You are on page 1of 58

UPDATE

COVID-19
dr. Azzaky, SpPD, FINASIM
CURRICULUM VITAE
dr. Azzaky, SpPD, FINASIM
azzaky_85@gmail.com
INFORMASI PRIBADI
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tannggal lahir : Padang, 20 Desember 1985
PENDIDIKAN FORMAL
2020 : FINASIM PB PAPDI
2016 : Spesialis I Penyakit Dalam FK UGM
2009 : S1 Kedokteran Umum FK UGM
2003 : SMU N 1 Padang
2000 : SLTPN 1 Padang
1997 : SD Pertiwi 3 Padang Timur Kodya Padang
JABATAN
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten (2016-
sekarang)
2. Ketua POKJA KIPI Kab. Klaten (2021-sekarang)
3. Pengurus Inti Komunitas Kesehatan Nasional (Komkesnas) Periode 2019-2024
4. Ketua Tim dan Pokja Geriatri RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten (2017-sekarang)
5. Reviewer Jurnal DIKTI (2016-sekarang)
6. Pembina Paguyuban Hemofilia Kab. Klaten (2017-sekarang)
7. Dosen Klinis FKKMK UGM
Kasus COVID-19 di Indonesia: Gelombang 3
dan Gelombang 2 (Juni-Agustus 2021)
● 26 Januari – 8 Februari:
peningkatan 5.34 kali
lipat dalam 2 minggu
(+7010 kasus ke +37492
kasus)

● 2 Juli 2021 – 16 Juli


2021: peningkatan
2,19 kali lipat dalam 2
minggu ke puncak
gelombang 2 (+25830
kasus ke +56757 kasus)

● Terjadi peningkatan
yang lebih cepat pada
gelombang 3

3
Kasus COVID-19 di Indonesia: Kematian
Gelombang 3 dan Gelombang 2 (Juni-
Agustus 2021)
● 24 Januari – 6 Februari:
peningkatan kematian
4.07 kali lipat dalam 2
minggu (+14 kasus ke
+57 kasus)
● 13 Juli 2021 – 27 Juli
2021: peningkatan 2,08
kali lipat dalam 2 minggu
ke puncak gelombang 2
(+991 kasus ke +2069
kasus)
● Terjadi peningkatan
kematian yang lebih
cepat pada gelombang 3,
walaupun angka
kematian belum setinggi
gelombang kedua

4
Kasus COVID Pada Anak (usia 0 – 18
tahun)
Positif Kematian

5
Pemeriksaan
Laboratorium
Dilaporkan memiliki delesi pada gen S di protein Spike
posisi 69-70 = S gene target failure (SGTF)
Serupa dengan varian Alpha (B.1.1.7)

● Pemeriksaan PCR ThermoFisher TaqPath


assay dapat memeriksa gen S 🡪 bisa
digunakan untuk diagnosis dan juga
skrining terduga infeksi virus varian
Omicron (sebelum dilakukan Whole
Genome Sequencing)
● Mutasi pada nukleokapsid diperkirakan
tidak berdampak pada tes cepat antigen

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59486346

WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021] 6
NGS-SA. SARS-CoV-2 sequencing update. 1 Dec 2021
WHO Update 4/2/2022

Omicron Sub-Varian “BA.2”


• Omicron memiliki sub-varian BA.2
• BA.2 meningkat di India dan Denmark
• Memiliki kemampuan penularan dan transmisi
yang lebih efisien dibandingkan Omicron yang
saat ini beredar di Indonesia
• COVID-19 akan terus bermutasi dan
beradaptasi  maka upaya dalam menjalani
protocol Kesehatan untuk mengurangi penularan
sangat penting
• Omicron sudah menjadi varian dominan di
beberapa belahan dunia, melebihi delta
• Penyebab Long Covid ???
7
Subvarian Omicron: Data Awal dari Statens Serum Institut
(Denmark), 20 Januari 2022
● Sejauh ini terdapat 3 subvariant Omicron: BA.1, BA.2, dan BA.3
● BA.1 berkontribusi terhadap sebagian besar kasus Omicron di Dunia, namun
BA.2 semakin meningkat di Denmark
● Subvarian BA.2 ditemukan pada hingga 45% kasus COVID-19 di minggu ke-2
Januari 2022
● BA.1 dan BA.2 memiliki banyak perbedaan mutasi satu sama lain, dan di bagian
yang penting. Perbedaan mutasi antar kedua subvarian ini lebih banyak
daripada perbedaan mutasi antara varian awal dengan Alpha
● Perbedaan yang besar tersebut dapat berdampak pada penularan, keparahan
gejala, atau manfaat vaksin. Akan tetapi, belum ada data pasti mengenai hal ini

