Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
c. Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai
perpanjangan arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel
sehingga cairan tubuh zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui dinding
selnya. Selain itu, juga pertukaran oksigen, karbondioksida, zat-
zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan jaringan
yang ada disekeliling kapiler. Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai
lubang berukuran sempit sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya.
Diameter pembuluh darah inidapat berubah-ubah. kapiler dapat menyempit
karena pengaruh temperatur lingkungan yang rendah dan membesar bila
ada pengaruh temperatur lingkungan yang tinggi sertabahan kimia, sererti
bahan histamin. Meskipun ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil
dibandingkan dengan arteri dan vena, tetapi jumlah volume darah secara
keseluruhan lebih besar di areriole dan kapiler. Volume darah di dalam
kapiler 800 kali volume darah di dalam arteri dan vena.
2.1.2. Lapisan Pembuluh Darah Arteri
Pembuluh nadi atau arteri adalah salah satu jenis pembuluh darah yang
membawa darah dari jantung dan menyebarkan darah beroksigen ke beberapa
bagian tubuh.
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika
intima, tunika media,tunika adventitia:
a. Tunika Intima : Adalah lapisan pembuluh darah paling dalam yang
bersentuhan langsung dengan darah terdiri dari sel-sel endotel.
b. Tunika Media : Adalah lapisan pemuluh darah tengah yang terdiri dari
otot polos dan jaringan elastis.
c. Tunika Adventitia : Adalah lapisan pemuluh darah paling terluar berupa
jaringan kolagen dan elastis. Lapisan ini berfungsi melindungi dan
menguatkan pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya.
2.2 Anatomi Pembuluh Darah Ekstremitas
Gambar 2.1 Blue Toe Syndrome (BTS) (Sidawy and Perler, 2019).
2. Trombus
Diawali dengan proses trombosis in situ, yang selanjutnya
berperan sebagai penyebab sekunder yang memperburuk beban
aterosklerotik natif atau hiperplasia intima, yang mana hal ini
dicetuskan oleh intervensi sebelumnya. Proses ini
menyebabkan stenosis atau oklusi yang signifikan dalam
jangka waktu lama. Namun, lesi kritis akan mengalami stasis
dan membentuk trombus yang serupa dengan yang ada pada
etiologi emboli. Dalam prosesnya, terdapat pula perfusi dari
arteri kolateral pada daerah distal, sehingga pada saat gejala
yang timbul semakin berlanjut maka derajat iskemia pada
bagian distal akan semakin berkurang. Namun, jika trombosis
berlanjut hingga ke area kolateral yang terlibat, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya iskemia berat (Shah et al., 2014).
Sering terjadi pada kasus bypass graft, arteri femoral komunis,
dan arteri popliteal (Conte et al., 2019).
2.3.3 Faktor Resiko
d. Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah
arteri femoralis, namun juga dapat ditemukan pada aorta, bifurcatio
aorta, arteri iliaka, politea, dan arteri axilaris.
e. Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
temperatur. Warna pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal,
namun dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering ditemukan.
Terdapat perbedaan rasa dingin pada extremitas khususnya yang
terkena ALI (dingin menusuk) dibandingkan dengan ekstremitas yang
tidak terkena ALI (hangat), merupakan penemuan yang penting.
2.3.9 Penatalaksanaan
a. Pengenalan dan penanganan yang utama pada pasien dengan Acute
Limb Ischemic karena perburukan dapat terjadi dalam hitungan menit,
jam dan hari (semakin cepat semakin baik)
b. Semua pasien dengan ALI di berikan terapi heparinisasi
c. Obat – obatan untuk mencegah perburukan
d. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi ALI
2.3.10 Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Sindrom kompartemen (nyeri saat flexi/extensi, kelemahan otot,
tidak mampu respon terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi
lemah/tidak teraba). Pembengkakan jaringan dalam kaitannya
dengan reperfusi menyebabkan peningkatan pada tekanan intra
compartment, penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian
jaringan otot (pada >30 mmHg). Penanganannya adalah dengan
dilakukannya fasciotomy. Terapi trombolitik, akan menurunkan
risiko compartment syndrome dengan reperfusi anggota gerak secara
berangsur-angsur.
Anti koagulasi
Doppler
Imaging Amputasi
Revaskularisasi
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan mulai dari pengumpulan data mengenai data
umum sampai pemeriksaan fisik sebagaimana dijelaskan pada
penegakkan diagnosa ALI sebelumnya. Teknik yang digunakan yaitu
teknik wawancara, inspeksi, perkusi, auskultasi, dan palpasi untuk
mendapatkan data sebanyak-banyaknya dalam menunjang penegakkan
masalah pada kasus ALI.
2.4.2 Diagnosis, Luaran dan Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,
2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019), dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI, 2018) dapat disimpulkan bahwa
asuhan keperawatan yang dapat ditemukan pada kasus ALI diantaranya:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan aliran
darah
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan a. tekanan darah dalam a. observasi tanda-tanda vital:
tindakan batas normal 110/70- tekanan darah, frekuensi
keperawatan 130/90 mmHg nadi, frekuensi nafas, dan
b. frekuensi nadi 60- temperatur.
diharapkan
100x/menit b. kaji tingkat keadekuatan
gangguan perfusi c. Pada ekstremitas perfusi jaringan dan
jaringan dapat yang ALI: akral saturasi oksigen pada
teratasi hangat, nadi teraba ekstremitas yang ALI
kuat, keluhan baal c. kaji CRT, perhatikan
dapat terkontrol, fase waktu pengisian kapiler,
pengisian kapiler <2 lihat ada/tidaknya sianosis
detik, vasokonstriksi perifer, tanda
perifer berkurang, vasokonstriksi jaringan,
saturasi oksigen ukur pertambahan
perifer >90% bengkak, tanda kematian
jaringan perifer pada
ekstremitas yang ALI
d. perhatikan tingkat
efektifitas terapi yang telah
didapatkan klien
e. minimalkan penekanan
pada area ekstremitas
(kurangi penekanan akibat
pakaian, selimut) yang
mengalami ALI
f. menurunkan posisi tungkai
yang mengalami ALI lebih
rendah dari posisi kepala