You are on page 1of 13

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA LISTRIK


PERCOBAAN 3

Disusun Oleh:
KELOMPOK 17
 
Faisal Ismail Asadullah 21060121120005
Megan Anugrah Nirvananda Santosa 21060121130086
Gilbert Daniel Silitonga 21060121130089
Muhammad Diaz Akbar Oktovian 21060121140196
Pahotton Ariel A. A. Simanjuntak 21060121140106
Yodha Bakti Wirandanu 21060121140173
 
 

LAB KONVERSI ENERGI LISTRIK DAN SISTEM


TENAGA DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
DIPONEGORO 2022
BAB III
PERCOBAAN 3
PENGUKURAN ARUS

4.1 Tujuan
1. Mengetahui fungsi dari Amperemeter
2. Mengetahui prinsip kerja dari Amperemeter
3. Mengetahui cara menggunakan Amperemeter pada rangkaian AC dan DC
4. Mengetahui hubungan arus dengan tagangan dan resistansi

4.2 Alat dan Bahan


4.2.1 Untuk Arus DC
1. Sumber tegangan
2. Protoboard
3. Jumper
4. Resistor
5. Amperemeter / Multimeter
4.2.2 Untuk Arus AC
1. Sumber Tegangan AC
2. Variac
3. Jumper
4. Lampu 15 Watt
5. Tang ampere

4.3 Langkah Percobaan


4.3.1 Arus DC
1. Siapkan alat dan bahan
2. Rangkailah alat dan bahan sesuai dengan Gambar 4.1
3. Atur sumber tegangan sesuai dengan kebutuhan percobaan
4. Catat dan hitung arus yang terukur di Clampmeter
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga semua tabel percobaan terpenuhi

4.3.2 Arus AC
1. Siapkan alat dan bahan
2. Susunlah alat dan bahan sesuai dengan gambar 4.2
3. Atur sumber tegangan sesuai dengan kebutuhan percobaan
4. Catat dan hitung hasil yang terukur di Clampmeter
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 untuk gambar 4.3 dan gambar 4.

4.4 Dasar Teori


4.4.1 Pengertian Arus
Arus adalah laju aliran elektron yang secara bersamaan terjadinya
arus listrik yang berlawanan dengan arah laju elektron dalam sebuah
rangkaian. Arus listrik dalam satuan internasional memiliki lambang ‘A’
atau Ampere. Arus listrik berkaitan erat dengan resistor dan tegangan. Hal
ini terdapat dapat hukum ohm yang berbunyi “ Besar arus listrik (I) yang
mengalir melalui sebuah penghantar akan berbanding lurus dengan tegangan/beda
potensial (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan
V
hambatannya R”. hukum ohm dapat ditulis dalam Persamaan : I =
R

4.4.2 Alat Ukur Arus


Alat ukur arus adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
arus listrik. Alat ini bekerja dengan memanfaatkan Gaya Lorentz. Ketika
arus listrik mengalir, kumparan dalam besi berubah menjadi magnet. Gaya
Lorentz yang dihasilkan menggerakkan jarum penunjuk sesuai besaran arus
listrik yang mengalir. Alat ukur arus listrik terbagi menjadi 3, yakni:
i. Amperemeter Analog
Amperemeter Analog adalah alat ukur arus listrik yang
menggunakan jarum sebagai penunjuk besaran arus. Alat ini merupakan
alat ukur arus yang paling umum, kelemahan dari alat ini adalah hasil yang
diberikan tidak terlalu jelas karena menggunakan jarum untuk menunjukan
besaran arus. Keunggulannya adalah jarum dapat menunjukan lonjakan
arus dengan cepat sehingga amperemeter analog masih sangat banyak
digunakan, khususnya industri atau sistem kelistrikan kapal.

ii. Amperemeter Digital


Amperemeter digital adalah alat ukur yang menggunakan display
untuk menunjukan besaran arus. Alat ini sangat mudah untuk digunakan
untuk masyarakat umum karena besaran arus yang dihasilkan ditampilkan
berupa angka. Keunggulan selain mudah dibaca, besaran arus yang
diterima hingga mencapai angka desimal.

iii. Clampmeter
Clampmeter atau tang meter adalah alat yang digunakan untuk
besaran arus listrik tanpa harus menyambungkan alat kedalam rangkaian
atau kedalam kabel. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan
memanfaatkan medan magnet yang ada di sekeliling kabel untuk
melakukan pengukuran. Untuk menggunakan clampmeter sangat mudah,
yakni dengan melakukan kalibrasi sebelum melakukan pengukuran lalu
menekan tuas untuk membuka capit lalu masukkan kabel ke dalam capit
lalu tutup. Setelah itu perhatikan besaran arus yang ditampilkan.

