You are on page 1of 12

MERETAS AKUNTANSI BERBASIS SYARIAH

(Menelusuri Jejak Akuntansi dalam Alquran dan


Sunnah serta Perkembangannya di Indonesia)
Muhammad Zaki1
Abstrak
Kegagalan akuntansi konvensional dalam memenuhi tuntutan
masyarakat akan informasi keuangan yang benar, jujur dan adil, meningkatkan
kesadaran di kalangan intelektual muslim akan perlunya pengetahuan
akuntansi yang islami. Perumusan kembali kerangka konseptual pelaporan
keuangan dengan mendasarkan pada prinsip kebenaran, kejujuran dan
keadilan menjadi sangat mendesak untuk dilakukan, mengingat akuntansi
syariah sesuai dengan fitrah (kecenderungan) manusia yang menghendaki
terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang menjunjung tinggi etika dan
tanggung jawab sosial. Islam yang disampaikan Rasulullah Saw melingkupi
seluruh alam yang tentunya mencakup seluruh umat manusia. Paham
akuntansi konvensional hanya mementingkan kaum pemilik modal
(kapitalis), sedangkan akuntansi syariah bukan hanya mementingkan
manusia saja, tetapi juga seluruh makhluk di alam semesta ini.
Kata Kunci : Akuntansi konvensional, akuntansi syariah, keadilan.

Abstract
The failure of conventional accounting to meet public demand
financial information that is true and fair, raise awareness among Muslim
intellectuals will need knowledge of Islamic accounting. Reformulation of
the conceptual framework of financial reporting based on the principles
of truth, honesty and justice becomes very urgent to do, given the nature
of accounting in accordance with the sharia which requires the realization
of human social life that uphold ethics and social responsibility. Islam
delivered the Prophet encompasses the entire universe which of course
covers the whole of mankind. Conventional accounting understood it
favors only the owners of capital (capitalists), while Islamic accounting
is not only concerned with human beings, but also all creatures in this
universe.
Keywords: Conventional accounting, Islamic accounting, Justice.

1 Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yasni Muara Bungo pada
program studi Ekonomi Syariah. e-mail: mdzakiismail@gmail.com.

91
Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

Pendahuluan
Allah Swt berfirman:
ْ َ ًّ َ ُّ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ُۚ ‫اكتُبُوه‬ ‫أج ٍل مسم ف‬ ٰ‫آمنُوا ِإ َذا تَ َدايَنتُم بِ َديْن ِإىل‬
َ ‫ين‬
َ ‫اذل‬
ِ ‫يا أيها‬
ٍ
ْ ْ ٌ َ ْ ُ َ ْ َّ ُ ْ َ ْ َ
ۚ ‫ب بِال َعد ِل‬ ِ‫ويلكتب بينكم اكت‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar...”. (Q.S: al-Baqarah/2 : 282).
Dalam perspektif Islam, keadilan merupakan nilai-nilai moral
yang sangat ditekankan baik melalui Alquran maupun sunnah. Dalam
Alquran tidak kurang dari seratus ungkapan yang memasukkan gagasan
keadilan, baik dalam bentuk kata-kata yang bersifat langsung ataupun tidak
langsung. Demikian pula di dalam Alquran terdapat dua ratus peringatan
untuk melawan ketidakadilan dan yang seumpamanya. Ayat-ayat Alquran
menyebut keadilan dalam konteks yang sangat beragam, mulai dari proses
penetapan hukum, adil terhadap diri sendiri, adil dalam berbagai aktivitas
dan keadilan dalam transaksi akuntansi.
Dalam kontek akuntansi, Alquran menyebut tentang pentingnya
harta atau kekayaan sebagai suatu objek dari kegiatan ekonomi dan sebagai
modal (faktor produksi) wajib dikembangkan. Semua aktivitas akuntansi,
produksi, konsumsi dan distribusi itu berlandaskan pada nilai-nilai keadilan.
Dalam konteks keadilan pula, Alquran menyebutkan perbedaan antar
individu sebagai sesuatu yang alamiah, dan bukan untuk dipertentangkan
namun untuk saling kerjasama. Karena itu, perbedaan derajat kehidupan
ekonomi adalah pangkal untuk saling mengambil manfaat satu dengan yang
lain dan menjadi titik tolak kompetisi (fastabiqul khairãt), sehingga setiap
orang memiliki peluang yang sama dan diperkenankan untuk berkompetisi
guna memperoleh hadiah, janji, dan balasan sesuai dengan usahanya. Dalam
hal ini, sistem akuntansi syariah berusaha untuk merealisasikan prinsip-
prinsip keadilan dalam aktivitas ekonomi. Spiritualisasi dan moralisasi
aktivitas akuntansi individu dan kolektif akan mempromosikan keadilan
ekonomi yang dicita-citakan. Makalah sederhana ini akan memaparkan
akuntansi yang berdasarkan pada Alquran dan Sunnah serta penelusuran
jejak perkembangannya di Indonesia.

