You are on page 1of 9

BUPATI WONOSOBO

SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO


PADA ACARA RAKOR PENANGGULANGAN
KEMISKINAN EKSTREM

RABU, 17 NOVEMBER 2021

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,


Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Yang saya hormati :


• Wakil Bupati Wonosobo,
• Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo;
• Kepala BPS Kabupaten Wonosobo;
• Para Asisten Sekda,
• Segenap Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah yang
tergabung dalam Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah Kabupaten Wonosobo;
• Para Camat se Kabupaten Wonosobo; dan
• Undangan serta hadirin yang berbahagia.

1|Bagian Prokompim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan kepada kita semua untuk
hadir, pada acara Rakor Penanggulangan Kemiskinan di
Kabupaten Wonosobo, dalam keadaan sehat tanpa
kekurangan suatu apapun.
Ditengah-tengah situasi Pandemi Covid-19 yang
berangsur-angsur telah membaik, seiring dengan semakin
meningkatnya cakupan vaksinasi, semoga tidak
mengendurkan kebiasaan kita untuk tetap menjaga protokol
kesehatan. Semoga pandemi segera berakhir dan
perekonomian kembali pulih, sehingga pembangunan yang
telah kita rencanakan akan berjalan sesuai target, yang
tentunya akan berdampak pula pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Bapak-Ibu yang saya hormati,


Sebagai kabupaten dengan tingkat kemiskinan tinggi,
yaitu diangka 17,36% atau peringkat 34 dari kabupaten/kota
di Jawa Tengah pada tahun 2020, tentunya upaya
penanggulangan kemiskinan tidak hanya sekedar wacana
semata, tetapi diperlukan percepatan dan inovasi serta peran
dari berbagai pihak secara terintegrasi, bukan bekerja
sendiri-sendiri tanpa melihat keterkaitan dengan isu sektoral
lainnya. Selain itu yang lebih penting lagi, intervensi tidak
bisa seragam penanganannya, sehingga identifikasi terhadap
permasalahan kebutuhan dan potensi sebagai dasar intervensi
menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan intervensi.
2|Bagian Prokompim
Terlebih lagi, pada tahun 2022 nanti, Kabupaten
Wonosobo ditetapkan sebagai lokus prioritas penanganan
kemiskinan ekstrem, dengan target pada tahun 2024
kemiskinan ekstrem akan mencapai 0% secara nasional.
Pada tahun 2021 ini tingkat kemiskinan ekstrem Kabupaten
Wonosobo sebesar 11,10%, dengan kata lain setiap tahun
kita harus bisa menurunkan 3,7% per tahun untuk mencapai
0% pada tahun 2024 mendatang.
Dengan kondisi keuangan kita yang pada 2 tahun ini
mengalami refocusing anggaran, tentu banyak kegiatan
menjadi tertunda yang berefek pula pada ketidaktercapaian
pada beberapa target kinerja pembangunan. Namun bukan
berarti kita tidak bisa bekerja, justru kita harus bergerak
cepat dan berinovasi, baik dalam bentuk kebijakan sesuai
kewenangan maupun dalam bentuk program kerja.
Ketidakpastian akan akhir pandemi memberi tantangan bagi
kita, untuk membuat program penanganan kemiskinan yang
bisa menyasar langsung kepada kelompok miskin, agar dapat
terpenuhi kebutuhan dasar dan meningkat kesejahteraannya,
serta menjaga kelompok rentan agar mereka tidak jatuh
dalam jurang kemiskinan. Kita tidak dapat mengabaikan
kelompok rentan yang berada sedikit di atas garis
kemiskinan, namun ketika terjadi goncangan ekonomi
mereka akan terpuruk dan masuk dalam kelompok miskin.

