You are on page 1of 76

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

DOSEN PENGAMPU
HERMANTO, SE. MM
YUSNEDI SH. M. Hum

DI SUSUN OLEH :
SEMESTER 3B
KELOMPOK 1

MAYSAROH

LILI SURYANI

DELA SANTIA

HAIDIL MARIADI

SIS APRIANTI

ILIYANI NOVIYA RAHMADANA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI( STIE-I ) RENGAT

T.A.2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
tak lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah aspek hukum dalam ekonomi ini. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak ( hermanto, se. mm ) selaku dosen mata kuliah aspek
hukum dalam ekonomi ( stie–I ) rengat yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Kuala cenaku, 9 januari 2022

Penulis

ii
Aspek hukum dalam ekonomi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... 1

BAB II PENGANTAR HUKUM INDONESIA..................................... 2


1. Pengertian hukum ....................................................................... 3
2. Tujuan hukum............................................................................. 3
3. Sumber hukum ........................................................................... 4

BAB III HUKUM PERDATA................................................................ 7


1. Pengertian hukum perdata........................................................... 7
2. Tujuan hukum............................................................................. 10

BAB IV HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN.......................... 11


2.1 Pengertian Perikatan.................................................................... 11
2.2 Sumber-sumber Perikatan........................................................... 11
2.3 Macam-macam Perikatan............................................................ 12
2.4 Pengertian Perjanjian................................................................... 14
2.5 Asas-asas Dalam Hukum Perjanjian........................................... 16
2.6 Syarat Sahnya Perjanjian............................................................ 17
2.7 Macam-Macam Perjanjian.......................................................... 17
2.8 Unsur-Unsur Perjanjian.............................................................. 18
2.9 Akibat-Akibat Perjanjian............................................................ 18
2.10Hapusnya Perjanjian.................................................................. 19

BAB V HUKUM DAGANG................................................................. 21


1. Pengertian hukum dagang.......................................................... 21
2. Sumber-sumber hukum dagang.................................................. 22

BAB VI PERIZINAN............................................................................. 24
2.1 Pengertian siup............................................................................ 24
2.2 Tata Cara pemberian Tanda Daftar Perusahaan (TDP) .............. 25
2.3 Tata cara pemberian izin usaha industry..................................... 26
2.4 Perizinan undang-undang gangguan........................................... 28
2.5 perizinan lembaga pembiayaan................................................... 29

iii
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB VII HUBUNGAN BISNIS........................................................... 30
1. Keagenan, broker Dan komisioner............................................. 30
2. franchising.................................................................................. 36
3. join venture................................................................................. 37
BAB VIII HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL.................................. 38
1. Prinsip dan klasifikasi haki......................................................... 38
2. Hak cipta..................................................................................... 40
3. Hak paten.................................................................................... 41
4. Hak merek................................................................................... 42

BAB IX HUKUM PAJAK..................................................................... 47


1. Sejarah perkembangan pemungutan pajak.................................. 47
2. Pengertian dasar dan ciri-ciri pajak............................................. 49
3. Fungsi-fungsi pajak..................................................................... 51
4. Perbedaan pajak dengan jenis pungutan lainnya......................... 53

BAB X KETENAGA KERJAAN........................................................... 55


2.1 Ketenaga kerjaan.................................................................... 55
2.2 Pengangguran......................................................................... 55
2.3 Upah Yang Berlaku di Indonesia........................................... 59
2.4 Pemagangan........................................................................... 64
2.5 Perjanjian tenaga kerja........................................................... 66

BAB XI PENUTUP................................................................................ 70
1. Kesimpulan.................................................................................. 70
2. Saran............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 71

iv
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam setiap kedudukan kehidupan perekonomian yang sangat dbutuhkan


oleh setiap Negara, baik Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang
menginginkan kelancaran jalannya proses perekonomian. Sehingga
membutuhkan ketaatan-ketaatan dalam setiap proses ekonomi. Dengan adanya
aspek hukum dalam ekonomi yang mengatur setiap jalannya ekonomi, akan
memperlancar dan mengatur perekonomian dengan aturan-aturan yang telah
ditentukan dan dibuat secara kesepakatan. Banyak orang yang
menyalahgunakan aturan hukum ekonomi. Yang seharusnya dijalankan sesuai
dengan aturan yang ditentukan, tetapi karena ingin kemudahan atau
kelancaran yang lebih cepat sehingga ia mengubah aturan tersebut. Disinilah
sebenarnya bagaimana aturan dalam ekonomi itu harus di laksanakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

2. Apa itu pengantar hukum Indonesia ?


3. Apa itu hukum perdata ?
4. Apa itu hukum perikatan dan perjanjian ?
5. Apa itu hukum dagang ?
6. Apa itu perizinan ?
7.
8. Apa itu hubungan bisnis ?
9. Apa itu hak kekakayaan intelektual ?
10. Apa itu hukum pajak ?
11. Apa itu ketenaga kerjaan ?

1.3 TUJUAN MAKALAH

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang aspek hukum


dalam ekonomi dan mengulas kembali pelajaran mata kuliah aspek hukum
dalam ekonomi. Diharapkan juga agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

v
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB II

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

A. PENGERTIAN HUKUM
Dalam kehidupan sehari-hari, kita berpegang teguh dengan hukum yang
berlaku. Hal ini karena Indonesia adalah negara hukum yang telah diterangkan
dalam Pasal 1 ayam 3 UUD 1945. Konsep negara hukum mengarah pada tujuan
terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak asasi manusia,
serta kesejahteraan yang berkeadilan. 

Hukum adalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan


tujuan mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum merupakan peraturan atau adat yang
secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah.

Hukum juga dapat diartikan sebagai undang-undang dan peraturan untuk


mengatur pergaulan hidup masyarakat. Ketaatan kepada peraturan dan hukum
adalah sebuah konsep yang harus diwujudkan dalam diri setiap warga negara.
Semakin seseorang itu taat hukum, maka bisa disimpulkan kalau tingkat
kesadaran hukumnya juga tinggi.

pengertian hukum dapat diartikan sebagai peraturan berupa norma dan sanksi
yang diciptakan untuk mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan menjaga
ketertiban, keadilan, serta mencegah terjadinya tindak kejahatan. Selain itu,
hukum juga menjadi pedoman bagi masyarakat dalam melakukan suatu tindakan
dan mendapatkan kepastian terhadap perlindungan hukum. Adapun pengertian
hukum menurut para ahli, di antaranya sebagai berikut:

1. Aristoteles

Pengertian hukum menurut Aristoteles tidak hanya merupakan kumpulan aturan


yang dapat mengikat dan berlaku pada masyarakat saja, tapi juga berlaku pada
hakim itu sendiri. Dengan kata lain hukum tidak diperuntukkan dan ditaati oleh
masyarakat saja, tapi juga wajib dipatuhi oleh pejabat negara.

2. Montesquieu

Pengertian hukum merupakan gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan


oleh perbedaan alam, politik, etnis, sejarah dan faktor lain dari tatanan
masyarakat, untuk itu hukum suatu negara harus dibandingkan dengan hukum
negara lain.

3. Sunaryati Hartono

vi
Aspek hukum dalam ekonomi
Pengertian hukum tidak hanya menyangkut kehidupan pribadi seseorang dalam
suatu masyarakat, tetapi jika menyangkut dan mengatur berbagai kegiatan
manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya, dengan kata lain hukum
mengatur berbagai kegiatan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Samidjo

Pengertian hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,


berisikan suatu perintah, larangan atau ijin untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

5. Satjipto Rahardjo

Pengertian hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan


petunjuk-petunjuk tingkah laku.

6. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

Pengertian hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh


badan-badan resmi berwajib, yang menentukan tingkah laku

B. TUJUAN HUKUM

- Melindungi hak asasi setiap manusia.

- Menciptakan kesejahteraan, ketenteraman, kenyamanan dalam kehidupan

- Menciptakan rasa keadilan bagi seluruh masyarakat tanpa mengenal kasta.

- Menjadi petunjuk dalam pergaulan bagi setiap anggota masyarakat.

- Menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan
masyarakat.

- Kedamaian hidup manusia berupa ketertiban ekstern antar-pribadi dan


ketenangan intern pribadi; Sebagai sarana penegak dalam proses pembangunan.

- Menyelenggarakan keadilan, ketertiban, kebenaran, ketenteraman, serta


perdamaian sebagai syarat untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

- Mewujudkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan Hukum Menurut Para Ahli

Tujuan hukum bisa Anda kenali dari berbagai pemikiran para ahli. Berikut tujuan
hukum menurut para ahli:

vii
Aspek hukum dalam ekonomi
1. Mochtar Kusumaatmadja

Tujuan hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah menciptakan sebuah


ketertiban sehingga menjadi pokok terciptanya sebuah struktur sosial yang teratur.
Selain itu, hukum memiliki tujuan lain yakni membuat keadilan yang sesuai
dengan masyarakat dan zaman dapat terwujud.

2. Jeremy Bentham

Menurut ahli bernama Jeremy Bentham (1990), tujuan hukum ialah guna
mencapai kemanfaatan. Artinya hukum akan dan dapat menjamin kebahagiaan
orang banyak, teori tersebut juga dikenal dengan teori utilities.

3. Aristoteles

Sebagai seorang ahli, aristoteles mengungkapkan tujuan hukum adalah guna


mencapai sebuah keadilan, artinya memberikan kepada setiap orang atas apa yang
sudah menjadi haknya. Teori itu kini dikenal sebagai teori etis.

4. Geny

Sedangkan menurut Geni (1994) tujuan hukum merupakan untuk mencapai


adanya keadilan dan juga sebagai unsur keadilan. Unsur keadilan yaitu
kepentingan daya guna serta kemanfaatan.

5. Immanuel Kant

Tujuan hukum selanjutnya menurut Immanuel Kant adalah keseluruhan syarat


yang dengan kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri
dengan lainnya untuk menuruti peraturan hukum soal kemerdekaan.

C. SUMBER HUKUM

Secara umum, sumber hukum merupakan asal mula hukum itu ada, dari mana,
dan bagaimana awalnya diterapkan.

Dalam buku Pokok-Pokok Filsafat Hukum (2006) karya Darji Darmodiharjo,


pengertian sumber hukum akan berbeda-beda di antara para ahli.

Menurut ahli sejarah, sumber hukum merupakan undang-undang atau


dokumen lain yang bernilai sama dengan undang-undang. Sementara ahli
sosiologi dan antropologi mengatakan sumber hukum berasal dari masyarakat.

Berbeda dengan ahli ekonomi, sumber hukum yaitu apa yang tampak di
lapangan. Sedangkan ahli agama menganggap, sumber hukum adalah kitab-kitab
suci.

viii
Aspek hukum dalam ekonomi
Bagi ahli filsuf, sumber hukum yakni segala ukuran yang digunakan untuk
menentukan bahwa suatu hukum itu adil, mengapa orang menaati hukum, dan
sebagainya.

. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa sumber hukum adalah


segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan sebagainya yang
digunakan suatu bangsa sebagai pedoman hidup pada masa tertentu.

Sehingga sumber hukum dapat diartikan sebagai bahan atau materi yang berisi
hukum itu dibuat dan dibentuk, proses terbentuknya hukum, dan bentuk hukum
itu sehingga dapat dilihat, dirasakan, atau diketahui.

Menurut buku Pengantar Hukum Indonesia (2019) karya Rahman Amin, sumber
hukum yaitu segala sesuatu yang dapat melakukan, menimbulkan aturan hukum
serta tempat ditemukannya aturan hukum.

Sumber hukum inilah yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan


memaksa. Jika aturan dilanggar, maka akan ada sanksi tegas dan nyata bagi
pelanggarnya.

Jenis sumber hukum

Sumber hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Sumber hukum materiil
Sumber hukum materiil merupakan sumber dari mana materi hukum diambil.
Sumber hukum ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau materi
hukum.

Contohnya, sumber hukum materiil seperti agama, kesusilaan, kehendak Tuhan,


akal budi, hubungan sosial, dan sebagainya.

b) Sumber hukum formal


Sumber hukum formal yaitu sumber suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum. Sumber-sumber hukum formal membentuk pandangan-pandangan hukum
menjadi aturan-aturan hukum dan mengikat.

Sumber hukum formal meliputi beberapa hal, seperti:

1) Undang-undang
Undang-undang meliputi semua bentuk peraturan perundang-undangan (dalam
pengertian materiil, bukan hanya dalam arti formal).

2) Kebiasaan

ix
Aspek hukum dalam ekonomi
Perbuatan manusia atau lembaga yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai
hal yang sama. Jika kebiasaan diterima masyarakat luas dan merasa wajib, maka
kebiasaan itu dipandang sebagai hukum tidak tertulis.

x
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB III

HUKUM PERDATA

A.PENGERTIAN HUKUM PERDATA

Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
individu dengan badan hukum. Untuk pertama kalinya istilah hukum perdata
dikenal Indonesia dalam bahasa Belanda yakni Burgerlijk Recht. Sumber hukum
perdata dikodifikasikan dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan dialih bahasa
menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Terdapat
beberapa pandangan terkait dengan KUHPerdata ini salah satunya, KUHPerdata
dipandang sebagai suatu pedoman saja karena tidak pernah ada terjemahan resmi
dari Burgerlijk Recht yang aslinya masih berbahasa Belanda.

Hukum diartikan sebagai seperangkat kaidah, sementara perdata adalah


pengaturan hak, harta benda dan kaitannya antara individu maupun badan hukum
atas dasar logika. Hukum perdata populer dengan sebutan hukum private sebab
mengatur kepentingan perseorangan.
Berikut ini beberapa ahli yang menyumbangkan definisi hukum perdata menurut
pandangannya
1. Prof. Subekti
Menurut Prof. Subekti, hukum perdata merupakan semua hukum private materiil
berupa segala hukum pokok mengatur kepentingan perseorangan.
2. Prof. Sudikno Mertokusumo
Hukum perdata yakni keseluruhan peraturan mempelajari tentang hubungan
antara orang yang satu dengan orang lainnya. Baik meliputi hubungan keluarga
dan pergaulan masyarakat.
3. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan
Hukum perdata diartikan sebagai hukum yang mengatur kepentingan warga
negara perseorangan yang satu dan perseorangan lainnya.

Sejarah Hukum Perdata di Indonesia


Sejarah hukum perdata di Indonesia berhubungan dengan sejarah hukum
perdata Eropa. Terutama Eropa kontinental yang diberlakukan Hukum Perdata
Romawi menjadi hukum orisinil dari benua Eropa. Akan tetapi karena kultur dan
aturan masyarakat masing-masing wilayah berbeda, membuat orang-orang
mencari kepastian dan kesatuan hukum.
Berdasarkan catatan Napoleon pada tahun 1804, telah dihimpun hukum perdata
yang dinamakan Code Civil de Francais. Masyarakat Eropa juga mengenalnya
dengan sebutan Code Napoleon. Terhitung tahun 1809-1811 dimana Perancis
tengah menjajah Belanda.

xi
Aspek hukum dalam ekonomi
Seiring dengan itu pula Raja Lodewijk Napoleon menerapkan Wetboek
Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad. Isinya hampir sama dengan Code
Civil de Francais dan Code Napoleon diberlakukan menjadi sumber hukum
perdata Belanda.
Usai masa penjajahan berakhir, Belanda akhirnya menerapkan secara tetap
Code Napoleon dan Code Civil des Francais sebagai aturan hukum. Barulah tahun
1814, Belanda mengkodifikasi susunan ini menjadi Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (Sipil).
Dasar kodifikasi hukum Belanda tersebut dibuat Mr.J.M.Kemper dan dikenal
sebagai Ontwerp Kemper. Namun, sebelum tugasnya selesai Kemper meninggal
dunia pada tahun 1824. Selanjutnya, kodifikasi hukum Belanda diteruskan oleh
Nicolai yang ketika itu menjadi Ketua Pengadilan Tinggi di Belanda.
6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil membuat BW atau
Burgerlijik Wetboe (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda). Serta
dibuat WvK atau Wetboek van Koophandle (Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang).
Ketika Belanda menjajah Indonesia, secara gamblang menerapkan kedua kitab
undang-undang tersebut. Bahkan, KUHPerdata dan KUHDangan hingga kini
masih digunakan oleh bangsa Indonesia. Pada tahun 1948 atas dasar asas
concordantie (asas politik), Indonesia memberlakukan kedua Kitab
UndangUndang tersebut secara resmi.

