Professional Documents
Culture Documents
Teknik Penyusunan Peraturan Di Desa
Teknik Penyusunan Peraturan Di Desa
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jabatan Pembentuk Peraturan (Kepala Desa)
3. Konsiderans.
4. Dasar Hukum.
5. Diktum.
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum.
2. Materi Pokok yang Diatur.
3. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan).
4. Ketentuan Penutup.
D. PENUTUP
E. LAMPIRAN (jika diperlukan)
Penjelasan:
A. JUDUL
Contoh Judul:
PERATURAN DESA WARUKULON
NOMOR 4 TAHUN 2020
TENTANG
B. PEMBUKAAN
Contoh:
KEPALA DESA WARUKULON
3. Konsiderans
4. Dasar Hukum
a. Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat yang ditulis sejajar dengan
Menimbang.
b. Huruf awal kata Mengingat ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua ( : ).
c. Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan dan
memuat peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan
Peraturan tersebut atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi
yang akan diatur.
d. Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum
hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih
tinggi.
e. Peraturan Desa yang akan dicabut dengan Peraturan yang akan
ditetapkan, tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.
f. Undang-undang, Peraturan Pemerintah yang dijadikan dasar hukum perlu
dilengkapi dengan pencantuman Lembaran desadan Tambahan
Lembaran desa yang diletakkan di antara tanda kurung ( ).
g. Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum
lebih dari satu, maka urutan pencantuman perlu memperhatikan tata
urutan hirarki dan diurutkan secara kronologis berdasarkan saat
pengeluarannya.
h. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturan perundang-undangan,
maka tiap dasar hukum diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya
yang diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
Contoh:
Mengingat : 1. Undang-Undang …;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun
2016 Tentang Laporan Kepala Desa, (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1099;)
5. Memutuskan
6. Menetapkan
7. Nama Peraturan
Nama yang tercantum dalam judul Peraturan dicantumkan lagi setelah kata
Menetapkan yang didahului dengan pencantuman jenis Peraturan tanpa
menyebutkan nomor dan tahun, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
MEMUTUSKAN:
C. BATANG TUBUH
2)
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku perjanjian penerusan hibah
atau perjanjian Hibah Perusahaan yang telah dilakukan sebelum
berlakunya Peraturan Desa ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
perjanjian.
12. Ketentuan Penutup:
a. Ketentuan penutup diletakkan pada pasal terakhir.
b. Pada umumnya ketentuan penutup memuat ketentuan mengenai:
1) Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan
Peraturan;
2) Pernyataan tidak berlaku, penarikan, atau pencabutan Peraturan yang
telah ada;
3) Nama singkat apabila judul Peraturan terlalu panjang;
4) Saat mulai berlakunya Peraturan.
c. Ketentuan penutup dapat memuat pelaksanaan Peraturan yang bersifat:
1) Menjalankan, misalnya penunjukan pejabat tertentu yang diberi
kewenangan untuk memberikan izin, mengangkat pegawai dan lain-lain;
2) Mengatur, misalnya pendelegasian kewenangan kepada pejabat
dibawahnya untuk membuat Peraturan lain yang pada hakekatnya
merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan tersebut.
d. Pada dasarnya tiap Peraturan mulai berlaku pada saat Peraturan tersebut
ditetapkan.
e. Jika terdapat penyimpangan terhadap saat berlakunya Peraturan yang
bersangkutan pada saat ditetapkan, hendaknya dinyatakan secara tegas
kapan Peraturan itu akan diberlakukan.
f. Hindari penggunaan rumusan "Peraturan ini berlaku efektif atau
diterapkan pada tanggal …".
D. PENUTUP
Ditetapkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama …….
a) Peraturan Desa
Ditetapkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama ……
Diundangkan di Warukulon
pada tanggal …
Ditetapkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama ……
Diundangkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama ……
Ditetapkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama ……
Diundangkan di Warukulon
pada tanggal …
…… nama ……
Hal-hal Khusus
2. Pencabutan
a. Jika Peraturan Desa diganti dengan Peraturan yang baru, maka Peraturan
yang lama harus dicabut dengan tegas.
b. Pencabutan Peraturan hendaknya tidak dirumuskan secara umum, tetapi
harus menyebutkan dengan tegas Peraturan mana yang dicabut.
c. Peraturan pencabutan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka
Arab, yaitu:
1) Pasal 1 yang memuat ketentuan yang menyatakan bahwa Peraturan itu
dicabut;
2) Pasal 2 yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya
Peraturan pencabutan yang bersangkutan.