3|Bagian Prokompim
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Agar langkah percepatan penanganan kemiskinan ini
tepat sasaran, saya minta Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan yang merupakan gabungan dari semua
perangkat daerah, untuk mampu mendiagnosa kondisi
kemiskinan dan kerentanan masyarakat, bagaimana sumber
penghidupannya, apakah bekerja atau menganggur, atau
bekerja tapi berpenghasilan rendah. Identifikasi juga apakah
masyarakat miskin dan kelompok rentan ini terlayani dan
dapat mengakses pendidikan, kesehatan, air bersih dan
sanitasi, rumah yang layak huni serta kebutuhan dasar
lainnya. Pastikan juga apakah masyarakat miskin dan
kelompok rentan ini terlindungi, baik dari jaminan sosial,
terlindungi asetnya, serta terlindungi haknya, dalam
kepemilikan dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.
Dari hasil identifikasi ini kita dapat melihat peran masing-
masing Perangkat Daerah, untuk menjangkau dan
mengangkat mereka agar keluar dari kemiskinan.
Harapannya, penanganan kemiskinan lebih
komprehensif, yaitu melihat kemiskinan tidak hanya melihat
dari sisi pendapataan yang diterima per kapita, namun perlu
adaya pendekataan yang menyeluruh dalam memandang
kemiskinan dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan letak
geografis suatu daerah. Sehingga selanjutnya penerapan
kebijakan penanggulangan kemiskinan secara umum tidak
lagi dilakukan, namun kebijakan harus dirancang sesuai
dengan karakteristik kemiskinan masing-masing wilayah.

4|Bagian Prokompim
Jika kita sudah bisa mendiagnosa dan mengidentifikasi
karakteristik kemiskinan ini, maka dapat ditentukan
intervensi yang tepat.
Langkah selanjutnya adalah penentuan prioritas
intervensi, mengingat kemampuan anggaran yang tidak
memungkinkan seluruh persoalan diatasi dalam waktu yang
bersamaan. Dengan adanya kesepakatan tentang prioritas
penanganaan baik lokasi dan sasarannya, maka intervensi
akan lebih terukur baik dari segi target maupun alokasi
pendanaannya. Berkaitan dengan kemampuan anggaran ini,
maka keterlibatan swasta sangat potensial, untuk mendukung
program dan kebijakan yang akan kita lakukan dalam
penanganan kemiskinan. Untuk itu saya minta segera
bentuk forum CSR yang fokus pada isu-isu strategis daerah,
terutama pada penanganan kemiskinan ini. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Bagian Perekonomian
Setda, dan Bagian Pemerintahan Setda, saya minta segera
berkoordinasi untuk pembentukan forum CSR ini. Dinas
Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, segera siapkan
materi dan data-data DTKS yang telah dianalisis, sebagai
dasar intervensi baik yang akan didanai oleh APBD maupun
melalui CSR.

5|Bagian Prokompim
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Sehubungan dengan tema hari ini, Penanganan
Kemiskinan Ekstrem, maka saya minta semua Perangkat
Daerah untuk fokus pada 25 desa lokasi prioritas penanganan
ekstrem di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Kalikajar, Kertek,
Sapuran, Kepil dan Mojotengah, terutama pada rumah
tangga miskin desil 1 yang datanya telah diverifikasi oleh
desa, dan sedang dilakukan verifikasi oleh Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah. Segera susun kebutuhan intervensi
utama dalam strategi pengurangan beban pengeluaran, yaitu
pemenuhan rumah layak huni, sanitasi dan air bersih, akses
listrik, dan kepesertaan program bantuan sosial oleh pusat
maupun daerah. Tidak kalah penting, intervensi dalam
peningkatan pendapatan dan pemberdayaan rumah tangga
miskin. Identifikasi dengan jelas sumber penghasilan mereka
dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan.
Saya yakin banyak perangkat daerah yang bisa terlibat
disini baik Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan, Dinas
Perdagangan, Koperasi, dan UKM, Dinas Tenaga Kerja,
Perindustrian, dan Transmigrasi, maupun Perangkat Daerah
lain yang memiliki program kegiatan pemberdayaan dan
peningkatan kapasitas masyarakat. Namun perlu diingat,
bahwa intervensi dalam bentuk pemberdayaan dan
peningkatan kapasitas, harus berkelanjutan dan saling terkait
antar Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6|Bagian Prokompim
Jika dilihat dari profil kemiskinan secara umum,
sebagian besar rumah tangga miskin di Kabupaten
Wonosobo adalah petani, baik petani yang menggarap lahan
sendiri namun terbatas, maupun pekerja atau buruh
pertanian. Sebuah keprihatinan tersendiri mengingat
pertanian adalah penyumbang terbesar perekonomian di
Wonosobo, tetapi justru rumah tangga miskin didominasi
oleh rumah tangga dengan pencaharian petani. Pekerjaan
rumah besar bagi kita untuk mengangkat kesejahteraan
petani di Kabupaten Wonosobo.
Selanjutnya secara kewilayahan, identifikasi pula akses
sarana dan prasarana pendukung seperti akses jalan dan
irigasi, sarana pendidikan, dan kesehatan, apakah terdapat
kesenjangan akses pada 25 desa tersebut. Saya berpesan agar
penanganannnya dapat tuntas satu rumah tangga dapat
terentaskan dan meningkat kesejahteraannya. Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang sudah saya
tetapkan melalui Keputusan Bupati pada 14 April 2021,
harus segera bekerja dan berinovasi untuk dapat
menuntaskan kemiskinan ekstrem ini dan menurunkan angka
kemiskinan secara makro. Bagi kecamatan yang tidak
menjadi lokasi kemiskinan ekstrem, bukan berarti bebas dari
pekerjaan ini sebab masih banyak saudara kita yang berada
di desil 1 yang tersebar di 265 desa/kelurahan.

