You are on page 1of 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“R” DENGAN RETENSIO


PLASENTA DI RUANG BERSALIN
RSUD PALEMBANG BARI

Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan 2


di RSUD Palembang Bari

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

1. NUR PURNAMA PO.71.24.2.15.022


SARI PO.71.24.2.15.023
2. NURUL HIDAYATI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui seminar sebagai syarat penyelesaian Praktik


Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan tingkat III semester 5 Politeknik Kesehatan
Palembang pada tanggal 09 – 21 Oktober 2017 di RSUD Palembang BARI
disusun oleh:
1. NUR PURNAMA SARI ( PO.71.24.2.15.022 )
2. NURUL HIDAYATI ( PO.71.24.2.15.023 )

Menyetujui:

Pembimbing Akademik Palembang, Oktober 2017


Jurusan Kebidanan Pembimbing Lahan Praktik
iteknik Kesehatan Palembang

Nesi Novita Sari, SsiT, M.Kes. Diah Kesuma Sari,SST


NIP 197308121992032002 NIP. 198209192006042022

Mengetahui
Ka. Bid Penunjang Medis Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Hj. Mewi Andriani SKM, M.Kes


NIP. 197205041996032003

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahat dan kerunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seinar praktik klinik
yang berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. “R” P 6A0 dengan
Retensio Plasenta di Ruang Bersalin RSUD Palembang Bari dengan baik.
Makalah ini merupakan syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik
Kebidanan Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Palembang Tahun Ajaran 2017/2018. Dalam penulisan laporan ini, penulis
mendapatkan bantuan, dorongan, dan bimbingan serta do’a dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Hj. Makiani, S.H, M.M, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
2. drg. Nur Adiba Hanum, M. Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
3. dr. Ayus Astoni, Sp. PD, FINASIM sebagai Wakil Direktur Pelayanan
RSUD Palembang BARI.
4. dr. Hadi Asyik, Sp. A. sebagai Ketua Komite Medik RSUD Palembang
BARI.
5. dr. Hj. Syarifah Faridah, M. Kes. Sebagai Kepala Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI.
6. Hj. Mewi Andriani SKM, M.Kes. selaku Kepala Bidang Penunjang
Medis dan Pendidikan RSUD Palembang BARI.
7. Masrianah, S.Kep, M.Kes. selaku Kepala Bidang Perawatan RSUD
Palembang BARI
8. Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd., M. Kes. sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
9. Nesi Novita, SSiT, M.Kes sebagai Ketua Program Studi D-IV Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang.
10. Siti Hindun, SKM, M. Kes sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.

2
11. Elita Vasra, SST, M.Kes. sebagai ketua praktik kebidanan fisiologis dan
praktik kebidanan kegawatdaruratan Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang.
12. Suprida, SKM, M.Kes. sebagai pembimbing akademik kelompok III
praktik kebidanan kegawatdaruratan Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang.
13. Rini Rosaria, S.ST., sebagai Kepala Ruangan Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI.
14. Diah Kesuma Sari, S.ST. sebagai pembimbing lahan praktik kelompok
III RSUD Palembang Bari.
15. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI
16. Seluruh dosen pembimbing di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Palembang
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak memiliki
kekurangan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Untuk
kesempurnaan penulisan ini, baik dalam penyajian maupun tata bahasa yang
dipergunakan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang dan semoga
makalah ini berguna bagi semua pihak.

Palembang, 18 Oktober 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSUTUJUAN.........................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................5
1.2 Tujuan.........................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................6
1.2.3 Waktu Pelaksanaan..................................................................................6
1.2.4 Tempat Pelaksanaan................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil RSUD Palembang BARI..................................................................7
2.1.1 Selayang Pandan......................................................................................7
2.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Tujuan.................................................................7
2.1.3 Sejarah.....................................................................................................8
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan.........................................................................9
2.2. Tinjauan Teori ..........................................................................................11
2.2.1. Retensio Plasenta....................................................................................11
2.2.2. Manual Plasenta......................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Data Subjektif............................................................................................28
3.2. Data Objektif.............................................................................................29
3.3. Analisa.......................................................................................................31
3.4. Penatalaksanaan.........................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.....................................................................................................................Perbe
daan Teori dan Praktik Persiapan Alat.......................................................32
4.2.....................................................................................................................Perbe
daan Prosedur Kerja Menurut Teori dan Prosedur Kerja di Lapangan.......
....................................................................................................................32
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................................36
5.2. Saran..........................................................................................................36
Daftar Pustaka...................................................................................................38

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator kesehatan suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi


rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan Negara dengan angka tertinggi yang
berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu (Manuaba, 2013).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi pada angka 359 per
100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk AKB dapat dikatakan penurunan on
the track (terus menurun) yaitu 32/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,2012).
Pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB
menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1.000 KH).
(Kesga,2016).
Faktor penyumbang tingginya AKI di indonesia pada tahun 2016 dengan
persentase sebanyak 32% diakibatkan oleh perdarahan. Sementara 26%
diakibatkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang. Penyebab
perdarahan pada ibu terutama karena Atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, laserasi jalan lahir dan kelainan darah. (Widiarini, 2017).

Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta belum lahir dalam


waktu 1 jam setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap (Walyani,
2015). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengambil tindakan manual plasenta sebagai bahan makalah seminar praktik
klinik kebidanan di RSUD Palembang Bari.

5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan laporan kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan retensio plasenta di ruang
bersalin RSUD Palmbang Bari Tahun 2017.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny “R”.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data Objektif pada Ny “R”
3. Mahasiswa dapat menegakan diagnose pada Ny “R”
4. Mahasiswa dapat Melakukan Penatalaksanaan Retensio plasenta pada Ny
“R”

1.3 Waktu Pelaksanaan


Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “R” dengan retensio plasenta
yang dilakukan pada hari Rabu, 18 oktober 2017 pada pukul 11.30 WIB.

1.4 Tempat Pelaksanaan


Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “R” dengan retensio plasenta di
ruang bersalin RSUD Palembang Bari tahun 2017.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil  RSUD Palembang BARI


2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur 
penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan
satu – satunya rumah sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan
5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati.
Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring menuju  RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan


1) Visi
“Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpercaya di Indonesia”.

2) Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima
denganberorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu
berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan
dan pelatihan di Indonesia.

3) Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan Kami”.

4) Tujuan
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.

7
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mampu bersaing
di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolaan RS yang kondusif dan
professional.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang berorientasi pada
perkembangan teknologi.
7. Meningkatkan kesejahteraan pegawai untuk memberikan manfaat yang
signifikan kepada rumah sakit.
8. Memperluas kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan, dan penelitian.
9. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang handal dan
berkompeten di bidangnya.

2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Palembang BARI
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung  poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19 Juni
1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes
Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November  1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang BARI,
tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915  B Tahun 2008
tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang

8
yang merupakan  pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD)
secara penuh.
6. Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal
2 April 2009 ditetapkan menjadi Runah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS – SERT / 363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.

2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur


1. Tahun 1986 s.d 1994 : dr.Jane Lidia Jilahelu sebagai Kepala Poliklinik
Panca Usaha.
2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr.Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG
sebagai Direktur  RSUD Palembang BARI.
3. Bulan Juli 2000 s.d November  2000 : Pelaksana Tugas dr.H.Dachlan
Abbas, Sp.B.
4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr. M.Faisal
Saleh,Sp.PD.
5. Tanggal 14 November 2000 s.d Januari 2012 : dr.Hj.Indah
Puspita.H.A.Mars sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6. Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.M,. MARS
sebagai direktur RSUD Palembang BARI.

2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan


2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 jam
2. Farmasi / Apotik 24 jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 jam
9. Patologi Anatomi

9
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices

2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan


1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Akupuntur
14. Poliklinik SpesialisPsikologi
15. Poliklinik Spesialis Terpadu
16. Poliklinik PKBRS
17. Poliklinik Paru

2.1.4.3 Fasilitas Kendaraan Operasional


1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana

10
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.1.4.4 Pelayanan Rawat Inap


1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II dan III
3. Perawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki - laki
5. PerawatanAnak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu

2.1.4.5 Pelayanan Penunjang


1. Instalasi Laboraturium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medis

11
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1. Retensio Plasenta
2.2.1.1.Definisi Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta belum lahir dalam
waktu 1 jam setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap
(Walyani, 2015).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pranoto, 2014).
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama
setengah jam setelah janin lahir (Maryunani, 2012).

