Professional Documents
Culture Documents
TM 9. Asersi Manajemen
TM 9. Asersi Manajemen
AUDIT
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
• Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan
• Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima,
auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
• Sarbanes-Okley Act mengharuskan CEO dan CFO untuk menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act
tahun 1934 dan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material serta menandatangani laporan
keuangan.
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi salah
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan untuk
menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.
Konsep ini menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan salah saji yang
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang
kompleks, yang melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan
manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan
sedangkan misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva tersebut tidak lagi
Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau peraturan pemerintah selain Kecurangan.
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung
jawab auditor atas tindakan ini sama dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan.
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak langsung. Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak
memberikan kepastian bahwa tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan ilegal:
1. Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung
• Berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki wewenang yang sama.
• Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen yang lebih kecil untuk mempermudah pengelolaan dan pembebanan
• Pendekatan siklus digunakan untuk mensegmentasi audit. Caranya dengan tetap mempertahankan hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo
akun dalam segmen yang sama. Logikanya adalah hal itu terkait dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta
laporan keuangan.
Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-
transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga melakukan pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Secara umum auditor
telah menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi
setiap kelas transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.
• Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives), untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dilakukan telah
• Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives), untuk memastikan saldo suatu akun
• Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure related audit objectives), untuk penyajian dan
ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta
pengungkapan yang terkait dengan laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip GAAP karena asersi ini merupakan
bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi Tentang Saldo Akun Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan
Keterjadian – Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas tersebut. Eksistensi – Aktiva, kewajiban, dan ekuitas
yang ada. Keterjadian dan hak serta kewajiban – Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas itu.
Kelengkapan – Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat Kelengkapan – Semua aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang
harus dicatat sudah dicatat. Kelengkapan – Semua pengungkapan yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicantumkan.
Keakuratan – Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat telah dicatat dengan benar. Penilaian dan alokasi –
Aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan setiap hasil penyesuaian penilaian dicatat
dengan tepat. Keakuratan dan penilaian –Informasi keuangan dan yang lain telah diungkapkan secara tepat dan pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. Hak dan kewajiban – Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva, dan
kewajiban merupakan kewajiban entitas itu. Klasifikasi dan dapat dipahami –Informasi keuangan dan yang lain telah disajikan dan diuraikan secara tepat
Cutoff – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi manajemen karena tanggung jawab auditor adalah
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi kerangka kerja guna membantu auditor untuk mengumpulkan bukti audit
yang kompeten dan memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan penugasan audit.
• Posting dan Pengikhtisaran – Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar.
• Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan Secara Tepat.
Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat
dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan
transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan Peristiwa dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi keakuratan.
Asersi keakuratan mempunyai 2 tujuan karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk mengujii keakuratan transaksi.
Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha dan
persediaan) dan hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca. Beberapa tujuan audit yang diterapkan pada akun-akun laporan laba
rugi tertentu bisanya melibatkan transaksi non rutin dan beban yang tidak dapat dikreditkan (seperti beban hukum atau perbaikan dan pemeliharaan).
Akun-akun laporan laba rugi lainnya berkaitan erat dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti beban penyusutan dengan akumulasi
penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar). Auditor akan mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang mendukung saldo akun dan bukan
• Klasifikasi – Jumlah yang Terncatum dalam Daftar Klien Telah Diklasifikasikan dengan Tepat.
• Cutoff – Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada Periode yang Tepat.
• Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah pada File Induk yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Akun, dan Sesuai
• Nilai yang Dapat Direalisasi – Aktiva yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah yang Diestimasi Akan Direalisasi.
Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan audit umum pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum
yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Saldo Akun dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi tentang penilaian atau alokasi.
Asersi ini memiliki tujuan audit yang banyak karena kerumitan dari isu penilaian itu sendiri dan adanya kebutuhan untuk menyediakan tambahan panduan
Tujuan audit ini biasanya identik dengan asersi manajeman untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan
• Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
• Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna memastikan
bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.
• Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat rencana untuk memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pelaporan
tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan ynnag akan digunakan auditor:
• Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab profesional auditor.
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta keefektifan pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji
dalam laporan keuangan. Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan rentang prosedur audit.
• Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal sebelum ditetapkan untuk mengurangi risiko pengendalian yang
direncanakan.
• Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat oleh klien.
• Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.
• Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada saldo akun-saldo dalam laporan
keuangan.
B. BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan
dengan prinsip akutansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitunga auditor atas surat berharga
yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan aga dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat keputusan sebagai berikut :
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.
Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit.
Sebagai contoh, dalam suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas adalah : ambillah buku jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah
nama si pembayar, nilai uang, dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas.
Ukuran Sampel, Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat
dalam populasi yang sedang diuji. Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing
Item – item yang Terpilih, Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan
diuji. Jika auditor memutuskan untuk memilih 50 cek yang ditanggukan dari populasi sebesar 6.600 cek, maka dapat digunakan metode : (1) memilih 50
cek pertama yang tercatat dalam periode satu minggu, (2) memilih 50 cek bernilai terbesar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak atau (4) memilih
cek-cek yang menurut auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.
Pemilihan Waktu yang Tepat, Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti satu tahun, dan umumnya proses audit baru
selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode tertentu. Keputusan untuk pemilihan waktu
auditpun dipengaruhi oleh kapan audit tersebut harus diselesaikan agar sesuai dengan kebutuhan klien.
Program Audit
Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau untuk keseluruhan proses audit disebut dengan program audit. Program audit selalu
mengandung daftar rangkaian prosedur audit dan seringkali didalamnya mencakup pula ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan
pengujian tersebut.
1. Ketepatan bukti (appropriateness of evidence), adalah ukuran mutu bukti yang berarti relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas
transaksi saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan , jika suatu bukti dianggap sudah sangat tepat, hal itu akan membantu meyakinkan auditor bahwa
Perhatian bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Ketepatan ini tidak dapat diperbaiki dengan memilih ukuran sample
yang lebih besar atau item-item yang populasi yang berbeda. Ketepatan hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan yang
Relevansi bukti, bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat dipercaya. Relevansi
hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit spesifik, bukti audit barangkali relevan untuk suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit
lainnya.
Reliabilitas bukti, mengacu pada tingkat dimana bukti itu dapat dipercaya atau layak dipercaya. Seperti relvansi, jika bukti dapat diandalkan. Bukti
tersebut sangat membatu auditor dalam memberi keyakinan bahwa laporan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh, jika auditor melakukan
perhitungan persediaan, hasil perhitungan auditor lebih dapat diandalkan jika dibandingkan dengan amanajemen yang memberikan jumlah yang dihitung
Reliabilitas tergnatung pada enam karakteristik bukti yang dapat diandalkan sebagai berikut:
1. Independensi Penyedia Bukti, bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari
dalam entitas. Berbagai dokumen yang berasal dari luar orgnisasi klien akan dianggap lebih terpercaya daripada dokmen yang berasal dari intern
2. Efektivitas Pengendalian Intern Klien, jika pengendalian intern klien berjalan efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya
3. Pemahaman Langsung Auditor, bkti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi, penghitungan dan inspeksi akan lebih
4. Berbagai Kualifikasi Individu yang Menyediakan Informasi, walaupun jika sumber informasi itu bersifat independen, bukti audit tidak akan dapat
dipercaya kecuali jika individu yang menydiakan informasi tersebut memiliki kualifikasi untuk melakukan itu.
5. Tingkat Obyektivitas, bukti yang obyektif akan lebih dapat dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan
6. Ketepatan Waktu, ketepatan waktu atas bukti audit dapat merujuk baik ke kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover oleh
proses audit itu. Umumnya butki audit untuk mendukung akun-akun neraca akan lebih tepat untuk dikumpulkan pada masa-masa yang dekat dengan
tanggal neraca.
