
Bagian pendidikan dan penelitian bekerjasama dengan bidang pelayanan
keperawatan dan
penanggungjawab PKK ruang rawat yang akan dipakai sebagai lahan praktek
menetapkan
lokasi PKK dan kapasitas peserta didik yang bisa praktek dilahan tersebut.
Apabila ruang PKK yang akan dituju tidak memungkinkan untuk dilakukan
PKK maka
secara tehnis Bidang Pelayanan Keperawatan melakukan koordinasi dengan Bagian
69
Pendidikan dan Penelitian serta Institusi Pendidikan untuk menetapkan kembali
lokasi
yang memungkinkan.
Peserta didik diserahkan oleh Direktur Institusi Pendidikan pada direktur RSUP
dr.
Sardjito melalui Bagian Pendidikan dan Penelitian serta Bidang Pelayanan
Keperawatan.
Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan ke RS, bagian pendidikan
menyerahkan
pelaksanaan PKK kepada bidang pelayanan keperawatan yang kemudian
menentukan
jadwal kegiatan orientasi peserta didik PKK.
Orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan kunjungan keliling RSUP
Dr. Sardjito
pada kunjungan peserta didik pertama kali, orientasi khusus dilakukan pada saat
peserta
didik masuk ke ruang rawat tempat praktek, meliputi orientasi ruang yaitu falsafah
dan
tujuan ruang perawatan, struktur organisasi tata kerja (SOTK) instalasi dan ruang
rawat,
tata tertib ruang rawat, fasilitas ruang rawat. Orientasi tugas yaitu Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) ruang rawat, standard asuhan keperawatan
sepuluh
kasus penyakit terbanyak di ruang rawat, fasilitas alat keperawatan, sistem
penugasan
peserta didik.
Bidang pelayanan keperawatan dan penanggungjawab PKK segera menyiapkan
pembimbing PKK sesuai kriteria yang telah ditetapkan masing – masing lahan
praktek.
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik
(tujuan,
kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan
praktek satu minggu sebelum pelaksanaan praktek. Waktu penjelasan sesuai
kesepakatan
pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing lahan.
Tabel 51. Kajian Planning Proses Bimbingan PKK
di Ruang DAHLIA 5 RSUP Dr. Sardjito Tanggal 21-23 Juni 2015
No
.
Standar
Dilakukan
Ya Metode Keterangan
Tida
k
1. Pemberitahuan dari
institusi ke lahan
praktek sebelum
praktek dengan
kerangka acuan lengkap

Wawancara
2. Penentuan lokasi
praktek sesuai dengan
kompetensi yang ingin
√ Wawancara
70
dicapai
3. Penerimaan dan
orientasi mahasiswa

Wawancara
4. Orientasi tugas √ Wawancara
5. Pembimbing PKK √ Wawancara
Persentase 100 %
Analisa Data
Planning proses bimbingan PKK di Ruang Dahlia berjalan dengan baik dengan
persentase
sebanyak 100%. Pemberitahuan dari institusi melalui surat resmi yang dikirim ke
ruangan
tempat praktek. Lokasi penempatan praktek disesuaikan dengan kompetensi yang
akan
dicapai dan karakteristik ruangan yang akan ditempati. Mahasiswa yang akan
praktek di
terima dan diorientasikan oleh kepala ruang atau CI atau perawat lain yang ditunjuk
oleh
kepala ruang. Kepala ruang atau CI membimbing mahasiswa dalam tugas dan
penentuan
kasus kelolaan mahasiswa.
Tabel 52. Dokumentasi Kegiatan Bimbingan PKK di Ruang Dahlia 5 RSUP
Dr
Sardjito
No
.
Jenis Dokumentasi
Ketersediaan
Ada Tidak Metode Keterangan
1 Bukti hadir
mahasiswa

