You are on page 1of 21

MODUL PRAKTIS

LEGALITAS UMKM

Oleh :
Lilik Suprianti, ST, MSc / NIDN: 001048405(Ketua )
Dr. Hervina Puspitosari, S.H., M.H./ NIDN: 0601108501 (Anggota)
Alfian Chandra Ayuswantana, S.T.,M.Ds/ NIDN: 0005058806 (Anggota)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

UMKM yang berkembang saat ini sangat bermanfaat dalam peningkatan


pendapatan masyarakat. Keberadaan UMKM juga mampu untuk mempertahankan
potensi dan tradisi yang dimili masyarakat lokal serta mampu menyerap tenaga
kerja masyarakat setempat dan jika sudah berkembang dalam skala yang besar
maka dapat mengurangi pengangguran di wilayah setempat.. keberadaan UMKM
yang bersifat padat karya, menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah
dipahami mampu menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja.
Program pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya beli masyarakat, dan upaya
memulihkan perekonomian masyarakt pada masa Pandemi Covid 19 saat ini.
Pengembangan UMKM menjadi upaya strategis dalam menggerakkan
perekonomian daerah dan juga nasional.
Pada tanggal 04 Juli 2008 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 20 yang berisikan mengenai pemberlakuan atas usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Dengan adanya Undang-Undang tersebut
maka UMKM memiliki landasan payung hukum yang kuat untuk menjadi salah
satu sektor ekonomi nasional yang harus diberdayakan dan dikembangkan untuk
bisa memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengaturan UMKM di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pengertian
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

2
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjaualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Sebagaimana Pasal 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM, pengembangan dalam bidang sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan
cara: a. memasyarakatkan dan memberdayakan kewirausahaan; b.
meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan c. membentuk dan
mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan
pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kteativitas bisnis, dan
penciptaan wirausaha baru. Dari ketiga aspek tersebut berarti sumber daya
manusia merupakan subyek yang terpenting dalam pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah agar dapat menciptakan wirausaha yang mandiri
dari masyarakat. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan untuk
meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat mempengaruhi kualitas produksi
yang dihasilkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat untuk
kesejahteraan masyarakat.
Peluang bisnis UMKM itu tak terbatas (unlimited), bidang apa saja
bisa berpotensi untuk dijadikan bisnis UMKM meskipun sedang terjadi
wabah Covid 19 asalkan para pelaku UMKM memiliki banyak ide kreatif,
keahlian dan ketrampilan yang bisa dijual secara online dan offline.
Sementara Tantangan pada UMKM yang terjadi saat ini adalah persaingan
yang harus dihadapi dengan menghasilkan beragam inovasi dan layanan
untuk dapat terus bertahan di pasar lokal, dan juga bisa bersaing di pasar
Internasional.

3
BAB II
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA

Badan usaha merupakan kesatuan hukum serta usaha ekonomi yang


memilik tujuan guna mencari keuntungan. Pemilihan bentuk Badan Usaha terkait
erat dengan kelangsungan usaha yang akan dijalankan sampai pada masa yang
akan datang sehingga harus didasarkan pada pertimbangan modal yang dimiliki,
minat daru usaha yang dipilih, analisis resiko atas usaha, syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam sebuah badan usaha. Dilihat dari besar kecilnya suatu usaha maka
digolongkan menjadi : 1) badan usaha yang sudah memiliki badan hukum yaitu
suatu badan usaha yang membutuhkan pembentukan badan hukum. 2) badan
usaha yang tidak memiliki badan hukum.
Berikut berbagai jenis kepemilikan perusahaan, baik yang tidak berbadan
hukum maupun yang berbadan hukum:
1) Usaha perorangan
Usaha yang dikelola oleh satu orang sebagai pemiliknya sehingga
dalam pendirian usaha ini tidak memerlukan modal besar. Jenis usaha ini
yang biasanya tidak dilengkapi dengan badan usaha. Sehingga untuk
mengembangkan usaha perorangan ini diharapkan pemilik usaha dapat
menurus usaha ini menjadi berbadan hukum. Pengurusan izin perusahaan
dapat diperolah dengan membayar biaya perizinan.
Persyaratan administratif yang diperlukan untuk mengurus badan
usaha perorangan sebagai berikut:
a) Fotokopi KTP Pengelola usaha.
b) Fotokopi kartu keluarga (KK).
c) Nama usaha
d) Alamat tempat usah

4
e) Surat keterangan dari pemerintah setempat (RT,RW,kelurahan)
Semua dokumen di atas dapat di urus dikantor notaris.