2. Kecukupan, kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan kecukupannya. Pada umumnya kecukupan bukti diukur dengan ukuran sampel yang dipilih
oleh auditor. Beberapa faktor mempengaruhi kecukupan ukuran sampel audit. Dua faktor paling penting adalah ekspektasi auditor atas kemungkinan salah
Efek Gabungan, persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi antara kompetensi dan kecukupan termasuk pula
pengaruh-pengaruh dari berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi dan kecukupan ini. Terdapat hubungan langsung antara keempat keputusan bukti
audit dan dua kualitas yang menentukan persuasivitas bukti audit yaitu dari tabel 7-1.
Persuasivitas dan Biaya, dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik persuasivitas maupun biaya harus turut
dipertimbangkan, sangatlah jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Persuasivitas dan biaya
dari semua alternatif harus masuk dalam pertimbangan auditor sebelum ia memilih suatu atau beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor
adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling mungkin dicapai.
Tabel 7-1, Berbagai Hubungan antara Keputusan-keputusan Bukti Audit dan Persuasivitas
Berbagai Keputusan Bukti Audit Berbagai Kualitas yang Mempengaruhi Persuasivitas Bukti
Relevansi
Obyektivitas bukti
Ketepatan waktu
Merupakan inspeksi atau penghitungan yang dilakukan auditor atas aktiva yang berwujud (tangible asset). Pengujian fisik, yang secara langsung berarti
verifikasi atas aktiva yang benar-benar ada (tujuan keberadaan), dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
2. Konfirmasi (confirmation)
Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen, yang memverifikasikan keakuratan informasi
sebagaimana yang diminta oleh auditor. Konfirmasi berdasarkan SAS 67 (AU 330) terbagi menjadi dua yaitu :
• Konfirmasi positif, yang meminta penerimanya untuk merespon dalam semua keadaan
• Konfirmasi negatif, dimana penerima diminta untuk merespon hanya saat konfirmasi tidak benar.
3. Dokumentasi (documentation)
Adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan
• Dokumen internal, yaitu dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan dalam organisasi klien sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihak-pihak
• Dokumen eksternal, adalah dokumen yang pernah berada dalam genggaman seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam
melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien.
Ketika para auditor mempergunakan dokumentasi sebagai alat untuk mendukung berbagai pencatatan atas transaksi atau nilai transaksi, hal tersebut
seringkali disebut sebagai vouching. Pada banyak perusahaan, sejumlah besar proporsi dokumentasi klien hanya tersedia dalam bentuk formulir
Prosedur analitis digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit. Tujuan tersebut antara lain:
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien melalui wawancara, namun bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti
yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan mungkin cenderung mendukung pihak klien.
Melibatkan pengujian kembali berbagai penghitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit
pada sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian ini terdiri atas keakuratan aritmatis klien.
7. Observasi (observation)
Merupakan penggunaan panca indera perasa untuk menilai aktivitas-akitivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor
untuk mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa dan penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam.
Berbagai karakteristik untuk menentukan kompetensi bukti audit dapat dilihat pada table berikut :
Jenis Bukti Independensi Penyedia Bukti Efektivitas Pengendalian Intern Klien Pemahaman Langsung Auditor Kualifikasi Penyedia Bukti Obyektifitas Bukti
Pengujian Fisik Tinggi (auditor memilikinya) Bervariasi Tinggi Umumnya tinggi (auditor sebagai penyedia) Tinggi
Dokumentasi Beragam – penyedia eksternal lebih independen dari penyedia internal Bervariasi Rendah Bervariasi Tinggi
Prosedur Analitis Tinggi/rendah (dilakukan auditor melakukan/klien menanggapi Bervariasi Rendah Umumnya tinggi (auditor melakukan/klien menanggapi)
Wawancara kepada klien Rendah (klien menjadikan) N/A Rendah Bervariasi Bervariasi – rendah ke tinggi
Hitung Uji Tinggi (auditor melakukan) Bervariasi Tinggi Tinggi (auditor melakukan penyedia) Tinggi
Observasi Tinggi (auditor melakukan) Bervariasi Tinggi Umumnya tinggi (auditor melakukan penyedia) Sedang
Dua jenis bukti audit yang paling mahal biayanya adalah pengujian fisik dan konfirmasi, sedangkan dokumentasi dan prosedur analitis memerlukan biaya
pada tingkat yang moderat. Tiga jenis bukti audit yang paling rendah biayanya adalah observasi, wawancara kepada klien dan hitung uji.
Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit adalah catatan yang disimpan oleh auditor dari prosedur yang diterapkan, ujian yang dilakukan, informasi yang diperolah dan
kesimpulan yang berhubungan yang dicapai dalam perjanjian. Tujuan utama dari dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor menyediakan jaminan
wajar bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit umum yang diterima (GAAS). Atau, dokumentasi audit saat bersinggungan
dengan audit tahun sekarang, memberikan sebuah dasar untuk merencanakan audit, sebuah catatan bukti yang diakumulasikan dan hasil dari ujian, data
untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat, dan sebuah dasar untuk ditelaah oleh penyelia dan rekanan. Kebutuhan untuk memelihara hubungan
rahasia dengan klien diperlihatkan dalam aturan 301 dari kode perilaku professional, yang menyatakan :
“seorang anggota tidak boleh mengungkapkan suatu informasi rahasia yang diperoleh dalam rangkaian perjanjian professional kecuali dengan persetujuan
klien”
Isi dan organsasi arsip audit atau dokumentasi audit yang terorganisasi terdiri atas :
1. Arsip Permanen,
Disengaja untuk mengandung data yang sifatnya historis atau berlanjut yang bersinggungan dengan audit saat ini. Biasanya meliputi beberapa hal antara
lain:
• Ekstrak atau salinan dari dokumentasi perusahaan yang terus menerus penting sebagai artikel inkoprporasi, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi
dan kontrak.
• Analisis dari tahun sebelumnya, dari akun yang senantiasa penting bagi auditor
• Informasi yang berhubungan dengan pemahaman akan kontrol internal dan penilain resiko kontrol
Prosedur analitis dan pemahaman tentang control internal dan penilaian resiko kontrol disertakan dalam arsip audit periode sekarang lebih daripada arsip
2. Arsip Sekarang
Mencakup semua dokumentasi audit yang bisa diterapkan ke tahun audit. Ada kumpulan arsip permanen untuk klien dan sekumpulan arsip sekarang untuk
masing-masing tahun audit. Jenis informasi yang disertakan dalam arsip sekarang antara lain :
• Program audit
Biasanya dipelihara dalam arsip terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit, walaupun sebagian perusahaan juga
menyertakan sebuah salinan program audit untuk setiap bagian audit pada dokumentasi audit bagian itu.
• Informasi umum
Sebagian arsip audit mencakup informasi periode sekarang yang sifatnya umum bukannya dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu.
Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar umum, jumlah yang disertakan dalam catatan adalah titik utama dari audit. Seawal
mungkin setelah tanggal neraca saldo, auditor memperoleh atau menyiapkan daftar buku besar umun dan saldo akhir tahun mereka. Jadwal ini adalah
• Menyesuaikan dan Reklasifikasi ayat jurnal, saat auditor menemukan kesalahan penyajian material dalam catatan akutansi, laporan keuangan harus
diperbaiki. Hanya penyesuaian dan reklasifikasi ayat jurnal yang sangat mempengaruhi penyajian wajar atas laporan keuangan yang harus dilakukan.