Sumber-sumber Hukum Perdata


Secara harfiah, sumber hukum perdata terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum
perdata tertulis dan tidak tertulis (berupa kebiasaan). Khusus sumber hukum
perdata tertulis memiliki banyak sumber, diantaranya:
1. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).
2. Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Ketetapan produk hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia
berdasarkan asas concordantie.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel
(WvK).
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.
Keberadaan
UU ini mencabut berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak
atas tanah, kecuali hipotek. Undang-undang Agraria secara umum
mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum adat.
5. UUg Nomor 16 Tahun 2019 jo No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

xii
Aspek hukum dalam ekonomi
6. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan
benda berhubungan dengan tanah.
7. UU Nomor Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
8. UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
9. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Contoh
Pasal Dalam KUHPerdata
Ada beberapa contoh pasal dalam KUHPerdata, yakni sebagai berikut. Pasal
570
“Hak milik adalah kepemilikan untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan
dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang,
ketertiban umum tanpa menggaggu hak orang lain.

hukum perdata di Indonesia terdiri dari:


1. hukum perdata adat. Ketentuan hukum yang mengatur hubungan individu
dalam masyarakat adat yang berkaitan dengan kepentingan perseorangan.
ketentuan-ketentuan adat ini umumnya tidak tertulis dan berlaku turun
temurun dalam kehidupan masyarakat adat tersebut.
2. hukum perdata eropa. Ketentuan atau hukum-hukum yang mengatur
hubungan hukum mengenai kepentingan orang-orang Eropa.
3. hukum perdata nasional. Bidang-bidang hukum sebagai hasil produk
nasional. salah satu bagian hukum perdata nasional adalah hukum
perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum
Agraria dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.

Contoh Hukum Perdata


• masalah warisan
• utang piutang
• wanprestasi
• sengketa kepemilikan barang
• pelanggaran hak paten
• perebutan hak asuh anak
• pencemaran nama baik

Contoh hukum perdata yang bisa berubah menjadi pidana


Ada beberapa contoh kasus dimana hukum perdata bisa berubah menjadi kasus
pidana. misalkan kasus hutang piutang dimana pelaku melakukan wanprestasi,

xiii
Aspek hukum dalam ekonomi
maka ia dianggap tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya, maka bisa
dituntut ke meja hijau dan berujung masuk penjara.

Contoh : perjanjian antara kesepakatan mantan suami untuk menafkahi mantan


istri dan anaknya, kesepakatan pembayaran hutang piutang, perjanjian bisnis, dll.

Ada juga kasus hukum perdata yang mengandung unsur-unsur pidana seperti
pemalsuan dokumen, kasus penyogokan (korupsi), penipuan, pemaksaan dengan
unsur kekerasan dll. semua itu akan diproses secara hukum pidana di pengadilan.

contoh : Pemalsuan sertifikat lahan, pemalsuan dokumen perusahaan, upaya


penyogokan, praktek korupsi, sengketa lahan, dll.

B.TUJUAN HUKUM PERDATA


Tujuan hukum perdata adalah Untuk merealisir pelaksanaan dari hukum perdata
materiil.

Hukum perdata juga memiliki fungsi yaitu:

Mempertahankan dan melaksanakan hukum perdata materiil, artinya hukum


perdata materiil itu dipertahankan oleh alat-alat penegak hukum berdasarkan
hukum acara perdata.

xiv
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB IV

PERIKATAN DAN PERJANJIAN

2.1 PENGERTIAN PERIKATAN

Sebelum memulai uraian tentang hukum perjanjian, terlebih dahulu kita


harus memahami tentang “perikatan” sebagai akibat yang ditimbulkan oleh
karena adanya perjanjian, dan juga karena dinyatakan oleh undang-undang.
Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang hanya mengenal istilah
“perjanjian”, seperti halnya perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa dan
sebaginya, tetapi istilah “perikatan” mungkin kurang dikenal.

Bila satu pihak menjual barang kepada pihak lainnya kita hanya dapat melihat
bahwa diantara kedua orang tersebut terjadi perjanjian jual beli tetapi kita tidak
dapat melihat perikatan yang timbul kerenanya, hal mana disebabkan karena
memang perikatan tidak dapat dilihat (abstrak).

Perikatan juga dapat defenisikan sebagai berikut:

“Hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan antara 2 pihak atau lebih dasar
mana satu pihak berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas
suatu prestasi” (Subekti, 1982 Hukum Perikatan).

Prestasi dalam suatu perikatan dapat berupa :

1. Memberikan sesuatu
2. Melakukan sesuatu
3. Tidak melakukan sesuatu

2.2 SUMBER-SUMBER PERIKATAN

Perikatan yang lahir karena undang-undang

Perikatan yang bersumber dari undang-undang dapat terdiri dari undang-


undang saja, contohnya adalah perikatan-perikatan yang lahir karena hubungan
keluarga. Seperti yang tercantum dalam Buku I KUH Perdata, bahwa seorang
anak yang mampu memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada orang
tuanya yang berada dalam keadaan miskin dan undang-undang karena perbuatan
manusia terdiri dari perbuatan yang baik yang sesuai dengan hukum (menentukan)
ataupun yang melawan hukum.Perikatan yang lahir dari undang-undang karena
suatu perbuatan yang diperbolehkan (zaakwarneming)adalah pertama timbul jika
seseorang melakukan suatu “perbuatan yang tidak diwajibkan” (Pasal 1359 yang 1

xv
Aspek hukum dalam ekonomi
KUH Perdata). Perbuatan yang demikian itu menerbitkan suatu perikatan, yaitu
memberikan hak kepada orang yang telah membayar itu untuk menuntut kembali
apa yang telah dibayarkan dan meletakan kewajiban kepada pihak lain untuk
mengembalikan pembayaran tersebut. (lihat juga Pasal 1354 KUH Perdata)

Perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan seseorang yang


melanggar hukum diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata. Pasal ini menyatakan
bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatige daad) mewajibkan
orang yang melakukan perbuatan itu, karena kesalahannya telah timbul kerugian,
untuk membayar kerugian itu.
Perikatan yang Lahir Karena Perjanjian/Persetujuan

Perikatan yang lahir karena perjanjian/persetujuan ini adalah bahwa, apabila


ada perjanjian/persetujuan para pihak yang lahir dan telah memenuhi syarat-syarat
sahnya suatu perjanjian sehingga melahirkan suatu prestasi dan mempunyai akibat
hukum maka perjanjian/persetujuan tersebut telah menjadi suatu perikatan.
Sedangkan apabila suatu perjanjian/persetujuan tersebut tidak memenuhi syarat
sahya suatu perjanjian (Pasalm1320 KUH Perdata) maka berakibat, perjanjian
tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum. Sehingga tidak dapat dikatakan
sebagai suatu perikatan.

2.3 MACAM-MACAM PERIKATAN

1.       Perikatan Bersyarat

Perikatan ini terbagi kedalam dua jenis :

a.       Perikatan dengan syarat tangguh

Yaitu perikatan yang terjadi atau tidaknya ditangguhkan hingga


terjadinya suatu peristiwa. Misalnya jika C pindah keluar kota maka C
akan menjual mobilnya kepada D. Tetapi jika tidak maka jadi pindah maka
C tidak akan menjual mobilnya tersebut kepada D.

b.       Perikatan dengan syarat batal

Yaitu perikatan yang pemenuhan prestasinya dapat berakhir dengan


terjadinya suatu peristiwa. Misalnya, Y menyewakan rumahnya kepada Z
dengan perjanjian bahwa sewa menyewa tersebut akan berakhir jika
anaknya sudah menikah.

2.   Perikatan dengan Ketepatan waktu

xvi
Aspek hukum dalam ekonomi
Perikatan ini menghendaki agar lamanya waktu ditentukan atau
pelaksanaannya ditangguhkan. Misalnya A menyewakan rumahnya kepada B
untuk 5 (lima) tahun atau C akan menjual jeruknya kalau jeruk tersebut telah
matang dan siap untuk dipanen

3.   Perikatan Alternatif

Perikatan ini pemenuhan prestasinya dapat dipilih oleh debitur dari


berbagai alternatif yang telah ditentukan dalam perjanjian

Misalnya M mempunyai hutang kepada N sebanyak Rp.10.000.000,-


(sepuluh juta). Untuk dibebaskan dari utangnya M dapat memilih, apakah ia
akan menyerahkan uang, atau mobil atau rumah kepada N.

4.   Perikatan Tanggung Menanggung

yang lain dibebaskan dari kewajiban untuk membayar.

5.    Perikatan yang Dapat Dibagi dan yang Tidak Dapat Dibagi

Perikatan yang dapat dibagi yaitu perikatan yang dapat dibagi dengan
tidak mengurangi hakekat prestasi tersebut.

Contoh :

1(satu) kwintal beras merupakan prestasinya dapat dibagi. Sedangkan


perikatan yang tidak dapat dibagi yaitu yang prestasinya jika dibagi akan
kehilangan hakikatnya. Contoh seekor kambing tidak dapat dibagi tanpa
kehilangan hakikatnya.

6.    Perikatan dengan Ancaman Hukum

Yaitu perikatan yang disertai dengan ancaman hukuman yang merupakan


jaminan bagi pelaksanaan perikatan tersebut jika debitur tidak memenuhi
prestasinya.

Misalnya :

A memborongkan pembangunan rumahnya kepada B dengan harga


Rp.50.000.000,- (lima puluh juta) yang harus selesai pada akhir tahun. Jika
sampai akhir tahun tidak selesai maka B wajib membayar Rp.200.000,-
(dua ratus Ribu) untuk setiap bulan keterlambatan.

7.   Perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang

xvii
Aspek hukum dalam ekonomi
Sebagaimana telah diterangkan tentang sumber-sumber perikatan,
yaitu perikatan yang lahir karena undang-undang dan yang lahir karena
persetujuan/perjanjian. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat
dibagi atas :

1. Yang lahir dari undang-undang saja,


2. Yang lahir dari undang-undang karena perbuatan seseorang, sedangkan
perbuatan orang ini dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan, atau
yang melanggar hukuman (onrectmatig).
a. Yang dimaksud dengan perikatan-perikatan yang lahir dari
undang-undang saja ialah misalnya perikatan-perikatan yang
timbul oleh hubungan kekeluargaan. Jadi yang terdapat dalam
Buku I BW(KUH Perdata), misalnya kewajiban seorang anak yang
mampu untuk memberikan nafkah pada orang tuanya yang berada
dalam keadaan kemiskinan.
b. Suatu perbuatan perikatan lagi yang lahir dari undang-undang
karena perbuatan yang diperbolehkan adalah yang dinamakan
“Zaakwaarneming”(psl.1354 KUH Perdata), jika seseorang
dengan tidak diminta dan dengan sukarela mengurus kepentingan
orang lain.
c. Suatu perbuatan perikatan lagi yang lahir dari undang-undang
karena perbuatan yang melanggar hukum diatur dalam pasal 1365
KUH Perdata. Pasal ini menetapkan, bahwa tiap perbuatan yang
melanggar hukum (onrectmatige daad”) mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan tersebut, karena kesalahannya telah timbul
kerugian, untuk membayar kerugian tersebut.

2.4 PENGERTIAN PERJANJIAN

Sebelum membahas perjanjian, mari kita lihat contoh-contoh kasus dibawah


ini :

1.       Kasus A:

A menjual rumahnya kepad B dengan harga yang amat murah karena B


mengancam akan membuka rahasia pribadi A jika A tidak mau menjual
rumahnya dengan harga yang dikehendaki oleh B.

2.       Kasus B:

Seorang anak berumur 10 tahun menjual kendaraan milik ayahnya tanpa


setahu dan seizin ayahnya.

xviii
Aspek hukum dalam ekonomi
3.       Kasus C:

X dan Y melakukan transaksi jual beli narkotika.

4.       Kasus D:

A seorang pegawai negeri sipil yang sedang mengalami kesulitan


keuangan dalam rumah tangganya, dengan disetujui oleh istrinya menjual
sebidang tanah milik mereka kepada B dengan harga yang disepakati
bersama antara A (penjual) dan B (pembeli). Proses jual beli tersebut
dilaksanakan di hadapan seorang Notaris dan PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah

Pertanyaan :

Dari keempat contoh kasus di atas, manakah yang merupakan perjanjian


yang sah menurut hukum?

Untuk dapat menjawab pertanyaaan tesebut berikut ini akan kita


pelajari theori tentang perjanjian. Ketika kita membahas tentang perikatan
telah kita pelajari pula tentang sumber-sumber suatu perikatan. Kita
mengetahui bahwa perikatan bersumber dari undang-undang dan
perjanjian. Perikatan yang berasal dari undang-undang telah kita singgung
dalam pembahasan terdahulu. Kini kita menginjak pada perikatan yang
bersumber dari perjanjian.

Perikatan yang bersumber dari perjanjian ini lebih penting dari


perikatan yang bersumber dari undang-undang, karena perikatan yang
lahir karena perjanjian adalah perikatan yang lahir karena kehendak para
pihak (pihak-pihak yang melakukan perjanjian). Kedua pihak sendirilah
yang menghendaki timbulnya hak dan kewajiban diantara mereka.
Sedangkan perikatan yang timbul karena undang-undang tidak atas dasar
kehendak para pihak melainkan karena undang-undang telah menentukan
demikian.

Pengertian perjanjian dapat dilihat sebgai berikut :

Undang-undang memberikan gambaran (omschrijving) suatu


persetujuan/perjanjian (oblogatoir) dalam pasal 1349 BW (1313 KUH Perdata) :
suatu perbuatan, yang didalamnya satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang atau lebih.

xix
Aspek hukum dalam ekonomi
Penggambaran (omschrijving) ini tidak luput dari kecaman. Mayoritas
penulis memberi arti pada perbuatan yang disebut dalam pasal yang bersangkutan
sebagai ”perbuatan hukum”, padahal defenisi otentik ini mengandung cacat pula
karena yang dimaksudkan di sini sepihak, yakni persetujuan yang hanya
menimbulkan perikatan pada salah satu pihak saja.

Tetapi bagaimanapun tidak semua penulis menolak defenisi yang diberikan


undang-undang tersebut. Van Dunne berpendapat bahwa naskah undang-undang
justru menunjang pandangannya tentang pengertian persetujuan.Menurut Van
Dunne suatu persetujuan adalah “perbuatan-perbuatan, yang di dalamnya masing-
masing pihak mengikatkan diri terhadap pihak yang lain, dengan kata lain para
pihak mengikatkan diri dengan perbuatan hukum (rechtshandelingen) secara
terpisah (sepihak), yang dapat disebut dengan julukan penawaran (aanbod) dan
penerimaan (aanvaarding).”

Dewasa ini perjanjian sudah berkembang dengan pesat sebagai akibat


perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi dan sebagai cermin dari arus
modernisasi dalam segala bidang. Perjanjian ini tidak lagi hanya menyangkut hal-
hal yang diatur undang-undang tetapi juga disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, terutama dalam hubungan dengan dunia bisnis.

2.5 ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

Asas Kebebasan Berkontrak (pasal 1338 KUH Perdata)

Hukum perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata. Berbeda dengan
hukum benda yang diatur dalam buku II KUH Perdata yang menganut sistem
tertutup. Buku III tentang perjanjian ini menganut sistem terbuka.

Dalam hukum benda yang bersifat tertutup orang tidak boleh mengadakan
perjanjian selain yang diatur yang berupa dan berisi apa saja asalkan tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan berisi apa saja asalkan tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Inilah yang disebut sebagai “asas
kebebasan berkontrak”.

Asas kebebasan berkontrak ini dapat kita lihat dalam pasal 1338 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secarah sah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Adapun
undang-undang berlaku selama tidak terdapat aturannya dalam perjanjian yang
dibuat oleh para pihak.

  Asas Konsensualisme

xx
Aspek hukum dalam ekonomi
Dalam hukum perjanjian, perikatan timbul sajak tercapainya kata sepakat.
Misalnya untuk perjanjian jual beli, perjanjian terjadi sejak para pihak sepakat
untuk melakukan transaksi jual beli tersebut walaupun uang dan barang belum
diserahkan. Inilah yang disebut “asas konsensualisme”.

Asas konsensualisme ini dapat disimpulkan dari pasal 1320 KUH Perdata, bahwa
untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 syarat :

1. Kata sepakat antara kedua belah pihak


2. Kecakapan untuk melakukan tindakan hokum
3. Hal yang tertentu
4. Sebab (kausa) yang halal

Pasal di atas tidak memperlihatkan suatu formalitas lain disamping adanya


kesepakatan. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa hukum perjanjian menganut
asas konsensualisme. Akan tetapi asas konsensualisme ini tidak berlaku untuk
semua perjanjian karena undang-undang sendiri menyatakan adanya perjanjian-
perjanjian yang memerlukan formalitas lain, yaitu yang kita kenal dengan
perjanjian “Formal” dan “Rill”.

