Professional Documents
Culture Documents
Toaz - Info Laporan Manajemen Keperawatan Autosaveddocx PR
Toaz - Info Laporan Manajemen Keperawatan Autosaveddocx PR
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat
dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan “LAPORAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN PUSKESMAS
MADELLO” ini dengan lancar. Dalam proses penyusunan laporan ini tentu banyak
pihak yang berperan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Muhiddin S,Sos. M,Mkes sebagai Kepala Puskesmas Madello.
2. Ns. Sitti Nuratiah S.Kep, sebagai Kepala Keperawatan Puskesmas Madello.
3. Risnawati S.Kep, Asniati Amd,Kep dan semua perawat jaga di ruang perawatan
Puskesmas Madello.
4. Ns. Mansyur S.Kep sebagai Preseptor Akademik di Puskesmas Madello.
5. Seluruh staf dan perawat di Ruang Perawatan di Puskesmas Madello atas
kerjasama dan bantuannya.
6. Rekan-rekan kelompok Stase Manajemen Keperawatan atas kerjasama selama
kegiatan praktek profesi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
kelancaran proses praktik dan pembuatan laporan ini.
Semoga hasil laporan ini memberikan manfaat untuk Ruang Perawatan di
Puskesmas Madello, Juni 2018.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG PERAWATAN PUSKESMAS MADELLO
PERIODE 17 MEI 2018- 08 JUNI 2018
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners
Stase Manajemen Keperawatan
Disusun Oleh:
Anita Nurhikmah, 201703183 Fitriah, 201703184
Hamsinah, 201703186 Imah, 201703187
Masriani H, 201703189 Riska Amalia, 201703190
Preseptor Lahan
Ns. Sitti Nuratiah S.Kep
NIP. 196510281984092 001
Preseptor Akademik
Ns. Mansyur, S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa
depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini
bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Menurut Hersey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2009) manajemen
adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui
kerjasama dengan orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada baik sumber dari manusia, alat maupun dana, sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga
dan masyarakat (Suyanto, 2009).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) saat ini sedang
dilaksanakan di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak yang memiliki
Ruang Rawat Inap sebanyak 6 ruangan yang terdiri dari ruang Anggrek, ruang
Mawar, ruang Tribrata, ruang Catur Prasetya, ruang Esti Bhakti dan ruang VIP
adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode tim. Kelebihan
dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, serta memungkinkan komunikasi
antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim. Namun kelemahan dari metode ini adalah komunikasi antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(Nursalam, 2009).
Puskesmas madello sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah
sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen
yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial yang
handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di
lahan praktek. Praktik manajemen di puskesmas madello dituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Rawat Inap
puskesmas madello dengan arahan pembimbing dari puskesmas dan
pembimbing pendidikan. Dengan adanya praktek tersebut diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswi diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen
keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sesuai dengan prinsip MPKP yang dijalankan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswi
mampu:
a. Mengerti dan memahami definisi manajemen keperawatan
b. Mengerti dan memahami model asuhan keperawatan profesional
c. Mengetahui manajemen keperawatan yang diterapkan di ruangan
d. Menganalisis gambaran umum ruangan
e. Mengetahui dan menjelaskan masalah-masalah keperawatan yang
terjadi di ruangan
f. Menganalisis manajemen keperawatan yang sesuai diterapkan di
ruangan tersebut
g. Merencanakan solusi yang diberikan atas masalah-masalah yang
ditemukan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MPKP
yang diaplikasikan di puskesmas madello ruang keperawatan
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MPKP di Puskesmas Madello ruang keperawatan
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di puskesmas madello ruang
keperawatan
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di puskesmas madello ruang keperawatan.
yang berkaitan dengan pelaksanaan MPKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
4. Bagi institusi dan pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan model MPKP: Tim.
D. Waktu
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang
Keperawatan Puskesmas Madello berlangsung selama 4 minggu mulai
tanggal 17 juni 2018 - 08 Juli 2018.
E. Peserta
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan FK
UGM yang sedang menjalani tahap profesi manajemen periode 17 juni 2018
- 08 Juli 2018. di Ruang Keperawatan Puskesmas Madello dengan anggota:
1. ANITA NURHIKMAH S.KEP
2. FITRIAH S.KEP
3. HAMSINAH S.KEP
4. IMAH S.KEP
5. MASRIANI.H S.KEP
6. RISKA AMALIAH S.KEP
F. Kategori Penilaian
Setelah masing-masing data didapatkan kemudian akan dilakukan
penilaian dengan menggunakan persentase lalu ditafsirkan dengan kalimat
kualitatif berdasarkan kriteria Arikunto (2010) yaitu: kriteria sangat baik (76-
100%), baik (56-75%), cukup/kurang (21-55%), sangat kurang (1-20%).
BAB II
GAMBARAN UMUM, HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
Dalam bab ini akan di jelaskan tentang gambaran umum ruangan, visi,
misi, tujuan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib pengunjung, struktur
organisasi, gambaran sumber daya manusia (SDM), jenis pelayanan, penampilan
kinerja pelayanan dan analisis SWOT.
A. GAMBARAN UMUM RUANGAN
Puskesmas Madello memiliki 1 Ruang Rawat Inap sebanyak 4 kamar
yang terdiri dari kamar I, Kamar II, Kamar III dan Kamar Anak. Ruang
rawat inap tersebut dipimpin oleh satu kepala ruangan dan mempunyai
ketua tim.
Puskesmas Madello memiliki UGD, Poli Umum, Poli KIA, Ruang
bersalin, Runag Nifas, laboratorium, Apotek dapur,dan WC umum. Data
ini berdasarkan pengkajian wawancara dan observasi kelompok tanggal 18
s/d 23 Agustus 2014 terhadap penerapan manajemen keperawatan.
B. VISI, MISI, TUJUAN DAN MOTTO
1. Visi Puskesmas Madello
dimana Visi Puskesmas Madello adalah “Menjadikan UPTD
Kesehatan Puskesmas Madello dengan Pelayanan Bermutu dan Mandiri
Menuju Masyarakat Kecamatan Balusu Sehat. “ Didalam mewujudkan Visi
tersebut di atas maka ada beberapa Misi yang harus di lakukan
2. Misi Puskesmas Madello
1. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan diwilayah
kerja UPTD Kesehatan Puskesmas.
2. Memberdayakan dan mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
5. Menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas yang optimal.
3. Motto Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak
“Bersama Kita Berubah Menuju Lebih Baik”
C. STRUKTUR ORGANISASI
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat menggunakan pendekatan
Sistem Penugasan Modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada
Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Assosiet/Pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian terdiri dari:
struktur organisasi, daftar dinas ruangan dan daftar pasien.
1. Struktur Organisasi
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah.
Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan
kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
a. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
b. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan
membedakan bentuk struktur organisasi.
c. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga
lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
perusahaan.
d. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.
2. Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan
departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G.
Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar
Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh
Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil,
jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum
tinggi.
Kebaikannya :
a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu
tangan.
b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung
dengan bawahan.
c. Proses pengambilan keputusan cepat.
d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera
diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
e. Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu
melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas
yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu
orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran
dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
a. Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan
perusahaan.
b. Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat
adanya staf ahli.
c. Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan
menjadi suatu spesiali-sasi.
d. Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
e. Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak
berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu tangan.
f. Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
g. Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat
dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
a. Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling
mengenal.
b. Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan
staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya
berbeda.
c. Kesatuan komando berkurang.
d. Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan
pelaksanaan tugas.
3. Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini
dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan
jelas.
Kebaikannya :
a. Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.
b. Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
c. Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
d. Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
a. Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
b. Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
c. Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama
sehingga sering timbul konflik.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai
maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
a. Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang
dalam dan terperinci.
b. Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
c. Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
a. Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang
menghambat pelaksanaan tugas.
b. Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
c. Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor
kreatifitas lebih dipentingkan.
3 Unsur Input
a Row Input
1) Pasien
RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan yang saat
ini
berstatus perusahaan jawatan milik Depkes RI (SK Menkes, 2004). RSUP Dr.
