You are on page 1of 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“EFUSI PLEURA”

Disusun Oleh:

FITRIANI AMBAR SARI (142012016007)

GLENATA APRIATAMA (142012016008)

SELVIANTY UTAMI (142012016015)

SISKA (142012016013)

Dosen Pembimbing :

Ns. M. Ramadhani Firmansyah,M,Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH PALEMBANG

2020-2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH 1 dengan judul “EFUSI PLEURA’’

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Palembang, 6 oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
a. Apa itu definisi efusi pleura?.............................................................................2
C. TUJUAN MASALAH.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. DEFINISI EFUSI PLEURA..........................................................................3
B. ETIOLOGI.....................................................................................................4
C. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................4
D. PATHWAY...................................................................................................5
E. PENATALAKSANAAN MEDIS.................................................................6
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SECARA TEORI.................................6
G. ANALISA DATA........................................................................................11
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................16
I. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan saluran pernapasan mempunyai berbagai penyebab


secara umum berdasarkan patofisiologi dan gambaran klinis, ada empat
masalah gangguan pada saluran pernapasan yaitu: adanya sumbatan
(obstruksi) aliran udara pada saluran napas, terjadi gangguan atau disfungsi
pada alveolus, adanya keterbatasan kapasitas dan pengembangan paru serta
terjadinya kegagalan pernapasan. Keterbatasan aliran udara merupakan
tanda khas dan sering kali menyebabkan timbulnya gejala-gejala seperti
batuk dengan dahak, dyspnea, breath sound (napas bunyi), hiperinflasi dan
nyeri dada. (Taqiyah & Mohamad, 2013).

Efusi pleura merupakan penimbunan cairan dalam rongga pleura


(rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada) timbunan cairan dalam rongga pleura akan menyebabkan desakan
(penakanan) paru-paru, atelektasis, penekanan pembuluh vena besar, dan
menurunnya aliran darah balik jantung, dan dapat terjadi akibat beberapa
penyakit atau suatu trauma. (Taqiyyah & Mohammad 2013).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus


efusi pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga setelah
kanker paru sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap
tahunnya. Efusi pleura suatu disease entity dan merupakan suatu gejala
penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat
kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru. (Pratama, 2012).

1
B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa itu definisi efusi pleura?


b. Apa etiologic efusi pleura?
c. Apa itu manifestasi klinis?
d. Bagaimana pathway efusi pleura?
e. Apa saja penatalaksana medis?
f. Bagaimana pengkajian keperawatan secara teori?
g. Bagimana analisa data?
h. Bagaimana diagnose keperawatan?
i. Apa saja rencana intervensi keperawatan?

C. TUJUAN MASALAH
a. Mengetahui definisi efusi pleura
b. Mengetahui etiologic efusi pleura
c. Mengetahui manisfestasi klinis
d. Mengetahui pathway efusi pleura
e. Mengetahui penatalaksanaan medis
f. Mengetahui pengkajian keperawatan secara teori
g. Mengetahui analisa data
h. Mengetahui diagnose keperawatan
i. Mengetahui rencana intervensi keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI EFUSI PLEURA


Efusi pleura adalah pengumpulan cairan berlebih didalam rongga
pleura, rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada. Jenis cairan lainnya yang bisa
terkumpul didalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu
dan cairan mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah di dalam rongga
pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Dalam keadaan normal cairan
pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura.
(Irianto, 2015). Hal ini merupakan adanya penumpukan cairan di ruang
pleura. Penyakit ini sering terjadi karena proses sekunder dari adanya
penyakit lain, efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. (Ketut & Brigitta,
2019).

Penyakit ini merupakan adanya cairan berlebih di dalam rongga


pleura, cairannya dapat berupa darah, cairan jernih dan pus, yang terletak
diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Hal ini sering
terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit lain dan cedera di dada,
dan penyakit ini bisa membuat terganggunya proses pernafasan.

3
B. ETIOLOGI
Efusi pleura diakibatkan oleh kelebihan cairan dapat berupa cairan rendah
protein (transudatif) atau kaya protein (eksudatif). Penyebab paling umum efusi pleura
transudatif (cairan encer) meliputi gagal jantung, emboli paru, sirosis, dan bedah jantung
pascaoperasi. Sementara itu efusi pleura eksudatif (cairan protein) paling sering
disebabkan oleh pneumonia, kanker, emboli paru, penyakit ginjal, dan penyakit
inflamasi.

Selain dua penyebab utama diatas penyebab efusi pleura lain yang kurang umum
antara lain tuberkulosis, penyakit autoimun, perdarahan (karena trauma dada),
chylothorax (karena trauma), infeksi dada dan perut, efusi pleura abses ( karena paparan
asbes), sindrom Meig (karena tumor ovarium jinak), dan sindrom hiperstimulasi
ovarium.

Obat-obatan tertentu, operasi perut, dan terapi radiasi juga dapat menyebabkan
efusi pleura. Efusi pleura dapat terjadi pada beberapa jenis kanker termasuk kanker paru-
paru, kanker payudara, dan limfoma. (Boka, 2017).