Perjanjian formal yaitu perjanjian yang harus dituangkan dalam bentuk


tertentu. Misalnya perjanjian hibah harus dilakukan dengan akta notaris.

Sedangkan perjanjian riil yaitu perjanjian yang selain memerlukan adanya


kata sepakat juga memerlukan adanya penyerahan barang, misalnya penitipan
barang dan pinjam pakai.

2.6 SYARAT SAHNYA PERJANJIAN


a. Kata sepakat antara kedua belah pihak
b. Kecakapan Untuk Melakukan Tindakan Hukum
c. Sebab atau kausa yang halal

2.7 MACAM-MACAM PERJANJIAN

1. Perjanjian untuk memberikan sesuatu,


Yaitu perjanjian yang terjadi bilamana salah satu atau kedua belah pihak
diwajibkan untuk memberikan sesuatu yang dapat berupa benda atau
bukan benda. Yang masuk dalam perjanjian ini adalah perjanjian jual beli
(memberikan barang), sewa menyewa (memberikan kenikmatan atas suatu

xxi
Aspek hukum dalam ekonomi
benda), hibah (memberikan sesuatu tanpa adanya suatu imbalan), dan lain-
lain.
2. Perjanjian untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu
Yaitu perjanjian yang terjadi bilamana salah satu pihak diwajibkan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan atas permintaan pihak lainnya. Biasanya ini
berhubungan dengan keahlian seseorang. Misalnya perjanjian untuk
menjahitkan pakaian, membuat kursi, melakukan suatu pekerjaan atas
dasar perjanjian kerja dan lain-lain.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat atau melakukan sesuatu
Yaitu perjanjian yang terjadi bilamana salah satu pihak berjanji kepada
pihak lainnya untuk tidak melakukan sesuatu atas permintaan pihak
lainnya. Misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan perusahaan sejenis,
perjanjian untuk tidak mendirikan bangunan, dan lain-lain.

2.8 UNSUR-UNSUR PERJANJIAN

Ada 3 unsur dalam perjanjian, yaitu Esensialia, Naturalia, dan Accidentalia.

Esentialia

Bagian yang mutlak harus ada dalam suatu perjanjian. Tanpa itu perjanjian-
perjanjian tidak mungkin ada. Misalnya dalam hal perjanjian jual beli,
esensialianya adalah harga barang yang diperjual belikan.

Naturalia

Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang ditentukan oleh undang-undang


sebagai peraturan yang bersifat mengatur. Misalnya adanya jaminan dalam
perjanjian kredit

Accidentalia

Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak karena
tidak ada pengaturannya dalam undang-undang. Misalnya sewa penginapan
(hotel) berikut cafetaria dan fasilitas lainnya.

2.9 AKIBAT-AKIBAT PERJANJIAN


Perjanjian yang dibuat para pihak berakibat sebagai Undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya (psl 1338 KUH Perdata).

1.       Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-Undang Bagi Para Pihak

xxii
Aspek hukum dalam ekonomi
Ketentuan ini terdapat dalam pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan
bahwa semua perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya (asas Pacta sunt servanda). Ini berarti
bahwa para pihak terikat untuk mematuhi serta mentaati apa yang telah
mereka sepakati, karena perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka sendiri.

2.       Perjanjian Tidak Dapat Ditarik Kembali Oleh Salah Satu Pihak

Perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tidak dapat ditarik kembali,
kecuali kedua belah pihak sepakat untuk menarik atau karena ditentukan
demikian oleh undang-undang. Perjanjian berlaku hanya bagi para pihak yang
membuatnya. Perjanjian berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya serta
tidak dapat membawa kerugian kepada pihak lain yang tidak membuatnya.
Demikian juga pihak ketiga ini tidak akan mendapat manfaat dari perjanjian
yang dibuat oleh para pihak. Hal ini dinyatakan dalam pasal 1317 KUH
Perdata.

3.       Kreditur Bisa Mengajukan Actio Pauliana

Actio Pauliana yaitu pembatalan perbuatan debitur (dengan pihak ketiga)


oleh kreditur yang tidak diwajibkan, dan dapat merugikan kreditur. Ketentuan
ini terdapat didalam pasal 1317 KUH Perdata yang menyatakan bahwa
kreditur boleh mengajukan pembatalan segala perbuatan debitur yang
menyatakan bahwa kreditur boleh mengajukannya. Akan tetapi kreditur harus
membuktikan bahwa perbuatannya tersebut dapat merugikan kreditur.
Misalnya A sebagai debitur yang mempunyai utang kepada B (kreditur) tiba-
tiba menghibahkan hartanya kepada C. Sedangkan dalam hal ini dapat
mengakibatkan kerugian pada B bila harta A habis sebelum ia membayar
utangnya.

2.10 HAPUSNYA PERJANJIAN

Hapusnya perjanjian tidak sama dengan hapusnya perikatan. Suatu


perikatan dapat hapus dengan pembayaran tetapi perjanjian yang merupakan
sumbernya mungkin belum hapus. Bila X dan Y mengadakan jual beli.
Perikatan dapat hapus dengan dibayarnya harga oleh Y selaku pembeli. Tetapi
mungkin perjanjiannya masih ada. Untuk hapusnya perjanjian, tujuan
perjanjian masih ada. Untuk hapusnya perjanjian, tujuan perjanjian (yaitu
memiliki barang) harus tercapai dulu. Jadi jika perikata-perikatan yang
terdapat. Bila perjanjian telah hapus seluruhnya barulah perjanjian dinyatakan
telah berakhir.

xxiii
Aspek hukum dalam ekonomi
Ada Beberapa Cara Hapusnya Perjanjian :

1.    Ditentukan dalam perjanjian oleh kedua belah pihak misalnya penyewa


dan yang menyewakan bersepakat untuk mengadakan perjanjian sewa
menyewa yang akan berakhir setelah 3 tahun.

2.    Ditentukan oleh undang-undang. Misalnya perjanjian untuk tidak


melakukan pemecahan harta warisan ditentukan paling lama 5 tahun.

3.    Ditentukan oleh para pihak dan undang-undang. Misalnya dalam


perjanjian kerja ditentukan bahwa jika buruh meninggal dunia perjanjian
menjadi hapus.

4.   Pernyataan menghentikan perjanjian. Hal ini dapat dilakukan, baik oleh


salah satu atau dua belah pihak. Misalnya baik penyewa maupun yang
menyewakan dalam sewa-menyewa orang meyatakan untuk mengakhiri
perjanjian sewanya.

5.    Ditentukan oleh putusan hakim. Dalam hal ini hakimlah yang menentukan
barakhirnya perjanjian antara para pihak.

6.    Tujuan perjanjian telah tercapai. Misalnya dalam perjanjian jual beli salah
satu pihak telah mendapat uang dan pihak lain telah mendapat barang
maka perjanjian akan berakhir.

7.   Dengan persetujuan para pihak. Dalam hal ini pihak masing-masing setuju
untuk saling menghentikan perjanjiannya. Misalnya perjanjian pinjam
pakai berakhir karena pihak yang meminjam mengembalikan barangnya.

xxiv
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB V

HUKUM DAGANG

A. PENGERTIAN HUKUM DAGANG


Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak
dengan pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang. Definisi lain
menyatakan bahwa hukum dagang merupakan serangkaian norma yang timbul
khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan. 

Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum


perikatan. Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia
dalam urusan dagang. Oleh karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum
kebendaan. Kemudian hukum dagang juga berkaitan dengan hak dan kewajiban
antar pihak yang bersangkutan dalam urusan dagang. Hukum perikatan mengatur
hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang dikategorikan ke dalam hukum perikatan.
Hukum perikatan adalah hukum yang secara spesifik mengatur perikatan-
perikatan dalam urusan dagang.

Sejarah hukum dagang

Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000 hingga
1500 pada abad pertengahan di Eropa. Kala itu telah lahir kota-kota yang
berfungsi sebagai pusat perdagangan,
seperti Genoa, Venesia, Marseille, Florence hingga Barcelona. Meski telah
diberlakukan Hukum Romawi (Corpus Iuris Civilis), namun berbagai masalah
terkait perdagangan belum bisa diselesaikan. Maka dari itu dibentuklah Hukum
Pedagang (Koopmansrecht). Saat itu hukum dagang masih bersifat kedaerahan.

Kodifikasi hukum dagang pertama dibentuk di Prancis dengan nama Ordonance


de Commerce pada masa pemerintahan Raja Louis XIV pada 1673. Dalam hukum
itu terdapat segala hal berkaitan dengan dunia perdagangan, mulai dari pedagang,
bank, badan usaha, surat berharga hingga pernyataan pailit.

Pada 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang kedua dengan nama Ordonance de


la Marine. Dalam kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan dengan dagang dan
kelautan, misalnya tentang perdagangan di laut.

Kedua hukum itu kemudian menjadi acuan dari lahirnya Code de


Commerce, hukum dagang baru yang mulai berlaku pada 1807 di Prancis. Code
de Commerce membahas tentang berbagai peraturan hukum yang timbul dalam
bidang perdagangan sejak abad pertengahan.

xxv
Aspek hukum dalam ekonomi
Code de Commerce kemudian menjadi cikal bakal hukum dagang di Belanda dan
Indonesia. Sebagai negara bekas jajahan Prancis, Belanda
memberlakukan Wetboek van Koophandel yang diadaptasi dari Code de
Commerce. Meski telah dipublikasikan sejak 1847, penerapan Wetboek van
Koophandel baru berlangsung sejak 1 Mei 1848. Lalu Belanda menjajah
Indonesia dan turut mempengaruhi perkembangan hukum dagang di Indonesia.

Akhirnya lahirlah Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang


diadaptasi dari Wetboek van Kopphandel yang kemudian menjadi salah satu
sumber dari hukum dagang Indonesia.

B. SUMBER-SUMBER HUKUM DAGANG


Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan
pada sumber. Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum
dagang, yakni hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang
belum dikodifikasikan dan hukum kebiasaan.

Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah
KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang
dagang umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab.
Selain KUHD, sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) atau juga dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah
satu bab pada BW membahas tentang perikatan.

Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang


menjadi acuan. Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal, Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditas dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 tentang dokumen
perusahaan. Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah
Pasal 1339 KUH Perdata dan Pasal 1347 KUH Perdata.

Subjek hukum dagang

Pendukung hak dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh manusia sejak lahir
hingga meninggal dunia dan juga dimiliki oleh pribadi hukum yang secara dengan
sengaja diciptakan oleh hukum sebagai subjek hukum. Definisi lain menjelaskan
bahwa subjek hukum adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban
sehingga memiliki wewenang hukum (rechtbevoegheid).

xxvi
Aspek hukum dalam ekonomi
Dalam hukum dagang, hal yang menjadi subjek hukum adalah badan usaha.
Istilah lain dari badan usaha adalah perusahaan, baik perseorangan ataupun telah
memiliki badan hukum. Ada 8 jenis badan usaha, yakni

1. Perusahaan Dagang/Usaha Dagang (PD/UD)


2. Firma (fa)
3. Commanditaire Vennotschap (CV)
4. Perseroan Terbatas
5. Koperasi
6. Perseroan
7. Perum
8. Holding Company/Grup/Concern

xxvii
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB VI

PERIZINAN
A. PENGERTIAN SIUP

SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)? Pengertian SIUP adalah surat ijin yang


diberikan kepada suatu badan usaha untuk dapat melakukan kegiatan usaha
perdagangan.

Pelaku usaha atau bisnis pasti sudah familiar dengan SIUP atau Surat Izin Usaha
Perdagangan. Semua badan usaha, baik milik pribadi maupun kelompok (UD,
CV, PT, Firma, Koperasi, BUMN, dan lainnya) diwajibkan memiliki SIUP
sebagai bukti pengesahan dari bisnis yang dijalankan.

Tanpa memiliki SIUP berarti bisnis atau usaha Anda adalah ilegal. Dalam artikel
ini akan dibahas juga mengenai jenis-jenis SIUP, dan manfaatnya dalam bisnis.

Pengertian SIUP Menurut Undang-Undang

Pengertian SIUP menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia


Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan (Permendag 36/2007), Surat Ijin Usaha Perdagangan yang
selanjutnya disebut SIUP adalah Surat Ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan
usaha perdagangan, yang selanjutnya disebut SIUP.

SIUP sebagai surat izin perdagangan dan usaha diberikan oleh pejabat pemerintah
kepada pelaku usaha sebagai bukti pengesahan bahwa suatu usaha yang sedang
dijalankan adalah sah dan legal serta sudah diakui oleh pemerintah.

B. TATA CARA PEMBERIAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP)

1. Formulir permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) bermaterai Rp.


6.000,- (Surat Perjanjian, Struktur Modal, Denah Lokasi)
2. Fotokopi KTP pemilik
3. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Surat pernyataan dari pemohon SIUP tentang lokasi usaha (mengetahui Kepala
Desa/Lurah bila permohonan baru)

xxviii
Aspek hukum dalam ekonomi
5. Melampirkan izin asli (izin yang akan dimohonkan perpanjangan/perubahan)
6. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 3 lembar (latar merah)
7. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa usaha masih tetap beroperasi, tidak
mengalami perubahan atau tidak terdapat perluasan tempat usaha serta tidak
mengalami pindah lokasi dan atau pindah kepemilikan (bila perpanjangan/daftar
ulang)
8. Map jepit warna merah
Untuk pengurusan perizinan yang dikuasakan kepada pihak lain, terdapat 1
persyaratan tambahan:
9. Surat kuasa bermaterai Rp. 6.000,-
Tahapan
1. Pemohon memperoleh informasi pada bagian informasi dan mengambil
formulir
2. Pemohon menyerahkan permohonan pengajuan berkas kepada
Customer Service Officer (CSO). Petugas CSO melakukan pemutakhiran
data berdasarkan berkas yang diajukan
3. Untuk permohonan Izin Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Izin
Gangguan (HO) baru, dilaksanakan pengecekan lapangan
4. Pada bagian back office yaitu Ka. Subid Pelayanan, Ka. Subid
Verifikasi, dan Ka. Bidang Pelayanan dilakukan proses untuk memutuskan
apakah permohonan izin ditolak atau tidak. Jika permohonan ditolak,
berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon dengan diberikan
pemberitahuan penolakan
5. Permohonan izin yang diterima dilanjutkan untuk diproses dan izin
dicetak. Izin yang telah dicetak diserahkan kepada sekretaris untuk
ditandatangani oleh Kepala Badan
6. Pengambilan izin

C. TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI

IUI Tanpa Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang :

 berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat; atau


 jenis industrinya termasuk dalam jenis dan komoditi industri yang proses
produksinya tidak merusak ataupun membahayakan lingkungan serta tidak

xxix
Aspek hukum dalam ekonomi
menggunakan sumber daya alam secara berlebihan sebagaimana tercantum
dalam lampiran dalam Kepmen Perindustrian No : 148/1995.

Permohonan IUI bagi jenis industri yang pemberian IUI-nya Tanpa Persetujuan
Prinsip dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut :

1. Perusahaan pemohon membuat Surat Pernyataan sesuai Formulir Model


SP-I sebagaimana tercantum dalam lampiran Permenperind No : 41/2008
(“Formulir Model SP-I”);
2. bagi perusahaan industri pemohon yang akan berlokasi di Kawasan
Industri/Kawasan Berikat wajib melampirkan Surat Keterangan dari
Pengelola Kawasan Industri/Kawasan Berikat tentang rencana lokasi
perusahaan yang akan dibangun di Kawasan Industri/Kawasan Berikat
tersebut;
3. Perusahaan pemohon kemudian mengisi daftar  Isian Permintaan IUI
dengan menggunakan Formulir Model SP-II sebagaimana tercantum dalam
lampiran Permenperind No : 41/2008 (“Formulir Model SP-II”) yang
diserahkan bersama Formulir Model SP-I kepada pejabat yang berwenang
dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut :

 Copy Akte Pendirian Perusahaan dan atau perubahannya, khusus bagi


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas akte tersebut telah disahkan
oleh Menteri Hukum dan HAM;
 Copy Izin Undang-Undang Gangguan bagi jenis industri yang tercantum
pada Kepmen Perindustrian No : 148/1995 yang berlokasi di luar Kawasan
Industri/Kawasan Berikat;
 Copy Izin Lokasi bagi jenis industri yang tercantum pada Kepmen
Perindustrian No : 148/1995 yang berlokasi di dalam Kawasan
Industri/Kawasan Berikat;
 Copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
 Surat Keterangan dari Pengelola Kawasan Industri/Kawasan Berikat bagi
yang berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat; dan
 Dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
bagi industri tertentu.

Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari  kerja terhitung sejak


diterima Formulir Model SP-I dan SP-II yang lengkap dan benar, pejabat yang
berwenang harus mengeluarkan IUI dengan menggunakan Formulir Model SP-VI
sebagaimana tercantum dalam lampiran Permenperind No : 41/2008 dengan
tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri dan Kepala
Dinas Provinsi/Dinas Kabupaten/Kota.

xxx
Aspek hukum dalam ekonomi
Tata Cara Penerbitan Izin Usaha Industri Dengan Persetujuan Prinsip

IUI dengan Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang :

1. berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan Berikat;


2. jenis industrinya tidak termasuk dalam jenis dan komoditi industri yang
proses produksinya tidak merusak ataupun membahayakan lingkungan serta
tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan sebagaimana
tercantum dalam lampiran dalam Kepmen Perindustrian No : 148/1995;
3. jenis industrinya termasuk sebagai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(“AMDAL”) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf H Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 (“Permen LH
No : 5/2012”); atau
4. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Permen LH No : 5/2012.

Untuk memperoleh IUI melalui Persetujuan Prinsip Perusahaan  terlebih dahulu


wajib mengajukan permohonan Persetujuan prinsip yang dapat diperoleh dengan
cara mengajukan permohonan persetujuan prinsip dengan menggunakan formulir
model Pm-I sebagaimana tercantum dalam lampiran Permenperind No : 41/2008
dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :

 Copy Izin Undang-Undang Gangguan;


 Copy Akte Pendirian Perusahaan dan atau Perubahannya (Untuk yang
berbentuk PT. akte tersebut telah disahkan oleh Menhuk dan HAM);
 Dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
bagi industri tertentu.

Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari  kerja terhitung sejak


diterimanya permohonan persetujuan prinsip yang telah lengkap dan benar pejabat
yang berwenang wajib mengeluarkan Persetujuan Prinsip dengan menggunakan
Formulir Model Pi-I sebagaimana tercantum dalam lampiran Permenperind No :
41/2008  dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pembina
Industri dan Kepala Dinas Provinsi/Dinas Kabupaten/Kota.

Selanjutnya Perusahaan mengajukan permohonan IUI melalui persetujuan prinsip


dengan menggunakan Formulir Model Pm-III sebagaimana tercantum dalam
lampiran Permenperind No : 41/2008 dengan melampirkan dokumen sebagai
berikut :

1. Copy Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya (khusus untuk PT,


Akta wajib disahkan oleh Menkumham);

xxxi
Aspek hukum dalam ekonomi
2. Copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
3. Copy Persetujuan Prinsip yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Formulir Model Pm-II tentang Informasi Pembangunan Pabrik dan Sarana
Produksi (Proyek);
5. Copy Izin Lokasi;
6. Izin Undang-Undang Gangguan;
7. Copy AMDAL/ UKL dan UPL (khusus bagi jenis industri tertentu yang
tercantum dalam Lampiran I H dan Lampiran III Permen LH No : 5/2012);
8. Dokumen/Rekomendasi (khusus bagi jenis industri tertentu yang
dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-undangan).

D. PERIZINAN UNDANG-UNDANG GANGGUAN.

Membuka suatu Usaha Offline di suatu tempat itu bukan hanya anda membangun
restoran lalu anda buka usaha anda. Anda juga harus memperhatikan Izin-izin
yang membolehkan anda membuka usaha di tempat tersebut. Salah satu izin yang
penting yaitu Izin Gangguan. Meski kesannya sepele, Izin Gangguan bisa jadi
penentu tidaknya bisnis. Tentunya anda tidak ingin bisnis anda berjalan tiba-tiba
diprotes oleh penduduk yang tinggal di sekitar tempat usaha anda karena tidak
memiliki Izin Gangguan. Timbul pertanyaan, Apa itu Surat Izin Gangguan?
Lalu Bagaimana Mengurus Undang-Undang Gangguan (HO)? Simak
penjelasan berikut.

Izin Gangguan (Hinder Ordonantie / HO) adalah Suatu bentuk izin di dalam
kegiatan usaha kepada orang pribadi / badan di lokasi tertentu yang berpotensi
menimbulkan bahaya kerugian dan gangguan, ketentraman dan ketertiban umum.
Tidak termasuk dari kegiatan/tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh
Pemerintah Pusat atau Daerah. Dasar Hukum izin ini terdapat di Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Tujuan adanya HO :

 Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari kemungkinan timbulnya


kerugian maupun gangguan.
 Mengendalikan gangguan dari kegiatan usaha
 Memberikan kepastian dalam perolehan tempat usaha
 mewujurkan tertib dalam melakukan usaha sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah
 Untuk Pengusaha, untuk memberi kemudahan dalam memperoleh izin-izin lain
sesuai dengan kebutuhan

xxxii
Aspek hukum dalam ekonomi
Untuk anda yang baru memulai usaha, dan memulai usaha mikro dan kecil, anda
tidak memerlukan izin gangguan sepanjang kegiatan usahanya di dalam bangunan
yang dampak kegiatanny tidak keluar dari bangunan, seperti yang di atur oleh
Pasal 14, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2009.

Di wilayah DKI Jakarta dasar Hukum HO ini diatur dalam peraturan Daerah no.
15 tahun 2011 tentang Perizinan Tempat Usaha Berdasarkan Undang-undang
Gangguan. Penanganan Izin undang-undang gangguan (HO) dilaksanakan oleh
Satpol PP Provinsi DKI Jakarta atau Satpol tingkat Kotamadya.

Untuk mengajukan Perizinan Undang-undang Gangguan anda memerlukan


beberapa Dokumen, yaitu :

 Fotocopy Surat tanah atau bukti lainnya


 Fotocopy KTP, NPWP
 Fotocopy Akte pendirian
 Fotocopy Tanda Pelunasan PBB
 Persyaratan tidak berkeberatan dari tetangga atau Masyarakat yang berdekatan
 Daftar bahan baku penunjang
 Fotocopy IMB
 Fotocopy akta notaris pendirian badan usaha
 Surat keterangan Domisili dari Lurah setempat

Setiap teknis pemberian Izin HO tiap daerah berbeda-beda, tergantung peraturan


daerah masing-masing tempat.

E. PERIZINAN LEMBAGA PEMBIAYAAN

Mengenai tata cara pendirian & perizinan mengenai Lembaga Pembiayaan diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988. untuk
memperoleh izin usaha maka terlebih dahulu harus meminta izin dengan suatu
permohonan kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan hal-hal sbb :
1. Akta pendirian perusahaan pembiayaan yang telah disyahkan menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
2. Bukti pelunasan modal disetor untuk perseroan terbatas / simpanan
pokok & simpanan wajib untuk koperasi, pada salah satu bank di
Indonesia,
3. Contoh perjanjian pembiayaan yang akan digunakan,
4. Daftar susunan pengurus perusahaan pembiayaan,
5. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) perusahaan,
6. Neraca pembukuan perusahaan pembiayaan,

xxxiii
Aspek hukum dalam ekonomi
7. Perjanjian usaha patungan antara pihak asing & pihak Indonesia bagi
perusahaan pembiayaan patungan yang di dalamnya tercermin arah
Indonesianisasi dalam pemilikan saham.
8. Pemberian izin usaha diberikan selambat-lambatnya 30 hari sejak
permohonan diterima secara lengkap & izin usaha akan berlaku selama
perusahaan masih menjalankan usahanya
9. Izin usaha dicabut / Diberikan sanksi bila lembaga pembiayaan
melakukan kegiatan yang bertentangan dengan usahanya

xxxiv
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB VII

HUBUNGAN BISNIS

A. KEAGENAN, BROKER DAN KOMISIONER


1) KEAGENAN
Agen atau agent (bahasa inggris) adalah perusahaan nasional yang menjalankan
keagenan, sedangkan keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merk
(principal) dan suatu perusahaan dalam penunjukan untuk melakukan
perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan/distribusi barang modal atau
produk industri tertentu. Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk
melakukan suatu transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen di satu
pihak dan konsumen di lain pihak.

Hubungan Hukum Keagenan. Hubungan hukum antara agen dengan principal


merupakan hubungan yang di bangun melalui mekanisme layanan lepas jual,
disini hak milik atas produk yang dijual oleh agen tidak lagi berada pada principal
melainkan sudah berpindah kepada agen, karena pada prinsipnya agen telah
memberi produk dari principal.

Perbedaan Pokok Agen dengan distributor

Perbedaan Pokok Agen dengan distributor menurut Nathan Weinstock (1987),


seperti yang dikutip Levi lana (dalam jurnal Hukum Bisnis 2001) membedakan
secara tegas antara agen dengan distributor :

a) Distributor membeli dan menjual barang untuk diri sendiri dan atas tanggung
jawab sendiri termasuk memikul semua resiko, sedangkan agen melakukan
tindakan hukum atas perintah dan tanggung jawab principal.

b) Distributor mendapat keuntungan atas margin harga beli dengan harga jual,
sementara agen mendapat komisi.

c) Distributor bertanggung jawab sendiri atas semua biaya yang dikeluarkan,


sedangkan agen meminta pembayaran kembali atas biaya yang dikeluarkannya.

d) Sistem manajemen dan akuntansi dari distributor bersifat otonom, sedangkan


keagenan berhak menagih secara langsung kepada nasabah.

Sengketa-sengketa Keagenan

a) Perselisihan biasanya disebabkan terutama menyangkut tata cara pengakhiran


(siapakah yang dimaksud dengan ‘pihak’; versi principal, pihak adalah hanya agen
saja, sementara versi agen, pihak adalah baik principal maupun agen);

xxxv
Aspek hukum dalam ekonomi
b) standar atau ukuran untuk menilai kegiatan yang tidak memuaskan dari pihak
agen;

c) penunjukkan agen lain sebelum ada penyelesaian tuntas;

d) lemahnya sistem pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak keagenan;

e) masih ada anggapan bahwa agen hanya sebatas working relationship, bukan
sebagai partnership dari principal yang kemudian berujung pada habis manis
sepah dibuang, setelah melakukan berbagai upaya untuk membangun channel of
distribution, promosi, pemasaran, dan lain-lainnya.

2) BROKER
Broker merupakan istilah yang merujuk pada seseorang atau perusahaan yang
tugasnya menjembatani transaksi antara investor dengan pasar modal. Berbeda
dengan pasar perdagangan barang yang tidak mengharuskan adanya broker, dalam
pasar modal keberadaan broker sangat penting dan diperlukan. 

Pasalnya, tidak sembarang orang dapat melakukan transaksi langsung di pasar


modal. Dengan kata lain, broker adalah perantara yang memudahkan investor
melakukan transaksi. 

Tugas dan Tanggung Jawab Broker

Broker bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan,


melaksanakan penjualan, dan menyelesaikan tugas administratif, seperti
mempersiapkan dokumen. Broker juga bertanggung jawab untuk menjaga
kepuasan pelanggan. Singkatnya, layanan pelanggan merupakan komponen
penting dari pekerjaan broker. 

Agar lebih jelas, simak tugas broker berikut ini. 

 Melakukan Transaksi
Pada dasarnya, tugas utama seorang pialang adalah menjembatani dan
bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan transaksi yang terjadi antara
investor dengan pasar modal. Transaksi yang dilakukan, mulai dari penjualan
hingga pembelian harus sesuai perintah investor. 

Setelah menyelesaikan kesepakatan, broker bertanggung jawab mempersiapkan


dan melengkapi dokumen yang diperlukan untuk penjualan. Agar seluruh proses
tersebut berjalan lancar, sangat penting bagi broker untuk melakukan interaksi
secara rutin dengan investor.

xxxvi
Aspek hukum dalam ekonomi
 AnalisisPasar Modal
Tugas broker selanjutnya adalah menganalisis pasar modal kemudian memberikan
saran terbaik pada investor. Agar mendapatkan keuntungan maksimal dan
meminimalisasi kegagalan, broker harus cermat dan pandai dalam memahami
situasi pasar. 

Tanpa kemampuan tersebut, proses analisis pasar tidak akan berjalan lancar
padahal ini sangat penting karena memengaruhi keuntungan ataupun kerugian
yang akan dialami oleh investor. 

Sebenarnya, analisis yang dilakukan broker tidak terpatok pada situasi pasar
modal saja. Broker harus memiliki pengetahuan mendalam tentang produk dan
layanan perusahaan sehingga mampu menjawab pertanyaan pelanggan sekaligus
memberi masukan dan bimbingan mengenai produk atau layanan yang sesuai.  

 Menjaga Hubungan Dengan Pelanggan


Memberikan layanan pelanggan merupakan tugas dasar broker. Broker
bertanggung jawab untuk menjaga hubungan baik dengan melakukan penilaian
terhadap kebutuhan pelanggan, mengidentifikasi masalah, merekomendasikan
solusi, dan menindaklanjutinya. 

Selain tugas di atas, broker juga bertugas:

 Menegosiasikan dan menutup kesepakatan dengan pelanggan.

 Menganalisis data dan tren pasar.

 Menjaring pelanggan potensial.

Fungsi Broker

Fungsi utama broker adalah menyelesaikan masalah pelanggan dengan biaya


tertentu denga bertindak sebagai perantara atau penghubung. Broker juga
bertanggung jawab dalam menjalankan transaksi jual ataupun beli yang
diperintahkan oleh pelanggan. Sementara fungsi sekundernya adalah memberikan
informasi mengenai situasi yang terjadi di pasar modal atau hal terkait lainnya.

Dalam pasar modal, broker berfungsi memberikan rekomendasi terbaik terkait


saham kepada investor. Rekomendasi yang diberikan harus berdasar pada analisis
saham, situasi ekonomi, dan reputasi perusahaan. Hal ini dilakukan untuk
melindungi investor dari risiko kerugian sekaligus mengedukasi pemula yang
tengah mempelajari seluk beluk investasi. 

xxxvii
Aspek hukum dalam ekonomi
Broker juga melakukan perdagangan di pasar keuangan, memberikan informasi
mengenai kuotasi dan mekanisme perdagangan, memberikan masukan, mediasi,
melindungi data pelanggan, serta melakukan hal teknik untuk melancarkan
transaksi di bursa. 

Jenis Broker

Berdasarkan jenis kliennya, broker dibedakan menjadi dua jenis, yakni Retail
Broker (klien individu) dan Institusional Broker (klien institusi atau perusahaan).
Sementara berdasarkan layanan, terdapat empat jenis broker, yakni:

 FullService Broker – Memberikan informasi, laporan, analisis, dan


menjalankan perintah penuh sesuai keinginan investor. 

 DeepDiscount Broker – Hanya melakukan perintah jual dan beli serta


memelihara rekening milik pelanggan.

 Discount Broker – Memberikan informasi dan rekomendasi analisis terkait


pasar saham dan melakukan jual beli saham.

 Online Broker – Menyediakan jasa melalui sistem pelayanan online.

3) KOMISIONER

Komisioner merupakan pembantu pengusaha di luar perusahaan. Yang


dimaksud dengan komisioner adalah orang yang menjalankan perusahaan
dengan membuat perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, mendapat provisi
atas perintah dan atas pembiayaan orang lain.

Ciri-ciri khas komisioner adalah :

 Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagaimana


halnya makelar.
 Komisioner menghubungkan komitmen dengan pihak ketiga atas namanya
sendiri.
 Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namanya komitmen.
Dalam hal ini, komisioner menjadi pihak dalam perjanjian.
 Komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya. Dalam hal
demikian, maka ia tunduk pada aturan-aturan yang mengatur tentang
pemberian kuasa. 

Pada umumnya komisioner membuat perjanjian atas namanya sendiri, tetapi


komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya. Bagi komisioner
bahwa berbuat atas nama sendiri adalah sifat umum, sedangkan berbuat atas nama

xxxviii
Aspek hukum dalam ekonomi
pemberi kuasa adalah sifat khusus. Hal tersebut kebalikan dari makelar. Sifat
umum dari makelar adalah berbuat atas nama pemberi kuasa, sedangkan berbuat
atas nama sendiri

Perjanjian Komisioner. 

