You are on page 1of 8

Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara

MAKALAH
PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA
RUSDIANTO KARIM

SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU

TAHUN AJARAN 2011-2012

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu keguanaan
penting sistem pemerintahan suatu negara adalah menjadi bahan perbandingan bagi negara lain.
Jadi, negara-negara lainpun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan
antara sistem pemerintahannya.
Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang
dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan tadi. Mereka bisa pula
mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang
bersangkutan.
Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi
sosial budaya dan politik yang berkembang di negara yang bersangkutan. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan parlementer merupakan dua
model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan
Inggris-lah yang masing-masing dianggap pelopornya. Contoh negara yang menggunakan sistem
pemerintahan presidensial antara lain ; Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Mesir, Indonesia dan
Argentina. Sedangkan yang menganut sistem pemerintahan parlementer, antara lain ; Inggris,
India, Jepang, Malaysia dan Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat variasi
yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara. Misalnya, Indonesia yang
menganut sistem presidensial tidak akan benar-benar sama dengan pemerintahan Amerika
Serikat. Bahkan negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial dan
parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara Perancis sekarang
ini. Negara ini memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, tapi
juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan
sehari-hari.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA


Sebuah sistem pemrintahan dibuat demi terselenggaranya pemerintahan negara yang
mampu mewujudkan tujuan sebuah bangsa, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Untuk itulah, pemerintah bertugas mengatur dan mengarahkan kehidupan bersama dengan cara
membuat hukum, melaksanakan dan menegakkannya, serta melakukan upaya-upaya lain demi
terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Dalam kenyataan, tidak setiap sistem pemerintahan dapat berjalan sesuai harapan itu.
Masalahnya mungkin terletak pada pengaturan sistem pemerintahan yang belum sempurna atau
lengkap. Namun kemungkinan pula penyebabnya adalah ketidakmampuan para pejabat dalam
melaksanakan sistem itu, atau kesengajaan pejabat pemerintah menyalahgunakan wewenang. Di
lain pihak, mungkin pula rakyat sendiri memang tidak siap mendukung sistem pemerintahan
yang berlaku.
Ketiga masalah itu sudah pernah terjadi dalam sejarah kenegaraan kita. Pengturan sistem
pemerintahan presidensial yang belum lengkap dalam UUD 1945 (sebelum diamandemen) telah
menyebabkan lahirnya pemerintahan otoriter baik di masa Demokrasi terpimpin maupun mas
Orde Baru.
Lebih dari itu, keinginan besar penguasa untuk menyelenggarakan kekuasaan telah
melahirkan sejumlah kebijakan yang justru tidak menyejahterakan rakyat. Di masa Orde Baru
pernah berlaku peraturan tentang pemberian monopoli tataniaga cengkeh oleh perusahaan milik
anak presiden. Peraturan ini sangat tidak adil karena menyusahkan petani, yang dipaksah
menjual cengkehnya dengan harga murah kepada perusahaan miliki anak presiden itu; juga
merugikan pengusaha rokok yang harus membeli cengkeh dengan harga mahal dari perusahaan
milik anak presiden. Keuntungan besar menumpuk di kantong pemilik monopoli. Monopoli
tataniaga cengkeh di Indonesia juga dengan terpaksa diterima baik oleh petani penanam cengkeh
maupun perusahaan-perusahaan penghasil rokok.
Tentang ketidaksiapan masyarakat menjalankan sebuah sistem pemerintahan dapat kita
lihat contohnya dari negara Perancis, maupun juga dari Indonesia sendiri. Pakar politik
berpendapat bahwa kegagalan pelaksanaan sistem pemerintahan parlementer di Indonesia tahun
1950-an antara lain karena budaya politik masyarakat kita belum sesuai dengan apa yang dituntut
oleh sistem pemerintahan parlementer itu sendiri.
Bagaimana seharusnya sikap warga negara yang baik terhadap sistem pemerintahan yang
berlaku di negerinya? Setiap pemerintah yang dihasilkan melalui prosedur-prosedur demokratis
perlu mendapat dukungan dan kepatuhan dari warga negaranya. Oleh karena itu, sikap yang baik
terhadap sistem pemrintahan yang ada adalah mendukung, menghormati, dan mematuhi
kebijakan-kebijakannnya.
Namun demikian, sikap patuh itu tidak terlepas dari sikap kritis terhadap sistem
pemerintahan yang ada. Sikap kritis itu dapat diasah dengan cara membandingkan pelaksanaan
sistem pemerintahan yang berlaku di negara kita dengan pelaksanaan sistem pemerintahan yang
berlaku di negara lain.
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa pelaksanaan sebuah sistem pemerintahan tidaklah
berlangsung dalam ruang kosong. Pelaksanaan sistem pemerintahan dalam satu negara sangat
dipengaruhi antara lain oleh:

1. Komitmen elite politik terhadap sistem politik yang hendak diwujudkan;


2. Sistem kepartaian yang berkembang di negara yang bersangkutan
3. Tradisi politik yang telah berkembang di negara yang bersangkutan;
4. Budaya politik dominan di masyarakat yang bersangkutan.

