You are on page 1of 20

ANATOMI FISIOLOGI

“ Cairan Tubuh”

Oleh :

 Diah
Erlita Yuliastin (P07131010021)
 A.A. Ayu Indah Martini (P07131010024)
 Komang Sumaryani (P07131010036)
 A.A. Istri Shintya Dewi (P07131010037)
 Yohanes Rovinus Mahas (P07131010038)

JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-
laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh
sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut
homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan
keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting yaitu


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan


mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Pengertian dari Cairan Tubuh?

Apa saja Komposisi Cairan Tubuh?


Bagaimana Kompartemen Cairan?
Apa Fungsi Cairan Tubuh?
Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Gerakan Cairan Tubuh?
Apakah Akibat Kekurangan Cairan Tubuh?

Apakah Akibat Kelebihan Cairan Tubuh?

Apa yang dimaksud dengan Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Osmotik?


Apa saja Keseimbangan Cairan dan Elektrolit?
Apa saja Konsentrasi Cairan Tubuh?

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian dari Cairan Tubuh

Mahasiswa dapat mengetahui Komposisi Cairan Tubuh


Mahasiswa dapat mengetahui Kompartemen Cairan
Mahasiswa dapat mengetahui Fungsi Cairan Tubuh
Mahasiswa dapat mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Gerakan Cairan Tubuh
Mahasiswa dapat mengetahui Akibat Kekurangan Cairan Tubuh

Mahasiswa dapat mengetahui Akibat Kelebihan Cairan Tubuh

Mahasiswa dapat mengetahui tentang Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Osmotik


Mahasiswa dapat mengetahui Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Mahasiswa dapat mengetahui Konsentrasi Cairan Tubuh
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan
komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular.
Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan. Rata-rata seseorang memerlukan sekitar
11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan
cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Contoh cairan tubuh di antaranya darah dan plasma
darah, sitosol, zalir serebrospinal, korpus vitreum maupun humor vitreous, serumen, humor
aqueous, cairan limfa, cairan pleura, cairan amnion.

2.2 Komposisi Cairan Tubuh


Semua cairan tubuh adalah air pelarut, substansi terlarut ( zat terlarut ).

a. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa 60% berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi air tubuh meliputi :

 Sel-sel Lemak : Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.

 Usia : Air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Bayi premature mungkin
mengandung 80% air dari berat badannya. Bayi lahir cukup bulan kira-kira 70% dari
berat badannya. Bayi 6 bulan-1 tahun kira-kira 60% dari BB nya.Lansia mengandung
air 45-55% dari berat badannya.
 Jenis Kelamin : Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara
proporsional,karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

b. Substansi Terlarut ( Solut )

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut yaitu : elektrolit dan non
elektrolit.

 Elektrolit : Substansi yang terpisah dalam larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion negative dan positif dan diukur dengan
kapasitasnya berikatan satu dengan yang lain atau dengan berat molekul dalam
gram. Jumlah kation dan anion dalam larutan selalu sama. Kation adalah ion
yang membentuk muatan positif dalam larutan. Anion adalah ion yang
membentuk muatan negative dalam larutan. Contoh elektrolit antara lain :
natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat.

 Non elektrolit : substansi seperti glukosa, protein, oksigen, karbondioksida, dan


urea yang tidak berdisosiasi dengan larutan dan diukur berdasarkan berat (mg/dl).
Non elektrolit lain yang secara klinis penting adalah kreatinin dan bilirubin.

Tabel Komposisi Cairan Tubuh

Zat Plasma Interstisil Intraseluler


(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 142 139 14
K+ 4.2 4.0 140
Ca2+ 1.3 1.2 0
Mg2+ 0.8 0.7 20
Cl- 108 108 4
HCO3- 24 28.3 1.0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0.5 0.5 1
Fosforeatinin - - 45
Kamosin - - 14
Asam Amino 2 2 8
Kreatin 0.2 0.2 9
Laktat 1.2 1.2 1.5
Adenosin - - 5
Trifosfat
Heksosa - - 3.7
Monofosfat
Gukosa 5.6 5.6 -
Protein 1.2 1.2 4
Ureum 4 4 4
Lain- Lain 4.8 3.9 10
Total (mOsm/l) 301.8 300.8 301.2
Aktivitas 288 281 281
osmolar
terkoreksi
Tekanan 5443 5423 5423
osmotik Total

2.3 Kompartemen Cairan


Cairan tubuh didistribusi antar dua kompartemen cairan utama yaitu kompartemen intraseluler
dan kompartemen ekstraseluler.

a. Cairan Intraseluler ( CIS ).


CIS adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraseluler (kira-kira 25 L) pada rata-rata orang dewasa (70 kg). Hanya ½
dari cairan tubuh bayi adalah CIS.
b. Cairan Ekstraseluler ( CES )

CES adalah cairan di luar sel.Ukuran relative dari CES menurun dengan peningkatan
usia. Pada bayi baru lahir kira-kira ½ cairan tubuh terkandung dalam CES. Setelah usia 1
tahun volume relative CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Lebih jauh
CES dibagi menjadi :

 Cairan Interstisial (CIT) : cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang
dewasa. Cairan limfe termasuk didalamnya. Volume CIT pada bayi baru lahir hampir 2 X
lebih besar dibandingkan pada orang dewasa.