Dampak BA.2 pada diagnosis


● Sebagian besar varian Omicron memiliki karakteristik S gene target failure (SGTF) 🡪 bisa “memprediksi”
varian Omicron tanpa harus melakukan whole genome sequencing (WGS)
● Akan tetapi, BA.2 tidak memiliki delesi 69-70 pada gen S yang menyebabkan SGTF 🡪 tidak ada SGTF 🡪
SGTF tidak lagi bisa diandalkan untuk skrining varian Omicron
https://en.ssi.dk/news/news/2022/omicron-variant-ba2-accounts-for-almost-half-of-all-danish-omicron-cases
8
Gejala
Klinis
COVID-19

Batuk (89%), Sesak napas


Demam (38%), menggigil
(16%)

Hidung
tersumbat
atau rinore
(59%)

Mual/muntah (22%), Diare Anosmia/Ageusia Kelelahan/badan pegal


(11%) (8%) (65%) 9
Kasus Omicron di RSUP Persahabatan ( probable
omicron dan omicron)
Gejala:
Batuk kering : 63% • Komorbid:
Hipertensi
Nyeri tenggorok : 54%
Diabetes
Letih : 50%
Asma
Pilek: 27% Kanker Paru
sakit kepala: 36% Gagal ginjal
Nyeri perut : 5%
Deman: 18%
10
Untuk kasus tanpa gejala dan gejala ringan bisa isoman dengan mengakses
telemedicine atau menjalani isoter di fasilitas pemerintah

11
Isolasi penting untuk mencegah
penularan Incubation period (masa inkubasi):
periode antara terinfeksi virus
penyebab COVID-19 (exposure)
hingga munculnya gejala
(symptoms)
Masa infeksius: 1-2 hari sebelum
gejala hingga < 10 hari setelah gejala
muncul
Paling menularkan:
1-2 hari sebelum
bergejala
hingga
2-3 hari setelah
bergejala

Perjalanan Penyakit COVID-19 12


Pembaharuan Pedoman
Edisi 4
Obat antivirus baru
Definisi kasus probable (molnupiravir dan
Penekanan bahwa kasus COVID-
varian Omicron nirmatrelvir/ritonavir) dan 19 tanpa gejala atau dengan
berdasarkan PCR dengan antikoagulan (rivaroksaban
gejala ringan cukup dengan
SGTF dan fondaparinux)
isoman atau isoter, tidak perlu
dan terkonfirmasi varian
rawat inap
Omicron berdasarkan
Whole Genome Sequencing
1 2 3 Penatalaksanaan kasus
sedang/berat/kritis dilakukan di RS

Pencabutan beberapa opsi terapi


4 5 6
Beberapa jenis, dosis, dan
tambahan: plasma konvalesen dan cara pemberian vaksin
ivermectin (yg tidak pernah masuk sebagai Indikasi perawatan ICU
baru yang efektif sebagai
obat standar) dan karakteristik pasien
upaya pencegahan yang
COVID-19 derajat kritis
penting
Hidroksiklorokuin, azitromisin, dan untuk memprediksi lebih
oseltamivir sudah dikeluarkan pada edisi dini potensi perburukan
sebelumnya
Kenapa terjadi beberapa kali perubahan
rekomendasi pada berbagai guideline?
Saat COVID-19 muncul, ilmu pengetahuan kedokteran
sangat terbatas sehingga segala upaya untuk
menyelamatkan nyawa manusia dikerahkan meskipun
belum memiliki bukti yang kuat.
Target terapi potensial untuk pengobatan COVID-19
semakin banyak teridentifikasi sehingga memungkinkan
adanya obat-obat baru yang akan muncul.
Hasil uji klinik yang positif belum dapat diterima secara
mutlak tetapi juga harus dibandingkan dengan beberapa
uji klinik lain yang serupa.
Meta-analisis dari beberapa hasil RCT yang berkualitas
merupakan sumber yang paling adekuat untuk kita
Modified from ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2743609/ jadikan pegangan.
Guideline / panduan praktik klinis COVID-19 harus
diupdate secara berkala mengikuti perkembangan data
14
ilmiah terbaru.
Statement WHO terhadap Omicron

