You are on page 1of 43

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP DAN TEORI KELUARGA

Dosen Pengampu :
DR. Rika Sabri, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Kelompok 5

Anggota Kelompok :

Rizka Noviola Hardita 20111313008


Wardah Dalilah 2011311010
Nadhira Aliya Putri Raharja 2011312047
Resty Noer Syafitri 2011313002
Verra oktavia 2011311025
Fadillah Buyatma Putri 2011312017
Atikah Salsabila Deyra 2011312080
Diva Erlinda 2011312005
Muhammad Ashraf 2011311022
PRGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
tufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada


manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.

Padang, 21 Februari 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG ............................................................... Error! Bookmark not defined.

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................... Error! Bookmark not defined.

C. MANF ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN................................................ Error! Bookmark not defined.

A. KONSEP DAN TEORI KELUARGA ..................................... Error! Bookmark not defined.

1. Konsep dan teori keluarga ........................................... Error! Bookmark not defined.

2. Tipe keluarga ............................................................... Error! Bookmark not defined.

3. Keluarga sejahtera ....................................................... Error! Bookmark not defined.

4. Teori dan tugas perkembangan keluarga ..................... Error! Bookmark not defined.

5. Konsep keperawatan keluarga ..................................... Error! Bookmark not defined.

6. Ruang lingkup keperawatan keluarga ......................... Error! Bookmark not defined.

7. Pengkajian keperawatan keluarga……….…………………………………………….8


BAB III ...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

B. SARAN ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada unit
keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien
atau resipien keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat,
merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga adalah
dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia
jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau
signifikan.

Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat sehingga


dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memerhatikan nilai-nilai dan budaya
yang ada dalam keluarga sehingga dalam pelaksanaannya kehadiran perawat dapat
diterima oleh keluarga. Keperawatan keluarga merupakan bidang kekhususan
spesialisasi yang mengabaikan berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya.
Keperawatan keluarga saat ini merupakan bidang keahlian khusus yang sedang
tumbuh, bersifat dinamis dan mendapat tempat dalam praktik, pendidikan dan
penelitian.

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur (Bailon dan
Maglaya, 1978).
Dalam mencapai tujuan perawatan kesehatan keluarga, asuhan keperawatan
yang diberikan merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal itu sangat tergantung kepada perawat yang memberikan asuhan keperawatan yang
bermutu kepada keluarga dalam memengaruhi keluarga untuk lebih dapat mengenal
dan melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang kesehatan.

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga


saling berkaitan dan saling memengaruhi sesama anggota keluarga dan akan
memengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara
keseluruhan (Ruth B. Freeman,1981). Untuk dapat mencapai tujuan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan
kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Konsep Dan Teori Keluarga ?
2. Apa Saja Tipe Keluarga ?
3. Apa Itu Keluarga Sejahtera
4. Apa Teori Dan Tugas Perkembangan Keluarga
5. Bagaimana Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dan Teori Dari Keluarga
2. Untuk Mengetahui Tipe Keluarga
3. Untuk Mengetahui Definisi Keuarga Sejahtera
4. Untuk Mengetahui Teori Dan Tugas Perkembangan Keluarga
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DAN TEORI KELUARGA

Konsep Keluarga

1. Definisi

Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:

a. Keluarga adalah unit terecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( Jhonsons dan Leny, 2010)

b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ibu dan anaknya ( Suprayitno, 2008)

c. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

d. Menurut Departemen Kesehatan RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil dari


masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan
tinggal dalam suatu tempat dibawah atap dalam keadaan saling bergantung.

2. Tipe-Tipe Keluarga

Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010

Ada beberapa tipe keluarga yakni:

a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi,
keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua,
atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak
kandung ataupun anak adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu dan ayah ) dan anakanak
mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang
tua atau Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya
seseorang dilahirkan.

c. Selain itu terdapat juga Keluarga luas atau keluarga besar yang ditarik atas dasar garis
keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lainyang masih mempunyai hubungan darah meliputi hubungan
antara paman,bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Menurut ( Suprajitno, 2004) Keluarga juga dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non
tradisional.

1) Tradisional

 Nuclear Family atau Keluarga Inti: Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.

 Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan


kembali suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

 Niddle Age atau Aging Cauple: Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau
kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah atau perkawinan / meniti karier.

 Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear: Suami istri tanpa anak.

 Single Parent: Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

 Dual Carrier: Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.

 Commuter Married: Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

 Single Adult: Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.

 Extended Family: 1, 2, 3 generasi bersama dalam satu rumah tangga.


 Keluarga Usila: Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.

2) Non Tradisional

 Commune Family: Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang
sama, pengalaman yang sama.

 Cohibing Coiple: Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

 Homosexual / Lesbian: Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.