Perjanjian komisioner adalah perjanjian antara komisioner dengan komitmen,


yaitu perjanjian pemberian kuasa. Dari perjanjian tersebut timbul hubungan
hukum yang bersifat tidak tetap, sebagai mana hubungan makelar dengan
pengusaha. Sedangkan sifat hukum perjanjian komisi tidak diatur secara tegas
dalam undang-undang. Ada beberapa pendapat mengenai sifat hukum perjanjian
komisi tersebut, yaitu :

 M. Polak, berpendapat bahwa hubungan tersebut bersifat sebagai


perjanjian pemberian kuasa khusus, yaitu pemberian kuasa yang
mempunyai sifat-sifat khusus. Ke khususnya terletak pada :
1. seorang pemegang kuasa bertindak pada umumnya atas nama pemberi
kuasa, tapi seorang komisioner pada umumnya bertindak atas nama
sendiri.
2. Pemegang kuasa bertindak tanpa upah, kecuali kalau diperjanjikan
dengan upah, tapi komisioner mendapat provisi bila pekerjaannya telah
selesai.
3. Akibat hukum perjanjian komisi banyak yang tidak diatur dalam
undang-undang.
 Molengraaff, berpendapat bahwa perjanjian komisi merupakan perjanjian
campuran, yaitu perjanjian pelayanan berkala dan perjanjian pemberian
kuasa.
 Prof. Soekardono, berpendapat lebih mendekati pendapat M. Polak, hal
tersebut diperkuat dengan adanya hak retensi yang diberikan kepada
komisioner. Hak retensi diberikan kepada pemegang kuasa dan tidak
diberikan kepada pemberi pelayanan berkala.
Hubungan Antara Komisioner dan Komitmen. Hubungan antara komisioner dan
komitmen (pengusaha) adalah :

 lebih sebagai hubungan pemegang kuasa dan pemberi kuasa. Komisioner


bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah kepada pemberi kuasa dan
pemberi kuasa bertanggung jawab atas biaya pelaksanaan perintah dan
pembayaran provisi. 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjanjian komisioner adalah perjanjian


pemberian kuasa khusus yang harus dilaksanakan dengan itikad baik.

xxxix
Aspek hukum dalam ekonomi
Tanggung Jawab Komisioner. Komisioner bertanggung jawab untuk biaya,
kerugian dan bunga yang mungkin timbul karena tidak berprestasinya debitur.
Dalam hal pemenuhan semua kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut
sudah dijamin oleh komisioner dengan suatu perjanjian khusus yang disebut "del
credere", maka komisioner tidak perlu memberitahukan kepada komitmen siapa
pihak ketiga yang menjadi pihak lawan dalam perjanjian itu.

Dalam praktek yang sering terjadi seorang komisioner memberi jaminan kepada
pemberi kuasanya (komitmen) terhadap penyelesaian perjanjian dengan pihak
ketiga yang menguntungkan. Jaminan ini adalah borgtocht. Bila perjanjian dengan
pihak ketiga itu benar-benar menguntungkan pemberi kuasanya, maka komisioner
mendapat tambahan provisi dari pemberi kuasa tersebut. Baik jaminan ataupun
tambahan provisi tersebut, menurut Dorhout Mees, disebut "del credere". Del
credere merupakan janji khusus dalam perjanjian komisi antara komisioner
dengan komitmennya, dan dapat dijanjikan secara terang-terangan atau secara
diam-diam, berdasarkan kebiasaan hukum dalam praktek.

Hak Komisioner. Komisioner mempunyai beberapa hak sebagai berikut : 

 Hak retensi, yaitu hak komisioner untuk menahan barang-batang


komitmen, bila provisi dan biaya-biaya yang lain belum dibayar.
 Hak istimewa (privilege). Semua penagihan komisioner mengenai provisi,
uang yang telah dikeluarkan untuk pembayaran uang muka, biaya-biaya
dan bunga, serta biaya-biaya lain, maka komisioner mempunyai hak
istimewa pada barang-barang komitmen yang ada di tangan komisioner :
untuk dijualkan, untuk ditahan bagi kepentingan lain yang akan datang,
serta yang dibeli dan diterimanya untuk kepentingan komitmen.

Pelaksanaan dari hak istimewa (privilege) yang dipunyai komisioner adalah


sebagai berikut :

 Bila barang-barang yang ada pada komisioner dijual, maka untuk


penagihan, komisioner dapat mengambilnya dari hasil penjualan barang-
barang tersebut.
 Bila barang yang ada di tangan komisioner tersebut untuk ditahan bagi
kepentingan yang akan datang, atau dengan pembatasan kekuasaan untuk
dijual, atau perintah untuk menjual sudah gugur, maka komisioner dapat
mengajukan permohonan kepada hakim Pengadilan Negeri setempat untuk
menjual barang-barang tersebut.
 Bila komisioner diberi kuasa untuk membeli barang dan barang itu sudah
diterima, maka komisioner dapat mengajukan permohonan kepada hakim
Pengadilan Negeri setempat untuk menjual barang komitmen.

xl
Aspek hukum dalam ekonomi
Sedangkan mengenai tata cara bagaimana penjualan tersebut dilaksanakan,
ditetapkan dalam putusan hakim yang memberi ijin penjualan tersebut. Meskipun
komitmen jatuh pailit, hak istimewa komisioner tetap berlaku terus, asalkan
pelaksanaan hak istimewa tersebut terjadi sebelum berakhirnya tenggang waktu
dua bulan sejak saat insolvensi, kecuali kalau tenggang waktu 2 bulan tersebut
diperpanjang oleh hakim. 

Berakhirnya Perjanjian Komisioner. Pemberian kuasa dari komitmen kepada


komisioner akan berakhir tunduk kepada aturan-aturan sebagai mana diatur dalam
ketentuan Pasal 1813 sampai dengan Pasal 1818 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata), yaitu :

 Meninggal dunianya si pemberi kuasa atau si pemegang kuasa.


 Dicabutnya pemberian kuasa oleh pemberi kuasa.
 Pengembalian pemberian kuasa oleh pemegang kuasa.
 Pemberi atau pemegang kuasa ditaruh di bawah pengampuan atau dalam
kondisi pailit.

B.FRANCHISING (HAK MONOPOLI)

Franchising adalah merupakan salah satu bentuk lain dari praktik bisnis, yang
paling umum biasanya di bidang restoran cepat saji, hotel, Copy Contek, Kantor
broker untuk real estate, salon maupun jenis jasa konsultasi lainnya. Franchising
adalah pemilik dari sebuah merk dagang/nama dagang, sebuah rahasia dagang,
patent, atau sebuah produk (biasanya disebut “Franchisor”) yang memberikan
lisensi ke pihak lain (biasanya disebut “Franchisee”) untuk menjual atau memberi
pelayanan dari produk di bawah nama Franchisor (royalti) terhadap aktivitas yang
mereka lakukan. Franchisee dan Franchisor merupakan dua pihak yang terpisah
satu dengan yang lainnya.

Disamping beberapa jenis kontrak seperti tersebut diatas KUH Perdata juga
mengenal istilah lain dari kontrak untuk:

* kontrak jual beli

* kontrak sewa-menyewa

* pemberian atau hibah (schenking)

* perseroan (maatschap)

* kontrak pinjam-meminjam

* kontrak penanggungan utang (borgtocht)

xli
Aspek hukum dalam ekonomi
* kontrak kerja

* kontrak pembiayaan

Berakhirnya Kontrak

Kontrak dapat berakhir karena:

a. pembayaran

b. penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang hendak


dibayarkan itu di suatu tempat.

c. pembaruan utang

d. kompensasi

e. percampuran utang

f. pembebasan utang

g. hapusnya produk yang dimaksudkan dalam kontrak

h. pembatalan kontrak

i. akibat berlakunya suatu syarat pembatalan

j. lewat waktu

C. JOIN VENTURE

Menurut pandangan seorang ahli hukum, Joint Venture adalah kerja sama
sementara, yaitu suatu macam Partnership (perserikatan) yang bersifat
sementara. Joint Venture adalah kerja sama antara pemilik modal asing dengan
pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian berkala
(contractueel).

Operasional dari Joint Venture

Operasional dari Joint Venture adalah:

1.      mencoba memanfaatkan modal asing yang berasal dari luar negeri,

2.      mencoba untuk memanfaatkan teknologi yang berasal dari luar negeri

3.      mencoba untuk memanfaatkan kapasitas manajemen berasal dari luar negeri.

Alasan Pembentukan joint ventura

xlii
Aspek hukum dalam ekonomi
1.      Ingin membangun perusahaan yang lebih kuat

2.      Adanya pembagian biaya dan resiko

3.      Memperbaiki akses sumber finansial atau modal

4.      Pertimbangan ekonomi dan keuntungan

BAB VIII

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)

Hak kekayaan intelektual (HKI) didefinisikan sebagai hak untuk memperoleh


perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang HKI, seperti UU Hak Cipta, Paten, Desain
Industri, Rahasia Dagang, Varitas Tanaman, Sirkuit terpadu dan Merek serta telah
disahkan oleh ITB 

1. PRINSIP DAN KLASIFIKASI HAKI

a) Prinsip-Prinsip Hak Atas Kekayaan Intelektual


1) Prinsip Ekonomi Kekayaan Intelektual
Maksudnya, pemilik kekayaan intelektual berhak mendapatkan manfaat secara
ekonomi dari hasil kreatifitasnya.

Misal kamu berhasil menciptakan sebuah lagu. Kemudian lagu tersebut


dimanfaatkan oleh perusahaan rekaman untuk diperbanyak atau disebarkan.
Maka kamu berhak mendapat royalti/ keuntungan berupa uang dari
perusahaan itu.

Nilai besar kecilnya royalti, tentu berdasarkan kesepakatan yang telah kamu
buat dengan perusahaan rekaman tersebut.

2) Prinsip Keadilan
Maksud dari prinsip ini adalah hasil karya setiap individu, diakui dan
dilindungi oleh hukum/ undang-undang seadil-adilnya..

Tidak boleh seorangpun memanfaatkannya. Kecuali dengan ijin atau


kesepakatan dengan individu pemilik karya tersebut.

xliii
Aspek hukum dalam ekonomi
3) Prinsip Sosial Hak Atas Kekayaan Intelektual
Tujuan dari adanya prinsip sosial ini adalah dengan adanya perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual bukan hanya melindungi individu tapi juga
melindungi keseimbangan sosial masyarakat.

Contoh, suatu negara tidak menjamin atau tidak memberi perlindungan


terhadap merek sebuah produk. Maka akan terjadi penjiplakan dan pemakaian
merek yang terkenal tanpa ijin. 

Kegiatan semacam ini tentu akan merusak ekosistem masyarakat usaha di


Indonesia. Para pelaku usaha malas membuat suatu produk karya sendiri yang
diberi merek. Karena sia-sia, toh ujung-ujungnya dijiplak, dicuri,
dimanfaatkan mereknya oleh perusahaan lain.

Jika seperti ini, tentu akan hancur dunia usaha di negara tersebut.

4) Prinsip Kebudayaan Pada Kekayaan Intelektual


Sudah menjadi kodrat manusia, untuk selalu berusaha lebih unggul daripada
yang lain. Dengan adanya perlindungan hak kekayaan intelektual, akan
memacu perlombaan kreatifitas di masyarakat.

Masing-masing individu berusaha menciptakan kreatifitas terbaik untuk masing-


masing bidang. Sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan kemajuan di
berbagai bidang seperti seni, sastra, teknologi, ilmu pengetahuan

b) Klasifikasi & Contoh Hak Atas Kekayaan Intelektual 

Secara garis besar, kekayaan intelektual terbagi dalam 2 klasifikasi besar.


Kemudian dari masing-masing klasifikasi tersebut masih ada sub-sub klasifikasi
lanjutan.

Berikut klasifikasi hak kekayaan intelektual beserta contoh untuk masing-masing


klasifikasi.

2 Klasifikasi Utama Hak Atas Kekayaan Intelektual :

1. Hak Cipta atau Copyright


Di beberapa negara hak cipta dibedakan dengan copyright. Inggris dan negara-
negara penganut sistem common law memisahkan antara hak cipta dan copyright.

Hak cipta diberikan kepada pencipta suatu karya kreatif seperti karya sastra,
musik, desain grafis, patung dan karya kretifitas lainnya.

xliv
Aspek hukum dalam ekonomi
Sedangkan copyright tidak berbicara tentang penciptanya. Tetapi lebih kepada
siapa yang berhak memproduksi, meng-copy, memperbanyak atau memperbanyak
karya cipta.

Namun negara-negara Eropa continental beserta negara-negara bekas jajahannya,


tidak memisahkan antara hak cipta dan copyright.

Sebagai contoh hak cipta dan copyright :

Contoh cerita Harry Potter. Tentu kamu sudah kenal dengan JK Rowling, si


pencipta kisah Harry Potter. JK Rowling memberikan copyright kepada Warner
Bross Entertainment untuk mem-film-kan kisah tersebut.

Jadi segala hal terkait film Harry Potter, seperti nama-nama tokoh, karakter,
musik pengiring film dll, copyright-nya dipegang Warner Bross Entertainment.

Kamu tidak boleh  sembarangan menggunakan atribut film Harry Potter untuk


tujuan komersial. Karena bisa dituntut oleh pihak Warner Bross
Entertainment (Jika ketahuan).

Baru-baru ini di Hongkong ada pengusaha yang membuat sebuah kafe


bertema Harry Potter. Ketika Warner Bross Entertainment mengetahuinya, segera
mereka melayangkan gugatan ke kafe tersebut. Karena dianggap telah melanggar
copyright yang dipegang oleh Warner Bross.

2. Hak Kekayaan Industri


Hak kekayaan industri ini, dalam bahasa inggris populer dengan Industrial
Property Rights. Ada 7 hak kekayaan intelektual yang tercakup dalam klasifikasi
hak kekayaan industri.

2. HAK CIPTA

Hak Cipta adalah hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis setelah karya
diwujudkan dalam bentuk nyata dan dipublikasikan. 

Ketentuan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang


Hak Cipta. 
Berdasarkan UU tersebut pengertian Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

xlv
Aspek hukum dalam ekonomi
Untuk mendapatkan hak cipta secara otomatis, pencipta bisa lakukan publikasi
karya. Dikutip dari akun Instagram resmi Kementerian Komunikasi dan
Informatika, publikasi dilakukan dengan:

 Unggah karya di media sosial atau platform online lainnya. 


 Publikasi karya melalui pameran, pertunjukkan, maupun acara publik
lainnya. 
 Publikasi karya di majalah, jurnal, atau media sejenis. 
 Pencatatan ciptaan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. 

Sementara itu, kreasi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra bisa
dilindungi oleh Hak Cipta, seperti:

 Buku dan karya tulis


 Musik dan lagu
 Karya seni rupa
 Fotografi
 Audio visual
 Drama dan koreografi
 Program komputer
 Lain-lain

Lantas, bolehkah memakai karya orang lain tanpa izin? 


Diperbolehkan jika penggunaannya tidak bersifat komersil baik langsung, serta
mencantumkan sumbernya secara lengkap. Misalnya:
 Pendidikan
 Pertunjukkan bebas biaya
 Penelitian
 Dll

Namun, jika Anda sebagai pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait, atau
kuasanya merasa dirugikan karena karya Anda disalahgunakan, maka bisa
mengadukan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM dengan
melampirkan bukti kepemilikan, bukti pelanggaran, serta bukti pendukung
lainnya.

3. HAK PATEN

Hak paten adalah hak kepemilikan yang diberikan pemerintah bagi individu atas
hasil karyanya akan sesuatu. Hak paten ini diberikan secara eksklusif yang hanya
dimiliki orang teresebut. Lembaga pemerintah biasanya menangani dan
menyetujui permohonan paten.

xlvi
Aspek hukum dalam ekonomi
Hak paten memberikan insentif bagi perusahaan atau individu untuk terus
mengembangkan produk atau layanan inovatif tanpa takut akan pelanggaran.
Misalnya, perusahaan farmasi besar dapat menghabiskan miliaran dolar untuk
penelitian dan pengembangan.

Tanpa hak paten, obat-obatan dan obat-obatan mereka dapat digandakan dan


dijual oleh perusahaan yang tidak meneliti atau menginvestasikan modal yang
dibutuhkan untuk R&D.

Dengan kata lain, hak paten melindungi kekayaan intelektual perusahaan untuk
membantu profitabilitas mereka. Namun, paten juga menjadi hak membual bagi
perusahaan yang menunjukkan inovasi mereka.

