You are on page 1of 13

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Buah Kapal

Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Laut


Berdasarkan Pasal 395 Kuh Dagang
(Analisis Yuridis Putusan No.614 K/Pdt.Sus-PHI/2013)

Tata Heru Prabawa, Januar Agung Saputra

Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini menguraikan, pertama : Bagaimana pengaturan perjanjian kerja
laut antara pengusaha kapal dengan dengan anak buah kapal menurut Pasal 395 KUH
Dagang dan peraturan perundang-undangan? Kedua : Bagaimana perlindungan hukum
perjanjian kerja laut terhadap anak buah kapal menurut KUH Dagang dan peraturan
perundang-undangan?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
metode penelitian yuridis normatif yang berdasarkan pada bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian sebagai berikut, pertama :
Bahwa dalam Pasal 395 KUH Dagang telah ditentukan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan perjanjian kerja laut, yaitu akan bekerja sebagai sebagai anak
buah kapal, perwira kapal atau sebagai nahkoda kapal. Kedua : Perlindungan hukum
terhadap anak buah kapal dalam perjanjian kerja laut, pelaksanannya harus dibuat secara
tertulis dan dibuat oleh atau di hadapan syahbandar sebagai pejabat yang berwenang
mengesahkan perjanjian kerja laut.
Kata Kunci : Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja Laut, Anak Buah Kapal

ABSTRACT

The purpose of this study outlines, first: How is the arrangement of sea work agreements
between shipbuilding entrepreneur and ship crews according to Article 395 of the KUH
Dagang and legislation? Second: How is the legal protection of sea labor agreements
against the crew of ships according to the KUH Dagang and the laws and regulations? The
research method used in this study is a normative juridical research method based on
primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. The results
of the study as follows, first: That in Article 395 of the KUH Dagang has determined the type
of work that will be done in the implementation of sea labor agreements, in office will work
as a crew member, ship officer or as a ship captain. Second: Legal protection of the crew in
the sea labor agreement, the implementation must be made in writing and made by or in the
presence of the Harbourmaster as the official authorized to ratify the sea labor agreement.
Keywords: Employment Agreement, Sea Labor Agreement, Crew
22

A. Latar Belakang Masalah (3) Undang Undang Dasar 1945,


Dalam Kitab Undang- yang menyatakan : “Negara
Undang Hukum Perdata (KUH Indonesia adalah Negara Hukum”.
Perdata), masalah perjanjian kerja Negara hukum (rechstaat) adalah
diatur dalam Buku III KUH negara yang bertujuan untuk
Perdata. Pengaturan tersebut menyelenggarakan ketertiban
diatur dalam Pasal 1601a KUH hukum, yakni tata tertib yang
Perdata yang menyebutkan : berdasarkan hukum. Sehingga
“Perjanjian kerja adalah suatu dapat disimpulkan bahwa hukum
perjanjian dimana pihak yang satu adalah alat untuk ketertiban
buruh, mengikatkan diri untuk bernegara dan alat untuk
bekerja pada pihak yang lainnya menciptakan keadilan dalam
majikan, selama waktu tertentu kehidupan berkelompok di negara
dengan menerima upah”.1 Indonesia yang merupakan negara
Masalah perjanjian kerja juga hukum.6
diatur dalam Pasal 1 angka 14 Terkait dengan negara
Undang-Undang Nomor 13 Tahun hukum, peran pemerintah selain
2003 Tentang Ketenagakerjaan, sebagai penguasa yang membuat
yang menyebutkan : “Perjanjian peraturan untuk menjamin
kerja adalah perjanjian antara ketertiban, pemerintah juga
pekerja/buruh dengan pengusaha menjadi pelayan publik bagi
atau pemberi kerja yang memuat masyarakatnya. Pemerintah
syarat-syarat kerja, hak dan mengusahakan berbagai hal yang
kewajiban para pihak”.4 dapat menolong, membantu dan
Dari pengaturan memfasilitasi rakyat untuk
perjanjian kerja tersebut, mencapai kesejahteraan bersama.7
konsekuensi hukumnya adalah Hal tersebut sesuai karakter
pelaksanaan janji yang dapat hukum progresif adalah : (1)
ditegakkan di Pengadilan dengan Bertujuan untuk kesejahteraan dan
suatu putusan untuk
pelaksanaannya, karena unsur 6
Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum,
janji yang terkandung dalam Bayumedia Publishing, Malang : 2005,
suatu perjanjian harus ditepati. Hlm.5. Dikutip oleh Aditya Sandy-Tuti
Apabila janji tersebut tidak dapat Widyaningrum, Analisis Putusan
ditepati, maka hukum akan Perkara NO.29/G/2012/PTUN.JKT.
memberikan akibat hukumnya.5 Yang Didasarkan Atas Daluwarsa, Jurnal
Hukum Lex Certa VOL l. 5 NO. 1, Jurnal
Hal tersebut sesuai Pasal 1 ayat UTA 45 Jakarta, 2019, Hlm.114.
7
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum,
1
Djumialdji, Perjanjian Kerja, Jakarta : Peraturan Kebijakan & Asas-asas Umum
Bumi Aksara,1997, Hlm .17 Pemerintahan Yang Baik, Jakarta :
4
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Erlangga, 2010, Hlm.37. Dikutip oleh
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tuti Widyaningrum, Pengaturan Hak
Ketenagakerjaan Kebebasan Berkeyakinan Penghayat
5
Januar Agung Saputra, Hukum Kontrak Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Dagang Internasional Dalam Hukum Maha Esa Dalam Perspektif Negara
Bisnis Di Indonesia, Jurnal UTA 45 Hukum, Jurnal Hukum Staatreckts, Jurnal
Jakarta, 2015, Hlm.2 UTA 45 Jakarta, 2018, Hlm.32
23

