Professional Documents
Culture Documents
Tipologi Kepribadian Temprament (J.Bahsen, E.Meumman, Heymans, G.Ewald)
Tipologi Kepribadian Temprament (J.Bahsen, E.Meumman, Heymans, G.Ewald)
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN
Najwa Amelia
Zahratun Nisa
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
jualah akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “teori kepribadian tipologi
berdasarkan temperamen ( j.bahsen, e.meumann, heymans, & g.ewald), tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memberikan tambahan wawasan ilmu tentang teori kepribadian
topologi temperamen menurut ke empat tokoh di atas
Pada kesempatan ini kami sekalu penulis ingin mengucapkan terima kasih atas
bimbingan, arahan, saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini
lebih baik, kepada:
1. Dyta setiawati, M.Psi, Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah kepribadian
psikodinamik,
2. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala amal
perbuatan yang diberikan.
Kami selaku Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Kami Penulis juga berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaiannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan penulisan
makalah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di
sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan
lingkungan boleh dikata tidak ada.
Tipologi J. Bahnsen Tokohnya merupakan Julius Bahsen( 1830- 1881). Dia mengatakan
dirinya selaku orang yang awal memakai sebutan Characterologis. Bahsen berkomentar kalau
karakter didetetapkan oleh 3 berbagai kondisi kejiwaan, ialah:
a.Temperamen
· Spontanitas( spontaneity)
Perilaku ataupun aksi diucap otomatis apabila diambil ataupun dicoba tanpa terdapatnya
paksaan dari luar( orang lain). Dalam concretonya alterasi spontanitas ini boleh dikata tidak
terhingga, hendak namun sevara teori bisa dicoba dikhotominasi, sehingga terdapat 2
berbagai spontanitas, ialah yang kokoh serta yang lemah.
Ernst Meumann( 1862- 1915), seseorang sarjana yang sempurna pada zamannya. Dia belajar
di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn, dalam ilmu- ilmu theologi, fisiologi, medis, fisika, filsafat,
serta psikologi, setelah itu jadi guru besar di Zurich, Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig
serta Hamburg.
Bukunya bertajuk Intelligenz und Wille yang mangulas karakter. Semacam gurunya ialah
Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis: sifat mempunyai batas selaku disposisi
keinginan, secara bagan bisa ditafsirkan selaku berikut:
Oleh sebab itu sifat( character) merupakan disposisi keinginan yang manifest dalam
perbuatan, hingga ulasan tentang sifat bisa dikerjakan dengan lewat ulasan keinginan.
Baginya keinginan memiliki 3 aspek pokok
Heymans, sisa guru besar psikologi di Groningen, populer hingga dinegeri kita. Tipologinya,
sesungguhnya telah tidak sering dicermati orang. Namun dia meyakinkan kalau
disekelompok mahasiswa nyatanya kalau kedelapan jenis yang biatnya ada pada mereka,
hingga mulai lagi tipologinya menarik atensi, paling utama di perancis.
· Kegiatan, ialah banyak sedikitnya seorang melaporkan isi jiwanya dalam wujud perbuatan
· Proses pengiring, maksudnya kokoh ataupun tidaknya seorang menaruh kesan- kesan
didalam jiwanya
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pustaka. Metode
pustaka yaitu dengan mencari beberapa referensi dari berbagai judul buku dan jurnal - jurnal .
Dan dari referensi itu dirangkum dan dikumpulkan serta diambil kesimpulan sehingga
makalah ini selesai
BAB II
PEMBAHASAN
Tipologi temperamen adalah sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip elementer
yang dapat ditemui kembali dalam semua perbuatan dan mentipe kelangsungan jalannya
kelakuan manusia.
Tokohnya merupakan Julius Bahsen( 1830- 1881). Dia mengatakan dirinya selaku
orang yang awal memakai sebutan Characterologis. Bahsen berkomentar kalau karakter
didetetapkan oleh 3 berbagai kondisi kejiwaan, ialah:
a.Temperamen
Perilaku ataupun aksi diucap otomatis apabila diambil ataupun dicoba tanpa terdapatnya
paksaan dari luar( orang lain). Dalam concretonya alterasi spontanitas ini boleh dikata tidak
terhingga, hendak namun sevara teori bisa dicoba dikhotominasi, sehingga terdapat 2
berbagai spontanitas, ialah yang kokoh serta yang lemah.
