You are on page 1of 26

PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK USIA SD

MELALUI PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEDIA 3 DIMENSI


(Studi Kuasi Eksperimen Siswa Kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 dan 2 merupakan jenjang

pendidikan yang dilandasi jenjang menengah; pendidikan dasar berbentuk

sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat atau sekolah menengah pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sedrajat. Jika dilihat dari pengertian di atas,

sekolah dasar (SD) termasuk ke dalam bentuk pendidikan dasar.Suharjo

(2006: 1) menyatakan bahwa “sekolah dasar pada dasarnya merupakan

lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam

tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun.”Hal senada juga diungkapkan oleh

Fuad Ihsan (2008: 26) bahwa “sekolah dasar sebagai satu kesatuan

dilaksanakan dalam masa program belajar selama 6 tahun.”Dari semua

pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah dasar

merupakan jenjang pendidikan dasar yang berlangsung selama enam tahun.

Jika dilihat dari implementasi Kurikulum 2013 saat ini, beban belajar

setiap minggunya untuk jenjang pendidikan SD/MI masing-masing yaitu

kelas I selama 30 jam, kelas II selama 32 jam, kelas III selama 34 jam, dan

kelas IV, V dan VI selama 36 jam (Kemdikbud, 2013). Kebijakan dari

penambahan jam belajar ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu yang

1
lebih leluasa untuk mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran

yang berorientasi pada siswa yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif dan

menyenangkan. Guru pun dituntut untuk memiliki keterampilan

mengembangkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk belajar dan membentuk kompetensi dirinya

lebih baik lagi (Mulyasa, 2013: 166).

IPS dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai materi yang ikut dibahas atau

dikombinasikan dalam mata pelajaran lainnya, karena Kurikulum 2013 untuk SD

menerapkan pembelajaran berbasis tematik integratif berdasarkan tema. Trianto

(2010:171) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi berbagai cabang-

cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,hukum dan

budaya.IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan

satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.Susanto

(2013: 137) mengungkapkan pengertian IPS adalah ilmu pengetahuan yang

mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia

yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang

mendalam kepada peserta didik khususnya ditingkat dasar dan menengah. Segala

suatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi proses, faktor,

perkembangan, permasalahan, semuanya dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi

yang meliputi perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu

ekonomi.Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya

dipelajari dalam antropologi.Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.Begitu juga aspek geografi yang

memberikan karakter ruang terhadap kehidupan masyarakat dipelajari dalam ilmu

geografi (Susanto, 2013: 137).

2
Berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 37 disebutkan bahwa bahan kajian ilmu

pengetahuan sosial antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan

sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan 12 pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Sapriya

(2009: 12) mengemukakan IPS di tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan

untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negarayang menguasai

pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and

values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah

pribadi/masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agarmenjadi warga negara yang baik.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut maka guru dapat menggali potensi

kecerdasan-kecerdasan yang ada di dalam diri setiap siswa. Menurut Gardner

(dalam Amstrong, 2002) definisi kecerdasan adalah:

1. kemampuan untuk memecahkan suatu masalah;

2. kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; dan

3. kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang

berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.

Pada saat ini terdapat sembilan kecerdasan yang berhubungan dengan bakat
unik seseorang untuk mengatur kemampuan dan cara-cara mereka dalam
menunjukkan kemampuan intelektualnya. Gardner (dalam Amstrong 2002)
menjabarkan ke Sembilan kecerdasan tersebut, yaitu:
1. kecerdasan verbal - linguistik (berkembang dengan baik keterampilan
verbal dan kepekaan terhadap suara , arti dan irama kata-kata);
2. kecerdasan logis-matematis kecerdasan (kemampuan untuk berpikir
secara konseptual dan abstrak, dan kemampuan untuk membedakan pola
logis dan numerik);
3. kecerdasan visual - spasial (kemampuan untuk berpikir dalam gambar
dan gambar, untuk memvisualisasikan secara akurat dan abstrak);
4. kecerdasan kinestetik-jasmani (kemampuan untuk mengontrol gerakan
tubuh dan menangani benda terampil);
5. kecerdasan musik (kemampuan untuk menghasilkan dan menghargai
ritme , pitch dan kayu);

3
6. kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk mendeteksi dan merespon
dengan tepat terhadap suasana hati, motivasi dan keinginan orang lain);
7. kecerdasan intrapersonal (kapasitas untuk menjadi proses berpikir sadar
diri dan selaras dengan bagian dalam perasaan , nilai-nilai, dan
keyakinan);
8. kecerdasan naturalis (kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan
tanaman, hewan dan benda-benda lain di alam); dan
9. kecerdasan eksistensial (sensitivitas dan kapasitas untuk mengatasi
pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia seperti, Apa
arti hidup? Mengapa kita mati? Bagaimana kita sampai di sini?).