kebahagiaan manusia oleh karena Tentang Pelayaran yang telah


memandang hukum selalu dalam diganti dengan Undang-Undang
proses (law as process law as Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
making) (2) Peka terhadap Pelayaran. Peraturan Pemerintah
perubahan di masyarakat dan (3) tersebut masih berlaku karena
Menolak status quo.8 adanya ketentuan Pasal 353
Sesuai pengaturan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
tersebut salah satu bentuk 2008, yang menyebutkan :
perjanjian kerja yang diatur dalam “Semua peraturan pelaksanaan
KUH Perdata dan Undang- Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Undang Nomor 13 Tahun 2003 1992 Tentang Pelayaran
adalah perjanjian kerja laut, yang dinyatakan tetap berlaku,
diatur dalam Kitab Undang- sepanjang tidak bertentangan atau
Undang Hukum Dagang (KUH belum diganti dengan yang baru
Dagang). Pengaturan tersebut berdasarkan undang-undang
tertuang dalam Pasal 395 KUH ini”.10
Dagang, yang menyebutkan : Berdasarkan pengaturan
“Perjanjian kerja laut adalah tersebut dalam Pasal 1 ayat (5)
perjanjian yang dibuat antara Peraturan Pemerintah Nomor 7
seorang pengusaha kapal disatu Tahun 2000 Tentang Kepelautan,
pihak dengan seorang buruh di disebutkan : “Perjanjian kerja laut
pihak lain. Dimana pihak buruh adalah perjanjian kerja perorangan
menyanggupi bekerja di bawah yang ditandatangani oleh pelaut
perintah pengusaha atau majikan Indonesia dengan pengusaha
untuk melakukan pekerjaan angkutan di perairan”.11
dengan mendapatkan upah, Ketentuan ini kemudian
sebagai nahkoda atau anak buah dipertegas oleh Pasal 209 butir H
kapal”.9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Selanjutnya perjanjian 2008 Tentang Pelayaran, yang
kerja laut diatur dalam Peraturan menyebutkan : “Syahbandar
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 mempunyai kewenangan
Tentang Kepelautan sebagai melaksanakan sijil awak kapal”.12
peraturan pendukung Undang- Ketentuan-ketentuan tersebut
Undang Nomor 21 Tahun 1992 adalah sebagai perlindungan
hukum, agar para pihak dapat
8
memenuhi hak dan kewajibannya
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagad dalam perjanjian kerja laut. Selain
Ketentuan, Jakarta : UKI Press, 2006,
Hlm.57. Dikutip oleh Tuti itu, anak buah kapal akan
Widyaningrum, Model Pemidanaan
Integratif Dalam Rangka
10
Mengembalikan Kerugian Negara Akibat Pasal 353 Undang-Undang Nomor 17
Tindak Pidana Perikanan, Jurnal Hukum Tahun 2008 Tentang Pelayaran
11
Prioris, Lemlit Trisakti Jakarta, 2017, Pasal 1 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Hlm.179 Nomor 7 Tahun 2000 Tentang
Kepelautan
9 12
Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Pasal 209 butir H Undang-Undang
Kerja Laut, Jakarta : Bina Aksara, 1997, Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Hlm.6 Pelayaran
24