Epidemiologi Pemeriksaan Diagnostik Imunitas

• Omicron menyebar • PCR dan Antigen • Terdapat risiko


lebih cepat dan masih dapat digunakan reinfeksi pada omicron
menggantikan varian terhadap diagnosis (studi di Afrika Selatan,
Delta COVID-19 varian UK, Denmark, Israel)
• Laju hospitalisasi dan Omicron • Efektivitas vaksin
keperluan ICU masih (yang sudah diriset:
dilaporkan tinggi di MRNA, AZ), terhadap
berbagai negara Omicron lebih rendah
dibanding terhadap
delta, namun dapat
ditingkatkan dengan
booster hingga
efektivitas 80%
Enhancing response to Omicron SARS-CoV-2 variant (who.int) 15
Statement WHO terhadap Omicron

Pencegahan dan
Tracing dan Karantina Perjalanan
Pengendalian Infeksi
• Prioritaskan identifikasi • Menghindari perjalanan • Perlu pencegahan
dan follow-up pada ke negara yang tercatat universal terhadap
individu yang berisiko mengalami varian infeksi terutama pada
tinggi terkena gejala Omicron fasilitas kesehatan,
berat atau menularkan • WHO tidak seperti penggunaan
kepada kelompok merekomendasikan masker medis pada
berisiko travel bans karena seluruh pengunjung
berisiko membuat suatu • Screening dan triage
negara tidak transparan COVID perlu
dalam memberikan data diperhatikan
epidemiologis • Tracing dan vaksinasi
pada tenaga kesehatan
Enhancing response to Omicron SARS-CoV-2 variant (who.int)
Statement WHO terhadap Omicron

Kesiapan Sistem
Pathogenisitas Terapi Edukasi Masyarakat
Kesehatan
• Varian omicron • Terapi untuk COVID-19 • Pertahankan kesiapan • Masyarakat perlu
memiliki tropisme / derajat berat dan kritis dan kesediaan layanan edukasi lengkap dan
kecenderungan untuk sebelumnya masih kesehatan esensial akurat mengenai
infeksi pada saluran dapat digunakan • Kelayakan jumlah pencegahan diri dan
napas atas • Monoclonal antibody tenaga kesehatan keluarga / orang lain
dibandingkan varian masih perlu diteliti beserta practical terhadap varian
delta dengan mengenai support terhadap Omicron dan COVID-19
kecenderungan untuk efektivitasnya terhadap tenaga kesehatan secara umum
infeksi pada saluran varian Omicron • Pemerintah harus • Masyarakat perlu
napas bawah menyampaikan edukasi mengenai
informasi berbasis- pentingnya vaksinasi
bukti mengenai dan protokol kesehatan
Omicron secara tepat untuk menurunkan
waktu dan transparan angka infeksi dan
(apa yang diketahui dan penularan
belum, serta apa yang
dilakukan)
Enhancing response to Omicron SARS-CoV-2 variant (who.int)
Pencegahan terbaik adalah mencegah virus
masuk ke tubuh

Memperbaiki
Menggunaka Menjaga Ventilasi
n masker jarak fisik ruang
tertutup
Disertai
Menghindari Mencuci
pelacakan
kerumunan tangan
kontak
WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021]
Kekhawatiran akan Gelombang ketiga: Lonjakan
Kasus Omicron
Jumlah pasien rawat
Penularan sangat cepat inap dan COVID-19
berat dapat meningkat

Kasus COVID-19
naik sangat
cepat

Bisa menembus
Membebani
pertahanan
sistem kesehatan
vaksin
Pembelajaran Tatap Muka
● Arahan terbaru dari Presiden RI: evaluasi PTM di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Bar
● PPKM per 7/2/2022: naik ke level 3 di Jabodetabek, Bali, Bandung Raya, DIY
● PTM sebelumnya masih 100% karena PPKM masih level 2
Vaksinasi Booster dan Omicron
Titer neutralizing antibody
Dosis ketiga dengan vaksin
(NAbTs) terhadap omicron
mRNA efektif mencegah
setelah vaksin dosis ketiga
kunjungan ke IGD akibat
dengan Pfizer sama dengan
COVID-19 Omicron sebesar
NAbTs terhadap delta
82%
setelah vaksin dosis kedua