Wawancara
2 Bukti Bimbingan di
Ruangan

Wawancara
dan observasi
Bukti bimbingan tercatat
di laporan askep atau
buku khusus yang
dimiliki praktikan
3 Bukti Tugas
Mahasiswa √
Wawancara Menyatu dengan bukti
bimbingan yang dimiliki
praktikan
Persentase 33,3 %
Analisa Data
Proses pendokumentasian bimbingan PKK diRuang Dahlia 5 secara keseluruhan
berjalan
dengan cukup baik dengan persentase 33,3 %. Namun berdasarkan hasil wawancara
dan
observasi dengan Kepala Ruang, belum ada bukti bimbingan dan bukti
pengumpulan tugas
untuk ruangan karena biasanya bukti tertulis tersebut sudah tercatat dalam buku
khusus yang
dimiliki praktikan
11)Organizing
KajianTeori
Penerimaan
71
Setelah Institusi Pendidikan menyerahkan pelaksanaan PKK kepada Bagian
Pelayanan Keperawatan selanjutnya Bidang Pelayanan Keperawatan menentukan
jadwal
kegiatan Orientasi peserta didik PKK.
Orientasi.
Umum:
Peserta didik diorientasikan secara bersama-sama dalam kelompok besar ke seluruh
ruangan perawatan tempat praktikan akan melaksanakan praktek klinik
keperawatan
dengan mendapat penjelasan dari pembimbing klinik rumah sakit.
Khusus:
Peserta didik diorientasikan pada ruangan perawatan dimana tempat praktikan akan
melaksanakan PKK oleh kepala ruang atau pembimbing klinik lahan praktek yang
telah
di tetapkan pihak rumah sakit. Setelah orientasi ruangan dilanjutkan dengan
orientasi
pasien yang dirawat di ruangan tersebut.
Menetapkan pembimbing klinik yang ada di ruangan perawatan
Penjelasan pelaksanaan PKK.
Institusi Pendidikan menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta didik kepada
pembimbing klinik.
Bimbingan
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang
tenaga perawat yang profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
membimbing secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan dalam :
Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka kelancaran
pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan
target pencapaian kompetensi.
Mengikutkan peserta didik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan
peserta
didik
Menfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan perawatan kepada klien.
Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan serta
memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target
kompetensi yang diharapkan.
Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik
Metode Bimbingan
72
Pre-post conference.
Dilakukan peserta didik, pembimbing akademik dan pembimbing lahan
Ronde Keperawatan.
Dilakukan setiap pagi saat operan jaga atau waktu-waktu tertentu, diikuti
pembimbing
pendidikan, pembimbing lahan dan peserta didik.
Bed side teaching.
Dilakukan peserta didik, pembimbing pendidikan, pembimbing lahan dengan
kasuskasus
tertentu/kasus prioritas.
Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik.
Dilakukan pembimbing pendidikan dan pembimbing lahan.
Bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Bimbingan dilakukan pada saat peserta didik melakukan tindakan keperawatan di
ruang rawat.
Bimbingan laporan kasus.
Bimbingan pada peserta didik pada saat pengambilan kasus kelolaan/asuhan
keperawatan.
Diskusi dan laporan individual
Diskusi dilakukan peserta didik dan pembimbing kinik tentang asuhan keperawatan
dan tindakan keperawatan terhadap pasien dan cara penulisan pelaporan.
Penugasan Peserta Didik
Laporan kegiatan harian.
Melakukan Asuhan keperawatan setiap periode rotasi dan membuat laporan
pendahuluan untuk asuhan keperawatan yang akan diambil.
Seminar.
Seminar dilakukan kelompok dengan satu kasus kelolaan.
Jurnal.
Ujian kasus.
Uraian Tugas Peserta Didik
Awal praktek.
o Mengikuti serah terima dinas.
o Mencatat dan memahami informasi yang disampaikan.
o Mengikuti kegiatan orientasi ruangan.
o Memberikan umpan balik terhadap hal-hal yang belum di pahami.
Jadwal dinas
o Mengikuti/melaksanakan dinas sesuai jadwal.
o Memberitahu pembimbing pendidikan dan lahan apabila akan cuti atau ijin.
o Apabila peserta didik tidak masuk dinas, wajib mengganti dinas sesuai dengan
aturan yang ditentukan.
o Menerima teguran/sanksi apabila berdinas tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.
Proses bimbingan.
o Mengikuti dan terlibat secara aktif dalam proses bimbingan.
o Memberi asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien.
73
o Terlibat secara aktif dalam kegiatan ruangan.
o Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan perawat dan tim
kesehatan lain yang ada di ruangan.
o Membina hubungan komunikasi yang terapeutik dengan pasien dan keluarga.
o Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan di status pasien
dengan sepengetahuan perawat ruangan.
o Meminta pengesahan pencapaian target kompetensi pada pembimbing lahan dan
pembimbing pendidikan.
Tanggungjawab Pembimbing Klinik Keperawatan
Kebenaran orientasi institusi dan tugas.
Kebenaran jadwal praktek.
Kelengkapan dan ketepatan bahan, peralatan kesehatan pasien.
Kelancaran kegiatan pendidikan.
Kebenaran dan kesesuaian bimbingan praktek.
Kebenaran dan kelengkapan laporan hasil bimbingan.
Kebenaran dan ketepatan saran dan bahan pertimbangan kepada
atasan.
Uraian Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan
Pembimbing Pendidikan/Akademik
Awal praktek:
o Menyerahkan peserta didik ke lahan praktek
o Mendampingi peserta didik pada saat pengarahan dari RS
o Mendampingi peserta didik dalam kegiatan orientasi ruangan
Jadwal dinas:
o Menentukan jadwal dinas peserta didik.
o Menginformasikan jadwal dinas peserta didik pada pembimbing klinik/lahan.
o Menerima pemberitahuan peserta didik yang sakit/ tidak masuk dari peserta didik/
pembimbing lahan.
o Menentukan apakah peserta didik dapat mengambil cuti atau tidak.
o Memberikan teguran dan sanksi pada peserta didik.
o Memonitor penggantian dinas yang dilakukan oleh peserta didik.
Proses bimbingan:
o Melaksanakan bimbingan seseuai metode bimbingan yang telah ditentukan
o Mengadakan kujungan ke ruangan dan mengikuti kegiatan ruangan minimal satu
kali dalam satu minggunya.
o Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan
sumber pengalaman kerja.
o Memonitor, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk pencapaian target
dan kompetensi.
o Memberikan reinforcement atas pencapaian target kompetensi.
o Memberikan teguran dan sanksi kepada peserta didik yang bertindak sesuai
peraturan.
74
o Membantu peserta didik dalam memilih kasus kelolaan.
o Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
o Mengecek dokumentasi di status.
o Membimbing peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.
o Memfasilitasi peserta didik untuk pencapaian target kompetensi.
o Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
Pembimbing Klinik Rumah Sakit /Lahan
Awal praktek:
o Menerima peserta didik di ruang
tempat pembimbing klinik.
o Mengorientasikan peserta didik
di ruangan meliputi: karakteristik ruangan, karakteristik pasien, protap kegiatan
ruangan.
o Menciptakan lingkungan praktek
yang nyaman bagi peserta didik.
Jadwal dinas:
o Menerima informasi jadwal dinas
dari pembimbing pendidikan dan memberikan umpan balik jika ada
ketidaksesuaian dengan situasi ruangan.
o Memonitor pelaksanaan dinas
peserta didik.
o Menginformasikan kepada
pembimbing pendidikan apabila ada peserta didik yang dianas tidak sesuai dengan
aturan.
o Menerima pemberitahuan dari
peserta didik yang sakit atau cuti.
o Memonitor penggantian dinas
yang dilakukan peserta didik.
o Menolak peserta didik yang
dianas diluar jadwal kecuali ada pemberitahuan sebelumnya.
Proses bimbingan:
o Melakukan kerjasama dengan
pembimbing pendidikan dalam rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK,
sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
o Mengikuti kegiatan bimbingan :
pre – post conference, bed side teaching, sesuai dengan metode yang telah
ditentukan.
o Mempersiapkan kelengkapan
75
bahan peralatan dan pasien yang akan dijadikan sumbe pengalaman kerja.
o Mengikutsertakan peserta didik
dalam kerja keperawatan.
o Memotivasi minat dan semangat
belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
o Memfasilitasi peserta didik saat
memberikan asuhan perawatan pada pasien.
o Mengetahui pasien kelolaan
peserta didik.
o Mengecek dokumentasi di status
pasien kelolaan peserta didik.
o Memantau pelayanan praktek
yang meliputi kemampuan, ketaatan mematuhi kebijakan rumah sakit dan institusi
pendidikan serta memberikan teguran jika terjadi pelanggaran.
o Mengarahkan dan membimbing
peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
o Mengesahkan pencapaian target
kompetensi peserta didik.
KajianData
Pengorganisasian telah dilakukan ketika peserta didik datang untuk melakukan
praktik.
Kegiatan ini dimulai dengan serah terima peserta didik dari institusi pendidikan ke
pihak RS
sebagai lahan praktik. Setelah serah terima peserta didik diorientasikan yang terdiri
dari
orientasi ruangan, staff, pasien, alat-alat, kasus-kasus yang banyak ditemukan dan
yang ada
saat ini. Mahasiswa melaksanakan praktik setelah melaksanakan orientasi.
Tabel 53. Kajian Organizing Proses Bimbingan PKK di Ruang CDahlia 5
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
Ya Tidak
1. Adanya serah terima
peserta didik
√ Wawancara
2. Penetapan
pembimbing PKK
sesuai kriteria yang
ditetapkan
√ Wawancara
3. Penjelasan
pelaksanaan PKK
√ Wawancara
4. Pembagian jadwal
dinas
√ Wawancara
dan
76
observasi
5. Penentuan sanksi bagi
peserta didik
Wawancara
6. Adanya proses
bimbingan dari
pembimbing PKK
sesuai dengan
ketentuan
√ Wawancara
Presentase 100 %
Analisa Data
Pengorganisasian bimbingan PKK dapat dikatakan sangat baik, dengan persentase
100%. Secara keseluruhan sudah dapat terlaksana dengan baik dari masing-masing
standar,
mulai dari serah terima peserta didik, penetapan pembimbing sesuai kriteria,
penjelasan
pelaksanaan PKK, pembagian jadwa dinas, penentuan sanksi bagi peserta didik,
dan adanya
proses bimbingan dari pembimbing PKK.
12)Actuating
Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang ditetapkan.
Metode bimbingan antara lain :
Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktekkan
pengetahuan yang didapat dikelas dan dilaboratorium dengan kunjungan secara
langsung
kepada pasien (RSUD Dr Sardjito, 2007). Ronde Keperawatan adalah kegiatan
yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilakukan oleh perawat
dan
melibatkan klien untuk membantu dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus
tertentu harus dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, Kepala Ruangan,
Associate Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lain
(Nursalam, 2002). Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran
klinik
keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta untuk mentransfer dan
mempraktekkan pengetahuan yang didapat dengan kunjungan secara langsung pada
klien
secara keseluruhan.
Bed side teaching
77
Bed site teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh pembimbing
klinik disamping pasien (RSUP Dr Sardjito, 2007). Bedside teaching melibatkan
hal
bagaimana melakukan suatu prosedur atau penugasan, bagaimana menggunakan
peralatan
atau berinteraksi dengan kilen atau orang lain. Metode ini digunakan jika peserta
didik
akan dihadapkan pada masalah yang kompleks atau memerlukan keterampilan
lanjut
sehingga resiko yang membahayakan klien dapat dihindari.
Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
Diskusi dan laporan individu
Kajian Data
Dalam kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK di ruangan, peran pembimbing
klinik
sangat besar. Pada saat dilakukan pengkajian mengenai pelaksanaan bimbingan
PKK, di
Dahlia 5 sedang tidak ada mahasiswa praktikan dari institusi lain sehingga
pengkajian data
diperoleh dari Kepala Ruang Dahlia 5 dan buku absensi/ jadwal mahasiswa praktek.
Hasil
wawancara tersebut menyatakan bahwa bimbingan yang dilakukan di Ruang Dahlia
5 kepada
mahasiswa praktikan dibagi berdasarkan jenjang studi (S1 dibimbing oleh Kepala
Ruangan
dan D3 dibimbing oleh PN). Proses bimbingan tersebut meliputi: pre conference,
post
conference, bed side teaching, bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan dan
diskusi
kasus kelolaan individu
Tabel 54. Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK
di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
N
o Standar
Dilakukan
Ya Tidak Metode Keterangan
1. Pengarahan dilakukan
sesuai dengan metode
bimbingan yang
dilakukan :
a). Pre confrence
b). Post confrence
c). Ronde Keperawatan
d). Bed side teaching
√√ √√
Wawancara Pre conference
dilakukan sekaligus
saat proses penetapan
klien kelolaan
mahasiswa.
Post conference
dilakukan sekaligus
saat pengumpulan
laporan asuhan
keperawataan klien
kelolaan klien
2. Monitoring kehadiran √ Wawancara Melalui buku
78
kehadiran praktikan
3. Monitoring kompetensi
peserta didik
√ Wawancara
4. Bimbingan pelaksanaan
tindakan perawatan :
Diskusi
Laporan individu
√ Wawancara Diskusi dan pelaporan
asuhan keperawatan
klien oleh mahasiswa
dilakukan saat
pengumpulan laporan
atau saat ada waktu
luang
Persentase 71,4 %
Analisa Data
Pelaksanaan actuating bimbingan PKK didapatkan hasil baik dengan persentase
71,4%. Proses yang perlu untuk di perbaiki adalah bimbingan ronde keperawatan
yanag
belum dilakukan di Dahlia 5. Sementara bedside teaching juga belum dilakukan
dengan
waktu tersendiri, masih bersama saat tindakan.
Tabel 55. Kajian Pelaksanaan Proses Bimbingan PKK Pre Conference
di Ruang Cendana 4 RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No
.
Variabel yang Dinilai
Hari
Pertama-
Kedua
Ya Tidak
1. Pre conference dilakukan di ruang khusus conference. √
2. Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference
dapat saling berhadapan.

3. Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang
ditunjuk.

4. Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta
conference.

