Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan
Penduduk,
Pertumbuhan penduduk adalah
perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam
jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan “per waktu unit” untuk
pengukuran, Sebutan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies,
tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk
sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk
pada pertumbuhan penduduk dunia,
Orang yang pertama-tama
mengemukakan teori mengenai penduduk
adalah Thomas Robert Malthus yang hidup
pada tahun 1776-1824, Kemudian timbul
bermacam-macam pandangan sebagai
perbaikan teori Malthus, Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun1798 Malthus mengemukakan dua pokok
pendapatnya, yaitu: 1) bahan makanan
adalah penting untuk kehidupan manusia,
2) nafsu manusia tak dapat ditahan,
Malthus juga mengatakan
bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih
cepat dari bahan makanan, Akibatnya
pada suatu saat akan terjadi perbedaan
yang besar antara penduduk dan
kebutuhan hidup,
Pandangan-pandangan Malthus
umumnua dikembangkan sebagai reaksi
terhadap pandangan-pandangan yang
optimistik dari ayahnya dan rekan-
rekannya, terutama Rousseau, Esai
Malthus juga dibuat sebagai tanggapan
terhadap pandangan-pandangan Marquis
de Condorcet. Dalam An Essay on the
Principle of Population, yang pertama kali
diterbitkan pada 1798, Malthus membuat
ramalan yang terkenal bahwa jumlahpopulasi akan mengalahkan pasokan
makanan, yang menyebabkan
berkurangnya jumlah makanan per orang,
la bahkan meramalkan secara spesifik
bahwa hal ini pasti akan terjadi pada
pertengahan abad ke-1%, sebuah ramalan
yang gagal karena heberapa alasan,
termasuk penggunaan analisis statisnya,
yang memperhitungkan kecenderungan-
kecenderungan mutakhir dan
memproyeksikannya secara tidak terbatas
ke masa depan, yang hampir selalu gagal
untuk sistem yang kompleks,
Dalil yang dikemukakan
Malthus, bahwa jumlah penduduk
cenderung untuk meningkat secara
geometris (deret ukur), sedangkan
kebutuhan hidup rill dapat meningkat
secara arismatik (deret hitung). Menurut
pendapat Malthus ada faktor—faktor
pencegah yang dapat mengurangikepincangan terhadap perbandingan
antara penduduk dan manusia yaitu
dengan jalan: 1) Preventive checks, yaitu
Ffaktor-faktor yang dapat menghambat
jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan
moral restraint, Termasuk di dalamnya
antara lain: (a) penundaan masa
perkawinan, (b) mengendalikan hawa
nafsu, (c) pantangan kawin, 2) Positive
checks, yaitu faktor-faktor yang
menyebabkan bertambahnya kematian,
termasuk di dalamnya antara lain: (a)
bencana alam, (b) wabah penyakit, (c)
kejahatan, (d) peperangan,
Teori yang dikemukakan Malthus
terdapat heberapa kelemahan antara lain:
1) Malthus tidak yakin akan hasil
preventive cheks, 2) la tak yakin bahwa
ilmu pengetahuan dapat mempertinggi
produksi bahan makanan dengan cepat. 3)
Teori Malthus tidak berlaku lagi baginegara-negara Barat, tetapi masih
berlaku bagi negara-negara Asia,
Teori Malthus memang benar dan
berlaku sepanjang masa, Penganut
golongan ini setuju dengan Teori Malthus,
meskipun ada beberapa tambahan/revisi.