Salah satu kecerdasan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
kecerdasan visual – spasial. Suryadi (2006: 46), kecerdasan anak akan
meningkat sesuai dengan pertumbuhannya, salah satunya adalah picture
smart (kecerdasan visual – spasial). Kecerdasan visual – spasial adalah
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam
memvisualisasikan gambar di dalam pikiran seseorang, atau di mana anak
berpikir ddalam bentuk visualisasi dan gambaran untuk memecahkan suatu
masalah atau menemukan jawaban. Visual Spasial dianggap sebagai salah
satu faktor kecerdasan yang penting karena akan memberikan kebebasan
pada anak untuk mengekspresikan dirinya melalui visualisasinya untuk
menilai dan menggambarkan sebuah benda atau mungkin dapat dengan
mudah menemukan letak-letak benda yang hilang. Anak-anak dengan
kecerdasan visual – spasial yang tinggi cenderung akan berpikir secara
visual. Mereka kaya akan khayalan internal (internal imaginery) sehingga
cenderung imjinatif dan kreatif (Suryadi, 2006: 46).
Pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa apabila guru
menggunakan media pembelajaran. media pembelajaran akan sangat
membantu siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, media
pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang inngin disampaikan
dalam setiap mata pelajaran.memanfaatkan media pembelajaran yang
kreatif, inovatif dan variatif dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan
proses dan hasil belajar mereka, serta dapat meningkatkan berbagai
kecerdasan majemuk yang terdapat pada diri siswa.
Hal tersebut diperkuat oleh Yamin (2007: 201-203), yang
menyebutkan bahwa terdapat delapan manfaat media pembelajaran, yaitu:

4
1. penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan;
2. proses pembelajaran jadi lebih menarik;
3. proses belajar siswa lebih interaktif;
4. jumlah waktu mengajar dapat dikurangi;
5. kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan;
6. proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja;
7. sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan; dan
8. peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.

Setyosari dan Sikhabudden (dalam Asyhar, 2011: 46) menyatakan


bahwa berdasarkan ciri fisik, media pembelajaran terbagi menjadi empat
macam, yaitu media pembelajaran 2 dimensi, media pembelajaran 3
dimensi, media pandang diam, dan media gerak pandang. Salah satu inovasi
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran yaitu melalui pengembangan
media 3 dimensi.Dalam penelitian ini sendiri, nantinya peneliti akan
menggunakan media pembelajaran 3 dimensi. Media 3 dimensi menurut
Setyosari dan Sikhabudden (dalam Asyhar, 2011: 46) yaitu media yang
tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai
dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal.
Dengan adanya media 3 dimensi, akan melengkapi bahasa lisan dan
tulisan dalam kaitan menjelaskan suatu konsep, siswa diharapkan memiliki
kemampuan memaparkan lebih rinci dan dapat merasakan pengalaman
belajar langsung. Beberapa contoh media 3 dimensi antara lain adalah
model, prototipe, bola, kotak, meja, kursi, mobil, rumah, gunung, dan alam
sekitar. Dengan menggunakan media 3 dimensi dalam pembelajaran
khususnya IPS, diharapkan potensi kecerdasan visual spasial yang dimiliki
siswa menjadi semakin terasah.
Beberapa penelitian terkait telah dilakukan sebelumnya, yaituuntuk
meningkatan kecerdasan visual – spasial dengan media 3 dimensi, antara
lain dilakukan oleh:
Fitryani, Tasu’ah dan Adiarti pada tahun 2014 dengan judul penelitian
“Penggunaan Media Puzzle Tiga Dimensi UntukMeningkatkan Kecerdasan
Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi Deskriptif Kuantitatif Di Tk
Pgri 25Karangrejo Semarang).”Dari hasil penelitian mereka dapat

5
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada kecerdasan visual spasial
anak, terlihat dari hasil tes I dan tes II setelah diberi treatment.Hasil
persentase tes I sebesar 46% dan hasil dari tes II persentase sebesar
54%.Kemudian berdasarkan perhitungan hasil dari tes I dan tes II
menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan visual spasial sebesar 8%.

Risnawati dan Supriyono tahun 2013 meneliti tentang “Penggunaan Media


Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Di Sekolah Dasar.”Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa prosentase aktivitas guru mengalami
peningkatan sebesar 13,5% dari 74% pada siklus I menjadi 87,5% pada
siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 20%  dari 74% 
pada siklus I menjadi 94% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan pada siklus I  63% dan siklus II menjadi 89%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tiga dimensi
dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
kelas IIIC di SDN Manukan Kulon Tandes Surabaya.

Dari keberhasilan beberapa penelitian sebelumnya tentang


peningkatan kecerdasan visual – spasial dengan menggunakan media 3
dimensi, maka selanjutnya penelitian ini diberi judul “Peningkatan
Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia SD Melalui Pembelajaran IPS
Dengan Media 3 Dimensi.”