2.2.1.2.Etiologi
a. Faktor yang Mepengaruhi Terjadinya Retensio Plasenta
 Menurut Walyani (2015), menyatakan bahwa faktor yang
memengaruhi terjadinya retensio plasenta antara lain:
1) Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;
kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik
dari uterus; serta pembentukan constriction ring.
2) Kelainan dari plasenta dan sifat perlekatan plasenta pada uterus.
3) Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak rtimik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu
dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta
pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

b. Klasifikasi Retensio Plasenta


 Menurut Maryunani (2009), menyatakan bahwa penyebab
retensio plasenta antara lain:
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya:

12
a) Bila plasenta belum lepas sama sekali, tidak akan terjadi perdarahan
tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi
perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
b) Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau
rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
c) Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui
apakah plasenta sudah lepas atau belum, dan bila lebih dari 30 menit
maka dapat dilakukan plasenta manual.
2) Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim, namun belum keluar karena
atoni uteri atau adanya konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala 3) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).
 Menurut Sastrawinata (2012), menyatakan bahwa penyebab
retensio plasenta antara lain:
1) Fungsional:
a) His kurang kuat (penyebab terpenting).
b) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba);
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena
penyebab di atas disebut plasenta adhesiva.
2) Patologi-anatomi:
a) Plasenta akreta.
b) Plasenta inkreta.
c) Plasenta perkreta.
d.) Jenis Retensio Plasenta
 Menurut Pranoto (2014), menyatakan bahwa jenis-jenis retensio
plasenta adalah:
1) Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.

13
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta sehingga
memasuki atau mencapai miometrium.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta dalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.

c. Diagnosis Retensio Plasenta


 Menurut Nugroho, (2012), menyatakan bahwa tanda dan gejala
yang selalu ada, antara lain:
1) Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
2) Perdarahan segera.
3) Kontraksi uterus baik.
Selain tanda dan gejala yang selalu ada, berikut tanda da gejala yang
kadang-kadang ada, antara lain:
1) Tali pusat putus akibat tarikan berlebihan.
2) Inversio terus akibat tarikan.
3) Perdarahan lanjutan.

Penyebab Retentio Plasentamenurut Sastrawinata (2006:174) adalah


sebagai berikut.
 Fungsional:
1) His kurang kuat (penyebab terpenting)
2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba);
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab
di atas disebut plasenta adhesive.
 Patologi – anatomi:
1) Plasenta akreta
2) Plasenta inkreta

14
3) Plasenta perkreta
 Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan;
jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili
korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena
salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio
plasenta).
 Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan
dengan:
a)   Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
b)   Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
1. Darah penderita terlalu banyak hilang
2. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan
tidak terjadi
3. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Plasenta manual dengan segera dilakukan :
1. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
2. Terjadi perdarahan postpartum berulang
3. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
4. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam

15
2.2.1.3.Patofisiologi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio
sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih
kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum
uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian
besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan
sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan
70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai
mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah
tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada
janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan
mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi
ke janin.
2.2.1.4.Tanda dan Gejala
Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,
serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum
sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul
perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. Pada pemeriksaan pervaginam,
plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
atau lengkap menempel di dalam uterus.
Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
 Plasenta Akreta Parsial / Separasi
1. Konsistensi uterus kenyal
2. TFU setinggi pusat\
3. Bentuk uterus discoid

16
4. Perdarahan sedang – banyak
5. Tali pusat terjulur sebagian
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta lepas sebagian
8. Syok sering
 Plasenta Inkarserata
1. Konsistensi uterus keras
2. TFU 2 jari bawah pusat
3. Bentuk uterus globular
4. Perdarahan sedang
5. Tali pusat terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta sudah lepas
8. Syok jarang
9. Konsistensi uterus cukup
10. TFU setinggi pusat
11. Bentuk uterus discoid
12. Perdarahan sedikit / tidak ada
13. Tali pusat tidak terjulur
14. Ostium uteri terbuka
15. Separasi plasenta melekat seluruhnya
16. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada
tali pusat.(Prawirohardjo, S. 2012)
17.  Plasenta Akreta

2.2.1.5.Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang
melekat membuat luka tidak menutup.

17
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari
tempat perlekatan plasenta.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis
 Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya
menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau
invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal
dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun
kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi
kanker.
5. Syok haemoragik (Manuaba, 2014)
2.2.1.6.Penatalaksanaan
 Menurut Pranoto (2014), menyatakan bahwa penatalaksanaan
yang dapat dilakukan pada kasus retensio plasenta adalah:
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika
dapat dirasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika perlu, lakukan
kateterisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oxitosin 10 unit IM.
4) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
5) Jika belum berhasil, cobalah melakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
6) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji apembekuan darah
sederhana.

