You are on page 1of 19

MAKALAH

TUJUAN AUDIT DAN ASERSI MANAJEMEN

Disusun Oleh:

Muhammad Farhan (A014211003)

Kelas B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

A. Tujuan Pengauditan Laporan Keuangan

1
Auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif atas tuduhan kegiatan ekonomi dan
kegiatan dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
laporan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil
kepada pengguna yang bersangkutan.

Ada beberapa pengertian audit menurut para ahli

1) Menurut The American Accounting Association’s Committee on


Basic Auditing Concepts (Auditing: Theory And Practice, Edisi 9,
2001:1-2), audit adalah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
2) Menurut Arens (2003), audit merupakan suatu proses pengumpulan
dan pengevaluasian bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan. Secara singkat, audit merupakan perbandingan
antara kondisi yang terjadi dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
3) William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A
Systematic Approach, 2003:8), audit adalah proses yang sistematik
dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan
dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut
dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.

Tujuan audit bagi laporan keuangan ini yaitu untuk mendapatkan


nilai kewajaran atau kelayakan penyajian suatu laporan keuangan yang

2
telah dibuat oleh suatu perusahaan. Dalam kewajaran dan kelayakan ini
juga terdapat dalam prinsip akuntansi yang dapat tercerminkan pada opini
audit. Laporan keuangan audit ini memiliki 4 macam opini yang berbeda,
antara lain:

1) Wajar tanpa pengecualian ,merupakan laporan keuangan yang


dibuat berdasarkan standar akutansi yang berlaku.
2) Wajar dengan pengecualian, merupakan laporan keuangan yang
sudah dapat diterima tetapi masih harus ada banyaknya realisasi
agar tidak terdapat kesalahan dalam mengambil suatu keputusan.
3) Tidak wajar, laporan keuangan yang dibuat tidak sesuai dengan
standar akutansi pada umumnya.
4) Tidak memberi pendapatan, laporan keuangan yang disajikan
terdapat sebuah kesalahan yang material dan adanya pembatasan
pemeriksaan sehingga auditor tidak dapat menemukan bukti yang
cukup untuk mengetahaui sebuah kesalahan tersebut.

Tujuan umum audit dalam Kell dan Boynton (2006) adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan
berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang ditentukan
dalam laporan keuangan.

Proses audit akan membantu perusahaan mengidentifikasi masalah,


risiko, dan kelemahan sistem yang berpotensi membahayakan aset
perusahaan. Berbekal temuan itu, perusahaan dapat mengambil tindakan
preventif maupun perbaikan. Demikian alasan mengapa perusahaan masih
perlu dilakukan audit.

Laporan adalah hal yang sangat penting dalam penugasan audit dan
assurance karena mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Laporan

3
tersebut digunakan oleh para pemakai laporan keuangan untuk
memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan.

Adanya tindakan audit sangat berguna untuk menambah integritas


laporan keuangan yang bisa dipercaya untuk kepentingan pihak luar
seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan lain-lain. Selain itu,
audit bisa mencegah fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang diaudit. Kualitas audit dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
tindak kecurangan maupun error dalam sebuah laporan keuangan
perusahaan. Kualitas audit yang baik dapat mendeteksi adanya perilaku
manajemen laba dalam kualitas laba perusahaan sehingga semakin baik
kualitas auditnya maka semakin baik pula laba perusahaan.

B. Tanggungjawab manajemen dan auditor


Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Menurut SA 240 Auditor dalam melaksanakan tugas mempunyai
“tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh
kecurangan ataupun kekeliruan. Karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak
absolut, bahwa salah saji yang meterial dapat dideteksi dan auditor tidak
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa salah saji, apakah yang
disebabkan kekeliruan ataupun kecurangan, yang tidak material bagi
laporan keuangan dapat dideteksi, walaupun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA”.