5. Pembimbing klinik membuka kegiatan conference dengan
doa.

6. Pembimbing klinik memastikan/mengidentifikasi kesiapan
praktikan (kognitif, afektif, dan psikomotor).

7. Pembimbing klinik menjelaskan karakteristik ruang rawat,
staf, dan tim pelayanan kesehatan lain dimana praktikan
ditempatkan.

8. Pembimbing klinik menjelaskan tujuan keberadaan √
79
praktikan di tempat praktik.
9. Pembimbing klinik menjelaskan perilaku praktikan yang
diharapkan sesuai dengan objektif dan falsafah praktik
keperawatan klinik.

10. Pembimbing klinik menjelaskan waktu dan tempat
praktikan dapat menemui pembimbing klinik apabila
menemui kesulitan.

11. Pembimbing klinik mengkaji persiapan peserta didik untuk
menghadapi dan memberi asuhan keperawatan kepada
pasien, mulai dari aspek perencanaan (fokus pengkajian)
sampai rencana evaluasi.

12. Pembimbing klinik mengingatkan praktikan membawa
perlengkapan dasar.

13. Pembimbing memberikan kesempatan pada praktikan untuk
mendiskusikan hal-hal yang belum jelas.

14. Pembimbing klinik menutup kegiatan conference dengan
doa bersama.

Presentase 92,8 %
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan proses bimbingan PKK
preconference di Ruang Dahlia 5 masuk dalam kategori sangat baik dengan
persentase
sebesar 92,8%. Observasi pelaksanaan proses bimbingan PKK preconference
belum
dapat di observasi secara langsung dikarenakan praktikan yang ada di ruangan saat
ini
sudah menjalani hari praktik keempat. Selain itu CI yang seharusnya membimbing
praktikan sedang mengajukan cuti sehingga proses bimbingan kurang optimal.
13)Controlling
Kajian Teori
Controling yang dilakukan oleh pembimbing ruangan tarhadap praktikan
bimbingan PKK
dilakukan melalui:
Tata tertib
Observasi
Reward dan punishment
Kajian Data
Di Ruang DAHLIA 5, tempat praktikan melaksanakan bimbingan PKK controling
dilakukan oleh CI/ pembimbing klinik dibantu oleh PN atau pun perawat yang
bertugas pada
saat itu dengan mengobservasi kehadiran, jadwal dinas, keaktifan dari praktikan
selama
bimbingan PKK berlangsung dan ketercapaian target kompetensi. Sebelum proses
bimbingan
80
PKK, mahasiswa dijelaskan tentang tata tertib yang berlaku di ruangan tempat
pelaksanaan
bimbingan PKK dan memeriksa kelengkapan tugas misalnya laporan pendahuluan
yang harus
dibuat pada hari kedua di minggu I dan hari pertama di minggu selanjutnya.
Tabel 56. Kajian Controling Proses Bimbingan PKK
Di Ruang DAHLIA 5 RSUP Dr Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Standar
Dilakukan
Ya Metode Keterangan
Tida
k
1. Memonitor pelaksanaan dinas
peserta didik :
a. Tata tertib
b. Observasi
c. Reward and punishment
√ Wawancara
2. Mengetahui pasien kasus
kelolaan peserta didik
√ Wawancara
3. Mengecek dokumentasi di
status pasien kelolaan peserta
didik
√ Wawancara
4. Memberikan teguran jika
terjadi pelanggaran
√ Wawancara
Presentase 100 %
Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan controlling terhadap kegiatan bimbingan PKK berjalan dengan sangat
baik
dengan persentase sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa standar controlling
dalam
proses bimbingan PKK sudah sepenuhnya diterapkan di Ruang Dahlia 5 mulai dari
pemantauan dinas peserta didik, mengetahui pasien kasus kelolaan, mengecek
dokumentasi di
status kelolaan peserta didik hingga memberikan teguran jika terjadi pelanggaran.
7. Unsur Output
a
b Proses Managemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan
Kajian Teori
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif
dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan yang telah didapat
dari
pendidikan, baik di kelas perkuliahan maupun di laboratorium akan digunakan pada
81
situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik
klinik keperawatan (PKK) sangatlah penting.
Praktik klinik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain
dalam
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2002). Praktik klinik keperawatan merupakan
proses
transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi perawat professional. Pada fase ini
mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan
keperawatan.
Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan profesional
(intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya integrasi
berbagai
konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
klien
secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial,
konferensi,
bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan
metode
tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang akan
diambil,
implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk menggali
proses
berfikir dalam menanggapi situasi.
Pembimbing klinik memiliki peran utama bagi pelakasanaan bimbingan di
ruangan. Tugas pembimbing praktik klinik keperawatan, yaitu:
Mengorientasi mahasiswa di unit menyangkut karakteristik unit, klien, protap,
alat, dan lain-lain.
Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa.
Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam rangka mencapai
kompetensi
yang diharapkan.
Memotivasi minat dan semangat untuk peningkatan kemampuan mahasiswa.
Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan kepada pihak terkait.
Mengevaluasi bimbingan praktik yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktik mahasiswa dengan
kesatuan yang terkait.
Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit
dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktik.
Memeriksa, mengoreksi, dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan
yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan.
82
Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Mengevaluasi mahasiswa terkait pencapain kompetensi saat awal dan akhir
meliputi pelaksanaan pre dan post test saat praktik klinik keperawatan di ruangan.
Evaluasi adalah stimulasi untuk menentukan keberhasilan suatu proses kegiatan
yang dalam hal ini bimbingan PKK oleh clinical instructure (CI) terhadap
mahasiswa
yang praktik. Evaluasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus selama
kegiatan belajar mengajar. terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan sepanjang proses belajar.
Evaluasi Sumatif
Dilakukan pada akhir unit peserta belajar atau akhir proses belajar.
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat empat hal
utama yang dapat digunakan dalam menjamin mutu proses bimbingan yang
diharapkan
dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa maupun pembimbing terhadap
bimbingan
klinik yang diberikan di ruangan. Empat hal tersebut meliputi:
Dokumentasi pelaksanaan bimbingan praktik klinik yang telah dilakukan oleh
pembimbing klinik.
Persepsi mahasiswa praktik klinik keperawatan terhadap mutu bimbingan yang
diberikan pembimbing klinik melalui angket.
Kepatuhan pembimbing klinik terhadap prosedur pembelajaran yang diberikan
pada
mahasiswa praktik klinik keperawatan yaitu bed side teaching, ronde keperawatan,
pre dan post conference.
Pencapaian kompetensi mahasiswa praktik klinik keperawatan melalui
pengukuran
pre dan post test di ruangan terkait.
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai lahan
praktik dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan
keperawatan,
memiliki peran yang tidak sedikit terhadap kualitas lulusan peserta didik
keperawatan.
Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan yang
melaksanakan
praktik klinik, mahasiswa mendapat bimbingan dari pembimbing klinik RS dan
pembimbing klinik akademik. Pembimbing klinik di tetapkan melalui SK
pembimbing
klinik yang dikeluarkan oleh RS, yang mempunyai beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain, persyaratan profesional, persyaratan pribadi dan persyaratan
sosial
(RSUP Dr. Sardjito, 2007).
Adapun tujuan dari bimbingan klinik RSUP DR. Sardjito terbagi antara tujuan
umun dan tujuan khusus, yaitu:
Umum
83
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang bermutu tinggi bagi perawat dan
semua peserta didik keperawatan, sesuai peran dan fungsi RSUP Dr. Sardjito
sebagai
rumah sakit pendidikan
Khusus
Setiap pembimbing PKK dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan
jelas dan benar sesuai dengan peran dan fungsi sebagai pembimbing praktik klinik
keperawatan.
Setiap peserta didik dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan jelas
dan benar sesuai dengan peran dan fungsi peserta didik.
Terselenggaranya program bimbingan PKK yang baik sesuai dengan
kompetensi
yang diharapkan.
Kajian Data
Dokumentasi Pelaksanaan Praktik Klinik
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan RSUP Dr.
Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004 menyebutkan
pada
poin tugas pembimbing klinik keperawatan, yaitu pembimbing klinik memiliki
wewenang
untuk melaporkan hasil bimbingan ke Divisi Pendidikan dan SDM.
Ruang Dahlia 5 digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan,
