You are on page 1of 22

Penilaian Tengah Semester (Makalah)

Pengantar Sosial, Ekonomi dan Budaya Kawasan Perbatasan

YORI FERIYANDI

2140501233

Kode Mata Kuliah BU002006

Bobot 2 (dua) SKS

Semester Genap

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya, penyusun/penulis dapat menyelesaikan makalah ini

Pengantar Sosial, Ekonomi dan Budaya Kawasan Perbatasan

dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Penilaian Tengah

Semester. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan

tentang konsep manusia sebagai zoon politicon di masa Pandemi

Covid-19 dan dampak perubahan sosial yang diakibatkan oleh

pandemi Covid-19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suprianto,

S.Sos.,M.Pd, selaku Dosen Pengantar Sosial Ekonomi dan Budaya

Kawasan Perbatasan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Penyusun/Penulis

Yori Feriyandi
Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dunia sedang dihebohkan dengan munculnya Pandemi Corona Virus

Disease (Covid-19), yang membawa dampak signifikan ke perubahan dunia.

Mulai dari aspek ekonomi, sosial, hingga kehidupan sehari-hari, hampir tak

ada yang bisa berkelit dari kemunculan virus Covid-19 ini, tidak terkecuali

terhadap pelayanan publik sejak Virus Corona pertama kali muncul akhir

Desember 2019 lalu.

Sejak diumumkan kasus positif virus Covid-19 di Indonesia pada 2

Maret 2020 lalu, pemerintah meningkatkan langkah-langkah dalam

menangani pandemi global dari Covid-19. Sebelum itu, pemerintah juga telah

meningkatkan kesiagaan banyak rumah sakit dan peralatan yang sesuai

dengan standar internasional, termasuk pada anggaran yang secara khusus

dialokasikan bagi segala upaya pencegahan dan penanganan.

Sejak awal Maret 2020, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh

pemerintah pusat dan daerah. Mulai dari membatasi hubungan sosial (social

distancing), menghimbau untuk bekerja di rumah (work from home) bagi

sebagian besar Aparatur Sipil Negara (ASN), proses belajar mengajar melalui

daring, meniadakan kegiatan ibadah, dan meminta masyarakat untuk tetap di

rumah serta mengurangi aktivitas ekonomi di luar rumah. Kebijakan tersebut

bermaksud baik, namun dampak dari kebijakan tersebut memiliki resiko

1
tinggi, hingga akhir Maret 2020 kebijakan pemerintah bukan hanya social

distancing tapi dilanjutkan dengan Physical Distancing, dan juga pemerintah

telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Hadirnya pandemi Covid-19 ini menyebabkan manusia dengan sangat

terpaksa untuk meminimalisir pertemuan secara tatap muka baik sekolah,

bekerja, kuliah, belanja, meeting, dan aktivitas lain yang memicu kerumunan.

Pandemi Covid-19pada akhirnya membuat manusia yang hakikatnya sebagai

zoon politicon atau makhluk sosial merasa bahwa proses interaksi sosial

antar manusia menjadi terhambat.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini, antara lain:

1. Memahami konsep manusia sebagai Zoon Politicon saat ini di masa

pandemi Covid-19.

2. Memahami dampak perubahan sosial yang diakibatkan oleh pandemi

Covid-19.

3. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah, antara lain:

1. Memahami konsep manusia sebagai zoon politicon saat ini di masa

Pandemi Covid-19.

2. Memahami dampak perubahan sosial yang diakibatkan oleh Pandemi

Covid-19.

2
BAB II

Landasan Teori

1. Konsep Zoon Politicon

Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno

menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah Zoon Politicon artinya

bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul

dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka

manusia disebut sebagai makhluk sosial.1

Secara umum manusia memiliki dua tugas, yaitu sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup

sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, mulai ketika manusia dilahirkan

sampai dengan dikuburkan pasti memerlukan bantuan orang lain, atau kita

kenal juga dengan istilah Zoon Politicon.

Zoon Politicon merupakan suatu istilah yang dicetuskan oleh seorang

filsuf bernama Aristoteles, yang menjelaskan bahwa kodrat manusia untuk

hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut

menurutnya merupakan sesuatu yang membedakan antara manusia dan

hewan.