4
Sehingga dibutuhkan Peran auditor dalam sikap independensi dan
tanggung jawab sangat diperhatikan oleh masyarakat, dalam tugasnya
memeriksa laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut untuk bersikap
profesional yang akan memberikan pendapatnya sesuai dengan kenyataan
yang ditemuinya selama audit berlangsung. Kejujuran, handal,
mempertahankan etika, komitmen adalah beberapa ciri dari seorang
professional Akuntan dan Auditor.Auditor merupakan profesi yang
bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat yaitu dengan
melaksanakan audit atas laporan keuangan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Menurut Rahman (2011) Independen auditor berhubungan dengan
obyektifitas, untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan dan untuk mengetahui kewajaran informasi yang di dalam
laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaaan yang
independen.Independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak
jujur, tidak memihak dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan
bukti yang ada, auditor di asumsikan memiliki independensi, baik secara
mental maupun fisik untuk melaksanakan tugas audit agar dapat
memberikan pendapat (opini) audit secara objektif.
Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut independen
dan tidak memihak. Tanggung jawab auditor terhadap pelaksanakan
pemeriksaan di lakukan sesuai dengan norma profesi dan pelaporkannya
temuannya, agar auditor memberikan opini audit yang dapat
dipertanggungjawabkan. Laporan auditor adalah tahap akhir dari suatu
proses audit.
Opini audit pada dasarnya adalah kesimpulan atas pemeriksaan
yang dilakukan atas laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit
yang semestinya.Hasil akhir dari auditan pemberian opini akuntan publik
yang dalam penulisan selanjutnya di tulis opini akuntan.
Pemberian opini harus di dukung oleh bukti audit kompeten yang
cukup.Pemberian opinipun tergantung pada faktor independensi yang

5
objektifitas dan tidak memihak (Jesika; Ramot dan Salmon, 2015).
Manajemen mempunyai tanggung jawab atas laporan keuangan
perusahaannya. oleh karena itu, manajemen bertanggung jawab untuk
menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat, membangun dan memelihara
pengendalian intern, serta melaksanakan kewajiban mencatat, mengolah,
meningkatkan dan melaporkan transaksi yang konsisten dalam laporan
keuangan sehingga dapat memberikan informasi yang andal dan dapat
dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan.
Dan apabila manajemen bersikeras mempertahankan
pengungkapan laporan keuangan yang dianggap auditor tidak dapat
diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak wajar (adverse),
opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dari
kontrak kerja. Senada dengan yang diungkapkan PSA 02 bahwa tujuan
pengauditan laporan keuangan adalah pemberian opini atas laporan
keuangan. Menurut SPA 700 tentang perumusan suatu opini dan pelaporan
atas laporan keuangan berbunyi: “Tanggung jawab auditor adalah untuk
menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan
auditnya.
Auditor melaksanakan auditnya berdasarkan Standar Perikatan
Audit. Standar tersebut mengharuskan Auditor mematuhi etika serta
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan
penyajian material.”
Dalam SPAP seksi 300, bahwa tanggung jawab dalam kode etik
adalah seperti tanggung jawab terhadap klien, tanggung jawab kepada
rekan seprofesi, dan tanggung jawab praktik lain. Oleh karena itu, auditor
harus menjaga kerahasiaan klien yang telah diauditnya dan tidak boleh
dibeberkan kepada orang lain kecuali diminta oleh pengadilan atau OJK.
Auditor tidak hanya bertanggung jawab menjaga kerahasiaan kliennya.
Sehingga dalam memenuhi tanggung jawabnya, auditor harus
memperhatikan. Pertama auditor harus bersikap independen dalam

6
menjalankan tugas karena tugas yang dilakukan oleh auditor yaitu tugas
yang memegang kepercayaan masyarakat sehingga auditor dituntut untuk
melalukan perkerjaannya dengan profesionan.
Oleh karena itu, auditor tidak boleh memihak kepada siapapun dan
auditor harus harus bersifat netral. kedua mempunyai keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) yaitu auditor bertanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan entitas terbebas dari salah saji
material sehingga menghasilakn laporan auditor yang berisi tentang opini
auditor atas laporan keuangan yang berdasarkan pada konsep pemerolehan
keyakinan yang memadai. ketiga auditor melakukan pendeteksian error
dan fraud yaitu auditor harus menggunakan kemahiran profesional dalam
menjalankan tugas dengan cermat dan seksama sehingga memungkinkan
auditor memperoleh keyainan yang memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material. keempat auditor bertanggung jawab
terhadap going concern.
Oleh karena itu, dalam kelangsungan hidup suatu entitas digunakan
sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti
adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan (Suhayati dan
Ari, 2015). Auditor harus mendapatkan bukti audit yang memadahi untuk
mendukung semua asersi manajemen dalam laporan keuangan, hal ini
dilakukan dengan mengakumulasi bukti-bukti untuk mendukung
kombinasi yang tepat dari tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit
terkait saldo.
Untuk melakukan ini, auditor menjalankan sebuah proses audit
yang merupakan sebuah metodologi yang sangat jelas untuk
pengorganisasian sebuah audit untuk meyakinkan bahwa bukti yang
dikumpulkan memadai dan tepat serta semua tujuan audit yang diperlukan
telah dinyatakan dengan jelas dan terpenuhi. Jika klien merupakan
perusahaan publik, auditor juga harus merencanakan untuk mencapai