B. Rumusan Masalah
Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah
“Apakahpembelajaran IPS denganmedia 3 dimensi dapat meningkatkan
kecerdasan visual – spasial siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan
UPI?”
Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

6
1. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS dengan media 3
dimensi untuk meningkatkan kecerdasan visual – spasial siswa kelas IV
SD Laboratorium Percontohan UPI?
2. Bagaimana pembelajaran IPS dengan media 3 dimensi dapat
meningkatkan kecerdasan visual – spasial siswa kelas IV SD
Laboratorium Percontohan UPI?
3. Bagaimana guru merefleksikan pembelajaran IPS dengan media 3
dimensi untuk meningkatkan kecerdasan visual – spasial siswa kelas IV
SD Laboratorium Percontohan UPI?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui sejauh mana guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi dapat meningkatkan kecerdasan visual – spasial
siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI;
2. mengetahui sejauh mana peningkatan kecerdasan visual – spasial siswa
kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI dalam pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi;
3. mengetahui sejauh mana guru dapat merefleksikan pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi untuk meningkatkan kecerdasan visual – spasial
siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI.

D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
antara lain:
1. Manfaat secara teoritis
Dapat digunakan sebagai sarana dalam meningkatkan kecerdasan visual
– spasial siswa serta sebagai kontribusi atau sumbang pemikiran yang
dapat dijadikan kerangka acuan bagi pihak yang berkepentingan untuk
mendalami penelitian yang lebih lanjut.
2. Manfaat secara praktis

7
a. Bagi guru maupun pendidik lainnya sebagai suatu startegi yang
bisadipergunakan untuk meningkatkan kecerdasan visual - spasial.
b. Bagi siswa dapat bermanfaat untuk lebih meningkatkan motivasi
belajar mereka serta mendapatkan pengalaman belajar langsung,
sehingga dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bagi peneliti hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
buktiempiris tentang pembelajaran yang menggunakan media 3
dimensi dapat meningkatkan kecerdasan visual – spasial siswa,
nantinya juga dapatdipergunakan oleh berbagai pihak yang memiliki
kepentingan terkaitdengan penelitian ini.

II. KAJIAN TEORITIK


A. Kecerdasan Visual – Spasial
1. Pengertian Kecerdasan
Menurut Sefrina (2013:33); kecerdasan merupakan kemampuan
seseorang dalam menghasilkan suatu produk yang berguna bagi
dirinya dan orang lain. Kecerdasan senantiasa berkembang seiring
dengan berjalannya kehidupan seseorang.Gardner dalam Amstrong
(2013:6); menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan
kapasitas/kemampuan untuk (1) memecahkan masalah-masalah dan
(2) menciptakan produk-produk dan karya-karya dalam sebuah
konteks yang kaya serta keadaan yang naturalistik.Bandler dan
Grinder dalam Depotter (1999:39); kecerdasan merupakan ungkapan
dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar,
hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar
yang berperan dalam saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan
komunikasi.
Dakir (1993: 68) beranggapan bahwa seseorang dikatakan
cerdas kalau orang yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi
pikir, sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan
tepat.Artinya seseorang yang dapat menyelesaikan masalah dengan
cepat tetapi salah belumlah dapat dikatakan cerdas, begitu pula
sebaliknya.Schmidt (2003: 32) berpendapat bahwa kecerdasan

8
merupakan kumpulan kepingan kemampuan yang ada diberagam
bagian otak.Semua kepingan ini saling berhubungan, tetapi tidak
bekerja secara sendiri-sendiri,dan yang terpenting kepingan ini tidak
statis atau ditentukan sejak seseorang lahir.Kecerdasan dapat
berkembang sepanjang hidup, asal dibina dan ditingkatkan.
Pendapat senada diungkapkan oleh Amstrong (2003: 1) bahwa
hal terpenting bagi kita adalah menyadari dan mengembangkan
semua ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya.Kita
berbeda karena memiliki kecerdasan yang berlainan.Apabila
menyadari hal ini, setidaknya kita lebih mempunyai peluang
menangani berbagai masalah yang kita hadapi di dunia ini dengan
baik.
Dengan demikian, pendapat-pendapat para ahli di atas tentang
kecerdasan dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti ide yang kompleks, mampu beradaptasi
dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu belajar dari
pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam berbagai macam
situasi, serta mampu mengatasi hambatan menggunakan pikirannya.

2. Pengertian Kecerdasan Visual – Spasial


Gardner dalam Jasmine (2012: 21) mengungkapkan bahwa
kecerdasan visual – spasial adalah kemampuan untuk membentuk
dan menggunakan model mental.Orang yang memiliki kecerdasan
jenis ini cenderung berpikir dalam atau cenderung mudah belajar
melalui sajian-sajian visual dan mereka gemar menggambar, melukis
atau mengukir gagasan-gagasan yang ada di kepala dan sering
menyajikan suasana serta perasaan hatinya melalui seni. Mereka
juga sangat bagus dalam membaca peta dan diagram dan begitu
menikmati upaya memecahkan jejaring yang ruwet serta menyusun
atau memasang jigsaw puzzle.
Pendapat tentang kecerdasan visual – spasial juga diungkapkan
oleh Yaumi dan Ibrahim (2013: 83), mereka mengungkapka bahwa
kecerdasan visual – spasial adalah kemampuan untuk memahami