Dosis ketiga dengan vaksin


mRNA efektif mencegah
perlu dirawat di RS akibat
COVID-19 Omicron sebesar
90%

Effectiveness of a Third Dose of mRNA Vaccines Against COVID-19–Associated Emergency Department and Urgent Care Encounters and
Hospitalizations Among Adults During Periods of Delta and Omicron Variant Predominance — VISION Network, 10 States, August 2021–January
2022 | MMWR (cdc.gov) ; Three-dose vaccination elicits neutralising antibodies against omicron - The Lancet
Calon Jeda dari Pemberian Vaksin
Booster di DKI Penerima Dosis 2 Booster COVID-19
Vaksin
Jakarta Booster
Memiliki tiket 6 bulan Diberikan
● Booster dibutuhkan untuk ketiga booster
meningkatkan imunitas
Memiliki tiket Di bawah 6 Ditunda sampai 6
ketiga booster bulan bulan post dosis 2
Belum 6 bulan Ditunda hingga ada
memiliki tiket tiket booster
ketiga booster
Penyintas 6 bulan 3 bulan setelah
COVID-19 sembuh
gejala berat
Penyintas 6 bulan 1 bulan setelah
COVID-19 sembuh
gejala
ringan/sedang
Vaksin Booster

• Beda brand
vaksin booster
tidak masalah
dan aman
• ½ dosis
Moderna dan
Pfizer terbukti
memicu
respons setara
dengan
pemberian 1
dosis
Cek Tiket Vaksin Booster?
• 6 bulan pasca
vaksinasi kedua
• Semua orang
dengan komorbid
yang dalam
kondisinya
terkontrol bisa
mendapatkan
booster
Antisipasi Menghadapi Lonjaskan KASUS
OMICRON
 Masyarakat yang layak untuk divaksin segera menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap (dua
dosis) dan Booster di sentra pelayanan vaksinasi terdekat
 Disiplin Menjalankan Protokol Kesehatan
 Pemerintah agar memaksimalkan aktivitas 3T, segera mengejar target cakupan vaksinasi
primer dan booster, serta memetakan dan mempersiapkan tempat-tempat isolasi
terpusat
 Jika ada yang mengalami gejala segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat, melakukan isolasi mandiri di rumah, memperketat dan tetap disiplin
pada protokol kesehatan, mengonsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan gizi,
memperbanyak istirahat
 Setiap individu diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang COVID-19 terkait varian
Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri

 Bila sudah terkonfirmasi PCR positif, tidak perlu mempermasalahkan variannya


omicron atau bukan karena tatalaksana pengobatannya sama dan Tatalaksana
isoman nya juga sama
 Kasus COVID nampaknya sudah mulai turun, tetapi kewaspadaan
harus tetap dijaga, terutama dengan ditemukannya varian-varian virus
SARS-CoV2.
 Varian terbaru yang sekarang menjadi concern adalah varian Omicron
 Seperti apa karakteristik varian Omicron ? Seperti apa updated
informasinya ?
 Di Indonesia, sudah ada 10 jenis vaksin COVID yang mendapatkan
Emergency Use Authorization (EUA)
 Bagaimana pengaruh varian baru virus terhadap efikasi vaksin yang
ada ?
 Viruses regularly create new strains.
 New strains are created when viruses replicate.
 When replicating, sometimes mistakes are
made. Those mistakes create a slightly
different version of the virus – the variant.
5
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
Source: WHOCOVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 71,
published 21 December 2021
Current Variants of
Interest
Update on Omicron
variant
● Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO
dari
Afrika Selatan pada 24 November 2021
● Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi
telah meningkat tajam di Afrika Selatan,
bertepatan dengan deteksi Omicron
● Infeksi Omicron terkonfirmasi pertama
yang diketahui berasal dari specimen
yang dikumpulkan pada 9 November
2021
● Gelombang awal di provinsi Gauteng,
dan kasus varian ini tampaknya
meningkat di hampir semua provinsi di
Afrika Selatan 8
https://www.gisaid.org/hcov19-variants/
Varian Omicron gejalanya lebih ringan ?