 Institusional: Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu pantipanti.

 Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.

3. Fungsi dan Peran Keluarga

a. Fungsi keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010

1) Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan


anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

2) Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.

3) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga


anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4) Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota kelurga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5) Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.

6) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan
keluarga,
7) Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara menonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan lainnya.

8) Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai


generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

b. Peran Keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:

1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.

2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.

3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat


perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

4. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai


tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga


yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan
yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan diatasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan dapat meminta
bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggal.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah


mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang
telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

Tahap Perkembangan Keluarga

a. Keluarga baru menikah. Dimulai saat individu (Pria/Wanita) membentuk keluarga melalui
perkawinan. Meninggalkan keluarga mereka masing-masing baik fisik/psikologis.

Tugas Perkembangan

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain,teman,kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)

Masalah Kesehatan Yang Muncul :


1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,Penyakit kelamin
baik sebelum/sesudah menikah.

2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat

3) Tugas Perawat : membantu setiap keluarga agar saling memahami satu sama lain.

b. Keluarga dengan anak baru lahir. Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia
30 bln ( 2,5 tahun ). Keluarga menanti kelahiran & mengasuh anak.

Tugas perkembangan keluarga :

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dg perub angt klg,peran,interaksi,hubungan seksual

3) mempertahankan hub yg memuaskan dg pasangan.

Masalah kesehatan keluarga :

1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling


perkembangan anak, KB, pengenalan & penanganan masalah kesehatan fisik secara
dini.

2) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu & anak.

c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah. Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 th.
Keluarga lebih majemuk & berbeda.

Tugas perkembangan :

1) Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti: tempat tinggal, privasi dan rasa aman,
membantu anak untuk sosialisasi.

2) Adaptasi dengan anak yg baru lahir & kebutuhan anak yg lain

3) Mempertahankan hubungan yang sehat internal maupun ekternal keluarga, pembagian


tanggung jawab anggota keluarga.

4) Stimulasi tumbang anak

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.


Masalah kesehatan :

Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan & kecelakaan-
kecelakaan lain.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

1) Keluarga mencapai jumlah anggota yg maksimal, keluarga sangat sibuk.

2) Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing.

3) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya.

4) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman sebayanya).

5) Orang tua mulai merasakan tekanan yang besar dari komunitas di luar rumah (sistem
sekolah)

Tugas perkembangan keluarga :

1) Membantu sosialisasi anak : meningktk prestasi belajar anak.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.

3) Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yang semakin meningkat termasuk biaya
kesehatan.

e. Keluarga dengan anak remaja

f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa

g. Keluarga usia pertengahan

h. keluarga usia tua

5. Nilai – nilai Keluarga

a. Suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep
yang secara sadar mengikat seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim
(Parad & Caplan, 1965).

b. Kebudayaan keluarga merupakan sumber sistem nilai dan norma - norma utama
sebuah keluarga.
c. Kelompok keluarga merupakan sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan,
nilainilai dan norma-norma, yang menentukan pemahaman individu terhadap sifat,
makna dunia, bagaiman mencapai tujuan & aspirasi-aspirasi mereka.

Orientasi nilai utama meliputi :

a. Pencapaian individu dan produktivitas

b. Individualisme

b. Materialisme/etika konsumsi

c. Etika kerja

d. Pendidikan

e. Persamaan hak

f. Kemajuan dan penguasaan lingkungan

g. Orientasi masa depan

h. Efisiensi, ketentraman, kepraktisan

i. Rasionalisme

j. Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan

k. Toleransi terhadap perbedaan.

Teori Keluarga

1. Teori Strukturalfungsional/ Teori Sistem

Salah satu teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalah Teori
Strukturalfungsional/ Teori Sistem. Pendekatan teori sosiologi struktural- fungsional biasa
digunakan oleh Spencer dan Durkheim yang menyangkut struktur (aturan pola sosial) dan
fungsinya dalam masyarakat (Skidmore 1979; Spencer dan Inkeles 1982; Turner 1986;
Schwartz dan Scott 1994; Macionis 1995; Winton 1995) dan pada kehidupan sosial secara
total (McQuarie 1995). Penganut pandangan teori struktural-fungsional melihat sistem sosial
sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis dan berkelanjutan.
2. Teori Konflik

3. Teori konflik adalah fenomena sosial biasa dan merupakan kenyataan bagi
masyarakat yang terlibat di dalamnya. Konfllik dipandang sebagai suatu proses
sosial, proses perubahan dari tatanan sosial yang lama ke tatanan sosial yang baru
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Perspektif konflik
dianggap sebagai “the new sociology” sebagai kritik terhadap teori struktural
fungsional yang berkaitan dengan sistem sosial yang terstruktur dan adanya
perbedaan fungsi dan diferensiasi peran (division of labor).

4. Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial menjelaskan keberadaan dan ketahanan kelompok sosial, termasuk
keluarga melalui bantuan selfinterest dari individu anggotanya. Fokus sentral teori adalah
motivasi (hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan), yang berasal
dari keinginan diri sendiri

5. Teori Simbolik

Teori ini terfokus pada hubungan antara simbol (pemberian makna) dan interaksi (aksi
verbal, non verbal, dan komunikasi). Interaksi simbolik mengindikasikan suatu pendekatan
yang mempelajari kehidupan grup dan perilaku individu sebagai makhluk hidup. Interaksi
simbolik memberikan sumbangan khusus kepada family studies dalam dua hal.

Pertama, menekankan proposisi bahwa keluarga adalah social groups. Kedua, menegaskan
bahwa individu mengembangkan konsep jati diri (self) dan identitas mereka melalui interaksi
sosial, serta memungkinkan mereka untuk secara independen menilai dan memberikan value
kepada keluarganya

6. Teori Perkembangan

Teori perkembangan merupakan teori yang menjelaskan perubahan baik yang terjadi pada
individu atau kelompok. Individu, kelompok dan masyarakat mengalami perkembangan
melalui tahapan-tahapan yang terjadi sepanjang waktu. Salah satu model teori perkembangan
adalah unilinier, yang menganalisis perkembangan atau perubahan institusi dan masyarakat
sepanjang waktu.
B. TIPE KELUARGA

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1998)
Tipe keluarga ada 2 yaitu :

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung
atau angkat)

2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.

4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional

1) The unmarriedteenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri

3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak bersama.

4) The non marital heterosexual cohibitang family


Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital
partners).

6) Cohibitng couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-marrige family

Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu
sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.

10) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
C. KELUARGA SEJAHTERA

Adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
52 tahun 2009).

Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:

1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga
Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).

2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)

Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak


memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator
”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.

3. Tahapan Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8


(delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator
Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator ”kebutuhan pengembangan”
(develomental needs) dari keluarga.

4. Tahapan Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8


(delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah
satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.

5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan
KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator
tahapan KS III Plus.

2. Indikator tahapan keluarga sejahtera.

a. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar
keluarga” (basic needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan masyarakat
setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan
pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan
sagu dan sebagainya.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah
dan bepergian.
Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu
pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegiatan
hidup yang berbeda beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk bekerja (ke
sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula dengan pakaian untuk
bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan
sebagainya).
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik.
Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal
keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang layak ditempati,
baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik,
Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat obatan yang diproduksi secara
modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang
(Departemen Kesehatan/Badan POM).
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi.
Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat pelayanan KB,
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek,
Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW,
MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur yang
membutuhkan.(Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan Usia Subur).
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15 tahun dari
keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti wajib
belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu terdaftar
dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat
SLTP.

Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan


psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera
yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah
adalah kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran
agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing keluarga/anggota keluarga.
Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di
rumah, atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing
masing agama/kepercayaan.
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau
ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi
protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam
setahun.Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang
merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari pemberian
pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari oleh masyarakat
setempat.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.Luas Lantai
rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas,
maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan
gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang
tidak kurang dari 8 m2.
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing.Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan
seseorang dalam keluarga yang berada dalam batas batas normal, sehingga yang
bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di
rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih dari
4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan kedudukan masing masing di dalam keluarga.
6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan adalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang
sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari sumber
penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat memenuhi
kebutuhan minimal sehari hari secara terus menerus.
7. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.Pengertian
anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin adalah anggota keluarga
yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan
sekaligus memahami arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini
tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60
tahun.
8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan
Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan menggunakan salah
satu alat kontrasepsi modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan
MOW.

Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.


Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah upaya
keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing masing.
Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau guru agama
bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama Islam atau sekolah
minggu bagi anak anak yang beragama Kristen.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang
adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung baik berupa
uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah,
barang perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila
diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan
untuk berkomunikasi.Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah
kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu
sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas
persoalan yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan
bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.Pengertian
Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah
keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan
masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong
royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian,
olah raga dan sebagainya.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/
radio/tv/internet.Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga
untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional, maupun
internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media
elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya
yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga
yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi
milik umum/milik bersama.

Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi
diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:

1. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk
kegiatan sosial.Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki rasa sosial
yang besar dengan memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu)
dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat
(seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo,
untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya)
dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/
institusi masyarakat.Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga yang memiliki
rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara
terus menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus
pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi
adat, kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus
RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

D. TEORI DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Teori Struktural Fungsional


Keluarga merupakan unit terkecil pada masyarakat yang merupakan
sekumpulan orang yang tinggal pada satu rumah serta memiliki hubungan
perkawinan, hubungan darah, kelahiran, ataupun adopsi, yang dimana setiap
anggotanya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Dimana didalam
keluarga setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing
yang harus dilakukan dan dijalankan dengan baik, sesuai dengan prinsip, nilai yang
terdapat di lingkungan masyarakat, hingga akhirnya menghasilkan warna atau ciri
yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam fungsi kehidupan
sosial. Keragaman dalam fungsi tersebut merupakan sumber utama dari adanya
struktur masyarakat, sehingga keragaman dalam fungsi sesuai dengan struktur
masyarakat, seperti adanya anggota yang menjadi ketua dan ada yang hanya
menjadi anggota biasa, dan kedudukan tersebut menentukan fungsi masing-
masing yang berbeda dengan anggota lainnya. Namun perbedaan fungsi tersebut
tidak hanya untuk memenuhi kepentingan salah satu anggota yang bersangkutan
saja, akan tetapi untuk mencapai tujuan bersama sebagai kesatuan. Dan tentunya,
struktur dan fungsi yang ada di masyarakat tidak akan pernah lepas dari pengaruh
budaya, norma, dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan dipegang teguh oleh
masyarakat setempat.
Paul Colomy (2005) dalam Kitchen (2016) mendefinisikan lima komponen
utama dari teori-teori fungsional. Pertama, masyarakat dipandang sebagai jaringan
dan praktik yang lain berakar dalam upaya untuk memecahkan masalah institusional
tertentu, yang pada intinya lembaga merupakan suatu keberadaan yang dapat
memecahkan masalah. Dimana masyarakat modern di identifikasikan oleh lembaga
khusus mengenai masalah-masalah tertentu sebagai masalah pramodern yang terdiri
dari lembaga multifungsi. Kedua, ada beberapa cara bahwa masalah yang sama
dapat diselesaikan, dan pada kahirnya perbedaan telah menetapkan berbagai cara
yang berbeda melalui fungsi yang sama. Ketiga, dimana lembaga-lembaga yang
saling berhubungan menciptakan orang lain baru dalam masalah-masalah
tertentu karena lembaga baru, atau perubahan ke institusi yang ada dan mengganggu
yang lainnya. Sehingga dengan demikian fungsi lembaga dapat diklasifikasikan
menjadi dua baris, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten serta fungsi positif dan
negatif. Dimana fungsi manifest adalah fungsi yang jelas apa yang dimaksudkan, dan
dipahami dengan jelas. Fungsi laten adalah fungsi halus, yang tersembunyi atau tidak
diinginkan. Sedangkan fungsi positif adalah fungsi yang memungkinkan stabilitas
terus memerus. Dan fungsi negatif adalah menyebabkan kekacauan, dan
menghambat pengoprasian lembaga lain dalam jaringan. Sehinggga keempat
komponen berasal dari pengakuan bahwa karakteristik institusi-institusi di masyarakat
modern memberi integrasi sosial.

2. Teori Sosial Konflik


Teori sosial konflik menganggap bahwa perbedaan atau perubahan
merupakan suatu hal yang dinamis dan biasa. Dimana konflik merupakan suatu
fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, yang dimana merupakan
salah satu bentuk proses perubahan dari tatanan sosial yang lama berubanh ke
tatanan sosial yang berbeda dari sebelumnya sesuai dengan perkembangan yang
terjadi. Dimana teori sosial konflik menentang atau tidak setuju dengan konsensus
atau kesepakan yang ada dimasyarakat. Dan teori sosial konflik lebih
mementingkan dirinya sendiri atau egonya untuk mencapai apa yang di inginkan
untuk mencapai sebuah revolusi.
Pada prespektif sosial konflik, individu atau kelompok berjuang untuk
memaksimalkan keuntungan apa yang didapat, dan perubahan sosial yang besar tidak
dapat dihindari. Sosial konflik menganggap bahwa penyimpangan adalah hal
yang normal dan konflik adalah hal yang normal. Dan sosial konflik, keluarga yang
ideal adalah keluarga yang berlandasan horizontal bukan vertikal atau hirarki, dimana
posisi suami dan istri ada pada kedudukan yang sama. Dikarenakan hubungan yang
hierarkis terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam kepentingan dan
kekuasaan tertentu. Kepentingan dan kekuasaan yang berbeda inilah yang akan selalu
menimbulkan konflik, yang satu berusaha menguasai yang lainnya (Anita, 2015).
Pada teori sisial konflik menekankan pada kesetaraan kedudukan antara
suami dan istri, termasuk dalam bidang publik atau pekerjaan. Dimana dalam hal ini
istri tidak hanya berperan dalam domestik saja tetapi dapat berperan pada bidang
publik. Sehingga istri memiki peran ganda yaitu berperan pada bidang domestik dan
berperan pada bidang publik, yang dimana tunturan peran kedua bidang tersebut
tidak jarang menimbulkan konflik. Dimana konflik yang muncul disini adalah
konflik pekerjaan-keluarga dikarenakan ketidak mampuan seseorang dalam hal
membagi waktu dan komitmen mereka untuk peran pekerjaan dan keluarga (Susanti
& Ekayati, 2013).