2) CV (Comanditaire Voenootschap) CV atau Comanditaire Voenootschap


merupakan suatu bentuk persekutuan irma yang memiliki satu atau
beberapa orang atau komanditier. Keberadaan sekutu-sekutu tersebut pada
hakekatnya merupakan pihak pemilik dari suatu CV. Sebagai suatu badan
usaha dan juga badan hukum. Beriku persyaratan administaratif yang
harus dilengkapi untuk pendirian:
a) Fotokopi (KTP) para pendiri CV minimal dua orang.;
b) Surat keterangan domisili yang bisa diperoleh dikelurahan atau kantor
kepala desa ditempat beroperasinya CV
c) Data nama lengkap dan pekerjaan pendiri CV
d) Keterangan lengkap mengenai CV yang bersifat umum. Misalnya
usaha yang akan dijalankan tentang cabang-cabangnya. Selain itu
terkait bidang usaha lain yang akan dikerjakan oleh CV yang
bersangkutan.
e) Fotokopi surat kontrak rumah/kantor (jika menyewa) dan PBB
Berikut Prosedur pengurusan izin : Pengurus yang diberi kuasa oleh
CV mendaptarkan badan usahanya ke notaris yang sudah mempunayai
izin operasi didaerah domisili CV yang akan didirikan kemudian
persyaratan yang sudah tersedia diajukan ke notaris dengan mengisi
formulir yang disediakan. Akte notaris pembentukan CV biasanya
akan selesai dalam waktu paling lama 14 hari kerja.
3) Firma.
Frma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama bersama atau Firma.
Ada beberapa persyaratan administaratif:
a) Foto kopi KTP para pendiri irma (minimal dua orang);

5
b) Surat keterangan domisili yang diperoleh di kantor kelurahan
atau kantor kepala desa ditempat beroperasinya Firma;
c) Data nama lengkap dan pekerjaan pendiri Firma;
d) Keterangan lengkap mengenai Firma yang bersifat umum.
Misalnya, usaha yang akan dijalankan, cabang-cabang dan juga
usaha lain yang akan dikerjakan oleh Firma yang bersangkutan
e) Fotokopi surat kontrak rumah atau kantor (jika menyewa) dan
atau PBB.
Berikut prosedur perizinannya
1. Pembuatan Akta Pendirian
Tahap pertama dalam pendirian Firma adalah pembuatan
Akta otentik sebgaia Akta Pendirian Firma yang dibuat
dan ditandatangani oleh Notaris dalam bahasa Indonesia.
Syaratnya cukup mudah yaitu dengan menyertakan
Fotokopi KTP para pendiri Perseroan Firma dan data
anggaran dasar Firma sebagai langkah awal

2. Permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan


Tahap kedua adalah permohonan surat keterangan domisili
perusahaan yang diajukan kepada Kepala Kantor
Kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor
perusahaan berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan
alamat perusahaan yang jelas dan mudah untuk ditemukan.
Kelengkapan lain yang dibutuhkan antara lain:

 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti


kepemilikan tempat usaha
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili
di gedung perkantoran/pertokoan
 Fotokopi PBB-pajak bumi dan bangunan tahun terakhir
sesuai tempat usaha untuk perusahaan yang berdomisili di
Ruko/Rukan

6
3. Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak
Tahap ketiga merupakan permohonan pendaftaran wajib
pajak badan usaha diajukan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili
perusahaan untuk mendapatkan kartu NPWP serta surat
keterangan terdaftar sebagai wajib pajak dimana
perusahaan berdomisili. Kelengkapan surat yang harus
dilampirkan dalam pembuatan NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak) antara lain:

 Melampirkan bukti PPN (Pajak Pertambahan Nilai) atas


sewa gedung
 Melampirkan bukti pelunasan PBB (Pajak Bumi
Bangunan)
 Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak
tempat usaha
4. Permohonan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(SP-PKP)
Setelah mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
tahap keempat adalah permohonan untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak diajukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan NPWP yang telah
diterbitkan. Kelengkapan berkas yang harus dilengkapi
sama dengan kelengkapan berkas dalam tahap ketiga.