 Cairan Intravaskuler (CIV) : Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume
CIV pada anak-anak relative sama dengan orang dewasa. Volume darah orang dewasa
rata-rata 5-6 L, 3 L nya adalah plasma. Sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit dan
trombosit.

 Cairan Transeluler (CTS) : Cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari
tubuh. Contoh CTS meliputi cairan cerebrospinal,pericardial,pleural,sinovial dan cairan
intraocular dan sekresi lambung.

2.4 Fungsi Cairan Tubuh

Cairan tubuh memiliki beberapa fungsi antara lain :

a. Mengatur suhu tubuh


Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.

b. Melancarkan peredaran darah


Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam
darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada
kinerja otak dan jantung.
c. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh.
Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan.

d. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh
berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh
suhu udara dari luar tubuh.

e. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah
untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja
sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga
feses pun keluar dengan lancar.

f. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja
memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini
dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa
embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.

g. Sendi dan otot


Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan
cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.

h. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi
untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

2.5 Akibat Kekurangan Cairan Tubuh


Akibat yang timbul apabila tubuh kekurangan cairan adalah :

 Rasa haus yang hebat, perasaan tertekan, hilang nafsu makan. Volume darah
menurun, ekskresi urine berrkurang, mulut kering, penampilan fisik terganggu.

 Kulit berwarna kemerahan, rasa tidak sabar, sukar tidur, sikap apatis, rasa mual,
emosi yang tak stabil.

 Konsentrasi terganggu.

 Kenaikan denyut nadi dan kecepatan respirasi.

 Pusing, pernapasan meningkat, bicara tidak jelas, lemah, mental terganggu.

 Otot kejang, keseimbangan tubuh terganggu, mata tertutup, lidah membengkak dan
mengigau.

 Tubuh tidak mampu mengatur sirkulasi darah secara normal, fungsi ginjal
terganggu.

2.6 Akibat Kelebihan Cairan Tubuh

Akibat yang timbul apabila tubuh kelebihan cairan adalah hipervolemia, edema.

 Hipervolemia
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi
cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/ adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan
cairan, antara lain:

a. Asupan natrium yang berlebihan.


b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung, gagal ginjal,
sirosis hati, sindrom Cushing.
d. Kelebihan steroid.
 Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar
dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalam ruang interstitial (Edema).
Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat lokal
atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi
ketika ada peningkatan produksi cairan interstisial/ gangguan perpindahan cairan
interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (misalnya karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial) menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler (misalnya hipervolemia, obstruksi sirkulasi vena )
yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (misalnya pada blokade
limfatik).

2.7 Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Osmotik


 Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini terjadi karena
adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan sebuah
cairan bergantung pada kedalaman cairan di dalam sebuah ruang dan gravitasi juga
menentukan tekanan air tersebut.
 Tekanan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat
secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan
masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Dua faktor penting
yang mempengaruhi osmosis adalah kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel
serta kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Gerakan Cairan Tubuh

a. Membran

Setiap kompartemen cairan dipisahkan oleh membran permeable selektif yang


memungkinkan gerakan air dan beberapa zat terlarut. Meskipun molekul kecil seperti
urea dan air bergerak bebas diantara semua kompartemen, tetapi substansi tertentu
sedikit bergerak. Contoh protein plasma terbatas terhadap CIV karena pemeabilitas
yang rendah dari membrane kapiler terhadap molekul besar. Permeabilitas membran
yang selektif membantu untuk mempertahankan komposisi dari setiap kompartemen
sementara memungkinkan gerakan nutrien dari plasma ke sel-sel dan gerakan produk
sisa keluar sel dan akhirnya ke dalam plasma. Membran semipermeabel tubuh meliputi:

1. Membran sel : memisahkan CIS dari CIT, dan terdiri atas lipid dan protein
2. Membran kapiler : memisahkan CIV dan CIT
3. Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS

b. Proses Transpor

Selain selektifitas membran, gerakan air dan zat terlarut ditentukan oleh beberapa
proses transport antara lain :

1. Difusi

Gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau gas. Partikel
bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah
sepanjang gradien konsentrasi. Contoh difusi adalah gerakan oksigen dari alveoli paru
ke darah dari kapiler pulmoner. Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang
terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel
tersebut merata. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai
dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah
peningkatan perbedaan konsentrasi substansi, peningkatan permeabelitas,
peningkatan luas permukaan difusi, dan berat molekul substansi.
2. Transpor aktif
Gerakan substansi dari area dengan konsentrasi lebih rendah atau sama ke area
dengan konsentrasi sama atau lebih besar. Transpor aktif penting untuk
mempertahankan keunikan komposisi baik CES dan CIS. Transpor aktif diperlukan
untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang
konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K, gerakan natrium,kalium, hydrogen, glukosa dan asam amino.
3. Filtrasi

Gerakan air dari zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area
dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dibuat
oleh berat cairan. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung
kapiler.