Sardjito
Yogyakarta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan kelas A yang
merupakan
Keterangan:
: Hubungan tanggung jawab
: Hubungan koordinasi
rujukan untuk daerah Propinsi DIY dan Jawa Tengah Bagian Selatan. RSUP
Dr.
Sardjito Yogyakarta sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dan rujukan untuk
propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1174/MENKES/SK/2004 pada tanggal 18
Oktober 2004 tentang Penetapan Kelas RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai RS
Umum
(Humas RSUP Dr. Sardjito, 2009). Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito
berubah status dari Perusahaan Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
BLU
adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ruang Dahlia 5 adalah ruang yang merawat pasien dengan THT dan bedah
mulut. Namun juga merawat kasus-kasus yang lain, bahkan kasus-kasus non bedah
/
titipan juga sering dirawat di ruang Dahlia 5.
Kajian Data
Jumlah pasien yang dirawat selama periode Januari sampai Desember 2014
ditunjukan pada tabel
Tabel 1 Jumlah Pasien Masuk di Ruang Perawatan Puskesmas Madello
Periode Januari – Desember 2018
Analisis
Rata-rata jumlah pasien di ruang Dahlia 5 periode Januari – Desember 2014
adalah sebanyak 31,1 (31) orang perbulan sedangkan periode Januari – November
2015 adalah sebanyak 27,3 (27) orang perbulan. Semua data pasien masuk sudah
tercatat didalam buku register ruang Dahlia 5 dan di rekap setiap bulan. Kasus
terbanyak di ruang Dahlia 5 berdasarkan Laporan Tahunan Dahlia 2014 dari bulan
Januari 2014 – Desember 2014 adalah Impacted teeth, sedangkan Januari –
November
2015 adalah OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik).
2) Peserta Didik
Kajian Pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat profesional secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang
didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan digunakan pada
situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik
klinis sangatlah penting (Komite Keperawatan dan Bidang Pelayanan Keperawatan
RSUP Dr. Sardjito, 2007).
RSUP Dr.Sardjito merupakan rumah sakit tipe A pendidikan yang digunakan
sebagai lahan praktik klinik untuk mahasiswa keperawatan dan kedokteran serta
mahasiswa bidang kesehatan lain. Pendidikan dan praktek keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam mengembangkan calon
perawat,
bidan, dan dokter secara komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardjito, 2000).
Mahasiswa praktikan berhak mendapatkan bimbingan yang optimal dari
pembimbing,
baik pembimbing klinik maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan
Rumah
Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama (2003) menyatakan
bahwa untuk menjadi rumah sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang
profesional seperti:
1 Organisasi
2 Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang
3 Jumlah dan variasi teaching material
4 Budaya profesional dan atmosfer akademik
5 Transformasi perilaku pada peserta didik
6 Perpustakaan
7 Komitmen segenap pihak yang terkait
Data mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang Dahlia 5 periode Januari
sampai Desember 2014 berjumlah 17 orang yang dibagi dalam kelompok-
kelompok,.
Kajian Data
Keterangan :
A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien per hari BOR x jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun
Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti pada tabel
berikut:
Tabel 8 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Klien
Waktu klasifikasi Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber: Douglas, 1984
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan malam,
sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan menurut
Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
o Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
o Ambulasi dengan pengawasan.
o Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
o Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
o Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
o Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
o Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
o Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
o Folley catheter/intake output dicatat.
o Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan
kriteria:
o Segalanya diberikan/dibantu.
o Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
o Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.
o Pemakaian suksion.
o Gelisah, disorientasi.
Menurut Depkes, 2005
Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan dalam
penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit memperhatikan unit kerja
yang ada pada rumah sakit. Penetapan didasarkan klasifikasi pasien dengan
cara penghitungan adalah:
o Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan kasus
o Rata-rata pasien/hari
o Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
o Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
o Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Dirumuskan sebagai berikut:
- Tenaga keperawatan rawat inap :
Jumlah jam perawatan / ruangan / hari
- Tenaga keperawatan rawat jalan
Jumlah jam perawatan efektif x rata-rata jumlah pasien setiap hari
Perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) yang terdiri dari:
- Loss day (Hari libur/cuti/ hari besar):
Jumlah hari minggu/ th + cuti + hari besar x keb.tenaga
Kajian Data
Berdasarkan Rumus Gillies adalah Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
(365 - C) x jam kerja/hari
Ruangan rawat inap
Diketahui jam efektif perawatan per 24 jam di Ruang Dahlia 5
sebesar 4 jam dengan rata-rata BOR dari proyeksi data Januari-
Desember 2014 sebesar 80,71% kapasitas tempat tidur 30. Libur total
78 hari, sehingga didapatkan hasil :
Tenaga Perawat (TP) di DAHLIA 5 :
= 4 x (54,67% x 23) x 365
(365 – 78) x 7 jam kerja/hari
= 18133
2009
= 9,02 = 9 orang
Kebutuhan menurut Gillies sebanyak 9 orang + 1 kepala ruang = 10
orang. Maka kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Dahlia 5 adalah
10 orang
Perhitungan kebutuhan tenaga perawatan berdasarkan rumus Depkes
(2005)
Di Ruang rawat inap Dahlia 5 jam kerja efektif 4 jam/pasien/hari.
Rata-rata proyeksi BOR bulan Januari 2014- Desember 2014 sebesar 87%
dengan jumlah tempat tidur 30. Jumlah hari libur total 78 hari. Jumlah jam
kerja per shift 7 jam.
Kebutuhan tenaga = 4 x (54,67% x 23) = 7,09= 7
7
Loss day = 78 x 7 /287= 1,90 = 2
Tugas non keperawatan = (7+ 2) x 25% = 2,25 = 2
Jadi tenaga yang dibutuhkan = 7 + 2 + 2 = 11 + 1 KaRu = 12 orang
Analisis Data
Tabel 9 Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang DAHLIA 5
Metode
HASIL
Jumlah tenaga
yang dibutuhkan
Jumlah tenaga yang
ada
Keterangan
Gillies
Depkes
10 orang
12 orang
15 orang
15 orang
Lebih 5
Lebih 3
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia 5, 2015
Kajian Data
Modalitas SDM
Tabel 10 Distribusi Jumlah SDM Ruang DAHLIA 5
Analisis Data
Dari data diatas tenaga perawat ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito berdasarkan
tingkat pendidikan sebagai berikut, terdapat satu orang (6,7%) perawat yang
berpendidikan DIV,orang (80%) yang berpendidikan D3 keperawatan, 2 orang
(13,3%) yang berpendidikan S1 keperawatan.
Dari kajian data diatas dapat dilihat bahwa kualitas tenaga keperawatan di ruang
Dahlia 5 berdasarkan tingkat pendidikan belum cukup memadai, dimana hanya
terdapat tenaga perawat yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, dua orang terebut
sebagai perawat pelaksana. PN di Ruang Dahlia 5 sebanyak dua orang dengan
tingkat
pendidikan D3 keperawatan. tidak ada perawat yang berpendidikan SPK.
Menurut data administrasi Dahlia 5, 94,7 % perawat yang ada telah mengikuti
pelatihan BLS. Semua perawat Dahlia 5 telah mengikuti pelatihan THT.
3) Money
Kajian teori
Mulai tanggal 1 Januari 2006 RSUP Dr. Sardjito berubah status dari Perusahaan
Jawatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah institusi dilingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Sehubungan dengan peraturan pemerintah RI No. 23 tahun 2005
yang
telah ditetapkan pada tanggal 13 juni 2005 tentang pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) pada pasal 14 dijelaskan tentang sumber pendapatan BLU:
Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai
pendapatan BLU
Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya
merupakan
pendapatan bagi BLU.
Kajian Data
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pemerintah dan juga merupakan
rumah sakit pendidikan. Dana Ruang Dahlia 5 bersumber pada anggaran RS yang
harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara desentralisasi oleh IRNA 1
dengan
pertimbangan prioritas program dari ruangan yang ada di IRNA.