Aristoteles (384-322 SM), filsuf Yunani kuno, dalam salah satu

ajarannya menyebutkan bahwa manusia adalah zoon politicon. Secara

1
Herimanto dan Winarno, 2012, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta Timur: PT Bumi Aksara,
hal. 44

3
harafiah, ‘zoon’ adalah hewan, dan ‘politicon’ adalah bermasyarakat. Maka

dalam bahasa Yunani dua kata tersebut artinya hewan yang bermasyarakat.

Melalui ungkapan ini, murid Plato (428–427 SM) tersebut

menerangkan bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan

berelasi satu sama lain. Relasi manusia ini dalam rangka mewujudkan visi

misi bersama yang telah disepakati.

Jean-Paul Sartre (1905-1980), seorang filsuf kontemporer dari

Prancis, berpendapat, kebersamaan dan hubungan dengan orang lain

merupakan unsur mutlak dalam hidup manusia. Dalam bukunya Being and

Nothingness, an Essay on Phenomenological Ontology (1956), mengatakan,

“Kita hanyalah kita karena hubungan dengan orang lain untuk mengerti

sepenuhnya struktur dan cara kita berada terhadap orang lain.” Dengan kata

lain, manusia dapat merealisasikan dirinya sebagai manusia, hanya dengan

mengalami relasi dengan manusia lain.

Zoon politicon pertama kali digunakan oleh Aristoteles, seorang filsuf

Yunani kuno. Aristoteles menggunakan istilah zoon politicon untuk pengertian

bahwa manusia adalah makhluk sosial. Menurut Aristoteles, manusia

dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Oleh

karena itu manusia saling membutuhkan. Ini yang membedakan manusia

dengan hewan.

Ada tiga kata kunci yang tertanam dalam istilah zoon politicon, yaitu

sinergi, interdependensi dan solidaritas. Sinergi memiliki makna bahwa

manusia membutuhkan manusia lain untuk melakukan aktivitasnya. Prinsip

4
dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (kooperasi)

akan menjadi lebih ringan.

Interdependensi berarti saling beketergantungan. Sebagai makhluk

sosial, manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalankan proses

kehidupannya. Manusia saling berketergantungan untuk memenuhi

kebutuhan sandang, pangan atau papan. Tanpa petani, manusia sulit

memperoleh bahan makanan. Tanpa penenun dan penjahit, manusia akan

kesulitan memperoleh pakaian. Dan tanpa buruh bangunan, manusia akan

kesulitan memiliki tempat tinggal.

Solidaritas memiliki makna adanya perasaan senasib

sepenanggungan atau setia kawan. Jika seseorang diganggu, muncul

perasaan untuk membela. Manusia membela orang lain sebabnya bisa

bermacam-macam, seperti karena rasa membutuhkan. Dan manusia bisa

membela siapapun karena rasa solidaritasnya tersebut, apakah yang dibela

merupakan orang yang dikenal atau tidak.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki tiga landasan itu. Oleh

karenanya secara naluriah menusia senang bekerja sama, bergotong royong

atau saling membela satu sama lain. Sinergi, interdependensi dan solidaritas

juga menjadi unsur perekat dalam sebuah masyarakat yang memiliki ragam

kebudayaan. Para pakar sering menyebutnya dengan istilah masyarakat

multikultural.

5
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk individu. Dalam bahasa latin individu

berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa inggris

individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya mengandung

pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak

terbagi, atau suatu kesatuan.2

Selama manusia hidup tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat,

di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak lepas

dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai mkhluk

sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari

pengaruh manusia lain.

Di dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan

mengenal orang lain. Oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan

orang lain, melakukan sesuatu di pengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti

tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan

mendapat respon positif dari orang lain.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan pada diri

manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada

kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Kebutuhan

untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri

atau kepentingannya masing-masing. Misalnya, orang kaya cenderung

2
Seseorang dikatakan sebagai individu manakala memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu
lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Elly M Setiadi, Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, Hlm 59-60.

6
berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis,

cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi. Dengan demikian, akan

terbentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang didasari oleh

kesamaan ciri atau kepentingan.

