You are on page 1of 6

REINHARD RIVALDO R

A031191152

Paradigma Pancasila Dalam Pembangunan Ekonomi


A. PENGERTIAN PARADIGMA
Istilah Paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu
pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari
para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah
paradigma makin lama semakin berkembang tidak hanya dibidang ilmu pengetahuan, tetapi pada
bidang lain seperti bidang, ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Paradigma kemudian berkembang
dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, parameter, dan arah serta tujuan dari
suatu kegiatan. Dengan demikian Paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Nasional. Hal ini sesuai dengan
kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia, sedangkan Negara merupakan
organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila Pancasila menjadi
landasan atau tolak ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan
Pembangunan. Sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Yang menyandangnya yaitu :
a) Bidang Politik;
b) Bidang Ekonomi;
c) Bidang Sosial dan Budaya;
d) Bidang Hukum;
e) Bidang Kehidupan antar Umat Beragama.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
➢ susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
➢ sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
➢ kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara
singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.

1
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,
sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan
bebas. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh
karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang berakibat pada
penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Negara kita
melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.

Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistis


yang mendasarkan kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi kesejahteraan atas kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu
adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu
harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi untuk
kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang
hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan perderitaan
pada manusia.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besar


kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang
lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru yang
telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.

2
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program konkret pemerintah
daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan,
dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis
berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.
Selain itu, sistem hubungan kelembagaan demokratis harus kita perbaiki supaya tidak ada
peluang bagi tumbuh kembangnya kolusi antara penguasa politik dengan pengusaha, bahkan
antara birokrat dengan pengusaha. Bangsa sebagai unsur pokok serta subjek dalam negara yang
merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia individu makhluk sosial adalah sebagai satu keluarga
bangsa. Oleh karena itu perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada
peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh karena
itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang
bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila
adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu
menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang
hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.
Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar
kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional
yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti selama Orde Baru
yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih
memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi Kerakyatan
akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi
daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan
daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi
Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.

D. SISTEM EKONOMI PANCASILA

Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari
nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP

3
tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi
ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham liberal
dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar (Mubyarto, 2002: 68), SEP juga
dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari nlai-
nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi
masyarakat Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : “ Dalam Demokrasi Ekonomi
yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:
➢ Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa
lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan
kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
➢ Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi diluar
sektor negara.
➢ Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan cita-cita
keadilan sosial.” (GBHN 1993).
seorang pakar senior mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem ekonomi Pancasila
menurut (Mubyarto, 1981) yaitu :
1. pengembangan koperasi menggunakan insentif sosial dan moral;
2. komitmen pada upaya pemerataan;
3. kebijakan ekonomi nasionalis;
4. keseimbangan antara perencanaan terpusat
5. pelaksanan secara terdesentralisasi

E. CIRI-CIRI EKONOMI PANCASILA


1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah. Terdapat
pula pada UUD 1945 pasal 33 Ayat 2. Yang berbunyi "Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara”. Contoh hajat hidup orang banyak yakni : air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya;
2. Peran Negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi
komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan,
berdampingan secara damai dan saling mendukung;
3. Masyarakat adalah bagian yang penting dimana kegiatan produksi dilakukan oleh
semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat;

4
4. Modal ataupun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas
kekeluargaan antar sesama manusia.

F. PERBANDINGAN EKONOMI PANCASILA DENGAN EKONOMI LAINNYA


Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi
pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Ekonomi Sosial adalah sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik
Negara. Sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh pemerintah secara terpusat. Sistem ini lebih menekankan pada kebersamaan
masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perkonomian. Imbalan yang diterimakan pada
orang perorangan didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasarkan jasa yang dicurahkan
Ekonomi Liberal ialah sebuah sistem dimana adanya kebebasam baik untuk produsen
maupun konsumen untuk berusaha yang didalamnya tidak ada campur tangan pemerintah untuk
mempengaruhi mekanisme pasar, jadi semua mekanisme pengatusran harga diserahkan ke pasar
(tergantung mekanisme supply dan demand)

5
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/19037854/Pancasila_sebagai_Paradigma_Pembangunan_di_Bidan
g_Ekonomi
https://bendib.wordpress.com/2011/10/01/jelaskan-arti-kuasa-materialisformalisdan-finalis/
http://nasional.kompas.com/read/2011/12/22/02061513/Kembali.ke.Pasal.33.UUD.1945
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/
http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
http://zurriyatunthoyibah.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html

You might also like