Analisis Data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa DAHLIA 5 tidak memiliki sumber
dana tersendiri. Sumber dana terintegrasi bersama dengan bagian keuangan IRNA
1
RSUP Dr. Sardjito.
4) Material
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua
bentuk
alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan
keperawatan
yang efisien dan efektif.
Kajian Data
Dahlia 5 merupakan ruangan untuk kasus THT dan bedah Mulut. Ruang
Dahlia 5 terdiri dari kelas 1, kelas 2,kelas 3 dengan memberikan pelayanan Rawat
Inap bagi pasien umum, PBI dan Non-PBI.
Tabel 15 Daftar Alat Medis dan non Medis di Ruang Dahlia 5 RSUP DR
Sardjito
NO NAMA ALAT JMLH KONDISI
BAIK RUSAK
1 Tensimeter 2 2
2 Stetoskop 2 2
3 Flow meter dinding
Flow meter tabung
7
4
7
31
4 GV Set 11 11
5 Termometer 3 3
6 Korentang 3 3
7 Bak instrumen 2 2
8 Bak suntik 1 1
9 Tromol besar 1 1
10 Tromol kecil 2 2
11 Gunting verban 2 2
12 Bengkok 5 5
13 Troli mandi 1 1
14 Troli pengobatan 2 2
15 Kursi roda 4 4
16 Brankart 2 2
17 Suction pump 5 3
18 Baki 3 3
19 Timbangan injak 1 1
20 Meteran 1 1
21 Animak 1 1
22 Ambubag 1 1
23 Tempat bran kapas 3 3
24 Nursing Call/ bel pasien 1 1
25 Tempat gerus obat 1 1
26 Irigator 2 2
27 Pispot 14 14
28 Waskom mandi 16 16
29 Gelas ukur 2 2
30 Lampu emergency 1 1
31 Tornikuet 2 2
32 EKG portable 1 1
33 Tas laborat 1 1
34 Tas kemoterapi 1 1
35 Tas CSSD 1 1
36 Spekulum hidung 3 3
37 Tongue spatel steinlis 6 6
38 Spekulum telinga 2 2
39 Pinset telinga 2 2
40 Pinset hidung 2 2
41 Syringe pump 1 1
42 Lampu duduk baca 3 3
43 Sundblasting pintu jendela 1 1
44 Almari besi 1 1
45 Almari standing penyimpanan alat keperawatan 1 1
46 Nurse call 20 20
47 Almari alat sliding A 1 1
48 Kursi kerja 6 6
49 Jam dinding 6 6
50 Kursi tunggu 4 set 1 1
51 Transfer strecther 1 1
Tabel 16 Daftar Buku Bantu di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito periode
2014
No Nama Buku Standar Jumlah Keterangan
1. Buku Vital Sign 1 1 Cukup
2. Buku suhu monitoring kulkas 1 1 Cukup
3. Buku daftar hadir mahasiswa 1 1 Cukup
4. Buku ekspedisi PA 1 1 Cukup
5. Buku Ekspedisi Lab 1 1 Cukup
6. Buku pinjam alat medis 1 1 Cukup
7. Buku pemeliharaan alat medis 1 1 Cukup
8. Buku laporan kerusakan 1 1 Cukup
9. Buku inventaris 1 1 Cukup
10. Buku Ekspedisi mencuci 1 2 Cukup
11. Buku peminjaman alat vakum 1 1 Cukup
12. Buku pembagian pasien untuk perawat THT 1 1 Cukup
13. Buku pemakaian alat 1 1 Cukup
14. Buku ekspedisi kassa 1 1 Cukup
15. Buku ekspedisi laporan harian penata
jasa/operasional billing system
1 1 Cukup
16. Buku penempelan barcode pasien baru 1 1 Cukup
17. Buku catatan pasien THT transfusi darah 1 1 Cukup
18. Buku ekspedisi pengembalian label transfusi 1 1 Cukup
19. Buku pasien operasi 1 1 Cukup
20. Buku ekspedisi konsul THT 1 1 Cukup
21. Buku pelaporan gratifikasi 1 1 Cukup
22, Buku oplos kemoterapi 1 1 Cukup
23. Buku serah terima barang/material ke 1 1 Cukup
keluarga pasien
24. Buku ekspedisi radiologi 1 1 Cukup
25. Buku ekspedisi kipo 1 1 Cukup
26. Buku operan 1 1 Cukup
Sumber: Observasi
Analisis Data
Ruang Dahlia 5 sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non
medis sudah sesuai dengan tandar RSUP Dr. Sardjito. Ruangan ini sudah memiliki
buku bantu yang lengkap.
5) Machine
Kajian Teori
Mesin merupakan peralatan yang berupa barang elektronik dan membutuhkan
tenaga listrik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis
maupun keperawatan.
Kajian Data
Ruang Dahlia 5 tidak memiliki fasilitas mesin khusus sendiri untuk membantu
menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan, beberapa alat yang
terdapat di ruangan antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 17 Daftar Mesin di Ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode 2014
No
.
Nama Alat
Jumlah Keterangan
1.
EKG Fortable
(Rusak)
1 Ada
2. Suction pump 1 Ada
3. Syringe pump 1 Ada
4. Nebulizer 1 Ada
Sumber: observasi dan wawancara 2015
Analisis Data
Berdasarkan data mesin yang dimiliki ruang Dahlia 5 RSUP Dr. Sardjito, ruangan
ini sudah memiliki mesin yang sesuai standar minimal RSUP Dr. Sardjito.
pemeliharaan dan pengecekan mesin di ruangan ini juga sudah cukup baik dan
dilakukan setiap hari untuk memastikan apakah mesin masih berfungsi dengan baik
atau tidak.
6) Methode
Kajian teori
Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak
ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,
2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukkan pada tingkat ideal
tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan maksimal,
penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi. Menurut
Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun
berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai
dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang dirumuskan
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
o Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
o Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan asuhan
keperawatan yang tidak penting.
o Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan
serta menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk memenuhi standar,
membahayakan pasien.
Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun oleh DepKes
(1997), yaitu:
Standar I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat
bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan berdasarkan
data status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari masalah, penyebab,
dan gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.
Standar IV. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.
Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama
pasein dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan, setiap mencatat harus mencantumkan inisial
atau paraf nama perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23
tahun 1992 pasal 43,
Ayat 1 : “tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya”.
Ayat 2 : “tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi:
o Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
o Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) RSUP Dr.
Sardjito disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan internasional. Standar
acuan yang dipakai adalah Standarized Nursing Language, yaitu NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk diagnosa
keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk tujuan dan outcome
yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervention Classification) untuk rencana
tindakan/ intervensinya. SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan
rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian,
Tanda dan Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan
Manajemen terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan, perencanaan,
implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.
STANDAR I : Pengkajian
Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian
o Data tepat, akurat dan lengkap
o Terdiri dari data subjektif
STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan
Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah keperawatan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
o Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
o Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
o Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
STANDAR III: Perencanaan
Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan
o Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
komprehensif.
o Melibatkan klien / pasien dan keluarga
o Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
o Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
o Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
STANDAR IV: Implementasi
Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif. Efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Kriteria
o Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual
– kultural
o Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
o Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
o Melibatkan klien dalam setiap tindakan
o Menjaga privacy klien
o Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
o Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
o Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
o Melakukan tindakan sesuai standar
o Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
o Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
o Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
o Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
o Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan asuhan keperawatan
Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Kriteria pencatatan asuhan keperawatan
o Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia
o Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil Analisis, mencatat diagnosa dan masalah keperawatan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,
dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di
dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas
kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan
pengelolaan ruangan.
Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan maupun proses
perawatan pasien.
Kajian Data
Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, sudah terdapat
papan struktur organisasi di ruang DAHLIA 5, namun belum dilakuakn
pembaharuan sesuai dengan struktur organisasi yang baru per Desember 2015.