5. Pendaftaran ke Pengadilan Negeri


Tahap selanjutnya yaitu tahap kelima yaitu pendaftaran ke
Pengadilan Negeri. yang diajukan kepada Kantor
Pengadilan Negeri setempat sesuai tempat dan kedudukan
perusahaan berada dengan membawa kelengkapan berkas

7
berupa NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak ) dan salinan
akta pendirian Firma yang disahkan di awal.

6. Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)


Tahap keenam, pemohon yang mendirikan Firma
mengajukan permohonan kepada bupati melalui Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan
Perdagangan setempat untuk permohonan Ijin Mendirikan
Bangunan. Kelengkapan berkas yang haus dipenuhi yaitu:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi sertifikat tanah atau kepemilikan tanah lainnya
yang dikuatkan oleh Kepala Desa atau Camat terdekat
 Gambar detail konstruksi bangunan

7. Permohonan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)


  Tahap ketujuh yaitu pemohon mengajukan permohonan
kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan
setempat untuk melakukan permohonan Surat Ijin Tempat
Usaha dengan persyaratan sebagai berikut:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi sertifikat tanah
 Foto kopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
 Foto berwarna ukuran 3×4 (lbr) dan 4×6 (2lbr)

8. Permohonan Surat Ijin Gangguan (HO)


Tahap kedelapan pemohon mengajukan permohonan
kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) setempat untuk mengajukan

8
permohonan Surat Ijin Gangguan (HO) yang dilengkapi
dengan berkas sama dengan persyaratan tahap ketujuh

9. Permohonan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)


Tahap kesembilan yaitu permohonan SIUP yang  diajukan
kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan
setempat. Untuk golongan SIUP menengah dan kecil, atau
Dinas Perdagangan Propinsi untuk SIUP besar sesuai
dengan tempat kedudukan perusahaan berada. Berkas
yang dilampirkan adalah:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin
Gangguan (HO) untuk jenis kegiatan usaha perdagangan
yang dipersyaratkan adanya SITU berdasarkan Undang-
Undang Gangguan
 Foto direktur utama/pimpinan perusahaan  (3×4) sebanyak
2 lembar
 Neraca awal

10. Permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)


Dan yang terakhir merupakan permohonan pendaftaran
yang diajukan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu atau Dinas Perindustrian dan
Perdagangan setempat. Dengan persyaratan:

 Foto kopi KTP


 Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin
Gangguan (HO)
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Materai 2lbr
 Foto kopi sertifikat Penyuluhan (SP)

9
Bagi perusahaan yang telah terdaftar  akan diberikan
sertifikat Tanda Daftar Perusahaan  sebagai bukti bahwa
Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar
Perusahaan.

4) Perseroan Terbatas (PT) Perseroan terbatas (PT) merupakan alokasi dana


besar. Sebab, dalam pendirianya mensyaratkan kepemilikan modal.
Diantaranya modal dasar Rp 50.000.000,00. Selain itu. Masih
mensyaratkan modal yang disetor sebesr 25% dari modal dasar. Dengan
gambaran tersebut maka suatu badan hukum PT memiliki kantor yang
megah dan jumlah karyawan yang banyak. Perseroan terbatas atau PT
adalah badan usaha yang menjalankan usaha dengan memiliki modal yang
terdiri dari saham-saham dan pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham
yang dimilikinya. Pada perakteknya modal pada PT berupa saham-saham
dan saham-sahamnya dapat dimiliki oleh siapa saja hal itu sebatas PT yang
bersetatus go public. PT yang go public dapat didirikan pada keberadaan
istilah “terbuka” atau Tbk terletak dibelakang nama perusahaan
Berikut syarat-syarat pendiriannya :
a) Syarat umum
 FC E-KTP pemegang saham
 FC KK penanggung jawab perusahaan
 NPWP penanggung jawab perusahaan
 FC PBB (beserta bukti bayar 1 tahun terakhir)
 Surat domisili PT yang dikeluarkan oleh RT atau RW setempat
 Foto kantor dan gedung
b) Syarat khusus
 Terdiri dari minimal 2 orang, dan masing masing memiliki
kepemilikan saham