namun saat dilakukan observasi pada 28-29 Desember 2015 ada mahasiswa
keperawatan
yang sedang praktik di ruang Dahlia5. Hasil wawancara dengan CI di Dahlia 5
menyebutkan bahwa kegiatan bimbingan klinik tidak didokumentasikan dalam
buku
khusus bimbingan yang dimiliki oleh bangsal, hanya terdapat buku absensi dan
buku
pembagian jadwal dinas mahasiswa. Dokumentasi juga dilakukan pada buku
praktik yang
dibawa oleh setiap praktikan.
Walaupun RSUP Dr. Sardjito adalah rumah sakit pendidikan, namun hal tersebut
bukan menjadi pengkajian utama saat akreditasi hospital teaching JCI. Sehingga
hal
tersebut tidak ditekankan untuk dijalankan setelah akreditasi berakhir.
Kepatuhan Pembimbing Klinik terhadap Prosedur Pembelajaran
Pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan RSUP
Dr. Sardjito yang disusun oleh Kelompok Kerja Keperawatan tahun 2004
menyebutkan
bahwa pre conference dan post conference dilakukan paling tidak 2 kali seminggu.
Menurut jadwal pre conference dijadwalkan pada hari Senin dan post conference
pada
hari Jumat pada minggu pertama praktik. Dari hasil wawancara dengan CI, pada 29
Desember 2015 menunjukkan metode kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
yaitu
pre conference yang dijadwalkan dilakukan pada hari pertama atau hari kedua
minggu
pertama mahasiswa praktikan masuk bangsal. Dari hasil wawancara, didapatkan
bahwa
kegiatan ronde keperawatan dan bedside teaching tidak pernah dilakukan.
84
Pencapaian Mahasiswa melalui Pre dan Post Test
Pre dan post test tidak dilaksanakan di Dahlia 5. Hal ini disebabkan karena
memang tidak ada aturan atau panduan teknis yang mengatur kegiatan tersebut.
Analisis Data
Data menunjukkan bahwa berdasarkan pemenuhan komponen mutu dari
pembelajaran
keperawatan klinik, pendokumentasian kegiatan bimbingan klinik terdapat pada
buku oleh
pembimbing klinik sendiri. Dari hasil observasi tidak ditemukan buku dokumentasi
bimbingan PKK. Dokumentasi hanya menggunakan buku absensi praktik
mahasiswa dan
pembagian jadwal dinas serta dokumentasi yang diminta oleh institusi pendidikan
dari mana
mahasiswa berasal. Dengan demikian tidak ditemukan data tingkat pencapaian
praktikan
yang membandingkan sebelum mahasiswa belajar di Dahlia 5 dan sesudahnya.
1. Efisiensi ruang rawat
2. Kajian Teori
3. Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang
meliputi
4. (BOR, LOS, TOI, BTO)
5. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
6. BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient
7. bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI
8. (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.
9. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat
10. tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI,
2005).
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x hari perawatan
AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9
hari
(Depkes, 2005)
LOS = Lama hari perawatan x 100%
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
TOI = (jumlah tempat tidur x periode)– hari rawat
Jumlah pasien keluar
BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy
rate
and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.
BTO= Jumlah pasien keluar
Jumlah tempat tidur
Kajian Data
Tabel 66. Efisiensi Ruang Rawat
di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada Januari 2015-
November
2015
No Bulan Indikator
BOR (%) LOS (hari) TOI (hari) BTO (kali)
1 Januari 69,14 5,55 2,56 3,74
2 Februari 59,32 4,53 3,36 3,39
3 Maret 63,39 5,56 4,14 2,74
4 April 66,67 6,33 2,74 3,65
5 Mei 66,76 4,98 2,63 3,91
6 Juni 43,04 6,08 7,71 2,22
7 Juli 30,58 4,58 8,68 2,48
8 Agustus 48,25 5,86 6,36 2,52
9 September 50,43 5,16 5,34 2,78
10 Oktober 51,05 4,56 4,47 3,39
11 November 53,04 4,95 4,32 3,26
Rata-rata 54,67 5,26 4,44 34,09
Standar RSU 75-85 7-10 1-3 40-50
Keterangan Kurang dari
standar
Kurang dari
standar
Melebihi
standar
Kurang dari
standar
Sumber: Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2015-
November 2015
Analisis Data
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pemakaian tempat tidur
(BOR) di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari 2015 – November
2015
adalah 54,67 % tergolong kurang dari standar RSU yaitu 75-85%. Semakin tinggi
nilai
BOR maka semakin tinggi keuntungan rumah sakit, namun beresiko terjadinya
peningkatan hospital acquired infection (HAI) disebabkan ketiadaannya waktu
untuk
membersihkan kamar dengan maksimal. Pada bulan Januari 2015 sampai
November
2015 terdapat penurunan jumlah pasien Rawat inap di Dahlia 5 pada bulan Juni
2015.
Rata-rata hari perawatan pasien dirawat di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr Sardjito (LOS)
adalah 5,26 hari pada Januari 2015 – November 2015. Angkcea ini kurang sesuai
denagn
standar Rumah Sakit yaitu 7-10 hari. Angka LOS yang tinggi berpengaruh pula
pada
tingginya angka HAI.
TOI (Turn Over Interval) atau waktu rata-rata tempat tidur kosong. Berdasarkan
standar Rumah Sakit Umum untuk TOI adalah 1-3 hari. Pada bulan Januari 2015 –
November 2015 di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr Sardjito adalah 4,44 hari. Angka ini
melebihi standar dari Rumah Sakit yaitu 1-3 hari. Sehingga dapat dikatakan
penggunaan
tempat tidur selama tahun 2014 di ruang Dahlia 5 efisien.
BTO (Bed Turn Over) pada bulan Januari 2015 – November 2015 rata- rata di
Ruang
Dahlia 5 RSUP Dr Sardjito yaitu 34,09 kali dalam setahun. Angka ini kurang dari
standar BTO Rumah Sakit Umum yaitu 40-50 kali dalam 1 tahun. Hal tersebut juga
dikarenakan lama rawat pasien di Dahlia 5 pada bulan Januari 2015 – November
2015
kurang dari standar Rumah sakit.
f. Mutu Klinik Keperawatan
Kajian Teori
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu
peristiwa atau kondisi. Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan
satu kecenderungan system yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992). WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk
mengukur
suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Direktori Bina Pelayanan Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI, 2008). Karakteristik suatu indikator adalah:
Sahih (valid)
Dapat dipercaya (reliable)
Peka (sensitive)
Spesifik (specific)
Berhubungan (relevan)
Pada tahap pertama ditetapkan indikator mutu pelayanan keperawatan klinik
sebagai berikut:
Keselamatan pasien (patient safety)
Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain.
Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak
nyaman, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila
terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja
produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami
kepuasan.
Kecemasan
Kecemasan/ansietas adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang
tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart and Sunddeen,
1998).
Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
Pengetahuan
Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan
kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan, pemulangan, pasien dapat dipindahkan ke rumahnya sendiri atau
keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempattempat
lain di luar rumah sakit.
Bentuk kinerja klinis perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi nosokomial,
angka dekubitus, infeksi jarum infuse, dan kejadian pasien jatuh. Infeksi
nosokomial
88
adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit ata u infeksi
yang didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya
tandatanda
infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi selama 48 jam sesudah masuknya
kuman. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut. Infeksi terjadi setelah pasien dengan masa
perawatan lebih lama dari masa inkubasinya.
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur kontak,
jalur droplet, dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas kontak langsung dan tidak
langsung. Kontak langsung adalah adanya kontak fisik langsung antara jalur
penyebaran yang paling sering, misalnya melalui tangan perawat, alat medis atau
darah (DepKes RI, 2003).
Kajian Data
Selama melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di Ruang Dahlia
5di RSUP Dr. Sardjito pada 29 Juni-1 Juli 2015 didapatkan data tentang
pelaksanaan
indikator mutu klinik keperawatan adalah sebagai berikut:
Tabel 66. Indikator Mutu Klinik Keperawatan
di Ruang Dahlia 5RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2015
No Indikator Mutu Klinik
Dilakukan
Ya Tidak
1. Identifikasi pasien √
2. Komunikasi efektif (SBAR/READBACK) √
3. High alert √
4. Pencegahan infeksi √
5. Resiko jatuh √
6. High risk √
7. Kesalahan obat √
8. Surveilence √*
9. Assesment √
10
.
Nyeri √
11. Edukasi √
12
.
Personal hygiene √
89
13
.
Tranfusi √
14
.
Incision site √
Jumlah 14 0
Persentase 100% 0%