Pengikut Malthus ini disebut Neo
Malthusionism, Mereka beranggapan
bahwa untuk mencapai tujuan hanya
dengan moral restraint (berpuasa,
menunda - perkawinan) adalah tidak
mungkin, Mereka berpendapat bahwa
untuk mencegah laju cepatnya
peningkatan cacah jiwa penduduk harus
dengan methode birth control dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Teori yang dikemukakan Malthus
menarik perhatian dunia, karena dialah
yang mula-mula membahas persoalan
penduduk secara ilmiah, Di samping itu,
esainya merupakan metode untukmenyelesaikan atau perbaikan persoalan
penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-
ilmu kependudukan sekarang ini, Doktrin
Malthus juga punya akibat penting
terhadap teori ekonomi, Para ahli ekonomi
yang terpengaruh Malthus berkesimpulan
bahwa, dalam keadaan normal, kebanyakan
penduduk dapat mencegah kenaikan upah
melampaui batas yang layak. Ekonom
Inggris yang masyhur, David Ricardo,
seorang sahabat akrab Malthus berkata;
“Upah yang layak bagi buruh adalah upah
yang diperlukan untuk memungkinkan para
buruh dapat hidup dan bertahan”,
Namun ada beberapa pendapat
ilmuwan yang menentang pendapat
Malthus yakni “Aliran Marxist (Karl Marx
dan Fried Engels)”. Aliran ini tidak
sependapat dengan Malthus (bila tidak
dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan), Karl Marx dan Friedrich Engels(1834) adalah generasi sesudah Malthus,
Paham Marxist umumnya tidak setuju
dengan pandangan Malthus, karena
menurutnya paham Malthus bertentangan
dengan nurani manusia,
Dasar Pegangan Marxist adalah
beranjak dari pengalaman bahwa manusia
sepanjang sejarah akan dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman, izeda pandangan Marxist dan
Malthus adalah pada “Natural Resource”
tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan
penduduk, Menurut Marxist tekanan
penduduk di suatu negara bukanlah
tekanan penduduk terhadap bahan
makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara
kapitalis), Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia
semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadidengan demikian tidak perlu diadakan
pembatasan penduduk,
Pendapat Aliran Marxist: 1)
Populasi manusia tidak menekan makanan,
tapi memengaruhi kesempatan kerja. 2)
Kemelaratan bukan terjadi karena
cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi
karena kaum kapitalis mengambil sebagian
hak para buruh, 3) Semakin tinggi tingkat
populasi manusia, semakin tinggi
produktivitasnya, jika teknologi tidak
menggantikan tenaga manusia sehingga
tidak perlu menekan jumlah kelahirannya,
ini berarti ia menolak teori Malthus
tentang moral restraint untuk menekan
angka kelahiran,
i, Investasi Pendidikan
Sebuah lembaga pendidikan
mempunyai kas yang cukup besar di era
persaingan, mendapat image positif serta
dapat eksis di masa depan jika lulusannyabanyak terserap di pasar kerja, Langkah
proaktif sebagai aktivitas dini dalam
menyikapi perubahan yang cukup
mendasar tersebut, merupakan tindakan
antisipasi, reaksi responsif dan sensitif
dari konsekuensi evolusi proses kemajuan
pendidikan, Karena itu strategi yang
direncanakan ini akan menjadi jalan
pemerintah dalam mencapai tujuan, bukan
by accident tetapi by plan. By plan akan
matang jika diiringi perencanaan,
pengendalian, design dan manajerial yang
baik maka lembaga pendidikan akan
menghasilkan lulusan yang kompetitif dan
relevan di pasar kerja,
1, Konsep Pendidikan Berorientasi
Tenaga Kerja
Konsep pendidikan berorientasi
tenaga kerja di Indonesia, dipersiapkan
untuk menyiapkan lulusan yang siap pakai,
siap jual, siap guna dan mandiri. Langkahyang ditempuh dengan pendidikan
berbasis life skill,
Pendidikan berbasis kecakapan hidup
adalah pendidikan yang membekali
kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik
untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara
wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif, kreatif dan inovatif
mencari, menemukan solusi sehingga
mampu mengatasi permasalahannya.
Konsep kecakapan hidup (life skill)
lebih luas dari keterampilan untuk bekerja,
tidak hanya sekadar keterampilan manual.
Menurut Kaluge (2002), (Slamet, 2005)
kecakapan hidup dapat dipilah menjadi
lima, yaitu: 1) kecakapan mengenal diri
(selfawareness), yangjuga sering disebut
kemampuan personal (personal skill), 2)
kecakapan berpikir rasional (thinking skill),
3) kecakapan sosial (social skill), kecakapanakademik (academic skil), dan 4)
kecakapan vokasional (vocational skill)”.
Setelah kecakapan hidup yang
diberikan, maka seorang peserta didik
juga digali kemampuan dan potensi
kecerdasannya dari delapan macam
kecerdasan (Gardner, 1%%3),' yaitu: 1)
linguistic intelligence, 2) logical-
mathematical intelligence, 3) intelligence,
4) bodily-kinesthetic intelligence, 5)
musical intelligence, 6) interpersonal
intelligence, 7) intrapersonal intelligence,
8) naturalist intelligence,
2, Link and Match dan
Kewirausahaan
Masalah ketenagakerjaan merupakan salah
satu masalah serius vang ot kaitannya
dengan kemajuan dan kemakmuran suatu
negara, Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh seorang ekonom terkenal
asal India, Mahbub UlHag, yaitu “Let ustake care of employment, employment will
take care of growth’, Kutipan tersebut
mempertegas hetapa ketenagakerjaan
sangat memengaruhi sendi-sendi
pertumbuhan suatu negara, Karena
ketenagakerjaan meliputi dimensi politik,
sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan,
Menurut [2PS pengangguran
terbuka merupakan bagian dari angkatan
kerja yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan (haik bagi mereka yang
belum pernah bekerja sama sekali maupun
yang sudah pernah bekerja), atau sedang
mempersiapkan suatu usaha, mereka yang
tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin untuk mendapatkan
pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran memberikan
problematika tersendiri bagi negara.