18
 Menurut Walyani (2015), menyatakan bahwa penanganan
retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
1) Resusitasi (pemberian oksigen 100%). Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat,
apabila menungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan
saturasi oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi
dengan hasil pemeriksaan darah.
2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan ringer
laktat atau NaCL 0,9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.

d. Terapi Retensio Plasenta


Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit syntocinon
(oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan

19
tekanan pada fundus. Jika plasenta tidak lahir, usahakan pengeluaran
secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan tentang lengkapnya
plasenta, lakukan palpasi sekunder (Walyani, 2015).

2.2.1.7.    Pemeriksaan penunjang
a) Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah
leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya
meningkat.
b) Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang
sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini
penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor
lain.

2.2.2. Manual Plasenta


Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk
melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah
sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan
tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. Kejadian retensio plasenta
berkaitan dengan :
a. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta
perkreta.
b. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
 Darah penderita terlalu banyak hilang.
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan
tidak terjadi.
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
 Manual Plasenta dengan segera dilakukan:
 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

20
 Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
 Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi


perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu
½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta
dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat
pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan
persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam
persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

2.2.2.1.Pengertian
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi
tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum
uteri.
2.2.2.2. Tujuan
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi
harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)

21
2.2.2.3.Kekurangan Manual Plasenta
 Ibu merasa kesakitan
 Membutuhkan keahlian khusus
 Dapat terjadi perdarahan
2.2.2.4.Kelebihan Manual Plasenta
 Tidak ada sisa kotiledon/slaput yang tertinggal
 Dapat menyelamatkan ibu dari infeksi

2.2.2.4.Prosedur Manual Plasenta


 Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, dapat diinfus
dengan NaCl atau Ringer Laktat.
 Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan
suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk
mengatasi rasa nyeri.
Langkah klinik
a. Persetujuan Tindakan Manual Plasenta
Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan
objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan
tindakan yang akan dilakukan.
b. Persiapan Sebelum Tindakan
1. Pasien,
1)    Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan.
2)    Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
3)    Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
4)    Medikamentosa
a. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
b. Analgesik suppositoria Tramadol hidroklorida 100 mg untuk
perawatan nyeri akut berat setelah tindakan.
c. Sedative (Diazepam 10 mg)
d. Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml

22
e. Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
f. Cairan NaCl 0,9% dan RL
g. Infuse Set
h. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
i. Oksigen dengan regulator
2. Penolong
a. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
b. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
c. Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
d. Larutan desifektan
e. Air DTT
3. Instrument
 Kocher: 2
 Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
 Wadah plasenta : 1
 Kateter karet dan urine bag : 1
 Heacting set : 1 set
 Partus set
c. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu
dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan
tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
d. Tindakan Manual Plasenta
Penetrasi Ke Kavum Uteri
1. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet
infuse.
2. Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi
litotomi.
3. Operator berdiri dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan
kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkan membentuk kerucut.
4. Lakukan kateterisasi kandung kemih.

23
 Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
5. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
6. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah)
kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
7. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
8. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
9. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).
10. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut dengan ujung jari
menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks
dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat
diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang
membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas
fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong
fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta,
telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan
kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.
Melepaskan Plasenta dari Dinding Uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam
uterus.
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan
pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan
kanan.

24
2. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
3. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis, plasenta dapat dilepaskan
seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan
fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian,
kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
4. Menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir.
6. Keluarkan plasenta.
7. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui
kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang
tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru.
Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera
berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan
masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada
tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di
jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena
atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan
lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila
perlu.
8. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah
selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika
apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

25
e. Dekontaminasi Pasca Tindakan
 Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk
sarung tangan yang telah di gunakan penolong ke dalam larutan desifektan.
 Cuci tangan pasca tindakan. Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk
mencegah infeksi.
f. Perawatan Pascatindakan
 Periksa kembali tanda vital pasien dan perdarahan pervaginam, segera
lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan.
- Setiap 15 menitpada jam pertama.
- Setiap 30 menit pada jam kedua
 Pastikan bahwa uterus tetap berkontraksi.
 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia.
 Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
 Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan. Jelaskan pada petugas tentang
perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu
dilaporkan (di Rumah Sakit).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “R” DENGAN RETENSIO


PLASENTA DI RUANG BERSALIN
RSUD PALEMBANG BARI

Pengkajian dilakukan pada


Hari/Tanggal : Rabu /11 Oktober 2017
Pukul : 20.00 WIB
Ruangan : Bersalin RSUD Palembang BARI
Oleh :1.Nur Purnama Sari
2.Nurul Hidayati