Komitmen elite politik terhadap sistem politik yang hendak dikembangkan (demokrasi
atau kediktatoran) akan sangat menentukan corak pelaksanaan sistem pemerintahan di suatu
negara. Fakta menunjukkan bahwa walaupun sama-sama berdasarkan pada UUD 1945, namun
pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di masa Orde baru berbeda dengan saat ini.
Komitmen terhadap sistem politik demokratis yang kuat membedakan palaksanaan sistem
presidensial di Amerika Serikat dengan yang berlangsung di negara kita.
Sistem kepartaian yang berkembang disuatu negara juga berpengaruh pada pelaksanaan
sistem pemerintahan yang ada. Sistem kepartaian dengan dua partai dominan, sebagaimana
berkembang di AS ( Partai Republik dan Partai Demokrat) dan Inggris ( Partai Buruh dan Partai
Konservatif) terbukti dapat memberi peluang bagi berjalannya sistem pemerintahan secara
optimal. Sedangkan sistem multipartai cenderung membawa dampak ketidakstabilan politik
sebagaimana tampak dalam pelaksanaan sistem pemerintahan parlementer di masa Demokrasi
Liberal dulu, ataupun sistem pemerintahan presidensial di negara kita saat ini.
Tradisi politik juga berpengaruh pada pelaksanaan pemerintahan sebagaimana tampak
dalam uraian tentang terbangunnya sistem pemerintahan parlementer di Inggris tersebut di atas.
Tradisi politik yang melembaga juga memungkinkan pelaksanaan sistem pemerintahan di
Thailand berjalan dengan relatif stabil walaupun kadang diselingi dengan pengambilalihan
kekuasaan sementara oleh pihak militer. Tradisi poitik demokrasi yang belum berkembang di
negara kita tampaknya turut menyumbang pada lemahnya kinerja para wakil rakyat di berbagai
lembaga perwakilan rakyat saat ini.
Sistem pemerintahan negara republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
adalah sistem presidensial kabinet. Dengan sistem pemerintahan tersebut, baik para
penyelenggara negara maupun rakyat dan bangsa Indonesia telah merasa sesuai. Sejalan dengan
perkembangan dan dinamika politik masyarakat, penyelenggaraan negara dengan sistem
presidensial kabinet telah mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga sekarang ini.

Berikut ini akan dilihat bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan di negara Indonesia
dan perbandingannya dengan negara-negara lain baik yang menerapkan sistem pemerintahan
presidensial maupun parlementer.

PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN


Negara Indonesia Negara-negara lain

Setelah Amandemen UUD 1945 1. Prancis


Bentuk pemerintahan adalah  Kedudukan eksekutif (Presiden) kuat, karena
republik, dengan sistem peme- dipilih langsung oleh rakyat.
rintahan adalah presidensial.  Kepala negara dipegang Presiden dengan masa
jabatan selama tujuh tahun.
Presiden dan wakilnya dipilih secara  Presiden diberikan wewenang untuk bertindak
langsung oleh rakyat dalam satu pada masa darurat dalam menyelesaikan krisis.
paket untuk masa jabatan 2004 –  Jika terjadi pertentangan antara kabinet dengan
2009. legislatif, presiden boleh membubarkan
legislatif.
Kabinet atau menteri diangkat dan  Jika suatu undang-undang yang telah disetujui
diberhentikan oleh presi-den, serta legislatif namun tidak disetujui Presiden, maka
bertanggung jawab kepada presiden. dapat diajukan langsung kepada rakayat melalui
referandum atau diminta pertimbangan dari
Parlemen terdiri atas 2 bagian Majelais Konstitusional.
(bikameral), yaitu Dewan o Penerimaan mosi dan interpelasi
Perwakilan Rakyat (DPR) dan dipersukar, misalnya sebelum sebuah
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). mosi boleh diajukan dalam sidang badan
legislatif, harus didukung oleh 10% dari
Kekuasaan legislatif ada pada DPR jumlah anggota badan itu.
yang memiliki tugas membuat UU
dan mengawasi jalannya Catatan : bahwa sistem pemerintahan yang
pemerintahan. dikembangkan oleh Perancis ini sebenarnya bukan
parlementer murni. Tetapi, pemisahan jabatan kepala
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh negara dan kepala pemerintahan memang menunjukkan
Mahkamah Agung dan badan ciri parlemenrterisme.
peradilan di bawahnya, yaitu
pengadilan tinggi dan pengadilan
negeri serta sebuah Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial.
2. Inggris
 Kepala negara dipegang oleh Raja/Ratu yang
bersifat simbolis dan tidak dapat diganggu gugat.
 Peraturan perundangan dalam penyelenggaraan
negara lebih banyak bersifat konvensi (peraturan
tidak tertulis).
 Kekuasaan pemerintahan berada di tangan
Perdana Menteri yang memimpin menteri atau
sering disebut Cabinet Government
(pemerintahan kabinet). Perdana Menteri
mempunyai kekua-saan cukup besar, antara lain :
a) memimpin kabinet yang anggotanya telah
dipilihnya sendiri, b) membimbing Majelis
Rendah, c) menjadi penghubung dengan raja,
dan d) memimpin partai mayoritas.
 Kabinet yang tidak memperoleh kepercayaan
dari badan legislatif harus segera meletakkan
jabatan.
 Perdana Menteri sewaktu-waktu dapat mengada-
kan pemilihan umum sebelum masa jabatan
Parlemen yang lamanya lima tahun berakhir.
o Hanya ada dua partai besar (Partai
Konservatif dan Partai Buruh) sehingga
yang menang pemilu (posisi)
memperoleh dukungan mayoritas,
sedangkan yang kalah menjadi oposisi.

3. India
 Badan eksekutif terdiri dari seorang presiden
sebagai kepala negara dan menteri-menteri yang
dipimpin oleh seorang perdana menteri.
 Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun
oleh anggota-anggota badan legislatif baik di
pusat maupun di negara-negara bagian.
o Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
sangat mirip dengan Inggris dengan
model Cabinet Government.
o Pemerintah dapat menyatakan “keadaan
darurat” dan pembatasan-pembatasan
kegiatan bagi para pelaku politik dan
kegiatan media masa agar tidak
mengganggu usaha pembangunannya.

4. Amerika Serikat
 Badan eksekutif, terdiri dari presiden beserta
menteri-menteri yang merupakan pembantunya.
 Presiden dinamakan “Chief Executif” dengan
masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat
diperpanjang menjadi 8 (delapan) tahun.
 Presiden sama sekali terpisah dari badan
legislatif dan tidak mempengaruhi organisasi dan
penye-lenggaraan pekerjaan Konggres.
 Presiden tidak dapat membubarkan Konggres
dan sebaliknya Konggres juga tidak dapat
membubar-kan Presiden.
o Mayoritas undang-undang disiapkan
pemerintah dan diajukan dalam Konggres
dengan perantaraan anggota separtai
dalam Konggres.
o Presiden memiliki wewenang untuk
mem-veto suatu rancangan undang-
undang yang telah diteri-ma baik oleh
Konggres. Tapi jika rancangan tersebut
diterima dengan mayoritas 2/3 dalam
setiap majelis, maka veto presiden
dianggap batal.
o Dalam rangka checks and balance, maka
presiden di samping boleh memilih
menterinya sendiri, tetapi untuk jabatan
Hakim Agung dan Duta Besar harus
disetujui oleh Senat. Demikian pula
untuk setiap perjanjian internasional yang
sudah ditan-dangani presiden, harus pula
disetujui oleh Senat.

5. Pakistan

 Badan eksekutif terdiri dari presiden yang


beragama Islam beserta menteri-menterinya.
 Perdana menteri adalah pembantunya yang tidak
boleh merangkap anggota legislatif.
 Presiden mempunyai wewenang mem-veto
rancangan undang-uindang yang telah diterima
oleh badan legislatif. Namun veto dapat
dibatalkan, jika rancangan undang-undang
tersebut diterima oleh mayoritas 2/3 suara.
 Presiden juga berwenang membubarkan badan
legislatif, namun demikian presiden juga harus
mengundurkan diri dalam waktu 4 (empat) bulan
dan mengadakan pemilihan umum baru.
 Dalam keadaan darurat, presiden berhak
mengeluarkan ordinances yang diajukan kepada
legislatif dalam masa paling lama 6 (enam)
bulan.
 Presiden dapat dipecat (impeach) oleh badan
legislatif kalau melanggar undang-undang atau
berkelakuan buruk dengan ¾ jumlah suara badan
legislatif.