C. MANIFESTASI KLINIS

Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan
menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik. EfUsi maligna dapat
mengakibatkan dispneu dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.

1) Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang

terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi

tempat yang sakit.

2) Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi. (Ketut & Brigitta, 2019).

4
D. PATHWAY

5
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang mendasarinya ;
untuk mencegah reakumulasi cairan; dan untuk meringankan ketidaknyamanan, dispnea, dan
penurunan kerja sistem pernapasan. (Smeltzer, 2010). Pengobatan spesifik, diarahkan pada
penyebab yang mendasarinya :

1) Thoracentesis dilakukan untuk menghilangkan cairan, mengumpulkan spesimen untuk

analisis, dan meredakan dispnea.

2) Pemasangan chest tube dan water-seal drainage mungkin diperlukan untuk drainase dan

re-ekspansi paru-paru.

3) Pleurodesis kimia: Pembentukan adhesi dilakukan saat obat ditanamkan ke dalam ruang

pleura untuk menghilangkan ruang dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

4) Modalitas pengobatan lainnya, termasuk pleurektomi pembedahan (pemasangan kateter

kecil yang menempel pada botol penghisap), atau implantasi pleuroperitoneal shunt.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SECARA TEORI


a. Identitas Pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.

b. Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda -tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun

6
dan sebagainya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,


pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-


penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB
paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan

persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah

terhadap pemeliharaan kesehatan.

3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan

penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

4) Pola nutrisi dan metabolisme

5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran

tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.

6)Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS

7
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari

sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan

effusi pleura keadaan umumnyalemah.

h. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi


sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus digestivus.

i. Pola aktivitas dan latihan

1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.

2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri

dada.

4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh

perawat dan keluarganya.

j. Pola tidur dan istirahat

1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.

2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang

tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir,

8
berisik dan lain sebagainya.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum


Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.

2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea
dan ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.

a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >

250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang

tertinggal pada dada yang sakit.

b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya

tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa

garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk.

Garis ini disebut garis Ellis- Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan

dada, kurang jelas di punggung.

c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan

makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelectasis dari parenkian

paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis

kompresi di sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer

9
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS-5

pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.

b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus diperhatikan

kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya

thrill yaitu getaran ictuscordis.

c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar

pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau

ventrikel kiri.

d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan

adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah

murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi

perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu

di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali per menit.


c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah

massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi

pasien, apakah hepar teraba.

d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan

menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).

e) Sistem Neurologis

1
0
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga diperlukan
pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau comma.
Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-
fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan dan pengecapan.

f) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain itu, palpasi


pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan
pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

g) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai
kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-
lunak- kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,

G. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

1
1
DS: Efusi^ pleura Akumulasi Resiko pola nafas tidak efektif
- Klien mengeluh sesak cairan yang berlebihan
dan bernafas terasa
berat di rongga paru
- Klien mengatakan jika l
berbaring terasa Penurunan ekspansi paru
l
lebih sesak , jadi Resiko pola nafas tidak
klien lebih banyak
duduk efektif
- Jika tidur akan terasa
sesak jika miring ke
arah kiri

DO:
- Taktil premitus paru
kiri lemah
dibandingkan paru
kanan
- Pada perkusi
terdengar bunyi
pekak di paru kiri
- Auskultasi terdengar
bunyi nafas lemah
dan ronki pada paru
kiri
- Hasil rontgen
menunjukkan
terdapat penumpukan
cairan di paru kiri
Hasil AGDA normal

1
2
DS: Efusi pleura Gangguan rasa nyaman; nyeri
- Klien mengeluh nyeri
setelah pemasangan selang Penatalaksanaan
l
WSD Pemasangan WSD
- Klien mengatakan
nyeri terasa agak Terputusnya jaringan
kuat dan masih bisa kulit
ditahan Nosiceptor meningkat
- Nyeri terasa
berdenyut- denyut
- Klien mengatakan Nyeri
nyeri tidak
Gangguan rasa nyaman;
- ri ; fig dirasakan
men eb a
nyeri
bersifat menetap
- Ketika ditanya tentang
skala nyeri, klien
mengatakan berada
direntang 5
DO:
- Terdapat selang WSD
di dada sebelah kiri
- Ekspresi klien
meringis
- Skala nyeri berada
direntang
5 (agak sakit)
- TD 130/80 mmHg
Pernafasan 24 x/i

1
3
DS: Faktor penyebab Kurang pengetahuan tentang
- Klien mengatakan penyakit yang diderita dan
Permebilitas l^apiler kebutuhan tindakan
agak cemas dengan
selang yang meningkat Perpindahan
terpasang di dadanya
- Klien mengatakan cairan intrasel ke
takut salah bergerak interstisial
dan selangnya lepas
- Klien mengatakan
Produksi cairan pleura
tidak mengerti meningkat
tentang penyakitnya 1
dan bertanya Efusi plura
mengapa dipasang 1
Penatalaksanaan (WSD)
selang di dadanya 1
DO: Kurang informasi dan
Klien banyak bertanya keterbatasan kognitif
1
tentang penyakit yang Salah persepsi
dialami dan tentang selang
yang terpasang di dadanya Kurang pengetahuan
tentang penyakit yang
diderita dan kebutuhan
tindakan