Contoh Pencabutan:
TENTANG
3. Perubahan
a. pengertian perubahan terhadap Peraturan dapat berupa penambahan,
penyisipan, penghapusan atau penggantian sebagian materi Peraturan.
b. Peraturan perubahan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka
Romawi, yaitu:
1) Pasal I yang memuat judul Peraturan yang diubah dan memuat materi
atau norma yang diubah;
2) Pasal II yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan
perubahan yang bersangkutan.
c. Pada nama Peraturan perubahan ditambah frasa PERUBAHAN ATAS di
depan judul Peraturan yang diubah.
d. Apabila perubahan itu lebih dari satu kali, maka di antara kata PERUBAHAN
dan kata ATAS disisipkan bilangan tingkat yang menunjukkan tingkat
perubahan tersebut tanpa merinci perubahan sebelumnya.
1) Contoh Perubahan PERTAMA:
TENTANG
TENTANG
4. Pendelegasian Wewenang
a. Peraturan yang bersifat pengaturan dapat mendelegasikan kewenangan
mengatur lebih lanjut kepada Peraturan yang lebih rendah atau kepada
pejabat tertentu.
b. Setiap pendelegasian kewenangan harus menyebut dengan tegas ruang
lingkup materi yang diatur.
c. Hindarkan pendelegasian yang bersifat blanko atau yang disebut "delegasi
blanko".
misalnya:
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Kepala Desa.
A. Judul:
Contoh:
KEPUTUSAN KEPALA DESA
NOMOR 9 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA
B. Pembukaan:
Contoh:
Konsiderans
o Konsiderans diawali dengan kata Menimbang, yang dicantumkan setelah
nama jabatan dan diletakkan sebelah kiri marjin. Huruf awal ditulis dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
o Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang
menjadi latar belakang dan alasan pembuatan keputusan.
o Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka tiap pokok
pikiran harus dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu
kesatuan pengertian.
o Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam
satu kalimat utuh yang diawali dengan kata "bahwa" yang ditulis dengan huruf
kecil dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;)
Contoh:
Menimbang: a. bahwa....;
b. bahwa....;dst
o Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka rumusan butir
pokok pikiran yang terakhir berbunyi sebagai berikut:
Menimbang: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala desa
tentang …;
Dasar Hukum
o Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat yang ditulis sejajar dengan
Menimbang.
o Huruf awal kata Mengingat ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik dua ( : )
o Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan keputusan dan memuat
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan keputusan
tersebut atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akan
diatur.
o Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya
peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
o Keputusan Desa yang akan dicabut dengan keputusan yang akan ditetapkan,
tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.
o Undang-undang, Peraturan Pemerintah yang dijadikan dasar hukum perlu
dilengkapi dengan pencantuman Lembaran desadan Tambahan Lembaran
desa yang diletakkan di antara tanda kurung ( )
o Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih
dari satu, maka urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan hirarki
dan diurutkan secara kronologis berdasarkan saat pengeluarannya.
o Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturan perundang-undangan,
maka tiap dasar hukum diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya yang
diakhiri dengan tanda baca titik koma (;)
Contoh:
Mengingat: 1. ....;
2. ....;dst
o Ketetapan MPR tidak digunakan sebagai dasar hukum, kecuali secara tegas
memerintahkan pembentukan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
Memutuskan
Kata MEMUTUSKAN ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, tanpa spasi antar
huruf dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:) serta diletakkan di tengah
marjin
Menetapkan
o Kata Menetapkan dicantumkan sesudah MEMUTUSKAN yang letaknya
disejajarkan ke bawah dengan kata Menimbang dan Mengingat.
o Huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanca baca titik dua (:).
Nama Keputusan
Nama yang tercantum dalam judul keputusan dicantumkan lagi setelah kata
Menetapkan yang didahului dengan pencantuman jenis keputusan tanpa
menyebutkan nomor dan tahun, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda baca titik (.).
C. Batang Tubuh
Ketentuan Umum
1) Ketentuan umum diletakkan dalam bab ke satu atau dalam pasal
satu.
2) Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal.
3) Ketentuan umum berisi:
a) Batasan pengertian atau definisi
b) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam keputusan
c) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal
berikutnya.
4) Jika ketentuan umum berisi batasan pengertian, definisi, singkatan,
atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi
nomor urut dengan angka Arab.
5) Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata
atau istilah yang terdapat di dalam pasal-pasal selanjutnya.
6) Jika kata atau istilah hanya digunakan satu kali namun kata atau
istilah itu diperlukan pengertiannya, maka kata atau istilah itu diberi
definisi pada pasal awal yang bersangkutan.