Catatan : Sistem presidensial di Pakistan hanya


berlangsung berdasarkan UUD 1962 – 1969, dan
sekarang kembali ke sistem parlementer kabinet.

B. REFLEKSI PEMIKIRAN PAKAR


“Pembagian kekuasaan yang sudah semenjak Aristoteles sebagai syarat bagi keteraturan negara
yang baik merupakan jaminan atau prasyarat struktural terpenting agar negara hukum dapat
menjadi kenyataan. Pembagian kekuasaan bertujuan untuk mencegah pemusatan kekuasaan
dalam satu tangan. Apabila fungsi-fungsi kekuasaan negara dibagi atas beberapa pihak,
diharapkan dapat tercipta suatu keseimbangan kekuasaan yang menjamin agar fungsi-fungsi itu
dijalankan secara optimal, tetapi sekaligus mencegah bahwa eksekutif mengambil oper fungsi-
fungsi kekuasaan lainnya.
Pembagian fungsi-fungsi negara kedalam tiga kelompok kiranya tetap sesuai: Legislatif atau
pembuat undang-undang menetapkan norma-norma hukum yang berlaku umum; yang dimaksud
adalah aturan-aturan umum yang menyangkut manusia dan barang. Eksekutif atau administrasi
yang dikuasai oleh pemerintah memenuhi tugas-tugas kenegaraan konkret dan melaksanakan
norma-norma hukum dalam kasus-kasus spesifik. Yudikatif atau kehakiman bertugas untuk
memastikan suatu duduk perkara hukum secara definitif dengan menerapkan norma-norma
hukum pada kasus-kasus tertentu.
Pembagian kekuasaan berarti bahwa tiga fungsi itu dipegang oleh pihak-pihak yang
berbeda...Inti terpenting pembagian kekuasaan adalah ketaktergantungan hakim dalam
menjatuhkan putusannya dari pemerintah atau administrasi eksekutif. Kebebasan kekuasaan
yudikatif merupakan batu sudut negara hukum. Seorang kepala negara pun tidak dapat
memberikan perintah kepada pengadilan mengenai putusan yang mana yang harus dijatuhkan..”

Jikalau kita sudah menetapkan, bahwa demokrasi adalah satu-satunya sistem yang dapat
memelihara Republik dan apabila sudah yakin bahwa diktatur bukanlah suatu alternatif yang
harus dipilih maka pokok soal yang harus dipecahkan oleh tiap-tiap demokrat, adalah:
mampukah generasi pendukung demokrasi yang sekarng ini mengembalikan kepercayaan yang
mulai retak kepada sistem demokrasi itu? Sanggupkah pendukung-pendukung cita demokrasi
pada saat sekarng ini menunjukkkan dengan bukti yang nyata, bahwa demokrasi juga mampu
untuk bertindak tegas dan tepat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan negara?
Menjawab pesoalan ini, adalah menjawab persoalan demokrasi, dan dengan demikian
menjawab persoalan berdiri atau jatuhnya republik Indonesia ini.
Ini persoalannya dalam rumusan yang tajam.
Hendaklah kita insyafi bahwa demokrasi itu adalah suatu sistem yang sulit. Memang lebih
sulit dari lain-lain sistem. Tetapi kita harus berani menghadapi kesulitan-kesulitan itu, bila suatu
kali jalannya sudah ditempuh. Kita harus berani mengatasi bahaya-bahaya yang bertemu di
tengah-tengah jalan. Kalau tidak awas memang demokrasi itu mungkin meluncur ke arah
anarchie....Dan kalau sudah sampai demikian itu, maka dengan mau tidak mau, kita tokh
terjerumus kepada diktatur, malapetaka yang harus kita hindarkan.”

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem pemerintahan suatu negara sangat berpengaruh terhadap negara lain. Dimana sistem
pemerintahan ini dapat dijadikan bahan perbandingan bagi negara lain. Negara-negara lain pun
dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antara sistem
pemerintahannya dengan negara lain. Setiap negara dapat mengembangkan pemerintahannya
dengan baik dengan melakukan perbandingan dan juga dapat mengadopsi sistem pemerintahan
negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan.

You might also like