Professional Documents
Culture Documents
LEGALITAS UMKM
Oleh :
Lilik Suprianti, ST, MSc / NIDN: 001048405(Ketua )
Dr. Hervina Puspitosari, S.H., M.H./ NIDN: 0601108501 (Anggota)
Alfian Chandra Ayuswantana, S.T.,M.Ds/ NIDN: 0005058806 (Anggota)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjaualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Sebagaimana Pasal 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM, pengembangan dalam bidang sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan
cara: a. memasyarakatkan dan memberdayakan kewirausahaan; b.
meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan c. membentuk dan
mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan
pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kteativitas bisnis, dan
penciptaan wirausaha baru. Dari ketiga aspek tersebut berarti sumber daya
manusia merupakan subyek yang terpenting dalam pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah agar dapat menciptakan wirausaha yang mandiri
dari masyarakat. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan untuk
meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat mempengaruhi kualitas produksi
yang dihasilkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat untuk
kesejahteraan masyarakat.
Peluang bisnis UMKM itu tak terbatas (unlimited), bidang apa saja
bisa berpotensi untuk dijadikan bisnis UMKM meskipun sedang terjadi
wabah Covid 19 asalkan para pelaku UMKM memiliki banyak ide kreatif,
keahlian dan ketrampilan yang bisa dijual secara online dan offline.
Sementara Tantangan pada UMKM yang terjadi saat ini adalah persaingan
yang harus dihadapi dengan menghasilkan beragam inovasi dan layanan
untuk dapat terus bertahan di pasar lokal, dan juga bisa bersaing di pasar
Internasional.
3
BAB II
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA
4
e) Surat keterangan dari pemerintah setempat (RT,RW,kelurahan)
Semua dokumen di atas dapat di urus dikantor notaris.
5
b) Surat keterangan domisili yang diperoleh di kantor kelurahan
atau kantor kepala desa ditempat beroperasinya Firma;
c) Data nama lengkap dan pekerjaan pendiri Firma;
d) Keterangan lengkap mengenai Firma yang bersifat umum.
Misalnya, usaha yang akan dijalankan, cabang-cabang dan juga
usaha lain yang akan dikerjakan oleh Firma yang bersangkutan
e) Fotokopi surat kontrak rumah atau kantor (jika menyewa) dan
atau PBB.
Berikut prosedur perizinannya
1. Pembuatan Akta Pendirian
Tahap pertama dalam pendirian Firma adalah pembuatan
Akta otentik sebgaia Akta Pendirian Firma yang dibuat
dan ditandatangani oleh Notaris dalam bahasa Indonesia.
Syaratnya cukup mudah yaitu dengan menyertakan
Fotokopi KTP para pendiri Perseroan Firma dan data
anggaran dasar Firma sebagai langkah awal
6
3. Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak
Tahap ketiga merupakan permohonan pendaftaran wajib
pajak badan usaha diajukan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili
perusahaan untuk mendapatkan kartu NPWP serta surat
keterangan terdaftar sebagai wajib pajak dimana
perusahaan berdomisili. Kelengkapan surat yang harus
dilampirkan dalam pembuatan NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak) antara lain:
7
berupa NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak ) dan salinan
akta pendirian Firma yang disahkan di awal.
8
permohonan Surat Ijin Gangguan (HO) yang dilengkapi
dengan berkas sama dengan persyaratan tahap ketujuh
9
Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan
sertifikat Tanda Daftar Perusahaan sebagai bukti bahwa
Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar
Perusahaan.
10
Rincian identitas perusahaan oleh akta notaris yang berupa : nama
perusahaan, modal awal, jumlah saham, industri usaha, alamat,
tujuan pendirian PT. Semua dibuat dalam Bahasa Indonesia
Akta pendirian PT yang telah disahkan oleh KEMENKUMHAM
Republik Indonesia
Penyetoran modal awal minimum 25% dari jumlah modal
5) Koperasi sebagai badan usaha yang berangotaan orang atau badan hukum.
Anggotanya memiliki tujaun yang sama dan melandaskan kegiatanya
11
berdasarkan prinsip koperasi serta sebagai gerakan ekonomi rakyat
berasaskan ekonomi kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah
mensejahterakan anggotanya. Legalitas koperasi sebagai badan hukum
sudah diatur berdasarkan sejumlah peraturan perundang-undangan yang
telah ada, yaitu :
12
Pembagian balas jasa terbatas terhadap modal. artinya secara terbatas yaitu
wajar dan tidak melebihi suku bunga yang sedang berlaku di pasar.
Kemandirian, artinya koperasi berdiri sendiri tanpa harus bergantung pada
pihak lain.