7|Bagian Prokompim
Terakhir dan yang paling urgent, terkait kualitas data
terpadu kesejahteraan sosial yang menjadi satu-satunya
rujukan data dalam penetuan lokus dan fokus intervensi.
Pastikan proses verval DTKS tidak hanya memenuhi
kewajiban, tetapi perhatikan betul kualitas vervalnya dimulai
dari proses musdes, kunjungan lapangan, maupun proses
input data. Bekali dengan baik para admin desa dan petugas
lapangan untuk dapat menghasilkan data yang berkualitas,
dan hanya warga yang berhak saja yang masuk dalam
pendataan. Dalam hal ini peran kecamatan untuk memonitor
pelaksanaan verval sangat penting, karena salah satu tugas
dan fungsi kecamatan selaku TKPK kecamatan, adalah
mengelola data rumah tangga miskin di tingkat kecamatan
serta melakukan pemantauan evaluasi dan pelaporan.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Selain intervensi secara mikro di level rumah tangga
miskin, kebijakan makro yang perlu perhatian adalah
bagaimana agar masyarakat dapat meningkatkan daya beli,
melalui pengendalian harga kebutuhan pokok baik sembako
mapun gas LPG. Khusus gas LPG ini, saya ingatkan kepada
para ASN bahwa gas LPG 3 kg hanya untuk orang miskin,
jangan sampai ada yang masih menggunakan LPG 3 kg
untuk keperluan sehari-hari. Menggunakan gas LPG 3 kg
berarti kita mengambil jatah orang miskin. Selain ketepatan
sasaran subsidi gas LPG, awasi juga rantai distribusi sampai
ke level rumah tangga.

8|Bagian Prokompim
Potong rantai distribusi yang terlalu panjang, agar
harga ke konsumen tidak jauh berbeda dengan harga eceran
tertinggi yang disarankan. Demikian juga dengan harga
kebutuhan pokok masyarakat kita monitor terus
pergerakannya, jika perlu ada upaya khusus agar harga
kebutuhan pokok tetap stabil dan terjangkau terutama oleh
masyarakat miskin.
Saya berterima kasih atas kebijakan baru pemerintah
kabupaten Wonosobo, yang mewajibkan ASN untuk
membeli beras dari petani lokal. Semoga kebijakan ini
memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan petani,
dan tentunya perlu diikuti pula dengan kebijakan untuk
memberikan ruang, bagi usaha industri skala mikro dan
rumah tangga agar mereka dapat terus bergerak, berproduksi
secara kontinyu dan menghidupi keluarga.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga poin-
pont penting tadi dapat dipahami dan dilaksanakan serta
dikoordinasikan dengan baik. Semoga cita cita kita untuk
mewujudkan Wonosobo yang Berdaya Saing, Maju, dan
Sejahtera dapat tercapai.

Sekian dan terima kasih,


Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

BUPATI WONOSOBO

H. AFIF NURHIDAYAT,S.Ag
9|Bagian Prokompim

You might also like