You are on page 1of 6

Kesejahteraan Spiritual Pasien Hemodialisa /CKD

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Caring dan Spiritual

Disusun oleh:

FETI SYAPTIAH / 30120120012k

RINDA NOVITA W/ 30120120015k

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2021
KESEJAHTERAAN SPIRITUAL PASIEN HEMODIALISA /CKD

Feti Syaptiah, Rinda Novita W


(rindanovita88@gmail.com),

PENDAHULUAN

Gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal tahap akhir sehingga memerlukan terapi
pengganti ginjal terus-menerus atau disebut dengan terapi hemodialisis (Smeltzer & Bare,
2001). Kondisi pasien dengan hemodialisis akan memicu perubahan sosial yang akan berdampak
pada kualitas hidup pasien yang menimbulkan ketidakseimbangan biologis, psikologi, sosial dan
spiritual. Permasalahan spiritual yang bisa dialami pasien antara lain menyalahkan Tuhan,
menolak beribadah, beribadah tidak sesuai ketentuan, gangguan dalam beribadah, distress
spiritual. Hal ini berefek dari ketidak terpenuhinya kebutuhan spiritual pada pasien CKD yang
tidak mempunyai kepercayaan dan keyakinan bisa mengalami keputusasaan karena tidak
mengetahui tujuan hidupnya dan dapat juga seseorang akan jauh lebih rentan terhadap depresi,
stres, mudah gelisah, kehilangan motivasi yang mungkin membuat seseorang merasa sendiri dan
terisolasi dari orang lain (Potter and Perry, 2010).

Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik menjadi sangat penting
yang secara positif dapat digunakan untuk menurunkan penderitaan dan membantu
penyembuhan fisik dan mental. Banyak pasien yang memiliki kebutuhan spiritual yang dapat
dipertahankan oleh perawat untuk membantu pasien mencapai dan mempertahankan perasaan
kesejahteraan spiritual, sembuh dari penyakit, dan menghadapi kematian dengan tenang. Dan
Salah satu upaya penyembuhan (Rusa, Peripato, Cristina, Pavarini, & Zazzetta, 2014). Iman dan
kepercayaan kepada Tuhan digunakan oleh pasien untuk menghadapi kematian dan menerima
dialisis. Pasien menjelaskan bahwa spiritualitas merupakan pegangan dalam menjalani hidupnya.
Iman dan religius penting dalam penyesuaian pasien penyakit ginjal kronis, membantu pasien
dalam menghadapi kenyataan dan menghadapi keterasingan yang dialaminya (Lucchetti,
Camargo, Almeida, & Lamas, 2009).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian secara signifikan lebih rendah
pada orang-orang yang menghadiri acara keagamaan. 39 dari 52 penelitian yang meneliti tingkat
spiritualitas dan kematian pada berbagai populasi pasien, menyatakan pasien yang lebih religius
bertahan hidup lebih lama (Liana, 2015). Dengan demikian, maka kesejahtraan spiritual pada
pasien hemodialisa harus diperhatikan.

PEMBAHASAN

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan
prevalensi dan morbiditas gagal ginjal yang semakin meningkat, prognosis yang buruk. Gagal
ginjal kronik merupakan penyakit terminal yang mempengaruhi kualitas hidup pasien termasuk
masalah spiritualitas. Seseorang dengan penyakit kronis sering menganggap dirinya berbeda
dengan orang lain dan mulai merasakan kesepian yang mendalam. Pasien dengan penyakit kronis
cenderung merasa cemas terhadap penyakit yang dialaminya, mereka mulai membatasi
hubungan dan aktifitas sosial sehingga menimbulkan harga diri yang rendah dan perasaan negatif
terhadap diri sendiri.

Agama dan spiritualitas dianggap sebagai sumber penting untuk mengatasi kejadian
kehidupan yang penuh tekanan. Religiositas dan spiritualitas adalah dimensi kesejahteraan yang
penting dan mengatasi penyakit. Tingkat kepercayaan agama dan aktivitas keagamaan yang
tinggi, menyebabkan berkurangnya ketakutan akan kematian. Dalam hal ini sebuah penelitian
menyebutkan bahwa sholat sebagai aktivitas spiritual untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutan akan kematian disebabkan percepatan penyembuhan. Kebutuhan spriritual dipahami
oleh pasien GGK yang menjalani Hemodialisis sebagai kebutuhan yang penting terkait dengan
ibadah antara manusia dengan Tuhan seperti shalat, berdo’a, mendekatkan diri kepada Tuhan hal
ini sejalan dengan pendapat (Hawari, 2002) yang mengungkapkan bahwa spiritualitas
mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen
(medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan menolong orang yang membutuhkan, dzikir,
melakukan ibadah lebih banyak dan lebih khusyuk.

Empat tema spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
yaitu:

1) Mendekatkan diri kepada Tuhan seperti rajin beribadah, memperdalam ilmu agama, dan
memperbaiki kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
2) Dukungan dari orang terdekat, seperti dukungan dari keluarga, pasangan hidup, dan
teman-teman terdekat.
3) Mempunyai harapan besar untuk sembuh, seperti mencoba pengobatan non medis, yakin
dengan mukjizat dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan.
4) Menerima dengan ikhlas penyakit yang diderita, seperti menerima penyakit sebagai
bagian dari cobaan dari Tuhan.

Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa menggunakan


pendekatan spiritualitas sebagai koping untuk menghadapi penyakit terminal yang dideritanya

Kesejahteraan spiritual meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi suatu penyakit


dan mempercepat pemulihan. Konsep kesejahteraan spiritual diukur melalui bagaimana Individu
secara subjektif memahami kepercayaan mereka, berpengalaman ketika pasien menemukan
tujuan yang membenarkan melakukan sesuatu dalam hidup. Kesejahteraan mental dan spiritual
pasien hemodialisa mempunyai peran yang sangat penting sebagai faktor yang mempengaruhi
relaksasi mental dan mengurangi ketegangan penyakit yang akan berpengaruh juga terhadap
kualitas tidur pasien.

Pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup, dan
meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi kesehatan yang tidak mendukung
juga dapat menurunkan penderitaan dan membantu penyembuhan fisik dan mental. Pasien
mengungkapkan bahwa kebutuhan spiritualnya adalah kebutuhan akan makna hidup, tujuan dan
harapan, hubungan dengan Tuhan, latihan spiritual, kewajiban agama, hubungan dengan orang
lain, dan hubungan dengan perawat (Sudoyo, 2014).

Untuk itu perlu dilakukan pendekatan secara spiritual dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis baik dari keluarga maupun tenaga medis
yang mendampingi pasien dalam menjalani proses hemodialisis. Pola normal spiritual sangat erat
hubungannya dengan kesehatan, Karena dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk
perilaku adaptif ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri.
PENUTUP

Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan


medium sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya. kesejahteraan spiritual dapat
meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi suatu penyakit dan mempercepat pemulihan
serta mengurangi kecemasan dan ketegangan penyakit yang berpengaruh juga terhadap kualitas
tidur pasien. Kebutuhan spiritual pasien yang menjalani hemodialisa meliputi menguatkan
hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Pemenuhan aspek spiritualitas dan
kebutuhan spiritual pada pasien gagal ginjal kronik penting sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan
kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi kesehatan yang tidak mendukung serta
mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian dengan aktivitas spiritual seperti sholat dan
doa.

DAFTAR PUSTAKA

Lucchetti, G., Camargo, L. G., Almeida, D., & Lamas, A. (2009). Spirituality for Dialysis
Patients : Should the Nephrologist Address ? J Bras Nefrol, 32(1), 126–130.

Liana, N. (2019). Hubungan Spiritualitas Terhadap Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney
Disease (Ckd) Yang Menjalani Hemodialisis The Relationship Between Spirituality And Quality
Of Life In Patients With Chronic Kidney Disease (Ckd) Undergoing Hemodialysis

Rusa, S. G., Peripato, G. I., Cristina, S., Pavarini, I., & Zazzetta, M. S. (2014). Quality of
Life/Spirituality,Religion and Personal Beliefs of Adult and Elderly Chronic Kidney Patients
Under Hemodialysis, 22(6). https://doi.org/10.1590/0104- 1169.3595.2495

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 2, Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014

Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi 6. Jakarta : EGC
Profil singkat

Feti Syaptiah anak kelima terlahir keluarga dari lima bersaudara, tempat tanggal lahir Bandung
tangal 30 Agustus 1988, menempuh Pendidikan DIII Keperawatan di Stikes Budi Luhur Cimahi
tahun 2010. Berkerja di RSUD Cililin sejak tahun 2015 sampai sekarang di Unit Hemodialisa.

Rinda Novita Widyanti anak ke satu dari tiga bersaudara, tempat tanggal lahir Bogor tanggal 01
November 1988, menempuh Pendidikan DIII Keperawatan di Poltekes TNI-AU Ciumbuleuit
2009. Berkerja di RSUD Cililin sejak tahun 2013 sampai sekarang di Unit Hemodialisa.

You might also like