Media informasi
Media informasi untuk pasien baru di ruang DAHLIA 5 sudah ada dalam
bentuk leaflet, tetapi tidak disosialisaikan pada pasien. Orientasi pasien baru
biasanya dilakukan dengan mengumpulkan beberapa keluarga pasien baru dan
disampaikan secara lisan dengan metode ceramah.
SPO dan SAK
SPO dan SAK yang ada diruang Dahlia 5 bisa dilihat pada tabel di
bawah ini. Tindakan yang sering dilakukan di DAHLIA 5 antara lain perawatan
luka post operasi, pengambilan darah untuk cek laboratorium, terapi intravena.
Tabel 18 Daftar Standar Prosedur Operasional (SPO) Gigi dan Mulut
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Tanggal Terbit APRIL 2007
No
Aspek yang
Dinilai
Nomer rekam medis
Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Pengkajian
lengkap maksimal
1 x 8 jam
√√√√√√√7
Tercapai
penuh
2. Pengkajian alergi √ √ √ √ √ - √ 6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian alergi
3. Pengkajian alasan
masuk RS
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
4. Pengkajian
riwayat kesehatan
√√√√√-√6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian riwayat
kesehatan
5. Pemeriksaan fisik √ √ √ √ √ - √ 6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pemeriksaan fisik
6. Pengkajian status
fungsional
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
7. Pengkajian status
psikososial
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
sebagian
8. Pengkajian risiko
jatuh
√√√√√--5
Tercapai
sebagian
Terdapat dua rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian resiko
jatuh
9. Pengkajian nutrisi √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
10. Pengkajian nyeri √ √ √ √ √ - √ 6 Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian nyeri
11. Pengkajian
dekubitus
√√√√-√√6
Tercapai
sebagian
Terdapat satu rekam
medik yang tidak
terdokumentasi
pengkajian
dekubitus
12. Pengkajian
kebutuhan edukasi
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
13. Pengkajian
discharge
planning dalam
2x24 jam
√√√√√√√7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL A 84 92,3%
Tabel 21. Diagnosis di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik
Pasien
Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Masalah
keperawatan
dirumuskan sesuai
dengan hasil
pengkajian
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2. Masalah
dirumuskan
berdasarkan
- √ √ √ √ √ √ 6 Tercapai
sebagian
NANDA
3. Masalah utama
ditetapkan
maksimal 1x 24
jam
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL B 20 95,2%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 22. Rencana Tindakan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-
30
Desember 2015 (n=7)
N
o
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1. Tujuan terukur
ditetapkan
maksimal 1x 24
jam
√√√√√√√
7
Tidak
tercapai
2. Rencana
tindakan
menggambarka
n cara
mengatasi
masalah pasien
√-√√√-√
5
Tercapai
sebagian
3. Rencana utama √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
ditetapkan
maksimal 1x24
jam
penuh
4. Discharge
planning
direncanakan
sejak pasien
dirawat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL C 26 92,8%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 23. Tindakan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien
Skor
Interpretasi Catatan
1234567
1.
Perawat
memberikan
penjelasan
tentang hak
dan
kewajiban
pasien dalam
waktu 1 x 24
jam
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2. Melaksanaka
n pengukuran
dan tanda
vital (suhu,
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
nadi,
kecepatan
respirasi,
tekanan
darah, dan
skala nyeri)
sesuai dengan
kondisi
pasien
3.
Melaksanaka
n monitoring
asupan nutrisi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
4.
Melaksanaka
n pemberian
obat sesuai
order
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
5.
Melaksanaka
n monitoring
reaksi obat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
6.
Melaksanaka
n monitoring
pasien dengan
risiko jatuh/
risiko bunuh
diri/ risiko
mencederai
diri atau
orang lain
(sesuai
karakteristik
pasien)
√√√√√--
5
Tercapai
sebagian
7. Melaksanaka
n monitoring
decubitus
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
8. Melaksanaka √ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
n tindakan
sesuai
rencana
penuh
9. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang nyeri
- - - - √ √ √ 3 Tercapai
sebagian
10. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang cara
penggunaan
obat
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
11. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
pemakaian
gelang
identitas
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
12. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
infeksi
------√
1
Tercapai
sebagian
13. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
penggunaan
alat bantu
14. Melaksanaka
n edukasi
pada pasien
dan keluarga
tentang
Discharge
planning
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
SUBTOTAL D 86 87,7%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 24. Evaluasi di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito Tanggal 28-30
Desember 2015
(n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1.
Evaluasi hasil
dilaksanakan
minimal 1x
per hari dan
perubahan
kondisi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2.
Evaluasi
proses
merupakan
bagian yang
tidak dapat
dipisahkan
dari
implementasi
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
3. Discharge
planning
dilengkapi
pada saat
√ √ √ √ √ √ √ 7 Tercapai
penuh
pasien akan
pulang
SUBTOTAL E 21 100%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Tabel 25. Catatan Asuhan Keperawatan di Ruang Dahlia 5 RSUP dr Sardjito
Tanggal
28-30 Desember 2015 (n=7)
No
Aspek yang
Dinilai
Kode Rekam Medik Pasien Skor Interpretasi Catatan
1234567
1.
Pencatatan
ditulis
menggunakan
formulir yang
baku
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
2.
Pencatatan
ditulis dengan
jelas, ringkas,
istilah dan
singkatan
yang baku dan
benar
√√√√√√√
7
Tercapai
penuh
3. Setiap
dokumentasi
keperawatan
mencantumka
√ √ - √ √ √ √ 6 Tercapai
sebagian
n paraf/nama
jelas, tanggal
dan jam
dilakukannya
tindakan
SUBTOTAL F 20 95,2%
Sumber: Data Primer Studi Dokumentasi Mahasiswa PSIK UGM, 2015
Nilai Rata-Rata Studi Dokumentasi Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Dahlia
5
RSUP dr Sardjito Tanggal 29 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
TOTAL (Nilai Skor Subtotal A+ B+C+D+E+F)
PRESENTASE = X
100%
Nilai skor maksimal x Jumlah aspek yang dinilai
PRESENTASE = X 10 0%
7 X 40
PRESENTASE = 93,57%
Analisa Data
Persentase proses asuhan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar 93,57%.
Berdasarkan data yang didapat, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan secara umum sudah berdasarkan NANDA, namun
diagnosa aktual
masih belum ditegakkan bersama etiologinya. Masalah utama sudah ditetapkan
maksimal
1x24 jam. Diagnosa yang ditemukan di antaranya: cemas, nyeri, risiko infeksi,
proteksi
tidak efektif, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Perencanaan sudah ditetapkan sesuai dengan diagnosa dengan tujuan belum
terukur (jika
dinilai berdasarkan SMART) yang ditetapkan maksimal 1x24 jam, namun rencana
tersebut belum mampu mengukur sejauh mana masalah terselesaikan. Sebagian
besar
pengkajian discharge planning sudah direncanakan sejak pasien dirawat.
Implementasi
keperawatan sudah dilakukan, namun saat tindakan masih sering ditemukan kurang
sesuai
dengan SOP terutama tekait dengan pemakaian APD, penerapan cuci tangan dan
peralatan yang kurang disiapkan dengan lengkap. Pada sebagian data didapatkan
bahwa
kegiatan monitoring pada mutu klinik sudah terisi. Selain itu, edukasi mengenai
nyeri,
gelang identitas, pengendalian infeksi, penggunaan alat bantu, hak dan kewajiban
pasien,
discharge planning perlu ditingkatkan dan didokumentasikan secara tepat pada
lembar/berkas yang ada.
Evaluasi secara umum catatan rekam medis pasien sudah dilakukan dengan
baik. Evaluasi
yang digunakan perawat adalah menggunakan sistim SOAP.
Pendokumentasian secara umum telah dilakukan dengan baik dengan
menggunakan
formulir yang baku, telah dicatat dengan jelas, ringkas, istillah dan singkatan yang
baku
dan benar serta telah mencantumkan paraf ,tanggal dan jam tindakan pada
dokumentasi
keperawatan. Namun masih ditemukan adanya dokumentasi pada evaluasi SOAP
yang
belum mencantumkan jam.