Untuk mendapatkan paten, suatu invensi harus memenuhi persyaratan substantif,


yaitu baru tidak boleh dipublikasikan dalam media manapun sebelum permohonan
patennya diajukan dan memperoleh Tanggal Penerimaan; mengandung hal
inventif; dan dapat diterapkan secara industri.

Kepemilikan hak paten memiliki batas waktu yaitu selama 20 tahun. Setelah itu,
akan menjadi milik umum dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa izin dari
pemegang paten.

Di Indonesia, biaya permohonan paten hanya sebesar Rp750 ribu dan


mendaftarkan permohonan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, dengan
syarat sebagai berikut:

 Surat Pernyataan Hak atau Surat Pengalihan Hak

 Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;

 Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika pemohon perorangan;

 Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum, jika pemohon adalah Badan


Hukum;

 Fotokopi NPWP

Penting untuk berhati-hati dalam memelihara catatan akurat dari proses pengajuan
hak paten. Penegakan paten ini tergantung dari orang atau entitas yang
mengajukan hak paten.

Setelah itu, pemilik hak paten akan mendapatkan perlindungan paten, yaitu:

a. Paten diberikan pada hasil penemuan yang baru, yang mengandung


langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri.

xlvii
Aspek hukum dalam ekonomi
b. Paten sederhana diberikan pada setiap hasil penemuan yang baru, yang
berupa pengembangan dari produk atau yang proses yang sudah ada, dan
dapat diterapkan dalam industri.

Dengan adanya hak paten, inventor (penemu atau yang mengajukan hak paten)
diajak untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan juga
sekaligus mendapat hak eksklusif atas penemuannya selama periode waktu
tertentu.

4. HAK MEREK

Pengertian Hak Merek Adalah


Dari kacamata hukum, merek adalah suatu tanda yang mampu menampilkan
grafis berupa nama, logo, huruf, angka, kata, susunan warna dalam dua dimensi
atau tiga dimensi, hologram, suara, atau kombinasi antara dua atau lebih unsur
tersebut yang mampu membedakan suatu produk barang atau jasa yang dibuat
oleh individu atau badan hukum di dalam kegiatan perdagangan.

Sebelumnya, kita telah bahas bahwa merek adalah identitas dari suatu bisnis.
Selain bisa dijadikan sebagai pembeda, merek juga bisa dijadikan sebagai
instrumen yang mampu mewakili suatu perusahaan.

Untuk itu, eksistensi dan juga bentuk komunikasi pada merek menjadi faktor
penentu dalam memasarkan suatu produk barang atau jasa.

Karena merek memiliki peran penting, maka menjadi wajar bila merek harus
dilindungi melalui badan hukum dengan instrumen hak merek.

Hak merek adalah hak eksklusif untuk pemilik merek yang sudah terdaftar dalam
menggunakan mereknya dalam aktivitas perdagangan produk barang atau jasa,
sesuai dengan kelas dan juga jenis produk barang atau jasa.

Di dalam Pasal 2 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2016 terkait Merek dan Indikasi


Geografis sudah dijelaskan bahwa merek yang dilindungi adalah berupa logo,
gambar, kata, nama, angka, huruf, susunan warna dua dimensi atau tiga dimensi,
hologram, suara, atau gabungan dari dua atau lebih unsur tersebut guna
membedakan barang atau jasa yang dibuat oleh individu atau perusahaan dalam
kegiatan perdagangannya.

Dengan memiliki hak merek, maka suatu perusahaan mempunyai kebebasan


dalam menggunakan merek tersebut untuk kepentingan komersial, dan juga
memiliki hak untuk melarang pihak lain dalam menggunakan merek tersebut
untuk kelas dan juga jenis produk barang atau jasa yang sejenis.

xlviii
Aspek hukum dalam ekonomi
Contoh sederhananya adalah bila Anda adalah pemilik merek resmi untuk kedai
kopi bernama Senja Kenangan. Maka Anda memiliki hak untuk melarang kedai
kopi laing yang menggunakan nama Senja Kenangan.

Tapi, Anda tidak bisa melarang bila ada orang atau kelompok lain yang ingin
membuka suatu toko make up dengan merek Senja Kenangan.

Mengapa Hak Merek Penting Bagi Bisnis?


Logo, nama usaha, dan juga produk pada dasarnya adalah suatu kekayaan
intelektual yang harus memperoleh pengakuan dan juga perlindungan. Untuk bisa
melindungi nama usaha, logo dan juga aset penting lainnya di dalam suatu bisnis,
maka Anda disarankan untuk mengajukan pendaftaran hak merek.

Hal tersebut mampu mengurangi keyakinan akan adanya perusahaan atau individu
lain yang menyontek produk ataupun kekayaan intelektual bisnis Anda. Sehingga,
mampu memberikan Anda posisi yang lebih tinggi daripada kompetitor lainnya.

Selain itu, mendaftarkan suatu hak merek juga mampu memberikan berbagai
manfaat. Anda akan merasa lebih mudah mendapatkan pendanaan dari
kompetitor.

Perlu Anda ketahui, sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan, setiap
investor tidak hanya melihat laporan keuangan perusahaan tersebut saja, namun
juga menilai kepemimpinan dari pemilik perusahan dan menilai signifikansi
merek atau brand tersebut di dalam pandangan masyarakat.

Jadi, hak merek adalah salah satu kekayaan intelektual yang mampu memberikan
nilai atau valuasi lebih jauh dari perusahaan itu sendiri apabila bisa dikelola
dengan tepat.

Sehingga, akan banyak sekali suatu perusahaan yang menjual mereknya tanpa
harus menjual seluruh perusahaannya. Contoh sederhana nya adalah merek teh
SariWangi yang beberapa tahun lalu sempat viral.

Siapa yang Berhak Mengajukan?


Pihak yang memiliki hak untuk mengajukan hak merek adalah pemohon hak dari
mereknya sendiri. Karena, merek lah yang mempunyai legal standing untuk hal
tersebut. Jadi, tanpa dilengkapi surat kuasa khusus, maka Anda tidak akan bisa
mendaftarkan merek hasil dari ciptaan pihak lain.

Perlu Anda garis bawahi bahwa suatu merek akan bebas untuk digunakan oleh
siapa saja sampai nantinya ada pihak yang mendaftarkan merek tersebut pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.

Oleh karena itu, di dalam pendaftaran suatu hak merek, terdapat istilah first to file,
yakni hak merek yang bisa diperoleh oleh siapa saja yang mengajukan suatu

xlix
Aspek hukum dalam ekonomi
permohonan terlebih dahulu selama hak merek tersebut tidak melanggar aturan
undang-undang yang berlaku.

Cara Mendaftarkan Hak Merek


Pendaftaran suatu hak merek memiliki proses dan memakan waktu yang lama.
Agar Anda bisa mempunyai gambaran yang jelas, maka berikut ini adalah cara
dan juga syarat yang harus Anda ketahui untuk mendapatkan hak merek.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengajukan pendaftaran pada
Dirjen HKI. Permohonan ini dibuat dengan rangkap dua dan menggunakan bahasa
Indonesia menggunakan suatu formulir permohonan yang sudah disediakan.

Di dalam permohonan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya Anda cantumkan


adalah:

 Tanggal, bulan, dan tahun permohonan dibuat


 Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon hak merek
 Nama lengkap dan alamat pemegang surat kuasa hanya bila diperlukan
 Warna-warna jika merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan
unsur warna tertentu khusus.
 Nama negara dan tanggal permintaan hak merek yang pertama kali dalam
hal permohonan yang diajukan dengan Hak Prioritas
 Kelas produk barang atau jasa dan uraian jenis produk barang atau jenis
kuasanya.

Adapun beberapa dokumen yang harus selalu Anda perhatikan adalah:

 Fotokopi KTP
 Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sebelumnya sudah disahkan
oleh notaris
 Fotokopi surat peraturan kepemilikan bersama
 Surat kuasa khusus
 Tanda biaya pembayaran permohonan hak merek
 10 helai label merek atau etiket merek
 Surat pernyataan yang isinya adalah bahwa merek yang dimohonkan
pendaftarannya adalah murni milik Anda

Dalam hal ini, etiket atau label merek adalah contoh yang memvisualisasikan
merek Anda. Jika merek Anda berwujud tiga dimensi, maka lemparkanlah bentuk
dari karakteristik merek tersebut, yaitu gambar yang bisa dilihat dari depan,
belakang atas, bawah, dan samping.

Bila itu berupa suara, maka label merek yang dilampirkan adalah berupa suatu
notasi dan juga rekaman suara.

Untuk hal biaya, maka tergantung dari kelas produk barang atau jasa yang
didaftarkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2019, tarif

l
Aspek hukum dalam ekonomi
pendaftaran merek jenis UMKM adalah Rp500.000 secara online, dan bila Offline
adalah Rp600.000.

Sedangkan untuk usaha selain UMKM atau umum, tarifnya adalah Rp1.800.000
bila online, dan Rp2.000.000 bila offline. Berdasarkan tarif tersebut, bisa kita lihat
bahwa pendaftaran secara online lebih murah daripada offline. Untuk itu,
daftarkanlah merek Anda secara online.

Setelah permohonan pendaftaran merek sudah diajukan, maka pihak Dirjen HKI
nantinya akan melakukan pemeriksaan formalitas dan juga substantif. Di dalam
tahap pemeriksaan formalitas, nantinya seluruh persyaratan Anda akan diperiksa.

Bila terdapat kekurangan, maka pihak Dirjen HKI akan memberikan kesempatan
pada Anda untuk bisa melengkapinya.

Bila sudah lolos pemeriksaan formalitas, maka selanjutnya adalah pemeriksaan


substantif. Dalam tahap ini, maka permohonan Anda nantinya akan diperiksa
untuk bisa memastikan bahwa Anda tidak menyalahi peraturan yang sudah
ditetapkan.

Setelah pemeriksaan substantif selesai, permohonan pendaftaran Anda bisa saja


ditolak dengan berbagai alasan seperti yang sudah tercantum di dalam Pasal 20
ayat 2 dan ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2016 terkait Merek dan juga indikasi
geografis. Untuk itu, sebaiknya lakukanlah riset merek sebelum Anda
mendaftarkannya.

Cara melakukan riset merek adalah dengan mengunjungi laman resmi pdki-


indonesia.dgip.go.id guna memastikan merek yang akan Anda daftarkan belum
terdaftar.

Jangka Waktu Berlakunya Hak Merek


Hak merek memiliki batas jangka waktu yang sudah ditetapkan oleh undang-
undang. Biasanya, masa berlaku hak merek adalah 10 tahun semenjak tanggal
penerimaan. Tapi, jangka waktu ini masih bisa diperpanjang 10 tahun kemudian.

Tujuan dari adanya pembatasan jangka waktu ini adalah guna memastikan bahwa
merek yang didaftarkan masih aktif dan diperdagangkan.

Berdasarkan Pasal 36 UU nomor 20 tahun 2016 terkait Merek dan Indikasi


Geografis Sudah dijelaskan bahwa permohonan perpanjangan merek akan
disetujui bila merek tersebut masih digunakan pada barang atau jasa seperti yang
sudah dicantumkan pada merek tersebut.

Bila tidak bisa terpenuhi, maka Dirjen HKI memiliki wewenang untuk menolak
permohonan merek.

li
Aspek hukum dalam ekonomi
lii
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB IX
HUKUM PAJAK

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMUNGUTAN PAJAK

sejarah mencatat bahwa pajak telah hadir sejak awal adanya peradaban
masyarakat maju (Frecknall-Hughes, 2015). Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya beberapa dokumen sejarah berupa tulisan kuno berbentuk baji di
Mesopotamia, yaitu sebuah wilayah subur di antara sungai Eufrat dan Tigris yang
sering dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban manusia (sekarang dikenal
sebagai negara Irak).

Dokumen berupa tulisan kuno ini menunjukkan bahwa pemungutan pajak di


Mesopotamia telah dimulai sekitar 3300 Sebelum Masehi (SM), yaitu dengan
adanya pajak dalam bentuk emas, hewan ternak, dan budak yang diterima oleh
kuil sebagai pusat kekuasaan dan simbol kemasyarakatan bangsa Sumeria yang
mendiami wilayah Mesopotamia pada saat itu (Smith, 2015).

Penemuan dokumen sejarah tertulis di Mesopotamia telah membuktikan bahwa


pajak merupakan suatu subjek yang memiliki sejarah besar dan sangat panjang,
yang praktiknya telah dilakukan sejak ribuan tahun lamanya. Sejarah pemungutan
pajak pun tidak berhenti di Mesopotamia, tetapi juga merambah ke berbagai
belahan dunia dengan bentuk pemungutan yang semakin berkembang.

Sejarah Pajak di Dunia

Selain di Mesopotamia, bentuk awal dari pemungutan pajak juga dapat ditemukan
di Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno telah mengenal sistem pemungutan pajak
sejak 3000 SM. Pada saat itu, sistem pembayaran dengan mata uang belum
dikembangkan sehingga pembayaran pajak dilakukan dalam bentuk barang (paid
in kind). Oleh karenanya, sama halnya dengan Mesopotamia, pemungutan pajak di
Mesir Kuno juga dilakukan dalam bentuk bagi hasil barang produksi dan
pertanian serta pemberian pelayanan atau tenaga kerja (Smith, 2015).

liii
Aspek hukum dalam ekonomi
Bagi pemerintah Mesir Kuno, pemungutan pajak menjadi kegiatan utama dalam
pemerintahan sehingga tidaklah mengherankan apabila Mesir Kuno berusaha
untuk mengembangkan sistem pajak yang maju. Selain membentuk birokrasi
tersendiri untuk menilai dan mengawasi pemungutan pajak, sistem pemungutan
pajak yang diterapkan oleh Mesir Kuno juga telah menentukan apa saja objek
yang dikenakan pajak, yaitu gandum, minyak goreng, peternakan, bir, hasil
pertanian lainnya, penggunaan sungai Nil untuk pengangkutan barang, serta
perdagangan dengan pihak asing (Blankson, 2017).

Pemungutan pajak dalam bentuk yang lebih modern mulai dipraktikkan oleh
bangsa Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Meskipun sebagian besar pemungutan
pajak masih di lakukan dalam bentuk barang, untuk beberapa transaksi tertentu
seperti transaksi impor barang atau penjualan tanah, pemungutan pajak sudah
dilakukan dalam bentuk uang tunai (cash).

Menjelang akhir abad ke-1 SM, Kaisar Romawi Augustus menerapkan


perombakan radikal terhadap sistem pemungutan pajak yang berlaku pada saat itu,
yaitu dengan mengganti pemungutan pajak yang ada dengan pemungutan tetap
terhadap harta kekayaan serta pemberlakuan pajak perseorangan (poll tax).
Perbaikan dalam bidang administrasi pajak juga dilakukan, yaitu dengan
melaksanakan sensus serta pendataan terhadap kekayaan yang dimiliki oleh
rakyat. Hal ini membuat sistem pemungutan pajak yang diterapkan oleh Romawi
Kuno pada saat itu dianggap berhasil mempercepat periode pertumbuhan dan
kemakmuran bangsa Romawi Kuno (Smith, 2015).

Seiring dengan berakhirnya masa Kekaisaran Romawi, terjadi pula perubahan-


perubahan terhadap sistem pemungutan pajak di belahan dunia lainnya. Misalnya,
yang terjadi di Eropa Barat. Pada masa sebelumnya, Eropa Barat telah berhasil
menghilangkan sistem pemungutan pajak tanah dengan menerapkan sistem feodal
berupa sewa tanah.

Akan tetapi, situasi ini berubah ketika hanya dalam kurun dua abad, sebuah
struktur politik dan ekonomi yang berbeda telah berkembang dan mengarah pada
terciptanya kemakmuran bangsa Eropa Barat. Semakin meningkatnya

liv
Aspek hukum dalam ekonomi
kemakmuran di Eropa Barat menyebabkan sistem feodal tidak lagi dapat
diterapkan sehingga sistem pemungutan pajak sekali lagi digunakan sebagai alat
pembiayaan (Grapperhaus, 2009).

Di abad-abad akhir pemerintahan Kekaisaran Romawi, jenis pajak yang stabil dan
dipungut secara teratur berdasarkan transaksi dan harta kekayaan (property) mulai
bermunculan (Smith, 2015). Misalnya, yang diterapkan di United Kingdom (UK)
pada masa itu, yaitu pajak yang dikenakan atas tanah dan harta kekayaan atau
yang dikenal dengan istilah Danegeld. Sampai 978 M, Danegeld dipungut secara
teratur dengan tarif yang ditetapkan sebesar 2 shilling untuk setiap 100-120 hektar
tanah (Blankson, 2007).