Pada umumnya di tengah-tengah masyarakat pasti akan

bermunculnya suatu masalah atau gejala sosial. Masalah sosial merupakan

realitas sosial yang komplek sehingga sumber masalahnya juga bersifat

komplek. Masalah sosial terjadi karena ada sesuatu yang “salah” dalam

kehidupan sosial. Dengan demikian mendiagnosis masalah sosial berarti

mencari apa dan siapa yang dianggap “bersalah” dalam realitas kehidupan

sosial tersebut.3 Oleh sebab itu sumber penyebab masalah dapat berasal dari

level individu maupun sistem. Guna penanganan masalah sosial yang lebih

komprehensif, kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama

sama dalam mendiagnosis masalah. Apabila sumber masalahnya berasal

pada level sistem, maka pemecahan masalahnya tidak akan efektif jika hanya

merupakan penanganan pada individu penyandang masalah.

3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Masalah-masalah pokok yang menghinggapi dan selalu menjerat

kemajuan masyarakat di negara-negara berkembang termasuk indonesia-

berkisar pada tingkat hidup yang rendah, kemiskinan dan pengangguran,

3
Soetomo, Efektifitas Kebijakan Sosial Dalam Pemecahan Masalah Sosial, Dimuat dalam Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 15, Nomor 1, Juli 2011, Hal 15-28

7
kepincangan pada perataan pendapatan, dan sebagainya. Penanggulangan

masalah-masalah tersebut seyogianya merupakan sasaran utama

pembangunan nasional tidak hanya menyangkut pembangunan fisik dan

ekonomi, melainkan menuntut perubahan-perubahan dalam berbagai segi

kehidupan dan struktur masyarakat, serta mencakup dimensi permasalahan

kenegaraan yang amat luas dan kompleks. Kesemuanya itu satu sama lain

memerlukan wawasan berdasarkan pendekatan yang komprehensif.

Pada hakikatnya tingkat hidup tercermin dalam tingkat dan pola

konsumsi yang meliputi unsur pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan

pendidikan.4 Lima jenis kebutuhan pokok ini bagi kebanyakan penduduk

dunia masih kurang terpenuhi (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) untuk

dapat mempertahankan derajat kehidupan manusia secara wajar.

Peningkatan taraf hidup dan perataan pendapatan antar golongan

masyarakat merupakan dua masalah yang kait mengait. Peningkatan taraf

hidup berarti memenuhi kebutuhan konsumsi nyata secara kwantitatif

maupun kwalitatif. Di lihat dari beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat

kota, yaitu:5

a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan

kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya

tampak di tempat- tempat peribadatan, seperti : mesjid, gereja.

4
Sumitro djojohadikusumo, Indonesia Dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang,
Jakarta: LP3ES, 2003, Hal. 2
5
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, Suriani, Kajian Masyarakat
Indonesia, Jakarta, 1998-1999, Hal. 46

8
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa

bergantung pada orang-orang lain. Di kota-kota kehidupan keluarga

sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan, paham

politik, perbedaan agama, dan lain sebagainya.

c. Perbedaan kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan

mempunyai batas-batas yang nyata.

d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih

banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.

e. Jalan pikiran rasional masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi

lebih didasarkan faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.

f. Pentingnya faktor waktu bagi warga kota mengharuskan warga

mengalokasikan waktu secara teliti.

g. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota,

sebab kota- kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-

pengaruh dari luar.

Dari uraian di atas cukup jelas betapa perluasan kesempatan kerja

seharusnya merupakan salah satu sasaran pokok dalam rangka

kebijaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu usaha untuk menanggulangi

secara fundamental masalah tingkat hidup yang rendah dan tertekan

haruslah berpangkal pada kebijaksanaan untuk merubah kepincangan dan

keganjilan yang bersifat strukturil itu. Dalam arti inilah, proses pembangunan

merupakan suatu proses perombakan strukturil. Keganjilan dan kepincangan

tadi merupakan serangkaian faktor dinamika intern, artinya : dinamika dalam

9
pergolakkan masyarakat yang akan menentukan perkembangannya (internal

social dynamics).

4. Perubahan Sosial

Suatu perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap

masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan

menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam

masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai

fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

Perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, perilaku, dan

interaksi sosial”. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat

atau perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial.6

Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan

kebudayaan mengarah pada perubahan unsur- unsur kebudayaan yang ada.

Contoh perubahan sosial: perubahan peranan seorang istri dalam keluarga

modern, perubahan kebudayaan contohnya: adalah penemuan baru seperti

radio televisi, komputer yang dapat mempengaruhi lembaga sosial.