7) Instrumen C
a Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Kajian Teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Pada dasarnya ada
tiga
sumber informasi utama, untuk mengembangkan standar yaitu: penelitian,
keputusan
kelompok ahli/spesialis, observasi cara praktek keperawatan aktual. Kriteria
kualitas
asuhan keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya,
manusiawi dan
memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.
Standar
1
menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan melaksanakan
intervensi–intervensi yang aman dan akuntabel.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan
dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dari
tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan
menurut PPNI
(1999):
Standar I : Ilmu Pengetahuan
Standar II : Akuntabilitas professional
Standar III : Pengkajian
Standar IV : Perencanaan
Standar V : Pelaksanaan
Standar VI : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Handerson, yang terdiri dari 14 kebutuhan
dasar
manusia, yaitu:
Memenuhi kebutuhan oksigen
Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan eliminasi
Memenuhi kebutuhan keamanan
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Memenuhi kebutuhan gerak dan kebutuhan jasmani
Memenuhi kebutuhan spiritual
Memenuhi kebutuhan emosional
Memenuhi kebutuhan komunikasi
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan
Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Berdasarkan nilai observasi selama 3 hari dari tindakan pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan di ruangan, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 26. Nilai Rata-Rata Penilaian Observasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan di
Ruang Dahlia 5
No Perasat F
Nilai ratarata
(%)
Keterangan
1. Penerimaan pasien
baru
3 100% Selama 3 hari observasi terdapat 3 pasien
baru masuk ruang Cendana 5. Perawat jaga
sudah melaksanakan penerimaan pasien
baru sesuai SPO.
2
2. Observasi kesadaran
umum
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan observasi
kesadaran umum sesuai SPO.
3. Pemenuhan kebutuhan
BAB dan BAK pasien
- TDD Selama observasi tidak didapatkan perawat
yang sedang melakukan pemenuhan
kebutuhan BAB dan BAK pasien.
4. Penggantian alat tenun
kotor pada tempat
tidur tanpa
memindahkan pasien
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
mengganti alat tenun kotor pada tempat
tidur.
5. Pengukuran vital sign
(tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu, dan
nyeri)
- TDD Selama observasi vital sign dilakukan oleh
koas.
6. Pemasangan infus 1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100 % perawat melakukan pemasangan
infus sesuai SOP.
7. Pemberian cairan
infus intravena
1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pemberian
cairan infus intravena sesuai SPO, akan
tetapi terdapat beberapa item yang masih
perlu ditingkatkan di antara pemberian
label pada cairan infus.
8. Penghitungan tetesan
infuse
2 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan
penghitungan tetesan infus sesuai SPO.
9. Pemberian suntikan
intravena
2 50% Selama observasi didapatkan sebanyak
50% perawat telah melakukan pemberian
suntikan intravena sesuai SPO.
10. Pemberian suntikan
subkutan
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
melakukan pemberian suntikan subkutan.
11. Pemberian obat per
oral
1 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pemberian
obat per oral sesuai SPO.
12. Perawatan luka - TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
3
perawatan luka.
13. Pelatihan teknik napas
dalam
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan pelatihan
teknik napas dalam pada pasien.
14. Perekaman EKG - TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang melakukan
perekaman EKG.
15. Pengaturan posisi
(posisi sims, posisi
semifowler)
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pengaturan
posisi sesuai SPO.
16. Bantuan pemindahan
pasien dari tempat
tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
- TDD Selama observasi tidak didapatkan
perawat yang sedang membantu pasien
pindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya.
17. Pengambilan sampel
laboratorium
3 100% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan
pengambilan sampel laboratorium sesuai
SPO.
18. Pengkajian resiko
jatuh
7 71,42% Selama observasi didapatkan sebanyak
100% perawat telah melakukan pengkajian
untuk resiko jatuh sesuai SPO.
19. Pencegahan dan
penanganan resiko
jatuh
4 75% Selama observasi didapatkan sebanyak
80% perawat melakukan pencegahan dan
penanganan resiko jatuh sesuai SPO. 20 %
perawat cenderung tidak menaikkan side
rail saat operan/post tindakan. Akan tetapi
terdapat beberapa item yang masih perlu
ditingkatkan yaitu pemberian label/sticker
resiko jatuh di gelang pasien
Rata-rata 90,58%
Analisis Data
Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan keperawatan di Ruang Dahlia 5 sebesar
90,58 %. Nilai rerata tersebut dapat dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan.
Tindakan
yang dilakukan bukan merupakan tindakan yang harus rutin dilakukan di
ruangan.Tindakan
yang dilakukan di ruangan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Observasi
dilakukan
dengan menggunakan “Instrumen Evaluasi Observasi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
4
menggunakan instrument C”. Tindakan yang perlu dioptimalkan adalah
pemasangan infus,
pemberian label pada cairan infus, pemberian suntikan intravena, serta pencegahan
dan
penanganan resiko jatuh.
b) Pelaksanaan PPI
Kajian Teori
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1989 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui darah di
lingkungan
Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya (RSUP. dr. Sardjito, 2004).
Upaya pokok pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) berorientasi pada
kewaspadaan standard (standard precaution) yang merupakan gabungan
kewaspadaan
universal (universal precaution) dan BSI (Body Substance Isolation) yang
keduanya
merupakan pedoman penyakit yang menular melalui cairan tubuh khususnya darah
(Pedoman PPI RSUP dr Sardjito, 2008).
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk memutus siklus
penularan penyakit dan memberikan perlindungan pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, dan masyarakat. Komponen standard kewaspadaan meliputi:
Mencuci tangan
Penggunaan sarung tangan
Penggunaan pelindung wajah
Penggunaan gaun/ apron
Pengelolaan alat perawatan pasien
Pengelolaan linen
Pengelolaan kebersihan lingkungan
Pengelolaan alat tajam
Resusitasi cairan
Penempatan pasien
Tabel 27. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Dahlia 5 Rsup Dr. Sardjito
Daftar Tilik Ketepatan Petugas Dalam Hand Hygiene
PETUGAS YANG
DIAMATI
DR
AHLI
(n=0)
DR
RESID
EN
(n=1)
PERAW
AT
(n=3)
PH
(n=0)
CLEANI
NG
SERVIC
E
(n=0)
MAHASIS
WA
PRAKTE
K
(n=0 )
KE
T
KRITERIA
OBSERVASI
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
Y
A
TD
K
YA
TD
K
YA
TD
K
5
A
.
HAND
RUBBING
1 Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
-----3------
2 Sebelum
Tindakan
Asepsis
-----------
3 Setelah
Kontak
Cairan
Tubuh
-----------
4 Setelah
Kontak
Pasien
----2------
5 Setelah
Kontak
Lingkungan
Sekitar
Pasien
--11------
6 Sebelum/
Setelah
Pakai
Sarung
Tangan
----2------
Total
Kesempatan
--0153------
Proporsi
Ketepatan
50% -
B
.
HAND
WASHING
1 Sebelum
Kontak
Pasien
Langsung
-----3------
6
2 Sebelum
Tindakan
Asepsis
------------
3 Setelah
Kontak
Cairan
Tubuh
------------
4 Setelah
Kontak
Pasien
------------
5 Setelah
Kontak
Lingkungan
Sekitar
Pasien
---112------
6 Sebelum/
Setelah
Pakai
Sarung
Tangan
----12------
Total
Kesempatan
27
Proporsi
Ketepatan
50%
Analisis Data
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan ratarata tergolong dalam
kategori kurang
(50 %). Kepatuhan petugas dalam hand washing keseluruhan ratarata tergolong
dalam
kategori kurang (50 %). Beberapa hal seperti, penempatan tempat sampah dan
ketersedian
ruang persiapan perlu dioptimalkan. Kewaspadaan standar dalam merawat pasien
dengan
tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi berjalan baik.