Sumber: Observasi dan Studi Dokumentasi Data Pelayanan Pasien DAHLIA
5RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2015
Tabel 67. Jumlah Total Kejadian Indikator Mutu Pelayanan IPSG
di Dahlia 5RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Tahun 2014
VARIABEL Indikator Kinerja Target Realisasi (%)
IPSG
Jumlah pasien memakai gelang
identitas
100
Jumlah pasien yang dilaporkan
menggunakan READ BACK
100
Obat high alert
a. Jumlah obat high alert
b. Jumlah obat yang ditempel
100
Penandaan mark site 100
Jumlah pasien risiko jatuh 100
Jumlah pasien risiko infeksi akibat
perawatan
- -Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. Sardjito tahun 2015
Tabel 68. Jumlah Total Kejadian Indikator Mutu Pelayanan IPSG
di Dahlia 5RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Bulan Januari - Mei 2015
VARIABEL Indikator Kinerja Target Realisasi (%)
IPSG
Jumlah pasien memakai gelang
identitas
100
Jumlah pasien yang dilaporkan
menggunakan READ BACK
100
Obat high alert
a. Jumlah obat high alert
b. Jumlah obat yang ditempel
100
Penandaan mark site 100
Jumlah pasien risiko jatuh 100
Jumlah pasien risiko infeksi akibat
Perawatan
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. Sardjito tahun 2015
Tabel 69. Jumlah Total Kejadian Indikator Mutu Pelayanan Surveilance
di Dahlia 5RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pada Tahun 2014
VARIABE
L
Indikator Kinerja Target Realisasi
Surveilance
Jumlah pasien masuk ruang
Jumlah pasien perhari
PLEBITIS
a. jumlah terpasang infus
b. jumlah kejadian plebitis
≤40/00
IADP
a. jumlah pasien terpasang CVC
b. jumlah infeksi karena CVC
b. jumlah infeksi karena IVLine/Infus
≤20/00
ISK
a. jumlah pasien terpasang kateter
b. jumlah kejadian ISK
≤50/00
DEKUBITUS
a. jumlah pasien berisiko
b. jumlah kejadian dekubitus
≤50/00
VAP
a. jumlah terpasang ventilator/ETT
b. jumlah kejadian VAP
≤7,50/00
HAP
a. jumlah hari rawat pasien
b. jumlah kejadian HAP
≤100/00
ILO (juli-desember)
a. jumlah pasien operasi bersih
b. jumlah kejadian ILO bersih
c. jumlah pasien operasi terkontaminasi
atau kotor
d. jumlah kejadian ILO terkontaminasi
atau kotor
e. jumlah seluruh pasien operasi bersih
dan kotor
f. jumlah kejadian ILO
≤2%
SEPSIS TDD TDD
TRANFUSI TDD TDD
a Jumlah pasien tranfusi darah TDD TDD
b Reaksi tranfusi darah TDD TDD
Sumber: SIMETRIS RSUP Dr. Sardjito tahun 2015
Analisis Data
Berdasarkan indikator mutu pelayanan IPSG di ruang Dahlia 5 RSUP Dr.
Sardjito dari Januari 2014 – Mei 2015 didapatkan data bahwa pengisian indikator
mutu IPSG dirasakan sudah cukup baik namun perlu diperbaiki dan ditingkatkan
kembali khususnya pada indikator mutu IPSG 2 mengenai pasien yang
menggunakan
READ BACK pada tahun 2014 menunjukkan prosentase yang sangat rendah yaitu
6,52%. Pada bulan Januari – Mei 2015 indicator mutu IPSG 2 tentang READ
BACK
mengalami peningkatan menjadi 75% yang masih jauh dari target. Indicator mutu
IPSG 4 tentang Penandaan Mark Site pada tahun 2014 menunjukkan angka 36,84%
di
mana masih jauh dari target. Sedangkan bulan Januari-Mei 2015 indikator mutu
IPSG
4 tentang Penandaan Mark Site meningkat menjadi 91,67% hampir mencapai
target.
Indikator mutu pelayanan surveilance pada tahun 2014 didapatkan data sebagai
berikut:angka kejadian Plebitis 0,940/00, IADP CVC 00/00, ISK 00/00, Dekubitus
3,410/00,
VAP 00/00, HAP0,180/00 dan untuk data ILO dari Bagian Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi dari bulan Januari – Mei tidak ditemukan data, sehingga data ILO yang
didapat hanya dari bulan Juli – Desember 2014 sebesar 0,33% Sedangkan untuk
data
surveillance dari bulan Januari – Mei 2015 menunjukkan angka kejadian Plebitis
00/00,
IADP CVC 00/00, ISK 00/00, Dekubitus 2,320/00, VAP 00/00, HAP00/00 dan untuk data
ILO 1,06% Data tersebut menunjukan sudah memenuhi target dari semua target
surveillance.
g. Penilaian Kinerja Perawat
Kajian Teori
Penilaian kinerja perawat merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Satu
pengukuran pengawasan yang digunakan oleh manager perawat guna mencapai
hasil
organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja perawat. Melalui evaluasi
regular dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manager harus dapat mencapai
beberapa tujuan. Proses penilaian kerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan
dalam
kualitas dan volume yang tinggi. Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang
umum digunakan ada 5 yaitu :
Laporan bebas
Pengurusan sederhana
Cek list pelaksanaan kerja
95
Penilaian grafik
Perbandingan pilihan (Handerson, 1984 cit Nursalam, 2002)
Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan masing-masing manager
atau penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara
membandingkan
kinerja dengan uraian deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya
setiap
akhir tahun. Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342) mempunyai
beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:
Perfomance Improvement yaitu memungkinkan pegawai dan manager untuk
mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kerja.
Compensation adjustment yaitu membantu para pengambil keputusan untuk
menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
Placement decision yaitu menentukan promosi, transfer, dan demotion
Training and development needs mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
Career planning and development yaitu memandu untuk menentukan jenis karir
dan potensi karir yang dapat dicapai.
Staffing process deficiencies yaitu mempengaruhi prosedur perekrutan
pegawai.
Informational inaccuracies and job-design errors yaitu membantu menjelaskan
apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam managemen sumber daya manusia
terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan system informasi
managemen sumber daya manusia.
Equal employment opportunity yaitu menunjukkan bahwa placement decision
tidak diskriminatif.
Eksternal challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan dan lain-lain. Biasanya
faktor ini tidak terlalu kelihatan namun dengan melakukan penilaian kerja,
faktorfaktor
eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu bagian sumbr daya
manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.
Feedback memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi
pegawai itu sendiri
Perbandingan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga kerja dalam
mengembangkan kualitas kerja pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas
96
pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan serta untuk keperluan
yang
berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan lainnya (Sastrohadiwiryo, 2002).
Unsur-unsur yang dinilai:
Kesetiaan: tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan
sesuatu yang diamalkan dan ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab
Prestasi kerja: kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya
Tanggungjawab: kesanggupan tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat
waktu serta berani mengambil resiko atas keputusan yang diambilnya atau
tindakan yang dilakukannya
Ketaatan: kesangguoan seorang tenaga kerja untuk menaati segala ketetapan
peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku kedinasan
yang diberikan atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar
larangan yang telah ditetapkan perusahaan atau pemerintah baik tertulis maupun
tidak tertulis.
Kejujuran: ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya
Kerjasama: kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama
denga
orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan hasil guna yang sebesar-besarnya
Prakarsa: kemampuan seorang tenanga kerja untuk mengambil keputusan,
langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manager
lini.
Kepemimpinan: kemampuan yang dinilai seorang tenaga kerja untuk
meyakinkan
orang lain sehingga dapat diarahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas
pokok penilaian unsur kepemimpinan yang diperuntukkan untuk mereka yang
memiliki jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.
Kajian Data
Tabel 68. Evaluasi Penilaian Kinerja Individu Perawat
di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Tahun 2015
No Standar Data Keterangan
1. IKI Telah dilakukan Dinilai berdasarkan log book harian yang dibuat
97
terakhir
dilakukan
Desember 2015
oleh perawat pelaksana. Data yang didapatkan
menunjukkan hasil sesuai target.
2. Penilaian Angka
Kredit
Ada 2 perawat
yang
mengajukan
kenaikan
pangkat
(DUPAK) untuk
kenaikan
pangkat pada
Desember 2015.
Proses penilaian angka kredit diawali dengan
perawat membuat log book per bulan yang dihitung
setiap 6 bulan. Penilaian angka kredit dilakukan
selama 6 bulan dan berhubungan dengan kenaikan
pangkat. Masa pengangkatan minimal 2,5-3 tahun.