7
tujuan yang dikaitkan dengan efektivitas pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan
C. Asersi manajemen
Asersi adalah pernyataan manajemen tentang pengelompokan
transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan
keuangan, baik secara eksplisit ataupun implisit. PSA 07
mengelompokkan asersi menjadi tiga kategori:
1) Asersi mengenai pengelompokan transaksi dan peristiwa dalam
periode audit;
2) Asersi mengenai Saldo Akun di akhir periode;
3) Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.

Masing-masing asersi ini punya indikator yang akan digunakan


dalam proses audit nantinya. Pertama, asersi tentang klasifikasi transaksi
dan peristiwa dalam proses audit, dalam asersi ini, kita akan mengetahui
apakah transaksi telah dicatat dengan semestinya. Tentunya dengan
melihat indikatornya, yaitu, keterjadian, kelengkapan, keakuratan,
klasifikasi, dan pisah batas.

1) Dalam asersi keterjadian, auditor harus memeriksa bahwa transaksi


yang dicatat betul-betul terjadi, misalnya transaksi penjualan
barang dagang.
2) Pada asersi kelengkapan mengharuskan auditor untuk memeriksa
bahwa transaksi yang harus dicatat telah benar-benar dicatat dalam
laporan keuangan.
3) Asersi keakuratan, asersi ini mengharuskan auditor memeriksa
bahwa transaksi telah dicatat dengan jumlah yang sesuai.
4) Asersi klasifikasi mengharuskan auditor untuk memeriksa bahwa
transaksi telah dicatat dengan akun yg sesuai.
5) Asersi pisah batas dilakukan utk melihat bahwa transaksi telah
dicatat dlm periode akuntansi yg tepat yakni per tanggal neraca.

8
Kedua, asersi tentang saldo akun yang sering kita temui dalam
audit, asersi ini terdiri dari, Keberadaan, Kelengkapan, Penilaian dan
Alokasi, dan Hak dan Kewajiban.

1) Pada asersi keberadaan ini auditor akan melihat apakah aset,


liabilitas, dan ekuitas yang ada di dalam neraca itu benar-benar ada
per tanggal neraca.
2) Asersi kelengkapan, auditor akan memeriksa bahwa semua akun
yang harus disajikan dalam laporan keuangan telah benar-benar
disajikan.
3) Dalam penilaian dan alokasi, auditor akan memeriksa apakah aset,
liabilitas, dan ekuitas dalam laporan keuangan telah dicatat pada
nilai yang tepat.
4) Asersi hak dan kewajiban, dalam asersi ini, auditor memeriksa
apakah aset telah menjadi hak dari perusahaan dan liabilitas telah
menjadi kewajiban dari perusahaan tersebut.

Kita akan bahas kelompok asersi yang ketiga, yaitu asersi


mengenai penyajian dan pengungkapan. Di dalam kelompok asersi ini, ada
empat indikator, yaitu keterjadian, hak dan kewajiban, kelengkapan,
keakuratan dan penilaian serta klasifikasi dan dapat dipahami.

1) Keterjadian dan hak dan kewajiban, asersi ini mengharuskan


auditor untuk memeriksa bahwa peristiwa yang diungkapkan telah
terjadi dan merupakan hak dan kewajiban dari perusahaan.
Misalnya, jika klien mengungkapkan bahwa mereka telah
mengakuisisi perusahaan lain, maka asersi ini menunjukkan bahwa
transaksi telah selesai.
2) Asersi kelengkapan, sama seperti dalam dua kelompok
sebelumnya, asersi ini mengharuskan auditor untuk memeriksa
bahwa semua hal yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan

9
telah benar-benar diungkapkan, misalnya semua transaksi yang
materil mengenai pihak terkait.
3) Keakuratan dan penilaian, dalam asersi ini auditor akan memeriksa
apakah informasi yang diungkapkan disajikan secara wajar dan
pada nilai yang tepat. Sebagai contoh, pengungkapan tentang
kewajiban dana pensiun dan asumsi yang mendasari telah
dijelaskan secara jelas.
4) Asersi klasifikasi dan dapat dipahami, asersi ini berhubungan
degan nilai transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan
keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai tersebut serta
pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Itulah tadi jenis asersi yang biasa ditemui dalam proses audit, jadi
pada intinya asersi ini akan menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan
oleh manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Asersi
manajemen inilah yang akan menjadi pertimbangan untuk auditor dalam
mencapai tujuan auditnya serta menjadi dasar auditor untuk menyatakan
pendapatnya (opini) atas evidence yang didapatkan selama proses audit
berlangsung.

D. Hubungan asersi manajemen dengan tujuan audit


Asersi manajemen dan tujuan audit laporan keuangan berkaitan
dengan proses representasi kewajaran laporan keuangan yang disusun
manajemen. Pertanyaan tentang asersi manajemen dalam laporan
keuangan berkaitan dengan perbedaan auditing dan accounting. Mengapa
tujuan audit umum lebih berguna bagi para auditor berkaitan dengan 3
kategori asersi manajemen. Hubungan asersi manajemen dengan prosedur
audit dan bukti audit akan diperlukan karena proses pembuatan audit plan.
Contoh kasus asersi manajemen dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan sebaiknya diberikan soal ganda dan pilihan essay. Contoh

10
asersi penyajian dan pengungkapan berkaitan dengan kebenaran transaksi
yang terjadi di laporan keuangan dan pengungkapan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Asersi manajemen dan tujuan audit laporan keuangan menjadi
keharusan bagi auditor sebelum membuat audit plan. Contoh kasus asersi
audit seperti penyajian dan pengungkapan catatan atas laporan keuangan
yang seharusnya dicantumkan dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan. Asersi manajemen merupakan penilaian terhadap kewajaran
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
Hubungan asersi dengan prosedur audit adalah asersi manajemen
diperlukan untuk memulai tahapan prosedur pelaksanaan proses audit
laporan keuangan. Tujuan audit laporan keuangan adalah mengevaluasi
bukti-bukti transaksi untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Ada 5
asersi manajemen dalam audit yang digunakan akuntan publik untuk
memeriksa laporan keuangan tahunan perusahaan yakni.
1) Existace or occurance.
2) Completeness.
3) Right and obligation
4) Valuation or allocation
5) Presentation and disclosure

Pertanyaan tentang asersi manajemen dalam laporan keuangan


menjadikan contoh kasus asersi memerlukan audit. Perbedaan audit
dengan akuntansi adalah audit bersifat analisis karena tahapan auditing
dimulai dari membaca angka dalam laporan keuangan dengan
membandingkan antara bukti-bukti audit yang diperolehnya.

Mengapa asersi manajemen wajib diperlukan dalam laporan


keuangan karena adanya indikasi laporan keuangan yang dibuat
manajemen terjadi kesalahan yang disengaja atau tidak. Fungsi asersi
dalam auditing adalah membantu membuat prosedur audit plan dan
membentuk tujuan umum audit.

11
Contoh kasus asersi manajemen dalam laporan keuangan berkaitan
dengan tujuan audit dan audit report sebagai hasil dari pekerjaan akuntan
publik. Hubungan asersi dengan prosedur audit layak dipahami karena
bukti audit akan mempermudah proses pembuatan laporan keuangan
tahunan perusahaan dan SPT Badan.

Contoh kasus asersi manajemen dan tujuan audit laporan keuangan


terjadi apabila perusahaan memiliki laporan keuangan dengan opini wajar
tanpa pengecualian akan membuat para investor mau memberikan dana
karena laporan keuangan terbebas dari salah saji material.

Contoh kasus asersi dalam laporan keuangan seperti asersi


penyajian dan pengungkapan informasi laporan keuangan. Angka-angka
dalam laporan posisi keuangan harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan hingga mampu mendeskripsikan informasi secara rinci.