9
gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk
menginterpretasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Kecerdasan
spasial sebagian besar tergantung pada kemampuan untuk
menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek, merupakan
kemampuan untuk memikirkan bentuk.Hal ini memungkinkan
seseorang untuk mengetahui di mana dia berada dan kemampuan
untuk memotret dunia.
Olivia (2009:82); kecerdasan visual spasial adalah kemampuan
berpikir menggunakan visual atau gambar dan membayangkan
dalam pikiran dalam bentuk dua tiga dimensi.
Menurut Gardner dalam Musfiroh (2008:4.3); kecerdasanvisual
spasial atau kecerdasan pandang-ruang didefinisikan
sebagaikemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat
sertamentransformasikan persepsi dunia visual-spaial tersebut
dalamberbagai bentuk.
Safaria (2010:18); kecerdasan visual spasial akanmenunjukkan
kemampuan anak dalam memahami persfektif ruangdan dimensi.
Anak yang memiliki kelebihan dalam intelegensidimensi-ruang akan
lebih cepat memahami bentuk-bentuk dimensiruang, seperti bentuk-
bentuk rumah, bangunan, ruangan, dandekorasi. Mereka berpikir
dalam bentuk visualisasi dangambar.Anak-anak ini juga mampu
memahami bentuk tigadimensi, lebih mampu melihat bentuk gambar
daripada kata-kata,dan memahami bagaimana memanipulasi dimensi
ruang menjadikarya yang bernilai.
Kecerdasan Visual – spasial adalah kapasitas untuk mengenali
dan melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima
otak (Prasetyo dan Andriani, 2009: 57). Seseorang dengan
kecerdasan visual – spasial yang berkembang dengan baik akan
mempunyai kapasistas mengelola gambar, bentuk dan ruang tiga
dimensi dengan aktivitas utama mengenali bentuk, warna dan ruang
serta menciptakan gambar secara mental maupun realistis. Menurut
Prasetyo dan Andriani (2009: 57-58) menjabarkan hal-hal yang

10
dapat kita lakukan dengan kecerdasan visual – spasial yang baik,
yaitu:
a) membayangkan dan mengenali suatu objek dan bentuk yang baru
dilihat;
b) membuat desain barang dan ruangan dalam suatu bentuk tertentu;
c) memliki kapasitas membuat sketsa, menggambar dan melukis;
d) menggunakan gambaran suatu objek tertentu untuk berpikir;
e) mengenal suatu lokasi dan tempat tertentu, jalan masuk, dan jalan
keluarnya;
f) mengubah gambaran suatu objek atau pola tertentu melalui
mental;
g) membuat peta, grafik, diagram, serta bagan alir (flow chart);
h) memiliki keahlian seni lainnya, seperti memahat patung, seni ukir
dan seni cipta lainnya;
i) mempunyai imajinasi yang baik, termasuk terhadap gambar tiga
dimensi; dan
j) menampilkan suatu rencana masa depan secara visualisasi
ataupun gambaran nyata.

Dari beberapa definisi tentang kecerdasan visual – spasial di


atas, maka dapat dirumuskan bahwa kecerdasan visual – spasial
adalah kemampuan seseorang dalam menggambarkan bentuk, pola,
gambar, ataupun ruang baik dalam perspektif dua dimensi maupun
tiga dimensi di dalam pikirannya, dengan kata lain secara mental
serta dapat diwujudkan menjadi karya-karya yang bernilai seperti
gambar, lukisan, patung, sketsa dan bentuk-bentuk dua atau tiga
dimensi lainnya.

3. Karakteristik Kecerdasan Visual – Spasial


Kecerdasan visual – spasial biasanya dikaji secara bersama-
sama dalam hubungannya dengan pandangan, meskipun penentuan
kemampuan spasial dan ketajaman visual sangat berbeda-beda
(Yaumi dan Ibrahim, 2013: 84). Maka dari itu Yaumi dan Ibrahim
merumuskan karakteristik kecerdasan visual – spasial sebagai
berikut:
a) selalu menggambarkan ide-ide yang menarik;
b) senang mengatur dan menata ruang;
c) senang menciptakan seni dengan media yang bermacam-macam;