Apabila selama 1 tahun tidak membuat log book
sampai dengan 4 tahun, maka tunjangan fungsional
diberhentikan sementara.
3. Penilaian kinerja perawat
berdasarkan kompetensi
Sudah dilakukan Dilakukan sesuai dengan peraturan kridensial.
Penilaian kinerja perawat berdasarkan kompetensi
dan telah dilakukan ujian tertulis untuk PK I, PK II,
dan PK III, dan PK IV. Ada 4 orang PK I, 5 orang
PK II, dan 5 orang PK III.
4. Penilaian kinerja
berdasarkan uraian tugas
Sudah dilakukan Dinilai dengan observasi secara langsung oleh
kepala ruang setiap hari berdasarkan Indeks Kinerja
Individu (IKI). PN dan AN juga diobservasi.
5. Penilaian kinerja
berdasarkan daftar hadir
Sudah dilakukan Daftar hadir dinilai menggunakanhand key yang
telah disediakan Rumah Sakit. Sehingga daftar
hadir tidak dibukukan.
6. Raport Sudah dilakukan Tujuan pembuatan report ini adalah untuk
mengatasi pelanggaran yang dilakukan oleh
perawat. Selama 2015 tidak ada perawat yang
melakukan pelanggaran kode etik. Report ini dapat
berupa pemotongan gaji sebesar 2,5% jika tidak
masuk kerja tanpa alasan, pengurangan 1,5 % jika
jika telat 30 - 60 menit, pengurangan 2 % jika
terlambat 1-2 jam.
Sumber: Wawancara Kepala Ruang Dahlia 5 pada 30 Juni 2015.
Analisis Data
Dari data yang didapatkan sesuai wawancara dengan Kepala Ruang Dahlia 5,
didapatkan bahwa ada dua perawat yang mengajukan kenaikan pangkat untuk tahun
2016.Penilaian kinerja berdasarkan kompetensi secara umum dilakukan sesuai
dengan peraturan kridensial. Dilakukan sesuai dengan peraturan kridensial.
Penilaian kinerja
perawat berdasarkan kompetensi dan telah dilakukan ujian tertulis untuk PK I, PK
II,
dan PK III, dan PK IV. Ada 2 orang PK I, 6 orang PK II, dan 5 orang PK III.
Penilaian daftar hadir tidak dalam bentuk buku, namun langsung masuk ke pusat
pengontrolan RS, karena penilaian ini menggunakanhand key yang telah disediakan
Rumah Sakit. Untuk daftar hadir tertulis tidak terdapat buku daftar hadir di
Ruangan/Bangsal.
Penilaian raport dibuat apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan perawat.
Selama tahun 2015. Selama 2015 tidak ada perawat yang melakukan pelanggaran
kode etik. Report ini dapat berupa pemotongan gaji pokok sebesar 2,5% jika tidak
masuk kerja tanpa alasan, pengurangan 1,5 % jika telat 30 - 60 menit, pengurangan
2
% jika terlambat 1-2 jam.
h. Kepuasan Kerja Perawat
Kajian Teori
Menurut Robbins (2001) kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum
seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas.
Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah
unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satusama lain (discrete job
elements). Jika mengacu pada George dan Jones (2002), kepuasan kerja merupakan
kumpulan feelings dan beliefs yang dimiliki orang tentang pekerjaannya.
Pengungkapan ketidakpuasan pegawai dalam 4 cara:
Respon Voice (aktif dan konstruktif, memberikan saran)
Respon Neglect (Pasive: tidak mau tahun / Destructive: membiarkan kondisi
memburuk)
Respon Exit (Destructive: karyawan keluar / Active: mencari pekerjaan baru)
Respon Loyalty (Pasive: tidak melakukan apapun / Contructive: harapan
kondisi
membaik)
Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Pon
Loyalty (Pasive : tidak melakukan apapun / Contructive : harapan kondisi
membaik).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan
nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu
yang
dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993). Peningkatan suasana kerja yang
99
kondusif serta pembri dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang
kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayanan kesehatan
lain. Kepuasan atau ketidakpuasaan seseorang dengan pekerjaan merupakan
keadaan
yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada
suatu
perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari
pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan dan
dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak baginya. Sementara setiap
pegawai
secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan (Gomes, 1995).
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan keadaan yang bersifat
individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi
tingkat
kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi
oleh
karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja.
Semakin tua usia karyawan maka lebih cenderung merasa puas karena semakin
tinggi
jenjang pekerjaan karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu
kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan
pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasan sehubungan dengan gaji,
keselamatan kerja, supervise, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja,
peluangpeluang
di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang rendah
menjadi
penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas produksi dalam
berorganisasi (Gomes, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan
seperti
ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,
emosinya tidak stabil, sering absent dan melakukan kesibukan yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang
mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran
100
yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan kadang-kadang
berprestasi lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja
(Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin
mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga
bisa mempengaruhi kesediaannya untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang
pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan
yang berorientasikan tujuan.
Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka
peningkatan kinerjanya adalah:
Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,
bakat, dan keterampilan.
Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya.
Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur,
dan sebagainya.
Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.
Namun, upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menjamin kepuasaan kerja
karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsik reawards seperti
achievement memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja daripada
faktor ekstrinsik seperti gaji.
Kajian Data
Dari hasil wawancara mendalam terhadap 6 orang perawat. Berikut hasil
wawancara
secara mendalam kepada tiga orang perawat yang bekerja di Ruang Dahlia 5 :
Tabel 69. Hasil Wawancara Kepuasan Kerja Perawat di Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2015
N
o
Faktor kepuasan kesimpula
n
Psikologi Sosial Fisik Finansial
1 Awal-awal
perawatan
merasakan stres.
Namun bekerja
selama tiga
tahun membuat
perawat
merasakan
kenyamanan
untuk bekerja,
dan memiliki
minat yang
tinggi bekerja di
Bangsal THT
ini.
Hubungan
dengan dokter:
tidak ada
kendala/ baikbaik
saja,
hubungan dengan
petugas gizi:
baik. Namun
belum puas
dengan Pramu
Husada. Hal ini
terkait dengan
jadwal dinas PH
yang hanya pagi
dan siang.
Sehingga
pekerjaan PH
yang malam
harus diambil alih
oleh perawat,
dimana perawatn
yang jaga malam
juga minim
(hanya 2 perawat)
Perawat masih belum
puas dengan kondisi
ruanagan, perawatan
mengatakan ruangan
belum layak untuk
dijadikan bangsal. Hal
ini terkait
perlengkapan dan alat,
misalnya: oksigen
yang tidak tersedia di
ruang kelas dua,
dimana pasien kelas
dua yang
membutuhkan oksigen
harus dialihkan ke
ruang kelas tiga. Hal
ini dikarenakan yang
memiliki akses
oksigen hanya ruang
kelas tiga. Selain itu
juga, ruang kelas dua
tidak dilengkapi
dengan kamar mandi
dalam.
Perawat
merasakan sudah
puas dengan
besarnya upah
yang diterimanya
PNS, terkait
tunjangan dan
remun dari
pemerintah dan
RS sudah cukup
banyak.
2 Perawat
merasakan
kenyamanan
dan menikmati
bekerja di
Bangsal Dahlia
5, pekerjaan
Adanya timbal
balik yang positif
baik dari sesama
profesi, maupun
dengan berbeda
profesi. Sehingga
operawat
Perawatan
mengeluhkan kondisi
ruangan pasien kelas
dua yang tidak
memiliki kamar
mandi di dalam, dan
tidak adanya kamar
Gaji dirasakan
sesuai dengan
beban kerja
perawat, apalagi
setelah adanya
remunerasi.
102
sesuai dengan
bakat. Perawat
mengatakan
aktif meng update
ilmu
tentang pasien
THT. Hal ini
membuat
perawat merasa
percaya diri dan
memiliki minat
yang tinggi
untuk
memberikan
asuhan
keperawatan
yang maksimal
pada pasien.
merasakan
kenyamanan saat
bekerja.
ganti yang terpisah
antara pegawai pria
dan pegawai wanita.
Hal ini dirasakan
kurang memberikan
privasi terhadap
perawat.
3 Perawat
menyatakan
nyaman saat
bekerja, sikap
terhadap
kerjaannya
baik-baik saja
dan tidak ada
kendala,
perawat
menyatakan
menikmati
pekerjaannya.
Perawatan
mengatakan tidak
ada kendala
dengan rekan
kerja sesama
profesi, dan
dengan profesi
yang lain saat
berkomunikasi
dan dalam proses
memberikan
asuhan pada