4. Osmosis

Gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat
terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Osmosis dapat
terjadi melewati semua membrane bila konsentrasi zat terlarut pada kedua berubah.
Istilah berikut dihubungkan dengan osmosis :

 Tekanan osmotik : jumlah tekanan hidrostatik diperlukan untuk menghentikan


aliran osmotik air.
 Tekanan onkotik : tekanan osmotik dihasilkan oleh koloid (protein).
 Diuresis osmotik : peningkatan urin disebabkan oleh substansi seperti manitol,
glukosa atau media kontras yang dikeluarkan dalam urin dan mengurangi reabsorbsi
air ginja.

2.9 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang dengan cara-cara sebagai berikut :

 Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan
antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water
turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar, dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai
kompartemen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
 Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan
garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeperhatikan jumlah garam
yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang
mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.
Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:

1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal.

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air
sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri. Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi
oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan
reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga
mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solut atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi
perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus membran plasma di intrasel dan
ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan
ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.
Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan
kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam
menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartemen ini. Pengaturan osmolaritas cairan
ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:

 Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang
pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di
tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat
permeabel terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis
air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus
koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).

 Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor


di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang
mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam
darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopresin dengan
reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di
membran bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di
duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam
tubuh tetap dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus
akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di
hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam
tubuh kembali normal.

3. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh


sistem saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di
atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormon atriopeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi
volume natrium dan air. Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

2.10 Konsentrasi Cairan Tubuh

1. Osmolalitas : Pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan osmotic dan


dengan demikian mempengaruhi gerakan air disebut osmolalitas. Osmolalitas juga bisa
diartikan sebagai pengukuran konsentrasi cairan tubuh (rasio zat terlarut terhadap air).
Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume
cairan ekstraseluler dan intraseluler.

2. Tonisitas : Istilah lain untuk osmolalitas efektif. Contoh osmolalitas efektif adalah
natrium,glukosa dan manitol (molekul ini tidak melewati membran sel dengan cepat dan
akan mempengaruhi gerakan air. Beberapa istilah tonisitas :

a. Larutan isotonik: larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan
tubuh, contoh normal salin (0,9%)
b. Larutan hipotonik : larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan
tubuh, contoh NaCl 0,45%
c. Larutan hipertonik : larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari cairan
tubuh, contoh NaCl 3%
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan
komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida
transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan. Komposisi cairan tubuh
terdirii dari air, selain air juga mengandung subtansi terlarut atau biasa disebut dengan
solut, yaitu elektrolit dan nonelektrolit. Cairan tubuh didistribusi antar dua kompartemen
cairan utama yaitu kompartemen intraseluler dan kompartemen ekstraseluler.

Cairan tubuh memiliki beberapa fungsi yaitu, mengatur suhu tubuh, melancarkan
peredaran darah, membuang racun dan sisa makanan, sangat penting untuk mengatur
struktur dan fungsi kulit, mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera
dikirim ke sel-sel tubuh, selain itu paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena
paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa
karbondioksida keluar tubuh, cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi
dan otot, selain itu pula, air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air
yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

Akibat yang timbul apabila tubuh kekurangan cairan adalah rasa haus, perasaan
tertekan, hilang nafsu makan, volume darah menurun, ekskresi urine berrkurang, mulut
kering, penampilan fisik terganggu, kulit berwarna kemerahan, rasa tidak sabar, sukar
tidur, sikap apatis, rasa mual, emosi yang tak stabil, konsentrasi terganggu, kenaikan
denyut nadi dan kecepatan respirasi, pusing, bicara tidak jelas, lemah, otot kejang,
keseimbangan tubuh terganggu, mata tertutup, lidah membengkak dan mengigau, tubuh
tidak mampu mengatur sirkulasi darah secara normal, fungsi ginjal terganggu. Sebaliknya
jika kelebihan cairan tubuh akan mengalami hipervolemia dan atau edema.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan osmosis
adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer
ke bagian yang lebih pekat. Faktor yang mempengaruhi gerakan cairan tubuh adalah
membrane dan proses transport dalam tubuh. Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ekstrasel. Konsentrasi cairan tubuh terdiri dari osmolalitas dan tonisitas.
DAFTAR PUSTAKA

http://safecase.blogspot.com/2011/03/overhidrasi-adalah-kelebihan-cairan.html
http://www.forumsains.com/kesehatan/overhidrasi-%28kelebihan-cairan-dalam-tubuh
%29/
http://www.yukhidupsehat.net/cairan-tubuh/#more-133
www.pssplab.com/journal/01.pdf
repository.ui.ac.id/.../7facbe0010ae548cae100e83cf57da86fd7f5f03.pdfid.wikipedia.org/
wiki/Cairan_tubuh
www.scribd.com/doc/16404768/Darah-Dan-Cairan-Tubuhorganisasi.org/fungsi-cairan-
tubuh-manusia-gejala-dehidrasi-dan-cara-mengatasi-kehilangan-cairan-tubuh
www.wattpad.com/125957-fungsi-cairan-tubuh-manusiacarahidup.um.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/Cairan-Tubuh.doc
http://sp4669.wordpress.com/2008/07/24/anatomi-fisiologi-cairan-tubuh/

You might also like