mendapatkan hak-haknya, apabila Terhadap Anak Buah Kapal


timbul sengketa dalam Dalam Pelaksanaan Perjanjian
pelaksanaan perjanjian kerja laut. Kerja Laut Berdasarkan Pasal
Hal tersebut sangat beralasan, 395 KUH Dagang (Analisis
karena hakim dalam Yuridis Putusan NO.614
menyelesaikan persoalan di K/Pdt.Sus-PHI/2013).
pengadilan mempunyai tugas
untuk menemukan hukum yang
tepat. Hakim dalam menemukan B. Rumusan Masalah
hukum, tidak cukup hanya Berdasarkan latar
mencari undang-undang saja, belakang tersebut memunculkan
karena ada kemungkinan undang- masalah sebagai berikut :
undang tidak mengatur secara 1. Bagaimana pengaturan
jelas, sehingga hakim harus perjanjian kerja laut antara
menggali nilai yang hidup dalam pengusaha kapal dengan
masyarakat.12 dengan anak buah kapal
Hal tersebut dapat dilihat menurut Pasal 395 KUH
pada contoh kasus yang akan Dagang dan peraturan
dikemukakan dalam penelitian ini, perundang-undangan ?
terhadap perjanjian laut yang 2. Bagaimana perlindungan
menimbulkan sengketa antara hukum perjanjian kerja laut
perusahaan PT.Multi Jaya terhadap anak buah kapal
Samudera dengan anak buah menurut KUH Dagang dan
kapal. Dimana PT.Multi Jaya peraturan perundang-undangan
Samudera sebagai perusahaan ?
yang bergerak di bidang pelayaran
telah membuat perjanjian kerja C. Metodelogi Penelitian
laut dengan anak buah kapal, Jenis penelitian yang
tetapi sebelum perjanjian kerja digunakan dalam penelitian ini
laut berakhir, pihak perusahaan adalah yuridis normatif, yaitu
telah melakukan pemutusan penelitian hukum yang dilakukan
hubungan kerja secara sepihak, berdasarkan kaidah dan norma-
yang pelaksanaannya tidak sesuai norma hukum.13
sesuai dengan peraturan Penelitian yuridis
perundang-undangan yang normatif atau law in books adalah
berlaku. kajian atau studi mengenai hukum
Berdasarkan uraian dan sebagai tatanan norma-norma
contoh kasus tersebut, penulis yang berlaku dalam suatu negara
akan membahasnya dalam atau masyarakat seperti tercantum
penelitian ini dengan mengambil dalam kitab undang-undang.14
judul : Perlindungan Hukum
13
Soerjono Soekanto, Pengantar
12
Rio Christiawan, Penetapan Penelitian Hukum, Depok : BP.
Pengadilan Sebagai Bentuk Upaya Universitas Indonesia, 2007, Hlm. 21
14
Hukum Pada Proses Eksekusi, Jurnal Hotma P. Sibuea, Metode Penelitian
Komisi Yudisial Vol. 11 No. 3 Desember Hukum, Jakarta : Krakatauw, 2009.
2018, Hlm.372 Dikutip oleh Sri Gambir Melati-Rio
25