pasien. Tidak ada
kendala
hubungan anatar
perawat dan
Perawat mengatakan
sudah nyaman dengan
bangsal, tidak ada
keluhan dengan
keadaan
ruangan.Pertukaran
udara, suhu dan
pencahayaan ruangan
sudah baik. Perawat
mengatakan sudah
nyaman dengan
jadwal, pengaturan
kerja, perlengkapan
kerja dan waktu
istirahat.
Perawat
mengatakan gaji
dan tunjuangan
serta jaminan
yang dari
pemerintah sudah
sesuai dan sudah
puas, namun
tidak puas
dengan remun
dari RS, hal ini
terkait remun PK
II dan PK III
berbeda, padahal
pekerjaan PK III
mampu
103
atasannya. dikerjakan oleh
PK II.
.
Analisis Data
Berdasarkan data yang didapatkan, secara keseluruhan perawat mengatakan
kepuasan dengan pekerjaan, serta memiliki sikap yang positif terhadap
pekerjaannya.
Perawatan mengatakan menikmati pekerjaannya.
Interaksi antar perawat maupun pegawai lainnya sudah baik dan berjalan lancer,
komunikasi sudah terjalin dengan baik antara dokter-perawat-ahli gizi. Namun
perawat 1 mengeluhkan jadwal dinas peramu husada hanya pagi dan siang,
sehingga
pekerjaan peramu diambil alih perawat yang jaga malam, hal ini dikarenakan tidak
adanya peramu saat jaga malam, padahal pekerjaan pada dinas malam sama
beratnya
dengan pekerjaan pagi hari dengan jumlah perawat yang banyak. Perawat yang jaga
dinas malam biasanya hanya 2 orang.
Dua dari tiga perawat yang diwawancarai mengeluhkan keadaan ruang yang tidak
memenuhi persyaratan, misalnya: ruang kelas II yang tidak memiliki kamar mandi
dalam, tidak terhubung dengan sentral oksigen RS, tidak ada ruang ganti yang
terpisah antara perawat pria dan wanita. Privasi pegawai pria dan wanita masih
rendah.
104
Ada satu perawat yang mengeluhkan remun RS yang tidak susai terkait tanggung
jawab antar PK, masih belum baiknya remun RS, dikarena pekerjaan PK III kadang
lebih mampu dikerjakan PK II.
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN
1 Identifikasi Masalah
a Unsur Input
- Material : data peralatan lengkap
- Machine : data peralatan lengkap
- Metode : masih terdapat beberapa penyakit yang belum memiliki SAK, SAK
masih
berfokus pada 15 besar penyakit THT tahun 2009. Struktur organisasi belum
terbarui
per desember 2015, lembar balik masih perlu pembaruan.
b Unsur Proses
1 Proses asuhan keperawatan
a Instrumen A Standar Asuhan Keperawatan
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar 93,57%.
Berdasarkan data yang didapat, maka dapat dilakukan analisis sebagai
berikut: Diagnosa keperawatan secara umum sudah berdasarkan NANDA,
namun diagnosa aktual masih belum ditegakkan bersama etiologinya.
Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan belum
terukur (jika dinilai berdasarkan SMART) yang ditetapkan maksimal 1x24 jam,
namun rencana tersebut belum mampu mengukur sejauh mana masalah
terselesaikan.
e) Instrumen C
Observasi terhadap tindakan yang dilakukan di ruang Dahlia 5, rata-rata penilaian
tindakan sebesar 90,58 %. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sangat baik.
f) Kewaspadaan standar
Berdasarkan observasi kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan ratarata
tergolong dalam kategori sangat baik (85,72 %). Beberap hal seperti
penempatan tisu pengering dan penempatan sampah medis di dekat linen bersih
perlu diperhatikan ulang. Kewaspadaan standar dalam merawat pasien dengan
tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan baik.
g) Keselamatan Pasien
Pelaksanaan patient safety di Ruang Dahlia 5 dengan menggunakan indikator 9
Solusi Live Saving Patient Safety termasuk dalam kategori baik (75%). Hal yang
perlu dioptimalkan terletak pada pemberian label pada cairan infus belum semua
perawat melakukan, belum semua perawat melakukan 6 langkah cuci tangan,
belum ada papan nama di atas tempat tidur pasien, belum ada monitoring balance
cairan selama 24 jam.
106
h) Komunikasi terapeutik
Hasil observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik di Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta termasuk dalam kategori sangat baik (90,47%). Beberapa item yang
perlu mendapat perhatian pada tahap preinteraksi, yaitu Membuat rencana
pertemuan dengan klien/keluarga klien. Untuk tahap orientasi, yaitu
memperkenalkan diri dan menjelaskan, menanyakan nama panggilan kesukaan
klien/keluarga klien, dan penjelasan waktu yang dibutuhkan. Tahap orientasi
sangat penting terutama untuk membangun hubungan yang saling percaya terlebih
dahulu dengan pasiennya. Tahap terminasi yang perlu mendapatkan perhatian
adalah menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan evaluasi hasil.
14)Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
a Planning
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara kepada Kepala Ruang,
didapatkan hasil bahwa planning yang dilakukan di Ruang Dahlia 5 sudah
berjalan dengan baik.
i) Organizing
Berdasarkan data hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara,
didapatkan bahwa organizing di Dahlia 5 dapat berjalan dengan sangat baik
(94,73%).
Pelaksanaan tugas kepala ruang tergolong dalam kategori sangat baik (100%).
Pelaksanaan tugas PN pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tugas PN tergolong dalam kategori sangat baik (95%), hal yang diperhatikan
adalah evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan.
Pelaksanaan tugas AN tergolong dalam kategori sangat baik (94,4%). Hal yg
perlu ditingkatkan seperti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di
ruang belum dilakukan..
Pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan dengan pasien pada
tabel di atas mencapai kategori sangat baik (90%).
Pelaksanaan tugas antar staf di ruang dahlia 5 pada tabel di atas mencapai
kategori sangat baik (92,3%%). Permasalahan tugas antar staff yang ditemui
adalah belum optimalnya pertemuan rutin Karu dengan PN minimal
1x/minggu dan belum terlaksananya motivasi/bimbingan/reinforcement
dengan AN setiap hari.
Berdasarkan hasil observasi, persentase pelaksanaan kemitraan antar staf
keperawatan dengan dokter atau tim lain sebesar 50%. Beberapa hal yang
107
perlu untuk ditingkatkan antara lainhubungan profesional/kemitraan dengan
dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik, PN/AN
menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan profesional dalam
rangka pelaksanaan program kolaborasi, dokter/tim kesehatan lain
menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana hubungan profesional dalam
rangka program kolaborasi, serta dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui
setiap pasien siapa PN yang merawat.
Pelaksanaan meeting morning masuk dalam kategori sangat baik dengan
persentase sebesar 100%.
Pelaksanaan operan jaga dengan persentase 87,5% masuk dalam kategori
sangatbaik. Peningkatan perlu dilakukan dalam hal perawat pemberi operan
menyiapkan rekam medis yang telah diisi dengan rekam keperawatan yang
lengkap sesuai shift jaga, serta Perawat mengoperkan status kesehatan pasien
dengan cara membacakan rekam keperawatan.
Berdasarkan observasi pelaksanaan preconference didapatkan hasil sebesar
81,81% PN tidak menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference, selainitu
pre conference tidak menggunakan rekam medis pasien namun dengan buku
bantu pre conference.
Pelaksanaan post conference didapat persentase hasil sebesar 75%. Perlu
peningkatan dalam hal penyampaian tujuan dilakukannya post conference dan
saling memberikan reinforcement positif.
Pelaksanaan penerimaan dan orientasi pasien baru berjalan sangat baik dengan
persentase sebesar 93,3%. Perlu dilakukan upaya dalam mengklarifikasi
kembali informasi yang telah diberikan kepada pasien.
Kegiatan penerimaan dan pemberian informasi pasien baru diperoleh hasil
persentase sebesar 83,3%. Perlu dilakukan peningkatan dalam hal
menanyakan perasaan klien atau keluarga, menjelaskan perkiraan waktu yang
dibutuhkan, menjelaskan waktu konsultasi menyimpulkan hasil kegiatan,
memberikan reinforcement positif.
Pelaksanann discharge planning didapatkan hasil persentase sebesar 83,3%.
Perlu peningkatan dalam hal rencana interaksi, penjelasan waktu yang
dibutuhkan, memberikan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh keluarga
atau pasien dan memberikan reinforcement positif.
j) Actuating
108
Proses actuating di ruang Dahlia 5 berjalan dengan sangat baik dengan persentase
sebesar 95,8%. Kegiatan penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang belum dapat
diobservasi oleh tim selama melakukan pengkajian di ruangan.
k) Controlling
Pelaksanaan controlling baik secara langsung ataupun tidak langsung di Dahlia 5
berjalan dengan sangat baik dengan persentase hasil 100%.
15)Proses managemem bimbingan praktek klinik keperawatan
a Planning
Planning dalam kegiatan PKK berjalan dengan sangat baik dengan persentase
sebesar 100%, sedangkan kegiatan bimbingan PKK terdokumentasi cukup baik
dengan persentase 33,3%
l) Organizing