Pengangguran dapat memengaruhi dayabeli masyarakat, Karena tidak adanya
pendapatan yang diterima, pengeluaran
untuk membiayai kehidupan sehari-hari
pun menjadi terganggu. Hal ini kemudian
akan membuat masyarakat menjadi miskin
atau semakin miskin, Selain itu,
meningkatnya pengangguran terbuka
sebagai akibat tidak terkelolanya
ketenagakerjaan dengan baik dapat
memberikan dampak serius, seperti
meningkatnya kriminalitas yang
selanjutnya dapat mengganggu stabilitas
negara,
Makin tinggi jenjang pendidikan si
penganggur, akan semakin berbahaya bagi
negara, Sampai saat ini dinilai belum
terjadi atau belum sepenuhnya terjadi link
and match (keterkaitan dan kecocokan)
antara dunia pendidikan dengan dunia
usaha, Dengan kata lain, belum terjadi
sinkronisasi antara lembagapenyelenggara pendidikan dengan
perkembangan lapangan pekerjaan,
Dampaknya adalah banyak lulusannya
yang kemudian tidak terserap oleh pasar
kerja, sehingga menimbulkan atau bahkan
menambah tingginya tingkat
pengangguran, Lembaga penyelenggara
pendidikan pada umumnyg lebih terfokus
pada lulusan berkualitas, namun kurang
memerhatikan kebutuhan pasar itu sendiri,
Melihat keadaan ini memang
sangat diperlukan perencanaan yang
matang dan juga analisis kebutuhan
peluang-peluang kerja yang ada, dan yang
diproyeksikan akan besar kebutuhannya.
Analisis tersebut kemudian disinkronkan
dengan pendidikan, Sebagai contoh adalah
ketika Sarjana Ekonomi sudah begitu
banyak namun kesempatan kerja untuk
lulusannya tidak berubah, maka institusi
pendidikan perlu mengurangi kuotamahasiswa dalam jurusan ekonomi
tersebut, Sebaliknya, ketika Sarjana
Komputer/Multimedia yang akan banyak
dibutuhkan, maka institusi pendidikan
perlu menambah kuota mahasiswa dalam
jurusan tersebut, Dengan demikian,
terciptalah link and match antara
pendidikan dan ketenagakerjaan, yang
selanjutnya dapat menghindar dari
pemborosan sumber daya pendidikan,
Penanggulangan yang lain untuk
mengurangi pengangguran adalah dengan
menanamkan, mensosialisasikan, dan
mendukung kewirausahaan, Namun, seperti
tercatat dalam Sensus Ketenagakerjaan
Nasional 2007, hanya 5% dari jumlah
angkatan kerja Indonesia yang berminat
pada kewirausahaan, Selebihnya lebih
memilih menjadi karyawan maupun
pegawai yang bekerja dengan
mendapatkan gaji atau upah,Sebagaimana diketahui bahwa
kewirausahaan tak diragukan lagi
merupakan salah satu solusi terbaik dalam
menghadapi pengangguran di masa seperti
sekarang ini. Selain menciptakan
pekerjaan bagi diri sendiri, kewirausahaan
juga membuka kesempatan kerja bagi
orang lain, Namun kewirausahaan sangat
membutuhkan dukungan dari pemerintah,
termasuk dukungan modal, sarana dan
prasarana,
Selain itu, kewirausahaan biasanya
tumbuh dan berkembang di antara mereka
yang memiliki keluarga dan lingkungan
yang sudah melakykan kegiatan wirausaha,
Dengan demikian, wirausaha sudah
menjadi budaya mereka sejak kanak-
kanak, Untuk kelompok ini, pemerintah
tidak perlu menumbuhkan budaya
wirausaha lagi, Bagi mereka, yang penting
pemerintah dapat memberikan iklim usahayang sehat.