Sebagai penelitian Ketenagakerjaan, Undang-


yuridis normatif, maka penelitian Undang Nomor 17 Tahun 2008
ini akan menggunakan kaidah Tentang Pelayaran dan Peraturan
atau norma-norma hukum Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000
ketenagakerjaan, khususnya yang Tentang Kepelautan.
berhubungan dengan masalah Bahan hukum sekunder
perjanjian kerja laut. dalam penelitian ini adalah berupa
Metode pendekatan buku-buku, literatur-litelatur
dalam penelitian ini menggunakan ilmiah, jurnal ilmiah maupun
metode pendekatan penelitian karangan ilmiah para sarjana.
perundang-undangan (statute Sedangkan bahan hukum tersier
approach), sebagai suatu metode dalam penelitian ini, yaitu berupa
pendekatan yang menggunakan kamus hukum maupun kamus
peraturan hukum yang yang bahasa Indonesia.
berkaitan dengan masalah yang
diteliti.15 Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan metode Metode pengumpulan
pendekatan penelitian tersebut, data dilakukan melalui penelitian
penelitian ini akan menggunakan kepustakaan dengan mempelajari,
pendekatan pada berbagai memahami buku-buku ilmiah dan
peraturan hukum yang berlaku tulisan yang memuat pendapat
yang berhubungan dengan sarjana yang berhubungan dengan
perjanjian kerja, khususnya perjanjian kerja dan perjanjian
perjanjian kerja laut. kerja laut.
Metode Analisis Data
Sumber Data Metode analisis data
Sumber data dalam dilakukan berdasarkan bahan
penelitian ini berupa data hukum yang diperoleh, dengan
sekunder yang terdiri dari bahan menganalisis berbagai peraturan
hukum primer, bahan hukum perundang-undangan yang
sekunder dan bahan hukum berlaku dan pendapat para ahli
tersier. hukum. Dengan metode analisis
Bahan hukum primer tersebut data akan diuraikan,
dalam penelitian ini terdiri dari dibahas dan dikaji sebagai upaya
Undang-Undang Dasar Negara pemecahan masalah.
Republik Indonesia Tahun 1945,
Kitab Undang-Undang Hukum D. Pembahasan
Perdata (KUH Perdata), Kitab Pengaturan Perjanjian Kerja Laut
Undang-Undang Hukum Dagang Antara Pengusaha Kapal Dengan
(KUH Dagang), Undang-Undang Anak Buah Kapal Menurut Pasal
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang 395 KUH Dagang dan Peraturan
Perundang-undangan
Christiawan, Pendekatan Aspek-aspek Dalam Kitab Undang-
Ekonomi Dalam Peningkatan Efektitifitas Undang Hukum Perdata (KUH
Penegakan Hukum Di Masyarakat, Perdata), pengaturan perjanjian
Jurnal UTA 45 Jakarta, 2015, Hlm.7 kerja secara umum diatur dalam
15
Soerjono Soekanto, Opcit, Hlm.21
26

Buku III KUH Perdata. Ketentuan dilakukan secara tertulis”.19


tersebut tertuang dalam Pasal Ketentuan tersebut dipertegas
1601a KUH Perdata, yang dalam Pasal 400 KUH Dagang,
menyebutkan : “Perjanjian kerja yang menyebutkan : “Perjanjian
adalah suatu perjanjian dimana kerja antara pengusaha kapal dan
pihak yang satu buruh, seorang buruh yang akan
mengikatkan diri untuk bekerja bertindak sebagai pembantu anak
pada pihak majikan, selama waktu buah kapal, dengan ancaman
tertentu dengan menerima batal, harus dilakukan di hadapan
upah”. 16
Pengaturan perjanjian pegawai yang diangkat oleh
kerja juga diatur dalam Pasal 1 pejabat yang berwenang”.20
angka 14 Undang-Undang Nomor Selain ketentuan tersebut,
13 Tahun 2003 Tentang perjanjian kerja laut juga diatur
Ketenagakerjaan, yang dalam Peraturan Pemerintah
menyebutkan : “Perjanjian kerja Nomor 7 Tahun 2000 Tentang
adalah perjanjian antara pekerja Kepelautan dan Undang-Undang
atau buruh dengan pengusaha atau Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
pemberi kerja yang memuat Pelayaran. Pengaturan tersebut
syarat-syarat kerja, hak dan tercantum dalam Pasal 1 ayat (5)
kewajiban para pihak”.17 Peraturan Pemerintah Nomor 7
Pengaturan perjanjian Tahun 2000, yang menyebutkan :
kerja laut selanjutnya diatur dalam “Perjanjian kerja laut adalah
Kitab Undang-Undang Hukum perjanjian kerja perorangan yang
Dagang (KUH Dagang), yaitu ditandatangani oleh pelaut
dalam Pasal 395 KUH Dagang, Indonesia dengan pengusaha
yang menyebutkan : “Perjanjian angkutan di perairan”.21 Dengan
kerja laut adalah perjanjian yang pengaturan tersebut terlihat pihak-
dibuat antara seorang pengusaha pihak dalam perjanjian kerja laut
kapal dengan seorang buruh yang yang meliputi pengusaha kapal,
menyanggupi bekerja di bawah anak buah kapal, nahkoda dan
perintah pengusaha, sebagai syahbandar, yang akan diuraikan
nahkoda atau anak buah kapal”.18 sebagai berikut :
Kemudian Pasal 399 KUH 1. Pengusaha Kapal
Dagang, menyebutkan : Keberadaan pengusaha kapal
“Perjanjian kerja laut antara dalam perjanjian kerja laut
pengusaha kapal dan buruh yang diatur dalam Pasal 320 KUH
akan bertindak sebagai nakhoda Dagang, yang menyebutkan :
atau perwira kapal, harus “Pengusaha kapal adalah orang
diadakan secara tertulis dengan yang memakai sebuah kapal
ancaman batal jika tidak guna pelayaran di laut dan
mengemudikannya sendiri atau