Tabel 28. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
N
O
INDIKATOR YA TIDA
K
KETERANGAN
A. PENAMPILAN PERSONAL
1. Mengenakan seragam sesuai ketentuan, ID √
7
card, pakaian bersih, rambut rapi
2. Kuku pendek, bersih, tidak memakai
asesoris tangan saat bertugas
√
Persentase 100%
B. KEBERSIHAN TANGAN
1. Ketersediaan handrub √
2. Ketersediaan sabun cuci tangan √
3. Ditulis tanggal buka di label BMHP HH √
4. Ketersediaan tisu pengering √ Tisu pengering tidak
ada di semua wastafel
5. Tidak ada handuk tergantung di ruang √
6. Semua wastafel berfungsi baik, bersih √
7. Ketepatan HH petugas √ Tidak semua petugas
menerapkan HH pada
setiap tindakan ke
pasien.
Persentase 85,72
%
C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
KETERSEDIAAN APD (sesuai kebutuhan ruangan)
1. Sarung tangan √
2. Apron/gaun √
3. Masker bedah √
4. Masker N95 √ Masker N95 tidak
menjadi kebutuhan
utama ruangan
5. Topi √
6. Google √
7. Sepatu boot √
Persentase 100%
KETEPATAN PEMAKAIAN APD (sesuai analisis resiko)
1. Sarung tangan √
2. Apron/gaun -
3. Masker bedah √
4. Masker N95 -
5. Topi -
6. Google -
7. Sepatu boot -
Persentase 100%
PENYIMPANAN APD
1. Penyimpanan di ruang khusus √
2. Penyimpanan dalam almari khusus, terjaga
bersih
√
Persentase 100%
8
D. PEMBUANGAN SAMPAH/LIMBAH/BENDA TAJAM
1. Tersedia cukup tempat sampah sesuai
jenisnya
√
2. Penempatan sampah/limbah sesuai
jenisnya tepat/tertib
√
3. Tidak ada tempat sampah terbuka √
4. Ketersediaan container benda tajam sesuai
standar
√
5. Penempatan tempat sampah tidak di dekat
barang bersih
√
6. Sampah dibuang setelah terisi . √
Persentase 66,67
%
E. KEBERSIHAN RUANG RAWAT
1. Pembersihan permukaan dengan
desinfektan standar RS
√
2. Desinfeksi area perawatan dengan khlorin
0,05% atau desinfektan lain sesuai standar
ISLRS
√
3. Pembersihan tempat tidur dan kasur pasca
pakai
√
4. Tempat tidur pasien bersih tidak berdebu √
5. Kasur bersih dan vinil intak (tidak
berlubang)
√
6. Tidak ada sisa makanan/kotoran menempel
di lingkungan
√
7. Linen bersih, rapi dan terpasang kencang √
8. Bantal, restrain bersih √
9. Meja pasien bersih, tidak berdebu, barang
seperlunya
√
10. Ruang persiapan bersih dan tidak berdebu √
11. Tidak ada sapu ijuk untuk pembersihan
ruang perawatan
√
12. Tidak ada kemoceng/sulak/penebah/seblak
untuk pembersihan
√
13. Lingkungan bersih, tidak ada ember
penampung, dll container sejenis yang
tidak standar
√
14. Mebeler/kursi/sofa tidak ada yang robek √
Persentase 92,86
%
9
F. ALAT KESEHATAN
1. Alat kesehatan/keperawatan bersih, tidak
berkarat, dll (kursi roda, brancard, troli
pengobatan, standar infuse, syringe pump,
infuse pump, EKG, suction pump, tabung
oksigen/oksigen dinding, humidifier,
pispot, urinal)
√ Beberapa standar infuse
berkarat, besi kursi roda
bagian bawah dan r
2. Ada jadwal & bukti pembersihan alat-alat
tersebut
√
PEMBERSIHAN ALAT KEPERAWATAN
3. Stetoskop didesinfeksi alcohol 70% antar
pasien
√
4. Manset tensimeter dicuci sekali seminggu
atau setiap kali terkena darah/cairan tubuh
segera dicuci
√
5. Ambubag dilakukan DTT/steril setiap
ganti pasien
√
6. Thermometer diusap alcohol 70% setiap
ganti pasien
√
7. Syringe pump diusap alcohol 70% setiap
habis pakai
TDD
8. EKG : cas electrode diusap alcohol 70%
setiap habis pakai
TDD
9. Kursi roda diusap permukaan khlorin
0,05% setiap habis digunakan
√
10. Brandcart diusap permukaan chlorine
0,05% setiap habis digunakan
√
11. Tabung oksigen diusap permukaan dengan
chlorine 0,05% sekali sehari
√
12. Pispot dibersihkan dengan rendam klorin
0.5%
√
Persentase 60%
G. PENGELOLAAN LINEN
1. Tersedia kereta linen kotor infeksius- non
infeksius
√
2. Penempatan linen infeksius dalam
container atau ember berlapis plastic warna
kuning
√
3. Penempatan linen kotor infeksius dan non √
10
infeksius tanpa mengkontaminasi
lingkungan
4. Petugas menggunakan APD saat
mengelola linen kotor dan melepasnya saat
melakukan transportasi linen
√
5. Transportasi linen ke binatu menggunakan
troli linen kotor dengan kantong linen
berplisir merah. Linen bersih dibawa
dengan troli dan kantong linen berplisir
biru
√
6. Penyimpanan linen bersih dalam almari
bersih, kering dan bertutup
√ Terdapat linen bersih di
dalam troli di dekat
tempat sampah medis
dan non medis.
Persentase 83,33
%
H. KEAMANAN MEDIKASI
1. Obat oral (ed. Penyimpanan, labeling, dan
lain lain)
√
2. Obat parenteral (ed, penyimpanan,
pencampuran, dll)
√
3. O2 (isi, dll) √
4. AMHP (steril/bersih, packing,
penyimpanan, ed)
√
Persentase 100%
I. ALAT SINGLE USE YANG DI-REUSE
1. Penggunaan alat re-used sesuai dalam
daftar alat re-used di rumah sakit (bagi
yang menggunakan alat re-used)
√
2. Sudah dilakukan monitoring pelabelan,
batas ed, alat-alat yang di re-used
√
3. Monitoring pasien yang menggunakan
alat-alat re-used dilakukan perawat dan
dokter
√
Persentase 66,67
%
J. PENCATATAN PELAPORAN
1. Pengawasan, resiko kejadian IRS pada
seluruh pasien rawat inap
√
11
2. Dilakukan entry data hasil pengamatan
surveillans IRS melalui system, tepat
waktu
√
3. Laporan penggunaan AMHP- BMHP
setiap bulan tepat waktu
√
Persentase 100%
K. PENGELOLAAN ALAT
1. Proses perendaman/pembersihan
instrumen sesuai dengan SPO
√
2. Hasil pencucian bersih (dilihat secara
visual)
√
3. Proses DTT sesuai SPO √
4. Alat atau instrumen yang akan disterilkan
ditempatkan dalam wadah tertutup
√
5. Penyimpanan alat atau instrumen steril
pada tempat yang kering, bersih dan
terpisah dari alat atau instrumen non steril
√
6. Penempatan barang bersih dan kotor
dipisahkan
√
Persentase 100%
Analisis Data
Kepatuhan petugas dalam hand hygiene keseluruhan rata-rata tergolong dalam
kategori sangat baik (85,72 %). Beberap hal seperti penempatan tisu pengering dan
penempatan sampah medis di dekat linen bersih perlu diperhatikan ulang.
Kewaspadaan
standar dalam merawat pasien dengan tujuan mencegah dan memutus rantai infeksi
berjalan
baik.
c) Pelaksanaan Patient Safety
Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan.