10
 Rincian identitas perusahaan oleh akta notaris yang berupa : nama
perusahaan, modal awal, jumlah saham, industri usaha, alamat,
tujuan pendirian PT. Semua dibuat dalam Bahasa Indonesia
 Akta pendirian PT yang telah disahkan oleh KEMENKUMHAM
Republik Indonesia
 Penyetoran modal awal minimum 25% dari jumlah modal

Prosedur dan Tahapan Pendirian PT sebagai berikut :


 Pengajuan Nama dan Pembayaran, melakukan pengajuan nama perusahaan,
dan juga pembayaran melalui  sistem pelayanan http://ahu.go.id. 
 Akta Perusahaan. mendapat akta perusahaan yang memuat identitas
perusahaan secara jelas, termasuk modal awal perusahaan. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang formal, dan disahkan oleh
KEMENKUMHAM.
 Pengajuan Izin Pendirian Badan Hukum, melakukan pengajuan Izin
Pendirian Badan Hukum dan juga melakukan Pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
 Pengajuan SIUP dan NIB, SIUP saat ini dikeluarkan oleh sistem Online
Single Submission (OSS) dan TDP telah dialihfungsikan dengan NIB yang
berfungsi sebagai nomor pengenal.
 Pendaftaran PT, melakukan pendaftaran di Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans) atau Dinas Ketenagakerjaan.
 Pengajuan BPJS Ketenagakerjaan, melakukan pengajuan BPJS
secara online melalui http://bpjsketenagakerjaan.go.id. 
 NPWP dan VAT Collector Number NPPK, mendapat Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan VAT Collector Number NPPKP (Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak) melalui https://ereg.pajak.go.id

5) Koperasi sebagai badan usaha yang berangotaan orang atau badan hukum.
Anggotanya memiliki tujaun yang sama dan melandaskan kegiatanya

11
berdasarkan prinsip koperasi serta sebagai gerakan ekonomi rakyat
berasaskan ekonomi kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah
mensejahterakan anggotanya. Legalitas koperasi sebagai badan hukum
sudah diatur berdasarkan sejumlah peraturan perundang-undangan yang
telah ada, yaitu :

 UU Nomor 25 Tahun 1992 mengenai Perkoperasian


 PP 4/199 mengenai Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, dan Perubahan
Anggaran Dasar
 PP 17/1994 mengenai Pembubaran Koperasi
 PP 9/1995 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
 PP 98/1998 mengenai Modal Penyertaan
 Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 98 Tahun 2004 mengenai
Notaris Pembuat Akta
 Peraturan Menteri koperasi dan UKM Nomor 10 Tahun 2015 mengenai
Kelembagaan Koperasi
 Peraturan Menteri Koperasi dan UKM 15 tahun 2015 mengenai Usaha
Simpan Pinjam
 Peraturan Menteri Koperasi dan UKM 9/2018 mengenai Penyelenggaraan
dan Pembinaan Koperasi.
Prinsip yang dipegang Koperasi cukup berbeda dari badan hukum lainya,
berikut adalah daftarnya :
 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, artinya bersifat sukarela ialah
seseorang harus sukarela dan tidak ada paksaan untuk menjadi anggota
koperasi, dan bersifat terbuka adalah tidak ada diskriminasi, dan semua
anggota akan diperlakukan setara.
 Pengelolaan secara demokratis, artinya pengelolaan dan semua
pengambilan keputusan koperasi harus dilakukan atas kehendak semua
anggota. 
 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil dan
sebanding, artinya pembagian sisa hasil usaha kepada tiap anggota koperasi
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota koperasi. 

