You are on page 1of 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy Ambon yang terletak

di jalan dr Kayadoe merupakan rumah sakit umum tipe B Pendidikan di

Provinsi Maluku. Rumah Sakit ini mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan sub-spesialis terbatas. Tujuan Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon adalah mempercepat

penyembuhan luka, mengurangi kecacatan dan menurukan segala angka

kematian, meningkatkan kemampuan sumber daya rumah sakit, serta

meghasilkan tenaga kesehatan yang professional.

Di bidang pelayanan kesehatan RSUD dr. M. Haulussy Ambon

menyediakan pelayanan rawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan

rawat inap, pelayanan kandungan dan kibadanan, pelayanan perinatology,

pelayanan bedah, pelayanan gigi dan mulut, pelayanan farmasi,

pelayanan laboratorium, pelayanan gizi, dan pelayanan penunjang

lainnya seperti radiologi, rehabilitasi medik, dan pelayanan khusus

(hemodialisa, endoskopi, elektrokardigrafi dan kemoterapi. Fasilitas

pelayanan kesehatan yang berada di RSUD dr. M. Haulussy Ambon yaitu

instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, bedah sentral, unit

perawatan intensif terdiri dari ICU dan ICCU, instalasi farmasi,

40
laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, pelayanan khusus, instalasi

gizi, instalasi pemeliharaan saraa rumah sakit, dan instalasi rekam medis.

Rumah sakit ini termasuk besar dimana memiliki jumlah tenaga

kesehatan medis dan no medis serta tenaga no kesehatan berjumlah 690

orang PNS dan 116 tenaga sukarela. Tenaga medis yang terdiri dari 45

dokter umum, 28 orang dokter spesialis, dan 3 orang dokter gigi.

Sedangkan jumlah tenaga keperawatan sebanyak 373 orang. Selain

dokter dan perawat ada juga tenaga kesehatan yang lain yaitu bidan,

fisioterapi, teknisi medis, petugas gizi, analis, farmasi, kesehatan

masyarakat, dan tenaga non medis.

Lokasi penelitian bertempat di ruang kebidanan RSUD dr. M.

Haulussy Ambon yang memiliki ruangan berjumlah 16 ruangan, tenaga

dokter berjumlah 7 orang, tenaga bidan berjumlah 18 orang, dan

memiliki tempat tidur ibu berjumlah 31 tempat tidur dan box bayi

berjumlah 31 box.

Visi RSUD dr. M. Haulussy adalah “menjadi rumah sakit pilihan

berkualitas dalam pelayanan, pendidikan dan penelitia di Provinsi

Maluku”. Sedangkan misinya yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu sesuai

dengan harapan masyarakat.

2. Menjadi wahana pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan

untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang professional dan

beretika

41
3. Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas sesuai kebutuhan

pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini berlangsung di Ruang Nifas RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon dengan sampel sebanyak 44 responden. Data penelitian ini

diambil dalam kurun waktu bulan Agustus 2019-September 2019

2. Karakteristik Responden

a. Umur Ibu

Distribusi Frekuensi Responeden berdasarkan umur ibu dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut


Umur Di RSUD.dr.M.Haulussy Ambon
Umur Ibu N %

Tidak Beresiko (20-35 15 34,1


Tahun)
Beresiko (<20 Tahun / > 35 29 65,9
Tahun )
Total 44 100
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 4.1 Menunjukan Bahwa Responden yang

memiliki Umur Beresiko teradap Tindakan Seksio Sesarea sejumlah 29

orang (65,9%) dan yang Tidak Beresiko sejumlah 15 orang (34,1 %).

b. Ketuban Pecah Dini

Distribusi Frekuensi Responedn berdasarkan Ketuban Pecah Dini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut


Ketuban Pecah Dini Di RSUD.dr.M.Haulussy Ambon
Ketuban Pecah Dini N %
Tidak KPD 11 25,0
Ketuban Pecah Dini 33 75,0
Total 44 100

42
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 4.2 Menunjukan bahwa Responden yang

mengalami Ketuban Pecah Dini sejumlah 33 orang (75,0 %) sedangkan

yang Tidak mengalami Ketuban Pecah Dini yaitu sejumlah 11 orang (25,0

%).

c. Hipertensi Dalam Kehamilan

Distribusi Frekuensi Responedn berdasarkan Hipertensi dalam

Kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut


Hipertensi dalam Kehamilan Di RSUD.dr.M.Haulussy Ambon
Hipertensi Dalam N %
Kehamilan
Tidak Hipertensi 39 88,6
Hipertensi 5 11,4
Total 44 100
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa Responden yang paling

banyak berada pada kelompok yang tidak Hipertensi yaitu sejumlah 39

orang (88,6 %) sedangkan yang sedikit yaitu pada kelompok yang

Hipertensi yaitu sejumlah 5 orang (11,4 %).