26
3.1 Data Subjektif
Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny”R”
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : jl.H.faqih usman zulu lr.murni RT.05 no.103 palembang
No. RM : 11.84.30
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Darwin
Umur : 45 tahun
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Indonesia
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : jl.H.faqih usman zulu lr.murni RT.05 no.103 palembang
Hubungan : suami

3.1.1.Keluhan Utama
Tembuni belum lahir ±30 menit, ibu mengeluh perut terasa mules dan
mengaku mempunyai riwayat tembuni lengket
3.1.2.Riwayat perjalanan penyakit
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
(TBC/Hepatitis/Kusta) dan menular seksual (Sifilis/Gonorrhea/HIV/AIDS). Ibu
tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Hipertensi/Asma/Diabetes
Mellitus/Kelainan Jantung) dan tidak pernah dioperasi.

27
3.1.3.Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Ana Tahu Tempa Jenis Penolon Usia Penyulit Laktas Keadaan Anak
k n t Partus g partus Gestas nifas i JK PB/BB Ket.
Ke- Partu Partus i
s
1. 1995 R.S Norma Bidan Aterm Tidak Baik PR 2800gr/ Hidu
l ada 50cm p
2. 1999 R.S Norma Bidan Aterm Tidak Baik L 2900gr/ Hidu
l ada K 50cm p
3. 2001 R.S Norma Bidan Aterm Tidak Baik L 2750gr/ Hidu
l ada K 45cm p
4. 2005 R.S Norma Bidan Aterm Tidak Baik PR 2900gr/ Hidu
l ada 50cm p
5. 2010 R.S Norma Bidan Aterm Tembun Baik L 2900gr/ Hidu
l i K 50cm p
lengket
6. ini

3.1.4.Riwayat Kehamilan Sekarang


GPA :G6P5A0
HPHT :31 januari 2017
TP :11 oktober 2017
Usia Kehamilan : 9 bulan
ANC :2x di bidan
Status Imunisasi :lengkap
Tablet FE :90 teblet

3.2. Data Objektif


3.2.1.Pemeriksaan Umum:
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Nadi : 73x/menit

28
 Pernafasan : 24 x/menit
 Suhu : 36,8º C
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Berat Badan :60 kg
3.2.2. Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI
a. Kepala :Bersih, tidak ada oedema
b. Muka : Simetris,tidak pucat, tidak oeema
c. Mata : Simestris,knjungtivaa merah muda, sklera bewarna
putih
d. Hidung :Simetris,tidak ada sekret
e. Telinga :Simetris,tidak ada sekret
f. Mulut :Simetris,tidak pucat,tidak ada caries pada gigi
g. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,limfe dan
pelebaran vena jugularis
h. Payudara :Simetris,areola Hiperpigmentasi, puting menonjol
i. Abdmen :Tidak ada Luka bekas operasi
j. Genetalia :1.perdarahan:±200cc
2.Tali pusat terlihat di vulva
h. Ekstermitas: :1.ekstermitas atas :simetris,tidak oedema
2.ekstermitas bawah :simetris,tiak oedema,tidak
terdapat varises

PALPASI
Abdomen :
 TFU :setinggi pusat
 Kontraksi :Baik
 Konsistensi : keras
 Kandung kemih: kosong

3.2.3. Pemeriksaan Penunjang


-Laboratorium

29
Darah:
 Golongan Darah: O+
 HB :12gr

3.3. Analisa
P6A0 Kala III dengan Retensio Plasenta

3.4. Penatalaksanaan
1.memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah di lakukan yaitu
TD: 130/80 HR:23x/menit
RR: 23x/menit T:36,5 C
Djj:147x/menit
2.melakukan observasi KU,TTV,kontraksi,TFU,kandung keih dan perdarahan
3.melakukan manajemen aktif kala III peregangan tali pusat terkendali
4.setelah 10 menit tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta, lakukan injeksi oxytosin yg
ke 2 di 1/3 antro lateral paha luar sebelah kanan
5.melihat tanda-tanda pelepasan plasenta
6.melakukan peregangan tali pusat terkendali jika tidak ada tanda-tanda pelepasan
plasenta,lakukan manual plasent.
7.melakukan manual plasenta (plasenta lahir lengkap pukul 23.00. panjang tali
pusat:45cm berat:500gr)
8.melakukan observasi kala iv 1 jam pertama 15menit dan 1 jam ke dua 30 menit.