16 19
Pasal 1601a KUH Perdata Pasal 399 KUH Dagang
17 20
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Pasal 400 KUH Dagang
21
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Pasal 1 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 2000 Tentang
18
Pasal 395 KUH Dagang Kepelautan
27

suruh mengemudikannya oleh kapal yang menjadi pemimpin


seorang nakhoda yang bekerja tertinggi di kapal dan
padannya”.22 mempunyai wewenang dan
2. Anak Buah Kapal tanggung jawab tertentu sesuai
Keberadaan awak kapal dalam dengan ketentuan peraturan
perjanjian kerja laut diatur perundang-undangan”.26
dalam Pasal 1 angka 40
Undang-Undang Nomor 17 4. Syahbandar
Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Keberadaan syahbandar dalam
yang menyebutkan : “Awak perjanjian kerja laut diatur
kapal adalah orang yang dalam Pasal 400 KUH Dagang,
bekerja atau dipekerjakan di menyebutkan : “Perjanjian
atas kapal oleh pemilik kapal kerja antara pengusaha kapal
atau operator kapal untuk dan seorang buruh yang akan
melaksanakan tugas di atas bertindak sebagai anak buah
kapal sesuai dengan jabatannya kapal, harus dilakukan di
yang tercantum dalam buku hadapan pegawai yang diangkat
sijil”.23 Sedangkan keberadaan oleh pejabat yang
27
anak buah kapal diatur dalam berwenang”.
Pasal 1 angka 42 Undang- Keberadaan syahbandar dalam
Undang Nomor 17 Tahun 2008, perjanjian kerja laut diatur
yang menyebutkan : “Anak dalam Pasal 1 angka 56
buah kapal adalah awak kapal Undang-Undang Nomor 17
selain nakhoda”.24 Tahun 2008 Tentang Pelayaran,
3. Nakhoda yang menyebutkan :
Keberadaan nahkoda dalam “Syahbandar adalah pejabat
perjanjian kerja laut diatur Pemerintah di pelabuhan yang
dalam Pasal 341 KUH Dagang, diangkat oleh Menteri dan
yang menyebutkan : “Nahkoda memiliki kewenangan untuk
adalah pemimpin kapal, bukan menjalankan dan melakukan
pengusaha kapal”.25 pengawasan terhadap
Keberadaan nahkoda dalam dipenuhinya ketentuan
perjanjian kerja laut juga diatur peraturan perundang-undangan
dalam Pasal 1 angka 41 untuk menjamin keselamatan
Undang-Undang Nomor 17 dan keamanan pelayaran”.28
Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Berdasarkan pembahasan
yang menyebutkan : “Nahkoda tersebut terlihat dalam penelitian
adalah salah seorang dari awak ini, bahwa pada perjanjian kerja
laut terdapat kekhususan
22
Pasal 320 KUH Dagang
23 26
Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Pasal 1angka 41 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran Pelayaran
24 27
Pasal 1 angka 42 Undang-Undang Pasal 400 KUH Dagang
28
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pasal 1 angka 56 Undang-Undang
Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
25
Pasal 341 KUH Dagang Pelayaran
28