11
d) menggunakan graphic organizer sangat membantu dalam belajar
dan mengingat sesuatu;
e) puas ketika memperlihatkan kemampuan seni;
f) senang menggunakan spreadsheet ketika membuat grafik,
diagram dan tabel;
g) menyukai teka-teki tiga dimensi;
h) music video memberikan motivasi dan inspirasi dalam belajar dan
bekerja;
i) dapat mengingat kembali berbagai peristiwa melalui gambar-
gambar; dan
j) sangat mahir dalam membaca peta dan denah.
Sefrina (2013:59); anak dengan kecerdasan visual
spasialmenonjol memiliki ciri yang berhubungan dengan gambar
danruang, oleh karena itu kadang disebut dengan anak dengan
cerdasgambar.Ciri pertama yang mudah diamati adalah anak sering
kalidapat menceritakan objek/benda yang ditemuinya dengan
sangatmendetail, mulai dari bentuk, warna, ukuran hingga bagian-
bagiandari objek tersebut.
Terdapat 3 ciri anak yang memiliki kecerdasan visual – spasial
menurut Sugiarto (2011: 24), yaitu:
a) menyukai bidang seni rupa (lukisan, patung dan sebagainya);
b) dapat mengembangkan gambaran dalam sesuatu ruang dari
beberapa sudut yang berbeda; dan
c) menyukai bacaan yang penuh oleh gambar-gambar berwarna.
Menurut Gunawan (2003: 123) menjabarkan karakteristik anak
yang kecerdasan visual – spasialnya berkembang dengan baik
sebagai berikut:
a) belajar dengan cara melihat dan mengamati.
b) mengenali wajah, objek, bentuk dan warna;
c) mampu mengenali suatu lokasi dan mencari jalan keluar;
d) mengamati dan membentuk gambaran mental, berpikir dengan
menggunakan gambar;
e) menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat;
f) senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual;
g) suka mencoret-coret, menggambar, melukis, dan membuat patung;
h) suka menyusun dan membangun permainan tiga dimensi.
i) mampu secara mental mengubah bentuk suatu objek;
j) mempunyai kemampuan imajinasi yang baik.
Berdasarkan beberapa rumusan karakteristik kecerdasan visual -
spasial yang dijabarkan oleh para ahli tersebut, maka dapat

12
dirumuskan bahwa kecerdasan visual – spasial memiliki ciri khusus
yang menonjol pada diri seseorang, diantaranya: (1) gagasan-
gagasan yang dikeluarkan menarik; (2) udah mengenali bentuk,
wajah, warna, ataupun gambar; (3) mudah menghapal lokasi atau
tempat: (4) berpikir secara mendalam atau kuat dalam gambaran
mentalnya; (5) dapat menciptakan karya-karya yang berhubungan
dengan seni rupa atau lukis; dan (6) mudah untuk membentuk suatu
gambar atau bentuk dengan sudut pandang 3 dimensi.

4. Pengembangan Kecerdasan Visual – Spasial


Sebagai guru dan orang tua, kita wajib untuk selalu
meninjaklanjuti apapun kecerdasan yang dimiliki oleh siswa atau
anak.Jika anak sudah mulai menunjukkan salah satu atau beberapa
karakteristik kecerdasan visual – spasial seperti yang telah
dijabarkan sebelumnya, maka kita dapat terus
meningkatkannya.Guru dan orang tua dapat memberikan beberapa
aktivitas penunjang perkembangan kecerdasan visual spasial seperti
yang dijabarkan oleh Yaumi (2012: 91) berikut ini:
a) membuat ptongan kertas berwarna-warni;
b) mewarnai gambar (bagi anak usia dini);
c) membuat sketsa;
d) membuat visualisasi;
e) pemetaan ide;
f) merancang brosur;
g) membuat label;
h) membuat peta;
i) membuat diagram;
j) menyunting, memotret atau mengambil gambar;
k) membuat karya seni;
l) mewarnai gambar;
m)membuat pola; dan
n) mengecat, melukis, membuat ukiran
Gardner (1993) menulis tentang proses mengajarkan kecerdasan
dan upaya itu perlu dimulai dari reorganisasi sistem sekolah (dalam
Jasmine, 2012: 63-64). Menurut Gardner, sekolah adalah tempat
ideal dimana setiap siswa merasa bahwa kecerdasannya diakui dan di
mana capaian mereka dinilai (dievaluasi) dalam konteks kecerdasan

13
yang sama. Apabila siswa tidak juga menunjukkan salah satu dari
karakteristik kecerdasan visual – spasial, maka di sinilah peran guru
untuk membantu dalam memperkenalkan kecerdasan visual – spasial
kepada mereka.Gardner dalam Jasmine (2012: 97-98) menyebutkan
bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah dengan
membuat kelas sebagai tempat yang nyaman bagi siswa, di mana
kelas dapat berbicara banyak mengenai kecerdasan mereka sendiri
serta betapa mudah mereka mendapatkan informasi yang terus
bertambah, semakin luas dan semaki kaya dari dalam kelas.
Kedua, tempatkan sebuah “pusat seni” di satu sudut kelas
sehingga siswa dapat memberi ilustrasi pada puisi mereka, membuat
dekorasi pada portofolionya, menggambar, melukis, mengecat dan
berkreasi dengan tanah liat (misalnya).Bentangkan peta dan
pajanglah globe kemudian siswa diminta membuat ulasannya
berdasarkan tinjauan terhadap lingkungan kelas mereka (Jasmine,
2012: 100).
Ketiga, berilah pengalaman di luar kelas kepada siswa.Jasmine
(2012: 108-111) mengungkapkan bahwa “dunia seorang anak harus
lebih luas daripada yang dijumpai di dalam empat dinding kelas, tak
peduli seberapa kaya lingkungan kelas yang berhasil anda ciptakan.”
Ajaklah siswa berkunjung ke museum, dan sebagai pengendali
pengalaman luar kelas tersebut guru dapat memberikan kuisioner
seperti “gambar apa yang menjadi favorit kalian di museum?, apakah
kalian ingin menggambar sesuatu setelah melihat gambar di
museum?” dan pertanyaan lain yang berhubungan.

