You are on page 1of 33

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA KEGANASAN KANKER

Disusun untuk memenuhi

tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Kelompok 3

Adriana Supiani P07220221058

Martha Lirung P07220221095

Evert Candra P07220221076

Wenda Feli Windra P07220221113

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI

PENDIDIKAN PROFESI NERS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut,

ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan pengobatan

kanker menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek. Pasien-pasien

dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan pendekatan

terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki kualitas hidup yang baik dan

pada akhirnya meninggal secara bermartabat. Integrasi perawatan paliatif ke

dalam tata laksana kanker terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan

Dunia, WHO, seiring dengan terus meningkatnya jumlah pasien kanker dan angka

kematian akibat kanker. Penatalaksanaan kanker telah berkembang dengan pesat.

Walaupun demikian, angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker

belum seperti yang diharapkan.

Sebagian besar pasien kanker akhirnya akan meninggal karena penyakitnya.

Pada saat pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang

diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana

dengan baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut,

pelayanan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya layanan fragmatis dan

jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat penyakit- penyakit

tersebut di atas.
Sebagai disiplin ilmu kedokteran yang relatif baru, pelayanan paliatif

merupakan filosofi dan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus dikembangkan,

sehingga penatalaksanaan pasien kanker menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan

latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus tentang Perawatan

Paliatif Pada Pasien Kanker.

B. Tujuan

Untuk mengetahui asuhan paliatif pada pasien kanker.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pelayanan paliatif ?

2. Apa saja tahapan program pencegahan pada kanker ?

3. Apa saja penderitaan pada pasien kanker ?

4. Apa saja prinsip pelayanan paliatif pada pasien kanker ?

5. Apa saja indikasi pelayanan paliatif pada pasien kanker ?

6. Bagaimana langkah dalam pelayanan paliatif pada pasien kanker ?

7. Siapa tim kesehatan yang mampu melayani pasien paliatif dengan kanker ?

8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien kanker?


BAB II

PELAYANAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER

A. Konsep Dasar Kanker

1. Definisi

Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel,

mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan

penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Kanker adalah istilah umum untuk

petumbuhan sel tidak normal(yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan

tidak berirama) yang dapat menyusup (invasive) dan terus menyebar melalui

jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang

belakang ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh.

Kanker bukan merupakan penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau

kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel – sel tubuh yang tumbuh dan

berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.

2. Etiologi

Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti, karena

merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun

ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko kanker, sebagai berikut

a. Faktor Keturunan

Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih

tinggi menderita kanker tertentu dibandingkan keluarga lainnya.


b. Faktor Lingkungan

Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut,

laring (pita suara), dan kandung kemih.Faktor lingkungan lainnya, yaitu

Sinar Ultraviolet matahari serta radiasi ionisasi (yang merupakan

karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit

listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom hingga menjangkau

jarak sangat jauh.

c. Faktor Makanan Berbahan Kimia

Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab

kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Seperti makanan

junkfood, snack, dan makanan yang mengandung bahan kimia.

d. Faktor Terserang Virus

e. Infeksi

f. Faktor Perilaku

Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan

juga peminum minuman beralkohol. Selain itu, perilaku seksual yaitu

melakukan hubungan intim diusia dini dan sering ganti pasangan.

g. Gangguan Keseimbangan Hormonal

Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang

cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron

melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan.


Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan

kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker

payudara, kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah

zakar pada pria.

h. Faktor Kejiwaan

Stres berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler

tubuh. Keadaan tegang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel

jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan

kanker.

i. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang

mempunyai electron bebas tidak berpasangan dilingkaran luarnya.

Sumber-sumber radikal bebas yaitu :

1) Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses

metabolism

2) Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun

kimiawi dari makanan , minuman, udara yang terpolusi, dan

sinar ultraviolet dari matahari

3) Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita

makan berlebihan (berdampak pada proses metabolisme) atau

bila kita dalam keadaan stress berlebihan, baik stress secara fsik,

psikologis,maupun biologis.
3. Patofisiologi

Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang

sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme, bahkan

tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal muncul

secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-

anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).

Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali

jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu

akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell).

Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai

metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase DNA),

penuaan/(senescence), dan lain-lain.

Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di

dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan

menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan

yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas,

dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan,

seperti hipoksia.

Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan

progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan

dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai


penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying),

pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :

a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel

dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.

b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan

sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.

c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi

dan dan merusak sel yang lebih sehat.

d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres,

membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.