tersendiri. Dimana jenis sebagaimana diatur dalam Pasal


pekerjaannya sudah ditentukan 90 ayat (1) Undang-Undang
secara tegas, yaitu seseorang Nomor 13 Tahun 2003, yang
akan bertindak sebagai nahkoda menyebutkan : “Pengusaha
atau anak buah kapal. Selain dilarang membayar upah lebih
kekhususan tersebut, perjanjian rendah dari upah minimum, yaitu
kerja laut juga harus dilakukan upah yang didasarkan pada
secara tertulis dan diketahui oleh pertimbangan kebutuhan hidup
syahbandar sebagai pejabat yang minimum, indeks harga
berwenang mengesahkan konsumen, kemampuan,
perjanjian kerja laut sebagaimana perkembangan dan kelangsungan
diatur dalam KUH Dagang, perusahaan, kondisi pasar kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 7 serta tingkat perkembangan
Tahun 2000 Tentang Kepelautan perekonomian dan pendapatan
dan Undang-Undang Nomor 17 perkapita”.31
Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Perlindungan hukum bagi
Perlindungan Hukum anak buah kapal dalam perjanjian
Perjanjian Kerja Laut kerja laut juga diatur dalam Pasal
Terhadap Anak Buah Kapal 1602 KUH Perdata, yang
Menurut KUH Dagang dan menyebutkan bagi anak buah
Peraturan Perundang- kapal yang mengalami sakit
undangan karena kecelakaan berhak
32
Dalam Pasal 27 ayat (2) mengajukan :
Undang-Undang Dasar 1945, (1) Tuntutan ganti rugi jika
disebutkan : “Bahwa tiap-tiap kecelakaan disebabkan oleh
warga negara berhak atas kelalaian pihak perusahaan
pekerjaan dan penghidupan yang pelayaran.
layak bagi kemanusiaan”.29 Sesuai (2) Tuntutan ganti rugi diberikan
ketentuan ini pengaturan di kepada ahli waris, apabila
bidang ketenagakerjaan diatur kecelakaan mengakibatkan
lebih lanjut dalam Pasal 4 huruf c anak buah kapal meninggal
Undang-Undang Nomor 13 Tahun dunia.
2003 Tentang Ketenagakerjaan, (3) Penggantian akibat
yang menyebutkan : “Tujuan kecelakaan ditambah dengan
pembangunan ketenagakerjaan atas biaya-biaya perawatan.
adalah memberikan perlindungan Perlindungan hukum
kepada tenaga kerja dalam terhadap anak buah kapal dalam
mewujudkan kesejahteraan”.30 perjanjian kerja laut, selanjutnya
Berdasarkan ketentuan diatur dalam Pasal 399 KUH
tersebut diatur perlindungan Dagang dan Pasal 400 KUH
hukum bidang ketenagakerjaan Dagang, yang menentukan
sebagai berikut :
29
Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
31
Dasar 1945 Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang
30
Pasal 4 huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
32
Ketenagakerjaan Pasal 1602 KUH Perdata
29

1. Pasal 399 KUH Dagang, Ketentuan-ketentuan


menyebutkan : “Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata,
kerja laut antara pengusaha KUH dagang, Undang-Undang
kapal dan buruh yang akan Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
bertindak sebagai nakhoda atau Ketenagakerjaan, Undang-
perwira kapal harus diadakan Undang Nomor 17 Tahun 2008
secara tertulis, dengan Tentang Pelayaran maupun
ancaman batal jika tidak Peraturan Pemerintah Nomor 7
dilakukan secara tertulis”.33 Tahun 2000 Tentang Kepelautan,
2. Pasal 400 KUH Dagang, jika dicermati merupakan
menyebutkan : “Perjanjian perlindungan dalam perjanjian
kerja antara pengusaha kapal kerja laut. Dimana perlindungan
dan seorang buruh yang akan hukum tersebut sangat penting,
bertindak sebagai pembantu terutama untuk memberikan
anak buah kapal, dengan perlindungan hukum terhadap
ancaman hukuman batal, harus anak buah kapal. Hal tersebut
dilakukan di hadapan pegawai dapat dilihat pada contoh kasus
yang diangkat oleh pejabat dalam penelitian ini, terhadap
yang berwenang”.34 perjanjian laut yang menimbulkan
Perlindungan hukum sengketa antara perusahaan
terhadap anak buah kapal dalam PT.Multi Jaya Samudera dengan
perjanjian kerja laut kemudian para para anak buah kapal yang
diatur dalam Pasal 145 Peraturan mengadakan perjanjian kerja laut.
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 Dimana PT.Multi Jaya Samudera
Tentang Kepelautan, yang sebagai perusahaan yang bergerak
menyebutkan : “Setiap orang di bidang pelayaran telah
dilarang mempekerjakan membuat perjanjian kerja laut
seseorang di kapal dalam jabatan dengan anak buah kapal, tetapi
apapun, tanpa disijil dan tanpa tidak sesuai sesuai dengan norma-
memiliki kompetensi dan norma, kaidah-kaidah maupun
keterampilan serta dokumen peraturan perundang-undangan
pelaut yang dipersyaratkan”.35 yang berlaku.
Pejabat yang berwenang Dalam contoh kasus
melakukan sijil awak kapal diatur tersebut PT.Multi Jaya Samudera
dalam Pasal 209 butir H Undang- telah membuat perjanjian kerja
Undang Nomor 17 Tahun 2008 laut dengan para anak buah kapal
Tentang Pelayaran, yang bernama Adenan, Ali Akmal dan
menyebutkan : “Syahbandar Anton, dengan jabatan masing-
mempunyai kewenangan masing sebagai Masinis I,
melaksanakan sijil awak kapal”.36 Mualim III dan Kelasi. Para anak
buah kapal tersebut selama
33
bekerja di PT.Multi Jaya
Pasal 399 KUH Dagang
34
Pasal 400 KUH Dagang Samudera, ketiganya tidak pernah
35
Pasal145 Undang-Undang Nomor 17 di daftarkan pada program
Tahun 2008 Tentang Pelayaran jaminan sosial tenaga kerja dan
36
Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 Tentang Pelayaran
30