10
Gejala Omicron yang dilaporkan di beberapa
negara
AmerikaSerikat Australia
Gejala ringan, isolasi
InggrisRaya
Gejala ringan, isolasi Gejala ringan
mandiri
mandiri

Israel Belanda
2 dari 7sudah divaksin 3 dosis gejalaringan
Pfizer. Sebagian besar tidak Afrikaselatan atau tanpagejala
bergejala
Tidak ada gejala khusus yang
berbeda dari varianlain. Jepang
KoreaSelatan Beberapa tidak bergejala
1dari 2 kasus sudah vaksin
kasus pertama adalah
Pfizer dosis lengkap
pasangan yang sudah divaksin
dosislengkap
Gejala khas
Omicron ?

● Dr. Angelique Coetzee, chair of the South


African Medical Association, dan anggota
South Africa’s Ministerial Advisory Committee
on Vaccines menemukan gejala yang unik pada
seorang pasien laki-laki dengan infeksi
Omicron:
○ kelelahan/fatigue,
○ sakit kepala,
○ nyeri di seluruh tubuh (myalgia/artralgia)
● Istri dan anak pasien juga mengalami gejala
serupa, dan beberapa pasien lain (total 7
pasien)
● Berbeda dengan Delta: tidak ditemukan
anosmia
atau ageusia
Bahaya Omicron ?
Menurut analisis UK Health SecurityAgency:

Penularan (confidence level : low)

• Tingkat penularannya setidaknya sama(dapat lebih tinggi) dengan varian yang sedangbersirkulasi
• Adakemungkinan lebih tinggi karena memiliki mutasi di RBD,lokasi pemecahanfurin (cleavagesite),
dan nukleokapsid, yang secarain vitro dapatmeningkatkanreplikasi

• Berdasarkan modeling struktural, afinitas ikatan denganACE2jauh lebihtinggi

Keparahan penyakit:

• belum ada data resmi


Bahaya Omicron ?
Menurut analisis UK Health SecurityAgency:

Imunitas (confidence level :low)


• Imunitas alami (penyintas): sugestif ada penurunan karena mutasi di semua 4 RBD neutralizing antibody
binding site dan S NTD antigenic site
• Analisis dari Afrika Selatan: ada penurunan perlindungan dari infeksi sebelumnya, termasuk infeksi Delta
yang baru
• Imunitas oleh vaksin: sugestif ada penurunan karena ada mutasi di semua 4 RBD neutralizing antibody
binding site
• Laporan kasus dari Israel, Korea Selatan, dan Jepang, penderita infeksi Omicron sudah vaksin lengkap
(sebagian booster)

Terapi (confidence level : low)


• Berdasarkan modeling struktural, ada kemungkinanterdapat penurunanikatan antibodi monoklonalterapeutik
yang saat ini ada

UK Health Security Agency. Risk assessment for SARS-CoV-2 variant: Omicron VOC-21NOV-01 (B.1.1.529). 3Dec 2021
• Di Afrika Selatan terjadi lonjakan kasus positif yang
signifikan, tetapi masih diteliti apakah diakibatkan oleh
Penularan Omicron atau faktor lain
• Didugavarian Omicron lebih mudah menular antar manusia

• Beberapa bukti awal menunjukkan adanya kemungkinan


peningkatan risiko reinfeksi akibat varian Omicron, jika
Reinfeksi dibandingkan dengan VOClain
• Namun data masih terbatas dan belumdapatdipastikan

• Dampak potensial varian ini terhadap vaksinsedang diselidiki


• Meskipun demikian, berdasarkan data terhadap varianlain,
Vaksin vaksin yang ada saatini masih efektif dalammencegah penyakit
yang berat dan kematian
• Belum diketahui apakah Omicron menyebabkan penyakit
Derajat yang lebih berat dibandingkan varian lain, termasuk Delta
penyakit • Data awal menunjukkan tingginya angka rawat inap di Afrika
Selatan, tetapi ini dapat disebabkan tingginya kasus saat ini

• PCR masih dapat mendeteksi infeksi akibat varian Omicron


Pemeriksaan
• Masih perlu dipelajari apakah ada dampak varian Omicron
laboratorium terhadap pemeriksaan lain, termasuk tes cepat antigen