Bentuk dan jenis Koperasi yang ada saat ini dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis usaha, keanggotaan dan tingkatan. Berikut adalah pengertianya
Koperasi berdasarkan jenis usaha terdiri dari
Jenis koperasi ini dipisah berdasarkan jenis usaha produksinya atau menghasilkan
barang. Semua barang yang dijual adalah hasil produksi sesama anggota koperasi
yang memiliki usaha seperti kerajinan, pakaian jadi, dan juga bahan makanan.
Koperasi Konsumsi
Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi berdasarkan keanggotaannya
Berdasarkan anggotanya, koperasi dapat dibedakan sebagai berikut:
Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi berdasarkan tingkatannya
Berdasarkan tingkatannya koperasi dapat dibedakan sebagai berikut:
Koperasi Primer
Koperasi Sekunder (meliputi pusat koperasi, gabungan koperasi, dan induk
koperasi)
Berikut Syarat Pendirian Koperasi berdasarkan Pasal 12 Permen Koperasi dan
UKM No. 9/2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Perkoperasian telah
mengatur mengenai persyaratan pendirian Koperasi di Indonesia. Pendirian
koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian koperasi yang harus
dihadiri oleh para pendiri, dan juga dihadiri oleh pejabat yang berguna untuk
melakukan penyuluhan terkait koperasi. Jumlah orang yang hadir dalam pendirian
koperasi akan berbeda tergantung jenisnya. Untuk pendirian koperasi primer
dihadiri oleh 20 orang dan akan lebih sedikit untuk koperasi sekunder.
13
a) Syarat Koperasi Primer
Pendiri koperasi mengajukan akta pendirian koperasi baik itu secara
tertulis maupun secara elektronik kepada Menteri dengan melampirkan
beberapa persyaratan, yaitu:
Dua rangkap akta pendirian koperasi (bermaterai)
Berita acara rapat pendirian koperasi
Surat bukti penyetoran modal,
Rencana awal kegiatan koperasi
b) Syarat Koperasi Sekunder
Syarat untuk mendirikan koperasi sekunder sama seperti koperasi
primer, namun terdapat beberapa tambahan dokumen berupa:
Hasil berita acara rapat pendirian
Keputusan pengesahan badan hukum koperasi primer dan/atau sekunder
NPWP aktif untuk setiap calon anggota koperasi primer dan/atau sekunder
c) Syarat Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Terdapat persyaratan khusus untuk KSP yang bisa dilihat pada:
Pasal 10 ayat (5) Permen Koperasi dan UKM No. 9 thn 2018
Setelah pengajuan akta pendirian koperasi, dan mendapatkan penilaian
terkait anggaran dasar serta persyaratan administrasi. Maka Menteri akan
menerbitkan dua opsi surat, yaitu Surat Keputusan (SK) penerimaan, atau
penolakan.
Berikut Tahapan dan Prosedur Pendirian Koperasi berdasarkan Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018 telah mengatur tentang
tahapan dan tata cara pendirian koperasi, yaitu :
Perencanaan Pendirian Koperasi
Penyampaian rencana dan konsultasi ke daerah pusat maupun dinas
Rapat Pendirian Koperasi
Verifikasi Nama Koperasi
Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi
Verifikasi Dokumen Permohonan
Mekanisme di Sisminbhkop
14
Pengesahan Pendirian Koperas
Berikut awal Modal Pendirian Koperasi. Seperti badan usaha yang lain , koperasi
juga memerlukan modal untuk memulai menjalankan kegiatan usaha. Berikut
adalah jenis modal pendirian koperasi :
Modal sendiri berasal dari:
Simpanan Pokok
Simpanan wajib
Dana cadangan
Hibah
Modal pinjaman berasal dari
Anggota
Calon anggota
Koperasi lain atau anggotanya
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Penerbitan obligasi
Surat utang lainnya dengan sumber yang sah
15
BAB III
PENTINGNYA LEGALITAS USAHA BAGI USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH
16
Pemerintah mengesahkan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2O2I TENTANG KEMUDAHAN,
PELINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA
MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH yang mulai berlaku per tanggal 3 Februari
2021. Adapun tiga kemudahan dan dukungan pemerintah pusat serta pemerintah
daerah (pemda) adalah sebagai berikut: Pertama, kemudahan legalitas dalam hal
pendirian perseroan terbatas (PT) bagi usaha menengah kecil (UMK), nomor
induk berusaha (NIB) sebagai perizinan tunggal bagi UMK, pembinaan
pemenuhan standar produk dari pemerintah, dan pembebasan biaya perizinan bagi
UMK. Kedua, kemudahan produksi dan pembiayaan pemerintah akan
memberikan kemudahan pembiayaan dan permodalan, penyediaan bahan baku
dan proses produksi, hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
UMK. Ketiga, kemudahan pemasaran dan pasca produksi. Caranya dengan
alokasi 30% dari lahan komersial, tempat perbelanjaan, dan infrastruktur
diberikan kepada UMKM.
Sebagaimana diatur dalam PP tersebut Pasal 35:
(1) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dikelompokkan berdasarkan
kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan.