Oleh karena itu, instansi terkait
perlu menumbuhkan kelembagaan budaya
wirausaha melalui usaha-usaha pendidikan
dan kegiatan-kegiatan lainnya,
menciptakan iklim usaha yang kondusif,
kepastian usaha, stabilitas ekonomi dan
politik sehingga dapat menarik dan
menggiatkan kewirausahaan yang
selanjutnya membuka lapangan pekerjaan
yang lebih besar, Lapangan pekerjaan
inilah yang sangat dibutuhkan dalam
meminimalisir pengangguran, baik yang
terdidik maupun yang tidak terdidik.
Manajemen ketenagakerjaan
memang bukan hal yang mudah, Namun
apabila didukung oleh perencanaan
pendidikan dan analisis kesempatan kerja
yang akurat, serta iklim yang kondusif
bagi wirausahawan, tentu pengurangan
tingkat pengangguran akan dapatterealisasi,
3, Focused based Education Focused
based education adalah pendidikan dengan
strategi pembelajaran yang mendasar dan
berbasis Fokus, artinya pengembangan
ilmu dan strategi pembelajarannya
difokuskan dalam bidang yang sesuai
dengan kebutuhan pasar, teknologi dan
keilmuan, Keilmuan yang mendasar dan
Fokus mengajarkan sesuatu itu kuat, fokus
dan benar-benar menjadikan ia pakar,
bukan setengah-setengah atau “Jadi bisa
saja”, Contoh: jurusan teknik atau
rekayasa kurang perlu menempuh mata
kuliah yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan ilmu dasar bidang rekayasa,
Jika hal itu memperlambat waktu lulus dan
menyebabkan rendahnya kompetensi
lulusan, hal ini dirasa akan menambah
beban dan menghabiskan waktu proses
belajar yang terfokus pada teori, Olehsebab itu, sebaiknya digantikan dengan
praktik dan ilmu yang lebih relevan sesuai
tuntutan pasar, Perguruan tinggi bidang
rekayasa dan sains terapan akan lebih baik
jika menggunakan focused based, karena
hakikat pendidikan di jurusan terapan dan
rekayasa adalah menghasilkan keluaran
siap pakai, siap kerja, artinya
setiap lulusan yang dihasilkan lembaga
pendidikan dapat terserap dan mampu
diterima di pasar kerja, paling tidak ia bisa
mandiri dengan ilmu yang ia peroleh, Hal
ini juga dirasakan bahwa lulusan SMU
hampir tidak laku lagi di pasar kerja,
kecuali sebagai tenaga kasar atau buruh,
Bahkan tidak sedikit lembaga pendidikan
D3 atau $1 yang menjual ijazah semata,
yang didukung minimnya teori, Yang paling
dikhawatirkan adalah kita sedang berada
pada situasi pembohongan publik dan
peiacuran pendidikan (Suranto, 2006), 4,Pendidikan Tidak Seharusnya Berorientasi
Pasar Menteri Kebudayaan dan Pendidikan
Dasar dan Menengah Anies Baswedan
mengatakan pendidikan tidak seharusnya
berorientasi pada pasar untuk memenuhi
kebutuhan kerja.* Idealnya, menurut
Anies, pendidikan bermanfaat untuk
menjadikan anak sebagai pembelajar
sepanjang hayat, Paling terpenting
menjadikan siswa pembelajar sepanjang
hayat karena diberikan saat ini belum
tentu dengan apa yang dihadapinya pada
masa depan, Pembelajar seumur hidup
lebih berat ketimbang menjadikan anak
sebagai spesialis atau super spesialis.
Namun, kesulitan ini menjadi tantangan
bagi dunia pendidikan,
4, Pendidikan Tidak Seharusnya
erorientasi Pasar Menteri Kebudayaan
dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies
Baswedan mengatakan pendidikan tidakseharusnya berorientasi pada pasar untuk
memenuhi kebutuhan kerja.” Idealnya,
menurut Anies, pendidikan bermanfaat
untuk menjadikan anak sebagai
pembelajar sepanjang hayat. Paling
terpenting menjadikan siswa pembelajar
sepanjang hayat karena diberikan saat ini
belum tentu dengan apa yang dihadapinya
pada masa depan, Pembelajar seumur
hidup lebih berat ketimbang menjadikan
anak sebagai spesialis atau super spesialis,
Namun, kesulitan ini menjadi tantangan
bagi dunia pendidikan.