· Reseptivitas( receptivity)
Reseptivitas ialah metode gimana orang menerima kesan, apakah kilat ataukah lelet. Disini
pula secara teori ada 2 berbagai reseptivitas ialah yang kilat serta yang lelet.
· Impresionabilitas( impressionability)
Impresionabilitas ialah mendalam ataupun tidaknya pegaruh suatu kondisi terhadap jiwa.
Pula mutu ini dalam concretonya tidaj berhingga variasinya, hendak namun secara teori bisa
dibedakan jadi 2 ialah yang mendalam serta yang tidak mendalam.
· Reaktivitas( resctivity)
Reaktivitas merupakan lama ataupun tidaknya suatu kesan pengaruhi jiwa. Secara teori mutu
ini pula bisa dibedakan jadi 2 berbagai, ialah yang lama serta yang tidak lama.
Dari keempat aspek pokok diketemukan terdapatnya 16 berbagai campuran, sehingga secara
teori pula terdapat 16 berbagai alterasi temperamen, yang terdiri atas 4 berbagai temperamen
ialah choleris( spontanitas kokoh serta reseptivitas kilat); sanguinis( impresionabilitas tidak
mendalam serta rektivitas tidak lama); phlegmatis( resptivitas lelet serta reaksivitas lama);
anamatisch( spontanitas lemat serta impresionabilitas mendalam).
b. Kemauan
Keinginan oleh Bahnsen ditatap berarti serta mengatur sebagian besar dari pada tingkah laku.
1. Posodynie
Ialah ketabahan manusia dalam mengalami kesukaran ataupun dalam mengidap. Dalam
perihal ini terdapat 2 berbagai ialah:
· Posodynie kokoh, yang nyatanya pada kesabaran dan keteguhan hati pada waktu mengidap
ataupun mengaami kesukaran, keyakinan hendak datangnya hari yang baik.
· Posodynie lemah, yang nyatanya pada watak lekas putus asa, lekas berkluh kesah, lekas
kehabisan keyakinan terhadap hendak datangnya hari yang ebih baik.
2. Energi susila
Ialah kecakapan manusi buat membedakan serta meyakini hal- perihal yang baik serta yang
kurang baik dan buat mengatu tinggah lakunya cocok perihal tersebut.
Ernst Meumann( 1862- 1915), seseorang sarjana yang sempurna pada zamannya. Dia belajar
di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn, dalam ilmu- ilmu theologi, fisiologi, medis, fisika, filsafat,
serta psikologi, setelah itu jadi guru besar di Zurich, Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig
serta Hamburg.
Bukunya bertajuk Intelligenz und Wille yang mangulas karakter. Semacam gurunya ialah
Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis: sifat mempunyai batas selaku disposisi
keinginan, secara bagan bisa ditafsirkan selaku berikut:
Oleh sebab itu sifat( character) merupakan disposisi keinginan yang manifest dalam
perbuatan, hingga ulasan tentang sifat bisa dikerjakan dengan lewat ulasan keinginan.
Baginya keinginan memiliki 3 aspek pokok, ialah:
Ditatap dari segi ini Meumann bisa diucap bertabiat fisiologis. Sifat- sifat keinginan itu
memiliki bawah fisiologis serta bergantung kepada sistem saraf. Sehingga aspek ini
mencakup:
1) Keseriusan ataupun kekuatan keinginan: terdapat orang yang memiliki konstitusi saraf
yang kokoh serta karenanya memiliki kekuatan yang besar serta kebalikannya.
2) Lama ataupun tidaknya orang melaksanakan aksi keinginan: disini mempergunakan hasil-
hasil penyelidikan Mosso, Krapelin, serta Stern, ditunjukkan kalau perbandingan dalam
perihal ini berpangkal pada perbandingan dalam kekuatan saraf.
3) Selaku taraf pertumbuhan keinginan yang terjalin bermacam orang yang memiliki bawah
fisiologie, taraf- taraf tersebut merupakan:
( a) Disposisi buat berperan secara instinktif ataupun impulsif, serta lawannya ialah berperan
hati- hati serta menjangkau ke depan( memandang lebih jauh).