12
 Pembagian balas jasa terbatas terhadap modal. artinya secara terbatas yaitu
wajar dan tidak melebihi suku bunga yang sedang berlaku di pasar. 
 Kemandirian, artinya koperasi berdiri sendiri tanpa harus bergantung pada
pihak lain.
Bentuk dan jenis Koperasi yang ada saat ini dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis usaha, keanggotaan dan tingkatan. Berikut adalah pengertianya
Koperasi berdasarkan jenis usaha terdiri dari
Jenis koperasi ini dipisah berdasarkan jenis usaha produksinya atau menghasilkan
barang. Semua barang yang dijual adalah hasil produksi sesama anggota koperasi
yang memiliki usaha seperti kerajinan, pakaian jadi, dan juga bahan makanan. 
 Koperasi Konsumsi
 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
 Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi berdasarkan keanggotaannya
Berdasarkan anggotanya, koperasi dapat dibedakan sebagai berikut:
 Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
 Koperasi Pasar (Koppas)
 Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi berdasarkan tingkatannya
Berdasarkan tingkatannya koperasi dapat dibedakan sebagai berikut:
 Koperasi Primer
 Koperasi Sekunder (meliputi pusat koperasi, gabungan koperasi, dan induk
koperasi)
Berikut Syarat Pendirian Koperasi berdasarkan Pasal 12 Permen Koperasi dan
UKM No. 9/2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Perkoperasian telah
mengatur mengenai persyaratan pendirian Koperasi di Indonesia.  Pendirian
koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian koperasi yang harus
dihadiri oleh para pendiri, dan juga dihadiri oleh pejabat yang berguna untuk
melakukan penyuluhan terkait koperasi. Jumlah orang yang hadir dalam pendirian
koperasi akan berbeda tergantung jenisnya. Untuk pendirian koperasi primer
dihadiri oleh 20 orang dan akan lebih sedikit untuk koperasi sekunder.

13
a) Syarat Koperasi Primer
Pendiri koperasi mengajukan akta pendirian koperasi baik itu secara
tertulis maupun secara elektronik kepada Menteri dengan melampirkan
beberapa persyaratan, yaitu:
 Dua rangkap akta pendirian koperasi (bermaterai)
 Berita acara rapat pendirian koperasi
 Surat bukti penyetoran modal, 
 Rencana awal kegiatan koperasi
b) Syarat Koperasi Sekunder
Syarat untuk mendirikan koperasi sekunder sama seperti koperasi
primer, namun terdapat beberapa tambahan dokumen berupa:
 Hasil berita acara rapat pendirian 
 Keputusan pengesahan badan hukum koperasi primer dan/atau sekunder
 NPWP aktif untuk setiap calon anggota koperasi primer dan/atau sekunder
c) Syarat Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 
Terdapat persyaratan khusus untuk KSP yang bisa dilihat pada:
 Pasal 10 ayat (5) Permen Koperasi dan UKM No. 9 thn 2018 
Setelah pengajuan akta pendirian koperasi, dan mendapatkan penilaian
terkait anggaran dasar serta persyaratan administrasi. Maka Menteri akan
menerbitkan dua opsi surat, yaitu Surat Keputusan (SK) penerimaan, atau
penolakan.
Berikut Tahapan dan Prosedur Pendirian Koperasi berdasarkan Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018 telah mengatur tentang 
tahapan dan tata cara pendirian koperasi, yaitu :
 Perencanaan Pendirian Koperasi
 Penyampaian rencana dan konsultasi ke daerah pusat maupun dinas
 Rapat Pendirian Koperasi
 Verifikasi Nama Koperasi
 Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi
 Verifikasi Dokumen Permohonan
 Mekanisme di Sisminbhkop

14
 Pengesahan Pendirian Koperas
Berikut awal Modal Pendirian Koperasi. Seperti badan usaha yang lain , koperasi
juga memerlukan modal untuk memulai menjalankan kegiatan usaha. Berikut
adalah jenis modal pendirian koperasi :
Modal sendiri berasal dari:
 Simpanan Pokok
 Simpanan wajib
 Dana cadangan
 Hibah
Modal pinjaman berasal dari 
 Anggota
 Calon anggota
 Koperasi lain atau anggotanya
 Bank dan lembaga keuangan lainnya
 Penerbitan obligasi
 Surat utang lainnya dengan sumber yang sah