Perubahan sosial dapat dikatakan perubahan yang terjadi dalam

masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek

kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang

telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan

6
Wilbert Moore dalam Elly M Setiadi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media
Group, 2006, Hal. 47

10
tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. Ditinjau dari tuntutan

stabilitas kehidupan perubahan sosial yang dialami masyarakat adalah hal

yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani melakukan

perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika

anggota- anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya.7

Analisis perubahan sosial ini yang menelaah syarat-syarat dan

keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem

masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian sistem masyarakat

dan membawa pula perubahan pada bagian lain, sering menimbulkan akibat-

akibat yang tidak diharapkan sebelumnya bahkan sampai menimbulkan

konflik.

Walaupun konsep dari perubahan sosial adalah termasuk ke dalam

fenomena sosial, akan merupakan hal yang sulit untuk meneliti perubahan

tanpa tahu dimana perubahan itu terjadi. Sehingga, level perubahan akan

mengubah lokasi dalam sistem sosial dimana perubahan sosial tertentu

sedang terjadi. Ada beberapa level perubahan sosial yang dapat ditemukan,

yaitu Pada level individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat.

Sebagai contoh, perubahan dalam level individual akan meliputi perubahan-

perubahan dalam sikap, kepercayaan, aspirasi, dan motivasi. Pada level

kelompok, akan mungkin terjadi perubahan dalam pola interaksi, komunikasi,

metode-metode penyelesaian konflik, kohesi/keterikatan, kesatuan,

kompetisi, serta pola-pola penerimaan dan penolakan. Pada level organisasi,

7
Eko Budihardjo, Tata Ruang Perkotaan, Bandung: PT. Alumni, 2001, Hal. 75-78

11
ruang lingkup perubahan akan meliputi perubahan dalam struktur dan fungsi

dari organisasi, perubahan dalam hirarki, komunikasi, hubungan peranan,

produktivitas, rekrutmen, pengakhiran / terminasi, dan pola-pola sosialisasi.

Pada level institusi, perubahan dapat terjadi pada perubahan pola perkawinan

dan keluarga, pendidikan, dan praktek-praktek keagamaan. Pada level

masyarakat, perubahan dipandang sebagai modifikasi dari sistem stratifikasi,

sistem ekonomi, dan sistem politik.

12
Bab III

Pembahasan/Analisis

1. Konsep Zoon Politicon Di Masa Pandemi Covid-19

Pandemi virus Covid-19 telah memberikan pembatasan ruang aktifitas

sosial bagi semua manusia. Tidak hanya pembatasan sosial, situasi pandemi

membuat manusia terpaksa melakukan penundaan hingga pembatalan

aktifitas yang melibatkan banyak manusia. Setiap manusia harus menaati

aturan pembatasan aktifitas demi menekan angka penularan virus Covid-19.

Anjuran Work From Home (WFH) merupakan salah satu dampak Covid-19,

kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah agar masyarkat tetap melakukan

aktifitas dirumah saja untuk memutus rantai virus tersebut.

Di tengah masa pandemi Covid-19 ini, saranan untuk tetap di rumah,

belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan bersosialisasi dari rumah melalui

platform digital. Beruntung kita berada di era teknologi yang saat ini

memungkinkan untuk tetap melanjutkan aktivitas di tengah berbagai batasan

yang ditetapkan agar pandemi cepat berlalu. Sebuah platform yang dapat

memfasilitasi manusia untuk berkumpul tanpa secara fisik dan nyata

berinteraksi, Salah satu contohnya Zoom Meeting. Melonjaknya pengguna

aktif Zoom Meeting di seluruh dunia, memberikan sorotan yang tajam. Mulai

dari belajar, bekerja sampai bersosialisasi. Kondisi tersebut seolah

menjadikan manusia menjadi “Zoom Politikon”.

13
Pada awalnya menyenangkan, sampai akhirnya mulai merasakannya

sebagai salah satu keadaan yang membosankan bahkan cenderung

dirasakan sebagai suatu penderitaan, karena tidak dapat secara fisik dan

nyata berinteraksi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Naluri manusia

untuk berkumpul sulit ditaklukan. Manusia yang dikodratkan sebagai makhluk

sosial yang hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Istilah Zoon

Politicon (zoon = hewan; politicon = bermasyarakat) manusia merupakan

makhluk sosial, makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan

manusia yang lainnya, sebagaimana diungkapkan seorang filsuf Yunani, yaitu

Aristoteles telah terbukti secara nyata di abad ini.

Manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu

sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia

berbeda dengan hewan karena mereka memiliki akal (logos) untuk berfikir.

Manusia kecenderungan untuk bergabung dengan manusia lain untuk

membentuk sebuah komunitas. Perlu diketahui bahwa ini tidak berarti bahwa

manusia tidak dapat bertahan tanpa hidup bermasyarakat atau bersosialiasai.

Pada dasarnya perlu digaris bawahi manausia tidak bisa hidup dan

berinteraksi dengan baik tanpa hidup bermasyarakat.

Kondisi pandemi yang memaksa manusia berdiam diri di rumah, tetap

terasa berat dilakukan. Manusia mencari upaya menunjukkan naluri sebagai

makhluk sosial. Manusia mulai bosan tetap di rumah, kemudian mencari

alternatif agar tetap bersosialisasi. Caranya, patuhi protokol kesehatan 3M

(memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

14
Satu per satu manusia mulai keluar dari rumah, menghirup udara

segar. Melakukan aktifitas di luar rumah seperti bekerja, belajar, dan melepas

rindu di meja kopian. Kopi dibiarkan dingin tanpa disentuh. Memaksa manusia

menjadi “zoom politicon”. Waktu semakin larut dan tidak berhenti memgutak-

atik ponsel. Ruang celoteh tidak lagi saling pandang, tetapi terfokus pada

layar dan sinyal di udara. Tidak ada cerita yang menarik obrolan, atau

apapun. Bahkan soal percintaan tidak lagi menjadi topik yang hangat.

Melainkan kegalauan mencocokkan tanggal dan waktu dalam menyusun

jadwal meeting zoom selanjutnya. Ingin menegur tetapi rasanya tidak enak

mengganggu.

2. Dampak Perubahan Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 dapat dikatakan sebagai suatu wabah dimana

terjadi penyebaran Virus Corona secara global. Berbagai gejalanya dapat

dirasakan bagi yang terpapar dimulai dari gejala ringan sampai gejala yang

berat seperti demam, batuk, pilek, bahkan sesak nafas.

Penularannya juga terjadi secara cepat dan merata di seluruh dunia.

Karena situasi tersebut pemerintah harus menerapkan berbagai aturan untuk

mencegah penularan Virus Corona dengan mewajibkan beberapa protokol

kesehatan seperti mencuci tangan, menggunakan masker, serta menjaga

jarak atau yang dikenal dengan istilah physical distancing.

Berdasarkan salah satu protokol kesehatan yang diwajibkan oleh

pemerintah, salah satunya ialah physical distancing. Terdapat beberapa

15
dampak dalam perubahan pola hidup masyarakat di semua kalangan. Baik

dampak positif maupun negatif. Lantas apa sajakah, perubahan pola hidup

yang terjadi. Ayo kita simak bersama.

Yang pertama ada dampak positif, salah satunya seperti mendorong

masyarakat untuk dapat memaksimalkan penggunaan gadget. Pada masa

pandemi, dapat kita lihat berkembangnya pola pikir masyarakat dalam segala

bidang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi saat pandemi. Salah satu

contohnya ialah pada kegiatan usaha atau perdagangan dimana para penjual

mengkreasikan metode berjualan melalui media online.

Contoh selanjutnya ada di bidang pendidikan, para siswa/i di seluruh

jenjang mampu mengaplikasikan secara optimal gadget untuk proses

kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Selain itu juga, pandemi ini dapat

membuat masyarakat memunculkan ide-ide baru dan mengaplikasikan

kreativitas yang ada pada dirinya. Pada dampak ini, dapat kita lihat

banyaknya konten kreator baru di berbagai sosial media seperti di Instagram,

Facebook, YouTube dan platform lainnya. Hal ini terjadi karena kegiatan

masyarakat yang lebih sering berada di rumah baik bekerja (work from home)

maupun sekolah sehingga dapat memunculkan ide-ide kreatif untuk membuat

berbagai konten menggunakan sosial media masing-masing. Seperti konten

vlog (daily activity), mengulas berbagai produk dan konten-konten lainnya.