92 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016


Muhammad Zaki

Akuntansi Dalam Alquran


Syari’at Islam memberikan perhatian besar terhadap masalah ḥisãb,
yaitu suatu proses perhitungan amal selama hidup manusia di dunia oleh
Allah Swt. Penggunaan kata ḥisãb mengalami perubahan sesuai dengan
konteks dan bentuk kalimat, dan salah satu perubahan kata tersebut
adalah muḥãsabah (menghitung-hitung atau mengevaluasi diri). Kata
muḥãsabah dalam bahasa Arab sama artinya dengan akuntansi dalam
dunia ekonomi modern, kata ini muncul 48 kali dalam Alquran.2 Kata
ḥisãb atau muḥãsabah adalah kata yang berkaitan dengan upaya untuk
menghitung, mengukur dan mengendalikan seluruh aktivitas manusia
selama hidup di dunia untuk dapat dipertanggungjawabkan di akherat.
Ayat-ayat Alquran yang mengandung masalah ḥisãb pada intinya
adalah mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan
akuntansi syariah. Dengan demikian, upaya untuk membangun suatu
teori akuntansi syariah tidak bisa dilepaskan dari konsep dasar Alquran
tentang suatu teori. Dengan kata lain, nilai-nilai Alquran harus dijadikan
prinsip-prinsip dalam aplikasi akuntansi.
Kaitan dengan penerapan akuntansi atau pencatatan seluruh
transaksi yang dilakukan selama bermu’amalah, maka Alquran
memberikan rambu-rambu prinsip umum yang dinyatakan dengan tegas
dalam surat al-Baqarah [2] ayat 282 berikut ini:
ْ َ ًّ َ ُّ َ َ ٰ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ُۚ ‫اك ُت ُبوه‬ ‫يا أيها الِين آمنوا إِذا تداينتم بِدي ٍن إِل أج ٍل مسم ف‬
َ‫ب َكما‬ َ ‫ك ُت‬ْ َ َ ٌ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ٌ َ ْ ُ َ ْ َّ ُ ْ َ ْ َ
‫ولكتب بينكم كت ِب بِالعد ِل ۚ ول يأب كت ِب أن ي‬
َ
‫الل َر َّب ُه َول‬ َ ْ ِ‫ب َو ْلُ ْملِل َّالِي َعلَيْه‬
َ َّ ‫ال ُّق َو ْلَ َّتق‬ ْ َ ْ َ ُ َّ ُ َ َّ َ
ْ ‫ك ُت‬ ‫علمه الل ۚ فلي‬
ِ ِ
ْ‫يفا أَو‬ ً َ ْ َ ً َ ُّ َ ْ ْ َ َ َّ َ َ َ ً ْ َ ُ ْ ْ َ ْ َ
ِ‫يبخس مِنه شيئا ۚ فإِن كن الِي عليهِ الق سفِيها أو ضع‬
ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُّ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َّ ُ َ ُ َ ْ َ َ
‫ل يست ِطيع أن ي ِمل هو فليملِل و ِله بِالعد ِل ۚ واستش ِهدوا ش ِهيدي ِن‬
َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ٌ ُ َ َ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ َّ َ ْ ُ َ ّ
‫ان مِمن ترضون‬ ِ ‫ي فرجل وامرأت‬ ِ ‫مِن رِجال ِكم ۖ فإِن لم يكونا رجل‬

2 Muhammad, Teori Akuntansi Syariah: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: STIS,


Cet. I, 2000), h. 98.

Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 93


Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

ْ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ّ َ ُ َ َ ُ َ ْ َّ َ َ َ َ ُّ َ
َ‫ى ۚ َو َل يَأب‬ ٰ ‫خ َر‬ ‫ضل إِحداهما فتذكِر إِحداهما ال‬ ِ ‫مِن الشهداءِ أن ت‬
ً ‫ريا أَ ْو َكب‬
ٰ‫ريا إ ِ َل‬ ً ِ‫ك ُت ُبوهُ َصغ‬ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َ ُّ
‫الشهداء إِذا ما دعوا ۚ ول تسأموا أن ت‬
ِ
َّ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َّ َ
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ
‫ن أل ترتابوا ۖ إِل‬ ٰ ‫أجلِهِ ۚ ذل ِكم أقسط عِند اللِ وأقوم ل ِلشهادة ِ وأد‬ ٰ
ٌ‫ك ْم ُج َناح‬ ُ َْ َ َ ََْ ْ ُ ََْ َ َ ُ ُ ًَ َ ًَ َِ َ ُ َ َ
‫اضة ت ِديرونها بينكم فليس علي‬ ِ ‫أن تكون تارة ح‬
ٌۚ ‫ار َكت ٌِب َو َل َشهيد‬ َّ ‫وها ۗ َوأَ ْشه ُدوا إ َذا َت َب َاي ْع ُت ْم ۚ َو َل يُ َض‬َ ُ ُ ْ َ َّ َ
‫أل تكتب‬
ِ ِ ِ
ُ َّ ‫الل ۗ َو‬ ُ َّ ‫ك ُم‬ ُ ُ ّ َ ُ َ َ َّ ُ َّ ُ ٌ ُ َّ َ ُ ْ َ
‫الل‬ ‫ِإَون تف َعلوا فإِن ُه ف ُسوق بِك ْم ۗ َواتقوا الل ۖ ويعلِم‬
ْ َ ‫ك ّل‬
ٌ ِ ‫ش ٍء َعل‬
‫يم‬
ُ
ِ ِ‫ب‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua
oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.
dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka

94 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016


Muhammad Zaki

Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.3

Dalam kontek ayat inilah Alquran mengajarkan agar seluruh


transaksi pinjam meminjam atau jual beli dilakukan penulisan
transaksinya. Jika demikian, maka akuntansi merupakan hal penting
dalam setiap transaksi perdagangan atau perusahaan. Dengan melakukan
pencatatan tersebut, maka peminjam ataupun penjual akan lebih mudah
mempertanggung-jawabkan niaganya. Mengacu pada ayat dan penjelasan
tersebut, maka secara ringkas dapat dirumuskan prinsip umum akuntansi
syariah sebagai berikut:4
1. Keadilan
2. Kebenaran
3. Pertanggungjawaban.

Berdasarkan tiga prinsip umum ini, maka dapat ditemukan


prinsip-prinsip khusus dalam akuntansi syariah. Oleh karena itu, nilai
keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban pencatatan transaksi
dapat terwujud apabila pelaporan akuntansi dapat dilakukan dengan
benar, cepat, terang, jelas, tegas dan informatif; menyeluruh, ditujukan
ke semua pihak; terperinci dan teliti, tidak terdapat unsur manipulasi,
dan dilakukan secara kontinu.
Akuntansi syariah menurut Iwan Triyunowo dan Gaffikin, adalah
merupakan salah satu upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke
dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Adapun tujuan diciptakannya
akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan
humanis, emansipatoris, transedental dan teleologikal.5 Sedangkan
akuntansi modern diartikan sebagai proses pencatatan, pengklasifikasian,
peringkasan transaksi keuangan yang diukur dalam satuan uang, serta
pelaporan hasil-hasilnya, yang dilakukan dengan tujuan memberi
informasi kepada pemakai dalam rangka pengambilan keputusan.6

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depok: Cahaya Qur’an,


2008), h. 48.
4 Muhammad, Teori, h. 107.
5 Ibid, h. 143.
6 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 95


Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

Dengan pengertian akuntansi syariah ini, maka realitas sosial akan


dikonstruk melalui nilai tauhid dan ketundukan pada jaringan-jaringan
kuasa ilahi, yang semuanya dilakukan dengan perspektif khilãfatullah fil
arḍi, yaitu suatu cara pandang yang sadar akan hakikat diri manusia dan
tanggung jawab kelak di kemudian hari di hadapan Allah Swt.7

Konsep Dasar Akuntansi Islam


Konsep akuntansi dalam Islam dan akuntansi konvensional
memiliki sifat dan karakteristik khusus yang berbeda. Adapun
karakteristik akuntansi syariah adalah:8
1. Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Alquran dan
sunnah nabawiyyah, serta fiqih para ulama.
2. Akuntansi Islam dilandasi oleh akidah yang kuat, iman, serta
Islam.
3. Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik.
4. Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di
depan masyarakat dan umat Islam tentang seberapa jauh kesatuan
ekonomi dipengaruhi oleh hukum-hukum syari’at Islam, terutama
yang berkaitan dengan mu’amalah.
5. Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat akidah dan
akhlak, akuntansi Islam berkaitan dengan proses-proses keuangan
yang sah.
6. Akuntansi Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku
sebagai unsur yang juga berperan dalam kesatuan ekonomi.

Akuntansi Dalam Sunnah Nabawiyyah


Dalam hadis-hadis banyak ditemukan kata-kata h}asaba maupun
hasaba, seperti yang terdapat dalam kitab Sunan at-Tirmiżi, pada bab
shalat, hadis nomor 378 berikut ini:9

Cet. I, 2003), h. 11.


7 Muhammad, Prinsip-Prinsip Akuntansi Dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press,
Cet. I , 2000), h. 7.
8 Husein Syahatah, Usul al-Fikr al-Muhasabi al-Islami, terj. Husnul Fatarib,
Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), h.
55-57.
9 al-Imam al-Hafiz Muhammad ibn Isa ibn Saurah at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi

96 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016


Muhammad Zaki

ْ َ ُُ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ََْ َُْْ ُ َ َ ُ َ َ َّ َ َّ
‫ِإن أول ما حياسب بِ ِه العبد يوم ال ِقيام ِة ِمن عم ِل ِه صالته ف ِإن‬
َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َْ ََ َ ََْ ْ َ َ ْ َ ُ َ
... ‫صلحت فقد أفلح وأجنح وإِن فسدت فقد خاب وخ ِرس‬
Artinya: “...Sesungguhnya hal pertama yang akan dihisab dari perbuatan
seorang hamba pada hari kiamat nanti adalah shalat, jika shalat itu dikerjakan
dengan benar, maka ia telah beruntung dan selamat, namun jika shalat itu
rusak, maka ia telah merugi...”. (HR. Tirmizi)
Kata h}asaba maupun dalam bentuk lainnya banyak terdapat
dalam hadis Rasulullah Saw memiliki arti perhitungan, menyusun, dan
pembalasan. Dari beberapa hadis Rasulullah Saw yang mengandung kata-
kata h}asaba, dapat disimpulkan bahwa kata-kata tersebut mengandung
pesan atau makna:
1. Perhitungan dan pembalasan
2. Catatan, data dan hitungan.

Akuntansi Syariah vs Akuntansi Konvensional


Terdapat beberapa aspek mendasar yang membedakan antara
akuntansi syariah dan akuntansi konvensional sebagaimana tabel berikut:

Aspek Akuntansi Islam Akuntansi Konvensional


Pengertian Perhitungan dan Pengumpulan dan pembukuan,
pembukuan keuangan penelitian tentang keterangan-
keterangan dari berbagai
macam aktivitas
Tujuan Menjaga harta yang Menjelaskan hutang dan
merupakan hujjah atau piutang, untung dan rugi,
bukti-bukti ketika terjadi sentral moneter, dan membantu
perselisihan dalam mengambil kebijakan-
kebijakan manajemen

(ar-Riyad: Maktabah al-Ma’arif, cet. 1, t.t) h. 112. Hadis semakna juga terdapat dalam
beberapa kitab hadis lainnya, diantaranya adalah kitab an-Nasai hadis nomor 462,
kitab Abu Daud hadis nomor 733, kitab Ibnu Majah hadis nomor 1415 dan 1416,
serta kitab Ahmad hadis nomor 9130, 16339, 16342, dan 19771.

Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 97


Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

Krakteristik Berdasarkan nilai-nilai Tidak berdasarkan nilai-nilai


akidah dan akhlak akidah dan akhlak

Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di Dunia Islam


Pengembangan Standar Akuntansi Keuangan Bank Syariah telah
dimulai sejak tahun 1987.10 Dalam hal ini, beberapa penelitian berkaitan
dengan upaya pengembangan Standar Akuntansi Keuangan tersebut
telah diselesaikan dan dikompilasikan dalam lima jilid dan disimpan di
perpustakaan IRTIIDB (Islamic Research and Training Institute of The
Islamic Development Bank).11
Hasil dari penelitian-penelitian mengenai hal tersebut adalah
pembentukan The Financial Accounting Organization for Islamic Bank
and Financial Intitutions (The Organization) pada tanggal 1 Safar 1410
H / 26 Februari 1990. Organisasi ini terdaftar sebagai organisasi nirlaba
yang berdomisili di Manama, Ibu Kota Negara Bahrain pada tanggal
11 Ramadhan 1411 H / 27 Maret 1991. Sejak pendirian organisasi
tersebut kemudian berlanjut dengan upaya penyusunan Standar
Akuntansi Keuangan bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Berkaitan
dengan hal ini, organisasi ini juga mengakomodasi peran serta beberapa
konsultan syariah, pakarpakar dan praktisi akuntansi, serta para bankir
syariah. Pada akhirnya, The Financial Accounting Organization for
Islamic Bank and Financial Intitutions berganti nama menjadi The
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Instiutions
(AAOIFI).12 Organisasi ini terus mengembangkan standar keuangan
melalui pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan
Tindak Lanjut.13

10 “Sejarah Perumusan Akuntansi Syariah” dalam Rifqi Muhammad, Akuntansi


Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah (Yogyakarta: P3EI, Press,
2008), hal. 3.
11 Gatot Suhirman, “Akuntansi Syariah: Mengungkap Identitas Diri yang
Hilang”, dalam Iqtishaduna: Jurnal Ekonomi Islam, Volume III, Nomor 1, Juni 2012,
hal. 68.
12 Ibid.
13 Kharis Raharjo, “Filosofi Akuntansi Syariah dalam Praktik Transaksi Lembaga
Keuangan Islam”. Artikel dipublikasikan melalui: jurnal.unpand.ac.id/index.php/

98 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016


Muhammad Zaki

Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di Indonesia


Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia, seperti
bank syariah, asuransi syariah, lembaga pembiayaan syariah, pegadaian
syariah, koperasi syariah, lembaga keuangan mikro syariah dan lembaga
keuangan syariah lainnya menuntut akuntansi harus mampu untuk
mengikuti perkembangan lembaga keuangan tersebut.
Dalam rangka merespon fenomena tersebut, maka pada tanggal 1
Mei 2002 telah disahkan PSAK 59 Akuntansi Perbankan dan Kerangka
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Bank Syariah yang resmi berlaku
sejak 1 Januari 2003. Adapun kronologis penyusunan PSAK perbankan
syariah adalah sebagai berikut:
a. Januari-Juni 1999, masyarakat mulai memberi usulan mengenai
standar akuntansi untuk bank syariah.
b. Juli 1999, usulan masuk agenda dewan konsultatif SAK.
c. Agustus 1999, dibentuk tim penyusun pernyataan SAK bank
syariah.
d. Desember 2000, Tim Penyusun menyelesaikan konsep exposure
draft.
e. Juni 2001, exposure draft disahkan mengenai Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah dan
PSAK Akuntansi Perbankan Syariah.
f. Mei 2002, pengesahan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Bank Syariah dan PSAK Akuntansi Perbankan
Syariah.
g. Januari 2003, mulai berlaku Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah dan PSAK Akuntansi
Perbankan Syariah.

Prasyarat Pengembangan Akuntansi Syariah


Dalam rangka pengembangan akuntansi syariah, nilai-nilai
kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam beberapa
bentuk sebagai berikut:
1. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam adalah sebagai way
of life sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Ali ‘Imran [3]

dinsain/article/ download/153/150, hal. 7. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2015.

Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 99


Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

ayat 85 berikut ini:


َ‫ري ْاإل ْس َالمِ ِدينًا فَلَن ُي ْقبَ َل ِمنْ ُه َو ُه َو يف ْاآل ِخ َر ِة ِمن‬
َ ْ ‫َو َمن يَبْتَغ َغ‬
ِ ِ ِ
َ‫اخلَاسين‬ْ
ِ ِ
Artinya: “Dan barang siapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S. Ali Imran/3 : 85)

2. Akuntan muslim harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil,


dan dapat dipercaya sebagaimana firman Allah Swt dalam surat
an-Nisa [4] ayat 135:

ٰ‫ع‬ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ ْ َ َّ َ ُ ُ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫يا أيها الِين آمنوا كونوا قوامِي بِالقِس ِط شهداء ِللِ ولو‬
ُ‫الل‬َّ َ ً َ ْ َ ًّ َ ْ ُ َ َ َ َْ ْ َ ْ َ َْ َ ْ ُ ُ َ
‫سكم أوِ الو ِالي ِن والقربِي ۚ إِن يكن غنِيا أو فقِريا ف‬ ِ ‫أنف‬
َّ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ََ ُ َْ َ
ٰ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ
‫أو ٰل ب ِ ِهما ۖ فل تتبِعوا الهوى أن تع ِدلوا ۚ ِإَون تلووا أو تع ِرضوا فإِن‬
ً ‫ون َخب‬ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َّ
‫ريا‬ ِ ‫الل كن بِما تعمل‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin,
Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. an-Nisa/4
: 135)

1. Akuntan muslim bertanggung jawab melaporkan semua transaksi


yang terjadi (mu’amalah) dengan benar, jujur serta teliti, sesuai
dengan syari’at Islam.
2. Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau
harga pokok. Keakuratan penilaiannya harus dipersaksikan pihak
yang kompeten dan independen sebagaimana yang ditegaskan

100 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016


Muhammad Zaki

Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 282 sebelumnya.


3. Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan
sepanjang tidak bertentangan dengan syariah Islam.
4. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan akuntansi Islam,
harus dihindari, sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai
halal-haramnya. Faktor ekonomi bukan alasan tunggal untuk
menentukan berlangsungnya kegiatan usaha.

Penutup
Fenomena kegagalan akuntansi konvensional dalam memenuhi
tuntutan masyarakat akan informasi keuangan yang benar, jujur dan
adil, meningkatkan kesadaran di kalangan intelektual muslim akan
perlunya pengetahuan akuntansi yang islami. Perumusan kembali
kerangka konseptual pelaporan keuangan dengan mendasarkan pada
prinsip kebenaran, kejujuran dan keadilan menjadi sangat mendesak
untuk dilakukan, mengingat akuntansi Islam sesuai dengan fitrah
(kecenderungan) manusia yang menghendaki terwujudnya kehidupan
bermasyarakat yang menjunjung tinggi etika dan tanggung jawab
sosial. Islam yang disampaikan Rasulullah Saw melingkupi seluruh
alam yang tentunya mencakup seluruh umat manusia. Paham akuntansi
konvensional hanya mementingkan kaum pemilik modal (kapitalis),
sedangkan akuntansi Islam bukan hanya mementingkan manusia saja,
tetapi juga seluruh makhluk di alam semesta ini.[]

Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 101


Meretas Akuntansi Berbasis Syariah

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahnya. Depok: Cahaya
Qur’an, 2008.
Muhammad. Teori Akuntansi Syariah: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
STIS, Cet. I, 2000.
_______ Prinsip-Prinsip Akuntansi Dalam Alquran. Yogyakarta: UII
Press, Cet. I, 2000.
Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan
Implementasi PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI, Press, 2008.
Mursyidi. Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2003.
at-Tirmizi, al-Imam al-Hafiz Muhammad ibn Isa ibn Saurah. Sunan at-
Tirmizi. ar-Riyad: Maktabah al-Ma’arif, cet. I, t.t.
Syahatah, Husein. Usul al-Fikr al-Muhasabi al-Islami, terj. Husnul
Fatarib, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam. Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2001.
Suhirman, Gatot. “Akuntansi Syariah: Mengungkap Identitas Diri yang
Hilang”. Iqtishaduna: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. III, No. 1, Juni
2012.

102 Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016

You might also like