( b) Disposisi buat berlagak menyimpan atensi( attentive).
( c) Disposisi buat memastikan persetujuan; dalam perihal ini yang lekas memastikan serta
terdapat yang lama menimbang- nimbang.
Temperamen oleh Meumann diberi batas selaku wujud afektif kegiatan yang bergantung
kepada kerja sama antara disposisi- disposisi afektif serta volisional. Bagaimanakah kita
pengaruhi disposisi- disposisi afektif itu? Meumann menanggapi soal ini dengan menunjuk
kepada sifat- sifat fundamental perasaan. Jadi, dengan demikian analisis tentang temperamen
kemudian jadi analisis tentang perasaan. Sifat- sifat fundamental tersebut terdapatnya pada
manusia dalam conretonya tidak terhingga banyak variasinya, namun dalam abstractonya
secara teori, bisa dicoba dikhotomosasi, ialah penggolongan jadi 2 kalangan. Ada pula sifat-
sifat fundamental perasaan itu merupakan selaku berikut:
1) Bersumber pada atas gampang serta tidaknya terbawa- bawa oleh perangsang, bisa
dibedakan jadi 2 berbagai, ialah( a). gampang serta( b). sukar.
2) Bersumber pada kualitasnya bisa dibedakan jadi 2 berbagai, ialah( a). bahagia serta( b).
tidak bahagia.
4) Bersumber pada atas lama berlangsungnya, ialah lama ataupun tidaknya terdapat dalam
pemahaman, bisa dibedakan jadi 2 berbagai, ialah( a). lama serta( b). tidak lama.
5) Bersumber pada atas pengaruhnya( effect) sehabis sempat tidak lagi disadari, bisa
dibedakan jadi 2 berbagai, ialah( a). lama, senantiasa kemabli pemahaman serta( b). pendek.
6) Berdasar atas genesisnya, dibedakan jadi 2 berbagai, ialah( a). paling utama ditimbulkan
oleh perangsang dari luar ataupun dari dalam serta( b). paling utama ditimbulkan oleh isi- isi
pemahaman.
7) Bersumber pada atas hubungannya dengan lain- lain isi pemahaman, bisa dibedakan jadi 2
berbagai, ialah( a). rapat/ erat, terdapat penyatuan serta( b). tidak rapat.
8) Bersumber pada atas hubungannya dengan subjek, bisa dibedakan jadi 2 berbagai,
ialah( a). diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll. serta( b).
disubyekkan, ialah perasaan ditatap selaku afeksi subyek sekedar.
Setelah itu bersumber pada atas bahan- bahan yang dikemukakan itu, sudah disusun sesuatu
rangka teori temperamen, tetapi dalam perihal ini Meumann masih mencari segi- segi
fisiologinya. Modus ataupun wujud terlahirnya perasaan itu bisa beragam; serta tendens-
tendens ekspresif ini pengaruhi kondisi fisiologis tertentu ialah:
1) Yang berhubungan dengan watak kerja mental, dalam perihal ini bisa dibedakan
terdapatnya 3 mutu berfikir, ialah:
- Berfikir produktif
- Berfikir reproduktif
2) Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam perihal ini bisa dibedakan
terdapatnya: Yang besar taraf kebebasannya– leluasa serta Yang rendah taraf kebebasannya–
tidak leluasa.
3) Yang melingkupi perbedaan- perbedaan dalam metode berfikir, dalam perihal ini terdapat
2, ialah: Berfikir analitis serta lawannya berfikir sentesis serta Berfikir intuitif serta lawannya
berfikir diskurtif.