d. Letak Janin

Distribusi Frekuensi Responedn berdasarkan Letak Janin dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut Letak Janin Di


RSUD.dr.M.Haulussy Ambon
Letak Janin N %
Normal 19 43,2
Tidak Normal (Letak 25 56,8
Lintang / Letak Sungsang
Total 44 100
Sumber : Data Primer 2019

43
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa Reponden yang

melakukan tindakan seksio sesarea karena Letak Janin Tidak Normal

Sejumlah 25 orang (56,8%) dan yang Normal Sejumlah 19 orang (43,2%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur ibu hamil

yang paling banyak yaitu umur Beresiko antara <20 tahun atau >35

tahun sebanyak 29 orang (65,4%), dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Umur Beresiko pada ibu lebih tinggi

dibandingkan umur yang tidak Beresiko. Umur ibu saat hamil

merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses

kehamilan. Menurut Prawirohardjo (2007), umur ibu merupakan salah

satu faktor yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan,

dalam kurun reproduksi dikenal bahwa umur aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun, makin jauh umur

ibu dari kisaran ini makin besar risiko terjadinya komplikasi

sehubungan dengan kehamilan dan persalinan. Menurut Rei (2014)

dalam Augestin (2017),mengatakan bahwa di Indonesia kejadian seksio

sesarea banyak dijumpai pada ibu dengan umur muda <20 tahun, ini

dikarenakan banyak wanita indonesia yang menikah muda sedangkan

endometrium belum matang sehingga pada masa pertumbuhan

plasenta akan mengalami perluasan (hipertropi) dan dapat menjadi

suatu penyulit dalam proses persalinan secara normal. Sedangkan

44
wanita berumur di atas 30 tahun fungsi alat reproduksinya telah

mengalami kemunduran terhadap fungsi organ dan munculnya

kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif seperti hipertensi, diabetes

mellitus dan lain sebagainya. Semakin tua umur ibu >35 tahun maka

akan terjadi kemunduran progresif dari endometrium sehingga untuk

mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta

yang lebih luas, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan

vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga

akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta dan dapat menjadi

komplikasi pada persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan

tindakan seksio sesarea (Juliantari & Sanjaya, 2017).

Sejalan dengan penelitian Mongilong (2018), menyimpulkan

umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

persalinan tindakan dengan seksio sesarea. Ibu hamil yang berumur <20

tahun dan >30 tahun beresiko 4 kali lebih besar dibandingkan ibu

hamil yang berumur 20-30 tahun.

Umur ibu dalam masa kehamilan harus produktif, umur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sangat memiliki resiko tinggi yang

lebih dan dapat mengalami berbagai masalah seperti penyulit

kehamilan, secara psikologi karena belum siap dan panggul ibu yang

belum tumbuh sempurna secara fisik (Kusparlina, 2016).

Hasil Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa sampel

di lokasi penelitian yaitu bahwa sampel ibu hamil berada pada usia

45
reproduksi yang baik untuk hamil, melahirkan, dan menyusui. Umur ibu

hamil yang ideal yaitu umur 20-35 tahun, di usia ini fisik dan

psikis perempuan berada pada tahap yang baik. Kehamilan di usia yang

kurang dari 20 tahun atau yang lebih dari 35 tahun mempunyai resiko

masalah kehamilan seperti kematia ibu maupun kematian pada janin

lebih tinggi (Wulandari & Sulastri, 2012). Umur ibu hamil saat kurang

dari 20 tahun atau di usia remaja mempunyai kemungkinan 8,85% ibu

mengalami anemia di trimester 3 kehamilannya (P. H. Putri, 2017).

Penelitian berbeda juga disampaikan oleh Hutabarat, 2016 yaitu

kelompok umur yang sering terjadinya preeklamsia adalah umur

produktif 20-35 tahun (Hutabarat, Suparman, & Wagey, 2016).

Penelitian yang sama disampaikan juga oleh Juliantari, 2017 bahwa

pada rentang usia produktif yaitu usia 20-35 tahun, ibu hamil yang

beresiko tinggi mengalami masalah penyulit kehamilan preeklamsia

(Juliantari & Sanjaya, 2017).