E. Fase penyelesaian audit


1) Tahap penyelesaian audit
Prosedur yang diterapkan pada tahap penyelesaian audit
mempunyai karakteristik khusus:
a) Prosedur tersebut tidak mengacu kesiklus transaksi maupun
saldo rekening tertentu
b) Prosedur – prosedur tersebut dilaksanakan setelah tanggal
neraca
c) Prosedur – prosedur tersebut sangat memerlukan
pertimbangan subyektif auditor
d) Prosedur tersebut dilaksanakan oleh manajer audit /
akuntan senior yang berpengalaman
2) Penyelesaian pekerjaan lapangan
Ada lima prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor,
yaitu:

12
a) Melakukan penelaahan peristiwa kemudian ( subsequent
event review )
Periode peristiwa kemudian adalah periode yang
dihitung sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal
berakhirnya pekerjaan lapangan ( tanggal laporan audit ).
Tipe-tipe ini :
 Tipe peristiwa kemudian I : peristiwa yang
memberikan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam
proses penyusunan laporan keuangan.
 Tipe peristiwa kemudian II : peristiwa – peristiwa
yang memberikan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada
tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi kondisi
tersebut ada sesudah tanggal neraca.
b) Membaca notulen rapat
Notulen rapat pemegang saham, direktur, komite
resmi lainnya (komite keuangan dan komite audit), berisi
hal yang signifikan berkaitan erat dengan audit yang
dilaksanakan.
c) Mengajukan pertanyaan atau melakukan konfirmasi dengan
penasihat hukum klien
Kontinjensi adalah keadaan, situasi, atau kondisi
yang meliputi ketidak pastian yang mungkin melibatkan
keuntungan atau kerugian dimasa datang.

Kemungkinan Perlakuan laporan keuangan


keterjadian
peristiwa
Remote (kecil Tidak diperlukan pengungkapan

13
kemungkinan)
Reasonably possible Diperlukan pengungkapan catatan
kaki
Probable (mungkin Jika jumlah dapat diestimasi secara
terjadi) masuk akal, maka akun laporan
keuangan disesuaikan. Jika jumlah
tidak dapat diestimasi secara
masuk akal, maka diperlukan
pengungkapan catatan.

d) Menghimpun surat representasi klien


Auditor mengendalikan representasi klien untuk :
 Mengkonfirmasikan pernyataan lisan yang
disampaikan pada auditor
 Mendokumentasikan ketepatan representasi yang
kontinu
 Menurunkan kesalahpahaman mengenai
representasi manajemen
e) Melaksanakan prosedur analitis komprehensif Data
perusahaan dapat dibandingkan dengan :
 Hasil perusahaan yang diharapkan misalnya seperti
yang tercantum dalam anggaran
 Data industry
 Data non keuangan yang relavan seperti jumlah
produksi, atau jumlah tenaga kerja
3) Pengumpulan bahan bukti akhir
Auditor mempunyai sedikit tanggung jawab akumulasi
akhir yang dapat diterapkan untuk seluruh siklus lain disamping
penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah peristiwa

14
kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5
jenis berikut, diantaranya:
a) Melakukan Prosedur Analitis Akhir Prosedur analitis yang
dilakukan selama penyelesaian audit berguna sebagai telaah
akhir atas salah saji material atau masalah keuangan yang
tidak disebutkan selama pengujian dan membantu auditor
dalam memberikan pandangan objektif atas laporan
keuangan.
b) Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha PSA 30 (SA
341) mensyaratkan auditor mengevaluasi bila ada keraguan
yang substansial mengenai kemampuan klien dalam
melanjutkan usaha, setidaknya dalam waktusatu tahun atau
lebih setelah tanggal neraca. Auditor membuat penilaian
pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan, tetapi bisa
saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru.
c) Memperoleh Surat Representasi Manajemen PSA 17 (SA
333) mensyaratkan auditor untuk memperoleh surat
representasi yang mendokumentasikan representasi penting
bagi manajemen yang dibuat selama audit. Penolakan klien
untuk membuat dan menandatangani surat tersebut
berakibat pada munculnya opini dengan pengecualian atau
tidak ada opini. Ada tiga tujuan surat representasi klien
tersebut, yaitu:
 Menekankan kepada manajemen bahwa mereka
bertanggung jawab atas penilaian laporan keuangan.
 Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji
atau hal yang tidak dimasukkan dalam laporan
keuangan.
 Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas
tanya jawab mengenai berbaagai spek dalam audit.