Patient safety merupakan salah satu komponen penting dalam proses pelayanan
kesehatan. Dalam rangka JCI, RSUP Dr. Sardjito mengadopsi standar internasional
keselamatan pasien atau International Patient Safety Goals (IPSG). Dalam IPSG
terdapat
6 sasaran meliputi:
Tabel 29. Standar internasional keselamatan pasien atau International Patient
Safety
Goals (IPSG)
Analisa Data
Dari hasil pengamatan dari tanggal 12 Desember 2015 dengan menggunakan
indikator International Patient Safety Goals (IPSG) sesuai tabel diatas, menunjukan
pelaksanaan IPSG di Cendana 5 mencapai presentase 89,17%. Hal ini berarti sangat
baik
dalam pelaksanakan tujuan keselamatan pasien. Kekurangannya terletak pada
identifikasi
pasien pada saat pemberian obat dengan minimal menggunakan 2 identifikasi
pasien dan
labeling pada kotak obat di ruang penyimpanan.
Pelaksanaan patient safety di RSUP Dr. Sardjito menggunakan International
Patient
Safety Goals (IPSG). Sedangkan dari ICN (Infection Control Nursing) RSUP Dr.
Sardjito
dijelaskan ada beberapa indikator untuk 9 Solusi live savingPatient Safety
yaknisebagai
berikut:
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (LookAlike, Sound
Alike
Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error)
dan ini
merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada
saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung
terhadap
18
nama merk atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada
penggunaan
protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label atau
perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara
benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun pemeriksaan
dsb.
Rekomendasi ditekankan kepada metode untukverifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standarisasi dalam metode
identifikasi di
semua RS dalam suatu sistem layanan kesehatan dan partisipasi pasien dalam
konfirmasi
ini, serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama
yang
sama.
Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antar unitunit
pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bias mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan potensial dapat
mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima
pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat
kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta
keluarga
dalam proses serah terima.
Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasuskasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dari miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahankesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra bedah
yang
distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenisjenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra pembedahan; pemberian tanda
pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim
yang
terlibat dalam prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan
sisi yang
akan dibedah.
Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obatobatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
19
Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit ukuran dan
istilah
dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk
mencegah salah obat (medication error) pada titiktitik transisi pasien.
Rekomendasinya
adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat dari seluruh
medikasi yang
sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai ”home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tersebut kepada
petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas pasien
melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan medikasi
atau
cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya
perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya selang yang benar), dan
bilamana menyambung alatalat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan
dan
selang yang benar).
Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV, HBV,
dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya
adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum difasilitas pelayanan kesehatan;
pelatihan
periodik para petugas di lembagalembaga layanan kesehatan khusunya tentang
prinsipprinsip pengrendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga
mengenai
penularan infeksi melalui darah; dan praktik jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah
infeksinosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh duniamenderita
infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang efektifadalah ukuran
preventif
yang primer untuk menghindari masalah ini.Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan,alkohol base hand rubs, yang tersedia pada
titiktitik
pelayanan pasien,tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai
20
teknikkebersihan tangan yang benar, petunjuk mengingatkan penggunaan
tanganbersih di
tempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihantangan melalui
pemantauan atau observasi dan teknikteknik yang lain
Tabel 31. Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Life Saving Patient Safety di Ruang
Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Komponen yang Dinilai
Pelaksanaan
Ya Tidak Keterangan
1. Perhatikan nama obat, rupa dan
ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai
dengan prinsip 6 benar (obat,
dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasian).
b. Perawat melakukan
pendokumentasikan setelah
memberi obat direkam catatan
perkembangan.
c. Obat disusun per pasien pada
tempatnya masing-masing
d. Adanya pencatatan obat masuk
dan keluar
e. Memastikan resep obat yang
diterima dan obat yang diberikan
sama
f. Perawat mengklarifikasi kembali
√
√
√
√
√
Perawat mengidentifikasi obat
sesuai order dan dilakukan
pengecekan di rekam medis
pasien namun tidak melakukan
pengecekan ulang di gelang
pasien. Waktu pemberian kutang
tepat.
Perawat mendokumentasikan
kegiatannya setelah
melakukannya
Obat pasien disimpan di loker
obat pasien. Setiap pasien
memiliki 1 kotak obat yang
ditempatkan di lemari .
Pencatatan obat keluar masuk
dilakukan oleh perawat dan
didokumentasikan
Double check dengan perawat
21
terapi diberikan dokter dengan
mengeja setiap huruf nama obat
g. Perawat menulis nama obat yang
mirip dengan tulisan yang besar
dan jelas
√
√
lain saat memberikan obat
dilakukan.
Klarifikasi berupa tanya-jawab
langsung, tidak dilakukan
pengejaan.
Sudah dilabeli dari farmasi
sehingga perawat tidak
melakukannya lagi.
2. Pastikan identitas pasien
a. Perawat menuliskan identitas
pasien dengan lengkap pada
papan nama pasien yang
diletakkan diatas tempat tidur
pasien
b. Perawat memakaikan gelang
identitas pasien
c. Perawat sebelum melakukan
tindakan selalu mengecek
minimal 2 identitas pasien (misal
nama dan umur)
d. Status pasien terpisah antara 1
pasien dengan pasien yang lain
√
√
√
√
Tidak terdapat papan nama
diatas tempat tidur pasien
Perawat mengidentifikasi pasien
hanya dengan nama saja.
3. Komunikasi secara benar saat serah
terima atau pengoperan
pasien
a. Menyebutkan identitas pasien; √ Saat operan jaga, perawat
22
diagnosa medis, diagnose
keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu
pelaksanaan
b. Menginformasikan jenis dan
waktu rencana tindakan yang
belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan
pasien yang ada selama shift
d. Menyebutkan terapi dan
tindakan medis beserta
waktunya yang telah dilakukan
selama shift
e. Menyebutkan tindakan medis
yang belum dilakukan selama
shift
√
√
√
√
menyebutkan diagnosa medis
yang muncul dan tindakan
keperawatan yang telah
dilakukan. Tidak menyebutkan
diagnosa keperawatan.
Perawat selalu melakukan
konfirmasi pada setiap tindakan
yang sebelumnya dilakukan dan
yang belum dilakukan serta
rencana tindakan yang harus
dilakukan shift berikutnya.
Perawat menyebutkan
perkembangan pasien pada saat
operan dan menuliskan di
catatan perkembangan pasien
Perawat menyebutkan terapi
medis yang telah dilakukan
selama shift nya.
Perawat menyebutkan tindakan
medis yang belum dilakukan.
4. Pastikan tindakan yang benar pada
sisi tubuh yang benar
sebelum tindakan operasi:
a. Ada dokumentasi tindakan di
status pasien
b. Memastikan rencana tindakan
pada catatan perawatan sebelum
√
√
23
melakukan tindakan
c. Memastikan hasil pemeriksaan
penunjang sebelum dilakukan
tindakan operasi
√
5. Kendalikan cairan elektrolit
(konsentrat)
a. Ada dokumentasi mengenai
pemberian cairan
b. Perawat mengecek program
terapi sebelum memberikan
c. Terapi cairan pada pasien
perawat memprogram pemberian
cairan elektrolit pekat sesuai
dengan aturan pemberian
d. Perawat memonitor reaksi
pemberian cairan
e. Perawat menggunakan alat yang
tepat dalam pemberian cairan
f. Perawat mengatur tetesan infus
atau hasil perhitungan sesuai
dengan order
g. Perawat menuliskan catatan
pemberian infus secara
terperinci (tanggal, jam dan
macam cairan)
√
√
√
√
√
√
√
Terdapat dokumentasi
pemberian cairan infuse berapa,
cairannya apa, tetapi tidak ada
pencatatan balance cairan pada
lembar monitoring 24 jam
Perawat melihat program terapi
cairan sesuai instruksi dokter
sebelum memberikan terapi
Program pemberian terapi
cairan yang diberikan oleh
perawat sesuai dengan catatan
instruksi terapi dokter
Perawat telah menuliskan
laporan pemberian infus secara
terperinci di monitor 24 jam.
Tidak semua plabot diberi label
24
yang berisi nama pasien,
tetesan, waktu (tanggal dan jam
pemberian), jam cairan habis.