3. Teori Ekologi
Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, yang merupakan
seorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika. Dimana teori ekologi
memandang bahwa hubungan timbal balik, dalam teori ekologi memendang bahwa
hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya akan membentuk
tingkah laku individu tersebut, dan informasi lingkungan tempat tinggal anak
untuk menggambarkan, mengorganisasikan dan mengklasifikasi efek dari
lingkungan yang bervariasi. (Mujahidah, 2015). Perkembangan manusia juga
merupakan sesuatu hal yang bentuknya dinamis, dimana sebuah proses interaksi
antara individu dan lingkungan mereka di berbagai tingkatan. Uri Bronfenbreenner
membaginya menjadi 5 sistem yaitu microsystem, mesosystem, eksosystem,
macrosystem, dan chronosystem.
Pandangan ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner 1977 dalam
Andayani (2004) bahwa eklogi merupakan suatu prespektif mengenai metedologi
dalam mempelajari perkembangan diaman kepribadian yang mempertimbangkan
dan mempengaruhi aspek-aspek diluar individu, yaitu dengan sisi lingkungan dimana
individu berada. Pandangan ekologi ini melihat individu sebagai suatu system, yang
mana sistem yang akan menjadi bagian dari sistem-sistem yang lebih besar, sehingga
dengan demikian menjadi dengan demikian manusia merupakan sebagai bagian
dari suatu sisten yang akan dapat berperan berbagai pengaruh dari berbagai
lingkungan. Sehingga faktor yang langsung berperan pada individu adalah faktor
yang berhubungan atau mempengaruhi secara langsung dengan individu, misalnya
suasana rumah, aturan dalam keluarga, teman-teman bermain atau bekerja, dan
sebagainya. Sementara itu faktor yang kurang atau tidak langsung berpengaruh pada
individu misalnya adalah hukum, kondisi ekonomi Negara, sikap sosial, dan
lain-lainnya.

4. Teori Pertukaran Sosial


Pertukaran sosial atau social exchange merupakan perilaku dimana
manusia yang pada dasarnya bersifat universal dimana jika seseorang diberikan
pengaruh positif maka akan baik dan jika diberikan pengaruh negatif akan kurang
baik. Pertukaran sosial merupakan sebuah teori yang fokus utamanya adalah
motivasi atau hal yang mendorong untuk melakukan sesuatu yang berasal dari
dalam dirinya sendiri. Dimana teori ini didasarkan pada utilitarianisme, yang dimana
individu akan menentukan suatu pilihan secara rasional dengan memikirkan antara
imbalan yang didapat dengan biaya yang harus dikeluarkan. Menurut Homans,
manusia dalam interaksinya akan selalu terlibat pada proses menilai perilaku-
perilaku alternatif, degan pilihan yang mencerminkan "cost (biaya) dan reward
(imbalan)" atau profit yang diharapkan. (Salman & Taryoto, 1992).
Teori pertukaran sosial memandang bahwa manusia merupakan makhluk
yang rasional, dimana setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu berkaitan dengan
tujuan untuk maksimalkan imbalan yang didapat dengan meminimalkan biaya yang
harus dikeluarkan. Penghargaan yang didapat oleh individu dapat berupa fisik
seperti materi dan dapat pula berupa non fisik seperti emosi ataupun perasaan
seseorang. Teori ini percaya bahwa setiap interaksi sosial menggunakan biaya,
dimana biaya yang paling minimal adalah waktu dan tenaga dan yang lainnya
adalah uang dan emosi negatif seperti marah,frustasi ataupun depresi. Akan tetapi
interaksi sosial juga mendatangkan penghargaan yang didapat seperti rasa tenang,
pandangan positif mengenai hidup, serta perasaan berguna dan dibutuhkan.
Selain itu teori pertukaransosial juga memandang bahwa konflik terjadi karena
masing-masing pihak merasasakan lebih besarnya biaya yang dikeluarkan
dibandingkan manfaat yang diperolehnya (Hukma, 2016).
5. Teori Feminis
Teori feminis merupakan salah satu pecahan dari teori gender dimana teori
feminis ingin menuntut dan membongkar adanya ketidak setaraan gender antara
kaum perempuan dan laki-laki. Gerakan feminis menjelaskan adanya ketidak
setaranan dan ketimpangan antara kaum perempuan dan laki-laki, salah satunya
pada bidang publik atau pekerjaan, dimana perempuan seharusnya memiliki hak dan
kedudukan yang sama dengan laki-laki, sehingga teori ini tidak menyetujui
kedudukan antara laki-laki atau suami dengan perempuan atau istri berada dalam
bentuk patriarki, dimana ayah memiliki kedudukan paling tinggi diantara
anggota keluarga lainnya termasuk istri.