5. Media Pembelajaran 3 Dimensi


a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin, yang bentuk tunggalnya adalah
medium.Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
(Criticos dalam Daryanto, 2012: 4). Heinich et. al., Ibrahim dan

14
Ibrahim et. al. (dalam Daryanto, 2012: 4) mendefinisikan medium
sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima. Daryanto (2012: 4) menyimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam
proses pembelajaran.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Gerlach
& Ely dalam Arsyad, 2013: 3).Dalam konteks ini, guru, nuku teks,
dan lingkungan sekolah merupakan media untuk belajar.Arsyad
(2014: 3) meringkas definisi media sebagai alat yang menyampaikan
atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Menurut Rusman dalam Fadillah (2012:206);
menyebutkanbahwa yang dinamakan media adalah segala sesuatu
yang dapatdigunakan untuk menyalurkan pesan (materi
pembelajaran),merangsang pikiran, segala sesuatu yang dapat
digunakan untukmenyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dankemampuan siswa sehingga dapat mendorong
prosespembelajaran.
Dari beberapa pengertian media yang dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara penyampai
pesan dalam pembelajaran yang berguna untuk menarik perhatian,
melatih keterampilan, dan kemampuan siswa serta sebagai
penunjang proses pembelajaran bermakna.

b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran


Media sangat diperlukan dalam pembelajaran, guna
memperlancar proses komunikasi pembelajaran. Melalui media,
pembelajaran akan lebih terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.
Menurut Kemp dan Dayton dalam Fadlillah (2012: 207-208);
diantara manfaat media dalam pembelajaran adalah :

15
1) penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan;
2) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;
3) pembelajaran menjadi lebih interaktif;
4) jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi;
5) kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan;
6) proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja;
7) sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; dan
8) peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif danproduktif.

Menurut Sudjana dan Rivai dalam Arsyad


(2013:28);mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajarsiswa, yaitu:
1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar;
2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran;
3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; dan
4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,memerankan dan
lain-lain.

Daryanto (2012: 5) menjabarkan bahwa media harus bermanfaat


sebagai berikut:
1) meperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;
2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera;
3) menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara
peserta didik dan sumber belajar;
4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya;
5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman,
dan menimbulkan persepsi yang sama;
6) proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi,
yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

16
Berdasarkan penjabaran mengenai manfaat media tersebut dapat
dirumuskan bahwa pemanfaatan media yang baik serta memadai,
diharapkan dapat merangsangpikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sehingga proses pembelajaran dapatberjalan dengan baik dan
menggairahkan. Verbalisme mungkin saja akan munculketika
pembelajaran tanpa menggunakan media. Namun, dengan
menggunakanmedia unsur verbalisme dapat dikurangi bahkan
dihilangkan. Mengurangi ataumenghilangkan unsur verbalisme,
maka siswa akan diberikan pengertian dankonsep yang sebenarnya
secara realistis dan teliti, serta memberi pengalamanmenyeluruh
yang pada akhirnya memberi pengertian yang konkret.

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Menurut Rudi Brets dalam buku Media Pembelajaran (2008: 52)
membagi media berdasarkan indera yang terlibat yaitu :
1) Media audio
Media audio yaitu media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara
semata.Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini
menerima pesan verbal dan non- verbal.Pesan verbal audio
yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan non-verbal audio
adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan,
gumam, musik, dan lain-lain.
2) Media visual
Media visual yaitu media yang hanya melibatkan indera
penglihatan.termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-
verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama,
media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan
verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual
non-verbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan non-
verbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis
, seperti gambar (sketsa, lukisan dan foto), grafik, diagram,
bagan, dan peta. Ketiga, media visual non-verbal tiga dimensi

17
adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model,
seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama.
3) Media audio visual
Media audio visual yaitu media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat
pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan
verbal dan non-verbal yang terdengar layaknya media visual
juga pesan verbal yang terdengar layaknya media audio diatas.
Pesan visual yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan
melalui program audio visual seperti film dokumenter, film
drama, dan lain-lain

Menurut Fadlillah (2012: 211-212); membagi mediakedalam


beberapa kelompok yaitu:
1) Media Audio, yaitu sebuah media pembelajaran yang
mengandung pesandalam bentuk auditif (pendengaran), serta
hanyamengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan
kaset.
2) Media Visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan.
3) Media Audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar.
Selanjutnya Fadlillah (2012: 214-217); juga membagimedia
kedalam 2 kelompok yaitu :
1) Media Lingkungan, yaitu dimana anak-anak di dalam proses
pembelajarandikenalkan atau dibawa ke suatu tempat yang
dapatmemepengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
2) Media Permainan, yaitu media yang sangat disukai oleh anak-
anak.Permainan adalah suatu benda yang dapat digunakanpeserta
didik sebagai sarana bermain dalam rangkamengembangakan
kreativitas dan segala potensi yang dimilikianak. Media
permainan dapat berupa puzzle, ayunan, dakon,papan flanel, dan
lain sebagainya.