Pelaksanaan organizing PKK didapatkan persentase sebesar 100%. Secara
keseluruhan sudah dapat terlaksana dengan baik dari masing-masing standar,
mulai dari serah terima peserta didik, penetapan pembimbing sesuai kriteria,
penjelasan pelaksanaan PKK, pembagian jadwa dinas, penentuan sanksi bagi
peserta didik, dan adanya proses bimbingan dari pembimbing PKK.
m) Actuating
Proses pelaksanaan PKK berdasarkan wawancara didapatkan hasil persentse
saebesar 71,4%. Perlu untuk dilakukannya bed side teaching dan ronde
keperawatan dalam pelaksanaan bimbingan PKK.
Pelaksanaaan proses bimbingan didapatkan hasil persentase sebesar 92,8%.
n) Controlling
Berdasarkan wawancara, peaksanaan controlling PKK didapatkan persentase
sebesar 100%.
i. Unsur Output
Terkait dengan mutu bimbingan praktik klinik keperawatan, terdapat beberapa
komponen yang belum terpenuhi, diantaranya dokumentasi resmi dari kegiatan
bimbingan klinik oleh pembimbing klinik sendiri dan kegiatan pre test dan post test.
Semua dokumentasi hanya ditemukan pada buku praktik mahasiswa dan
dokumentasi
yang diminta oleh institusi pendidikan darimana mahasiswa berasal. Dengan
demikian
tidak ditemukan data tingkat pencapaian praktikan yang membandingkan sebelum
mahasiswa belajar di Dahlia 5 dan sesudahnya, sehingga perlu perbaikan melalui
pengadaan kegiatan tersebut.
109
Model bimbingan praktik adalah upaya menumbuhkan kemampuan profesional
(intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta didik melalui upaya integrasi
berbagai
konsep, teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
klien
secara komprehensif. Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial,
konferensi,
bedside teaching, observasi, ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan
metode
tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang akan
diambil,
implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk menggali
proses
berfikir dalam menanggapi situasi. Kegiatan bimbingan klinik berupa pre
conference dan
post conference sudah dilakukan, namun masih belum dilakukan secara rutin.
Sedangkan
ronde keperawatan dan bedside teaching tidak pernah dilakukan.
8. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang di peroleh selama pengkajian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 74. Prioritas Masalah Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 28 – 30 Desember 2015
N
o
Masalah
Besar
Masalah
Biaya Kesulitan
Ketersediaan
Fasilitas
Dampak Total
UNSUR INPUT
1 Masih terdapat
beberapa penyakit
yang belum
memiliki SAK,
SAK masih
berfokus pada 15
besar penyakit
THT tahun 2009
4 3 3 4 5 19
2 Struktur
organisasi belum
terbarui per
desember 2015,
Lembar balik
informasi pasien
baru masih perlu
pembaruan.
3 3 3 4 4 17
3 SPO belum
terbarui April
4 3 3 4 4 18
110
N
o
Masalah
Besar
Masalah
Biaya Kesulitan
Ketersediaan
Fasilitas
Dampak Total
2007.
UNSUR PROSES
4 Perlunya
pelaksanaan
bedside teaching
dan ronde
keperawatan pada
proses bimbingan
PKK
4 3 3 3 3 16
5 Belum optimalnya
penerapan hand
hygiene perawat
baik dengan
kontak
lingkungan dan
menyentuh pasien
4 4 3 4 4 19
6 Belum
tersedianya leaflet
discharge
planning untuk
dibawa pulang
oleh pasien.
3 3 4 3 4 17
UNSUR OUTPUT
7 Dokumentasi
bimbingan PKK
dan belum
optimalnya
pelaksanaan
bimbingan PKK
2 3 3 4 3 15
8 Pasien/keluarga
belum
mendapatkan
informasi tentang
2 4 4 4 4 18
111
N
o
Masalah
Besar
Masalah
Biaya Kesulitan
Ketersediaan
Fasilitas
Dampak Total
7 benar pemberian
obat dari perawat
kepada
pasien/keluarga
9 Belum
terlaksananya
DRK di Ruang
Dahlia 5
2 4 3 4 4 17
Keterangan:
1. Besar masalah
1 = masalah sangat kecil
2 = masalah kecil
3 = masalah sedang
4 = masalah besar
5 = masalah sangat besar
2. Biaya
1 = biaya sangat mahal
2 = biaya mahal
3 = biaya sedang
4 = biaya murah
5 = biaya sangat murah
3. Tingkat kesulitan
1 = sangat sulit
2 = sulit
3 = sedang
4 = mudah
5 = sangat mudah
4. Ketersediaan fasilitas
1 = fasilitas sangat sulit didapat
2 = fasilitas sulit didapat
3 = fasilitas didapat
112
4 = fasilitas mudah didapat
5 = fasilitas sangat mudah didapat
5. Dampak
1 = dampak sangat sedikit
2 = dampak sedikit
3 = dampak sedang
4 = dampak banyak
5 = dampak sangat banyak
113
9. Planning of Action
Tabel 75 . Planning of Action
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Sasaran/tujuan Target Yang
terlibat
Waktu
pelaksanaan
PJ
INPUT
1 3 SAK Disfagia,
Massa colli,
abses
mandibula,
rinosinusitis
kronik penyakit
belum tersedia
Menyusun SAK a. Melakukan
koordinasi dengan
bagian THT
b. melakukan
koordinasi dengan
KaRu, PN dan AN
c. mengumpulkan
materi dari KaRu
dan PN
d. mencari literature
e. menyusun SAK
yang belum ada
f. melakukan
konsultasi dengan
PN dan KaRu
g. menggandakan
SAK
h. menyosialisasikan
SAK bersama
SAK tersusun SAK tersusun
100%
Kepala Ruang,
PN, KFK
4-8 Januari
2015
Evita
114
KaRu dan PN
2 Bagan struktur
organisasi yang
ada di ruangan
Dahlia 5 belum
diperbaharui.
Membuat papan
bagan struktur
orgaisasi
a. Melakukan
koordinasi dengan
bagian SDM dan
Administrasi
IRNA 1
b. melakukan
koordinasi dengan
KaRu
c. membuat bagan
struktur organisasi
terbaru sesuai
ketentuan
d. mencetak bagan
struktur organisasi
Papan bagan
struktur
organisasi
tersedia
Bagan struktur
orgaisasi
tersusun 100%
PJ SDM dan
ADM, Kepala
ruang Dahlia 5
4-8 Januari
2015
Riza
3 Ruang Dahlia 5
sudah memiliki
lembar balik
sebagai salah
satu media
informasi untuk
Menyusun lembar
balik
a. melakukan
koordinasi dengan
KaRu, PN, AN
b. menyusun kontenkonten
sesuai
kebutuhan
Media edukasi
berupa lembar
balik tersusun
Media edukasi
tersusun 100%
Kepala Ruang,
PN, AN
4-8 Januari
2015
115
klien namun
belum
diperbarui.
informasi pasien
c. pembuatan media
pendukung
edukasi pasien
d. sosialisasi media
edukasi pada
perawat ruang
Dahlia 5
e. observasi
pengoptimalan
edukasi di ruang
Dahlia 5
4 SPO Dahlia 5
belum
diperbarui (thn
2007)
Menyusun
SPO/Merevisi SPO
a. Melakukan
koordinasi dengan
bagian THT
b. melakukan
koordinasi dengan
KaRu, PN dan AN
c. melakukan
konsultasi dengan
PN dan KaRu
SPO tersusun SPO tersusun
100%
Kepala Ruang,
PN, KFK
4-8 Januari
2015
Ulfa
116
terkait apakah ada
yang kurang dari
SPO
d. menyosialisasikan
SPO bersama
KaRu dan PN
PROSES
4 Belum
optimalnya
pelaksanaan
bedside teaching
/ ronde
keperawatan
pada proses
bimbingan PKK
Mendampingi
pelaksanaan
bedside teaching /
ronde keperawatan
1. Koordinasi dengan
Karu dan
pembimbing klinik
(CI)
2. Konsultasi
pedoman
pelaksaan ronde
keperawatan,
bedside teaching
mahasiswa yang
baru masuk Dahlia
5
3. Memberikan
petunjuk pengisian
buku dokumentasi
CI dan
mahasiswa PKK
melaksanakan
bedside
teaching / ronde
keperawatan
Bedside
teaching /
ronde
keperawatn
terlaksana
Karu, CI,
mahasiswa PKK
4-8 Januari
2015
Hani
5 Belum Memfasilitasi 1. Koordinasi dengan Petugas dapat Penerapan Seluruh
petugas 4-8 Januari Ulfa
117
optimalnya
penerapan hand
hygiene perawat
baik dengan
kontak
lingkungan dan
menyentuh
pasien
pengadaan
kelengkapan alat
cuci tangan
pihak PPI
2. Koordinasi dengan
pengadaan barang
3. Memfasilitasi
ruangan dengan
pengadaan poster
cuci tangan
4. Membiasakan untuk
melakukan jargon
tentang cuci tangan
optimal dalam
menerapkan
hand hygiene
hand hygiene
terlaksana
di Dahlia 5 2015
6 Belum
tersedianya
leaflet discharge
planning untuk
dibawa pulang
oleh pasien.
Pembuatan leaflet
discharge planning
1. Koordinasi dengan
petugas terkait
2. Melakukan
pengadaaan leaflet
discharge planning
Pembuatan
leaflet discharge
planning
Pengadaan
leaflet
terlaksana
Keluarga pasien 4-8 Januari
2015
Rizky
OUTPUT
7 Belum
optimalnya
kegiatan
bimbingan PKK
berupa proses
bimbingan,
dokumentasi
- Dokumentasi
bimbingan PKK
- Pre test dan post
test
1. Koordinasi dengan
Karu dan
pembimbing klinik
(CI)
2. Membuat pedoman
pelaksanaan, pre
dan post test
- CI di Ruang
Dahlia 5 an
memberikan
pre dan post
test praktikan
baru
- Mahasiswa
- Pelaksaan pre
dan post test
mahasiswa
terlaksana
- Terdapat
dokumentasi
bimbingan
- CI
- Mahasiswa
praktikan
baru
4-8 Januari
2015
118
kegiatan
bimbingan
mahasiswa
pratikan yang baru
masuk
3. Konsultasi
pedoman
pelaksaan ronde
keperawatan,
bedside teaching
pre dan post test
mahasiswa yang
baru masuk Dahlia
5
4. Mendampingi
pelaksanaan pre
dan post test
mahasiswa baru
5. Memberikan
petunjuk pengisian
buku dokumentasi
6. Merefleksi
pelaksanan, pre
dan post test
PKK mengisi
buku
dokumentasi
bimbingan
PKK
119
praktikan
8 Pasien/keluarga
belum
mendapatkan
informasi
tentang 7 benar
pemberian obat
dari perawat
kepada
pasien/keluarga
9 Belum
terlaksananya
DRK di Ruang
Dahlia 5
Diskusi Refleksi
Kasus (DRK)
1. Konsultasi dengan
Ka.Ru dan PN
2. Konsultasi dengan
KFK Bedah Mulut
3. Diskusi dengan
residen bedah
4. Perencanaan
pelaksanaan
kegiatan
Perawat di
Ruang Dahlia 5
RSUP Dr.
Sardjito
DRK
dilakukan 1
kali dalam 1
bulan
Perawat di
Ruang Dahlia 5
4-8 Januari
2015
120
121

You might also like