Professional Documents
Culture Documents
Bahan Sertu Mar
Bahan Sertu Mar
161
Saya dengan jelas sejak awal membuat serangan kami bukan untuk
menduduki atau mempertahankan kota, sebab mempertahankan kota
akan berlawanan dengan taktik perang gerilya. Mengambil posisi
pertahanan akan membuat banyak nyawa dalam resiko, karena musuh
memiliki senjata yang lebih superior. Gempuran kami adalah untuk
keuntungan politik, yakni untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa
TNI masih merupakan pasukan yang bertempur, mampu memberikan
perlawanan.54
tidak mengevakuasi diri dan ditawan oleh Belanda. Tetapi sebelum ini
pemerintah memberikan mandat kepada Menteri Syafruddin
Prawiranegara yang berada di Sumatra untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.57
67“ O.G. Roeder, The Smiling Genera/(Jakarta: Gunung Agung, 1970), him. 108.
tenang walaupun mereka sedang menangkapi mereka. Dalam pikiran
keduanya, mereka masihlah pimpinan dari Gerakan Nasional
Indonesia, menunggu ketukan pintu menuju penjara atau
pengasingan. Dalam mata generasi yang lebih muda terutama mereka
yang bertempur dalam pasukan gerilya, kedua pimpinan tertinggi,
terutama Presiden sebagai Panglima Tertinggi dari Angkatan
Bersenjata yang telah meninggalkan posisi kepemimpinan mereka. 68
la melihat kinerja sipil dalam wajah agresi Belanda sebagai simbol tidak
adanya kepemimpinan dan menjadi alasan nyata untuk menempatkan
nasib Republik di tangan TNI yang lebih mampu. Perwira-perwira muda
yang secara aktif terlibat dalam memncoba untuk mengalahkan rezim
kolonial di medan perang, sementara figur nasionalis yang lebih tua
tetap terjebak dalam pola sebelum perang dari perlawanan pasif,
penangkapan, penjara, dan pengasingan.
Dari pahlawan Orde Baru yang berpartisipasi pada perjuangan
Kemerdekaan 1945-1949, 21 orang adalah pejuang gerilya atau anggota
TNI, enam orang adalah politikus sipil. Pahlawan sipil termasuk Sukarno
dan Hatta dan Otto Iskandar Dinata, yang dibunuh oleh "orang-orang
yang tidak bertanggungjawab" (yaitu para kaum radikal Indonesia).
Salah satu dari pahlawan pertama yang dipilih oleh rezim pasca-Sukarno
adalah politikus sipil Sutan Syahrir. Pahlawan militer termasuk beberapa
yang meninggal di medan perang atau dieksekusi oleh Belanda (Robert
Wolter Monginsidi dan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai). Soedirman
75C.L.M. Penders, The Life and Times of Sukarno (London: Sidgwick and
Jackson, 1974), him. 130-132.
76 Sukarno, Sukarno: An Autobiography as told to Cindy Adams (New York:
The Bobbs-Merrill Company, 1965), him. 252-253.
SEJARAH RESMI INDONESIA MODERN:. 175
7875 Abu Hanifah, Tales of Revolution (London: Angus dan Robertson, 1972),
him. 3-6, 297-299.
79 G.L.M. Penders dan Ulf Sundhaussen, Abdul Haris Nasuion: A Political
Biography (St. Lucia: University of Queensland Press, 1985), him. 42.
SEJARAH RESMI INDONESIA MODERN:. 177
81
Ibid., him. 44.
179 Michael Wood
81
Ibid., him. 44.