Selain itu, menurut Anies, dalam dunia
pendidikan terdapai komponen penting
yang perlu disiapkan untuk generasi muda,
Pertama, adalah integritas, “Zaman
sekarang investor bisa diamankan kalau
ada koneksi, Namun di masa depan
mungkin ini tidak bisa dilakukan lagi, Maka
siswa harus dididik agar mempunyaiintegritas, Kedua, anak-anak harus dididik
agar memiliki jiwa kewirausahaan, Sebab,
jiwa kewirausahaan akan menjadikan murid
melihat kesulitan sebagai kesempatan,
“Orang yang mempunyai jiwa usaha adalah
orang yang selalu optimistis”, Ketiga,
anak- anak harus diberi bekal agar
mempunyai kemampuan komunikasi yang
tinggi. Tanpa kemampuan komunikasi yang
baik maka susah menghadapi masa depan,
Penguasaan hahasa menjadi sangat
penting. Menguasai bahasa Indonesia
dengan baik diperlukan guna membangun
komunikasi dalam negeri, Selain itu,
membekali siswa dengan bahasa
internasional juga wajib
5, Membangun Culture of Doing Pekerjaan
lanjutan untuk menyelaraskan dunia
pendidikan dan dunia kerja adalah
mengatur keseimbangan antara
pembelajaran akademik dan pembelajaranketerampilan untuk mendapatkan
kompetensi lulusan, Kompetensi lulusan ini
berpengaruh pada link and match dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja, Berpikir
kritis, kreatif, membuat keputusan,
menuelesaikan masalah dan belajar
dengan cepat adalah kompetensi yang
diperlukan dunia kerja dan harus dimiliki
lulusan, Untuk itu pendidikan harus
difokuskan untuk melakukan hal-hal yang
berguna, Untuk mendapatkan pendidikan
yang berfokus pada hal-hal yang berguna,
maka kita perlu membangun culture of
doing. Culture of doing merangsang
peserta didik untuk mengubah pola pikir
dari budaya “mengetahui” menjadi budaya
“melakukan”. Hal ini karena meskipun
secara akademik, peserta didik menguasai
materi pembelajaran, tetapi mereka sering
mengeluh merasa tidak ada hubungan
antara apa yang mereka pelajari dengandunia nyata, Dengan terbentuknya culture
of doing, maka pola pendidikan di
Indonesia akan menghasilkan peserta didik
yang siap menghadapi tantangan dunia
nyata sekaligus beradaptasi langsung
dengan dunia kerja,Dalam culture of
doing, peserta didik didorong untuk
terlibat dengan dunia nyata, menganalisis
segala sesuatu yang terjadi dan
menghubungkan dengan pembelajaran
yang telah mereka terima, Premis utama
culture of doing adalah bahwa peserta
didik harus terlibat pembelajaran baik
melalui penekanan pada upaya kolaboratif,
berbasis proyek tugas, dan atau melalui
Fokus nonakademik, Langkah-langkah
menuju pelaksanaan culture of doing
adalah dengan memulai dari kelas mereka
sendiri, seperti memperkenalkan “tugas—
tugas yang bermakna dalam kehidupan
sehari- hari” ke dalam kelas, Sebagaicontoh culture of doing adalah dalam
pelajaran ekonomi, peserta didik dapat
mempelajari konsep jual beli dengan
langsung mempraktikannya di sentra-
sentra bisnis lokal/pasar dan berusaha
mendapatkan laba/keuntungan.6,
Kebijakan Pemerintah di Bidang
Pendidikan da Menghadapi Pengangguran
di masing—masing SMK, Simulasi industri
dimaksud ditujukan aga pa di siMkK
mendapatkan pengetahuan tentang
budaya kerja, kondisi riil industri, dan
penguasaan teknologi, Pengembangan pola
kemitraan juga akan dilakukan sebagai
aksi pemerintah, Kemitraan tersebut akan
dijalin antara SMK, pendidikan unggi
vokasi, dan pelatihan keterampilan dengan
dunia industri, termasuk industri kreatif,
Hal ini dilakukan dalam rangka
memperkuat intermediasi dan kesempatan
pemagangan serta kesesuaian pendidikan/pelatihan dengan dunia kerja, Upaya yang
direncanakan dalam bidang pendidikan
adalah: pertama, peningkatan pelayanan
pendidikan dasar 4 tahun yang bermutu
dan terjangkau, Konsep pendidikan dasar %
tahun sesuai dengan Undang- Undang
Sisdiknas Tahun 2003, yakni dimaksudkan
untuk memberikan peluang kepada siswa
yang tidak dapat meneruskan pendidikan
ke jenjang pendidikan menengah (SMA), Di
samping itu, untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja kasar/teknisi yang banyak
dibutuhkan pada saat itu, yang dengan
pendidikan 6 tahun dianggap tidak
memadai, Pendidikan dasar 4 tahun juga
merupakan fondasi dari kualitas
pendidikan, Dengan demikian, masyarakat
haruslah mendapat kemudahan dalam
mengakses pendidikan % tahun dengan
mutu yang baik dan biaya seminimal
mungkin, Kedua, peningkatanprofesionalisme dan pemerataan distribusi
guru, Seperti diketahui, guru merupakan
pangkal dari keberhasilan pendidikan.