Meskipun demikian, pada masa ini kerajaan juga masih sering memberlakukan
pemungutan pajak secara paksa terhadap rakyat, terutama ketika kerajaan
membutuhkan dana untuk membiayai peperangan atau kepentingan lainnya
(Smith, 2015). Tentu saja hal ini membuat rakyat tidak senang dan menganggap
pemungutan yang dilakukan kerajaan merupakan bentuk kesewenang-wenangan
dan ketidakadilan.

Pada periode modern awal di Eropa, perubahan sosial dan ekonomi mulai
menghasilkan tekanan untuk mengakhiri praktik pemungutan pajak yang
sewenang-sewenang dan tidak adil, yang pada akhirnya memicu terjadinya
pemberontakan di sejumlah negara di Eropa. Selain bertujuan untuk membatasi
kewenangan penguasa dalam mengenakan pajak, pemberontakan ini juga
dianggap sebagai upaya dalam membentuk legitimasi demokrasi dalam kebijakan
perpajakan (Smith, 2015).

B. PENGERTIAN DASAR DAN CIRI-CIRI PAJAK

Pajak adalah  iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang 


(sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

lv
Aspek hukum dalam ekonomi
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh
pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi  pengeluaran rutin
negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara
langsung berdasarkan undang-undang.

Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para ahli
diantara-Nya adalah :

1. Prof. Dr. P. J. A. Adriani  p


Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai  pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan  undang-undang  (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat
ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
3. Sommerfeld Ray M. Anderson Herschel M. & Brock Horace R. 
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang sudah ditentukan dan tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
4. Smeets 
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma
umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan
dalam hak individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah
5. Suparman Sumawidjaya 
Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.

lvi
Aspek hukum dalam ekonomi
Lima unsur pokok dalam definisi pajak pajak adalah :
1.
Iuran/pungutan dari rakyat kepada negara
2.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3.
Pajak dapat dipaksakan
4.
Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
5.
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum
pemerintah)
Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor
swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga
berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam
lapangan ekonomi dan sosial  (fungsi mengatur / regulatif)

C. FUNGSI- FUNGSI PAJAK

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya


pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai
seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan.
Sehingga pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara


mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai
pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya.

lvii
Aspek hukum dalam ekonomi
Dengan demikian, fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang
memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

 Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor, seperti
pajak ekspor barang.

 Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi


dari dalam negeri, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

 Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu


perekonomian agar semakin produktif.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara


pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,


seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi,
sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi
kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah
uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai
di berbagai negara. Di Indonesia, pemerintah lebih menitikberatkan pada dua
fungsi pajak sebagai pengatur dan budgeter. Lembaga pemerintah yang
mengelola pajak negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan.

lviii
Aspek hukum dalam ekonomi
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self
assessment berarti wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melapor kewajiban perpajakannya sendiri. Jadi tidak memaksa wajib pajak
membayar pajak sebesar-besarnya, tapi sesuai dengan aturan perundang-
undangan.

D. PERBEDAAN PAJAK DAN JENIS PUNGUTAN LAINNYA

Membayar pajak adalah kewajiban bagi setiap warga negara. Termasuk kita. Saat
makan di restoran misalnya, kita pun turut membayar pajak. Belum lagi saat
berbelanja kebutuhan lainnya, dan sebagainya. Nah, tapi ada nggak sih dari kita
yang bertanya-tanya, pajak itu sebenarnya apa sih? Apa perbedaan pajak dengan
pungutan lainnya seperti retribusi, sumbangan, dan lainnya?

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983, pajak adalah kontribusi wajib


kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan usaha yang bersifat
memaksa. Pembayar pajak tidak mendapatkan imbalannya secara langsung karena
uang pajak digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Bagi perekonomian Indonesia, pajak tentu saja membawa manfaat yang beragam.
Pajak berperan sebagai sumber pembiayaan negara. Pajak juga merupakan sumber
pembiayaan pengeluaran produktif. Tak hanya itu, pajak mampu membiayai
pengeluaran yang tidak produktif maupun tidak reproduktif.

Lalu apa perbedaan pajak dengan pungutan lainnya semisal retribusi, sumbangan
atau Bea Ekspor dan Impor?

Retribusi sebagaimana diketahui, merupakan pungutan resmi yang dilakukan


pemerintah kepada perorangan atau badan usaha yang sudah mendapatkan balas
jasa secara langsung. Misalnya, retribusi pasar dan retribusi parkir. Sumbangan
merupakan jenis pungutan atau iuran yang dibayarkan oleh seseorang atau

lix
Aspek hukum dalam ekonomi
lembaga karena telah mendapatkan jasa dari pemerintah. Misalnya, sumbangan
perizinan konser, dan sumbangan daerah atas festival.

Sementara itu, bea adalah besaran tarif yang harus dibayarkan oleh eksportir
maupun importir atas masuk dan keluarnya produk mereka melalui badan
kepabeanan. Misalnya, bea ekspor minyak mentah.

Imbalan pajak tidak dapat langsung dinikmati sementara pungutan lain dapat
langsung dirasakan. Pajak juga mengandung unsur paksaan, sementara pungutan
lain tanpa paksaan. Selain itu, pajak berlaku untuk semua penduduk, sementara
pungutan lain hanya untuk kalangan tertentu.

lx
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB X

KETENAGAKERJAAN

2.1 Ketenagakerjaan

 Tenaga Kerja : Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna


menghasiklan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
 Angkatan Kerja : Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan
ekonomi. Aktif ini tidak selalu berarti sudah bekerja karena yang
digolongkan sebagai angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15
tahun ke atas) baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan
(pengangguran).
 Kesempatan Kerja : Kebutuhan tenaga kerja yang kemudian secara riil
diperlukan oleh perusahaan atau lembaga penerima kerja pada tingkat
upah, posisi dan syarat tertentu, yang di informasikan melalui iklan, dll.
Kesempatan kerja ini sering disebut lowongan kerja.
 Pekerja : setiap orang yang menghasilkan barang atau jasa yang
mempunyai nilai ekonomis baik yang menerima gaji atau bekerja sendiri
yang terlibat dalam kegiatan manual.
 International  Labour Organization (ILO), penduduk suatu negara
dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja1.
 Tenaga kerja-manpower (berusia 15 tahun), yang dibedakan menjadi
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
 Angkatan kerja atau labour force adalah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.

2.2 Pengangguran

1. Pengertian
 Seseorang dapat dikatakan sebagai pengangguran bila memenuhi
salah satu kategori berikut
 Sedang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan 
 Sedang mempersiapkan suatu usaha baru 
 Tidak memiliki pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat
pekerjaan 
 Sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
2. Jenis Pengangguran berdasarkan sifatnya ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut
a. Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang
tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka
yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah
bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang

lxi
Aspek hukum dalam ekonomi
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
b. Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang bekerja tidak
optimum dilihat dari jam kerja. Dengan kata lain, jam kerjanya
dalam satu minggu kurang dari 40 jam.
c. Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang bekerja secara
tidak optimum karena kelebihan tenaga kerja. Misalnya seorang
petani yang menggarap sawah sebenarnya cukup dikerjakan oleh
satu orang, tetapi karena anaknya tidak punya pekerjaan maka ia
ikut menggarap tanah tersebut. Dalam hal ini anak petani tersebut
termasuk pengangguran terselubung.

3. Pengangguran berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi


a. Pengangguran siklis atau karena siklus konjungtur yaitu
pengangguran yang terjadi akibat gelombang konjungtur atau
perubahan naik turunnya gelombang ekonomi. Misalnya,
pengangguran karena PHK massal akibat resesi ekonomi.
b. Pengangguran friksi atau pengangguran sementara yaitu
pengangguran sementara waktu. Misalnya, seseorang yang sedang
menunggu waktu panggilan mulai kerja.
c. Pengangguran musiman yaitu pengangguran akibat perubahan
musim atau kegagalan musim. Misalnya, petani menganggur
karena musim paceklik, nelayan menganggur karena musim badai.
d. Pengangguran voluntary yaitu pengangguran yang terjadi karena
seseorang yang masih mampu bekerja tetapi dengan sukarela ia
tidak bekerja karena telah memiliki penghasilan dari harta
kekayaan mereka. Misalnya: menyewakan rumah, kendaraan, dan
menikmati bunga uang simpanan.
e. Pengangguran struktural yaitu pengangguran karena perubahan
struktur ekonomi. Misalnya, negara agraris yang berubah menjadi
Negara industri, lahan-lahan pertanian digunakan untuk pabrik
sedangkan tenaga kerjanya belum mempunyai keterampilan di
sektor industri.

4. Dampak Pengangguran

a. Dampak Ekonomi
- nilai GDP akan menurun
- pendapatan nasional akan berkurang bersamaan dengan
turunnya standar hidup
b. Dampak Sosial
- naiknya tingkat kejahatan
- naiknya ketergantungan narkoba dan alkohol

lxii
Aspek hukum dalam ekonomi
- hilangnya harga diri serta kepercayaan diri para pengangguran
c. Dampak Individu dan Keluarga
- jumlah konsumsi akan bekurang
- meningkatkan ketergantungan dengan pihak lain yang menjadi
tumpangan mereka selama menganggur

5. Cara Mengatasi Pengangguran


Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan
meningkatkan investasi, meningkatkan kualitas SDM, transfer
teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan perangkat
hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Secara teknis
kebijakan upaya-upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan berbagai
kebijakan misalnya :

 Menyelenggarakan bursa pasar kerja


Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh
perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan
tenaga kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini
adalah agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan
pencari kerja. Selama ini banyak informasi pasar kerja yang tidak
mampu tersosialisasikan sampai ke masyarakat, sehingga
mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa diakses oleh
golongan tertentu.
 Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sektor
informal, dengan cara mengembangkan industri rumah tangga
sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Dewasa ini telah ada
lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan
ekonomi informal yakni Departemen Koperasi dan UKM. Selain
itu dalam pengembangan sektor informal diperlukan keterpihakan
dari Pemda setempat.
 Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan
keterampilan melalui pelatihan bersertifikasi internasional.
Berdasarkan survei tentang kualitas Tenaga Kerja menunjukkan
bahwa ranking Human Development Index Indonesia di Asia pada
tahun 2000 berada di peringkat 110. Sementara negara lain seperti
Vietnam ada diperingkat 109, Filipina (77), Thailand (69),
Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25), Jepang

lxiii
Aspek hukum dalam ekonomi
(9). Data ini menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia sehingga peningkatan keterampilan mereka menjadi
sangat perlu dilakukan.
 Meningkatkan mutu pendidikan
Mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang
memadai memungkinkan seseorang untuk memperoleh
kesempatan kerja yang lebih baik. Dewasa ini sesuai dengan
perintah undang-undang, pemerintah diamanatkan untuk
mengalokasikan dana APBN sebesar 20% untuk bidang pendidikan
nasional.
 Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk
melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi yang
ada.
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu terus meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sehingga akan memberikan peluang bagi penciptaan
kesempatan kerja.
 Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi baik
dari dalam negeri maupun luar negeri untuk menciptakan
kesempatan kerja di Indonesia.
 Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan langkah pemerintah meratakan
jumlah penduduk dari pulau yang berpenduduk padat ke pulau
yang masih jarang penduduknya serta mengoptimalkan sumber
kekayaan alam yang ada.
 Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri
untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi artinya
adalah perubahan peraturan aturan main terhadap bidang-bidang
tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan.
Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang
menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi biasanya ke arah
penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang
menangani suatu urusan tertentu.
 Memperluas lapangan kerja

lxiv
Aspek hukum dalam ekonomi
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru terutama yang bersifat padat karya. Dengan
adanya era perdagangan bebas secara regional dan internasional
sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di
dalam negeri juga ke luar negeri. Ini tergantung pada kesiapan
tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga kerja
internasional.

2.3 Upah Yang Berlaku di Indonesia


1. Definisi Upah
Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi
pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada
tenaga kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan
produksi. Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada:
a. Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.
b. Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum
pekerja (UMR).
c. Produktivitas marginal tenaga kerja.
d. Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat
pengusaha.
e. Perbedaan jenis pekerjaan.

` Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai
harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi.
Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan
dua macam yaitu:
 Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang
yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
 Upah Riil, adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para
pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan
banyaknya barang dan jasa yang didapatkan dari pertukaran tersebut.
 Upah Minimum Regional adalah suatu upah minimum yang digunakan
oleh para  pelaku  pengusaha untuk memberikan upah dalam bentuk uang
kepada pekerja/buruh ,di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang
panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari
akademisi,mengadakan rapat, membentuk kepanitiaan dan turun ke lapangan
mencari tahu sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan

lxv
Aspek hukum dalam ekonomi
dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang
dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) –
dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD
mengusulkan upah minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk
disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar
penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajah). Saat
ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena
ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah
berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK).
2. Macam-Macam Sistem Upah Dalam Ekonomi
a. Sistem Upah Menurut Prestasi
Dalam sistem upah ini pemberian upah dilakukan disesuaikan
dengan prestasi atau jumlah barang yang dapat dihasilkan masing-
masing pekerja. Jadi dalam sistem ini berlaku semakin banyak jumlah
barang yang dapat dihasilkan maka semakin besar balas jasa yang
diterima pekerja tersebut.
b. Sistem Upah Menurut Waktu
Dalam sistem upah ini pemberian upah didasarkan atas
waktu atau lamanya seorang pekerja melakukan pekerjaanya.
Contohnya apabila seorang tukang bangunan dalam satu hari
diberikan kompensasi sebesar Rp 50.000 maka jika tukang tersebut
bekarja selama 10 hari tukang tersebut harus diberi kompensasi
sebesar Rp 500.000.
c. Sistem Upah Borongan
Sistem upah dimana dalam pemberian upah didasarkan atas
kesepakatan antara pemberi kerja dan pekerja.  Contohnya, Pak
Rahmat ingin membuat rumah dengan ukuran 50 m x 20 meter
pembuatan rumah tersebut diserahkan semua kepada pemborong
dan telah ada kesepakatan antara pak rahmat dengan pemborong
bahwa upah yang akan dibayarkan pak rahmat kepada pemborong
sebesar Rp 110.000.000 hingga rumah jadi dan siap dihuni.
d. Sistem Upah Partisipasi Yang Dikenal Juga Dengan Sistem Upah
Bonus 
Sistem upah partisipasi adalah pemberian upah yang
sifatnya khusus berupa sebagian keuntungan perusahaan setiap
akhir tahun buku. Upah ini merupakan sebuah bonus atau hadiah.
Dengan demikian pekerja akan menerima balas jasa seperti
biasa,ditambah balas jasa yang sifatnya bonus dalam akhir tahun
buku. 

e. Sistem Upah Premi


Sistem upah yang dalam pemberian upah dilakukan dengan
mengombinasikan sistem upah prestasi ditambahkan dengan premi

lxvi
Aspek hukum dalam ekonomi
tertentu. Contohnya apabila karyawan mampu menghasilkan 50
boneka angrybird dalam 1 jam maka karyawan tersebut akan diberi
balas jasa  Rp 50.000,- dan selebihnya dari 50 boneka tersebut
akan diberi premi misal Rp 900,- tiap boneka. Dengan demikian
jika karyawan dapat menghasilkan 80 boneka angrybird maka
karyawan tersebut akan diberikan balas jasa sebesar  Rp 50.000 +
(Rp  900 x 30) = Rp 77.000.
f. Sistem Upah Mitra Usaha Atau Co Partnership 
Merupakan sistem pemberian upah yang hampir mirip
dengan sistem upah bonus, Hanya saja terdapat sedikit perbedaan,
perbedaanya adalah dalam sistem upah mitra balas jasa tidak
dibayarkan dalam bentuk uang tunai tetapi diberikan dalam bentuk
saham ataupun obligasi. Dengan pemberian saham, perusahaan
mengharapkan karyawannya dapat lebih tekun dan bersemangat
dalam bekerja, karena karyawan tersebut telah menjadi salah satu
pemegang saham dengan kata lain maka karyawan tersebut
menjadi  salah satu pemilik perusahaan tersebut sebesar saham
yang dimilikinya.
g. Sistem Upah Skala Berubah Atau Sliding Scale
Merupakan sebuah sistem dengan pemberian upah
didasarkan pada skala hasil penjualan yang selalu berubah. Jika
terjadi peningkatan hasil penjualan maka jumlah balas jasa yang
dibayarkan akan  bertambah dan sebaliknya.
h. Sistem Upah Produksi Atau Production Sharing 
Merupakan sebuah sistem upah dimana dalam pemberian
upah disesuaikan dengan peningkatan atau penurunan jumlah
produksi barang atau jasa secara keseluruhan. Jika terjadi
peningkatan jumlah produksi misalnya meningkat sebesar 10%,
maka besarnya balas jasa juga meningkat sebesar 10% dan
sebaliknya.
i. Sistem upah indeks biaya hidup
Merupakan sistem upah dimana dalam pemberian upah
berdasarkan pada tingi-rendahnya biaya hidup. Semakin tinggi
biaya hidup maka semakin tinggi juga besarnya upah yang
dibayarkan.
j. Sistem Upah Bagi Hasil
Merupakan sistem upah dimana dalam pemberian upah
dilakukan dengan memberikan bagian tertentu kepada karyawan
dari hasil keuntungan yang didapatkan. Sistem ini sering dipakai
dalam sektor pertanian. Contohnya petani penggarap menggarap
sawah orang lain dengan kesepakatan bagi hasil 50%. Jadi jika
sawah yang digarap petani tersebut dapat menghasilkan 4 ton beras

lxvii
Aspek hukum dalam ekonomi
maka petani penggarap akan mendapat 2 ton beras dan 2 ton
sisanya menjadi hak milik pemilik sawah.