• Pengobatan yang efektif untuk pasien COVID-19 derajat


Terapi berat (kortikosteroid, anti IL-6) masih efektif
• Obat lain dikaji efektivitasnya terhadap varian Omicron ini

https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron
Sudah digunakan di Indonesia

CoronaVac/SINOVAC Sudah mendapat EUA tapi belum digunakan

COVID-19/PT Bio Farma Janssen

AstraZeneca Convidecia

Moderna
Sputnik-V

Pfizer
Zifivax

Sinopharm
AstraZeneca
Sinovac Covid-19
Sputnik-V
Sinopharm
Janssen
Convidecia

Novavax
Zifivax Pfizer
Moderna
Nama Vaksin Platform Efikasi dari Uji Klinik
Sinovac/COVID-19 Inactivated virus 65.3 %(Indonesia)
Sinopharm Inactivated virus 78.1 %(China)
AstraZeneca Viral vector 62.1% (UK dan Brazil)
Moderna mRNA 94.1 %(USA)
Pfizer mRNA 94.6 %(USA)
Sputnik Viral vector 91.1 %(Russia)
Janssen Viral vector 66.3 %(USA)
Convidecia Viral vector 65.7 %(China), 74.8% (Pakistan)
Zifivax Viral vector 79.88 %(Indonesia)

Mengapa efikasi vaksin berbeda-beda ?


Imunogenisitas Efikasi Efektivitas
• Peningkatan antibody • Estimasi angka • Kemampuan vaksin
(IgG) dan Netralisasi penurunan kejadian dalam menurunkan
antibodi infeksi pada kelompok angka kejadian infeksi
• Seroconversion, org yang mendapatkan dalam populasi
Seropositive, vaksin dibandingkan masyarakat
geometric mean titer dengan kelompok yang sebenarnya setelah
tidak mendapatkan vaksin digunakan
(GMT)
vaksin • Diperoleh dari hasil
• Diperoleh dari uji klinik observasi
• Nilai efikasi diperoleh
dari suatu Uji Klinik
• Hasil uji klinik dapat
dipengaruhi oleh
berbagai faktor, spt :
tingkat risiko infeksi
pada tempat uji,
karakteristik subyek
uji, gaya hidup
subyek, dll.
• Efikasi vaksin juga
bisa dipengaruhi
oleh platform
vaksinnya
Bagaimana dengan KIPI VAKSIN COVID ?
Kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi
dan yang tidak serta merta memiliki hubungan
sebab akibat dengan penggunaan vaksin
Kejadian Ikutan Pasca tersebut
Imunisasi (KIPI)
Dapat berupa gejala dan tanda klinis, kelainan
laboratorium atau berupa penyakit

 KIPI bisa bersifat lokal dan sistemik


 Sejauh ini, efek samping dari Uji Klinik dan KIPI yang dilaporkan bersifat ringan sampai sedang, dan
sebagian besar hilang sendiri tanpa pengobatan dalam waktu 1 – 2 hari
 KIPI yang dilaporkan meliputi : mual, pegal di tempat suntikan, bengkak, mengantuk, lelah, nafsu
makan meningkat, dll.
 Profil KIPI dapat dipengaruhi oleh jenis platform vaksin
 Pembekuan darah (sangat jarang) : Vaksin viral vector (AstraZeneca dan Janssen )
 Pericarditis dan myocarditis (sangat jarang) : Vaksin mRNA(Pfizer dan Moderna)
 Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi dapat berkurang setelah jangka waktu
tertentu
 Berapa lama kekebalan bertahan, masih belum ada data pasti, namun berkisar 6-8
bulan setelah vaksin primer
 Hingga saat ini, FDAtelah memberikan persetujuan pada 3 vaksin untuk digunakan
sebagai booster : Moderna, Pfizer, dan Janssen (Johnson &Johnson)
 Mereka yang layak mendapatkan booster dapat memilih jenis vaksin yang akan
digunakan untuk booster, boleh menggunakan vaksin yang sama dengan vaksin
primernya, atau yang berbeda.
 CDCdi USAtelah mengijinkan mix and match vaksin untuk booster
 Vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada tenaga
Kesehatan, asisten nakes, dan tenaga penunjang yang
memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan Kesehatan
berusia 18 tahun keatas, yang telah mendapatkan dua
dosis vaksinasi COVID-19 lengkap
 Vaksinasi dosis ketiga dapat menggunakan vaksin dengan
platform yang sama atau platform yang berbeda, dengan
interval minimal pemberian vaksinasi dosis ketiga adalah
3 bulan setelah dosis kedua diberikan
 Dimulai pada tanggal 12 Januari2022
 diberikan kepada masyarakat berusia 18 tahun ke atas yang telah mendapatkan
vaksin dosis kedua dengan jangka waktu lebih dari enam bulan ( diperkirakan ada
21 juta sasaran di bulan Januari), diprioritaskan untuk kelompok lanjut usia dan
penderita imunokompromais.
 akan diberikan kepada kabupaten/kota yang capaian vaksinasinya telah memenuhi
kriteria 70 persen dosis pertama dan 60 persen dosis kedua ( sampai sekarang
ada 244 kabupaten kota yang sudah memenuhi kriteria tersebut)
 Pemerintah telah mengamankan stok vaksin booster sekitar 113 juta dosis vaksin
dari total kebutuhan sebanyak 230 juta dosis.
Pemberian dosis lanjutan (booster) dilakukan melalui dua mekanisme
yaitu:
 a. Homolog
yaitu pemberian dosis lanjutan (booster) dengan menggunakan
jenis vaksin yang samadengan vaksin primer dosis lengkap
yang telah didapat sebelumnya
 b. Heterolog
yaitu pemberian dosis lanjutan (booster) dengan menggunakan
jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang
telah didapat sebelumnya