Selain mendorong masyarakat agar lebih memaksimalkan gadget dan

menjadi lebih kreatif, pandemi ini juga memiliki dampak positif untuk

masyarakat agar lebih menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Menjaga

16
Kebersihan dan kesehatan menjadi poin penting dalam pencegahan

penularan Virus Corona. Masyarakat menjadi lebih peduli dengan kebersihan

dan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitar. Contohnya

dengan sering mencuci tangan dan menggunakan handsanitizer, menutup

hidung dan mulut ketika batuk atau bersin, berjemur di bawah sinar matahari

pagi, serta berolahraga secara rutin untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Masyarakat juga menjadi lebih sering membaca informasi mengenai

kesehatan yang berkaitan dengan penularan Virus Corona serta membagikan

informasi kesehatan tersebut kepada keluarga, teman-teman maupun

kerabat dekat.

Selain menimbulkan dampak positif, pandemi ini juga memiliki dampak

negatif. Salah satunya seperti perubahan pola tidur tidak teratur. Akibat lebih

sering menghabiskan waktu di rumah, banyak beberapa orang di antaranya

yang pola tidurnya menjadi tidak teratur khususnya pada malam hari. Ketika

beraktivitas di luar rumah, masyarakat akan merasakan lelah secara fisik dan

pikiran, maka ketika mereka sudah berada di rumah, merekapun akan

mengistirahatkan tubuhnya tepat pada waktunya yakni malam hari. Kualitas

tidur malam pun pastinya lebih baik karena dapat tidur lebih cepat setelah

lelah beraktivitas. Sedangkan beda halnya ketika beraktivitas di rumah, tubuh

tidak akan mengalami lelah seperti ketika beraktivitas di luar sehingga banyak

orang menjadi sering begadang.

Selain membuat pola tidur kita tidak teratur, salah satu dari dampak

negatif pandemi yaitu meningkatnya perilaku konsumtif masyarakat. Perilaku

17
konsumtif pada masyarakat terjadi ketika mereka membeli barang sesuai

keinginan bukan kebutuhan. Ketika kita lebih sering beraktivitas di dalam

rumah dengan memegang gadget, tentunya hal itu akan membuat kita

menjadi lebih sering membuka aplikasi belanja online sehingga keinginan

membeli barang pun meningkat karena tergiur diskon-diskon yang

ditawarkan.

18
BAB IV

Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang dibahas di atas, pandemi Covid-19

menyebabkan beberapa dampak, baik positif maupun negatif. Kedua dampak

tersebut dapat dirasakan bagi semua masyarakat tergantung bagaimana kita

menyikapinya. Kita akan merasa banyak bersyukur apabila dapat merasakan

dampak positifnya, serta dapat mengeluh apabila kita merasakan dampak

negatif dari adanya penyebaran Virus Corona khususnya di Indonesia.

2. Saran

Perubahan sosial dalam situasi pandemi merupakan keharusan yang

harus terjadi. Sebab, dengan demikian manusia dapat beradaptasi dengan

situasi itu sendiri. Cara terbaik untuk menyikapi perubahan adalah dengan

mempelajari dan memahami perubahan tersebut. Sebab, dengan demikian

manusia dapat menjadi subjek yang membangun relasi baru dalam

masyarakat yang lebih kondusif bagi pertumbuhan sosial yang utuh, bebas

dan bertanggung jawab.

19
Daftar pustaka

Pedoman Tata Laksana Covid-19. Gugus Tugas Percepatan Penanganan


Covid-19. Mei 2020.

Sanchez, Unsplash/Martin. 2020. “Perubahan Sosial Yang Terjadi Karena


Pandemi Covid-19.” Suara.Com. Retrieved
(Https://Yoursay.Suara.Com/News/2020/12/01/125604/Perubahan-
Sosial-Yang-Terjadi-Karena-Pandemi-Covid-19).

Budihardjo, Eko. Tata Ruang Perkotaan. PT. Alumni: Bandung. 2001

Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Prenada Media Group: Jakarta.
2006

Djojohadikusumo, Sumitro. Indonesia Dalam Perkembangan Dunia Kini dan


Masa Datang. LP3ES: Jakarta. 2003

Soetomo. Efektifitas Kebijakan Sosial Dalam Pemecahan Masalah Sosial,


Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 15, Nomor 1, Juli 2011

Herimanto dan Winarno. Ilmu Sosial & Budaya Dasar, PT Bumi Aksara:
Jakarta. 2012

https://www.sysrevpharm.org/articles/change-management-and-creativity-
during-pandemic-covid19-in-indonesia.pdf

20

You might also like