15
d) Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan
Keuangan Dasar
e) Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan
4) Mengevaluasi akhir
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa
penelaahan oleh auditor atas seluruh audit untuk menentukan
apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan.
Langkah utama proses ini adalah penelaahan program audit
untuk meyakinkan seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan
dan didokumentasikan serta seluruh tujuan audit dipenuhi. Kelima
aspek dalam evaluasi hasil:
a) Bukti yang tepat dan memadai Untuk membuat evaluasi
akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit
keseluruhan untuk menentukan apakah seluruh hal material
dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara
memadai, dengan mempertimbangkan seluruh kondisi
audit.
b) Bukti pendukung opini auditor Bagian penting dari evaluasi
apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah
mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit.
Manakala auditor menemukan salah saji yang material,
neraca saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan
keuangan. Auditor dapat mencatat jejak kekeliruan dan
menggabungkannya dalam berbagai cara yang berbeda,
tetapi kebanyakan auditor menggunakan Skedul Audit
Salah-Saji yang Tidak Disesuaikan atau Ikhtisar Salah-Saji
yang mungkin. Jika auditor percaya bahwa terdapat
kecukupan bahan bukti tetapi tidak menjamin kesimpulan
mengenai penyajian laporan keuangan yang wajar, auditor

16
sekali lagi mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi
hingga auditor puas atau memberikan pendapat wajar tanpa
syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus
diterbtikan. Perhatikan bahwa pilihan disini berbeda dengan
yang dibahas dalam kasus ketidakcukupan bahan bukti
yang diperoleh.
c) Pengungkapan laporan keuangan. Sebelum
menyelesesaikan audit, auditor membuat evaluasi akhir
apakah pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi
seluruh tujuan penyajian dan pengungkapan.
d) Telaah dokumentasi audit Ada tiga alasan mengapa staf
firma audit yang berpengalaman harus menelaah
dokumentasi audit pada saat penyelesaian audit:
 Untuk mengevalusi kinerja karyawan yang belum
berpengalaman: Bagian yang perlu dipertimbangkan
dari kebanyakan audit dilaksanakan oleh staf audit
dengan pengalaman kurang dari empat atau lima
tahun.
 Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar
kinerja: Setiap organisasi kualitas kinerja individu
sangat bervariasi, tetapi penelaahan yang seksama
oleh staf tingkat atas dalam perusahaan membantu
mempertahankan kualitas audit yang seragam.
 Menghilangkan kerancuan yang sering muncul
dalam penilaian auditor: Auditor dapat berusaha
agar senantiasa objektif dalam seluruh audit, tetapi
mudah untuk kehilangan perspektif yang memadai
dalam audit yang panjang jika terdapat masalah
kompleks yang ingin dipecahkan.
 Telaah independen Pada saat penyelesaian audit
yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk

17
laporan keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh
penelaah independen yang tidak terlibat dalam
audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang
juga melakukan audit. Telaah independen
diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas
informasi keuangan internal dan audit pengendalian
internal. Penelaah ini penting untuk memastikan
bahwa audit sudah dilakukan dengan memadai. Tim
audit harus dapat menjustifikasi bukti yang
diakumulasi dan kesimpulan yang diambil
berdasarkan kondisi pada saat audit dilakukan.
 Ringkasan evaluasi bukti Auditor mengevaluasi
kecukupan dan kelayakan bukti pada saat
mengevaluasi risiko audit, berdasarkan akun dan
siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama
untuk laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga
mengevaluasi bukti pendukung atas opini audit
dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun
dan kemudian untuk laporan keuangan keseluruhan.
Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji dibuat
pada waktu bersamaan dan berdasarkan evaluasi
tersebut, laporan audit diterbitkan untuk laporan
keuangan.

18
F. Referensi

Boynton, William C.,Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2006.


Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.

https://www.kakraffi.my.id/2020/10/asersi-manajemen-dan-tujuan-
audit.html

https://www.coursehero.com/file/p7k56hr/Ada-hubungan-antara-asersi-
manajemen-tujuan-audit-umum-yang-berkaitan-dengan/

https://jagoakuntansi.com/2016/03/25/asersi-manajemen/

https://www.academia.edu/33864138/
PERAN_MANAJEMEN_DAN_TANGGUNG_JAWAB_AUDITOR_DE
NGAN_BUKTI_AUDIT

https://sniconsulting.co.id/2020/08/10/tujuan-dan-tahapan-audit-dalam-
laporan-keuangan/

19

You might also like