18
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan media 3
dimensi untuk menunjang proses pembelajaran. Media 3 dimensi
termasuk ke dalam salah satu media visual, karena media 3 dimensi
berwujud benda asli, baik hidup maupun mati dan dapat pula
berwujud benda tiruan yang mewakili bentuk aslinya.

d. Media 3 Dimensi
Daryanto (2012: 29) mendefinisikan media 3 dimensi ialah
sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual
tiga dimensional.Media 3 dimensi mewakili benda asli atau rupa asli
dari suatu benda.Media 3 dimensi yang dapat diproduksi dengan
mudah, tergolong sederhana dalam penggunaan dan
pemanfaatannya.Benda asli terkadang sulit untuk dibawa ke kelas
atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana
benda itu berada maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai
media pembelajaran yang efektif.
Menurut Ashar (2102: 47) media 3 dimensi memiliki arti sebuah
media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja
dan mempunyai dimensi panjang, lebar, tinggi/tebal, kebanyakan
merupakan objek sesungguhnya (real object).
Moedjiono dalam Daryanto (2012: 29) mengatakan bahwa
media sederhana 3 dimensi memiliki kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Kelebihannya antara lain:
1) memberikan pengalaman secara langsung;
2) menyajikan secara konkret dan menghindari verbalisme;
3) dapat menunjukkan objek secara utuh, baik konstruksi maupun
cara kerjanya;
4) dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas; dan
5) dapat menunjukkan alur proses secara jelas.
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1) tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar;
2) penyimpanannya memerlukan ruang yang besar; dan

19
3) perawatannya rumit.
Walaupun demikian, media 3 dimensi merupakan media yang
dapat menarik perhatian siswa, meningkatkan aktivitas dan
keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa media 3 dimensi adalah perantara pesan
pembelajaran yang dibuat dengan tujuan dapat mewakili bentuk/rupa
dari benda aslinya.Pembelajaran yang menggunakan media 3
dimensi diharapkan dapat lebih menarik perhatian belajar siswa serta
dapat lebih berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

III. METODOLOGI PNELITIAN


A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SD Laboratorium Percontohan UPI
yang terletak di Jl. Senjaya Guru No. 3 Kampus UPI, Bandung Jawa
Barat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Laboratorium
Percontohan UPI, dimana kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan
kelas IV B sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
eksperimen kuasi. Ali (2011:284) mengemukakan studi kuasi-
eksperimental adalah studi eksperimen, hanya saja dalam pelaksanaan
studi itu terdapat kendala pemenuhan kriteria terkait dengan pemilihan
subjek sampel secara random dan penugasan subjek secara random
karena dalam riset melibatkan manusia, seperti dalam riset prilaku dan
sosial.
Creswell (2008: 299) juga mengemukakan pendapatnya bahwa
penelitian eksperimen dilakukan ketika anda ingin membangun
kemungkinan penyebab dan akibat antara variabel bebas dan
terikat.dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi dan variabel terikatnya adalah kecerdasan visual
– spasial siswa.

20
Desain metode eksperimen kuasi bentuknonequivalent groups
pretest-posttets design ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Nonequivalent Groups Pretest-Posttets Design


(Fraenkel and Wallen, 2007: 278)

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian metode eksperimen kuasi bentuk


nonequivalent groups pretest-posttets designakan dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
a) Melakukan studi pendahuluan dengan cara analisis kurikulum dan
telaah pustaka untuk menyusun skenario pembelajaran membaca
kritis.
b) Merancang skenario pembelajaran.
c) Menyusun alat pengumpul data berupa tes.
d) Melakukan uji coba alat pengumpul data setelah dilakukan
judgement.
e) Mengolah data hasil uji coba soal tes kemudian melakukan revisi
dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan
data.
2) Tahap pelaksanaan
a) Memberikan pretes (sebagai observasi awal) kepada seluruh
subjek penelitian untuk mengetahui kecerdasan visual - spasial
siswa.
b) Melaksanakan pembelajaran IPS dengan media 3 dimensi, Setelah
tahap pelaksanaan pretes dilakukan, pada tes kecerdasan visual -

21
spasial, peneliti meneruskan penelitian dengan tahap
berikutnyayaitu memberikan posttes (sebagai observasi akhir)
kepada seluruh subjekpenelitian untuk mengetahui kecerdasan
visual - spasialsiswa setelah dilaksanakan pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi.
3) Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap ini mencakup analisis data hasil penelitian yang meliputi
pengujiansecara manual. Untuk memperkuat kesimpulan yang dibuat
maka dilakukanpenghitungan indeks gain dan untuk uji hipotesis
menggunakan uji-t dari nilai pretes dan posttes.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1) Populasi
Menentukan populasi merupakan langkah yang penting dalam
melakukan penelitan. Menurut Arikunto (2008: 130) “Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Sementara itu, menurut Sugiyono
(2009: 115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi
populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Laboratorium
Percontohan UPI Bandung yang terdiri dari 2 yaitu kelas IVA dan kelas
IVB tahun ajaran 2014/2015.