6. Pastikan akurasi pemberian obat
pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obatobatan
yang sudah diberikan,
waktu pemberian dan rute
pemberian
b. Perawat mengecek ulang
program terapi dari dokter
√
√
Perawat mengisi data obatobatan
dengan benar pada form
pemberian obat pasien dan
melakukan double cek sebelum
memberikan obat.
7. Hindari salah kateter, salah sambung
slang (tube)
a) Perawat mengecek order adanya
pemberian tindakan, misalnya
pemasangan kateter atau NGT
b) Sebelum melakukan tindakan
ada persetujuan klien dan
keluarga
c) Perawat memastikan slang
kateter atau NGT sesuai dengan
ukurannya
d) Perawat menggunakan alat yang
steril
e) Perawat memastikan bahwa
selang masuk ke dalam kandung
TDD
25
kemih
f) Perawat memastikan balon
sudah difiksasi
g) Perawat melakukan tindakan
pemasangan secara atraumatik
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai:
a. Perawat mengecek program
pemberian obat dalam catatan
perawatan
b. Satu spool digunakan sekali
pakai untuk satu obat
c. Perawat memastikan bahwa
spuit dibuang ditempat sampah
medis
d. Perawat membuang spuit dalam
keadaan tertutup
√
√
√
√ Terdapat perawat yang memakai
spuit untuk 2 obat yang berbeda
secara bergantian.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk
mencegah infeksi
Nosokomial
1. Perawat mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
2. Perawat mencuci tangan
menggunakan antiseptic
3. Perawat mencuci tangan dengan
teknik yang benar
√
√
√
26
4. Ada pedoman mengenai cuci
tangan yang benar
√
Jumlah
Skor total = Ya x
(Ya +Tidak)
75% 25%
Analisis Data
Hasil observasi yang telah dilakukan dari tanggal 28-30 Desember 2015,
pelaksanaan
patient safety di Ruang Dahlia 5 dengan menggunakan indikator 9 Solusi Live
Saving Patient
Safety termasuk dalam kategori baik (75%). Hal yang perlu dioptimalkan terletak
pada
pemberian label pada cairan infus belum semua perawat melakukan, belum semua
perawat
melakukan 6 langkah cuci tangan, belum ada papan nama di atas tempat tidur
pasien, belum
ada monitoring balance cairan selama 24 jam. Perbedaan kedua instrumen ini
adalah pada
instrumen 9 Solusi Live Saving Patient Safety tidak menyertakan penilaian resiko
jatuh.
d) Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses yang sangat khsus dan berarti dalam hubungan
anatar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Menurut As
Hornby (1974)
terapeutik adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan,
sehingga mampu menjadi terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Dalam membina hubungan terapeutik perawat mempunyai 4 tahap yang pada setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Tahap-tahap
tersebut
adalah sebagai berikut:
Tahap Preinteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien. Tugas perawat
dalam tahap
ini adalah:
Mendapatkan informasi tentang klien (dari medical record atau sumber yang
lainnya)Mencari literature yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien
Mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
27
MengAnalisis kekuatan dan kelemahan professional diri
Membuat rencana pertemuan dengan klien:
Tipe spesifik data yang akan dicari
Metode yang tepat untuk wawancara
Setting ruangan/waktu yang tepat
Menyiapkan alat dan cuci tangan
Tahap Orientasi/perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas
perawat dalam
tahap ini adalah:
Melakukan kontrak dengan pasien, komponen kontrak :
Nama pasien
Peran yang diharapkan dari perawat dan klien
Tujuan
Kerahasiaan
Harapan
Topik
Waktu dilakukannya interaksi
Membina hubungan saling percaya dengan klien
Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan wawancara. Tugas perawat pada
saat ini
adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi.
Tahap Terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien,
tahap ini
bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir.Pada tahap ini
perawat
mempunyai tugas:
Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif maupun
afektif
Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
Melakukan kontrak
Mengakhiri terminasi dengan baik.
Tabel 32. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Komponen
Pelaksanaan
Ya Tidak
N%N%
A. PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Menyiapkan alat
3.
Membuat rencana pertemuan dengan
klien/keluarga klien
B. FASE ORIENTASI
1.
Memberi salam dan tersenyum pada
klien/keluarga klien
2.
Melakukan validasi (kognitif, psikomotor,
afektif, biasanya pada pertemuan lanjutan)
2.
Menanyakan keluhan klien /keluarga klien
yang mungkin berkaitan dengan kelancaran
pelaksanaan kegiatan
E.
DIMENSI RESPON (RESPON
NONVERBAL)
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata
3. Tersenyum pada saat yang tepat
44
7. Pengembangan MPKP dengan MPM
Pelaksanaan Tugas
1. Pelaksanaan tugas Kepala Ruang
Keperawatan
2. Pelaksanaan tugas Primary Nurse
3. Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse
Hubungan Profesional
1. Hubungan Profesional antara Staf
Keperawatan dengan Pasien
2. Hubungan Profesional Antar Staf
Keperawatan
3. Hubungan Profesional/Kemitraan
Antara Staf Keperawatan Dengan
Dokter/Tim Kesehatan Lain
4. Hubungan Profesional Antara Staf
Keperawatan Dengan Peserta Didik
Dengan MPM
5. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga
(operan)
6. Pelaksanaan Meeting Morning
7. Pelaksanaan Pre Conference
8. Pelaksanaan Post Conference
9. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
10. Pelaksanaan informasi pasien baru
Untuk komunikasi
terapeutik belum
dilakukan secara
maksimal.
Jumlah 18 1
Ya = 94,73% ; Tidak = 5,26%
Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara, didapatkan
bahwa organizing di Dahlia 5 dapat berjalan dengan sangat baik (94,73%). Proses
pengorganisasian yang termasuk pada penerapan MPKP dengan MPM mulai
dilakukan akan
tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu melakukan komunikasi
secara
45
maksimal, karena komunikasi teraupetik akan lebih membuat hubungan antara
perawat dan
pasien lebih terjalin.
Tabel 35. Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Keperawatan di Ruang Dahlia 5
RSUP Dr. Sardjito Tanggal 28-30 Desember 2015
No Variabel Yang Dinilai Observasi
Ya Tdk
1. Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
48
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya
13. Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup
yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga
berikutnya kepada pasien/keluarga baru
49
2. PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang menjadi
tanggung jawabnya segera setelah menerima operan
tugas setiap pasien.
Jumlah 9 1
Persentase 90%
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan hubungan profesional antar staf
keperawatan
dengan pasien pada tabel di atas mencapai kategori sangat baik (90%). Setelah
dilakukan
validasi dengan pasien maupun keluarga pasien ada beberapa pasien yang tidak
mengetahui
nama perawat yang bertanggungjawab merawat.
Tabel 39. Tugas Antar Staf di Ruang Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito
tanggal 28-30 Desember 2015
No Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan Observasi
Ya Tdk
50
1. Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan
rutin Karu minimal 1x/minggu
Jumlah
44
Persentase Ya = 50% ;
Tidak = 50%
Analisa Data
Berdasarkan observasi pelaksanaan hubungan profesional/kemitraan antara staf
keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain, didapatkan hasil skor cukup (50%).
Beberapa
hal yang perlu ditingkatkan antara lain hubungan profesional/kemitraan dengan
dokter/tim
kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik, PN/AN menggunakan
rekam medik
sebagai sarana hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan program
kolaborasi,
dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana
hubungan
profesional dalam rangka program kolaborasi, serta dokter/Tim kesehatan yang lain
mengetahui setiap pasien siapa PN yang merawat.
Tabel 41. Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning dalam Melaksanakan MPM
di Ruang
Dahlia 5 RSUP dr. Sardjito tanggal 28-30 Desember 2015
Variabel yang dinilai Observasi Ket
52
N
o
Ya Tdk
1. KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan
meeting morning
53
Perawat mengoperkan tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi yang telah dilakukan beserta hasil dan
waktu pelaksanaan