Dengan meningkatkan profesionalisme
guru berarti akan memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia. Hal inilah yang
kemudian membuahkan SDM yang bermutu
dan kemudian dapat bersaing dengan SDM
luar negeri, Dengan demikian, akan
terbuka kesempatan kerja yang lebih luas
karena tak hanya terbatas di dalam negeri
saja.program ini adalah dengan
memberikan beasiswa PTN untuk siswa
SMA/ Ketiga, peningkatan daya saing
pendidikan tinggi. Rencana aksi dari EMK
berprestasi dan kurang mampu, Selain itu,
dengan mengembangkan vewirausahaan,
termasuk technopreneur (enterpreneur di
bidang IT) bagi dosen lan mahasiswa
melalui kerja sama antarinstitusi
pendidikan dengan dunia usaha, Perlu puladiketahui bahwa pada akhir-akhir ini
memang banyak perguruan tinggi yang
telah memasukkan mata kuliah
kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib,
Melalui berbagai upaya sebagaimana
diuraikan di atas, diharapkan akan
tercipta link and match antara pendidikan
dan ketenagakerjaan yang dibutuhkan
pasar tenaga kerja, serta selanjutnya
dapat menurunkan tingkat pengangguran
ke level yang terendah. C, Kesehatan dan
Produktivitas Kerja Jumlah angkatan kerja
di Indonesia terus meningkat, Saat ini
mencapai 113,74 juta jiwa dan yang
bekerja mencapai 104,4% juta jiwa (BPS,
200%), Pemenuhan kecukupan gizi pekerja
selama bekerja merupakan salah satu
bentuk penerapan syarat keselamatan,
dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan
pekerja. Gizi merupakan salah satu aspekkesehatan kerja yang memiliki peran
penting dalam peningkatan produktivitas
kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian
semua pihak, terutama pengelola tempat
kerja mengingat para pekerja umumnya
menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap
harinya di tempat kerja, Rendahnya
produktivitas kerja dianggap akibat
kurangnya motivasi kerja, tanpa
menyadari faktor lainnya seperti gizi
pekerja, Perbaikan dan peningkatan gizi
mempunyai makna yang sangat penting
dalam upaya mencegah morbiditas,
menurunkan angka absensi serta
meningkatkan produktivitas kerja. Berat
ringannya beban kerja seseorang
ditentukan oleh lamanya waktu melakukan
pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri,
Semcakin berat Deban kerja, sebaiknya
semakin pendek waktu kerjanya agar
terhindar dari Kelelahan dan gangguanFfisiologis yang berarti atau
sebaliknya,Kebutuhan gizi terutama energi
dipengaruhi oleh: usia, ukuran tubuh, dan
jenis kelamin, Faktor lain penentu
kebutuhan gizi yaitu: jenis pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
keadaan Fisiologis, keadaan khusus;
seperti pada pemulihan kesehatan dan
anemia, keadaan lingkungan kerja, Faktor-
faktor tersebut di atas harus menjadi
dasar dalam perhitungan besarnya energi,
komposisi 2at gizi dan menu untuk
konsumsi pekerja, Penilaian status gizi
pekerja perlu dilakukan, karena dengan
mengetahui status gizi pekerja dapat
ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai
serta pemberian intervensi gizi bila
diperlukan, Penilaian status gizi dilakukan
melalui beberapa cara antara lain:
pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan biofisik dan antropometri.Antropometri merupakan metode yang
paling sering digunakan dalam penilaian
status gizi, Metode ini menggunakan
parameter erat Badan (21>) dan Tinggi
Badan (Tid). Melalui kedua parameter
tersebut, dapat dilakukan perhitungan
indrks masa tubuh dgn rumus berikut