1
4
DS: Efusi pleura Gangguan perfusi jaringan
- Klien mengatakan 1 perifer
tangan dan kaki Penatalaksanaan (WSD)
terasa dingin
DO: Pengeluaran cairan
Pada pemeriksaan melalui selang WSD
fisik
didapatkan: Kekurangan volume
- Tampilan klinis pucat cairan
- Konjungtiva anemis,
- Ekstremitas teraba Aliran darah ke jaringan
dingin.
m|nurun Gangguan
- Klien terlihat
memakai kaos perfusi jaringan perifer

- fc&t > 2 detik,


- Nadi 76 x/i
- TD 90/60
- Mendapat transfuse
darah WB 1 labu
pada hari kamis
pukul 20.15 WIB
Hasil lab HB 11,3. HB
normal tetapi karena
kondisi klien pucat maka
instruksi dokter transfusi
darah

1
5
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan
yang lain. ( Taqiyyah & Mohamad, 2013 ).

a. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder

terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,

kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakhea/ faringeal.

c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi

paru,kerusakan membran alveolar-kapiler.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas

sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.

e. Gangguan ADL (Activity Daily Living) yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum

dan keletihan sekunder akibat adanya sesak.

f. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

( ketidakmampuan untuk bernapas).

g. Gangguan pola tidur dan istrahat yang berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak

napas serta perubahan suasana lingkungan.

h. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai

proses penyakit pengobatan.

1
6
I. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuanmerubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapatterjadi pada klien (Nursalam, 2015).

Susunan rencana keperawatan pada pasien dengan efusi pleura

berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah di tetapkan, yaitu :

1. Ketidakfektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.

Tujuan : pasien akan mempertahankan pola nafas yang efektif selama dalam
perawatan.

Kriteria Hasil :

1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal.

2. Irama napas yang normal.

3. Kedalaman inspirasi.

4. Tidak adanya suara nafas tambahan.

5. Tidak ada retraksi dinding dada.

Intervensi :

Menajemen Jalan Napas :

1. Monitor tanda-tanda vital.

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

3. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan
adanya suara nafas tambahan.

4. Identifikasi kebutuhan aktual atau potensial pasien untuk memasukkan alat bantu
untuk membuka jalan napas.

5. Monitor respirasi dan status O2.

1
7
Oxygen Therapi :

1. Pertahankan jalan nafas yang paten.

2. Atur peralatan oxygenasi.

3. Monitor aliran oksygen.

4. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.

5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap terapi oksygen.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurang asupan makan.

Tujuan : pasien akan terbebas dari infeksi selama dalam perawatan.

Kriteria Hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.

 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

 Tidak ada tanda tanda malnutrisi.

Intervensi :

Monitor Satuts Nutrisi :

1. Monitor adanya penurunan berat badan.

2. Monitor lingkungan selama makan.

3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.

Manajem Nutrisi :

1. Kaji adanya alergi makanan.

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien.

3. Berikan makanan yang terpilih.

4. Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan.

1
8
Tujuan : pasien akan terbebas dari rasa nyeri selama dalam perawatan.

Kriteria hasil :

1. Tidur selama 6-7 jam dalam sehari.

2. Pola dan kualitas tidur yang terukur.

3. Perasaan yang segar setelah bangun tidur.

4. Tempat tidur yang nyaman.

5. Suhu rungan yang nyaman

Intervensi :

Manajemen Lingkungan : Nyaman

1. Ciptakan lingkungan yang tenag dan mendukung.

2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan sediakan waktu untuk istrahat.

3. Sedikana lingkungan yang aman dan bersih.

4. Pertimbangkan keadaan yang mengakibatkan ketidaknyamanan seperti posisi


selang, seprei yang kusut dan lingkungan yang bising.

1
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat kita simpulkan bahwa Efusi pleura adalah pengumpulan
cairan berlebih didalam rongga pleura, rongga pleura adalah rongga yang terletak
diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Jenis cairan lainnya yang bisa
terkumpul didalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan
mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi
karena cedera di dada.

Jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang
disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi
pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis,
dan emboli paru. Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.
Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada, atau
nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi kecil. Efusi
yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau
friction rub pleura.

Saran Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada
penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru
agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.

2
0
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/123572705/makalah-efusi-pleura-doc

http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/518/IMELDA%20WERIPANG
%20AKX16169%20%282019%29-1-45.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://repository.poltekeskupang.ac.id/486/1/KTI%20Omega%20Simanjuntak.pdf

https://docplayer.info/62101800-Makalah-kmbii-tentang-sistem-pernapasan-efusi-pleura-d-i-s-u-s-u-n-
oleh.html

2
1

You might also like