6. Teori Gender
Konsep gender dan sex memiliki perbedaan, walaupun keduanya memiliki arti
yang sama yaitu jenis kelamin akan tetapi antara gender dan sex tetap berbeda,
dimana hal tersebut banayak kekeliruan yang dipahami oleh mayarakat. Gender
adalah perbedaan peran, mengenai tentang pantas atau tidak patas suatu tugas atau
peran antara laki-laki dan perempuan. . Sedangkan sex meruakan jenis kelamin
biologis yang merupakan pensifatan dua jenis kelamin manusia yang melekat
pada jenis kelamin tertentu yang merupakan seperangkat alat reproduksi
yang secara biologis melekat pada masing-masing jenis kelamin tertentu, untuk
selamanya tidak dapat dipertukarkan karena merupakan ketentuan Tuhan atau kodrat.

7. Teori Perkembangan
Teori Perkembangan atau Development merupakan teori yang
mengamilisi perkembangan atau perubahan yang ada di institusi keluarga dan
masyarakat dengan melihat perubahan pada individu, keluarga atau masyarakat baik
itu perkembangan unilinear yang merupakan perkembangan satu jalur saja dalam
sepanjang waktu ataupun perkembangan multilinear atau perkembangan dalam
berbagai jalur dalam sepanjang waktu. Dimana perkembangan keluarga dapat
dilihat dari perkembangan anak-anaknya,mulai dari baru menikah, lalu memiliki
bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga menikah dan hidup nersama keluarga
barunya sehingga meninggalkan orang tuanya.
Konsep perkembangan sendiri dibagi menjadi 2 yaitu perkembangan
statis dan dinamis, konsep statis yang meliputi nilai norma, moral, posisi, tingkatan,
kejadian, gagasan sejarah keluarga yang ada dimasyarakat. Seperti nilai norma
yang mempengaruhi perkembangan dimana mengikuti norma yang ada dan
cenderung tidak mengalami perubahan karena sesuai dengan norma yang ada
dimasyarakat, peran dan posisi yang ada dikeluarga juga dapat dipengaru oleh nilai-
nilai norma yang ada dimasyarakat sehingga mempengauhi peran, tugas, fungsi dan
posisinya dalam keluarga. Sedangkan dalam konsep dinamis perkembangan
dalam keluarga meliputi peralihan transisi dan pemilihan waktu. Dimana dalam
keluarga terjadi pergerakan atau perubahan dalam perkembangan keluarga yang
menyebabkan terjadinya peralihan dan perubahan yang terjadi dengan perubahan
waktu antar tahapnya.
Dimana tahap perkembangan dalam keluarga menurut Duvall dibagi menjadi
8 tahapan yaitu:
a) Pasangan Baru Atau Keluarga Baru (Beginning Family)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
 Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
 Menetapkan tujuan bersama
 Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
sosial;
 Merencanakan anak (KB)
 Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.

b) Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama (Child Bearing Family)


Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
 Persiapan menjadi orang tua
 Membagi peran dan tanggung jawab
 Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan
 Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
 Memfasilitasi role learning anggota keluarga
 Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
 Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c) Keluarga dengan Anak Pra Sekolah (Families With Preschool)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
 Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling
repot)
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Families With Children)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
 Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan
dan semangat belajar
 Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
 Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
 Menyediakan aktifitas untuk anak
 Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.

e) Keluarga dengan Anak Remaja (Families With Teenagers)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
 Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
 Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

f) Keluarga dengan Anak Dewasa Atau Pelepasan (Lounching Center Families)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
 Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak
 Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
 Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
 Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.

g) Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Families)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
 Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
 Keakraban dengan pasangan
 Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
 Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.

h) Keluarga Usia Lanjut


Tugas perkembangan tahap ini adalah :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
 Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
 Melakukan life review
 Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian (harmoko, 2012).

E. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

A. DEFINISI KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga


dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI, 2010).

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di


masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan
sumbersumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sektor lain di
komunitas (Depkes RI, 2010).

B. TUJUAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan
umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga
mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani
masalah kesehatannya berikut ini.

1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga. Kemampuan keluarga


dalam mengenal masalah kesehatan seluruh anggota keluarga.
Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang pengertian dan gejala kencing manis
yang diderita oleh anggota keluarganya?

2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota


keluarga. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa
anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
Contoh, segera memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit
kencing manis ke pelayanan kesehatan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.


Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit kencing manis, yaitu
memberikan diet DM, memantau minum obat antidiabetik, mengingatkan untuk
senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan keluarga dalam mengatur


lingkungan, sehingga mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara
pertumbuhan serta perkembangan setiap anggota keluarga.
Contoh, keluarga menjaga kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh
anggota keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan


anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit

C. SASARAN KEPERAWATAN KELUARGA (DEPKES RI, 2010)


1. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak mempunyai
masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi terkait dengan siklus
perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus intervensi
keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan


Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota keluarga
memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait
siklus perkembangan anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan
status kesehatan.

3. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang mempunyai


masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan atau
kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif,
tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.

C. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KELUARGA (FRIEDMAN DKK, 20013)

Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut.

1. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian sampai
evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.
2. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri
3. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan konseling atau
bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah kesehatan di
keluarga

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat keluarga dalam
pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut.

1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang penting
dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya
penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera yang dapat
dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan
sekunder, sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan
sekunder adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan
lebih lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan mengurangi
luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga dapat meminimalkan
ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah
rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang paling tinggi
secara fisik, sosial, emosional.

F. RUANG LINGKUP KEP KELUARGA

Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang
kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga.

Lingkup pelayanan keperawatan keluarga mencakup (Departemen Kesehatan RI, 2010):

1. Promosi kesehatan
Perawat melakukan promosi kesehatan kepada keluarga dalam rangka meningkatkan
perilaku hidup sehat titik.

2. Pencegahan penyakit

Perawat melakukan tindakan pencegahan kepada anggota keluarga agar bebas dari
penyakit/cidera melalui kegiatan imunisasi, pencegahan merokok, program kebugaran fisik,
screening, dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi, pencegahan komplikasi DM, dan
screening osteoporosis.

3. Intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan

Perawat memberikan intervensi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia


agar anggota keluarga melalui terapi bagi anggota keluarga melalui terapi modalitas dan
komplementer keperawatan. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fisiologis, rasa
aman, cinta kasih, harga diri, dan aktualisasi diri. Sedangkan jenis terapi keperawatan
adalah pembimbingan terhadap keluarga (coaching) dalam mengatasi masalah kesehatan
akibat perilaku yang tidak sehat, batuk efektif, inhalasi sederhana, teknik relaksasi, simulasi
kognitif, latihan tentang gerak, dan perawatan luka. Terapi komplementer adalah pijat bayi,
herbal terapi, dan meditasi.

4. Pemulihan kesehatan

Perawat membantu keluarga adalah fase pemulihan kesehatan bagi anggota keluarga setelah
mengalami cedera maupun akibat penyakit kronis yang diderita. Pemulihan kesehatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota keluarga untuk berfungsi secara
optimal melalui berbagai terapi modalitas dan terapi komplementer keperawatan.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Kemudian penjajahan keluarga perlu dilakukan untuk membina hubungan baik
dengan keluarga. Dalam penjajahan ini perawat perlu mengadakan kontak dengan
RW/RT dan keluarga yang bersangkutan guna menyampaikan maksud dan tujuan
serta mengatasi maslah kesehatan mereka. Setelah mendapatkan tanggapan positif
dari keluarga tersebut, pengkajian di teruskan pada langkah berikutnya. (Zaidin Ali,
2010, hal. 42)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peranya itu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluargadalammengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

Tahapannya yaitu:

1. Pengumpulan data.

Pengumpulan data adalah upaya pengumpulan semua data, fakta, dan


informasi yang mendukung pemecahan maslah klien. Jenis data yang
dikumpulkan adalah sebagai berikut: (Zaidin Ali, 2010, hal. 42)

a. Kegiatan sehari-hari
 Kebiasaan tidur (apakah terdapat waktu tertentu untuk tidur/istirahat dan
bangun sesuai kemampuan setiap anggota? Apakah terdapat waktu setiap
siang untuk istirahat sebentar? Apakah anggota keluarga tidur bersama-
sama?)
 Kebiasaan makan (berapa kali makan setiap hari? Siapa yang terlihat
terlalu gemuk, terlalu kurus?)
 Waktu senggang/libur (bagaimana setiap anggota keluarga memakai
waktu senggang? Apakah penggunaan waktu senggang cocok dengan
jenis kelamin dan usia individu? Apakah ada anggota keluarga yang
hiburannya sangat memakan waktunya? Bila ada, apa dampaknya
terhadap keluarga? Apakah keluarga mempunyai hiburan bersama?)