· Kegiatan, ialah banyak sedikitnya seorang melaporkan isi jiwanya dalam wujud perbuatan
· Proses pengiring, maksudnya kokoh ataupun tidaknya seorang menaruh kesan- kesan
didalam jiwanya
Ketiga guna tersebut, dibedakan atas yang kokoh, dengan ciri(+) serta yang lemah, dengan
ciri(-). Dengan demikian, heymans memakai 6 prinsip pokok. Dalam penyelidikan yang
diadakan, hingga didapatkantanda tertentu antara lain:
Ü Lekas memihak
Ü fantasinya kuat
Ü gampang marah
Ü bahagia sensasi
ü suka bekerja
ü gampang bertindak
ü berhobby banyak
Ü konsekuen
Gram. Ewald memiliki titik berangkat serta sudut pemikiran yang berbeda dari ahli- ahli yang
sudah dibicarakan tadinya. Ia berangkat dari sudut pemikiran psikiatrik, karya utamanya
dalam bidang teori karakter dalam Temperamen und Character( 1924). Di dalam tinjauannya
yang bertabiat psikiatrik itu Ewald membuat perbandingan secara tajam antara temperamen
serta sifat. Sebagaimana dipaparkan dalam penjelasan berikut ini:
a. Temperamen
Temperamen merupakan konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi
di mari generasi ataupun bawah memainkan peranan berarti, lagi pengaruh pembelajaran
serta area boleh dikata tidak terdapat. Berikutnya Ewald berkomentar kalau temperamen itu
sangat erat hubungannya dengan biotonus( tegangan hidup, kekuatan hidup serta tegangan
tenaga), ialah keseriusan serat irama hidup. Biotonus ini terdapat sepanjang hidup serta
terdapatnya pada diri seorang constant, paling utama bergantung kepada konstelasi hormon-
hormon.
b. Sifat( character)
Ewald berikan batas sifat selaku keseluruhan dari keadaan- keadaan serta metode bereaksi
jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis ia membedakan antara: sifat yang dibawa semenjak
lahir serta sifat yang diperoleh, dengan penjelasan berikut:
Sifat yang dibawa semenjak lahir( angeborener Character, sifat genotipis), ialah aspek yang
ialah bawah dari pada sifat, sifat genotipis ini sangat erat hubungannya dengan kondisi
fisiologis, ialah sifat mutu lapisan saraf pusat.
Sifat yang diperoleh( erworbener Character, sifat phaenoripis), ialah sifat yang sudah
dipengaruhi oleh area, pengalaman serta pembelajaran.
Selaku kesimpulan atas perbandingan temperamen serta sifat bagi Ewald merupakan kalau
temperamen boleh dikata senantiasa sepanjang hidup, jadi tidak hadapi pertumbuhan, sebab
temperamen bergantung kepada konstelasi hormon- hormon, sebaliknya konstelasi hormon-
hormon itu senantiasa sepanjang hidup. Ada pula sifat, meski pada dasarnya sudah terdapat
namun masih hadapi perkembangan ataupun pertumbuhan, sifat sangat bergantung kepada
faktor- faktor eksogen.
Dengan demikian sudah nyata aspek- aspek ataupun komponen- komponen apa yang terdapat
pada manusia, tetapi dalam menyusun tipologinya Ewald memakai prinsip- prinsip lain, yang
pada pokoknya didasarkan kepada" busur refleks"( bagi psikologi lama), yang melaporkan
kalau tingkah laku itu tersusun atas 3 stadia ialah:
a. Penerimaan rangsang
b. Penyimpanan serta pengolahan kesan perangsang
c. Respon, ialah penjelmaan perangsang yang sudah ditaruh serta diolah dalam tindakan
Tiap- tiap stadium yang ditafsirkan di atas, oleh Ewald bisa digunakan dalam menggolongan
tipologi, dengan penjelasan selaku berikut:
1) Stadium I, diucap oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, ialah kecakapan menerima kesan-
kesan ataupun kepekaan terhadap perangsang( yang diberi lambang Ed). Dalam
perihal ini masih dibedakan lagi jadi 2 berbagai, ialah:
a. Kepekaan terhadap perasaan- perasaan besar ataupun empfinadlichkeit
ialah retensi, proses pengiring dari pada apa yang tersebut di atas( stadium I). Jadi perkaranya
yakni apakah pengalaman- pengalaman memiliki sisa yang pengaruhi tingkah laku
berikutnya. Hingga dalam perihal ini terdapat orang yang bisa menaruh kesan- kesan dalam
waktu yang lama serta terdapat yang tidak lama.
PENUTUP
KESIMPULAN
Cervone, Daniel, dan Lawrence A.Pervin., Kepribadian: Teori dan Penelitian, edisi 10
terj.Aliya dkk., Jakarta:Salemba Humanika, 2011.