2. Karakteristik Responden Ketuban Pecah Dni

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang

melakukan tindakan seksio sesarea atas indikasi dari Ketuban Pecah Dini

Sebanyak 33 orang (75%). Faktor KPD merupakan suatu indikasi yang

menyebabkan bayi harus segera dioperasi. KPD merupakan robeknya

kantung ketuban (amnion) sebelum waktunya yang dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Sehingga angka kejadian

tertinggi pun menunjukkan angka tertinggi diantara faktor lain seperti

46
gameli, faktor plasenta, faktor plasenta,hambatan jalan lahir. Ketuban

Pecah Dini  (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37

minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur

(Sarwono, 2010).

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya

(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane

(PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau

pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang

dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada

kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak

meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam

masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi

serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi

(Purwaningtyas, 2017).

3. Karakteristik Responden Hipertensi dalam Kehamilan

Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang mengalami

Hipertensi selama masa Kehamilan sebanyak 5 orang (11,4) sehingga

proses persalinan harus dilakukan dengan tindakan seksio sesarea.

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan

darah ≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih.

(Cunningham, 2014). Hipertensi (tekanan darah tinggi) bisa dijumpai

47
pada wanita hamil. Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi

penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik pada ibu, janin,

maupun bayi yang dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi

menunjukkan peninggian risiko terjadinya komplikasi, sedangkan janin

yang dikandung berisiko tinggi terkena hambatan pertumbuhan

(Nurhaeni Arief, 2008:111).

Bila sejak awal kehamilan tekanan darah ibu hamil sudah tinggi,

berarti ibu hamil harus berhati-hati dengan pola makannya. Garam

menyebabkan retesi atau tertahannya air secara berlebihan di dalam

tubuh. Hal ini berlaku pula jika pada masa kehamilannya tiba-tiba

tekanan darah meningkat. Umumnya, kondisi ini diawali dengan

pembengkakan pada pergelangan kaki dan tangan akibat peningkatan

cairan tubuh (Syaifuddin Ali Akhmad, 2008: 81).

Berdasarkan International Society for the Study of Hypertension in

Pregnancy (ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan, yaitu

preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan

superimpose preeklamsia hipertensi kronik. (Manuaba, 2014). Kejadian

hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

(multiple causation). Usia ibu (<20 atau ≥35 tahun), primigravida,

nulliparitas dan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan

faktor predisposisi untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

(Prasetyo,2016). Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi yang

terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir

48
kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita

yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90

mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik

15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).

Hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan

mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi

komplikasi sekitar 7-10% seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang

mengalami hipertensi selama hamil, setengah sampai dua pertiganya

didiagnosis mengalami preeklampsi atau eklampsi. Penyebab hipertensi

dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa

hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang

mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan

disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

4. Karakteristik Responden Letak Janin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang

melakukan Tindakan Seksio Sesarea dengan Letak Janin yang tidak

Normal dengan Letak Sungsang dan Melintang sejumlah 25 orang

(56,8%). Penelitian ini sejalan dengan teori dikemukakan oleh

(Winkjosastro, 2010). Dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding syaraf rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram. Sectio caesarea adalah suatu tindakan

untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram melalui

sayatan pada dinding uterus. Letak lintang adalah suatu keadaan dimana

49
janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang

satu,sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Mochtar, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ezra Marisi D Sinaga (2014) tentang karakteristik ibu yang mengalami

persalinan dengan sectio caesarea yang dirawat inap di Rumah Sakit

Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan

trend per bulan mengalami peningkatan faktor janin letak lintang

25,8%; Menurut peneliti seksio sesarea mungkin disebabkan karena

beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah letak sungsang.

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah

kavum uteri. Dalam keadaan letak sungsang dalam ibu hamil memiliki

indikasi untuk melakukan persalinan seksio sesarea Dikarenakan Letak

sungsang akan mengakibatkan resiko kematian janin apabila tidak

ditangani dengan benar.

Kelainan letak janin merupakan dimana posisi janin tidak

sesuai dengan kedudukan yang seharusnya. Ada dua kelainan letak

janin dalam rahim, yaitu letak sungsang (bokong) dan letak lintang.

Mekanisme persalinan sungsang sampir sama dengan letak kepala,

hanya yang memasuki pintu atas panggul adalah bokong. Persalinan

berlangsung lebih lama karena bokong lebih lembek bila dibandingkan

kepala, jadi kurang kuat menekan sehingga pembukaan serviks lebih

lama, Letak sungsang tidak harus dilakukan seksio sesarea.Petugas

50
kesehatan diharapkan mengutamakan persalinan normal terlebih

dahulu,bila persyaratan persalinan normal tidak terpenuhi maka jalan

terbaik adalah dengan tindakan Seksio sesarea.

51
52

You might also like