tidak pernah menikmati program tersebut, PT.Multi Jaya Samudera


tersebut. Sedangkan resiko mengajukan kasasi ke Mahkamah
kecelakaan kerja sangat besar, Agung. Dalam putusannya,
karena Kapal MT.Maiden sudah Mahkamah Agung memberikan
tua sebagai kapal buatan tahun putusan sebagai berikut :
1973 dan selalu mengangkut 1. Menolak permohonan kasasi
bahan bakar minyak yang mudah dari Pemohon Kasasi, PT.Multi
meledak. Sehingga ketika kapal Jaya Samudera.
mengalami kerusakan di 2. Menghukum Pemohon Kasasi
Pelabuhan Belawan Medan, untuk membayar biaya perkara
mereka selaku anak buah kapal dalam tingkat kasasi ditetapkan
dipaksa untuk mengundurkan diri sebesar Rp500.000,00 (lima
oleh pihak perusahaan karena ratus ribu Rupiah).
sudah tidak ada perjanjian kerja. Dari contoh kasus
Para anak buah kapal tersebut terlihat, bahwa
yang mendapat pemutusan perlindungan hukum bagi anak
hubungan kerja sepihak dan tanpa buah kapal dalam perjanjian kerja
pesangon tersebut kemudian laut sangat penting. Perlindungan
mengajukan gugatan ke hukum terebut sangat penting dan
Pengadilan Hubungan Industrial diperlukan karena perjanjian kerja
pada Pengadilan Negeri Medan. laut yang dibuat PT.Multi Jaya
Dalam gugatannya, para anak Samudera dengan para anak buah
buah kapal menuntut PT.Multi kapal jika dicermati ternyata tidak
Jaya Samudera untuk memberikan sesuai dengan yang ditentukan
hak-hak mereka selaku anak buah dalam peraturan perundang-
kapal yang diputus hubungan undangan yang berlaku. Demikian
kerjanya saat perjanjian kerja juga proses pengakhiran
belum berakhir. Dalam hubungan kerja saat perjanjian
putusannya, Pengadilan kerja belum berakhir dan tanpa
Hubungan Industrial pada pesangon, juga tidak sesuai
Pengadilan Negeri Medan yang dengan norma hukum yang
memeriksa perkara tersebut mengatur perjanjian kerja laut.
memberikan putusan sebagai Berdasarkan analisis
berikut : tersebut maka putusan Mahkamah
1. Mengabulkan gugatan Agung yang menolak permohonan
Penggugat I, II dan III untuk kasasi PT.Multi Jaya Samudera
sebagian. dan menguatkan putusan
2. Menolak gugatan Penggugat I, Pengadilan Hubungan Industrial
II dan III untuk selebihnya. pada Pengadilan Negeri Medan,
3. Membebankan kepada sudah tepat dan sesuai dengan
Tergugat, biaya yang timbul peraturan perundang-undangan
dalam perkara ini sebesar yang berlaku. Putusan Mahkamah
Rp.261.000.- (Dua ratus enam Agung tersebut sudah tepat,
puluh satu ribu rupiah). karena jika dicermati pengakhiran
Terhadap putusan hubungan yang dilakukan oleh
Pengadilan Hubungan Industrial PT.Multi Jaya Samudera terhadap
31