b. Faktor sosial-budaya-ekonomi
1) Penghasilan dan pengeluaran
2) Pekerjaan, tempat tinggal, dan penghasilan setiap anggota yang sudah
bekerja.
3) Sumber penghasilan.
4) Berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga yang bekerja.
5) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer seperti makan, pakaian,
dan perumahan.
6) Apakah ada tabungan untuk keperluan mendadak.
7) Jam kerja ayah dan ibu
8) Siapa pembuat keputusan mengenai keuangan dan bagaimana uang
digunakan.

c. Faktor lingkungan
1) Perumahan
 Luas rumah (apakah luasnya memadai?)
 Pengaturan kamar tidur
 Kelengkapan perabotan rumah tangga
 Serangga dan binatang pengerat
 Adanya bahaya kecelakaan
 Tempat penyimpanan makanan dan alat masak
 Persediaan air (sumber, kepemilikan, apakah air dapat diminum?)
 Pembuangan kotoran (jenis, kepemilikan, apakah memenuhi syarat?)
 Pembuangan sampah (jenis, apakah memenuhi syarat?)
 Pembuangan air kotor (jenis, apakah memenuhi syarat?)
 Kondisi lingkungan tempat tinggal: apakah komplek rumahan, daerah
kumuh, dll
 Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
 Fasilitas transportasi dan komunikasi
(Zaidin Ali, 2010, hal. 43)
d. Riwayat kesehatan/riwayat medis:
1) Riwayat kesehatan setiap anggota
2) Penyakit yang pernah diderita
3) Keadaan sakit yang sekarang (telah didiagnosis atau belum)
4) Nilai yang diberikan terhadap penjegahan penyakit
5) Status imunisasi anak
6) Pemanfaatan fasilitas lain untuk pencegahan penyakit
7) Sumber pelayanan kesehatan: apakah pelayanan kesehatan sama atau
berbeda untuk setiap anggota keluarga?
8) Saat kondisi sakit atau kritis, anggota keluarga pergi ke siapa?
9) Bagaimana keluarga melihat peranan petugas kesehatan dan pelayanan
yang mereka berikan serta harapan mereka terhadap pelayanan petugas
kesehatan?
10) Pengalaman mengenai petugas kesehatan profesional: memuaskan atau
tidak?

Setiap keluarga mempunyai cara sendiri untuk menghadapi dan mengatasi situasi
merreka. Tipe data lain yang dikumpulkan pada tahap penjajahan kedua
menggambarkan sampai mana keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan yang
berhubungan dengan ancaman kesehatan, kurang/tidak sehat, atau krisis yang
dialami oleh keluarga itu pada waktu tahap penjajahan pertama.data ini
menggambarkan ketidakmampuan keluarga untuk melaksanakan tugas kesehatan.
Perhatian utama perawat pada tahap penjajahan kedua adalah penentuan
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan untuk menghadapi
masalah kesehatan. (Zaidin Ali, 2010, hal. 43)
Data pengkajian didapat dengan menggunakan beberapa cara. Berikut ini adalah
metode pengumpulan data yang digunakan: (Zaidin Ali, 2010, hal. 43)
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek fisik,
mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istirahat, agama, lingkungan,
dan sebagainya
b. Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi dilakukan untuk mengetahui hal yang secara langsung
bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll) atau benda lain (data
objektif).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik,
misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll. (data objektif)
d. Studi dokumentsi
Studi dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya
catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, literatur, catatan pasien,
dll. (data subjektif). Data yang perlu dikumpulkan dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabulasi data. Data yang ada disusun dalam tabel, grafik, genogram, gambar,
dan lain-lain untuk memudahkan proses analisis.

2. Analisis data.
Setelah ditabulasi data langsung dapat dianalisis sengingga menghasilkan satu
kesimpulan tentang permasalahan yang ada. Hsil analisis data juga memperlihatkan
penyebab, tanda-tanda, dan pengaruh masalah pada masa yang akan datang, dll.

3. Perumusan massalah.
Dari analisis data ditemukan beberapa informasi yang berguna untuk
merumuskan maslah klien tersebut. Masalah adalah kesenjangan yang terjadi dari apa
yang “seharusnya” terjadi dan apa yang “nyata” terjadi. Kesenjangan tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat


yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit ataukesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatansebagai saran/penyalur. Untuk dapat
mencapai tujuan asuhan keperawatankesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas
dalam pemeliharaankesehatan para anggotanya dan saling memelihara.Proses
keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosiskeperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang selaluterdokumentasi.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah


di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/teori-keluarga-5-pdf-free.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-handayanin-6725-2-babii.pdf

https://www.academia.edu/37745147/

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Keluarga-dan-Komunitas-Komprehensif.pdf

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=l0QQEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR15&dq

https://www.researchgate.net/publication/334454369_TEORI_KELUARGA

http://repository.ump.ac.id/1084/3/INDRA%20AMARUDIN%20SETIANA%20BAB%20II
.pdf

You might also like