• Jadwal pendukung
Merupakan bagian terbesar dokumentasi audit yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah tertentu pada laporan keuangan. Jenis
1. Analisis
3. Rekonsiliasi jumlah
4. Ujian kewajaran
5. Ringkasan prosedur
7. Informasional
8. Dokumentasi luar
Bukti audit makin meningkat dalam bentuk elektronik dan auditor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik mempengaruhi kemampuan mereka
untuk mengumpulkan bukti kompeten yang cukup. Saat bukti hanya bisa diperiksa dalam bentuk yang bisa cibaca mesin, auditor menggunakan computer
untuk membaca dan memeriksa bukti. Ada program perangkat lunak audit komersil yang dirancang khusus untuk digunakan oleh para auditor. Auditor juga
menggunakan teknologi untuk mengubah dokumentasi berbasis kertas menjadi arsip elektronik dan untuk mengatur dokumentasi audit. Selain itu auditor
juga menggunakan jaringan area lokal dan program perangkat lunak kelompok untuk mengakses dokumentasi audit secara simultan dari lokasi yang jauh.
C. KERTAS KERJA
Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. Dalam PSA No.15, kertas kerja (SA 339.03)menyebutkan bahwa kertas kerja adalah
catatan-catatan yang diselenggarakan auditor auditor mengenai audit yang ditempuhnya , pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing
Berbagai kertas kerja dibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja tersebut terdiri dari
1. Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap pos laporan keuangan.
Istilah kertas kerja daftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan untuk menunjukkan kertas kerja individual yang berisi bukti-bukti
yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan,
maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau bisa disebut juga daftar utama). Selain menunjukkan rekening-rekening buku besar yang termasuk dalam
kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukkan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang diperoleh untuk
Daftar atau analisis individual seringkali menunjukkan komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tanggal tertentu, apabila auditor melakukan audit
atas piutang dagang, maka ia akan membuat daftar utama untuk piutang dagang yang berisi daftar saldo piutang pada setiap debitor. Atau dalam hal
auditor melakukan audit atas surat berharga, maka ia akan membuat daftar semua investasi masing-masing yang totalnya sama dengan saldo rekening
surat berharga dibuku besar. Kertas kerja daftar saldo bisa juga menunjukkan perubahan yang terjadi pada satu atau lebih saldo yang berhubungan
selama periode yang diliput laporan keuangan. Dalam keadaan tertentu, auditor menyusun daftar dari suatu rekening tertentu yang diberi index ”DOK”
yang berarti ”disusun oleh klien”. Auditor selanjutnya melakukan pemeriksaan atas daftar tersebut dengan menyantumkan tickmark (tanda prosedur yang
Teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja, yaitu:
1. Judul – setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukkan isi kertas kerja yang bersangkutan.
2. Nomor Index – setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-1, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberian identifikasi
dan pengarsipan.
3. Referensi-Silang – data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindah atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi
4. Tanda Pengerjaan(tick marks) – tanda pengerjaan adalah simbol, seperti tanda silang ,centang, atau tanda lainnya, yang digunakan pada kertas kerja
untuk menunjukkan bahwa auditor telah melakukan prosedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi
tentang sesuatu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunjukkan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan.
5. Tandatangan dan Tanggal – segera setelah menyelesaikan tugasnya,baik pembuat maupun orang yang mereview kertas kerja, harus menandatangani
dan mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan. Hal ini diperlukan agar jelas siapa penanggungjawab dalam pembuatan kertas kerja
Review atas kertas kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakukan pada berbagai tingkat. Pada tahap pertama, review dilakukan oleh pengawas
langsung(supervisor) dari si pembuat kertas kerja, misal auditor senior atau manager. Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit
tertentu telah selesai dikerjakan. Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan lapangan telah selesai dikerjakan.
1. Arsip permanen
Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa datang untuk klien yang bersangkutan.
Berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan.
c. Bagan organisasi
g. Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang.
Kertas kerja adalah milik auditor, namun hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini mendapat kendala dari organisasi profesi si auditor sendiri.Kertas
kerja disimpan auditor dan ia bertanggungjawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya. Kertas kerja dalam kategori kertas kerja permanen,
disimpan untuk waktu yang tak terbatas, sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani