You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

ACARA VI
MORFOLOGI DAN PENGECATAN BAKTERI
Nama :
1. Aisha Nadia Firuza (PT/08401)
2. Kharisma Damar Jati (PT/08431)
3. Yovi Rahman Maulana (PT/08468)
4. Mochammad Alvian Rizky Saputra (PT/08538)
5. Abdul Ghoni (PT/08579)
6. Luthfiyana Shofiyatul ‘Afifah (PT/08638)
Kelompok : XIII
Asisten Pendamping : Artanti Aristawati
Tanggal Praktikum : Kamis, 29 April 2021

Pendahuluan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja
yang terkandung di dalam mikroorganisme. Mikroorganisme yang ada di
alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu
pula dengan bakteri. Bakteri memiliki macam-macam bentuk yaitu bulat
(cocci), batang (bacilli), spiral dan kubus (sarcinae). Pengenalan bentuk
mikroba (morfologi), harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar
dapat diamati dengan jelas. Pada umumnya bakteri bersifat tembus
cahaya, hal ini disebabkankarena banyak bakteri yang tidak mempunyai
zat warna (Waluyo, 2004). Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pewarnaan.
Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling
banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri. Dari pewarnaan gram
dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel, dan
penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode
empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar,
Gram positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel
mereka, metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
denmark hans Christian gram 1884. Teknik pewarnaan gram tersebut
dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri garam positif adalah
bakteri yang mempertahanka zat warna metil ungu atau Kristal ungu
sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis tersebut akan berwarna
biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan
berwarna merah muda atau merah. Bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah (Jawetz, 2005).
Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk
karena menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan
diferensial karena pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau
membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua
yaitu Gram negatif dan Gram positif. Perbedaan klasifikasi antara kedua
jenis bakteri tersebut terutama didasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel bakteri (Karmana, 2008).  Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan
gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai
dinding sel. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai
larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan
alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa safranin.
Tujuan Praktikum
Praktikum acara morfologi dan pengecatan bakteri bertujuan untuk
menentukan gram positif atau negatif bakteri yang diuji.

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara morfologi dan
pengecatan garam yaitu object glass, bunsen, ose cincin, dan pipet tetes.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara morfologi
dan pengecatan garam yaitu biakan murni (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus), larutan cat (cat violet kristal 2%, lugol,
aseton alkohol, cat penutup safranin), alcohol 70%, dan akuades.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum acara morfologi dan
pengecatan garam yaitu gelas benda dan gelas penutup dibersihkan
dengan alkohol sampai bebas lemak dan debu, lalu pada ujung gelas
benda diberi label dengan nama atau inisial mikroorganisme yang akan
dicat. Di tengah object glass digambarkan bulatan berdiameter 1 cm
dengan spidol. Kemudian diambil sedikit biakan bakteri dengan ose cincin
secara aseptis dan ratakan suspensi ini pada seluruh bulatan area.
Lakukan hal yang sama untuk bakteri yang lain. Kering anginkan (dengan
kipas angin) hingga membentuk noda. Kemudian fiksasi dilakukan dengan
cara melewatkan gelas benda pada nyala api beberapa kali. Jangan
biarkan gelas benda langsung kena nyala api sehingga menjadi terlalu
panas. Lalu, cat utama violet kristal 2% dibubuhkan ke dalam preparat
yang telah difiksasi dan diamkan selama 1 menit. Selanjutnya, preparat
dicuci dengan air mengalir, kemudian kering anginkan. Selanjutnya,
preparat yang telah didiamkan selamam 1 menit ditetesi dengan beberapa
tetes larutan lugol, biarkan selama 1 menit. Sisa lugol dicuci dengan air
mengalir dan kering anginkan. Gelas benda dimiringkan dan cuci dengan
larutan etanol dengan cara meneteskan etanol pada permukaan noda
bakteri sampai etanol bekas cucian tidak berwarna. Setelah itu dicuci
dengan air mengalir secara singkat, kemudian kering anginkan.
Kemudian, cat penutup safranin dibubuhkan beberapa tetes dan diamkan
selama 2 menit. Gelas benda dicuci secara cepat dengan air mengalir dan
kering anginkan. Tutup permukaan dengan gelas penutup. Amati preparat
dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak immersi). Sel akan
berwarna merah muda/pink (gram negatif) atau biru ungu (gram positif).
hasil pengecatan dicatat gram positif atau negatif, ukuran relatif bakteri
dan ciri-ciri yang lain (dalam bentuk berkaitan, berkelompok) untuk setiap
preparat. Kemudian gambar beberapa set yang mewakili dan tuliskan
perbesaran yang dipakai.
Hasil dan Pembahasan
Praktikum acara morfologi dan pengecatan bakteri bertujuan untuk
menentukan gram positif atau negatif bakteri yang diuji. Reagen yang
digunakan pada praktikum morfologi dan pengecatan bakteri yaitu Crystal
violete,Lugol (Iodine), Alkohol 70%, Safarin. Crystal violete berfungsi
sebagai cat utama. Lugol (Iodine) berfungsi untuk mengidentifikasi cat
utama. Alkohol 70% berfungsi sebagai peluntur warna. Safranin berfungsi
sebagai cat penutup. Lestari et al., (2018) menyatakan bahwa fungsi
larutan Crystal violete yaitu sebagai cat utama, alkohol 70% berfungsi
untuk melunturkan cat utama, safranin berfungsi untuk mewarnai kembali
sel-sel yang telah kehilangan cat utamanya setelah dilakukan perlakuan
dengan alkohol. Lugol (Iodine) berfungsi untuk mengintesifkan kristal
violet.
Koloni yang terlihat pada bakteri Lactobacillus bulgaricus
delbrueckii dan Sterptococcus thermophilus berbentuk bulat/kokus.
Warna yang terlihat adalah warna ungu. Hasil pengecatan gram dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengecatan Gram
No Bakteri Gambar Hasil
1 Lactobacillus bulgaricus
delbrueckii

2 Streptococcus
thermophilus

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengecatan gram pada kedua


bakteri menunjukkan warna yang sama yaitu warna ungu. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa bakteri Lactobacillus bulgaricus delbrueckii dan
Sterptococcus thermophilus merupakan bakteri gram positif. Putri dan
Fakhrurrazi (2018) menyatakan bahwa bakteri Lactobacillus termasuk
kategori bakteri gram positif. Bakteri tersebut dapat menahan warna ungu
meskipun setelah didekolorisasi dengan alkohol. Warna ungu yang
terbentuk terjadi karena pemberian kristal violet sebagai cat utama pada
pewarnaan gram. Bakteri tersebut memiliki kandungan lipid yang rendah.
Dinding sel kedua bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan
alkohol yang menyebabkan pori-pori menjadi lebih kecil dan
permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna kristal violet yang
merupakan zat warna utama tidak dapat keluar dari sel. Dinding sel
bakteri gram positif mengandung peptidoglikan yang dapat mengikat
warna ungu. Jannah et al. (2017) menyatakan bahwa dinding sel bakteri
gram positif memilki peptidoglikan yang lebih banyak yang mampu
mempertahankan warna ungu. Hasil praktikum sudah sesuai dengan
literatur.
Bakteri garam positif adalah bakteri yang mempertahanka zat
warna metil ungu atau kristal ungu sewaktu proses pewarnaan gram,
sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah muda atau merah.
Ampou et al. (2015) menyatakan bahwa bakteri gram-positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri ini berdasarkan pada perbedaan struktur dinding sel mereka.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-
lapis polymer peptidoglycan (disebut juga murein). Tebalnya dinding sel
menahan lolosnya komplek crystal violet-iodine ketika dicuci dengan
alkohol atau aseton. Bakteri gram negatif memiliki dinding sel berupa
lapisan tipis peptidoglycan, yang diselubungi oleh lapisan tipis outer
membrane yang terdiri dari lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara
peptidoglycan dan lapisan LPS disebut periplasmic space (hanya ditemui
pada gram negatif) adalah zona berisi cairan atau gel yang mengandung
berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins. Komposisi dinding sel
bakteri gram negatif ini terdiri dari lipid dan peptidoglycan. (Pelczar &
Chan, 2005) menyatakan bahwa konsentrasi lipid pada dinding sel bakteri
gram negatif berkisar antara 11-22 %. Bakteri gram negatif umumnya
kurang rentan terhadap penisilin, kurang resisten terhadap gangguan fisik,
dan persyaratan nutriennya relatif sederhana.
Streptococcus thermophilus merupakan bakteri Gram positif,
katalase negatif, tidak berspora, uniseluler, anaerob, heterotropik, tumbuh
baik pada media berisi karbohidrat dan ekstrak khamir. Bakteri
Streptococcus thermophillus termasuk bakteri asam laktat
homofermentatif, artinya glukosa yang difermentasikan akan
menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk. Surajudin (2008)
menyatakan bahwa bakteri Streptococcus thermophillus memiliki ciri
bakteri berbentuk bulat atau lonjong, memiliki temperatur pertumbuhan
optimal sekitar 45°C, jenis fermentasi yaitu aerobik homofermentatif.
Tumbuh optimum pada pH 6,5 dan akan terhenti pertumbuhannya pada
pH 4,2-4,4. Suhu pertumbuhan optimum untuk Streptococcus
thermophilus 37–42 ⁰C. Bakteri Streptococcus thermophilus dibutuhkan
dalam produksi yoghurt dan susu fermentasi lainnya dan memiliki peran
utama dalam membentuk tekstur dan cita rasa yoghurt.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus delbrueckii merupakan bakteri
Gram positif. Lactobacillus bulgaricus delbrueckii akan menunjukkan
warna ungu jika dilakukan pengecatan Gram. Sri et al. (2015) menyatakan
bahwa Lactobacillus bulgaricus termasuk bakteri Gram positif, tidak
berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kadang-kadang mikroaerofilik,
sedikit tumbuh di udara, beberapa aerob pada isolasi dan menghasilkan
asam laktat sebagai produk utama dalam fermentasi dan tumbuh optimum
pada pH 5,5 dan akan terhenti pertumbuhannya pada pH 3,5-3,8. Suhu
pertumbuhan optimum untuk Lactobacillus bulgaricus delbrueckii pada
suhu 42°C. Surajudin (2008) menyatakan bahwa bakteri Lactobacillus
bulgaricus memiliki ciri bakteri berbentuk batang (basil), memiliki
temperatur pertumbuhan optimal sekitar 45°C, jenis fermentasi yaitu
homotermentatif. Ibrahim et al., (2015) menyatakan bahwa bakteri
Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri gram positif yang mempunyai ciri
dinding sel dengan peptidoglikan yang lebih tebal. Lactobacillus
bulgaricus delbrueckii biasanya menjadi salah satu bakteri yang
digunakan sebagai kultur starter dalam pembuatan yoghurt. Bahar (2008)
menyatakan bahwa bakteri Lactobacillus bulgaricus delbrueckii berperan
pada pembentukan aroma yoghurt.
Dalam melakukan pengecatan, terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hasil akhirnya. Faktor pertama yaitu persiapan
preparat, yang juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti tebal
tipisnya suspensi mikrobia dimana suspensi mikrobia yang terlalu tebal
akan menyebabkan proses dekolorisasi sulit dilakukan. Daya lekat suatu
mikrobia pada gelas preparat dipengaruhi oleh proses pengeringan awal
dan fiksasi. Froböse et al. (2020) menyatakan bahwa hasil suatu
pengecatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
fiksasi. Mikrobia yang melekat kurang baik pada preparat dapat lepas dan
hilang ketika dilakukan proses pencucian sehingga mempengaruhi hasil
akhir dari pengecatan yang dilakukan. Morfologi sel juga menjadi salah
faktor dimana setiap bakteri memiliki bentuk yang berbeda-beda sehingga
ketika dilakukan pewarnaan dan pengamatan memungkinkan tiap bakteri
memiliki hasil akhir yang berbeda. Risandiansyah et al. (2020)
menyatakan bahwa setiap mikroorganisme yang dilakukan pengecatan
akan memiliki hasil dan karakteristik yang berbeda-beda. Fiksasi yang
kurang tepat juga dapat menyebabkan perubahan morfologi pada bakteri.
Konsentrasi dan umur suatu mikrobia menjadi faktor kedua yang
mempengaruhi hasil pengecatan. Mikrobia yang memiliki konsentrasi
terlalu tinggi menyebabkan mikrobia saling menumpuk dan akan
menyulitkan ketika ingin mengamati tiap selnya. Tripathi et al. (2021)
menyatakan bahwa bakteri yang saling tumpang tindih dapat mengganggu
pengamatan. Umur bakteri akan mempengaruhi dimana bakteri yang
sudah tua dapat mengalami perubahan morfologi akibat penebalan
peptidoglikan pada dinding sel sehingga ketika dilakukan pengecatan,
bakteri dapat menyerap warna lebih intesif. Maryani et al. (2012)
menyatakan bahwa bakteri tua akan mengalami penebalan lapisan
peptidoglikan sehingga dapat menahan lepasnya kompleks kristal violet-
iodin dan akan menyerap warna secara berlebih ketika dilakukan proses
dekolorisasi. Bakteri yang sudah tua juga dapat memungkinkan untuk
mengalami kerusakan pada dinding selnya. Jannah et al. (2017)
menyatakan bahwa kerusakan sel menyebabkan perubahan dan
perbedaan komposisi dinding sel dari keadaan semula sehingga
mempengaruhi hasil pada pengecatan yang dilakukan.
Waktu tiap tahap-tahap pengecatan akan mempengaruhi hasil
akhir. Ketika proses pengecatan dilakukan dengan waktu singkat akan
menyebabkan bakteri belum menyerap warna cat dengan baik,
sedangkan proses pengecatan yang terlalu lama akan berakibat pada
sulitnya pelunturan warna ketika proses dekolorisasi dan sulitnya
membedakan antara bakteri gram negatif dan gram positif. Thairu et al.
(2014) menyatakan bahwa pewarnaan yang dilakukan secara berlebih
ataupun kurang pewarnaan dapat memberikan hasil pengecatan yang
berbeda dan penafsiran yang salah.
Pencucuian dan pengeringan sebagai langkah akhir juga dapat
mempengaruhi hasil pewarnaan yang dilakukan. Pencucian harus
dilakukan dengan hati-hati supaya mikrobia tidak terlepas dari preparat.
Tripathi dan Sapra (2021) menyatakan bahwa pencucian dilakukan
dengan air mengalir tanpa menghilangkan kultur yang sudah ditanamkan.
Pengeringan yang dilakukan harus dipastikan benar-benar kering agar
dapat mencegah larutnya warna pada bakteri itu sendiri. Murwani (2015)
menyatakan bahwa ketika preparat dalam keadaan kering tidak sempurna
atau masih basah akan menyulitkan dalam menentukan dan mengamati
morfologi bakteri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang diuji yaitu Streptococcus thermophiles
dan Lactobacillus bulgaricus delbrueckii. Kedua bakteri tersebut
merupakan bakteri gram positif. Faktor yang mempengaruhi pengecatan
bakteri yaitu persiapan preparat, morfologi sel, konsentrasi dan umur
suatu mikrobia, pencucian dan pengeringan, serta waktu tiap tahap-tahap
pengecatan.
Daftar Pustaka
Ampou, E. E., I. Triyulianti, dan S.C. Nugroho. 2015. Bakteri Asosiaso
pada karang Scleractinia kaitannya dengan fenomena La-nina di
Pulau Bunaken. Jurnal Kelautan Nasional. 10 (2). 55-63
Froböse, N. J., S. Bjedov., F. Schuler., B. C. Kahl., S. Kampmeie, dan F.
Schaumburg. 2020. Gram staining: a comparison of two automated
systems and manual staining. Journal of Clinical Microbiology.
58(12): 1-17.
Ibrahim, A., A. Fridayanti, F. Delvia. 2015. Isolasi dan identifikasi bakteri
asam laktat (bal) dari buah mangga (Mangifera indica L.). Jurnal
Ilmiah Manuntung. 1 (2): 159-163.
Jannah, R., Safika, M. Jalaluddin., Darmawi., Farida, dan D. Aliza. 2017.
Jumlah koloni bakteri selulotik pada sekum ayam kampung (Gallus
domesticus). Jurnal JIMVET. 1(3): 558-565.
Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi
kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Pelczar, M.J., &
Chan, E.C.S. (2005). Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-Press.
Karmana, Oman. 2008. Biologi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama.
Lestari L.A, E. Harmayani, T. Utami, P.M Sari, S. Nurviani. 2018. Dasar-
dasar mikrobiologi makanan di bidang gizi dan kesehatan. Gadjah
Mada Univeristy Press. Yogyakarta.
Maryani., D. Sari., R. Wahyutomo, dan Masfiyah. 2012. Kesalahan
interpretasi gram sebagai laporan pendahuluan pada kultur darah
positif. Jurnal UNISSULA. 4(1): 23-29.
Murwani, S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Universitas
Brawijaya Press. Malang:
Putri, A. A., dan Fakhrurrazi. 2918. Isolasi bakteri asam laktat genus
Lactobacillus dari feses rus sambar. Jurnal JIMVET. 2(1): 175.
Risandiansyah, R., Arniyati, N. I. Nurita, dan N. H. Gionika. 2020. The use
of food coloring dyes in bacterial staining. J.Exp. Life Sci. 10(2): 138-
143.
Sri, N., Faturrahman, dan M. Ghazali. 2015. Deteksi bakteri pathogen
yang berasosiasi dengan Kapphycus alvarezii bergejala penyakit ice-
ice. Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan. 1(2): 4-7.
Surajudin, F., R. Kusuma, dan D. Purnomo. 2008. Yoghurt Susu
Fermentasi yang Menyehatkan. Agromedia. Jakarta.
Thairu, Y., I. A. Nasir, dan Y. Usman. 2014. Laboratory perspective of
gram staining and its Significance in investigations of infectious
diseases. Journal of Medicine. 1(4): 168-174.
Tripathi, N., dan A. Sapra. 2021. StatPearls [Internet] : Gram Staining. Stat
Pearls Publishing. Florida.
Waluyo. L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

You might also like