15
BAB III
PENTINGNYA LEGALITAS USAHA BAGI USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH

Peningkatan kualitas produksi dengan adanya kreativitas dan inovasi


dalam mengembangkan usaha mutlak dilakukan. UMKM juga dituntut untuk
mampu mempertahankan serta meningkatkan standar, desain dan kualitas produk
agar sesuai agar dapat diterima oleh pasar secara global. Persaingan yang semakin
ketat, dengan terbukanya pasar didalam negeri dan pasar global telah membuat
pembinaan dan pengembangan UMKM dirasakan semakin mendesak agar
UMKM dapat meningkatkan kemandirian mereka. Dengan tingkat kemandirian
yang semakin meningkat diharapkan berimbas pula pada pendapatan masyarakat,
membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.
Upaya pemerintah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah dengan mempermudah perizinan
untuk UMKM di seluruh Indonesia. Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 98
tahun 2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah, izin untuk
UMKM hanya 1 lembar dan dapat diterbitkan hanya dalam 1 hari oleh kecamatan.
Dengan selembar izin yang bisa selesai dalam sehari, UMKM bisa memperoleh
empat (4) manfaat. Pertama adalah legaltas usaha, kedua kemudahan untuk
mendapatkan modal karena sudah legal, lalu akses untuk mendapatkan
pendampingan usaha dari pemerintah, dan keempat ialah kesempatan untuk
memperoleh bantuan pemberdayaan dari pemerintah.

16
Pemerintah mengesahkan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2O2I TENTANG KEMUDAHAN,
PELINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA
MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH yang mulai berlaku per tanggal 3 Februari
2021. Adapun tiga kemudahan dan dukungan pemerintah pusat serta pemerintah
daerah (pemda) adalah sebagai berikut: Pertama, kemudahan legalitas dalam hal
pendirian perseroan terbatas (PT) bagi usaha menengah kecil (UMK), nomor
induk berusaha (NIB) sebagai perizinan tunggal bagi UMK, pembinaan
pemenuhan standar produk dari pemerintah, dan pembebasan biaya perizinan bagi
UMK. Kedua, kemudahan produksi dan pembiayaan pemerintah akan
memberikan kemudahan pembiayaan dan permodalan, penyediaan bahan baku
dan proses produksi, hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
UMK. Ketiga, kemudahan pemasaran dan pasca produksi. Caranya dengan
alokasi 30% dari lahan komersial, tempat perbelanjaan, dan infrastruktur
diberikan kepada UMKM.
Sebagaimana diatur dalam PP tersebut Pasal 35:
(1) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dikelompokkan berdasarkan
kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan.
(2) Kriteria modal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk pendirian atau pendaftaran kegiatan usaha.
(3) Kriteria modal usaha sebagaimana. dimaksud pada ayat (2!.terdiri
atas: a. Usa"ha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling
banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rpl.000.000.0C0,00
(satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp5.000.000.O00,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lin:a miliar rupiah) sampai tlengan paling

17
banyak Rpt 0.000.000.000,00 (sepuluh rniliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(4) Untuk pemberian kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah selain kriteria modal usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) digunakan kriteria hasil penjualan tahunan.
(5) Kriteria hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
terdiri atas:
a. Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan
Paling banYak Rp2.00O.000.000,00 (dua miliar rupiah);
b. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.OO0.0OO.000,0O (dua miliar rupiah) sampai dengan
Paling banYak Rp15.0OO.000.O00,0O (lima belas miliar
rupiah); dan
c. Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp15.000.O00.000,O0 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
paling banyak RpSO.0O0.00O.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
(6) Dalam hal pelaku usaha telah melaksanakan kegiatan usaha
sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, pemberian
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan diberikan kepada
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memenuhi kriteria
hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)'
(7) Nilai nominal kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (5) dapat diubah sesuai dengan perkembangan
perekonomian.
Beberapa kemudahan yang diberikan PP No 7/2021 untuk bagi pelaku
UMK dengan adanya UU Cipta Kerja.
a) Perizinan Usaha Berdasarkan Risiko. Setelah adanya PP No 7/2021
perizinan usaha ini dibagi-bagi berdasarkan risiko. Ada yang
dibagi berdasarkan risiko rendah, menengah dan tinggi. Untuk
perizinan menengah rendah, izin ini berupa pemberian nomor