2) Sampel

Penentuan sampel penelitian penting guna mendapatkan data. Oleh


sebab itu, dibutuhkan suatu obyek penelitian yang telah ditentukan
populasi dari obyek yang akan diteliti. Langkah selanjutnya yaitu
mencari sampel yang bertujuan memudahkan dalam meneliti objek
penselitian. Menurut Sugiyono (2008: 118), yang dimaksud sampel

22
adalah “bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tertentu.”
Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam penelitian sampel
yang digunakan yaitu20 orang siswa kelas IVA sebagai kelas
eksperimen dan 20 orang siswa kelas IVB sebagai kelas kontrol
Pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik random
sampling.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan interpretasi, berikut diuraikan definisi
oprasional yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian yang
dikembangkan.
1) Kecerdasan Visual – Spasial adalah kapasistas mengelola gambar,
bentuk dan ruang tiga dimensi dengan aktivitas utama mengenali
bentuk, warna dan ruang serta menciptakan gambar secara mental
maupun realistis
2) Media 3 Dimensi yang dimaksud adalah alat pengantar pesan
pembelajaran yang menyerupai aslinya yang nantinya dapat siswa
buat sendiri setelah melihat contoh dari guru.

F. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapat data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan
yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
1) Teknik Tes
Teknik tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes
(Widoyoko, 2012: 57). Dalam penelitian ini, data didapat dengan cara
pemberian tes. Tes digunakan untuk mengetahui kecerdasan visual –
spasial siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan media 3
dimensi mencakup pretes yang dilakukan untuk mengetahui

23
kecerdasan visual – spasial siswa sebelum perlakuan, dan posttes yang
dilakukan untuk mengetahui kecerdasan visual – spasial siswa setelah
mendapatkan perlakuan.
Setelah data diperoleh, pretes petemuan pertama diolah.Kemudian
pretes dibandingkan dengan posttes pertemuan pertama. Hal tersebut
akan dilakukan hal yang sama pada pertemuan kedua. Setelah data
didapat dari perbandingan pertama dan kedua maka dapat dilihat
peningkatan kecerdasan visual – spasial siswa dalam pembelajaran
IPS dengan media 3 dimensi. Hasil peningkatan didasarkan pada t
hitung daripada t tabel dari pertemuan pertama dan kedua.
2) Observasi
Obeservasi dilakukan pada saat pembelajaran IPS dengan media 3
dimensi. Tahapan pengamatan meliputi sebagai berikut; (1) tahapan
awal berupa penyusunan aspek-aspek yang akan dinilai pada saat
observasi. (2) tahapan pelaksanaan mengobsevasi pembelajaran IPS
dengan media 3 dimensi (3) menyimpulkan hasil observasi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengolah data hasil
penelitian guna memperoleh suatu simpulan. Adapun uji persyaratan
analisis adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

1) Uji normalitas data


Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menentukan skor terbesar dan terkecil yang dilanjutkan dengan
rentangan (R) dengan rumus : R = Skor terbesar –skor terkecil
b) Menentukan kelas interval, BK = 1+3,3 Log n
R
I ==
c) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus : Bk

24
X=
∑ fx1
d) Menentukan rata-rata dengan rumus : n
e) Menentukan simpangan baku dengan rumus :
2
n ∑ x1−( ∑ fx 1 )
S=|
n ( n−1 )
f) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
(1) Menentukan batas kelas, skor kiri kelas interval dikurangi 0,5
dan skor kanan kelas ditambah 0,5
Bk−x
Z=
(2) Mencari Z skor, s
(3) Dengan kriteria pada taraf signifikan 0,05 data normal apabila
x 2 hitung ¿ x 2 table. Apabila data x 2 hitung ¿ x 2 table maka
data tersebut tidak normal.

2) Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah varians
sampel yang digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
a) Cari F hitung dengan menggunakan rumus : F=
variansterbesar
variansterkecil
b) Menetapkan taraf signifikansi (α)
c) Menghitung F table dengan rumus :F table = setengah alfa (dk
varians terbesar-1, dk varians terkecil-1)

Dengan menggunakan table F maka didapat


Ftabel

d) Menentukan kriteria pengujian


H 0 yaitu :

Jika F Hitung ¿
FTabel , maka H 0 , diterima (homogen)

25
Dalam penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan
bantuan software SPSS versi 18. Interpretasi dilakukan dengan
memilih salah satu statistik yaitu statistik yang didasarkan pada rata-
rata (Based on Mean). Untuk menetapkan suatu data homogen atau
tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :
(1) Menentukan taraf signifikansi uji (α = 0,05).
(2) Membandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang
diperoleh.
(3) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka variansi setiap
sampel sama (homogen).
(4) Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α, maka variansi setiap
sampel sama (homogen).

26

You might also like