4.5 Gambar Rangkaian


4.5.1 Gambar Rangkaian Pengukuran Arus DC

Gambar 4.1 rangkaian arus DC

4.5.2 Gambaran Rangkaian Pengukuran Arus AC


1. Rangkaian dengan 1 lampu

Gambar 4.2 Rangkaian arus AC dengan 1 lampu

2. Rangkaian dengan 2 lampu

Gambar 4.3 Rangkaian arus AC dengan 2 lampu

3. Rangkaian dengan 3 lampu

Gambar 4.4 Rangkaian arus AC dengan 3 lampu


4.6 Data Percobaan
4.6.1 Arus DC
Tabel 4.1 data percobaan arus DC
No. V Sumber R1 (Ω) R2 (Ω) Nilai Arus (mA)
1. 5600 51000 0,087
2. 5 Volt 8200 390 0,591
3. 470 680 4,428
4. 5600 51000 0,177
5. 10 Volt 8200 390 1,176
6. 470 680 8,78
7. 5600 51000 0,266
8. 15 Volt 8200 390 1,762
9. 470 680 13,195

4.6.2 Arus AC
Tabel 4.2 data percobaan arus AC
No. V Sumber Jumlah Lampu Daya Lampu Arus (A)
1. 220 Volt 1 15 Watt 0,08
2. 220 Volt 2 30 Watt 0,15
3. 220 Volt 3 45 Watt 0,22

4.7 Analisis dan Pembahasan

4.7.1 Pengukuran Arus Sumber DC

A. Perhitungan Menggunakan Hukum Ohm


V
Rumus intuk mencari arus adalah : I =
R

 Sumber 5 Volt

V
1. I =
R 1+ R 2
5
I= = 8,83 x 10-5 A = 0,088 mA
5600+51000

V
2. I =
R 1+ R 2

5
I= = 8,20 x 10-5 A = 0,582 mA
8200+390

V
3. I =
R 1+ R 2

5
I= = 43,48 x 10-4 A = 4,428 mA
470+680

 Sumber 10 Volt

V
1. I =
R 1+ R 2

10
I= = 17,67 x 10-5 A = 0,177 mA
5600+51000

V
2. I =
R 1+ R 2

10
I= = 11,64 x 10-4 A = 1,164 mA
8200+390

V
3. I =
R 1+ R 2

10
I= = 86,96 x 10-4 A = 8,696 mA
470+680

 Sumber 15 Volt
V
1. I =
R 1+ R 2

15
I= = 26,50 x 10-5 A = 0,265 mA
5600+51000

V
2. I =
R 1+ R 2

15
I= =17,46 x 10-4 A = 1,746 mA
8200+390

V
3. I =
R 1+ R 2

15
I= = 13,04 x 10-3 A = 13,040 mA
470+680

B. Perbandingan Hasil Pengukuran dan Perhitungan Arus


Sumber DC

Tabel 4.3 perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan


No V R1 R2 Nilai Arus (mA) Nilai Arus (mA)
. Sumber (Ω) ( Ω) (Pengukuran) (Perhitungan)
1. 560 51000 0,087 0,088
0
2. 5 Volt 820 390 0,591 0,582
0
3. 470 680 4,428 4,348
4. 560 51000 0,177 0,177
0
5. 10 Volt 820 390 1,176 1,164
0
6. 470 680 8,780 8,696
7. 15 Volt 560 51000 0,266 0,265
0
8. 820 390 1,762 1,746
0
9. 470 680 13,195 13,04

C. Grafik Perbandingan Hasil Pengukuran dan Perhitungan Arus Sumber DC


1. Rangkaian 1 DC

Rangkaian 1 (5,6k+51k) Ω
0.3

0.25

0.2
Arus (mA)

0.15

0.1

0.05

0
5V 10 V 15 V

Grafik 4.1 grafik rangkaian pertama

2. Rangkaian 2 DC

Rangkaian 2 (8,2k + 390) Ω


2
1.8
1.6
1.4
1.2
Arus (mA)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
5V 10 V 15 V