(2) Kriteria modal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk pendirian atau pendaftaran kegiatan usaha.
(3) Kriteria modal usaha sebagaimana. dimaksud pada ayat (2!.terdiri
atas: a. Usa"ha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling
banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rpl.000.000.0C0,00
(satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lin:a miliar rupiah) sampai tlengan paling
17
banyak Rpt 0.000.000.000,00 (sepuluh rniliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(4) Untuk pemberian kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah selain kriteria modal usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) digunakan kriteria hasil penjualan tahunan.
(5) Kriteria hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
terdiri atas:
a. Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan
Paling banYak Rp2.00O.000.000,00 (dua miliar rupiah);
b. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.OO0.0OO.000,0O (dua miliar rupiah) sampai dengan
Paling banYak Rp15.0OO.000.O00,0O (lima belas miliar
rupiah); dan
c. Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp15.000.O00.000,O0 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
paling banyak RpSO.0O0.00O.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
(6) Dalam hal pelaku usaha telah melaksanakan kegiatan usaha
sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, pemberian
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan diberikan kepada
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memenuhi kriteria
hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)'
(7) Nilai nominal kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (5) dapat diubah sesuai dengan perkembangan
perekonomian.
Beberapa kemudahan yang diberikan PP No 7/2021 untuk bagi pelaku
UMK dengan adanya UU Cipta Kerja.
a) Perizinan Usaha Berdasarkan Risiko. Setelah adanya PP No 7/2021
perizinan usaha ini dibagi-bagi berdasarkan risiko. Ada yang
dibagi berdasarkan risiko rendah, menengah dan tinggi. Untuk
perizinan menengah rendah, izin ini berupa pemberian nomor
18
induk usaha dan pernyataan sertifikasi standar. Sedangkan,
perizinan menengah, izin berupa nomor induk usaha dan
pemenuhan sertifikat standar. Berikutnya, untuk perizinan berusaha
kegiatan berisiko tinggi akan melalui proses administratif
mencakup pemberian nomor induk berusaha dan izin. Izin tersebut
merupakan persetujuan pemerintah pusat untuk pelaksanaan
kegiatan usaha yang wajib dipenuhi oleh pelaku usaha sebelum
melaksanakan kegiatan usahanya. Identifikasi dan pemetaan
UMKM berdasarkan tingkat risiko dilakukan untuk pelaksanaan
pembinaan dan pendaftaran UMKM demi kemudahan perizinan
berusaha berdasarkan Pasal 37 sebagai berikut:
19
7/2021 diresmikan. Maka tidak ada aturan lagi untuk mengurus
biaya perizinan. Sebab pemerintah memberikan fasilitas
pembiayaan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 46:
“Pendaftaran pertzinan tunggal, pemenuhan kepemilikan
sertifikat standar dan/atau izin, dan perpanjangan sertifikat
jaminan produk halal bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil tidak
dikenakan biaya.”
c) Cara mengurus Perizinan. Sebelum terbitnya PP No 7/2021, cara
mengurus perizinan usaha hanya bisa dilakukan lewat daring.
Namun, saat ini bisa dilakukan oleh dua opsi. Yaitu daring dan
luring. Jika Anda sebagai pelaku UMKM ingin mendaftar
tetapi tidak bisa dengan cara online. Maka bisa mendaftarkan
secara langsung melalui Dinas perangkat di tingkat kecamatan,
dan atau kantor kelurahan/kantor desa yang memfasilitasi
pendaftaran perizinan berusaha. Sebagimana tercantum dalam
Pasal 40: “Dalam hal pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil
tidak dapat mengakses Perizinan Berusaha secara daring,
Dinas, perangkat di tingkat kecamatan, dan/atau kantor
kelurahan/ kantor desa memfasilitasi pendaftaran Perizinan
Berusaha dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah.”
d) Perpanjangan Izin Usaha. Setelah PP No 7/2021 izin usaha tidak
harus diperpanjang sesuai dengan ketentuan-ketentuan undang-
undang yang memiliki batas waktu. Namun, harus ada sertifikasi
standar dan/atau izin usaha berlaku selama kegiatan usaha
berlangsung dan tidak perlu diperpanjang, kecuali sertifikasi
halal.
e) Pembinaan dan Pendampingan. Setelah peresmian PP No 7/2021
pemerintah memberikan fasilitas pendampingan dan pembinaan
dalam pemenuhan sertifikat standar dan/atau izin UMK.
Sebagimana diatur dalam Pasal 45 yaitu:
20
(1) Pertzinantunggal, sertifikat standar dan/atau izin bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil berlaku selama kegiatanusaha
berlangsung.
(2) Ketentuan masa berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk sertifikat halal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai jaminan produk halal.
(3) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan pemenuhan perizinan tunggal, sertifikat standar danf
atau izin bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
TERIMAKASIH
21