4. Cancer Staging

Setelah terdeteksi adanya kanker dalam tubuh seseorang, maka dokter

akan melakukan biopsy (pengambilan sampel tubuh) untuk mengetahui

seberapa ganasnya tumor tersebut. Ada beberapa metode untuk menentukan

tahap-tahap kanker.Sistem yang banyak digunakan adalah sistem TNM,

singkatan dari tumor (T), node (N), dan metastasis (M).


TNM didasarkan pada tiga faktor :

a. Berapa besar tumor utama dan dimana letaknya? (T). Menggunakan

angka (0-2) untuk ukuran dan huruf (a-b) untuk lokasinya.

T1: Ukuran tumor adalah 5 cm (cm) atau lebih kecil.

T1a: Tumor ini dangkal.

T1b: Tumor ini dalam.

T2: Ukuran tumor lebih besar dari 5 cm.

T2a: Tumor ini dangkal.

T2b: Tumor ini dalam.

b. Apakah sel menyebar ke kelenjar getah bening ? (N). Setiap jenis tumor

mengalir ke kelenjar getah bening di dekatnya disebut kelenjar getah

bening regional

N0: Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening regional.

N1: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening regional.

c. Apakah sel menyebar ke bagian tubuh yang lain/ metastasis? (M)

M0: Kanker tidak metastasis.

M1: Terdapat metastasis ke bagian lain dari tubuh.

Histologis grade (G). Histologis grade menggambarkan betapa

berbedanya sel-sel kanker dari sel-sel jaringan normal ketika diperiksa

di bawah mikroskop, apakah termasuk grade (G) rendah atau G tinggi.


5. Kanker tahap pengelompokan

Dokter menetapkan tahap kanker dengan menggabungkan klasifikasi T, N,

dan M.

Tahap I: meliputi tumor grade rendah, T1a, T1b, T2a, T2b, dan N0, M0.

Tahap II: tumor grade tinggi, T1a atau T2a, N0, M0.

Tahap III: tumor grade tinggi ,T2b, N0, M0.

Tahap IV: tumor grade rendah atau tinggi, N1,M1,T1- T2.

6. Tanda dan Gejala

Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat dan stadium

kanker. Dari sini kemudian, gejala umum kanker adalah sebgai berikut :

a. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena ( misal ada benjolan di

payudara, diperut.

b. Terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi lalat).

c. Demam kronis

d. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara

(pada kanker leher).

e. Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal

perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb)

f. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

g. Keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan

abnormal dari puting payudara).


Sedangkan dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi 3

yaitu :

a. Akibat langsung kanker (misalnya, sumbatan saluran cerna pada

kanker usus, patah tulah pada kanker tulang, dst).

b. Akibat tidak langsung (misalnya, demam, penuruna berat badan,

anemia, penurunan kekebalan tubuh, dsb).

c. Akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akiba sumbatan

kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf

tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi)

7. Penatalaksanaan

a) Kemoterapi

Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker

Indikasi dan prinsip :

1) Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin

mengganggu sel normal.

2) Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif.

3) Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari

manfaatnya.
4) Obat kemotherapi umumnya sangat toksik, teliti/cermat evaluasi

kondisi pasien

Kompilaksinya :

a) Efek samping :

i. Nausea, vomiting

ii. Alopecia

iii. rasa (pengecap) menurun

iv. mucositis

b) Toksik

i. hematologik : depresi sumsum tulang, anemia

ii. ginjal, hepar.

b) Radiotherapy

Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides). Terapi

radiaisi eksternal yaitu pengobatan noninvasive dan mungkin lebih sering

disarankan untuk lansia lemah yang tidak mampu menjalani pembedahan.

(Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006).

c) Pembedahan

Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan untuk

meingkatkan kualitas hidup. Pembedahan kurang menimbulkan debilitasi

dari pada kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang cukup sehat

utnuk menjalani anastesi dan hanya merupakan satu – satunya terapi untuk

banyak lansia dengan kanker. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006).


d) Immunoterapi

Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis

pengobatan kanker yang relative baru. Sekalipun demikian diperkirakan

akan segera maju pesat dan menjadi andalan para dokter dalam upaya

penyembuhan kanker secara total. Tidak beda dengan imunisasi pada

umumnya, immunoterapi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh

guna melawan sel –sel kanker. Ada tiga macam immunoterapi, yaitu aktif

(vaksin kanker), pasif, dan terapi adjuvant.

e) Terapi Gen

Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.

b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap

pembentukan sel kanker.

c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi

dan di hancurkan oleh system kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun

radioterapi.

d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah

baru di jaringan kanker sehingga sel – sel kankernya mati.