anak buah kapal, memang tidak anak buah kapal dalam


sesuai dengan ketentuan peraturan perjanjian kerja laut juga
perundang-undangan yang diatur t dalam KUH Perdata
berlaku sebagaimana yang diatur dan Undang-Undang Nomor
dalam Kitab Undang-Undang 13 Tahun 2003 Tentang
Hukum Dagang (KUH Dagang), Ketenagakerjaan, yang
Undang-Undang Nomor 13 Tahun kemudian diatur lebih khusus
2003 Tentang Ketenagakerjaan, dalam Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun Nomor 17 Tahun 2008
2008 Tentang Pelayaran maupun Tentang Pelayaran dan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Peraturan Pemerintah Nomor
Tahun 2000 Tentang Kepelautan. 7 Tahun 2000 Tentang
Kepelautan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Dalam Pasal 395 KUH Saran
Dagang, pengaturan perjanjian 1. Pihak-pihak yang terlibat dalam
kerja laut telah ditentukan perjanjian kerja laut, baik
secara jelas dan tegas tentang pengusaha kapal maupun
jenis pekerjaan yang akan syahbandar diharapkan agar
dilakukan yaitu seseorang lebih teliti dan cermat dalam
akan bekerja sebagai sebagai pembuatan perjanjian kerja
anak buah kapal, perwira laut. Demikian juga untuk anak
kapal atau sebagai nahkoda buah kapal, perwira kapal dan
kapal. Pengaturan perjanjian nahkoda kapal, agar lebih
kerja laut kemudian diatur disiplin, cermat, hati-hati dan
lebih lanjut dalam KUH meningkatkan keterampilan
Perdata dan Undang Undang- guna menunjang tugas-
Undang Nomor 13 Tahun tugasnya dalam pelaksanaan
2003 Tentang perjanjian kerja laut.
Ketenagakerjaan, yang 2. Pembuatan perjanjian kerja laut
pengaturan tersebut diatur sebaiknya dilakukan secara
lebih khusus dalam Undang- tertulis, baik untuk anak buah
Undang Nomor 17 Tahun kapal, perwira kapal dan
2008 Tentang Pelayaran dan nahkoda kapal. Hal ini untuk
Peraturan Pemerintah Nomor mencegah pelanggaran
7 Tahun 2000 Tentang perjanjian kerja laut oleh
Kepelautan. pengusaha kapal dan sebagai
2. Pengaturan perlindungan bentuk perlindungan hukum
hukum anak buah kapal dalam terhadap anak buah kapal,
perjanjian kerja laut menurut sekaligus memudahkan
KUH Dagang, harus dibuat pembuktian apabila terjadi
secara tertulis dan dilakukan pelanggaran perjanjian kerja
oleh dan di hadapan laut oleh pengusaha kapal
syahbandar. Pengaturan seperti contoh kasus Putusan
perlindungan hukum terhadap NO.614 K/Pdt. Sus-PHI/2013.
32

Daftar Pustaka

A. Buku :

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti,


2006
Djoko Triyono, Hukum Kapal, Bandung : Mandar Maju, 2006
Djumialdji, Perjanjian Kerja, Jakarta : Bumi Aksara,1997
HMN. Purwosutjipto, Hukum Pelayaran Laut dan Perairan, Jakarta :
Djambatan, 2007
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan & Asas-asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, Jakarta : Erlangga, 2010. Dikutip oleh Tuti
Widyaningrum, Pengaturan Hak Kebebasan Berkeyakinan Penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Perspektif Negara
Hukum, Jurnal Hukum Staatreckts, Jurnal UTA 45 Jakarta, 2018
Januar Agung Saputra, Hukum Kontrak Dagang Internasional Dalam Hukum
Bisnis Di Indonesia, Jurnal UTA 45 Jakarta, 2015
Kuntoro, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perlindungan Anak Buah
Kapal, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1999
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan,
Bandung : Alumni, 2006
Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang : 2005.
Dikutip oleh Aditya Sandy-Tuti Widyaningrum, Analisis Putusan Perkara
NO.29/G/2012/PTUN.JKT. Yang Didasarkan Atas Daluwarsa, Jurnal Hukum
Lex Certa VOL l. 5 NO. 1, Jurnal UTA 45 Jakarta, 2019
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta : Djambatan, 1988
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Depok : Penerbit
Universitas Indonesia, 2007
Subekti, Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1998
----------, Aneka Perjanjian, Bandung : Alumni, 1997
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagad Ketentuan, Jakarta : UKI Press, 2006.
Dikutip oleh Tuti Widyaningrum, Model Pemidanaan Integratif Dalam Rangka
Mengembalikan Kerugian Negara Akibat Tindak Pidana Perikanan, Jurnal
Hukum Prioris, Lemlit Trisakti Jakarta, 2017
Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja Laut, Jakarta : Bina Aksara, 1997
Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta : Visi
Media, 2010
Zainal Asikin, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1997

B. Undang-Undang :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
33

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Kepelautan

You might also like