30
Catatan Perkembangan I

Tanggal : 11 oktober 2017 Pukul : 23.15

S :Ibu merasa lega dan bersyukur karena plasenta nya sudah di


keluarkan dan anaknya dapat lajir dengan selamat.
O :
1. Permeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : ibu tampak sakit ringan
b) Kesadaran : composmentis
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : 83 x/menit
Suhu tubuh : 37.5°C
Pernafasan : 20 kali/menit

2. Pemeriksaan Kebidanan
a.Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak oedema, ada cloasma gravidarum
Mata : sklera putih, tidak ikterik, konjungtiva merah muda
Mulut : bersih, tidak ada sariawan, bibir tidak pecah- pecah, gigi
tidak berlubang
Leher : tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, tidak ada pelebaran
vena jugularis
Payudara : simetris, tidak ada massa, putting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra

31
Genetalia eksternal : bersih, tidak oedema, tidak ada varises,tidak ada
pembengkakan kelenjar bartlini
Ekstremitas atas : simetris, kuku bersih, ujung jari tangan tidak
pucat, tidak oedema dan telah terpasang infus RL
20 tpm di tangan kiri
Ekstremitas bawah : simetris, kuku bersih, ujung jari kaki tidak pucat,
tidak oedema, dan tidak ada varises

b.Palpasi
Tinggi fundus Uteri 3 jari dibawah pusat
Kontraksi :baik
Konsistensi : keras
Kandung kemih:kosong

A : P6A0 kala IV

P :
1.melakukan observasi TTV,KU,TFU,kontraksi,perdarahan dan kandung kemih
2.menganjurkan keluarga unuk melakukan massase uterus,
3.menganjurkan keluarga untuk memenuhi nutrisi ibu (makan dan minum)
4.melanjutkan terapi sesuai order dokter infus RL + 2 ampul oxytsin gtt:20,
5.memberikan terapi oral:-asam mefenamat, -tablet fe,-amoxylin

32
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny “R” di
Ruang Bersalin RSUD Palembang BARI penulis melakukan pengkajian dan
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa sudah mengetahui konsep dasar retensio plasenta.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar manual plasenta.
3. Mahasiswa sudah bisa melakukan persiapan alat tindakan manual plasenta.
4. Mahasiswa sudah bisa melaksanakan susunan prosedur manual plasenta
pada Ny. “R” dengan retensio plasenta di ruang bersalin RSUD Palembang
BARI.

5.2 Saran
5.2.1 RSUD Palembang BARI
Melalui makalah ini diharapkan pelayanan terhadap masyarakat terus
ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat semakin bertambah, serta kiranya
untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan mutu sumber daya kesehatan

33
demi menjunjung visi dan misi RSUD Palembang BARI. Dalam segi
penatalaksanaan pada kasus retensio plasenta yaitu melalui tindakan manual
plasenta, prosedur kerja di lapangan telah sesuai dengan teori.

5.2.2 Institusi Pendidikan


Diharapkan pemberian materi praktik lebih diintensifkan agar mahasiswa
ketika terjun dilapangan tidak kaku dan mampu menghadapi segala situasi dan
mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan yang harus dicapai. Dan hal-
hal yang seharusnya dipelajari dalam tindakan kegawatdaruratan baik secara
praktik maupun disampaikan secara teori harus lengkap dan bukannya hanya
setengah dari pelajaran tersebut. Salah satu cara dosen selalu hadir membimbing
didalam kelas disetiap matakuliah sesuai dengan silabus dan metode
pembelajaran.

5.2.3 Mahasiswa
Melalui makalah ini mahasiswa agar dapat merealisasikan prosedur
tindakan pertolongan pada kegawatdaruratan terutama manual plasenta yang
didapat dari pendidikan dan dapat melaksanakan praktik kebidanan sesuai dengan
teori praktik dan pendidikan secara tepat, cepat, akurat, dan professional.

34
DAFTAR PUSTAKA

Widiarini, Anisa dan Adinda Permatasari. 2017. Penyebab Tingginya Angka


Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Artikel melalui
https.google.co.id/amp/m.viva.co.id/amp/gaya-hidup/kesehatan-intim/
892600-penyebab-tingginya-angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-indonesia?
espv=1 di akses pada 14 Oktober 2017.
Manuaba,Ida Bagus Gde.2013.Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita,Jakarta:Arcan.
2012. Angka Kematian Ibu (AKI)-Kementerian Kesehatan.pdf. diakses melalui
www.depkes.go.id. Pada 13 Oktober 2017.
2016. Laporan Tahunan Kesehatan Keluarga-Kementerian Kesehatan.pdf.
diakses pada 14 Oktober 2017 melalui,
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/laptah%2520TA
%25202016%2520dit%2520kesga.pdf.

35

You might also like