3. Fasilitas dan Tunjangan Pekerja


1. Selain menerima gaji, pekerja biasanya juga menerima berbagai fasilitas-
fasilitas dan tunjangan kerja
2. Tunjangan dan fasilitas ini merupakan kompensasi tidak langsung yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya.
3. Ada beberapa tunjangan yang diberikan langsung seperti Asuransi, namun
ada juga tunjangan yang diganti oleh perusahaan dalam bentuk uang,
misalnya uang kuliah yang dibiayai perusahaan.
4. Biasanya tunjangan yang diterima pekerja bernilai sepertiga dari total upah
dan gajinya
5. Karena menambah penghasilan maka dalam perhitungan pajaknya,
tunjangan dan fasilitas dianggap sebagai Penghasilan Kena Pajak.

4. Perbedaan Upah

Faktor-faktor yang menentukan perbedaan upah adalah :


1. Perbedaan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki
2. Perbedaan pengalaman kerja
3. Jumlah keuntungan perusahaan
4. Besar kecilnya perusahaan
5. Tingkat efisiensi dan manajemen perusahaan
6. Keberadaan serikat pekerja
7. Kelangkaan tenaga kerja dan resiko kerja
5. Usaha-usaha meningkatkan kesempatan kerja yang dilakukan pemerintah
1. Menggalakkan pendidikan SMK
2. Mendirikan kursus-kursus
3. Mendirikan balai latihan kerja
4. Mengadakan kegiatan pembangunan yang bersifat padat karya yang
menyerap banyak tenaga kerja
5. Mendirikan usaha industri di daerah-daerah
6. Pengiriman TKI ke luar negeri
7. Program transmigrasi
8. Mengadakan pameran bursa kerja
9. Memberikan pinjaman lunak dengan bunga rendah
10. Membina UKM

lxviii
Aspek hukum dalam ekonomi
11. Menggalakkan pemakaian produksi dalam negeri
6. Perbandingan Upah Tenaga Kerja Indonesia Dengan Negara Lain
Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, upah tenaga kerja
Indonesia paling murah. Kondisi ini dimanfaatkan pemerintah untuk
mengundang investasi-investasi dari negara asing untuk masuk ke dalam negeri.
Di brosur BKPM, upah TKI lebih rendah dari di China, Thailand, dan India,
bahkan Vietnam. Dan sekarang sudah diakui komunitas internasional upah
tenaga kerja China lebih tinggi dari negara Asia lain. Tinggal penyikapan UU
Tenaga Kerja saja, murahnya ongkos tenaga kerja ini membuat beberapa
investor besar berencana untuk membangun basis manufaktur di Indonesia.
Seperti, produsen barang-barang elektronik LG dan produsen sepatu olahraga
yaitu Nike. Nike misalnya, akan kembali memperbesar order sepatunya dari
Indonesia, yakni mencapai 300 juta pasang sepatu atletik dalam satu tahun ini.
Sedangkan LG akan memindahkan basis produksinya ke Asia Tenggara
termasuk Indonesia, khususnya untuk pembuatan TV yang nilainya miliaran
dolar.
7. Upah Tenaga Kerja Asing
Besaran gaji rata-rata Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia mencapai
Rp 25-50 juta. Dari besaran itu, gaji para TKA di sektor konstruksi, dan
sektor pertambangan dan penggalian jadi yang tertinggi, mencapai di atas Rp
125 juta/bulan. Demikian hasil survei Bank Indonesia (BI) yang dikutip
Senin (25/10/2010). Dari survei tersebut dikatakan, selain gaji Rp 25-50
juta/bulan, para TKA ini juga memperoleh tunjangan jabatan dengan kisaran
Rp 10-25 juta/bulan. Gaji TKA tertinggi adalah yang bekerja di sektor
konstruksi, serta pertambangan dan penggalian yang jumlahnya di atas Rp
125 juta/bulan. Sementara yang paling rendah adalah di sektor Pertanian dan
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa yaitu di bawah Rp 10 juta.
Berdasarkan asal negara, disebutkan TKA asal AS dan Eropa rata-rata
mendapatkan gaji Rp 25-50 juta per bulan di Indonesia, Sedangkan TKA
asal Oceania mendapatkan gaji di atas Rp 125 juta/bulan. Lalu terkecil
adalah TKA asal Afrika dan Timur Tengah dengan gaji di bawah Rp 10
juta/bulan.
Dari hasil survei BI tersebut, sebagian besar gaji yang diterima oleh para
TKA ini digunakan untuk konsumsi, sisanya untuk ditabung dan dikirim ke
negara asalnya (remitansi). Rata-rata remitansi yang dikirim oleh TKA ini
adalah Rp 10 juta/bulan. Jika dibandingkan dengan rata-rata gaji mereka
yang sebesar Rp 25-50 juta/bulan, maka porsi gaji yang dikirim ke negara
asal adalah 20-40%. Berdasarkan daerahnya, mayoritas TKA berada di pulau
Jawa (83%) mencakup DKI Jakarta (48%), Jawa Barat (22%), Banten (9%)
dan Jawa Timur (3%). Adapun sisanya berasal dari luar Jawa (17%) meliputi
beberapa provinsi Kepri/Riau (11%), Kaltim (4%) dan Bali (3%). Yang
sangat memalukan adalah, pekerja rumah tangga Indonesia yang sudah

lxix
Aspek hukum dalam ekonomi
mengabdikan waktu dan tenaganya untuk keluarga Malaysia sehari penuh
justru dibayar dengan upah sangat rendah. Perilaku diskriminatif itu semakin
jelas ketika pekerja rumah tangga dari negara lain secara otomatis menerima
upah yang lebih tinggi.
Sebagian besar dari 300 ribu pekerja sektor domestik di Malaysia adalah
pekerja yang berasal dari Indonesia. Kebanyakan mereka bekerja hingga 18
jam perhari, tujuh hari seminggu, dengan upah sebesar 400 - 600 ringgit (1,1
- 1,6 juta rupiah) perbulan. Pada umumnya upah pekerja rumah tangga juga
dipotong selama enam bulan pertama untuk membayar ongkos perekrutan
agen tenaga kerja yang sudah menyalurkan mereka ke tempat kerja. Dengan
adanya potongan upah untuk membayar ongkos perekrutan itu, pekerja
rumah tangga Indonesia hanya mendapat gaji sebesar 300 - 450 ringgit (840
ribu -1,2 juta rupiah) perbulan untuk masa kontrak kerja selama dua tahun.
Dengan tidak adanya peraturan pemerintah, agen tenaga kerja dan majikan
pada umumnya mematok upah pekerja rumah tangga berdasarkan standar
yang berlaku di negara asal dan bukan berdasarkan latar belakang
pendidikan dan pengalaman mereka. Pekerja rumah tangga asal Filipina
memperoleh gaji paling tinggi sebesar 400 dolar Amerika karena persyaratan
yang ditetapkan oleh pemerintah Filipina. Dibandingkan dengan negara lain
yang menerima tenaga kerja Indonesia dalam jumlah banyak, Malaysia
merupakan negara yang menetapkan upah terendah. Sebagai contoh, Arab
Saudi mewajibkan majikan untuk memberi upah sebesar 800 rial (1,9 juta
rupiah) perbulan tanpa potongan apapun.
Keluhan terbanyak yang disampaikan oleh pekerja rumah tangga adalah
berkisar pada upah yang tidak dibayar dan mencuatnya berbagai kasus
penyiksaan yang mendorong pemerintah Indonesia untuk menunda
pengiriman tenaga kerja ke Malaysia pada bulan Juni 2009 hingga adanya
mekanisme perlindungan yang jelas. Setelah melalui beberapa perundingan
yang berlarut-larut, Indonesia dan Malaysia masih belum sepakat atas
tuntutan Indonesia mengenai penetapan standar upah minimum dan dalam
rancangan kesepakatan saat ini terdapat pasal yang rentan terhadap
penyalahgunaan dimana majikan diperbolehkan memberi uang pengganti
jika pekerja tidak mengambil hari libur. Di samping itu Human Rights
Watch juga menekankan bahwa ongkos perekrutan masih merupakan
masalah yang perlu mendapat perhatian seri.

2.4 Pemagangan
Masalah magang telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya pasal 21 – 30. Dan lebih
spesifiknya diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi no. Per.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan
Pemagangan di Dalam Negeri.

lxx
Aspek hukum dalam ekonomi
Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai
bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu
antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di
bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih
berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan,
dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Magang
merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan oleh
mahasiswa tingkat akhir atau siswa SMK kelas 3 (PKL) sebagai salah satu
syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan. Sedangkan
pelatihan kerja biasanya diikuti oleh pekerja yang sudah menandatangani
kontrak dengan perusahaan dalam rangka untuk mengembangkan
kompetensi kerja dan produktifitas sang karyawan.
Dalam kegiatan magang, kita memiliki kesempatan untuk
mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dan
mempelajari detail tentang seluk beluk standar kerja yang profesional.
Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir
yang sesungguhnya.
Mahasiswa juga dapat menambah wawasan mengenai dunia
industri dan meningkatkan keterampilan serta keahlian praktek kerja.

1. Keuntungan dalam melakukan pemagangan


Bagi Universitas :

 Terjalinnya kerjasama/ hubungan baik antara Universitas dengan


perusahaan tempat mahasiswa magang.
 Universitas dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman
kerja Magang.
 Universitas akan lebih dikenal di dunia industri.

Bagi Perusahaan :

 Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa- mahasiswa


yan melakukan praktek.
 Adanya kerjasama/hubungan baik antara Universitas dengan Perusahaan
sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis dan dunia
pendidikan.
 Adanya orang yang mengaudit perusahaan tanpa mengeluarkan biaya
dengan adanya laporan-laporan magang yang diberikan kepada
perusahaan.

Yang Berhak Didapatkan Oleh Peserta Pemagangan

lxxi
Aspek hukum dalam ekonomi
 Mendapatkan sertifikat dari lembaga pelatihan kerja apabila yang
bersangkutan telah menyelesaikan program magang
 Mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan pengakuan kualifikasi
kompetensi
 Mendapatkan perlindungan asuransi kecelakaan, kesehatan, kematian yang
preminya ditanggung oleh lembaga penerima peserta program magang
yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara tempat
dilaksanakannya program magang
 Mendapatkan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja selama mengikuti
praktek kerja di perusahaan
 Mendapatkan uang saku dan transport sesuai perjanjian antara peserta
magang dengan lembaga pelatihan kerja penyelenggara program magang.

Perjanjian magang antara peserta magang dan perusahaan, sekurang-kurangnya


harus memuat:

 hak dan kewajiban peserta magang dan perusahaan


 pembiayaan
 jangka waktu
 jenis program dan bidang kejuruan
 jumlah peserta magang

2.5 Perjanjian tenaga kerja

Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan (UU 13/2003) adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak.

APA SAJA ISI PERJANJIAN KERJA?

Menurut pasal 54 UU 13/2003, Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis


sekurang kurangnya harus memuat:

1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha 


2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh
3. Jabatan atau jenis pekerjaan
4. Tempat pekerjaan
5. Besarnya upah dan cara pembayarannya

lxxii
Aspek hukum dalam ekonomi
6. Syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

APA SAJA SYARAT PERJANJIAN KERJA HINGGA DIANGGAP


SAH?

Pada dasarnya untuk menyatakan suatu perjanjian kerja dianggap sah atau
tidak maka wajib untuk memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :

Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;

1. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan dirinya


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak terlarang

Sejalan dengan itu, Pasal 52 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan juga menegaskan bahwa:

Perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1. Kesepakatan kedua belah pihak


2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

APA SAJA JENIS PERJANJIAN KERJA MENURUT BENTUKNYA?

1. Lisan/ Tidak tertulis

Meskipun perjanjian kerja dibuat secara tidak tertulis, namun perjanjian


kerja jenis ini tetap bisa mengikat pekerja dan pengusaha untuk
melaksanakan isi perjanjian kerja tersebut.

lxxiii
Aspek hukum dalam ekonomi
Tentu saja perjanjian kerja jenis ini mempunyai kelemahan fatal yaitu
apabila ada beberapa isi perjanjian kerja yang disepakati namun tidak
dilaksanakan oleh pengusaha, tidak dapat dibuktikan adanya pelanggaran
terhadap kesepakatan karena tidak pernah dituangkan secara tertulis. Hal ini
tentu sangat merugikan pekerja.

2. Tertulis

Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat dipakai sebagai


bukti tertulis apabila muncul perselisihan hubungan industrial yang
memerlukan adanya bukti-bukti dan dapat dijadikan pegangan terutama bagi
pekerja apabila ada beberapa kesepakatan yang tidak dilaksanakan oleh
pengusaha yang merugikan pekerja. Dalam hal perjanjian kerja dibuat
tertulis, maka dibuat dalam 2 rangkap yang mempunyai kekuatan hukum
yang sama, masing-masing untuk pegangan pekerja dan pengusaha (Pasal
54 ayat (3) UU 13/2003).

lxxiv
Aspek hukum dalam ekonomi
BAB XI

PENUTUP

1) Kesimpulan

Kami menyimpulkan bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian


hokum dalam menagatur setiap kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran
dalam setiap jalannya kegiatan ekonomi. Dengan kelancaran kegiatan ekonomi
dapat memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kepastian hukum yang jelas , tegas dan adil menciptakan kegiatan
ekonomi yang selaras dengan perkembangan perekonomian, sehingga
memberikan pertumbumbuhan perekonomian yang sesuai dengan yang
diharapkan.

2) Saran

Setiap hukum harus dilaksanakan dengan bersifat tegas, adil dan jelas juga tidak
memihak. Agar tidak ada penyalah aturan dalam jalannya kegiatan ekonomi.
Sehingga dapat berjalan dengan lancar.

lxxv
Aspek hukum dalam ekonomi
DAFTAR PUSTAKA

http://belajarhukum27.blogspot.com/2014/12/makalah-pengantar-hukum-
indonesia_18.html?m=1

https://bizlaw.co.id/hukum-acara-perdata/ -dan-fungsi-hukumperdata.html?m=1
https://www.dslalawfirm.com/hukum-perdata/
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/pengertian-hukum/

https://www.bing.com/search?
q=kesimpulan+pengertian+perikatan+dan+perjanjian&qs=n&form=QBRE&sp
=-1&pq=kesimpulan+pengertian+perikatan+dan+perjanjian&sc=0-
46&sk=&cvid=4334133BDCB947E9AC463D2BE8E8CDC7

http://wikipedia.com

Silondae, Arus Akbar dan Wirawan. Pokok Pokok Hukum Bisnis. Jakarta :
Salemba Empat.

Slamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga. Jakarta :


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2001.

Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Ekonomi Jilid 2 Edisi delapan, Jakarta :


Erlangga, 1987.

https://www.academia.edu/39188314/Makalah_hubungan_BISNIS

https://www.academia.edu/24346637/
Makalah_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual_HaKI_

https://id.scribd.com/doc/277083122/Tugas-Makalah-Hukum-Pajak

Khakim, Abdul. 2014. Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.


Bandung: Citra Aditya Bakti.

Benggolo. A. Tanpa tahun. Tenaga Kerja dan Pembangunan. Jakarta: Jasa


Karya.

Manulang, SH. 1995.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.Jakarta:


Rineka Cipta.

lxxvi
Aspek hukum dalam ekonomi

You might also like