Ketentuan Penutup:
1) Ketentuan penutup diletakkan pada pasal terakhir.
2) Pada umumnya ketentuan penutup memuat ketentuan mengenai:
3) Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan
keputusan;
4) Pernyataan tidak berlaku, penarikan, atau pencabutan keputusan
yang telah ada;
5) Nama singkat apabila judul keputusan terlalu panjang;
6) Saat mulai berlakunya keputusan.
7) Ketentuan penutup dapat memuat pelaksanaan keputusan yang
bersifat:
8) Menjalankan, misalnya penunjukan pejabat tertentu yang diberi
kewenangan untuk memberikan izin, mengangkat pegawai dan lain-
lain;
9) Mengatur, misalnya pendelegasian kewenangan kepada pejabat
dibawahnya untuk membuat keputusan lain yang pada hakekatnya
merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari keputusan tersebut.
10) Pada dasarnya tiap keputusan mulai berlaku pada saat keputusan
tersebut ditetapkan.
11) Jika terdapat penyimpangan terhadap saat berlakunya keputusan
yang bersangkutan pada saat ditetapkan, hendaknya dinyatakan
secara tegas kapan keputusan itu akan diberlakukan.
12) Hindari penggunaan rumusan "Keputusan ini berlaku efektif atau
diterapkan pada tanggal …".
D. Penutup
Contoh:
Ditetapkan di Warukulon
pada tanggal.........
tanda tangan
NAMA
Hal-hal Khusus
Kerangka dan isi keputusan yang bersifat penetapan pada dasarnya sama dengan
kerangka dan isi keputusan yang bersifat pengaturan, kecuali:
1. Sebelum konsiderans Menimbang dapat diawali dengan kata Membaca yang
diletakkan pada marjin kiri dengan huruf kapital pada awal kata dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua (:).
2. Konsiderans Membaca pada umumnya memuat surat yang berisi permohonan
atau usulan dari seseorang, instansi, atau pihak lain kepada Pemerintah desa.
3. Apabila terdapat lebih dari satu surat, maka urutan pencantuman didasarkan
pada tanggal yang lebih dahulu dan penulisannya di awali dengan huruf abjad a,
b, dan seterusnya dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
4. Setelah dasar hukum Mengingat dapat dicantumkan konsiderans Memperhatikan
yang diletakkan pada marjin kiri dengan huruf kapital pada awal kata dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua (:).
5. Konsiderans Memperhatikan memuat surat atau hal yang bukan peraturan
perundang-undangan tetapi perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu
keputusan. Misalnya Instruksi Presiden, Surat Menteri, Surat Edaran, Daftar Isian
Proyek, dan sebagainya.
6. Apabila terdapat lebih dari satu surat atau hal yang perlu diperhatikan, maka
urutan pencantumannya didasarkan pada urutan hirarki siapa yang
mengeluarkan surat tersebut dan disusun secara kronologis berdasarkan saat
pengeluarannya.
7. Penulisan diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya yng diakhiri dengan
tanda baca titik koma (;)
8. Setelah kata Menetapkan, judul keputusan tidak perlu ditulis/dicantumkan.
9. Materi keputusan dikelompokkan dalam diktum KESATU, KEDUA, dan
seterusnya bukan dalam bentuk pasal-pasal.
10. Diktum tersebut ditulis dengan huruf kapital, ditempatkan sejajar di bawah kata
Menetapkan dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
11. Pada umumnya materi dalam keputusan ini bersifat konkrit, individual, dan final
yang berlaku untuk suatu periode tertentu.
12. Urutan materi yang ditetapkan dalam diktum mencerminkan urutan yang logis
antara diktum-diktumnya.
13. Setelah diktum terakhir yang berisi saat mulai berlakunya keputusan ini dapat
dicantumkan perintah penyampaian salinan dan petikan. Istilah yang dipakai
bukan tembusan.
14. Salinan dan petikan dicantumkan setelah atau di bawah diktum terakhir, apabila
materi keputusan tersebut merupakan hal yang terkait dengan para pihak yang
tercantum dalam salinan.
15. Salinan dan petikan dicantumkan setelah atau di bawah tanda tangan, apabila
materi keputusan tersebut hanya sekedar untuk diketahui para pihak yang
tercantum dalam salinan.
16. Salinan dan petikan keputusan yang bersifat penetapan ini selain ditanda tangani
oleh Sekretaris Desa, dapat pula ditandatangani oleh Kepala seksi, karena
secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Kepala Desa.
Lamongan, 20042020
NUR ROZUQI