Grafik 4.2 grafik rangkaian 2


3. Rangkaian 3 DC

Rangkaian 3 (470 + 680) Ω


14

12

10

8
Arus (A)

0
5V 10 V 15 V

Grafik 4.3 grafik rangkaian 3

Dapat dilihat dari hasil di atas selisih antara pengukuran dan


perhitungan sangatlah tipis, umumnya selisih antara perhitungan dan
pengukuran memiliki perbedaan yang lumayan. Dapat simpulkan
bahwa percobaan tersebut dilakukan dalam kondisi yang cukup ideal.
Selain itu, dari kasus di atas, faktor diketahui jika :
1. Panjang kabel dapat menjadi penyebab perbedaan tegangan karena
semakin panjang kabel semakin besar pula resistansinya sehingga
hambatannya semakin besar yang mengakibatkan tegangan yang
dihasilkan lebih besar dari perhitungan.
2. Sensitivitas alat ukur yang kurang sensitif dapat memberikan hasil
yang meragukan.
3. Adanya nilai toleransi dari resistor, sehingga besar resistansi tidak
pasti dengan kode/keterangan yang tertera tidak pasti dengan nilai
hambatan aslinya
4.7.2 Pengukuran Arus Sumber AC

A. Perhitungan Menggunakan Hukum Daya

Untuk mengukur Daya (W) dapat menggunakan rumus


‘P=V.I’ yang berarti untuk mencari Arus (I) dapat menggunakan
P
rumus ‘ I = ’. Sehingga dari percobaan tersebut akan kita
V
dapatkan nilai besaran arus dari rangkaian berikut, yakni:

1. Rangkaian 1 lampu

P
I=
V

15
I=
220

I = 0,068 A

2. Rangkaian 2 lampu

P
I=
V

30
I=
220

I = 0,136 A

3. Rangkaian 3 lampu

P
I=
V

45
I=
220

I = 0,204 A
B. Perbandingan Hasil Pengukuran dan Perhitungan Arus Sumber AC
Tabel 4.4 perbandingan antara pengukuran dan perhitungan
Jumlah Daya Arus (A) Arus (A)
No. V Sumber
Lampu Lampu (Pengukuran) (Perhitungan)
1. 220 Volt 1 15 Watt 0,08 0,068
2. 220 Volt 2 30 Watt 0,15 0,136
3. 220 Volt 3 45 Watt 0,22 0,204

C. Grafik Perbandingan Hasil Pengukuran dan Perhitungan Arus


Sumber

Chart Title
0.25

0.2

0.15
Arus (A)

0.1

0.05

0
15 Watt 30 Watt 45 Watt

Grafik 4.4 grafik perbandingan dari rangkaian arus AC

Dari hasil di atas terlihat bahwa perbedaan arus yang


diukur dengan arus yang dihitung untuk percobaan diatas cukup jelas
perbedaannya, hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu,
dimana semakin tinggi suhu semakin tinggi resistansinya. Lalu ada
faktor lain seperti kesehatan alat dan komponen percobaan. Semakin
baik alat dan komponen maka hasil yang akan didapat semakin
akurat.

4.8 Kesimpulan
1. Pengukuran arus adalah perhitungan seberapa besar arus
mengalir dengan menggunakan pengukuran langsung dan tidak
langsung agar hasil yang didapat semakin akurat
2. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besar arus listrik
menggunakan prinsip medan magnet dan Gaya Lorentz dimana
besar gaya yang ditimbulkan sebanding dengan besar arus yang
melewatinya.
3. Untuk melakukan pengukuran arus DC dapat menggunakan
V
rumus ‘ I = ’ . Sementara untuk mengukur arus AC dapat
R
P
menggunakan rumus ‘ I= ’ .
V
4. Hukum yang berlaku dalam percobaan ini adalah Hukum Ohm
dan Gaya Lorentz
5. Besar arus berbanding terbalik dengan tegangan.
6. Semakin besar daya yang dihasilkan semakin besar pula
tegangan dan arus yang dibutuhkan.
7. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil
perhitungan seperti suhu, panjang kabel, kondisi kesehatan alat,
dan nilai toleransi dari masing-masing alat.
8. Arus listrik dalam kabel, resistor, atau lampu bohlam dapat
mengakibatkan komponen memanas sehingga nilai resistansi
meningkat seiring pertambahan suhu.
9. Amperemeter dipasang seri dalam rangkaian
10. Hasil pengukuran alat dengan perhitungan memiliki selisih yang
cukup kecil dan semakin kecil saat pengukuran dilakukan dalam
kondisi ideal.

You might also like