8. Pemeriksaan

a. Pemindaian/scanning (misalnya pemindaian hati atau tulang).

b. Pewarnaan terhadap jaringan sehingga bila ada kanker jaringan

patologis dapat diketahui.

c. CT (Computed Tomography).

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging).

e. Mediastinoskopi.

f. Biopsi sumsum tulang, yaitu pengambilan sample jaringan tubuh.

g. Endoskopi, untuk melihat kanker di bagian dalam tubuh manusia.


B. Pengertian Pelayanan Paliatif Kanker

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu

penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word

Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of

Diseases (ICD).

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter

saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh

manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar

maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau

kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Fokus terapi pada kanker tahap akhir

bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang

serta memperbaiki kualitas hidup pasien.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami

berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,

gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien

pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala

fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan

spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai

perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas

hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan

penyakit yang dapat mengancam jiwa melalui pencegahan dan peniadaan melalui

identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-

masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim

paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan

bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi

pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini,

penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik

masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002), dan pelayanan masa duka

cita bagi keluarga (WHO 2005).

C. Tahapan Program Pencegahan Timbulnya Kanker

1. Pendidikan Masyarakat

2. Pencegahan penyakit stadium lanjut melalui program deteksi dini

3. Penurunan angka kematian dengan terapi kanker

4. Pencegahan penderita dengan perawatan paliatif


D. Masalah Pasien Kanker

1. Fisik

Gejala fisik juga dapat muncul karena pengobatan yang dilakukan.

Kemoterapi atau radiasi dibagian tertentu dapat memberikan efek samping

mual, muntah, tidak nafsu makan, cepat lelah dsb. Nyeri atau gangguan fungsi

bagian tubuh yang dioprasi dapat terjadi akibat oprasi.

Kondisi tirah baring dalam waktu lama dapat menimbilkan pasien merasa

semakin lelah, gangguan buang air besar, luka dibagian tubuh yang tertindih

dsb. Kondisi lain yang menyertai yang telah ada sebelumnya juga dapat

menambah gejala yang muncul.

2. Psikologis

Gangguan psikologis dapat juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas

penyakit, kecacatan yang timbul, perubahan bentuk tubuh, ketergantungan

fisik, kelelahan fisik, kegagalan pengobatan, biaya yang harus dibayarkan,

komunikasi yang buruk dengan petugas kesehatan.

3. Spiritual dan Agama

Masalah spiritual dan agama seperti menganggap penyakit akibat

hukuman, menyalahkan diri sendiri, hidup tidak berguna dapat menjadi

sumber penderitaan.
E. Prinsip Pelayanan Paliatif Pasien Kanker

Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam

membuat keputusan yang akan diambil. Tujuan pelayanan paliatif bagi setiap

pasien berbeda dan dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh

pasien bila memungkinkan, hal ini biasanya disampaikan dalam bentuk fungsi

tubuh misalnya Aku ingin bisa melakukan….atau kejadian penting misalnya

Aku ingin melihat anakku menikah.

Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk menghilangkan nyeri

dan gejala lain, meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan

psikososial dan spiritual serta memberikan dukungan kepada keluarga selama

pasien sakit dan selama masa dukacita.

Prinsip-prinsip pada pelayanan paliatif pasien kanker yaitu :

1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain

2. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal

3. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian

4. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual

5. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin

6. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita

7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan

keluarganya

8. Menghindari tindakan yang sia sia.


F. Indikasi Pelayanan Paliatif

Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila didapatkan

satu atau lebih kondisi di bawah ini :

1. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi

2. Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker

3. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya

4. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan

atau sedang dilakukan

5. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif

6. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%,

metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena

cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak

dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi

tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku

pada pasien kanker anak

7. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang

diberikan .
G. Langkah-langkah Dalam Pelayanan Paliatif :

1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien

2. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau

keingingan terakhir)

3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul

4. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah )

5. Informasi dan edukasi perawatan pasien

6. Dukungan psikologis, kultural dan social

7. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau

keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau

tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian

(resusitasi, ventilator, cairan, dll)

8. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal

EVALUASI, apakah

a. Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik

b. Stress pasien dan keluarga berkurang

c. Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi yang ada

d. Beban keluarga berkurang

e. Hubungan dengan orang lain lebih baik

f. Kualitas hidup meningkat

g. Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual


Jika Pasien MENINGGAL

a. Perawatan jenazah

b. Kelengkapan surat dan keperluan pemakaman

c. Dukungan masa duka cita ( berkabung )

H. Tim dan Tempat Pelayanan Paliatif

Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi

penderitaan pasien , beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih

baik, diperlukan sebuah tim yang bekerja secara terpadu ( lihat tabel tim paliatif ).