SURAT EDARAN Nomor: HK.02.02/111 3.$2../2022 TENTANG VAKSINASI COVID-19


DOSIS LANJUTAN (BOOSTER)
Regimen dosis lanjutan (booster) yang diberikan pada bulan Januari
2022 yaitu:
a. Untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan:
• Vaksin Astra Zeneca, separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
• Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
b. Untuk sasaran dengan dosis primer Astra Zeneca makadiberikan:
• Vaksin Modema , separuh dosis (half dose) atau 0,25 ml.
• Vaksin Pfizer, separuh dosis (half dose) atau 0,15 ml.
c. Bila ada regimen dosis lanjutan yang baru untuk Vaksinasi Program akan
disampaikan kemudian.

SURAT EDARAN Nomor: HK.02.02/111 3.$2../2022 TENTANG VAKSINASI COVID-19


DOSIS LANJUTAN (BOOSTER)
Tata cara pemberian dosis lanjutan (booster) dilakukan sebagai berikut:
a. Penyuntikan dilakukan secara intramuskular di lengan atas.
b. Penyuntikan half dose dilakukan dengan menggunakan ADS 0,3 ml yang
telah diberikan tanda ukuran dosis 0,15 ml dan 0,25 ml. Bagi
daerah yang belum menerima ADS ini, maka dapat
memanfaatkan ADS yang tersedia.

SURAT EDARAN Nomor: HK.02.02/111 3.$2../2022 TENTANG VAKSINASI COVID-19


DOSIS LANJUTAN (BOOSTER)
Source: WHOCOVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 64, published 2 November 2021
Bagaimana Langkah Menghadapi
Omicron?
Pencegahanterbaikadalahmencegahvirusmasukke tubuh

Mencuci tangan Menghindari


Memakai masker
kerumunan

Ventilasi ruang
Menjaga jarak fisik Pelacakan kontak
tertutup
Penutup
 Varian virus COVID-19 akan mungkin bermunculan dengan berbagai
karakteristiknya
 Walaupun telah mendapatkan vaksinasi, namun protokol kesehatan tetap harus
dijalankan untuk mencegahpenularan.
 Gaya hidup baru dengan menerapkan penggunaan masker, mencuci tangan, dan
menjaga jarak akan menjadi norma masyarakat untuk waktu yang lama,
bahkan bila kasus COVID-19 sudah minim
 Apapunvarian nya, protocol kesehatannya samasaja
 Sudah ada 10 vaksin yang mendapatkan EUA di Indonesia sebagai upaya
menghadapi
pandemic COVID-19 dan mencapai herd immunity
 Efikasi dan Keamanan vaksin merupakan salah satu parameter penting dalam
menetapkan pemilihan vaksin yang akan digunakan jika sudah mendapat EUA
berarti sudah dievaluasi keamanan dan efikasinya pastinya LAYAK
DIGUNAKAN
 Vaksin terbaik adalah yang tersedia

You might also like