18
induk usaha dan pernyataan sertifikasi standar. Sedangkan,
perizinan menengah, izin berupa nomor induk usaha dan
pemenuhan sertifikat standar. Berikutnya, untuk perizinan berusaha
kegiatan berisiko tinggi akan melalui proses administratif
mencakup pemberian nomor induk berusaha dan izin. Izin tersebut
merupakan persetujuan pemerintah pusat untuk pelaksanaan
kegiatan usaha yang wajib dipenuhi oleh pelaku usaha sebelum
melaksanakan kegiatan usahanya. Identifikasi dan pemetaan
UMKM berdasarkan tingkat risiko dilakukan untuk pelaksanaan
pembinaan dan pendaftaran UMKM demi kemudahan perizinan
berusaha berdasarkan Pasal 37 sebagai berikut:

(1) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam melakukan kegiatan


usahanya harus memiliki Perizinan Berusaha.
(2) Perizinan Berusaha untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
diberikan berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha dalam
bentuk:
a. nomor induk berusaha, untuk kegiatan usaha risiko rendah;
b. nomor induk berusaha dan sertifikat standar, untuk kegiatan
usaha risiko menengah rendah dan menengah tinggi; dan
c. nomor induk berusaha dan izin, untuk kegiatan usaha risiko
tinggi.
(3) Dalam hal kegiatan usaha yang dilakukan oleh Usaha Mikro
dan Usaha Kecil termasuk dalam kegiatan usaha dengan
tingkat risiko menengah atau risiko tinggi, selain wajib
memiliki Perrzinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(21, pelaku usaha wajib memiliki sertifikat standar produk
danf atau standar usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Pembiayaan Perizinan. Untuk mengurus perizinan usaha
UMKM biasanya diperlukan biaya. Namun setelah PP No

19
7/2021 diresmikan. Maka tidak ada aturan lagi untuk mengurus
biaya perizinan. Sebab pemerintah memberikan fasilitas
pembiayaan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 46:
“Pendaftaran pertzinan tunggal, pemenuhan kepemilikan
sertifikat standar dan/atau izin, dan perpanjangan sertifikat
jaminan produk halal bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil tidak
dikenakan biaya.”
c) Cara mengurus Perizinan. Sebelum terbitnya PP No 7/2021, cara
mengurus perizinan usaha hanya bisa dilakukan lewat daring.
Namun, saat ini bisa dilakukan oleh dua opsi. Yaitu daring dan
luring. Jika Anda sebagai pelaku UMKM ingin mendaftar
tetapi tidak bisa dengan cara online. Maka bisa mendaftarkan
secara langsung melalui Dinas perangkat di tingkat kecamatan,
dan atau kantor kelurahan/kantor desa yang memfasilitasi
pendaftaran perizinan berusaha. Sebagimana tercantum dalam
Pasal 40: “Dalam hal pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil
tidak dapat mengakses Perizinan Berusaha secara daring,
Dinas, perangkat di tingkat kecamatan, dan/atau kantor
kelurahan/ kantor desa memfasilitasi pendaftaran Perizinan
Berusaha dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah.”
d) Perpanjangan Izin Usaha. Setelah PP No 7/2021 izin usaha tidak
harus diperpanjang sesuai dengan ketentuan-ketentuan undang-
undang yang memiliki batas waktu. Namun, harus ada sertifikasi
standar dan/atau izin usaha berlaku selama kegiatan usaha
berlangsung dan tidak perlu diperpanjang, kecuali sertifikasi
halal.
e) Pembinaan dan Pendampingan. Setelah peresmian PP No 7/2021
pemerintah memberikan fasilitas pendampingan dan pembinaan
dalam pemenuhan sertifikat standar dan/atau izin UMK.
Sebagimana diatur dalam Pasal 45 yaitu:

20
(1) Pertzinantunggal, sertifikat standar dan/atau izin bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil berlaku selama kegiatanusaha
berlangsung.
(2) Ketentuan masa berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk sertifikat halal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai jaminan produk halal.
(3) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan pemenuhan perizinan tunggal, sertifikat standar danf
atau izin bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

TERIMAKASIH

21

You might also like