Pelayanan paliatif pasien kanker juga membutuhkan keterlibatan keluarga dan

tenaga relawan.

Dengan prinsip interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam

menentukan tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna

mencapai tujuan ), tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk melakukan

penilaian dan diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga membuat tujuan dan

rencana pelayanan paliatif pasien kanker, serta melakukan monitoring dan follow

up.

Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan harus

memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai

tim multidisiplin dalam sistem kesehatan, dan mengkoordinasikan erat dengan

tokoh masyarakat dan organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk mencapai

tujuan bersama.
Komposisi tim perawatan paliatif terdiri :

1. Dokter

Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif

interdisipliner, harus kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam

pengendalian rasa sakit dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan

prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien. Dokter yang bekerja di

pelayanan paliatif mungkin bertanggung jawab untuk penilaian,

pengawasan dan pengelolaan dari banyak dilema pengobatan sulit.

2. Perawat

Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama

dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui

pasien dan pengasuh, menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa

yang penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak

kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama dengan pasien dan

keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan

pelayanan kesehatan. Peran perawat dalam :

a. Konsultasi layanan paliatif

b. Penanggulangan nyeri

c. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer

d. Bimbingan psikologis, social dan spiritual

e. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah

f. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga


g. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga

h. Membantu penyediaan tenaga perawat homecare

i. Membantu penyediaan pelaku perawat (caregiver)

j. Membantu kesiapan akhir hayat dengan tenang dalam iman

k. Membantu dukungan masa duka cita

l. Konsultasi melalui telepon.

3. Pekerja sosial dan psikolog

Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah

pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan

emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses

berkabung. Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama

karena keluarga mulai merencanakan masa depan.

4. Konselor spiritual

Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak

menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan

makna kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya

sekaligus sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan,

pengorganisasian ritual keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien

kanker. Sehingga konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir

kehidupan
I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,

pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium

dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian

yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa

data dan diagnosa keperawatan. Pengkajian meliputi :

a. Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan

proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang

bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan

keperawatan .

b. Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan

petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.

c. Data biografi /biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung

antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan

alamat.

d. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan

payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak,

nyeri.
e. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah pasien pernah mengalami penyakit

yang sama sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit

yang sama.

f. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB,

Pengkajian head to toe

g. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya

menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran

ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan

kreatinin meningkat.

h. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae

adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan

pemeriksaan reseptor hormon.

i. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi

nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, identifikasi

masalah psikologis, sosial dan spritual

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.


f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak

adekuat.

3. Perencanaan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan

massa tumor

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

– Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

– Nyeri tekan tidak ada

– Ekspresi wajah tenang

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan

penyebaran.

2) Beri posisi yang menyenangkan.

3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

4) Ukur tanda-tanda vital

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria Hasil :

– Klien dapat beraktivitas sehari – hari.

– Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

Intervensi :

1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

– Klien tampak tenang

– Mau berpartisipasi dalam program terapi

Intervensi :

1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.

3) Diskusikan tanda dan gejala depresi

4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian

prostetik.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

Kriteria Hasil :

– Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

– Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap

penyakitnya.

2) Tinjau ulang efek pembedahan

3) Berikan dukungan emosi klien.

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

– Tidak ada tanda – tanda infeksi.

– Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Intervensi :

1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.


f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

– Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya

– Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya

Intervensi :

1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan

yang akan datang.

2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan

pemasukan cairan yang adekuat.

3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang

berat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan

minyak.

5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur


g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

- Nafsu makan meningkat

- Klien tidak lemah

- Hb normal (12 – 14 gr/dl)

Intervensi :

1) Kaji pola makan klien

2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan

intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk

melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap

biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,

kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat

respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi

ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan

menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan

dalam tahap proses keperawatan berikutnya

5. Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian

hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi

keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan

pasien ke arah pencapaian hasil.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan palliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki

kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa melalui

pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib

serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan

spiritual. Perawatan palliatif diantaranya yaitu penanganan rasa nyeri,

pengambilan keputusan yang tepat dalam penggunaan kemoterapi palliatif

B. Saran

Melalui makalah ini diharapkan setiap tenaga kesehatan dapat saling

bersinergi guna menerapkan perawatan yang yang maksimal bagi pasien

paliatif khususnya pada klien dengan kanker.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta Kementerian

Kesehatan RI. 2013. Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker. Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Jakarta

Mansjoer, dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. EGC : Jakarta

Sjamsuhidajat. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. EGC : Jakarta

Tapan. (2005). Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media

Komputindo, Jakarta

You might also like